4 OTAK IKAN KERAPU 4.1 Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 OTAK IKAN KERAPU 4.1 Pendahuluan"

Transkripsi

1 4 OTAK IKAN KERAPU 4.1 Pendahuluan Pemahaman tentang otak ikan akan membantu dalam mempelajari adaptasi tingkah laku ikan karena berhubungan erat dengan indera-indera dan sistem hormonal yang terdapat pada ikan. Untuk mengetahui indera apa yang paling berkembang, dapat ditentukan dengan melihat struktur bagian otak mana yang berukuran paling besar dibandingkan dengan bagian otak lainnya. Pola dasar dan kemajuan dari proses yang terjadi di kepala (cephalisasi) pada hewan vertebrata dibandingkan dengan hewan avertebrata adalah konsentrasi rangsangan diterima dan dipadukan pada satuan atau unit-unit yang terdapat di dalam kepala, mulai dari Cyclostomata, Chondrichthyes sampai ikan bertulang sejati (teleostei) (Razak et al. 2005). Bagian-bagian dari otak pada hewan vertebrata terdiri atas (Razak et al. 2005): telencephalon (pusat penciuman), diencephalon (pusat korelasi pesan masuk dan keluar yang berkaitan dengan homeostatis, pusat pesan I), mesencephalon (pusat pesan II), metencephalon (otak kecil, keseimbangan dan tonus otot), myelencephalon (daerah dasar otak, daerah batang otak, medulla) dan spinal cord. Banyak studi yang telah dilakukan pada berbagai jenis ikan menunjukkan adanya hubungan karakteristik tingkah laku yang dicerminkan oleh struktur otak suatu jenis ikan (Kawamura et al. 1981). Otak ikan berbeda baik pada bagian luar ataupun dalamnya sesuai dengan posisi takson atau kelompok ekologinya. Pada ikan pelagis famili Scomberidae (tenggiri) untuk mengetahui indera apa yang paling berkembang, dapat ditentukan dengan melihat struktur bagian otak yang mana yang berukuran paling besar dibandingkan dengan bagian otak lainnya. Apabila bagian otak yang paling besar adalah bagian olfactory bulb berarti indera utamanya adalah hidung sebagai indera penciuman, atau apabila bagian otak yang paling besar adalah lobus opticus berarti indera utamanya adalah mata sebagai indera penglihatan. Ikan cucut memiliki otak depan yang lebih besar luasannya dibandingkan bagian otak lainnya. Otak depan yang luasannya lebih

2 57 besar dibanding bagian otak lain adalah indikasi indera penciuman yang sangat sensitif sehingga mampu mencium bau darah yang terdapat di perairan dari jarak yang jauh. Ikan-ikan yang hidup pada habitat yang kompleks memiliki telencephalon yang besar dan ketajaman penglihatan yang lebih baik (Schumway 2004). Demikian pula dengan hasil penelitian Bauchot et al. (1989) yang menyatakan bahwa ikan-ikan yang memiliki indera lebih dari satu maka memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan ikan yang hanya memiliki satu indera ynag berkembang dengan baik. Ikan-ikan yang hidup pada habitat kompleks dengan keragaman spesies yang tinggi seperti pada daerah terumbu karang secara umum memiliki indeks encephalisasi yang tinggi dibandingkan dengan ikan yang hidup di lumpur atau dasar perairan yang berpasir. Penelitian ini menggambarkan seberapa penting indera penglihatan dan penciuman pada ikan kerapu yang dicerminkan oleh struktur otaknya. Parameterparameter otak yang diamati dalam dimensi berat (mg) kemudian dibandingkan antara berat otak dan berat tubuh, berat bagian-bagian otak (olfactory bulb, telencephalon, optic tectum, cerebellum, dan medulla oblongata). 4.2 Metode Penelitian Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB sejak bulan Juni Juli Pengambilan dan penimbangan sampel otak Sampel otak berasal dari lima ekor ikan kerapu sunu (Plectropomus maculatus), tujuh ekor kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), dan enam ekor kerapu karet (Epinephelus heniochus). Metode yang digunakan adalah metode gravimetri dan fotografi (Razak 2005). Metode gravimetri dilakukan dengan cara menimbang berat otak total, berat tubuh, dan berat komponen otak. Bahan yang diperlukan adalah otak ikan kerapu sunu, kerapu macan, dan kerapu karet yang telah dimasukkan freezer selama 3 hari. Panjang tubuh diukur

3 58 dengan penggaris dengan skala terkecil dalam milimeter. Kemudian berat tubuh masing-masing ikan ditimbang dengan timbangan digital type BL-220H dengan tingkat ketelitian 3 digit di belakang koma (0,001 g). Setelah dihitung dilanjutkan dengan pemotretan dengan kamera digital tipe A-430. Otak ikan kerapu selanjutnya ditimbang dan dipotong per bagian komponen (olfactory bulb, telencephalon, optic tectum, cerebellum dan medulla oblongata) Analisis data Data yang diperoleh adalah hasil penimbangan dari variabel otak, yaitu berat otak dan berat tubuh. Variabel otak dihubungkan dalam formula untuk mendapatkan perbandingan antara berat tubuh dan berat tiap komponen otak pada masing-masing ikan kerapu. Analisis hubungan variabel tersebut dilakukan dengan analisis regresi. Berat otak ditimbang dan dibandingkan dengan hasil pengukuran berat tubuh ikan kerapu. Otak kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat otak total. Kemudian otak dipotong pada bagian olfactory bulb (Ob), telencephalon (Tel), optic tectum (Ot), cerebellum (Cer) dan medulla oblongata (MO) lalu ditimbang dan dibandingkan beratnya untuk mengetahui rasio persentase berat bagian-bagian otak tersebut dengan berat otak total. Penentuan rasio berat otak (B 0 ) ikan kerapu dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut: keterangan: B o B t B 0 B 0 B t.100% : berat otak (mg); dan : berat tubuh (mg) Penentuan rasio area otak (Ob, Tel, Ot, Cer dan MO) adalah sebagai berikut: A O B keterangan: A O - i : rasio area otak ke-i; i b O O.100%

4 59 b O-i B O : berat area otak ke-i (mg); dan : berat otak (mg). 4.3 Hasil Struktur otak ikan kerapu Hasil pengamatan dan pengambilan gambar terhadap otak ikan kerapu dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar tersebut menunjukkan bahwa struktur otak tiga spesies ikan kerapu relatif sama. Otak ikan kerapu karet, ikan kerapu sunu, dan ikan kerapu macan pada bagian telencephalon, optic tectum dan cerebellum berukuran besar. Cerebellum melengkung ke atas dan terdapat medulla oblongata di belakang cerebellum. Struktur otak pada ikan kerapu relatif sama. Perkembangan otak ikan tersebut ke arah lateral. Otak ikan kerapu menunjukkan bahwa telencephalon, optic tectum, dan cerebellum berkembang.

5 60 10 mm 10 mm 5 (A) (B) mm (C) Keterangan : (A). Otak ikan kerapu karet, (B) Otak ikan kerapu sunu, (C) Otak ikan kerapu macan (perbesaran 5 kali) 1) olfactory bulb, 2) telencephalon, 3) optic tectum, 4) cerebellum, 5) medulla oblongata Gambar 23 Bentuk otak ikan kerapu dari arah dorsal Apabila dibandingkan dengan skipjack tuna memiliki cerebellum yang membesar dan optic tectum berukuran besar sebagai ikan predator yang aktif mencari makanan/mangsa dengan mengandalkan penglihatannya. Struktur otak ikan dari berbagai kelompok dapat dilihat pada Gambar 24.

6 61 (A) (B) Tel Ot Cer (D) Eg (C) (A) Ikan kepe-kepe Rhabdophorus fasciatus (Bauchot et al. 1989), (B) Ikan hiu Carcharhinus falciformis (Lisney dan Collin 2006), (C) Skipjack tuna (Tsunoda et al. 2003), dan (D) Ikan teleostei Lepidocybium flavobrunneum (Lisney dan Collin 2006). Tel-telencephalon; Ob-olfactory bulb; Sy-sulcus ypsiliformis; TM/Ot-optic tectum; Cer/CC-cerebellum; Eg-eminentia granularis; MO-medulla oblongata Gambar 24 Struktur otak ikan

7 Rasio berat tubuh dan berat otak ikan kerapu Rasio berat tubuh dan berat otak ikan kerapu yang disajikan pada Tabel 6 berkisar antara 0,04-0,37%. Rasio berat otak terhadap tubuh berbeda nyata. Persentase berat otak terhadap berat total tubuh yang terendah terdapat pada ikan kerapu macan, yakni 0,04%. Kisaran nilai tersebut juga dimiliki ikan kerapu lumpur sebesar 0,1% (Razak 2005). Tabel 6 Hubungan berat otak dan berat tubuh ikan kerapu No Jenis Kerapu BL Berat tubuh (BW) Berat otak (bw) (bw/bw) (mm) (mg) (mg) % 1 Kerapu Macan , Kerapu Macan , Kerapu Macan , Kerapu Macan , Kerapu Macan , Kerapu Macan , Kerapu Macan , Kerapu Sunu , Kerapu Sunu , Kerapu Sunu , Kerapu Sunu , Kerapu Sunu , Kerapu Karet , Kerapu Karet , Kerapu Karet , Kerapu Karet , Kerapu Karet , Kerapu Karet , Persentase rata-rata berat bagian-bagian otak terhadap berat otak total ikan kerapu Gambar 25, 26, dan 27 memperlihatkan persentase berat rata-rata bagian otak, yaitu olfactory bulb, telencephalon, optic tectum, cerebellum, dan medulla oblongata terhadap berat total otak. Persentase berat rata-rata bagian otak ikan kerapu macan adalah olfactory bulb 12%, telencephalon 17%, optic tectum 50%, cerebellum 11%, dan medulla oblongata 11% (Gambar 24). Gambar 25 menerangkan persentase olfactory bulb 7%, telencephalon 20%, optic tectum 45%, cerebellum 14%, dan medulla oblongata 15% pada ikan kerapu sunu. Gambar 26 menerangkan persentase berat rata-rata bagian otak ikan kerapu karet adalah

8 ( % ) ( % ) olfactory bulb 3%, telencephalon 30%, optic tectum 34%, cerebellum 19%, dan medulla oblongata 14% Ob Tel Ot Cer Mo Bagian otak Keterangan: Ob Olfactory bulb Tel Telencephalon Ot Optic tectum Cer Cerebellum Mo Modula oblongata Gambar 25 Persentase area otak ikan kerapu macan Keterangan: Ob Olfactory bulb Tel Telencephalon Ot Optic tectum Cer Cerebellum Mo Modula oblongata Ob Tel Ot Cer Mo Bagian otak Gambar 26 Persentase area otak ikan kerapu sunu

9 ( % ) ( % ) Ob Tel Ot Cer Mo Bagian otak Keterangan: Ob Olfactory bulb Tel Telencephalon Ot Optic tectum Cer Cerebellum Mo Modula oblongata Gambar 27 Persentase area otak ikan kerapu karet Apabila dibandingkan, ketiga ikan kerapu di atas memperlihatkan bahwa optic tectum merupakan bagian terbesar (34-50%) kemudian diikuti oleh bagian telencephalon (17-30%) dan cerebellum (11-14%). Perbandingan kisaran bagian otak dari ketiga jenis ikan kerapu terdapat pada Gambar 27. Persentase berat ratarata bagian otak ikan kerapu serupa dengan persentase berat rata-rata bagian otak ikan kepe-kepe auriga (C. auriga), dimana optic tectum merupakan bagian terbesar (54%) kemudian diikuti bagian telencephalon (19%) yang dapat di lihat pada Gambar 28 (Razak 2005) Ob Tel Ot Cer Mo Bagian otak E. fuscoguttatus P. maculatus E. heniochus Keterangan: Ob Olfactory bulb Tel Telencephalon Ot Optic tectum Cer Cerebellum Mo Modula oblongata Gambar 28 Persentase area otak ikan kerapu

10 ( % ) ( % ) Keterangan: Hypo Hypothalamus Tel Telencephalon Ot Optic tectum Cer Cerebellum Mo Modula oblongata Hypo Tel Ot Cer Mo Bagian otak Gambar 29 Persentase area otak ikan kepe-kepe C. auriga (Razak 2005) Apabila dibandingkan dengan persentase berat rata-rata bagian otak ikan kerapu dengan persentase berat rata-rata bagian otak ikan hiu dan pelagis terlihat pada Gambar 29 dan Gambar 30. Pada ikan hiu, bagian otak yang paling besar dan berkembang sangat baik adalah telencephalon dengan kisaran nilai 48,42-83,05% diikuti cerebellum (33,19-8,45%), optic tectum (8.9-2,26%), medulla oblongata (5,4-1,03%), dan olfactory bulb (2,6-3,39%) (Lisney dan Collin 2006) Ob Tel Ot Cer Mo Bagian otak A. superciliosus C. falciformis Ob-Olfactory bulb, Tel-Telencephalon, Ot-Optic tectum, Cer-Cerebellum, Mo-Medulla oblongata Gambar 30 Persentase area otak ikan hiu, thresher sharks (Alopias superciliosus), dan requiem sharks (Carcharhinus falciformis) (Lisney dan Collin 2006)

11 ( % ) Ob Tel Ot Cer Mo Bagian otak C. hippurus L. flavobrunneum K. pelamis Ob-Olfactory bulb, Tel-Telencephalon, Ot-Optic tectum, Cer-Cerebellum, Mo-Medulla oblongata Gambar 31 Persentase berat otak ikan pelagis, dolphinfishes (Coryphaena hippurus), snake-mackerels (Lepidocybium flavobrunneum), dan tunas (Katsuwonus pelamis) (Lisney dan Collin 2006) Telencephalon dan optic tectum Tabel 7 menunjukkan bahwa persentase berat optic tectum pada ikan karang pada umumnya dan ikan kerapu pada khususnya lebih besar dibandingkan dengan persentase berat telencephalon. Pada ikan karang seperti ikan kerapu, kepe-kepe, kakap merah dan sersan mayor persentase berat rata-rata telencephalon berkisar 14,00-20,00% dan persentase rata-rata berat optic tectum berkisar 35,00-57,00%. Pada ikan pelagis kecil seperti ikan selar dan ikan pisangpisang, berat rata-rata telencephalon 9,45-12,40% dan optic tectum 47,20-48,36%, dan ikan pelagis besar seperti mackerel dan tuna berat rata-rata telencephalon 15,89-17,32%, dan optic tectum 48,76-58,46%. Data tersebut menjelaskan bahwa berat rata-rata telencephalon ikan karang khususnya ikan kerapu lebih besar dibandingkan dengan ikan pelagis kecil. Persentase optic tectum ikan pelagis ratarata lebih besar dibandingkan ikan karang, kecuali ikan kepe-kepe.

12 Tabel 7 Perbandingan persentase rata-rata berat telencephalon dan optic tectum terhadap berat total ikan kerapu, ikan kepe-kepe dan ikan pelagis. 67 Jenis Ikan Ikan Karang Kerapu (Epinephelus sp) Kepe-kepe (Chaetodon sp) Kakap merah (Lutjanus sp) Ikan Bendera (Zanclus sp) Ikan Pelagis Besar Mackerel (Lepidocybium sp) Tuna (Katsuwonus pelamis) Ikan Hiu Thresher sharks (Alopias superciliosus) Requiem sharks (Carcharhinus falciformis) % Berat Telencephalon % Berat Optic tectum Sumber 20,00 45,00 Fitri (2008) 19,00 57,00 Razak (2005) 14,30 47,00 Razak (2005) 16,00 35,66 Razak (2005) 15,89 58,46 Lisney dan Collin (2006) 17,32 48,76 Lisney dan Collin (2006) 48,42 8,90 Lisney dan Collin (2006) 83,05 2,26 Lisney dan Collin (2006) 4.4 Pembahasan Struktur otak ikan kerapu Otak ikan kerapu karet (E. heniochus), ikan kerapu sunu (P. maculatus), dan ikan kerapu macan (E. fuscoguttatus) pada bagian telencephalon, optic tectum, dan cerebellum berukuran besar. Cerebellum melengkung ke atas dan terdapat medulla oblongata di belakang cerebellum. Struktur otak pada ikan kerapu relatif sama yaitu ke arah lateral. Artinya bahwa perkembangan otak ikan kerapu mengindikasikan bahwa habitat hidupnya yang komplek di perairan terumbu karang. Menurut Schumway (2005), bahwa perkembangan otak ke arah lateral seperti pada ikan African cichlid di Danau Victoria menunjukkan habitatnya yang komplek. Struktur otak ikan kerapu ke arah lateral tidak berbeda jauh dengan ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) (Razak 2005) yang juga termasuk kelompok ikan karang.

13 68 Otak ikan kerapu menunjukkan bahwa telencephalon, optic tectum dan cerebellum berkembang. Menurut Bauchot et al. (1989) bahwa berkembangnya bagian otak depan dan otak tengah (telencephalon dan optic tectum) merupakan indikasi ikan diurnal. Menurut pendapat Lisney dan Collin (2006), bagian otak telencephalon dan cerebellum yang berkembang mengindikasikan adaptasi terhadap lingkungan mikrohabitat. Struktur otak ikan berbeda bergantung pada habitat hidupnya, seperti kelas elasmobranch (ikan cucut atau hiu/shark) memiliki otak yang sangat berkembang dan ukuran otak yang cukup besar. Ikan hiu dari spesies Carcharhinus falciformis memiliki bulbus olfactorius yang membesar, cerebellum berukuran besar (Lisney dan Collin 2006). Hal tersebut mengindikasikan bahwa ikan hiu termasuk kelompok predator yang aktif dan mengandalkan organ penciumannya (olfactory) untuk mencari makanan/mangsa. Ikan kelas pelagis teleostei (Lepidocybium flavobrunneum) memiliki area optic tectum dan cerebellum yang berkembang. Menurut Lisney dan Collin (2006), hal tersebut menunjukkan bahwa Lepidocybium flavobrunneum termasuk kelompok ikan predator yang mengandalkan organ mata untuk mencari makanan/mangsa. Ikan famili Chaetodontidae memiliki telencephalon dan optic tectum yang berkembang dan cerebellum melengkung ke atas (Razak 2005) yang mengindikasikan bahwa ikan kepe-kepe hidup pada habitat yang komplek, diurnal dan mengandalkan organ matanya untuk mencari makanan. Otak yang berkembang dengan ukuran besar berhubungan dengan beberapa faktor, yaitu kompleksitas habitat, pengatur gerakan, dan predator aktif sebagai gaya hidup (Bauchot et al diacu dalam Lisney dan Collin 2006). Ikan hiu hidup pada habitat yang bervariasi salinitas (euryhaline) dan mampu hidup pada zona laut dangkal (inshore) dan zona lepas pantai (offshore) (Moore 1971 diacu dalam Razak 2005). Ikan hiu harimau yang merupakan predator di terumbu karang memiliki indera penciuman yang sangat tajam, gurat sisi yang peka terhadap getaran, dan mata yang sangat sensitif membedakan gelap dan terang sehingga eksistensi ikan hiu sebagai salah satu organisme yang paling eksis di muka bumi (Moore 1971 diacu dalam Razak 2005). Struktur otak ikan kepe-kepe memberikan refleksi sebagai ikan karang yang hidup pada komunitas yang

14 69 kompleks (Razak 2005). Area otak cerebellum yang dimiliki ikan skipjack tuna menunjukkan sebagai kelompok ikan yang memiliki kemampuan bergerak yang gesit (Tsunoda et al. 2003) karena cerebellum berperan untuk lokomotor yang efektif dengan berenang secara cepat dan mengkoordinasi tonus otot dan keseimbangan sewaktu berenang (sensory integrasimotor) (Razak et al. 2005, dan Lisney dan Collin 2006). Lebih lanjut dijelaskan pula pada ikan famili Mormyridae dan Siluroidae bahwa volume cerebellum yang besar bukan sebagai pusat koordinasi dan keseimbangan berenang, tetapi merupakan integrasinya impuls sensoris sebagai komponen indera reseptor listrik. Ikan kerapu termasuk kelompok piscivorous pada terumbu karang (Nybakken 1988), yaitu ikan dalam kelompok ini memiliki struktur otak yang menonjol pada area penglihatan lebih baik, tetapi untuk organ rasa dan gurat sisi hanya berukuran sedang (Kotrschal et al. 1998). Hal tersebut mengindikasikan bahwa kelompok ikan kerapu menggunakan organ penglihatan untuk mendeteksi objek atau makanan yang bergerak. Ikan predator pada terumbu karang, selain ikan hiu, kebanyakan merupakan ikan nokturnal aktif pada malam hari dan mata memiliki sedikit atau bahkan tidak ada memiliki sel kon yang sensitif terhadap cahaya terang dan komponen yang berperan penting dalam membedakan warna (Kaufman 2005). Ikan kerapu adalah predator twilight level/ambient light (Herring et al. 1990, Indonesian Coral Reef Foundation 2004), yaitu predator yang aktif mencari makan saat subuh dan petang dengan organ sensoris yang digunakan adalah mata. Struktur otak ikan kerapu mengindikasikan bahwa indera yang berkembang dengan baik tidak hanya organ penglihatan tetapi juga indera yang lain seperti indera penciuman dan gurat sisi. Ikan karang seperti ikan kerapu yang hidup pada komunitas yang kompleks memiliki indeks ensefalisasi yang lebih besar dibandingkan ikan yang hidup pada lumpur atau dasar berpasir (Bauchot et al. 1989). Dikemukakan oleh Lisney and Collin (2006), bahwa gugus sosial ikan yang kompleks di habitat terumbu karang dengan berkembangnya sensor integrasimotor yang ditandainya dengan berkembangnya telencephalon dan cerebellum. Kondisi otak yang demikian seperti yang dimiliki ikan kerapu yang

15 hidup dengan berinterkasi dengan kelompok ikan lain pada habitat terumbu karang yang sangat kompleks Rasio berat tubuh dan berat otak ikan kerapu Menurut Bone dan Marshall (1982), bahwa secara absolut ukuran otak ikan yang ukuran tubuhnya berbeda akan berbeda pula, tetapi rasio otak dengan berat tubuh relatif sama untuk semua kelompok ikan, kecuali pada ikan bertulang rawan (Elasmobranchii) yang ukuran otaknya lebih besar dengan rasio otak dengan berat tubuh 400% lebih besar dari ikan bertulang sejati, seperti ikan kerapu. Berdasarkan hasil penelitian Razak (2005), ikan karang jenis lain yang terdapat di perairan Pelabuhanratu, seperti ikan kepe-kepe dengan rasio berat tubuh dan berat otak berkisar 0,1-0,5%, Abudefduf sp berkisar 0,3-0,4%, Amphiprion sp 0,2-0,3%, Lutjanus sp 0,3% dan Zanclus sp berkisar 0,2-0,5%. Pada ikan hiu, rasio berat otak dan berat total tubuh kurang dari 0,1% (Bauchot et al. 1989) dengan berkembangnya indera-indera sensorisnya. Perbedaan otak ikan bersifat relatif bergantung pada adaptasi hidup dan habitat perairan. Otak yang membesar disebabkan oleh jumlah unit sel saraf dan kompleksitas unitnya sehingga volumenya membesar dibandingkan otak yang berukuran kecil (Razak 2005). Telencephalon pada ikan hiu sangat pesat perkembangannya. Besarnya porsi telencephalon tersebut berguna bagi ikan hiu untuk mengandalkan indera penciumannya untuk mencari makanan/mangsa. Menurut Razak (2005), telencephalon merupakan tempat penerimaan, elaborasi, dan meneruskan (konduksi) impuls aroma atau bau. Selain itu, fungsi telencephalon sebagai pengaturan complex social atau tingkah laku bergerombol (schooling) (Lisney dan Collin 2006; Marlin dan Ostrander 1994 diacu dalam Razak 2005). Nilai persentase terbesar kedua pada ikan hiu terdapat di area cerebellum, hal tersebut mengindikasikan bahwa ikan hiu aktif menggunakan bagian otak ini dalam integrasi motoriknya untuk melakukan adaptasi terhadap habitatnya, baik untuk bergerombol (schooling) maupun makan (Lisney dan Collin 2006).

16 4.4.3 Persentase rata-rata berat bagian-bagian otak terhadap berat otak total ikan kerapu Pada ikan kerapu, porsi berat optic tectum mengindikasikan bahwa organ utama pada ikan kerapu adalah mata, dan porsi berat telencephalon dan cerebellum mengindikasi bahwa ikan kerapu hidup pada habitat yang kompleks pada ekosistem karang (Schumway 2005). Apabila dibandingkan dengan ikan pelagis (teleostei) maka ikan pelagis memiliki persentase tiap bagian otak hampir sama dengan ikan karang (ikan kerapu dan ikan kepe-kepe) dengan persentase terbesar hingga terkecil berturutturut pada bagian optic tectum, telencephalon, dan cerebellum. Persentase tiap bagian otak pada ikan pelagis (teleostei) dapat di lihat pada Gambar 30. Artinya bahwa pada ikan pelagis, organ yang berperan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan adalah mata. Apabila ditinjau dari besarnya nilai persentase tiap bagian otak, ikan pelagis memiliki persentase nilai bagian otak yang lebih besar dibandingkan dengan ikan kerapu, terutama pada bagian cerebellum. Hal tersebut menunjukkan bahwa, dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan, ikan pelagis selalu aktif bergerak. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Bauchot et al. (1998) bahwa faktor ekologi seperti gaya hidup sebagai ikan predator dengan kemampuan kecepatan renang yang tinggi, dan kemampuan lokomotor dalam melakukan gerakan yang lincah adalah sistem fungsional penting yang berhubungan dengan ukuran otak pada ikan. Secara umum, uraian di atas menunjukkan bahwa perkembangan indera penglihatan pada ikan kerapu porsinya terbesar karena mengalami perkembangan evolusi yang disesuaikan dengan habitatnya yang memiliki keragaman biota laut yang tinggi. Kemampuan penglihatan ikan kerapu mengindikasikan bahwa ikan kerapu merupakan ikan karnivora yang aktif mencari mangsa. Porsi optic tectum yang besar merupakan cermin bentuk adaptasi ekologi mata ikan kerapu yang didukung secara sinergis oleh otak. Kedua komponen tersebut merupakan bagian dari mekanisme bertahan maupun mencari makan dalam berinteraksi pada komunitas ikan di daerah terumbu karang. Apabila dibandingkan dengan ikan hiu, porsi telencephalon yang terbesar, merupakan cerminan organ dominan dalam melakukan aktivitasnya adalah organ penciuman. Pada ikan pelagis, dengan kemampuan sebagai predator memberikan gambaran 71

17 72 adaptasi yang ditandai dengan porsi area otak yang besar, yaitu optic tectum dan cerebellum. Hal ini menunjukkan bahwa tiap kelompok ikan dengan komunitas yang berbeda memiliki porsi area otak dominan yang berbeda tergantung eksistensi dan interaksinya pada komunitas Telencephalon dan optic tectum Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata berat telencephalon dan optic tectum pada ikan karang adalah sama. Perbandingan antara persentase berat telencephalon dengan berat optic tectum mengindikasikan bahwa ikan karang umumnya lebih dominan menggunakan organ penglihatan dalam melakukan aktivitas. Kemampuan organ penglihatan tersebut tergantung pada intensitas cahaya yang dapat diterima ikan karang sehingga aktivitas ikan terbagi menjadi kelompok ikan diurnal, nocturnal, dan crepuscular (twilight). Berat telencephalon ikan karang lebih besar dibandingkan ikan pelagis besar, yang diduga berkaitan dengan habitat hidup ikan karang yang lebih kompleks. Pada ikan pelagis besar memiliki adaptasi ekologis lebih diutamakan agar tubuh mengapung dalam medium air laut, berenang cepat untuk menghindari predator, dan mencari makan (Schumway 2005). Pada ikan pelagis besar, ukuran dan volume telencephalon lebih kecil daripada optic tectum. Hal tersebut menunjukkan bahwa olfactory bulb kurang berkembang dan penglihatan merupakan indera yang penting untuk bergerak cepat mendeteksi keberadaan makanan (Kawamura et al. 1981). Selain itu, habitat ikan pelagis besar adalah kolom air lautan terbuka yang tidak beragam proses ekologis di dalamnya seperti habitat ikan karang yang berada pada perairan terumbu yang sangat beragam dan sangat kompleks interaksi ekologi yang terjadi di dalamnya. Ikan hiu memiliki persentase berat telencephalon yang lebih besar dibandingkan berat optic tectum. Hal ini mengindikasikan bahwa organ penciuman yang penting untuk mendeteksi keberadaan makanan (Lisney dan Collin 2006).

18 Kesimpulan Struktur otak ikan kerapu menggambarkan kemampuan indera sensoris. Indera sensoris yang memiliki area luasan yang terluas dibandingkan indera sensoris lainnya adalah indera penglihatan yang diperlihatkan oleh porsi persentase berat terbesar pada bagian optic tectum. Porsi tersebut mengindikasikan bahwa ikan kerapu lebih dominan menggunakan organ penglihatan dalam melakukan aktivitas. Persentase terbesar kedua adalah telencephalon yang mengindikasikan bahwa organ sensoris dominan kedua adalah organ penciuman. Selain itu telencephalon mengindikasikan pula bahwa ikan kerapu mampu beradaptasi pada habitat kompleks pada ekosistem terumbu karang.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis ikan yang hidup di daerah terumbu karang dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia digolongkan menjadi dua, yaitu ikan hias (ornamental fish) dan ikan

Lebih terperinci

BAB VIII SISTEM SYARAF

BAB VIII SISTEM SYARAF BAB VIII SISTEM SYARAF Sistem syaraf dibagi menjadi system syaraf pusat dan system syaraf periferi. Sistem syaraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem syaraf periferi terdiri dari syaraf cranial

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Ikan kerapu (Epinephelus sp) atau dikenal dengan nama dagang groupers merupakan salah satu komoditas perikanan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kondisi bak penelitian Kondisi bak yang digunakan selama penelitian dikontrol, sehingga keadaannya mendekati habitat asli ikan kerapu macan di alam. Menurut

Lebih terperinci

3 ORGAN PENGLIHATAN KERAPU

3 ORGAN PENGLIHATAN KERAPU 3 ORGAN PENGLIHATAN KERAPU 3.1 Pendahuluan Mata ikan berkembang dengan sangat baik sesuai dengan kebutuhan lingkungannya. Beberapa diantaranya memiliki kemampuan melihat ke arah permukaan air ataupun ke

Lebih terperinci

7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN

7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 7.1 Pendahuluan Bubu merupakan alat tangkap yang bersifat pasif. Secara umum, menangkap ikan dengan bubu adalah agar ikan berkeinginan masuk ke dalam

Lebih terperinci

EKOLOGI IKAN KARANG. Sasanti R. Suharti

EKOLOGI IKAN KARANG. Sasanti R. Suharti EKOLOGI IKAN KARANG Sasanti R. Suharti PENGENALAN LINGKUNGAN LAUT Perairan tropis berada di lintang Utara 23o27 U dan lintang Selatan 23o27 S. Temperatur berkisar antara 25-30oC dengan sedikit variasi

Lebih terperinci

SPESIES TERKAIT EKOLOGI DALAM AKTIVITAS PENANGKAPAN HIU OLEH NELAYAN ARTISANAL TANJUNG LUAR

SPESIES TERKAIT EKOLOGI DALAM AKTIVITAS PENANGKAPAN HIU OLEH NELAYAN ARTISANAL TANJUNG LUAR SPESIES TERKAIT EKOLOGI DALAM AKTIVITAS PENANGKAPAN HIU OLEH NELAYAN ARTISANAL TANJUNG LUAR Agus Arifin Sentosa, Umi Chodrijah & Irwan Jatmiko Dipresentasikan dalam: SIMPOSIUM NASIONAL HIU DAN PARI KE-2

Lebih terperinci

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi ikan adalah adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan

Lebih terperinci

PENGUJIAN UMPAN BUATAN (ARGININ DAN LEUSIN) TERHADAP IKAN KERAPU MACAN PADA SKALA LABORATORIUM DIAN INDRAWATIE

PENGUJIAN UMPAN BUATAN (ARGININ DAN LEUSIN) TERHADAP IKAN KERAPU MACAN PADA SKALA LABORATORIUM DIAN INDRAWATIE PENGUJIAN UMPAN BUATAN (ARGININ DAN LEUSIN) TERHADAP IKAN KERAPU MACAN PADA SKALA LABORATORIUM DIAN INDRAWATIE MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI

RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan pesisir terdapat

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo 58 5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo Dalam pengoperasiannya, bagan rambo menggunakan cahaya untuk menarik dan mengumpulkan ikan pada catchable area. Penggunaan cahaya buatan yang berkapasitas

Lebih terperinci

6 TINGKAH LAKU IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN

6 TINGKAH LAKU IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 6 TINGKAH LAKU IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 6.1 Pendahuluan Tingkah laku ikan diartikan sebagai perubahan-perubahan ikan dalam kedudukan, tempat, arah, maupun sifat lahiriah suatu makhluk hidup yang mengakibatkan

Lebih terperinci

DIENCEPHALON. Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga. Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus

DIENCEPHALON. Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga. Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus DIENCEPHALON Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus THALAMUS Thalamos = ruangan di dalam Letaknya di bagian dorsal diencephalon

Lebih terperinci

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Prinsip dari metode ini adalah mengumpulkan ikan dalam ruang lingkup suatu alat tangkap. Dalam menarik perhatian ikan, digunakan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Iluminasi cahaya Cahaya pada pengoperasian bagan berfungsi sebagai pengumpul ikan. Cahaya yang diperlukan memiliki beberapa karakteristik, yaitu iluminasi yang tinggi, arah pancaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan secara langsung. Perameter yang diukur dalam penelitian adalah

Lebih terperinci

ORGAN YANG BERPERAN DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN

ORGAN YANG BERPERAN DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN 2. ORGAN YANG BERPERAN DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN Sama halnya pada hewan, ransangan untuk makan muncul dari ikan itu sendiri (faktor internal) dan ransangan dari makanan yang akan di makan, tetapi juga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Retina Mata Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Retina Mata Ikan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Retina Mata Ikan Mata (penglihatan) pada ikan merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk mencari makan, menghindari predator atau pemangsa, atau keluar dari

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Reaksi Pengumpulan Pepetek terhadap Warna Cahaya dengan Intensitas Berbeda Informasi mengenai tingkah laku ikan akan memberikan petunjuk bagaimana bentuk proses penangkapan yang

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TINGKAH LAKU IKAN

PRAKTIKUM TINGKAH LAKU IKAN PENDAHULUAN Pengetahuan tentang tingkah laku ikan merupakan cabang ilmu yang dapat diaplikasikan dalam bidang perikanan tangkap. Penerapan ilmu ini sangat terbatas dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sebuah sistem dinamis yang kompleks dimana keberadaannya dibatasi oleh suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari dan kecerahan suatu perairan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pancing ulur selama penelitian terdiri dari 11 famili, 12 genus dengan total 14 jenis ikan yang tertangkap (Lampiran 6). Sebanyak 6

Lebih terperinci

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang? 2 kerusakan ekosistem terumbu karang pantai Pangandaran terhadap stabilitas lingkungan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Pangandaran? 1.2.2 Apakah yang menyebabkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai keanekaragaman biologi yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung bagi berbagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung biota laut, termasuk bagi beragam jenis ikan karang yang berasosiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisme laut yang sangat tinggi sehingga menjadikan Indonesia salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. organisme laut yang sangat tinggi sehingga menjadikan Indonesia salah satu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman organisme laut yang sangat tinggi sehingga menjadikan Indonesia salah satu negara yang masuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem - sistem terestorial dan lentik. Jadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ikan kerapu macan (Sumber: Heemstra dan Randal 1993)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ikan kerapu macan (Sumber: Heemstra dan Randal 1993) 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Kerapu Macan Ikan kerapu yang termasuk kedalam famili Serranidae, sub famili Epinephelinae dan secara umum dikenal sebagai groupers, hinds dan sea basses yang terdiri

Lebih terperinci

SYSTEMA NERVOSUM (Sistem saraf)

SYSTEMA NERVOSUM (Sistem saraf) SYSTEMA NERVOSUM (Sistem saraf) Systema Nervosum mempunyai 3 fungsi yaitu: 1. sebagai penerima rangsang dan reseptor sensoris (baik yang berasal dari luar atau dalam organ/tubuh) yang kemudian dibawa ke

Lebih terperinci

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 01FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN LAUT DAN PAYAU (BPBILP) LAMU KABUPATEN BOALEMO 1 Ipton Nabu, 2 Hasim, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Lokasi Penelitian Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ekosistem terumbu karang terus terdegradasi di berbagai wilayah di Indonesia

PENDAHULUAN. Ekosistem terumbu karang terus terdegradasi di berbagai wilayah di Indonesia PENDAHULUAN Latar belakang Ekosistem terumbu karang terus terdegradasi di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di Kepulauan Seribu, Jakarta (Burke et al. 2002; Erdmann 1998). Hal ini terlihat dari hasil

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan salah satu kawasan pesisir terletak di wilayah bagian utara Jakarta yang saat ini telah diberikan perhatian khusus dalam hal kebijakan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reptil adalah salah satu fauna yang banyak terdapat di wilayah Indonesia. Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki jenis reptil paling tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi Modul 1 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Persepsi dapat diartikan sebagai bagaimana

Lebih terperinci

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH Oleh: Livson C64102004 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet

6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet 114 6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet Berdasarkan hasil penelitian pada Bab 5, leadernet berwarna kuning lebih efektif daripada leadernet berwarna hijau dalam menggiring ikan.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

2.2. Reaksi ikan terhadap cahaya

2.2. Reaksi ikan terhadap cahaya H. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagan apung Bagan adalah alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat untuk menarik dan mengumpulkan ikan di daerah cakupan alat tangkap, sehingga memudahkan dalam proses

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Cumi-Cumi Sirip Besar 4.1.1. Distribusi spasial Distribusi spasial cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun yang tertangkap

Lebih terperinci

RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI

RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi Definisi Akuakultur Berasal dari bahasa Inggris: aquaculture Aqua: perairan, culture: budidaya Akuakultur : kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya hayati perairan laut merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik. Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf

Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik. Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik Sistem Syaraf Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekosistem Terumbu Karang

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekosistem Terumbu Karang 7 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Terumbu Karang 2.1.1 Biologi Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan organisme yang hidup di dasar laut dangkal terutama di daerah tropis. Terumbu adalah endapan-endapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organ Pencernaan Ikan Kuniran Ikan kuniran merupakan salah satu jenis ikan demersal. Ikan kuniran juga merupakan ikan karnivora. Ikan kuniran memiliki sungut pada bagian

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki daerah pesisir yang sangat panjang. Di sepanjang daerah tersebut hidup beranekaragam biota laut (Jati dan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

TINGKAT ORGANISASI KEHIDUPAN

TINGKAT ORGANISASI KEHIDUPAN TINGKAT ORGANISASI KEHIDUPAN Dengan mempelajari materi urutan tingkat organisasi kehidupan dan pengertiannya, maka kita akan semakin mengerti manfaat biologi yang kita pelajari sebelumnya. Kita juga akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan Pulau Pramuka terletak di Kepulauan Seribu yang secara administratif termasuk wilayah Jakarta Utara. Di Pulau Pramuka terdapat tiga ekosistem yaitu, ekosistem

Lebih terperinci

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL Oleh : Nurul Dhewani dan Suharsono Lokakarya Muatan Lokal, Seaworld, Jakarta, 30 Juni 2002 EKOSISTEM LAUT DANGKAL Hutan Bakau Padang Lamun Terumbu Karang 1 Hutan Mangrove/Bakau Kata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup.biota laut hampir menghuni semua bagian laut, mulai dari pantai,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 31 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 cahaya Menurut Cayless dan Marsden (1983), iluminasi atau intensitas penerangan adalah nilai pancaran cahaya yang jatuh pada suatu bidang permukaan. cahaya dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

PLANKTONOLOGI. Ir. I Wayan Restu, M.Si

PLANKTONOLOGI. Ir. I Wayan Restu, M.Si PLANKTONOLOGI Oleh: Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP Endang Wulandari W, S.Pi, MP Ir. I Wayan Restu, M.Si Planktonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan plankton. Istilah plankton pertama kali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak kurang dari 70% dari permukaan bumi adalah laut. Atau dengan kata lain ekosistem laut merupakan lingkungan hidup manusia yang terluas. Dikatakan bahwa laut merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reefs) tersebar hampir di seluruh perairan dunia dengan kondisi paling berkembang pada kawasan perairan tropis. Meski luas permukaan bumi

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106⁰33 00 BT hingga 107⁰03 00 BT dan garis lintang 5⁰48

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penangkapan Ikan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha manusia untuk menghasilkan ikan dan organisme lainnya di perairan, keberhasilan usaha penangkapan

Lebih terperinci

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Lanjutan...

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Lanjutan... EKOLOGI TANAMAN Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Lanjutan... Ekosistem Perairan / Akuatik Ekosistem air tawar Ekosistem air tawar dibedakan mjd 2, yi : 1. Ekosistem air tenang (lentik), misalnya: danau,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem laut dangkal yang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang dihasilkan terutama

Lebih terperinci

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini merupakan cabang dari ekologi dan Anda telah mempelajarinya. Pengetahuan Anda yang mendalam tentang ekologi sangat membantu karena ekologi laut adalah perluasan

Lebih terperinci

A. Bagian-Bagian Otak

A. Bagian-Bagian Otak A. Bagian-Bagian Otak 1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah penangkapan ikan merupakan wilayah perairan tempat berkumpulnya ikan, dimana alat tangkap dapat dioperasikan sesuai teknis untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut dan hampir sepertiga penduduknya mendiami daerah pesisir pantai yang menggantungkan hidupnya dari

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi 5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi Fyke net yang didisain selama penelitian terdiri atas rangka yang terbuat dari besi, bahan jaring Polyetilene. Bobot yang berat di air dan material yang sangat

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Ponelo merupakan Desa yang terletak di wilayah administrasi Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang merupakan organisme yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO 3 ). Terumbu karang terdiri atas binatang karang (coral) sebagai

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode hidroakustik Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic instrumen), antara lain: echosounder,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN HasU Hasil Tangkapan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN HasU Hasil Tangkapan 4.1. HasU 4.1.1.Hasil Tangkapan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1.1. Biomassa atau berat basah basil tangkapan (kg) Biomassa atau berat basah hasil tangkapan selama tujuh hari penangkapan sebanyak 1435 kg.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

2.2. Struktur Komunitas

2.2. Struktur Komunitas 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Larva Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Larva Ikan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Larva Ikan Ichthyoplankton merupakan cabang ilmu yang membahas tentang larva ikan yang hidup plantonik, merupakan cabang ilmu ichthyologi yang membahas tentang stadia larva

Lebih terperinci

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI NO. BP. 1320422006 JURUSAN BIOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2016 KOMUNITAS DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR PSIKOLOGI FAAL 1

BAB 1 PENGANTAR PSIKOLOGI FAAL 1 Dattar Isi BAB 1 PENGANTAR PSIKOLOGI FAAL 1 A. PENGERTIAN 2 B. PENDEKATAN BIOPSIKOLOGI 3 c. PERILAKU BIOLOGIS 6 D. PERKEMBANGAN PERILAKU (INTERAKSI ANTARA FAKTOR GENETIK DAN PENGALAMAN) 10 BAB 2 SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%

Lebih terperinci

Sistem Otot (Urat Daging)

Sistem Otot (Urat Daging) Sistem Otot (Urat Daging) PENDAHULUAN Pekerjaan urat daging atau otot untuk setiap aktifitas kehidupan hewan sehari-hari sangat penting. Dari mulai gerakan tubuh hingga pada sistem peredaran darah, kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki potensi sumberdaya kelautan dan pesisir yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ikan Tuna

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ikan Tuna II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ikan Tuna Tuna adalah ikan laut yang terdiri atas beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan tuna mempunyai beberapa jenis dan spesies dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Semak Daun merupakan salah satu pulau yang berada di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Pulau ini memiliki daratan seluas 0,5 ha yang dikelilingi

Lebih terperinci

Ikan Pelagis Ekonomis Penting dan Karakteristik DPI Demersal

Ikan Pelagis Ekonomis Penting dan Karakteristik DPI Demersal Ikan Pelagis Ekonomis Penting dan Karakteristik DPI Demersal Pertemuan ke 13 Oleh: Ririn Irnawati Pokok Bahasan: 1. Jenis-jenis sumberdaya perikanan pelagis dan demersal 2. Jenis-jenis ikan pelagis dan

Lebih terperinci

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,

Lebih terperinci