PRAKTIKUM TINGKAH LAKU IKAN
|
|
- Hengki Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENDAHULUAN Pengetahuan tentang tingkah laku ikan merupakan cabang ilmu yang dapat diaplikasikan dalam bidang perikanan tangkap. Penerapan ilmu ini sangat terbatas dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya kegiatan penelitian tentang pengembangan perikanan tangkap yang didasarkan dari pendekatan tingkah laku ikan. Mata kuliah tingkah laku ikan merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang respon ikan terhadap stimulus yang berhubungan dengan faktor internal dan eksternal yang berupa pola tingkah laku sebagai adaptasi ikan terhadap habitatnya. Pengetahuan tentang hal ini sangat penting digunakan dalam penentuan aspek teknologi alat tangkap yang akan dikembangkan. Pada prakteknya cukup sulit untuk menentukan stimulus yang menyebabkan terjadinya respon berupa pola tingkah laku ikan. Hal itu terjadi karena banyak faktor yang mendasari respon-respon tersebut dapat dikaitkan dengan natural behavior ikan yang berupa stimulus kimia dan fisik, misalnya: rangsangan penglihatan (optical stimuli), rangsangan kimiawi (chemical stimuli), rangsangan pendengaran (accoustic stimuli), rangsangan listrik (electrical stimuli), dan lain-lain. Oleh karena itu, buku penuntun pelatihan asisten mata kuliah ini berfungsi untuk memuat cara-cara untuk mengkaji natural behavior ikan serta beberapa stimulus-stimulus yang mempengaruhi pola tingkah laku ikan sbb: (1) tingkah laku ikan mulai dari awal menetas, tingkah laku pada saat pembesaran, tingkah laku pada waktu pemijahan; (2) respon penglihatan ikan terhadap perbedaan warna; (3) respon penciuman ikan terhadap umpan; dan (4) respon ikan terhadap perubahan suhu. 1
2 1. TINGKAH LAKU ALAMI IKAN (Natural Behavior) A. Pengantar Teori Praktikum Menurut Indonesian Coral Reef Foundation(2004), ikan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengelompokkan ikan berdasarkan perannya. Pengelompokkan ikan berdasarkan periode aktif mencari makan dibagi lagi atas tiga kelompok yaitu: 1. Ikan nokturnal, merupakan jenis ikan yang aktif pada malam hari. contohnya pada ikan-ikan dari suku Holocentridae (swanggi), suku Apogonindae (beseng), dan lain-lain. 2. ikan-ikan diurnal, merupakan jenis ikan yang aktif pada siang hari. contohnya pada ikan-ikan dari suku Pornacentridae (injel, napoleon), Acanthuridae (keramba lencam) dan lain-lain. 3. ikan crepuscular, merupakan ikan yang aktif antara waktu siang dan malam. contohnya pada ika-ikan dari suku Sphyraenidae (Baracudas), Serrenaide (kerapu), Carangidae (ikan kue), dan lain-lain. Pengelompokan ikan berdasarkan peranannya juga dibagi atas tiga kelompok yaitu: 1. Ikan target, merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi, seperti Serranidae (kerapu), Lutjanidae (kakap), Lethrinidae (ketamba lencam), Acanthuridae (botana), dan Siganidae ( barong). 2. Ikan indikator, merupakan ikan penentu keberadaan terumbu karang karena ikan ini erat hubungannya dengan tingkat kesuburan terumbu karang, yaitu ikan kepe-kepe dari Famili Chaetodontidae. 3. Ikan lain (mayor famili), ikan jenis ini umumnya dalam jenis banyak dan umumnya dijadikan ikan hias air laut. Contohnya kakaktua dari famili Scaridae, swanggi dari famili Holocentridae, dan lain-lain. Nontji (1993) mengatakan bahwa ikan yang berasal dari perairan karang yang mempunyai nilai ekonomis penting dalam produksi perikanan antara lain ikan ekor kuning dan pisang-pisang (Caesio spp.), berbagai macam ikan hias, dan ikan yang sering disajikan, misalnya beronang (Siganus), lencam (Lethrinus), kuweh (Caranx), kakap (Lutjjanus), dan kerapu (Epinephelus). 2
3 Ikan kerapu, termasuk famili Serranide, dikenal sebagai ikan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Penyebarannya meliputi daerah tropis dan subtropis. Biasanya hidup di perairan karang berkedalaman kurang lebih 27 m (Departemen Pertanian, 1987) Ikan kerapu (Epinephelus sp) merupakan satu diantara sekian jenis ikan laut yang bernilai ekonomis tinggi yang banyak dipasarkan dalam keadaan hidup untuk restoranrestoran elit, baik di dalam maupun di luar negeri (Pramu 1994). Produksi ikan kerapu di Indonesia mencapai 6-30 ton per tahun (Hartati at a. 2004). Di Indonesia ikan kerapu terdapat di seluruh wilayah perairan teluk Banten, Ujung Kulon, Kep. Riau, Kep. Karimunjawa, Kep. Seribu, dan NTB (Mayunar, 1991). Ada berbagai jenis ikan kerapu yang terdapat di Indonesia, di antaranya adalah kerapu lumpur (Epinephelus suillus), kerapu sunu (Plectropomus leopardus), kerapu tikus (Cromileptes altivelis), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), kerapu lodi (Plectropomus maculatus), kerapu merah (Epinephelus fasciatus), kerapu tutul (Epinephelus melanustigma), kerapu batu (Cephalopholis boenack), kerapu hitam (Cephalopholis microprion), dan kerapu lokal (Epinephelus gouyanus) (Balai Penelitian Perikanan Laut 2007). Ikan dari famili Serranidae di alam, aktif makan pada siang dan malam hari. selanjutnya ikan kerapu dalam mencari makanan akan berenangrenang di antara batu karang, atau celah-celah batu yang merupakan tempat persembunyian dan hanya kepalanya yang terlihat. dari tempat inilah ikan kerapu menunggu mangsanya. bila mangsanya telah tampak, ikan kerapu segera melesat dengan cepat menangkap mangsanya dan menelannya, setelah itu akan kembali ke tempat persembunyiannya (Sugama et al. 1986). B. Tujuan Mengetahui tingkah laku ikan mulai dari awal menetas, tingkah laku pada saat pembesaran, tingkah laku pada waktu pemijahan. C. Kompetensi Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tingkah laku ikan mulai dari awal menetas, tingkah laku pada saat pembesaran, tingkah laku pada waktu pemijahan. 3
4 D. Prosedur Kerja a. Metode - Mengamati dan mencatat secara langsung tingkah laku ikan pada masing-masing akuarium - Mencatat penjelasan dari pemateri - Tanya jawab serta diskusi dengan pemateri. b. Lembar Hasil Pengamatan Nama umum Ikan : Nama ilmiah : MORFOLOGI IKAN 1 a. bentuk tubuh ikan :. b. bentuk dan letak mulut :. c. bentuk sirip ekor :. d. warna ikan :. 2 Deskripsi Singkat morfologi ikan : KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH 4
5 Diskripsi Singkat Kualitas Air yang berpengaruh: TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN Diskripsi singkat tingkah laku kebiasaan makan : TINGKAH LAKU PEMIJAHAN Diskripsi singkat tingkah laku pemijahan: 5
6 TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI Diskripsi singkat tingkah laku pemijahan secara alami TINGKAH LAKU KHUSUS Diskripsi Singkat tingkah laku khusus ikan objek 6
7 2. RESPON PENGLIHATAN IKAN TERHADAP PERBEDAAN WARNA (Optical Stimuli) A. Pengantar Teori Praktikum Gambaran umum tentang ketajaman penglihatan ikan dan kemampuan membedakan warna dapat digunakan dalam menentukan metode dan teknologi penangkapan ikan. Penglihatan ikan berhubungan erat dengan kemampuan penginderaan mata ikan yang memungkinkan ikan dapat melihat hampir ke seluruh bagian dari lingkungan sekelilingnya. Hanya satu bagian sempit pada bagian sebelah belakang ikan tidak dapat dicakup oleh luasnya area yang yang daat dilihat oleh ikan. Penentuan jarak penglihatan selain dipengaruhi oleh kemampuan indera penglihatan ikan juga dipengaruhi oleh keadaan penglihatan dalam air. Pada kejernihan air yang baik dan terang, jarak penglihatan bergantung pada kemampuan penglihatan mata ikan itu sendiri. Pada jarak tertentu ikan dapat membedakan titik yang sangat berdekatan sebagai dua titik dan tidak sebagai satu titik atau kabur pengelihatannya. Bebetapa jenis ikan mempunyai kemampuan untuk bisa melihat benda yang kontras dengan latar belakangnya pada jarak beberapa puluh meter (Purbayanto et.al, 2010). Dalam praktikum ini akan diobservasi bagaimana rangsangan yang ditujukan untuk organ penglihatan (mata) ikan. Rangsangan yang dapat diterima oleh mata ikan dapat berupa bentuk, warna dan gerak. Cahaya (warna) digunakan sebagai salah satu bentuk rangsangan untuk menarik perhatian ikan yang dianalogikan dapat menjadi atraktor/ alat bantu pengumpul ikan atau bahkan sebagai alat bantu untuk menakuti ikan. B. Tujuan Mengetahui respons ikan terhadap perbedaan warna cahaya. C. Kompetensi Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan berbagai macam respon ikan terhadap cahaya dan menghubungkannya dengan proses penangkapan. 7
8 D. Prosedur Kerja a. Bahan 1. Ikan air laut sebanyak 12 ekor : sebagai objek yang diamati tingkah lakunya 2. Air laut : sebagai media hidup ikan b. Alat 1. Akuarium : untuk tempat percobaan serta wadah pengadaptasian ikan setelah pemindahan. 2. Sekat : untuk menyekat antara lampu satu dengan yang lainnya 3. Lampu dengan daya 5 watt masing-masing berwarna merah, biru, kuning : untuk membandingkan respon ikan pada masing-masing cahaya tersebut, adapun dipakai merah, biru, dan kuning adalah karena menurut penelitian yang terdahulu ikan lebih cenderung tertarik pada 3 warna tersebut. 4. Stop kontak : untuk mematikan dan menghidupkan lampu pada saat perlakuan 5. Stopwatch : untuk menghitung waktu yang digunakan 6. Sterofoam : Untuk pengkondisian gelap (agar cahaya yang diluar tidak masuk dan sebaliknya) 7. Tongkat : untuk menggantungkan lampu. 8. Kabel : untuk menghubungkan arus listrik. 8
9 c. Skema Kerja a. Lampu 1 Siapkan alat dan bahan Tutup seluruh sisi akuarium dengan sterofoam Matikan lampu ruangan, nyalakan lampu 1, dan hidupkan stopwatch secara bersamaan Amati dan hitung jumlah ikan yang mendekati setiap lampu selama 5 menit pada 10 detik terakhir pada tiap menitnya Hidupkan lampu ruangan, matikan lampu 1, dan matikan stopwatch secara bersamaan selama 2 menit Ulangi perlakuan di atas sebanyak 2 kali Catat Hasil 9
10 b. Lampu 2 Siapkan alat dan bahan Tutup seluruh sisi akuarium dengan sterofoam Matikan lampu ruangan, nyalakan lampu 2, dan hidupkan stopwatch secara bersamaan Amati dan hitung jumlah ikan yang mendekati setiap lampu selama 5 menit pada 10 detik terakhir pada tiap menitnya Hidupkan lampu ruangan, matikan lampu 1, dan matikan stopwatch secara bersamaan selama 2 menit Ulangi perlakuan di atas sebanyak 2 kali Catat Hasil 10
11 c. Lampu 3 Siapkan alat dan bahan Tutup seluruh sisi akuarium dengan sterofoam Matikan lampu ruangan, nyalakan lampu 3, dan hidupkan stopwatch secara bersamaan Amati dan hitung jumlah ikan yang mendekati setiap lampu selama 5 menit pada 10 detik terakhir pada tiap menitnya Hidupkan lampu ruangan, matikan lampu 1, dan matikan stopwatch secara bersamaan selama 2 menit Ulangi perlakuan di atas sebanyak 2 kali Catat Hasil 11
12 d. Lembar Hasil Pengamatan Nama ikan: Nama Ilmiah : Data jumlah ikan yang mendekati cahaya setiap menit Pengamatan ke. Menit ke / warna lampu Merah Biru Kuning
13 Nama ikan: Nama Ilmiah : Data jumlah ikan yang mendekati cahaya setiap menit Pengamatan ke. Menit ke / warna lampu Merah Biru Kuning
14 Pembahasan : Kesimpulan : 14
15 3. RESPON PENCIUMAN (Chemical Stimuli) A. Pengantar Teori Praktikum Reseptor kimia merupakan hal yang penting yang dibutuhkan ikan dalam melakukan aktivitas hidupnya. aktivitas yang dilakukan ikan yang berhubungan dengan reseptor kimia antara lain pencarian makan, pengenalan jenis kelamin (sex) pada satu kelompok, membedakan antar individu pada satu kelompok spesies yang sama (schooling) atau kelompok yang berbeda (shoaling), mendekati penempatan dan kehadiran makanan, mencari pasangan, pemangsaan, atau mencari lokasi tempat bertelur (Hara (1993) dalam purbayanto et.al, 2010). Rangsangan kimiawi memegang peranan yang penting terhadap penggunaan umpan. Kandungan kimia pada umpan yang mampu direspon ikan oleh indera penciuman adalah asam amino dan asam lemak. Setiap spesies ikan memiliki ketertarikan yang berbeda-beda terhadap jenis asam amino. Dalam praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui respon penciuman ikan terhadap umpan yang berbeda-beda. Respon penciuman ikan terhadap rangsangan kimia dapat dibedakan menjadi empat fase, yaitu: 1. Arousal/ Detect (menerima rangsangan) fase dimana ikan mulai mendeteksi adanya rangsangan. 2. Searching/ React (mencari) fase ikan mulai mencari makanan. 3. Finding (menemukan) ikan menemukan umpan. 4. Uptake (memakan) ikan memakan umpan Percobaan akan melibatkan ketiga fase awal respon ikan. Pencatatan terhadap ketiga fase ini akan dapat menentukan tingkat preferensi ikan terhadap umpan jenis tertentu. B. Tujuan Mengetahui respon ikan terhadap rangsangan bau yang ditimbulkan suatu obyek yang berbeda. C. Kompetensi Mahasiswa mengetahui dan menjelaskan bagaimana respon ikan terhadap rangsangan bau yang ditimbulkan suatu obyek yang berbeda. 15
16 D. Prosedur Kerja a. Bahan 1. 3 ekor ikan air tawar (fresh water fish) : Objek yang akan diamati tingkah lakunya 2. 3 Umpan (cumi-cumi, ikan rucah dan udang) : Sebagai perangsang indera pembau dan pengecap pada ikan 3. Air tawar : sebagai media hidup ikan dan sebagai perantara zat kimia pada umpan b. Alat 1. Akuarium : untuk tempat percobaan 2. Bak : Untuk tempat pengadaptasian ikan 3. Sekat perlakuan : untuk memberi batas antar area 4. Termometer : untuk mengukur suhu air dalam akuarium 5. Aerator : Untuk memberikan suplai oksigen serta memberikan arus terhadap air yang ada di akuarium 6. Serok : Untuk memindahkan ikan dari bak ke akuarium uji 7. Penggaris : Untuk mengukur jarak start ikan dan mengukur jarak start dengan umpan 8. Benang : untuk mengikat umpan dan menghubungkannya pada tongkat 9. Tongkat : untuk menggantung tali umpan 10. BoardMarker : menandai akuarium 11. Aerator : untuk suplai oksigen dan menyebarkan aroma umpan 12. Stopwatch : untuk menghitung waktu yang digunakan dalam pengamatan 16
17 c. Skema Kerja a. Umpan Udang Siapkan alat dan bahan Giring ikan ke area start Tahan ikan di area start menggunakan sekat perlakuan bersamaan dengan diturunkannya umpan udang selama 5 menit Diangkat sekat perlakuan secara perlahan Diamati dan dicatat tingkah laku ikan sesuai 3 fase respon yaitu Aurosal, Searching, dan Finding selama tidak lebih dari 10 menit Hasil 17
18 b. Umpan Cumi-cumi Siapkan alat dan bahan Giring ikan ke area start Tahan ikan di area start menggunakan sekat perlakuan bersamaan dengan diturunkannya umpan cumi-cumi selama 5 menit Diangkat sekat perlakuan secara perlahan Diamati dan dicatat tingkah laku ikan sesuai 3 fase respon yaitu Aurosal, Searching, dan Finding selama tidak lebih dari 10 menit Hasil 18
19 c. Umpan Rucah Siapkan alat dan bahan Giring ikan ke area start Tahan ikan di area start menggunakan sekat perlakuan bersamaan dengan diturunkannya umpan ikan rucah selama 5 menit Diangkat sekat perlakuan secara perlahan Diamati dan dicatat tingkah laku ikan sesuai 3 fase respon yaitu Aurosal, Searching, dan Finding selama tidak lebih dari 10 menit Hasil d. Lembar Hasil Pengamatan Nama ikan : Nama ilmiah : Waktu (menit) & Tingkah Laku Ikan Fase Umpan 1 Umpan 2 Umpan 3 Tingkah laku Waktu Tingkah laku Waktu Tingkah laku Waktu Arousal 19
20 Searching Finding Total Waktu Pembahasan : Kesimpulan 20
21 4. RESPON TERHADAP PERUBAHAN SUHU A. Pengantar Teori Praktikum Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, pergerakan dan kapasitas renang ikan. Distribusi secara vertikal maupun horisontal yang disebabkan oleh suhu dapat melokalisasi konsentrasi ikan sehingga dapat dengan mudah/ rentan terhadap alat tangkap (vulnerable to fish) (He, 2010). Hal ini sangat berperan dalam setting alat tangkap gillnet yang membutuhkan informasi tentang fishing range atau area potensial tangkap ikan yang akan meningkatkan efisiensi alat tangkap tersebut. Perubahan suhu yang ekstrim dapat menimbulkan respon stres pada ikan. Ikan akan menghasilkan respon primer yaitu dengan peningkatan produksi kortikosteroid dan katekolamin. Kortikosteroid dikeluarkan ikan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang menyebabkannya stres akut. Sedang pelepasan katekolamin menyebabkan peningkatan denyut jantung, gula darah, pernapasan, penyerapan oksigen, dan aliran darah ke insang. Ini mempersiapkan ikan untuk lebih baik dalam mengatasi terhadap ancaman wilayah dan keselamatan. Dalam praktikum ini akan diobservasi respon primer ikan berupa pelepasan kedua hormon tersebut yang tampak pada bukaan operculum dan kibasan sirip dada terhadap lingkungan yang ekstrim (suhu panas dan dingin). Hal ini akan berguna untuk mengetahui tingkat stres pada kondisi tersebut. B. Tujuan Mengetahui respon ikan terhadap berbagai lingkungan yang ekstrim C. Kompetensi Mahasiswa mampu menjelaskan dengan benar respon ikan terhadap perubahan lingkungan sekelilingnya. 21
22 D. Prosedur Kerja a. Bahan 1. 3 ekor Ikan air tawar (fresh Water Fish) : Objek yang akan diamati tingkah lakunya 2. Air tawar dengan suhu normal : sebagai media hidup ikan dan pengondisian suhu normal 3. Air Dingin (es) : untuk pengkondisian suhu rendah 4. Air Panas : untuk pengkondisian suhu tinggi b. Alat 1. Akuarium : untuk tempat uji percobaan 2. Nampan : Sebagai tempat alat yang digunakan 3. Stopwatch : untuk menghitung waktu yang dipakai 4. Handtally Counter : untuk menghitung jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip pectoral 5. Termometer : untuk mengukur suhu air dalam akuarium 6. Termos : Untuk wadah air panas sementara 7. Cool box : Untuk wadah air dingin / es batu 8. Heater : Untuk memanaskan air c. Skema Kerja 1. Akuarium Perlakuan Suhu Panas a. Sebelum Perlakuan Suhu Panas Siapkan alat dan bahan Diukur suhu normal air pada akuarium (.. o C) Diamati dan dihitung bukaan operculum dan kibasan sirip pectoral bersamaan dengan dinyalakannya stopwatch selama 5 menit Dicatat jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip pectoral pada setiap menitnya Hasil 22
23 b. Perlakuan Suhu Panas Diukur suhu air pada akuarium setelah dimasukkan air panas secara perlahan hingga suhu mencapai ( 0 C) dan pertahankan suhu selama perlakuan Diamati dan dihitung bukaan operculum dan kibasan sirip pectoral bersamaan dengan dinyalakannya stopwatch selama 5 menit Dicatat jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip pectoral pada setiap it Hasil 2. Akuarium Perlakuan Suhu Dingin a. Sebelum Perlakuan Suhu Dingin Siapkan alat dan bahan Diukur suhu normal air pada akuarium (.. o C) Diamati dan dihitung bukaan operculum dan kibasan sirip pectoral bersamaan dengan dinyalakannya stopwatch selama 5 menit Dicatat jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip pectoral pada setiap menitnya Hasil 23
24 b. Perlakuan Suhu Dingin Diukur suhu air pada akuarium setelah dimasukkan air dingin(es) secara perlahan hingga suhu mencapai ( 0 C) dan pertahankan suhu selama perlakuan Diamati dan dihitung bukaan operculum dan kibasan sirip pectoral bersamaan dengan dinyalakannya stopwatch selama 5 menit Dicatat jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip pectoral pada setiap menitnya Hasil d. Lembar Hasil Pengamatan Nama Ikan : Nama Ilmiah : Data Hasil pengamatan : Parameter & Ulangan Suhu Panas (Perlakuan 1) A. Jumlah Bukaan Sebelum Sesudah operculum (normal) Menit ke Suhu Dingin (Perlakuan 2) Sebelum Sesudah (normal) 24
25 B. Jumlah Kibasan sirip dada Menit ke Pembahasan : Kesimpulan 25
26 FISH BEHAVIOUR CREW 2014: No Nama NIM No. HP 1 Rifki Arihafiki Vita Nurlita Andi Mei Putra Mihrobi Khalwatu Rihmi Jihan Assyifa Ratna Astuti Nugraheningtyas Ratna Trisnaningrum Agnes Kusuma Prembayun Ahmad Teguh Pribadi Novita Putri Firman Aji Wulan Anggraeni
30 Oktober 2013. Ledhyane Ika Harlyan, S.Pi, M.Sc
30 Oktober 2013 Ledhyane Ika Harlyan, S.Pi, M.Sc Setelah menempuh mata kuliah Tingkah Laku Ikan, mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan bagaimana pengetahuan tentang mata kuliah TLI dapat mendukung
Lebih terperinciBUKU PANDUAN ASISTEN TINGKAH LAKU IKAN DISUSUN OLEH : TIM ASISTEN
BUKU PANDUAN ASISTEN TINGKAH LAKU IKAN DISUSUN OLEH : TIM ASISTEN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 BUKU PANDUAN ASISTEN TINGKAH LAKU IKAN Nama : NIM : FAKULTAS PERIKANAN
Lebih terperinci7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN
7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 7.1 Pendahuluan Bubu merupakan alat tangkap yang bersifat pasif. Secara umum, menangkap ikan dengan bubu adalah agar ikan berkeinginan masuk ke dalam
Lebih terperinciMetode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi
Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Prinsip dari metode ini adalah mengumpulkan ikan dalam ruang lingkup suatu alat tangkap. Dalam menarik perhatian ikan, digunakan
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Sarana, Bahan dan Alat Penelitian
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari bulan September 2009 sampai Pebruari 2010. Penelitian ini dilakukan pada dua tempat, untuk respons tingkah laku
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kondisi bak penelitian Kondisi bak yang digunakan selama penelitian dikontrol, sehingga keadaannya mendekati habitat asli ikan kerapu macan di alam. Menurut
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis ikan yang hidup di daerah terumbu karang dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia digolongkan menjadi dua, yaitu ikan hias (ornamental fish) dan ikan
Lebih terperinci6 TINGKAH LAKU IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN
6 TINGKAH LAKU IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 6.1 Pendahuluan Tingkah laku ikan diartikan sebagai perubahan-perubahan ikan dalam kedudukan, tempat, arah, maupun sifat lahiriah suatu makhluk hidup yang mengakibatkan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung biota laut, termasuk bagi beragam jenis ikan karang yang berasosiasi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas terumbu karang Indonesia kurang lebih 50.000 km 2. Ekosistem tersebut berada di wilayah pesisir dan lautan di seluruh perairan Indonesia. Potensi lestari sumberdaya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penangkapan Ikan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha manusia untuk menghasilkan ikan dan organisme lainnya di perairan, keberhasilan usaha penangkapan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pancing ulur selama penelitian terdiri dari 11 famili, 12 genus dengan total 14 jenis ikan yang tertangkap (Lampiran 6). Sebanyak 6
Lebih terperinciFishing target behavior against traps design
Fishing target behavior against traps design By. Ledhyane Ika Harlyan Dept. of Fisheries and Marine Resources Management Fisheries Faculty, Brawijaya University Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sebuah sistem dinamis yang kompleks dimana keberadaannya dibatasi oleh suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari dan kecerahan suatu perairan
Lebih terperinci5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo
58 5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo Dalam pengoperasiannya, bagan rambo menggunakan cahaya untuk menarik dan mengumpulkan ikan pada catchable area. Penggunaan cahaya buatan yang berkapasitas
Lebih terperinciTeknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan
Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.induk yang baik untuk pemijahan memiliki umur untuk
Lebih terperinciJENIS-JENIS IKAN KARANG EKONOMK PENTING SEBAGAI KOMODITI EKSPOR DAN PROSPEK BUDIDAYANYA
Oseana, Volume XXI, Nomor 3, 1996 : 23-31 ISSN 0216-1877 JENIS-JENIS IKAN KARANG EKONOMK PENTING SEBAGAI KOMODITI EKSPOR DAN PROSPEK BUDIDAYANYA Oleh Mayunar 1) ABSTRAK ECONOMICALLY IMPORTANT OF CORAL
Lebih terperinciPENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA
419 Pendederan ikan beronang dengan ukuran tubuh benih... (Samuel Lante) ABSTRAK PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA Samuel Lante, Noor Bimo Adhiyudanto,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar
RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN. I. Pendahuluan
EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN Mochammad Riyanto 1), Ari Purbayanto 1), dan Budy Wiryawan 1) 1) Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan
Lebih terperinciMigrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi ikan adalah adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan
Lebih terperinci5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Tangkapan Total hasil tangkapan Hasil tangkapan bubu tali selama 10 kali operasi adalah 520 ekor dengan berat
33 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Tangkapan 5.1.1 Total hasil tangkapan Hasil tangkapan bubu tali selama 10 kali operasi adalah 520 ekor dengan berat seluruhnya sebesar 43,595 kg. Hasil tangkapan didapatkan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan selama periode pengamatan menunjukkan kekayaan jenis ikan karang sebesar 16 famili dengan 789 spesies. Jumlah tertinggi ditemukan
Lebih terperinciPEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscogutaftus) PEMELIHARAAN LARVA
PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscogutaftus) PEMELIHARAAN LARVA 1. PENDAHULUAN 1) Latar belakang Beberapa jenis ikan laut yang bernilai ekonomis telah banyak dibudidayakan dalam kurungan apung.
Lebih terperinciEKOLOGI IKAN KARANG. Sasanti R. Suharti
EKOLOGI IKAN KARANG Sasanti R. Suharti PENGENALAN LINGKUNGAN LAUT Perairan tropis berada di lintang Utara 23o27 U dan lintang Selatan 23o27 S. Temperatur berkisar antara 25-30oC dengan sedikit variasi
Lebih terperinciIma Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)
PROSES DAN INFRASTRUKTUR HATCHERY IKAN KERAPU (Epeinephelus, Cromileptes, dll) Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) IKAN KERAPU Ikan kerapu merupakan komoditas eksport yang bernilai ekonomis tinggi
Lebih terperinciJurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo
PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN LAUT DAN PAYAU (BPBILP) LAMU KABUPATEN BOALEMO 1 Ipton Nabu, 2 Hasim, dan
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta
Lebih terperinciPOTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA
Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8: Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 7 POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan wilayah yang memiliki ciri khas kehidupan pesisir dengan segenap potensi baharinya seperti terumbu karang tropis yang terdapat di
Lebih terperinciRESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI
RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM Deka Berkah Sejati SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN
Lebih terperinciPanduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa
Panduan Ikan Louhan A. Jenis-jenis ikan louhan yang pernah populer di Indonesia. Mungkin, dari beberapa jenis ikan ini, ada jenis ikan louhan yang pernah kamu pelihara : 1. Ikan Louhan Cencu Ikan louhan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Retina Mata Ikan
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Retina Mata Ikan Mata (penglihatan) pada ikan merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk mencari makan, menghindari predator atau pemangsa, atau keluar dari
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai keanekaragaman biologi yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung bagi berbagai
Lebih terperinci3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama.
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces
Lebih terperinciDeskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)
1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Laut di Indonesia 2.2 Gambaran Umum Komoditas Ikan Kerapu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Laut di Indonesia Secara garis besar, perikanan dibedakan menjadi dua jenis yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya baik di darat maupun di laut. Perikanan tangkap
Lebih terperinciNutrisi Pakan pada Pendederan kerapu
Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama
Lebih terperinciTINGKAH LAKU MAKAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) TERHADAP PERBEDAAN UMPAN (SKALA LABORATORIUM)
TINGKAH LAKU MAKAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) TERHADAP PERBEDAAN UMPAN (SKALA LABORATORIUM) Tiger Krapu Fish s Eating Behaviour Toward the Bait Difference (Laboratory Scale) Aristi Dian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon
Lebih terperinciPENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP POLA TINGKAH LAKU MAKAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) 1
PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP POLA TINGKAH LAKU MAKAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) 1 (Effect of Bait on Feeding Behavior Pattern of Grouper (Ephinephelus fuscoguttatus)) ABSTRAK Aristi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Lobster Air Tawar Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili
Lebih terperinciVolume 4 Nomor 1, April 2011 ISSN : X. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Borneo Tarakan. Kalimantan Timur
Volume 4 Nomor 1, April 2011 ISSN : 2087-121X 2011 Jurnal HARPODON Harpodon BORNEO Borneo Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan Kalimantan Timur Volume 4 Nomor 1 April 2011 ISSN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reefs) tersebar hampir di seluruh perairan dunia dengan kondisi paling berkembang pada kawasan perairan tropis. Meski luas permukaan bumi
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps
4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu (Traps) Bubu merupakan alat penangkapan ikan yang pasif (pasif gear). Alat tangkap ini memanfaatkan tingkah laku ikan yang mencari tempat persembunyian maupun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Taksonomi Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi dan Taksonomi Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus) Ikan Kerapu Macan mempunyai banyak nama lokal. Di India, Kerapu Macan dikenal dengan nama Fana, Chammam, dan di
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi
Lebih terperinci6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet
114 6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet Berdasarkan hasil penelitian pada Bab 5, leadernet berwarna kuning lebih efektif daripada leadernet berwarna hijau dalam menggiring ikan.
Lebih terperinci5 PEMBAHASAN 5.1 Bubu Lipat
5 PEMBAHASAN 5.1 Bubu Lipat Bubu lipat modifikasi pintu samping dan bubu lipat pintu atas dengan penambahan pintu jebakan bentuk kisi-kisi merupakan desain dan konstruksi yang pertama kali dibuat. Cacing
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jenis Kelamin Belut Belut sawah merupakan hermaprodit protogini, berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada ukuran panjang kurang dari 40 cm belut berada pada
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.49 Tahun 1999. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau
Lebih terperinci2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap memiliki peran penting dalam penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia (Noviyanti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitan ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015 bertempat di Desa Toto Katon, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial
Lebih terperinciPENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN
PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN Oleh : Eddy Afrianto Evi Liviawaty i DAFTAR ISI PENDAHULUAN PROSES PENURUNAN KESEGARAN IKAN PENDINGINAN IKAN TEKNIK PENDINGINAN KEBUTUHAN ES PENGGUNAAN ES
Lebih terperinciDisusun oleh: Arif Misrulloh NIM
LAPORAN HASIL PERCOBAAN PENGARUH SUHU TERHADAP GERAKAN OPERKULUM PADA IKAN MAS Disusun oleh: Arif Misrulloh NIM. 4001415010 JURUSAN IPA TERPADU FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem terbesar kedua setelah hutan bakau dimana kesatuannya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Lokasi Penelitian Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air
Lebih terperinci5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi
5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi Fyke net yang didisain selama penelitian terdiri atas rangka yang terbuat dari besi, bahan jaring Polyetilene. Bobot yang berat di air dan material yang sangat
Lebih terperinciPERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH
PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)
Lebih terperinciBudidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22
Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan
Lebih terperinciBahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Evolusi Kelas Agnatha
Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA Pisces: Evolusi Kelas Agnatha Kelas Agnatha Merupakan vertebrata pertama kali muncul Muncul pada 500
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
(Menentukan Kisaran Preferensi terhadap Kondisi Suhu Lingkungan dan Kecenderungan Makanan) LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN 2015-2016 Asisten Koordinator : Rusnia J. Robo Disusun Oleh : Nama : Rynda Dismayana
Lebih terperinci6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan
6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.
Lebih terperinciUSAHA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU SUNU, Plectropomus leopardus DI INDONESIA
307 Usaha pengembangan budidaya ikan kerapu sunu di Indonesia (Ketut Suwirya) USAHA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU SUNU, Plectropomus leopardus DI INDONESIA ABSTRAK Ketut Suwirya dan Nyoman Adiasmara
Lebih terperinci4 OTAK IKAN KERAPU 4.1 Pendahuluan
4 OTAK IKAN KERAPU 4.1 Pendahuluan Pemahaman tentang otak ikan akan membantu dalam mempelajari adaptasi tingkah laku ikan karena berhubungan erat dengan indera-indera dan sistem hormonal yang terdapat
Lebih terperinciIkan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih
Standar Nasional Indonesia Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. Kawasan Perairan Pantai Desa Ponelo secara administratif termasuk
25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan Perairan Pantai Desa Ponelo secara administratif termasuk wilayah di Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi
Lebih terperinciRESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)
1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat
I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2 1. Cara adaptasi tingkah laku hewan mamalia air yang hidup di air laut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin dalam Rahman (2012), sistematika ikan black ghost adalah sebagai berikut : Kingdom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Sungai yang berhulu di Danau Kerinci dan bermuara di Sungai Batanghari
Lebih terperinciModul 3 Uji Toksisitas Sub-Lethal
Modul 3 Uji Toksisitas Sub-Lethal MODUL 3 Uji Toksisitas Sub-Lethal POKOK BAHASAN : Pemaparan dan pengamatan Uji Toksisitas Sub-Lethal TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami dan mampu melaksanakan persiapan, pemaparan,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara ekologis ekosistem padang lamun di perairan pesisir dapat berperan sebagai daerah perlindungan ikan-ikan ekonomis penting seperti ikan baronang dan penyu, menyediakan
Lebih terperinciProgram Bycatch: Pengembangan Teknologi Mitigasi
Program Bycatch: Pengembangan Teknologi Mitigasi By : Gusti Kade Adiatmika Produktivitas sektor perikanan memiliki porsi tersendiri dalam industri bisnis di Indonesia. Berbagai alat tangkap dimodifikasi
Lebih terperinciTEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA
TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA Agus Salim Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 29 Mei 2008; Diterima
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penangkapan 2.2 Alat Tangkap Perangkap ( Traps
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penangkapan Teknologi penangkapan ikan yang akan dikembangkan setidaknya harus memenuhi empat aspek pengkajian bio-techniko-socio-economic-approach yaitu: (1) Bila ditinjau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa karena keanekaragaman hayati dan agroekosistem Indonesia
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Objek Indonesia adalah negara maritim yang dikatakan sebagai zamrud khatulistiwa karena keanekaragaman hayati dan agroekosistem Indonesia memiliki
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Hewan
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Hewan Asisten Koordinator : Rusnia J. Robo Disusun Oleh : Nama : Pungky Monicasari NIM : 201310070311113 Kelas : Biologi 4C
Lebih terperinciEKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL
EKOSISTEM LAUT DANGKAL Oleh : Nurul Dhewani dan Suharsono Lokakarya Muatan Lokal, Seaworld, Jakarta, 30 Juni 2002 EKOSISTEM LAUT DANGKAL Hutan Bakau Padang Lamun Terumbu Karang 1 Hutan Mangrove/Bakau Kata
Lebih terperinciBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah perubahan cuaca yang signifikan, periode musim kemarau yang
18 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian yang dilakukan, kendala utama yang menjadi penghambat penelitian adalah perubahan cuaca yang signifikan, periode musim kemarau yang cukup panjang menjadi
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Penelitian 4... Keadaan umurn perairan Secara geografis Perairan Pulau Mampu berada di sebelah Barat Laut perairan Dumai dan perairan ini terletak pada titik koordinat
Lebih terperinciTEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO
Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO
Lebih terperinciYAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja
YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/Program : X/Inti Hari/ Tanggal : Kamis, 5 Juni 2008 Waktu : 120
Lebih terperinciRESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI
RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di sebelah utara Provinsi DKI Jakarta, memiliki luas daratan mencapai 897,71 Ha dan luas perairan mencapai
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TEKNOLOGI PENGATUR KUALITAS AIR PADA PEMBUDIDAYAAN IKAN LELE
RANCANG BANGUN TEKNOLOGI PENGATUR KUALITAS AIR PADA PEMBUDIDAYAAN IKAN LELE Mohamad Agung Prawira Negara, Dwi Sandhi Agustian **, dan Bambang Sri Kaloko *** Jurusan Teknik Elektro Universitas Jember Jember,
Lebih terperinciVIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA
73 VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA Pengelolaan ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kecamatan Kayoa saat ini baru merupakan isu-isu pengelolaan oleh pemerintah daerah, baik
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April hingga
Lebih terperinci