5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo"

Transkripsi

1 58 5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo Dalam pengoperasiannya, bagan rambo menggunakan cahaya untuk menarik dan mengumpulkan ikan pada catchable area. Penggunaan cahaya buatan yang berkapasitas besar (sekitar 20 kw) memungkinkan bagan rambo dapat dioperasikan pada saat bulan terang. Daya tembus dari cahaya mercuri pada kedalaman 25 m iluminasi cahaya mencapai 0,0585 lux dan secara horizontal pada jarak 50 m iluminasi cahaya mencapai 0,5 lux. Pengoperasian bagan rambo pada saat bulan terang memungkinkan karena kekuatan cahaya yang digunakan besar sehingga penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan secara vertikal akan lebih dalam dan secara horisontal masih dapat menarik kawanan ikan pada jarak yang jauh. Dengan demikian bagan rambo terogolong alat yang efektif karena dapat digunakan walaupun pada saat bulan terang. Fishing ground bagan rambo hubungannya dengan topografi dan dasar perairan sebaiknya berada di belakang karang atau batu untuk menghindari arus dan gelombang yang besar. Penempatan ini memungkinkan bagan rammbo dapat dioperasikan pada saat Musim Barat. Dasar perairan yang berlumpur merupakan fishing ground yang ideal bagi bagan rambo (Lampiran 2 dan 3). Fishing ground bagan rambo yang berada di belakang batu atau karang serta dasar perairan yang berlumpur diindikasikan memberikan hasil tangkapan yang baik. Faktor oseanografi mempengaruhi operasi penangkapan bagan rambo. Arus adalah salah satu faktor oseanografi yang mempengaruhi proses pengoperasian bagan rambo. Arus yang kuat akan menyebabkan proses hauling terganggu. Pengaruh arus akan menyebabkan posisi bingkai dan waring bagan tidak tepat berada di bawah bingkai bagan, hal ini akan mengakibatkan ikan dapat meloloskan diri pada saat hauling. Pengaruh arus yang kuat oleh nelayan setempat diatasi dengan menggunakan tali penahan arus yang ditempatkan pada setiap sudut bagan. Tali arus ini diikatkan pada sebuah roller dan ujung yang lainnya diikatkan sebuah

2 59 batu sebagai pemberat. Penggunaan tali penahan ini dimaksudkan untuk menahan bingkai bagan agar tepat berada di bawah rangka bagan. Pada kecepatan arus permukaan lebih besar 0,34 m/detik, nelayan bagan rambo tidak menurunkan waring (Sudirman, 2003). Oleh karena itu kecepatan arus merupakan salah satu pembatas dalam mengoperasikan bagan rambo. Jika dibandingkan dengan set net, kecepatan arus yang bisa di tolerir adalah 0,25 m/detik dan pada kecepatan lebih dari 0,75 m/detik akan merusak jaring (Martasuganda 2002), dengan kata lain set net lebih kuat menahan arus dari bagan rambo. Suhu berkisar C, salinitas berkisar per mil dan kecerahan 13 14,5 % di Selat Makassar selama penelitian. Kondisi suhu, salinitas dan kecerahan ini baik untuk tujuan penangkapan ikan. Ben-Yami (1987) mengemukakan bahwa kecerahan air di atas 10 m tergolong baik untuk mengoperasikan alat tangkap yang menggunakan alat bantu cahaya. 5.2 Analisis Tingkah Laku Ikan pada Bagan Rambo Proses tertangkapnya ikan pada bagan rambo Reaksi ikan terhadap cahaya berbeda-beda, seperti fototaksis positif, preferensi untuk intensitas optimum, investigatory reflex, mengelompok dan mencari makan di bawah cahaya serta disorientasi akibat kondisi buatan dari gradient intensitas di bawah air (Ben-Yami 1987). Reaksi ikan inilah yang dimanfaatkan untuk menangkap ikan dengan mengunakan alat bantu cahaya. Pergerakan ikan yang berbeda-beda terhadap sumber cahaya merupakan salah satu aspek yang perlu diketahui untuk meningkatkan hasil tangkapan. Pergerakan ikan yang mendekati sumber cahaya di konsentasikan dengan mengurangi intensitas cahaya dengan cara menggunakan lampu fokus untuk mengkonsentrasikan ikan di catchable area. Pengkonsentrasian ikan hubungannnya dengan pergerakan ikan yang berbeda terhadap sumber cahaya mengakibatkan perlakuan dalam mengkonsentrasikan ikan juga berbeda. Ikan teri, kembung dan tembang merupakan ikan yang menyenangi cahaya yang terang sehingga peredupan lampu tidak perlu maksimal. Sebaliknya ikan layang

3 60 merupakan ikan yang menyenangi daerah pencahayaan yang tidak terlalu terang, sehingga dalam mengkonsentrasikannya haruslah seredup mungkin dan peredupan lampu dilakukan sehalus mungkin agar ikan tidak terkejut. Penarikan jaring dilakukan setelah ikan telah terkonsentrasi di sekitar lampus fokus dimana ikan telah teradaptasi sempurna oleh cahaya. Ikan yang telah beradaptasi sempurna dengan cahaya mengakibatkan ikan tidak terlalu terpengaruh oleh proses penagangkatan bingkai jaring pada saat hauling. Ikan yang tetap berada dalam lingkup bingkai bagan akan tertangkap dan ikan yang berada di luar lingkup bingkai bagan akan lolos dari proses penangkapan bagan rambo Pola kedatangan ikan di catchable area Pola kedatangan ikan di sekitar sumber cahaya berbeda-beda, tergantung jenis dan keberadaan ikan di perairan. Pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour tidak dapat mengetahui jenis ikan yang berada di perairan, namun pergerakan kawanan ikan yang ada di sekitar bagan dapat diketahui. Hasil pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour memperlihatkan bahwa kawanan ikan berenang mendatangi sumber cahaya dari kedalamanan yang berbeda, yaitu ada yang berenang pada kisaran kedalaman m dan ada pula yang berenang pada kisaran kedalam 5-10 m, hal ini sesuai dengan yang kemukakan oleh Gambang (2003) bahwa ikan pelagis kecil terdistribusi dikedalaman m. Perbedaan ini diindikasikan karena jenis ikan yang berbeda dan kedalaman renang ikan yang berbeda tergantung dari kondisi yang optimum ikan tersebut. Demikian pula respon ikan berbeda terhadap cahaya mengakibatkan pola pergerakan ikan mendekati cahaya juga berbeda. Pola kedatangan ikan di sekitar pencahayaan ada yang langsung menuju sumber cahaya dan ada juga yang masih berada di sekitar sumber pencahayaan. Hal ini terjadi karena ketertarikan ikan berbeda-beda terhadap cahaya. Ikan-ikan yang pola kedatangannya tidak langsung masuk ke dalam sumber cahaya diindikasikan mendatangi cahaya karena ingin mencari makan. Pola kedatangan ikan hubungannya dengan arah memperlihatkan bahwa ikan cenderung mendatangi sumber pencahayaan dari arah kiri dan kanan bagan. Hal ini dikarenakan ikan yang mendatangi sumber cahaya membutuhkan adaptasi

4 61 dari suatu daerah yang baru, sehingga ikan mendatangi cahaya dengan arah memotong arah arus. Pergerakan arah memotong arus ini diindikasikan untuk menjaga jika di daerah tersebut terdapat predator dapat segera berbalik arah searah dengan arus agar cepat meloloskan diri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada setting II dan III ikan telah ada di sekitar pencahayaan. Keberadaan ikan ini di sebabkan ikan yang berhasil meloloskan tidak meninggalkan lokasi bagan. Ikan-ikan ini diindikasikan adalah ikan yang berfototaksis positif dan telah beradaptasi dengan cahaya masih terus bergerak mendekati dan menjauhi sumber cahaya dikarenakan adanya predator Pola penyebaran ikan di sekitar pencahayaan Hasil side scan sonar colour memperlihatkan penyebaran kawanan ikan di sekitar pencahayaan ada yang berada di sumber cehaya dan ada yang terus bergerak di sekitar sumber pencahayaan. Penyebaran ikan belum memperlihatkan pola yang tetap. Penyebaran ikan pada saat lampu merkury masih dinyalakan semua memperlihatkan bahwa kawanan ikan masih cenderung berada di luar catchable area. Pada saat ini kawanan ikan masih terus mendatangi sumber pencahayaan. Penyebaran kawanan ikan pada saat lampu luar bagan telah dimatikan terlihat semakin mendekati cathcable area. Pada saat ini pola pergerakan ikan cenderung membentuk pola pergerakan yang teratur memutar (melingkari) sumber pencahayaan dimana ikan masih kadang-kadang bergerak agak menjauhi sumber pencahayaan kemudian mendekati lagi. Pada saat lampu yang berada di bawah bingkai bagan akan dipadamkan terlihat ikan semakin terkonsentrasi di sekitar catchable area, walaupun pada saat ini masih ada kawanan ikan yang terlihat meninggalkan lokasi pencahayaan dan ada pula yang mendekati sumber pencahayaan. Penyebaran kawanan ikan di kedalaman perairan berada di sekitar waring bagan dan sekitar permukaan perairan. Ikan-ikan yang berada di sekitar waring bagan dan kolom perairan diindikasikan adalah ikan kembung, tembang dan layang. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh GodØ et al (2004) bahwa sekitar 65 % ikan mackerel berada diantara permukaan sampai kedalaman

5 62 40 m, sedangkan ikan yang berada di sekitar permukaan adalah ikan teri yang merupakan ikan berfototaksis positif Pola penyebaran ikan pada saat hauling Pada saat hauling dimana hanya lampu fokus yang menyala, pola penyebaran ikan di perairan sudah memiliki pola yang teratur. Pola penyebaran ikan berada di sekitar waring bagan dan tepat berada di bawah rangka bagan. Pola penyebaran seperti ini diindikasikan adalah pola penyebaran ikan teri yang berada di bawah rangka bagan, ikan kembung dan tembang yang berada di sekitar bingkai bagan. Pola distribusi ikan ini membentuk pola spherical (bola) seperti yang dikemukakan oleh Misund et al (2003). Pola pergerakan ikan yang berada sedikit di luar daerah pencahayaan dan membentuk pola gerobolan yang tersusun secara vertikal seperti pita (ribbon) (Misund et al, 2003). Pola ini diindikasikan adalah pola ikan layang, dimana pada proses penangkapan ikan layang lampu bagan harus sangat redup dan peredupannya berlangsung sangat perlahan. Peredupan lampu yang cepat dapat membuat ikan layang terkejut dan menjauhi sumber pencahayaan, demikian pula halnya jika lampu tidak redup, ikan layang akan bergerombol di luar catchable area. Pada saat hauling telah selesai, masih terlihat kawanan ikan di sekitar bagan. Kawanan ikan ini diindikasikan adalah kawanan ikan yang dapat meloloskan diri dari cakupan bingkai jaring bagan dan ikan-ikan yang berada di luar catchable area tetapi tidak meninggalkan daerah bagan pada saat hauling dilaksanakan. Ikan-ikan yang tidak tertangkap ada yang menjauhi bagan dan ada yang tetap berada di sekitar bagan. Diduga ikan yang tetap berada di daerah bagan adalah ikan-ikan yang menyenangi cahaya atau dengan kata lain berfototaksis positif. Kemungkinan kedua adalah ikan predator yang datang memangsa ikan-ikan kecil yang stres akibat proses hauling sehingga dapat dengan mudah dimangsa Pola pergerakan ikan di sekitar pencahayaan Pola Pergerakan kawanan ikan yang mendekati bagan mempunyai kecepatan yang berbeda pada saat akan mendekati bagan dan pada saat berada di

6 63 sekitar bagan. Ikan-ikan yang mempunyai kawanan yang kecil cenderung mempunyai pergerakan yang cepat, sehingga kecepatan pergerakan kawanan ikan akan menurun di sekitar pencahayaan akibat dari semakin padatnya kawanan ikan dan aktivitas makan. Pergerakan kawanan ikan selama penelitian berkisar 0,57 m/detik pada saat mendekati lokasi pencahayaan dan kecepatan pergerakan kawanan ikan sekitar 0,21 m/detik di sekitar pencahayaan. Hal ini mirip dengan apa yang dikemukakan oleh GodØ et al (2004) bahwa untuk ikan mackerel mempunyai kecepatan pergerakan kawanan sampai 6 m/detik jika kawanan kecil dan sekitar 1m/detik jika kawanannya sangat besar. Demikian pula yang dikatakan oleh Misund et al (2003), bahwa kecepatan pergerakan kawanan ikan sardine (Sardinops sagax) sekitar 0,6 1,59 m/detik, lama ikan sardine memecah kawanannya sekitar 2 menit dan membutuhkan waktu untuk menyatu dengan kawanan lainnya sekitar 5 menit. Pola pergerakan kawanan ikan teri di sekitar lampu fokus bergerak berputar (melingkar) secara teratur, demikian pula halnya dengan ikan layang. Pola pergerakan ikan teri dan layang sama dengan pola pergerakan kawanan ikan tembang dan selar yang ada di teluk Pelabuhanratu (Tupamahu, 2003) Pola pergerakan memutar secara teratur diindikasikan sangat dipengaruhi oleh pola pergerakan arus. Pola pergerakan kawanan ikan yang bergerak memutar secara teratur lebih mudah ditangkap jika dibandingkan ikan bergerak dengan pola pergerakan yang tidak teratur. 5.3 Analisis Hasil Tangkapan Komposisi jenis hasil tangkapan menunjukkan bahwa jenis ikan yang tertangkap (81%) pada bagan rambo adalah jenis ikan kembung, teri, layang, tembang dan cumu-cumi. Jenis ikan ini adalah jenis ikan small pelagic schooling. Kedatangan jenis ikan ini diduga karena tertarik secara langsung oleh cahaya dan mencari makan. Kelompok ikan lainnya umumnya adalah ikan predator. Kedatangan jenis ikan diduga karena beberapa faktor antara lain tujuan makan, seperti ikan barakuda, cendro, dan layur. Faktor lain karena pada malam hari ikan-ikan tersebut akan naik pada kedalaman tertentu atau termasuk kedalam ikan nokturnal.

7 64 Hasil tangkapan bagan rambo sebelum tengah malam memperlihatkan bahwa ikan yang dominan tertangkap adalah ikan kembung lelaki. Ikan kembung lelaki adalah ikan berfototaksis positif dan termasuk jenis ikan pertama yang datang ke sumber pencahayaan. Ikan ini menyenangi cahaya yang terang dan diduga pada waktu ini merupakan puncak fototaksis dari jenis ikan yang dominan tertangkap, karena pada umumnya nelayan yang memancing di bagan rambo pada jam sampai adalah nelayan yang memancing ikan kembung. Hasil tangkapan pada saat tengah malam di dominasi oleh ikan lainnya, ini berarti bahwa pada saat tengah malam terjadi keragaman jenis, dimana banyak jenis ikan tertangkap tetapi tidak dominan. Dominannya ikan lainnya disebabkan akumulasi berat jenis ikan yang banyak jenisnya dijumlahkan sehingga nampak dominan pada komposisi jenis hasil tangkapan di tengah malam. Kehadiran predator merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberadaan ikan di bawah sumber cahaya. Jika predator masuk zona iluminasi, tingkah laku ikan di sumber pencahayaan akan berubah. Ikan yang telah terakumulasi di sekitar sumber pencahayaan akan menjauh jika predator datang dan terakumulasi kembali di sekitar pencahayaan jika predator telah pergi. Komposisi jenis hasil tangkapan setelah tengah malam menunjukkan bahwa keragaman jenis hasil tangkapan sedikit, dimana hasil tangkapan yang besar cenderung didominasi oleh jenis ikan tertentu. Tingginya rata-rata hasil tangkapan setelah tengah malam dan sebelum tengah malam diduga berhubungan dengan feeding behaviour dan sifat fototaksis. Diduga pada waktu tersebut merupakan kebiasaan makan dan puncak fototaksis dari jenis ikan yang dominan tertangkap, dimana ikan yang dominan tertangkap adalah ikan layang. Ikan layang teradaptasi sempurna dengan cahaya setelah tengah malam (Sudirman, 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi jenis hasil tangkapan lebih beragam pada waktu tengah malam dan sebelum tengah malam, tetapi setelah tengah malam lebih didominasi oleh jenis tertentu. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di dapatkan oleh Baskoro (1999) bahwa keragaman jenis pada saat tengah malam lebih tinggi dibandingkan sebelum tengah malam dan pada saat setelah tengah malam keragaman jenis sedikit.

8 Perbaikan Teknik dan Metode pada Bagan Rambo yang Ada Saat Ini Pengetahuan tingkah laku ikan dalam hubungannya dengan perbaikan teknik dan metode penangkapan ikan merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan upaya pengembangan operasi penangkapan ikan yang lebih efisien dan efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perbaikan teknik dan metode penangkapan pada bagan rambo saat ini adalah : 1. Kedalaman bingkai jaring perlu diperhatikan agar tepat berada di bawah kawanan ikan. Penentuan kedalaman jaring sangat tergantung jenis ikan, musim dan waktu hauling, sehingga sangat dibutuhkan pengalaman dan alat bantu untuk mendeteksi keberadaan ikan diperairan seperti peralatan akustik. Kedalaman bingkai jaring jika pada musim ikan teri dan kembung sebaiknya pada kedalaman 15 meter dikarenakan jenis ikan ini adalah ikan yang bergerombol dekat permukan air, tidak seperti halnya kawanan ikan layang yang tersusun seperti pita dan berada sampai kedalaman 30 meter. 2. Teknik pemadaman lampu juga perlu diperhatikan agar kawanan ikan tetap berada di atas bingkai jaring. Penggunaan intensitas yang tinggi digunakan jika kawanan ikan adalah ikan teri dan kembung karena jenis ikan ini menyenangi intensitas cahaya yang tinggi, sedangkan kawanan ikan layang menyenangi intensitas cahaya yang rendah. 3. Waktu hauling sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah tengah malam karena sebelum tengah malam merupakan waktu dimana ikan yang menyenangi cahaya terang sudah teradaptasi sempurna, sedangkan setelah tengah malam merupakan waktu dimana ikan yang tidak menyenangi cahaya terang teradaptasi sempurna. 4. Peningkatan jumlah hasil tangkapan juga dapat dilakukan dengan memadukan dengan alat tangkap lainnya untuk menangkap ikan yang masih dapat meloloskan diri pada saat hauling, seperti memadukan antara bagan rambo dengan purse seine atau gill net. 5. Modifikasi alat juga dapat dilakukan agar hasil tangkapan dapat meningkat. Modifikasi tersebut seperti penambahan selubung yang dapat bergerak cepat menutup pelolosan ikan pada saat hauling (Gambar 34 ).

9 66 C. PELEPASAN SELUBUNG C. PELEPASAN SELUBUNG SELESAI Gambar 34 Modifikasi bagan rambo dengan menggunakan selubung apung

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan 30 4 HSIL 4.1 Proses penangkapan Pengoperasian satu unit rambo membutuhkan minimal 16 orang anak buah kapal (K) yang dipimpin oleh seorang juragan laut atau disebut dengan punggawa laut. Juragan laut memimpin

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode penangkapan ikan dengan menggunakan cahaya sudah sejak lama diketahui sebagai perlakuan yang efektif untuk tujuan penangkapan ikan tunggal maupun berkelompok (Ben-Yami,

Lebih terperinci

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan 4 HASIL 4.1 Proses penangkapan Pengoperasian satu unit bagan rambo membutuhkan minimal 16 orang anak buah kapal (ABK) yang dipimpin oleh seorang juragan laut atau disebut dengan punggawa laut. Juragan

Lebih terperinci

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENDEKATAN AKUSTIK DALAM STUDI TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN DENGAN ALAT BANTU CAHAYA (THE ACOUSTIC APPROACH TO FISH BEHAVIOUR STUDY IN CAPTURE PROCESS WITH LIGHT ATTRACTION) MUHAMMAD SULAIMAN

Lebih terperinci

DISTRIBUSI CAHAYA LAMPU DAN TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN BAGAN PERAHU DI PERAIRAN MALUKU TENGAH. Haruna *)

DISTRIBUSI CAHAYA LAMPU DAN TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN BAGAN PERAHU DI PERAIRAN MALUKU TENGAH. Haruna *) DISTRIBUSI CAHAYA LAMPU DAN TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN BAGAN PERAHU DI PERAIRAN MALUKU TENGAH Haruna *) *) Staf pengajar FPIK Univ.Pattimura E-mail ; har_flash@yahoo.co.id Abstract : The

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.1 JAN-JUNI 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.1 JAN-JUNI 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.1 JAN-JUNI 2015 ISSN : 2089-8592 HUBUNGAN HASIL TANGKAPAN PADA BAGAN TANCAP DENGAN MENGGUNAKAN LAMPU CELUP BAWAH AIR DAN LAMPU PETROMAKS DI PERAIRAN PULAU BERAS BASAH KOTAMADYA

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan 8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan Pada mulanya penggunaan lampu untuk penangkapan masih terbatas pada daerah-daerah tertentu dan umumnya dilakukan hanya di tepi-tepi

Lebih terperinci

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENDEKATAN AKUSTIK DALAM STUDI TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN DENGAN ALAT BANTU CAHAYA (THE ACOUSTIC APPROACH TO FISH BEHAVIOUR STUDY IN CAPTURE PROCESS WITH LIGHT ATTRACTION) MUHAMMAD SULAIMAN

Lebih terperinci

Studi Tingkah Laku Ikan pada Proses Penangkapan dengan Alat Bantu Cahaya : Suatu Pendekatan Akustik

Studi Tingkah Laku Ikan pada Proses Penangkapan dengan Alat Bantu Cahaya : Suatu Pendekatan Akustik ISSN 0853-7291 Studi Tingkah Laku Ikan pada Proses Penangkapan dengan Alat Bantu Cahaya : Suatu Pendekatan Akustik Muhammad Sulaiman 1 *, Indra Jaya 2, Mulyono S. Baskoro 2 1 Staf Pengajar Politeknik Pertanian

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 31 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 cahaya Menurut Cayless dan Marsden (1983), iluminasi atau intensitas penerangan adalah nilai pancaran cahaya yang jatuh pada suatu bidang permukaan. cahaya dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Iluminasi cahaya Cahaya pada pengoperasian bagan berfungsi sebagai pengumpul ikan. Cahaya yang diperlukan memiliki beberapa karakteristik, yaitu iluminasi yang tinggi, arah pancaran

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU IKAN PADA PERIKANAN BAGAN PETEPETE YANG MENGGUNAKAN LAMPU LED

TINGKAH LAKU IKAN PADA PERIKANAN BAGAN PETEPETE YANG MENGGUNAKAN LAMPU LED Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Hlm. 205-223, Juni 2015 TINGKAH LAKU IKAN PADA PERIKANAN BAGAN PETEPETE YANG MENGGUNAKAN LAMPU LED FISH BEHAVIOR ON FISHERIES BOAT LIFT NET (BAGAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan tingkah laku ikan pada proses penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya dilakukan di perairan Kabupaten Barru Selat Makassar, Sulawesi

Lebih terperinci

2.2. Reaksi ikan terhadap cahaya

2.2. Reaksi ikan terhadap cahaya H. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagan apung Bagan adalah alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat untuk menarik dan mengumpulkan ikan di daerah cakupan alat tangkap, sehingga memudahkan dalam proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga, Indonesia disebut sebagai Negara Maritim. alamnya mayoritas mata pencaharian masyarakat indonesia setelah petani adalah

I. PENDAHULUAN. sehingga, Indonesia disebut sebagai Negara Maritim. alamnya mayoritas mata pencaharian masyarakat indonesia setelah petani adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 Km yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan wilayah laut seluas 5,8

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 213 dari seluruh luas wilayah Indonesia. Luas perairan yang mencapai 5,8 juta km2 yang terbagi atas

Lebih terperinci

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN Vol. 4 No. 1 Hal. 14 Ambon, Mei 215 ISSN. 28519 HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG BERDASARKAN PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA LAMPU FLOURESCENT DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru

5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru 5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru Perairan Kabupaten Barru terletak di pantai barat pulau Sulawesi dan merupakan bagian dari Selat Makassar. Perairan ini merupakan salah satu pintu masuk

Lebih terperinci

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN 4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN 4.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya ikan yang mempunyai

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Macam-macam lampu tabung (http://www.kumpulanistilah.com/2011/06/pengertian-lampu-tl.html)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Macam-macam lampu tabung (http://www.kumpulanistilah.com/2011/06/pengertian-lampu-tl.html) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lampu Tabung (Tubular Lamp) Lampu adalah alat untuk menerangi atau pelita, sedangkan lampu tabung sama halnya dengan lampu neon yaitu lampu listrik berbentuk tabung yang berisi

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Pengaruh Lampu terhadap Hasil Tangkapan... Pemalang dan Sekitarnya (Nurdin, E.) PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Erfind Nurdin Peneliti

Lebih terperinci

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENDEKATAN AKUSTIK DALAM STUDI TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN DENGAN ALAT BANTU CAHAYA (THE ACOUSTIC APPROACH TO FISH BEHAVIOUR STUDY IN CAPTURE PROCESS WITH LIGHT ATTRACTION) MUHAMMAD SULAIMAN

Lebih terperinci

PROSES PENANGKAPAN DAN TINGKAH LAKU IKAN BAGAN PETE PETE MENGGUNAKAN LAMPU LED CAPTURE PROCESS AND FISH BEHAVIOR ON BOAT LIFT NET USING LED LIGHTS

PROSES PENANGKAPAN DAN TINGKAH LAKU IKAN BAGAN PETE PETE MENGGUNAKAN LAMPU LED CAPTURE PROCESS AND FISH BEHAVIOR ON BOAT LIFT NET USING LED LIGHTS Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 2 November 2015: 169-178 ISSN 2087-4871 PROSES PENANGKAPAN DAN TINGKAH LAKU IKAN BAGAN PETE PETE MENGGUNAKAN LAMPU LED CAPTURE PROCESS AND FISH BEHAVIOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN tangkapan yang berbeda. Untuk hari pertama tanpa menggunakan lampu, hari ke menggunakan dua lampu dan hari ke menggunakan empat lampu. Dalam satu hari dilakukan dua kali operasi penangkapan. Data yang

Lebih terperinci

SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK. (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh:

SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK. (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh: Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No.2, November 2012 Hal: 169-175 SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh: Noor Azizah 1 *, Gondo Puspito

Lebih terperinci

dari perkembangan teknologi penangkapan ikan di dunia secara keseluruhan. Salah satu bentuk teknologi penangkapan ikan yang dianggap sukses dan

dari perkembangan teknologi penangkapan ikan di dunia secara keseluruhan. Salah satu bentuk teknologi penangkapan ikan yang dianggap sukses dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi penangkapan ikan di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan teknologi penangkapan ikan di dunia secara keseluruhan. Salah satu bentuk teknologi

Lebih terperinci

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 131 8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 8.1 Pendahuluan Mewujudkan sosok perikanan tangkap yang mampu mempertahankan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Reaksi Pengumpulan Pepetek terhadap Warna Cahaya dengan Intensitas Berbeda Informasi mengenai tingkah laku ikan akan memberikan petunjuk bagaimana bentuk proses penangkapan yang

Lebih terperinci

Balai Diklat Perikanan Banyuwangi

Balai Diklat Perikanan Banyuwangi Menangkap ikan, adalah kegiatan perburuan seperti halnya menangkap harimau, babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya di hutan. Karena sifatnya memburu, menjadikan kegiatan penangkapan ikan mengandung ketidakpastian

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.) DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MORODEMAK

ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.) DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MORODEMAK ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.) DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MORODEMAK Analysis of Catching Anchovy (Stolephorus sp.) by Boat Lift Nets

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Visi

I. PENDAHULUAN Visi I. PENDAHULUAN 1.1. Visi Cahaya merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam kegiatan penangkapan ikan yang memiliki sifat fototaksis positif. Penggunaan cahaya, terutama cahaya listrik dalam kegiatan

Lebih terperinci

DENI ACHMAD SOEBOER, S.Pi, M.Si

DENI ACHMAD SOEBOER, S.Pi, M.Si DENI ACHMAD SOEBOER, S.Pi, M.Si 08121104059 soeboer@yahoo.com TIM PENGAJAR EKSPLORATORI PENANGKAPAN IKAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FPIK-INSTITUT PERTANIAN BOGOR Echo-sounder + alat yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penangkapan Ikan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha manusia untuk menghasilkan ikan dan organisme lainnya di perairan, keberhasilan usaha penangkapan

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 37 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pada ikan merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk

I. PENDAHULUAN. Mata pada ikan merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk . PENDAHULUAN.. Latar Belakang Mata pada ikan merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk mencari makan dan menghindar dari pemangsalpredator atau kepungan alat tangkap. Ketajaman penglihatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRODUKSI BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERIODE BULAN DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU

PERBEDAAN PRODUKSI BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERIODE BULAN DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU PERBEDAAN PRODUKSI BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERIODE BULAN DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU THE DIFFERENCE OF BOAT LIFT-NET PRODUCTION BASED ON MOON PERIOD AT BARRU WATERS Andi Nurlindah 1), Muhammad Kurnia

Lebih terperinci

Menwut Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan (1991), purse seine adalah

Menwut Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan (1991), purse seine adalah TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Usaha Perikanan Purse seine Menwut Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan (1991), purse seine adalah sejenis alat tangkap yang terdiri dari jaring yang membentang antara tali ris

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA Agus Salim Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 29 Mei 2008; Diterima

Lebih terperinci

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6 KESIMPULAN DAN SARAN 67 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengamatan tingkah laku ikan di perairan Barru Selat Makassar, maka dapat disimpulkan : 1. Pola distribusi kawanan ikan

Lebih terperinci

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1 Lift Net & Traps Ledhyane Ika Harlyan Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1 Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa yg mengikuti materi ini

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bagan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bagan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bagan Bagan merupakan suatu alat tangkap yang termasuk kedalam kelompok jaring angkat dan terdiri atas beberapa komponen, yaitu jaring, rumah bagan, dan lampu. Jaring bagan umumnya

Lebih terperinci

Tingkah Laku Ikan (fish behaviour) Oleh: Ririn Irnawati

Tingkah Laku Ikan (fish behaviour) Oleh: Ririn Irnawati Tingkah Laku Ikan (fish behaviour) Oleh: Ririn Irnawati Deskripsi MK TLI Mata kuliah ini membahas tentang tingkah laku ikan terkait dengan lingkungan dan habitat serta metode penangkapan ikan, mikroteknik

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF LIGHT INTENSITY ON RINUAK FISH (PSILOPSIS sp) BY SEROK (SCOOP NET) IN MANINJAU LAKE WEST SUMATERA. By:

THE INFLUENCE OF LIGHT INTENSITY ON RINUAK FISH (PSILOPSIS sp) BY SEROK (SCOOP NET) IN MANINJAU LAKE WEST SUMATERA. By: THE INFLUENCE OF LIGHT INTENSITY ON RINUAK FISH (PSILOPSIS sp) BY SEROK (SCOOP NET) IN MANINJAU LAKE WEST SUMATERA By: Kartika Rahma N Dj 1), Arthur Brown 2), Bustari kartikahere@gmail.com Abstract The

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi GILL NET (Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi Pendahuluan Gill net (jaring insang) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang bersifat terbarukan (renewable). Disamping itu sifat open access atau common property yang artinya pemanfaatan

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS LAMPU BAWAH AIR TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA BAGAN TANCAP. Effect of Underwater Lamp Intensity on The Lift Net s Fishing Catches

PENGARUH INTENSITAS LAMPU BAWAH AIR TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA BAGAN TANCAP. Effect of Underwater Lamp Intensity on The Lift Net s Fishing Catches Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 6, No. 2, November 2015 Hal: 195-202 PENGARUH INTENSITAS LAMPU BAWAH AIR TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA BAGAN TANCAP Effect of Underwater Lamp Intensity on The Lift

Lebih terperinci

Harry Kurniawan 1), Ir. Arthur Brown, M.Si 2), Dr. Pareg Rengi, S.Pi, M.Si 2) ABSTRAK

Harry Kurniawan 1), Ir. Arthur Brown, M.Si 2), Dr. Pareg Rengi, S.Pi, M.Si 2)   ABSTRAK KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PUKAT TERI (PURSE SEINE) SEBELUM DAN SESUDAH TENGAH MALAM DI DESA KWALA GEBANG KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA Harry Kurniawan 1), Ir. Arthur Brown,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

PENENTUAN RESPON OPTIMAL FUNGSI PENGLIHATAN IKAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG DAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK

PENENTUAN RESPON OPTIMAL FUNGSI PENGLIHATAN IKAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG DAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK PENENTUAN RESPON OPTIMAL FUNGSI PENGLIHATAN IKAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG DAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK Fita Fitria, Welina Ratnayanti K, Tri Anggono P Laboratorium Biofisika, Departemen Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN BAGAN TANCAP BERDASARKAN WAKTU HAULING PADA JARAK YANG BERBEDA DARI PANTAI, DI DESA PUNAGAYA KAB.

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN BAGAN TANCAP BERDASARKAN WAKTU HAULING PADA JARAK YANG BERBEDA DARI PANTAI, DI DESA PUNAGAYA KAB. PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN BAGAN TANCAP BERDASARKAN WAKTU HAULING PADA JARAK YANG BERBEDA DARI PANTAI, DI DESA PUNAGAYA KAB.JENEPONTO SKRIPSI ANDI HESTY S.MANGGABARANI L231 07 030 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN: GAYA EXTRA BOUYANCY DAN BUKAAN MATA JARING SEBAGAI INDIKATOR EFEKTIFITAS DAN SELEKTIFITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PERAIRAN SAMPANG MADURA Guntur 1, Fuad 1, Abdul Rahem Faqih 1 1 Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

Study on the use of different light intensities on fish catch of raft lift net in Dodinga Bay, West Halmahera Regency

Study on the use of different light intensities on fish catch of raft lift net in Dodinga Bay, West Halmahera Regency Aquatic Science & Management, Vol. 2, No. 2, 38-43 (April 2014) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00054 Study

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya 99 6 PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya Faktor kondisi perairan yang menjadi perhatian utama dalam penelitian tentang penentuan ZPPI dan kegiatan penangkapan ikan ini adalah SPL,

Lebih terperinci

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI 4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI Pendahuluan Ikan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut dan masih banyak faktor lainnya (Brond 1979).

Lebih terperinci

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI Dosen Pengampu: RIN, ASEP, DIAN, MUTA Revisi pada pertemuan ke 13-15 Sehubungan dgn MK Indraja yg dihapus. Terkait hal tersebut, silakan disesuaikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LAMPU BAWAH AIR SEBAGAI ALAT BANTU PADA BAGAN TANCAP DI DESA TAMBAK LEKOK KECAMATAN LEKOK PASURUAN

PENGEMBANGAN LAMPU BAWAH AIR SEBAGAI ALAT BANTU PADA BAGAN TANCAP DI DESA TAMBAK LEKOK KECAMATAN LEKOK PASURUAN PENGEMBANGAN LAMPU BAWAH AIR SEBAGAI ALAT BANTU PADA BAGAN TANCAP DI DESA TAMBAK LEKOK KECAMATAN LEKOK PASURUAN DEVELOPMENT OF UNDER WATER LAMP AS A TOOL TO LIFT NET IN TAMBAK LEKOK VILLAGE PASURUAN Fuad

Lebih terperinci

Durasi keberadaan ikan di bawah cahaya lampu yang diamati melalui CCTV di perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara

Durasi keberadaan ikan di bawah cahaya lampu yang diamati melalui CCTV di perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(2): 94-1, Desember 215 ISSN 2337-436 Durasi keberadaan ikan di bawah cahaya lampu yang diamati melalui CCTV di perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara Duration

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

Sukardi 1), Subari Yanto 2), Kadirman 3) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian FT UNM, 2) dan 3) Dosen FT UNM

Sukardi 1), Subari Yanto 2), Kadirman 3) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian FT UNM, 2) dan 3) Dosen FT UNM S242 PENGARUH WARNA CAHAYA LAMPU DAN INTENSITAS CAHAYA YANG BERBEDA TERHADAP RESPONS BENIH IKAN BANDENG (Chanos Chanos forskal) dan BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) The Influence of Light Color

Lebih terperinci

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN) PURSE SEINE (PUKAT CINCIN) Guru Pengampu: ADZWAR MUDZTAHID TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN SMK NEGERI 3 TEGAL Hal-1 METODE PENANGKAPAN DAN ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) PENDAHULUAN P ukat cincin

Lebih terperinci

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20. 1 Edisi Maret 2012 Hal. 89-102 SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI Oleh: Himelda 1*, Eko Sri Wiyono

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi 5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi Fyke net yang didisain selama penelitian terdiri atas rangka yang terbuat dari besi, bahan jaring Polyetilene. Bobot yang berat di air dan material yang sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Perkembangan Purse Seine Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent, Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan

Lebih terperinci

PROFIL PENCAHAYAAN DAN DISTRIBUSI IKAN PADA AREAL PENANGKAPAN BAGAN RAMBO DI SELAT MAKASSAR

PROFIL PENCAHAYAAN DAN DISTRIBUSI IKAN PADA AREAL PENANGKAPAN BAGAN RAMBO DI SELAT MAKASSAR Tulisan ini merupakan makalah utama pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia tgl 8-9 Oktober 2003, di Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Dimuat dalam Prosiding Vol. 3 hal 28-42. PROFIL PENCAHAYAAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS PRODUKSI CUMI CUMI

ANALISIS EFEKTIFITAS PRODUKSI CUMI CUMI AKUATIK. Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 10 Nomor 2 Tahun 2016 56 ANALISIS EFEKTIFITAS PRODUKSI CUMI CUMI (Loligo sp.) PADA ALAT TANGKAP BAGAN TANCAP MENGGUNAKAN LAMPU CELUP DALAM AIR DAN LAMPU DI ATAS

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat 4.2 Alat dan bahan 4.3 Metode pengambilan data

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat 4.2 Alat dan bahan 4.3 Metode pengambilan data 21 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan antara bulan Juli 2010 Juli 2011 bertempat di laboratorium Teknologi Alat Penangkapan Ikan, PSP, IPB ; dan perairan Teluk Palabuhanratu,

Lebih terperinci

PENGARUH ATRAKTOR CUMI TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP BAGAN TANCAP DI PERAIRAN JEPARA

PENGARUH ATRAKTOR CUMI TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP BAGAN TANCAP DI PERAIRAN JEPARA Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) Website: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Jurnal Saintek Perikanan Vol.11 No.2: 134-139, Februari 2016 PENGARUH

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.49 Tahun 1999. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 7 Nomor 2. Desember 2017 e ISSN Halaman :

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 7 Nomor 2. Desember 2017 e ISSN Halaman : Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN 2089 3469 Volume 7 Nomor 2. Desember 2017 e ISSN 2540 9484 Halaman : 167 180 Perbedaan Hasil Tangkapan Bagan Tancap dengan Menggunakan Lampu CFL dan LED Dalam Air (Leda)

Lebih terperinci

PENGARUH ILUMINASI ATRAKTOR CAHAYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PADA BAGAN APUNG

PENGARUH ILUMINASI ATRAKTOR CAHAYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PADA BAGAN APUNG PENGARUH ILUMINASI ATRAKTOR CAHAYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PADA BAGAN APUNG EFFECT OF LIGHT ILLUMINATION OF ATTRACTOR ON CATCH OF LIFT NET IN PELABUHAN RATU ABSTRAK Regi Fiji Anggawangsa, Ignatius

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN PINTA PURBOWATI 141211133014 MINAT TIHP FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama

Lebih terperinci

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan Fishing Methods: Gillnetting By. Ledhyane Ika Harlyan Tujuan Instruksional Khusus (Semoga) Mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan macam-macam gillnet 2. Teknis tertangkapnya ikan dengan menggunakan gillnet 3.

Lebih terperinci

Setelah manusia mengetahui cara membuat api, mereka juga menemukan. bahwa beberapa jenis ikan tertarik oleh cahaya. Namum tidak diketahui dengan

Setelah manusia mengetahui cara membuat api, mereka juga menemukan. bahwa beberapa jenis ikan tertarik oleh cahaya. Namum tidak diketahui dengan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan Setelah manusia mengetahui cara membuat api, mereka juga menemukan bahwa beberapa jenis ikan tertarik oleh cahaya. Namum tidak diketahui

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan 5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan Spesifikasi ketiga buah kapal purse seine mini yang digunakan dalam penelitian ini hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Ukuran kapal tersebut dapat dikatakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAMPU LISTRIK UNTUK PENINGKATAN HASIL TANGKAPAN PADA BAGAN APUNG TRADISIONAL DI PELABUHAN RATU

PEMANFAATAN LAMPU LISTRIK UNTUK PENINGKATAN HASIL TANGKAPAN PADA BAGAN APUNG TRADISIONAL DI PELABUHAN RATU PEMANFAATAN LAMPU LISTRIK UNTUK PENINGKATAN HASIL TANGKAPAN PADA BAGAN APUNG TRADISIONAL DI PELABUHAN RATU UTILIZATION OF ELECTRIC LAMPS TO INCREASE CATCH OF TRADITIONAL LIFT NET IN PELABUHAN RATU WATERS

Lebih terperinci

terdistribusi pada seluruh strata kedalaman, bahkan umumnya terdapat dalam frekuensi yang ringgi. Secara horisontal, nilai target strength pada

terdistribusi pada seluruh strata kedalaman, bahkan umumnya terdapat dalam frekuensi yang ringgi. Secara horisontal, nilai target strength pada Dian Herdiana (C06499072). Pendugaan Pola Distribnsi Spasio-Temporal Target Strettgth Ikan Pelagis dengan Split Beam Acor~stic System di Perairan Teluk Tomini pada Bulan Juli-Amstus 2003. Di bawah bimbin~an

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar dalam produksi perikanan selain dari perikanan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PRODUKTIVITAS BAGAN TANCAP DI PERAIRAN KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN WARDA SUSANIATI L

STUDI TENTANG PRODUKTIVITAS BAGAN TANCAP DI PERAIRAN KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN WARDA SUSANIATI L STUDI TENTANG PRODUKTIVITAS BAGAN TANCAP DI PERAIRAN KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN SKRIPSI WARDA SUSANIATI L 231 7 2 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN MINI PURSE SEINE MENGGUNAKAN JUMLAH LAMPU YANG BERBEDA. OLEH: AGUS SUHERMAN

ANALISIS HASIL TANGKAPAN MINI PURSE SEINE MENGGUNAKAN JUMLAH LAMPU YANG BERBEDA. OLEH: AGUS SUHERMAN ANALISIS HASIL TANGKAPAN MINI PURSE SEINE MENGGUNAKAN JUMLAH LAMPU YANG BERBEDA. OLEH: AGUS SUHERMAN PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK AGUS SUHERMAN. Analisis Hasil Tangkapan Mini

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial 5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI HIDROAKUSTIK UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN BAGAN PERAHU

PEMANFAATAN TEKNOLOGI HIDROAKUSTIK UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN BAGAN PERAHU PEMANFAATAN TEKNOLOGI HIDROAKUSTIK UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN BAGAN PERAHU UTILIZATION OF HYDROACOUSTIC TECHNOLOGY FOR FISHERIES BUSINESS DEVELOPMENT OF BOAT LIFTNET Muhammad Kurnia 1), Sudirman

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unit Penangkapan Mini Purse Seine di Kabupaten Jeneponto 4.1.1 Kapal Kapal yang dipergunakan untuk pengoperasian alat tangkap mini purse seine di Desa Tanru Sampe dan Tarowang

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNOLOGI AKUSTIK PADA PERIKANAN BAGAN PERAHU APPLICATION OF ACOUSTIC TECHNOLOGY ON THE FISH CATCH OF BOAT LIFT NET

PENERAPAN TEKNOLOGI AKUSTIK PADA PERIKANAN BAGAN PERAHU APPLICATION OF ACOUSTIC TECHNOLOGY ON THE FISH CATCH OF BOAT LIFT NET PENERAPAN TEKNOLOGI AKUSTIK PADA PERIKANAN BAGAN PERAHU Full Paper APPLICATION OF ACOUSTIC TECHNOLOGY ON THE FISH CATCH OF BOAT LIFT NET Muhammad Kurnia*, Sudirman & Alfa Nelwan Departemen Perikanan Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU TABUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG NELA INDAH ERMAWATI

PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU TABUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG NELA INDAH ERMAWATI PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU TABUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG NELA INDAH ERMAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali didasarkan atas kelompok ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat Malaka yang menjadi daerah penangkapan ikan dengan tingkat eksploitasi yang cukup tinggi. Salah satu komoditi

Lebih terperinci