6 TINGKAH LAKU IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6 TINGKAH LAKU IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN"

Transkripsi

1 6 TINGKAH LAKU IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 6.1 Pendahuluan Tingkah laku ikan diartikan sebagai perubahan-perubahan ikan dalam kedudukan, tempat, arah, maupun sifat lahiriah suatu makhluk hidup yang mengakibatkan suatu perubahan dalam hubungan antara makhluk tersebut dan lingkungannya yang pada gilirannya juga berpengaruh kembali pada makhluk itu sendiri (Syandri 1985). Ditambahkan pula bahwa tingkah laku sebagai refleks atau respons ikan terhadap segala bentuk faktor-faktor dari luar maupun dari dalam yang diaktualisasikan dalam bentuk gerak yang berpola sesuai dengan jenis faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian mempelajari tingkah laku ikan perlu dilakukan untuk menentukan langkah-langkah dalam merancang alat tangkap yang sesuai dengan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan, menentukan jenis alat tangkap yang akan dioperasikan, waktu penangkapan, dan sebagainya. Tingkah laku ikan adalah suatu proses adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan internal. Sistematika studi tingkah laku ikan termasuk ke dalam beberapa aspek, yaitu: (1) Ragam dari tingkah laku ikan; adalah ragam tingkah laku dari berbagai tingkah laku ikan. (2) Evolusi tingkah laku ikan; adalah perubahan tingkah laku ikan dalam hubungannya dengan adaptasi terhadap lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. (3) Sejarah (history) tingkah laku ikan; adalah untuk mempelajari bagaimana pola tingkah laku tertentu dari generasi yang lampau sampai generasi yang akan dating, serta faktor dan bagaimana variasi yang akan muncul hubungannya dengan perubahan lingkungan (He 1989). Salah satu faktor yang paling besar pengaruhnya pada keberhasilan suatu penangkapan ikan adalah umpan. Umpan merupakan salah satu alat bantu yang berpengaruh pada daya tarik dan rangsangan ikan (Gunarso 1985). Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan yang berbentuk fisik/kimiawi yang dapat

2 95 memberikan respons terhadap ikan-ikan tertentu dalam tujuan penangkapan ikan (Ruivo 1982 diacu dalam Hendrotomo 1989). Salah satu jenis rangsangan untuk menarik perhatian ikan adalah rangsangan kimiawi (chemical bait) yang akan merangsang indera penciuman dan perasa serta rangsangan penglihatan (optical bait), yang diberikan atau ditimbulkan untuk merangsang penglihatan sebagai akibat dari gerak, bentuk, maupun warna. Pemilihan umpan biasanya disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan yang menjadi sasaran penangkapan (Bambang 2000). Umumnya, ikan yang aktif di malam hari (nocturnal) akan menyukai umpan hidup yang memiliki bau yang kuat (Baskoro dan Efendy 2005). Berdasarkan kondisinya umpan dapat dibedakan sebagai umpan hidup (live bait) dan umpan mati (dead bait), sedangkan berdasarkan asalnya dibedakan sebagai umpan alami (natural bait) dan umpan buatan (artificial bait). Menurut Ferno dan Olsen (1994), ada empat fase tingkah laku makan ikan terhadap makanan/umpan, yaitu : (1) Timbul selera (arousal). Fase ini dimulai pada saat ikan mulai bereaksi terhadap adanya rangsangan bau. Kemudian ikan akan menggunakan organ olfactorynya untuk mendeteksi jarak atau keberadaan makanan (umpan). (2) Menemukan lokasi (location phase). Setelah fase pertama, ikan-ikan akan berorientasi untuk dapat mencari lokasi umpan yang telah dideteksinya melalui organ chemoreceptor ataupun organ deteksi lainnya. Biasanya pada tahap ini, ikan akan menggunakan organ visionnya untuk menemukan makanan atau umpan. (3) Mengidentifikasi umpan (uptake). Pada fase ini ikan akan berhasil menemukan umpan dan akan mencari tahu apakah umpan ini cocok untuk dimakan atau tidak. Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, ikan yang menemukan umpan akan berhenti sejenak sebelum mulai memakannya. (4) Fase masuknya makanan (umpan) ke dalam mulut ikan (food ingestion). Fase ini merupakan fase ketika ikan mulai memakan umpan. Hal yang sangat berpengaruh pada fase ini adalah ukuran dan bentuk umpan, dimana umpan yang teralalu besar tidak akan termakan oleh ikan yang berukuran kecil.

3 96 Pelabuhan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan (2006) menyatakan ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan pada siang hari dan malam hari, namun lebih aktif lagi pada waktu fajar dan senja hari. Indonesian Coral Reef Foundation (2004) mengatakan bahwa kerapu termasuk jenis crepuscular, yang merupakan ikan yang aktif di antara waktu siang dan malam hari. Jenis ikan crepuscular merupakan jenis ikan utama yang terdapat pada habitat dengan aktivitas antara siang dan malam hari (twilight) dan umumnya adalah predator (Potts 1990). Ikan kerapu hidup menyendiri (soliter) dan menyukai naungan sebagai tempat sembunyi dan akan bergerak di kolom air sewaktu mencari makan (Muslim dan Slamet 2003). Menurut Ghufran dan Kordi (2005), ikan kerapu selain dikenal sebagai ikan pemangsa (predator) juga dikenal sebagai piscivore atau pemangsa yang rakus. Ditambahkan oleh Akbar (2000) bahwa kerapu di alam akan mencari makan sambil berenang di antara batu-batu karang, lubang atau celah-celah batu yang merupakan tempat persembunyiannya dan hanya kepalanya saja yang terlihat. Dari tempat itulah kerapu menunggu mangsanya, bila mangsa tampak dari jarak jauh, kerapu melesat cepat untuk menangkap dan menelannya kemudian segera kembali ke tempat persembunyiannya. Prinsip tingkah laku ikan harus didukung oleh pemahaman terhadap indera utama dari ikan (organ fisiologi) khususnya indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, linea literalis dan sebagainya (Gunarso 1985). Indera-indera tersebut merupakan indera penting pada ikan berhubungan dengan natural behaviour. Ditegaskan pula oleh Liang et al. (1998) bahwa tingkah laku makan ikan merupakan hasil interaksi dari beberapa indera pada ikan bergantung pada habitat dan pengaruh yang dihasilkan oleh makanan Penelitian ini menjelaskan tingkah laku makan ikan kerapu dengan menggunakan umpan alami dan umpan buatan pada waktu siang dan sore hari. Parameter-parameter yang diamati adalah pola tingkah laku makan dan waktu respons makan ikan kerapu.

4 Metode Penelitian Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Laut, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB dan di Laboratorium Hatchery LPWP-Jepara (Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP pada bulan Juni 2007 hingga Februari Alat dan bahan penelitian (1) Bak pemeliharaan Bak yang digunakan untuk pemeliharaan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah bak fiber dengan ukuran 230 cm x 100 cm x 75 cm (p x l x t) dan tinggi air cm. Bak ini dilengkapi dengan sistem aerasi dan sirkulasi, yang dihubungkan dengan akuarium filter dari kaca. Untuk menjaga suhu air dalam bak, dipasang heatter sebanyak 8 buah. Selain itu digunakan skimmer untuk merombak materi organik (protein), alga yang bebas melayang, sisa-sisa pakan, dan lain sebagainya sebelum berubah secara kimia menjadi racun dan mereduksi oksigen terlarut. Bak yang digunakan untuk pemeliharaan ikan kerapu karet (Epinephelus heniochus), dan kerapu sunu (Plectropomus maculatus) adalah bak beton dengan ukuran masing-masing 300 cm x 150 cm x 115 cm dengan batas air 70 cm. Bak tersebut tidak dilengkapi dengan sistem filterisasi sehingga dilakukan pergantian air secara kontinue setiap hari dan dilakukan pembersihan kolam seminggu sekali. (2) Akuarium perlakuan Akuarium untuk perlakuan terdiri atas dua bagian, yaitu perlakuan untuk mengkondisikan siang hari dan perlakuan untuk mengkondisikan malam hari. Akuarium untuk perlakuan malam hari terbuat dari kaca berukuran 200 cm x 50 cm x 50 cm (p x l x t) dengan tinggi air 30 cm. Akuarium juga dilengkapi dengan heatter dan sistem aerasi. Akuarium diletakkan di dalam ruang tertutup yang terbuat dari plastik mulsa dengan rangka kayu untuk menghindari adanya cahaya selama perlakuan. Akuarium dibagi menjadi tiga bagian, bagian untuk

5 98 menempatkan ikan uji sebagai wilayah start, bagian untuk ikan uji melakukan respons makan terhadap umpan dan bagian untuk menempatkan perlengkapan heatter, skimmer, termometer dan pompa filter. Desain akuarium untuk perlakuan malam hari dapat dilihat pada Gambar 38. Akuarium untuk perlakuan siang hari adalah bak fiber yang digunakan sebagai bak pemeliharaan. Pada saat perlakuan, bak dibuat skala dengan tali rafia yang diikatkan pada dinding bak. Desain bak perlakuan siang hari dapat dilihat pada Gambar 39. Tampak samping Video camera Pompa air heater 30 cm 50 cm TV Monitor aerator skimmer heatter 50 cm Pompa air aerator 50 cm heatter 100 cm 50 cm Tampak atas Gambar 38 Desain akuarium perlakuan dark condition

6 99 Tampak samping Video camera heatter 70 cm 100 cm TV Monitor aerator 50 cm aerato r heatter skimme r 100 cm 230 cm Tampak atas Gambar 39 Desain bak perlakuan light condition

7 100 (3) Alat penelitian Alat yang digunakan selama penelitian tersaji pada Tabel 10. Tabel 10 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian : Alat Kegunaan Pompa, pipa, selang, aerator, air stone Skimmer Heater (pemanas air) Saringan besar (diam. 70 cm) Saringan kecil (diam. 40 cm) Selang Termometer ph paper Refraktometer Sekat dari tripleks Kayu Benang jahit Kertas skala dari karton Roll meter Jangka sorong Stop watch (ketelitian 1 detik) Digital camera powershot A430 dengan 4 mega pixel Handycame DVD 800x optical zoom dengan fasilitas night shoot TV Turner (MPEG-1, MPEG-2 Converter) Note book (RAM 512 MB, Processor 2,6 GHz, HD 60 GB) Alat tulis Sistem sirkulasi Menyaring sisa-sisa makanan dan kotoran ikan Mempertahankan suhu air laut Memindahkan ikan Mengambil sisa-sisa makanan dan kotoran ikan Menyipon bak Mengukur suhu air laut Mengukur kadar ph air laut Mengukur salinitas air laut Menghalangi ikan bergerak maju sebelum perlakuan dimulai Media menggantungkan umpan Menggantungkan umpan Skala yang dipasang di bawah akuarium perlakuan Mengukur bak dan akuarium Mengukur panjang ikan dan umpan Mengukur waktu perlakuan Mendokumentasikan alat-alat penelitian Merekam respons ikan terhadap umpan Menghubungkan handycame ke note book Media pengamatan dan pengolahan data Mencatat data

8 101 (4) Bahan penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Ikan kerapu sunu (Plectropomus maculatus), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), dan kerapu karet (Epinephelus heniochus) dengan sebaran ukuran panjang total antara cm. (2) Makanan ikan berupa ikan layang, tembang, selar dan udang. (3) Umpan terdiri atas umpan alami, yaitu ikan layang (Decapterus russelli), udang krosok (Parapenaeopsis sculptitis) dan gonad bulu babi (Diadema setosum), serta umpan buatan, yaitu umpan A (minyak ikan 5%), umpan B (minyak ikan 15%), umpan C (minyak ikan 25%) dan umpan D (minyak ikan 35%). (4) Air laut yang didatangkan dari Ancol, Jakarta dan air laut yang berasal dari perairan pantai Kartini, Jepara Pengumpulan data Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode eksperimental di laboratorium. Dalam penelitian ini, keadaan bak pemeliharaan maupun akuarium perlakuan dibuat sedemikian rupa sehingga kondisinya mendekati kondisi di alam dan dapat terkontrol Prosedur penelitian Tahap-tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : 1) Tahap persiapan dan pemeliharaan ikan kerapu Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Juni 2007 dengan mempersiapkan bak untuk pemeliharaan ikan, akuarium filter, dan akuarium untuk perlakuan. Bak-bak tersebut disikat dan dibilas dengan air tawar untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Setelah dibilas kemudian dilap dan dikeringkan. Alat-alat sirkulasi juga dicuci dan dikeringkan sebelum dipasang. Bak yang sudah kering kemudian diisi dengan air laut dan

9 102 dihubungkan dengan pipa ke akuarium filter menggunakan pompa. Salinitas dan suhu air laut dalam bak setiap hari dikontrol agar tetap optimal. Bak pemeliharaan ikan disirkulasi selama dua minggu sebelum ikan kerapu dimasukkan ke dalam bak. Ikan kerapu macan yang digunakan dalam penelitian berasal dari karamba. Sebelum dimasukkan ke dalam bak, ikan kerapu terlebih dahulu dibilas dengan air tawar agar kuman dan jamur dari air laut yang melekat pada tubuh ikan mati. Biasanya ikan akan mengalami stress bila dipindahkan ke lingkungan yang baru sehingga harus dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Aklimatisasi dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus Ikan-ikan dibiarkan dalam bak agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Selama aklimatisasi, ikan diberi makan dua kali sehari, yaitu pagi antara pukul WIB dan sore antara pukul WIB. Ukuran makanan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Sisa- sisa makanan dan kotoran ikan diambil dengan menggunakan saringan. Penyiponan bak dilakukan dua kali dalam seminggu, dan pergantian air laut sebanyak 25% dilakukan dua minggu sekali. 2) Starvasi ikan uji Starvasi dilakukan sebelum perlakuan, yang bertujuan untuk mengkondisikan ikan dalam keadaan lapar sehingga ikan benar-benar memberikan respons terhadap umpan. Berdasarkan uji coba pendahuluan, ikan menunjukkan respons yang baik terhadap umpan setelah starvasi selama 2 x 24 jam. 3) Pengambilan data utama Pengambilan data dilakukan pada malam hari di dalam akuarium perlakuan yang dikelilingi oleh plastik mulsa hitam untuk menciptakan suasana gelap tanpa ada cahaya sama sekali (dark condition). Hal ini dimaksudkan agar pada saat perlakuan ikan hanya menggunakan organ penciumannya dalam merespons umpan. Setiap umpan di ujicoba sebanyak

10 103 tiga hingga sepuluh kali ulangan. Perlakuan umpan diuji secara acak. Ikan uji dipindahkan dari bak pemeliharaan kemudian dibiarkan berorientasi selama 5 menit. Setelah itu, ikan uji digiring ke ujung akuarium (area start) dan sekat perlakuan dipasang. Umpan dipasang pada jarak 50 cm dari sekat dan 2 cm dari dasar akuarium. Selama perlakuan, air stone dipasang pada jarak 100 cm dari sekat perlakuan, sehingga dapat membantu penyebaran bau dari umpan. Desain akuarium perlakuan pada malam hari dan pembagian fase respons terlihat pada Gambar 40. Umpan yang digunakan adalah potongan daging ikan layang, udang krosok yang telah dikupas, dan gonad bulu babi yang dibungkus dengan kain kasa. Pengamatan dilakukan menggunakan handycam dengan night shoot dan dihubungkan ke laptop dengan menggunakan TV turner. Pengamatan dilakukan sampai terjadi finding terhadap umpan, dengan batas waktu maksimal 1 jam. Setelah perlakuan selesai, ikan dipindahkan ke bak pemeliharaan kemudian langsung diberikan makan. Sebelum melakukan perlakuan selanjutnya, ikan diaklimatisasi selama dua hari baru kemudian dipuasakan selama dua hari. Apabila kondisi ikan menurun, aklimatisasi dilakukan lebih lama sebelum dipuasakan kembali. Parameter yang digunakan apakah kondisi ikan baik atau menurun, yaitu dengan melihat pola makannya. Jika selera makan ikan menurun, berarti kondisinya juga menurun.

11 104 Tampak samping heater Pompa air aerator 2 cm 50 cm skimmer heatter Pompa air aerator umpan heatter Area finding Area arousal Area start Area searching Tampak atas Gambar 40 Pembagian fase respons ikan kerapu terhadap umpan (tampak atas) Pengambilan data untuk waktu respons penglihatan dilakukan pada light condition pada bak perlakuan dengan kondisi umpan ikan, udang krosok, gonad bulu babi, dan salah satu umpan buatan yang dibungkus dengan plastik transparan. Hal tersebut bertujuan agar ikan uji merespons umpan hanya dengan menggunakan organ penglihatannya. Pada saat perlakuan, ikan uji digiring ke ujung bak dan sekat dipasang. Umpan digantung pada jarak 200 cm dari posisi start awal ikan dan 20 cm dari dasar bak pengamatan. Pengamatan dilakukan menggunakan

12 105 handycamera. Pengambilan data dimulai setelah umpan dipasang dan sekat diambil secara perlahan. Pengamatan dilakukan sampai ikan uji mendekati umpan dengan batas waktu maksimal 1 jam. Selama pengamatan aerator dibiarkan beroperasi agar kondisi bak sama seperti kondisi biasanya. Setelah pengamatan selesai dilakukan, umpan kemudian diangkat dan ikan diberi makan seperti biasa. Untuk melakukan pengamatan berikutnya, ikan harus diaklimatisasi kembali selama dua hari, karena apabila pengamatan dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan ikan mengalami stres. Desain akuarium perlakuan pada light condition terlihat pada Gambar 41. Tampak atas aerator heatter umpan skimme r umpan 100 cm umpan 200 cm Gambar 41 Desain akuarium perlakuan pada light condition Analisis data Data waktu respons ikan kerapu terhadap umpan, baik pada fase arousal, searching, dan finding dianalisis dengan menggunakan analisis statistik median test Respons tingkah laku ikan kerapu mendekati umpan Respons tingkah laku ikan yang telah direkam dengan handycam, dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pola tingkah laku pada light dan dark condition. Analisis tingkah laku makan dilakukan dengan mengamati tingkah laku

13 106 makan ikan di laboratorium, baik tingkah laku ikan pada saat pemeliharaan ataupun pada saat ikan diberi perlakuan dengan umpan. Tingkah laku yang diamati pada saat pemeliharaan maupun perlakuan adalah respons ketika ikan menghadapi umpan yang diberikan. Selain itu, sebagai koreksi dari hasil histologi retina mata ikan, maka diamati pula apakah benar sumbu penglihatan ikan menghadap ke arah depan-naik (upper-fore) pada perlakuan siang hari Respons penglihatan ikan kerapu terhadap perbedaan umpan Respons penglihatan dan penciuman ikan terhadap perbedaan umpan dalam bentuk data waktu dianalisis dengan uji statistik. Data waktu respons diambil dengan mengukur waktu ketika ikan mulai menghampiri atau menyentuh salah satu jenis umpan. Untuk unit percobaan diasumsikan sebagai berikut : (1) Kondisi air dalam bak mendekati kondisi sebenarnya di alam; (2) Panjang total tubuh dan bukaan mulut ikan dianggap sama; (3) Kondisi ikan di laboratorium dianggap sama dengan kondisi ikan di perairan terbuka; (4) Kondisi ikan dilaboratorium dianggap sama untuk setiap perlakuan; dan (5) Kondisi umpan dianggap sama untuk setiap perlakuan Respons penciuman ikan kerapu terhadap perbedaan umpan Respons penciuman ikan terhadap perbedaan umpan dianalisis berdasarkan data nilai rataan waktu respons ikan pada fase arousal, searching, dan finding pada masing-masing jenis umpan. Data tersebut selanjutnya dibandingkan untuk mengetahui besarnya pengaruh perbedaan umpan pada waktu respons penciuman ikan kerapu dengan analisis statistik median-test. Untuk unit percobaan diasumsikan sebagai berikut : (1) Kondisi air dalam bak mendekati kondisi sebenarnya di alam; (2) Panjang total tubuh dan bukaan mulut ikan dianggap sama; (3) Kondisi ikan di laboratorium dianggap sama dengan kondisi ikan di perairan terbuka; (4) Kondisi ikan dilaboratorium dianggap sama untuk setiap perlakuan; dan

14 107 (5) Kondisi umpan dianggap sama untuk setiap perlakuan. 6.3 Hasil Pola tingkah laku makan ikan kerapu Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium selama masa pemeliharaan dari ketiga jenis ikan kerapu, tingkah laku makannya berbeda-beda dalam merespons umpan yang diberikan. Tingkah laku ikan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe: (1) Ketika umpan dilempar, ikan akan langsung memakan umpan tanpa mengidentifikasinya terlebih dahulu. (2) Ikan yang terlebih dahulu mengidentifikasi umpan, segera mendekati umpan untuk dimakan atau tidak. (3) Ikan yang membiarkan umpan jatuh sampai ke dasar bak kemudian mengidentifikasi umpan tersebut untuk memakan atau tidak memakan umpan tersebut. Dari ketiga tipe tersebut presentase terbesar terdapat pada tipe pertama sebesar 46,7%, diikuti dengan tipe kedua sebesar 30%, dan tipe terakhir sebesar 23,3%. Untuk tipe pertama dan kedua posisi makanan masih melayang dalam air dan masih berada pada kedalaman yang lebih dangkal dari pada kedalaman ikan. Untuk tipe ketiga dalam mendeteksi makanannya selain dengan indera penglihatan ikan juga dibantu dengan indera penciumannya Analisis respons penglihatan ikan kerapu terhadap umpan Respons ikan terhadap umpan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain jenis, ukuran umpan, bentuk umpan, dan kandungan kimia. Respons ikan terhadap bentuk umpan dipengaruhi oleh faktor penglihatan ikan. Selama perlakuan siang hari ikan kerapu hanya menggunakan organ penglihatannya untuk mendeteksi umpan dalam kondisi umpan terbungkus rapat. Posisi awal ikan kerapu sebelum umpan dimasukkan dalam bak penelitian selalu berada di pojok akuarium perlakuan. Beberapa menit kemudian, ikan mulai melakukan pergerakan di daerah start, karena timbulnya keinginan untuk

15 108 mengetahui adanya benda yang masuk dalam bak tersebut (rheotaksis). Ikan kerapu mulai merespons dengan bergerak keluar dari start, yang disebut fase arousal. Fase ini dimulai pada saat ikan mulai bereaksi terhadap adanya rangsangan/menerima rangsangan (Ferno dan Olsen 1994). Fase finding adalah fase ketika ikan menemukan umpan dan melakukan uptake (mengambil/memakan umpan). Pada perlakuan kontrol yang dilakukan tanpa memberikan umpan, ikan tidak melakukan pergerakan keluar daerah start, melainkan hanya melakukan pergerakan di dalamnya. Pola tingkah laku ikan kerapu macan mendekati umpan selama pengamatan diindentifikasi sebanyak tiga macam pola. Pola tingkah laku ini berhubungan dengan fase arousal dan finding. Ke tiga pola tingkah laku ikan adalah sebagai berikut: (1) Pola tingkah laku 1 Ikan diam di area start, kemudian setelah timbul ketertarikan melihat bentuk umpan (arousal), ikan berenang keluar dari start. Ikan menyusuri pinggiran bak dan berhenti sejenak sebelum bergerak lagi mendekati keberadaan makanan/umpan (finding) untuk melakukan identifikasi makanan (Gambar 42). Tampak atas umpan finding umpan arousal umpan Gambar 42 Pola pertama tingkah laku ikan mendekati umpan yang dibungkus

16 109 (2) Pola tingkah laku 2 Ikan mulai bergerak keluar dari area start (arousal) dan kemudian bergerak lurus di tengah bak perlakuan menuju posisi umpan kemudian menyentuh salah satu umpan (finding) (Gambar 43). Tampak atas arousal umpan umpan finding umpan Gambar 43 Pola kedua tingkah laku ikan mendekati umpan yang dibungkus (3) Pola tingkah laku 3 Ikan mulai bergerak menyusuri dinding bak untuk keluar dari area start (arousal) karena tertarik dengan adanya objek benda yang masuk dalam bak. Ikan berenang melaju menyusuri dinding bak hingga pada pojok bak. Ikan berhenti sesaat untuk melakukan identifikasi objek/umpan, kemudian mulai mendekati umpan/makanan dan menyentuhnya (finding) (Gambar 44).

17 110 Tampak atas arousal umpan finding umpan umpan Gambar 44 Pola ketiga tingkah laku ikan mendekati umpan yang dibungkus 1) Waktu rata-rata arousal Waktu respons arousal adalah waktu ketika ikan bergerak keluar dari area awal (start). Berdasarkan hasil perlakuan, perbedaan umpan alami antara umpan gonad bulu babi, umpan udang, dan umpan ikan pada kondisi umpan terbuka maupun dibungkus plastik transparan diperoleh perbedaan rata-rata waktu arousal. Tahap arousal, pada kondisi umpan terbuka ikan kerapu sunu saat mendeteksi umpan ikan dengan waktu tercepat (0,32 0,004 menit), diikuti umpan udang (0,32±0,06 menit), dan umpan gonad bulu babi (0,76±0,20 menit). Pada umpan yang tertutup/dibungkus, ikan kerapu dapat mendeteksi umpan ikan dengan waktu tercepat (0,29 0,13 menit), diikuti umpan udang (1,41±0,12 menit), dan umpan gonad bulu babi (4,84±0,12 menit). Pada ikan kerapu macan, tahap arousal tercepat pada umpan yang terbuka juga terjadi pada umpan ikan (0,06±0,30 menit), diikuti umpan gonad bulu babi (0,25±0,04 menit), dan umpan udang (0,57±0,33 menit). Kondisi umpan yang ditutup/dibungkus dengan plastik transparan, ikan kerapu memberikan waktu respons tercepat pada umpan ikan (0,86±0,51 menit), diikuti umpan udang (3,81±2,63 menit), dan umpan gonad bulu babi (6,89±4,42 menit).

18 Waktu arousal (menit) Waktu arousal (menit) 111 Demikian pula pada ikan kerapu karet, arousal tercepat dengan kondisi umpan terbuka terjadi pada umpan udang (4,40 2,23 menit), diikuti umpan ikan (4,78±2,02 menit), dan umpan gonad bulu babi (5,94±1,89 menit). Kondisi umpan yang tertutup, menunjukkan respons ikan kerapu karet yang tercepat terjadi pada umpan gonad bulu babi (4,71 0,26 menit), diikuti umpan udang (5,45±0,03 menit), dan yang paling lama adalah umpan ikan (24,18±0,72 menit). Hubungan antara waktu rata-rata respons arousal dengan jenis umpan pada ketiga jenis ikan kerapu disajikan pada Gambar 45, Gambar 46, dan Gambar ,84±0, ,41±0,12 0,76±0,20 0,32±0,06 0,32±0,004 0,29±0,13 Buka Tutup Buka Tutup Buka Tutup Bulu Babi Udang Ikan Jenis dan kondisi umpan Gambar 45 Hubungan waktu rata-rata arousal ( x SE ) (menit) dengan jenis dan kondisi umpan alami pada ikan kerapu sunu ,89±4, ,81±2, ,86±0,51 0,25±0,04 0,57±0, ±0,3 Tutup Buka Tutup Buka Tutup Buka Bulu Babi Udang Ikan Jenis dan kondisi umpan Gambar 46 Hubungan waktu rata-rata arousal ( x SE ) (menit) dengan jenis dan kondisi umpan alami pada ikan kerapu macan

19 Waktu arousal (menit) ±0, ,94±1, ±2,33 4,71±0, ±0, ±2, Tutup Buka Tutup Buka Tutup Buka Bulu Babi Udang Ikan Jenis dan kondisi umpan Gambar 47 Hubungan waktu rata-rata arousal ( x SE ) (menit) dengan jenis dan kondisi umpan alami pada ikan kerapu karet 2) Waktu rata-rata finding Waktu rata-rata tercepat ikan kerapu sunu menemukan umpan (finding) pada kondisi umpan terbuka terjadi pada umpan udang (0,99±0,11 menit); umpan gonad bulu babi (1,39±0,08 menit), dan selanjutnya pada umpan ikan (2,01±0,07 menit). Pada umpan yang tertutup plastik transparan, waktu rata-rata tercepat ketika ikan kerapu sunu menemukan umpan ikan (0,45±0,04 menit), umpan udang (1,63±0,27 menit), dan umpan gonad bulu babi (5,73±0,29 menit). Pada ikan kerapu macan waktu rata-rata tercepat saat menemukan umpan yang terbuka (finding) terjadi pada umpan ikan (0,13±0,03 menit), diikuti umpan gonad bulu babi (0,38±0,08 menit), dan yang terakhir umpan udang (0,73±0,42 menit). Pada umpan yang tertutup, rata-rata waktu respons tercepat terjadi pada umpan ikan (0,98±0,51 menit), kemudian umpan udang (4,39±2,85 menit), dan umpan gonad bulu babi (8,76±4,93 menit) Waktu rata-rata respons tercepat pada ikan kerapu karet terhadap umpan yang terbuka diawali pada umpan ikan (5,15±2,17 menit), umpan gonad bulu babi (7,68±2,95 menit), dan umpan udang (7,73±0,39 menit). Pada kondisi umpan ditutup plastik, rata-rata waktu respons tercepat adalah pada umpan gonad bulu babi (5,85±0,03 menit), diikuti oleh umpan udang (6,41±0,01 menit), dan waktu respons terlama adalah umpan ikan (28,70±2,15 menit).

20 Waktu finding (menit) Waktu finding (menit) 113 Hubungan antara waktu rata-rata finding (menit) dengan jenis umpan buatan disajikan pada Gambar 48, Gambar 49 dan Gambar ± ± ± ± ± ± Buka Tutup Buka Tutup Buka Tutup Bulu Babi Udang Ikan Jenis dan kondisi umpan Gambar 48 Hubungan waktu rata-rata finding ( x SE ) (menit) dengan jenis dan kondisi umpan alami pada ikan kerapu sunu ,76±4,93 4,39±2,85 0,38±0,08 0,73±0,42 0,98±0,51 0,13±0,03 Tutup Buka Tutup Buka Tutup Buka Bulu Babi Udang Ikan Jenis dan kondisi umpan Gambar 49 Hubungan waktu rata-rata finding ( x SE ) (menit) dengan jenis dan kondisi umpan alami pada ikan kerapu macan

21 Waktu finding(menit) ,70±2, ,68±2,95 5,85±0,03 6,41±0,01 7,73±0,39 5,15±2, Tutup Buka Tutup Buka Tutup Buka Bulu Babi Udang Ikan Jenis dan kondisi umpan Gambar 50 Hubungan waktu rata-rata finding ( x SE ) (menit) dengan jenis dan kondisi umpan alami pada ikan kerapu karet Hasil uji statistik dengan menggunakan uji median menunjukkan bahwa pada fase arousal, tidak adanya respons ikan kerapu sunu, kerapu macan dan kerapu karet dengan adanya kondisi umpan (buka dan tutup) (nilai sig. 0,13 α 0,05). Namun berdasarkan hasil analisis dengan perbedaan jenis kerapu menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (nilai sig. 0,00 α 0,05) yang mengindikasikan bahwa tingkah laku antar kerapu tidak sama ketika mendeteksi keberadaan umpan Respons penciuman ikan kerapu terhadap umpan Selama perlakuan kondisi gelap, ikan kerapu hanya menggunakan organ penciumannya untuk mendeteksi umpan, baik pada umpan alami maupun umpan buatan. Posisi awal ikan kerapu sebelum sekat dibuka selalu berada di pojok akuarium perlakuan. Setelah sekat dibuka, ikan masih melakukan pergerakan di daerah start, kemudian setelah timbul rangsangan bau, ikan kerapu mulai merespons dengan bergerak keluar dari start, yang disebut fase arousal. Fase ini dimulai pada saat ikan mulai bereaksi terhadap adanya rangsangan bau (Ferno dan Olsen 1994). Pada perlakuan kontrol yang dilakukan tanpa memberikan umpan, ikan tidak melakukan pergerakan keluar daerah start, melainkan hanya melakukan pergerakan di dalamnya. Setelah berhenti sejenak untuk memastikan apakah bau

22 115 yang timbul adalah makanan (identifikasi), ikan mulai bergerak kembali untuk menemukan keberadaan umpan (searching), sampai akhirnya ikan menemukan umpan dan memakannya atau hanya menyentuh saja dengan mulutnya (finding). Pergerakan ikan selalu menyusuri dinding akuarium. Hal tersebut diduga untuk mempermudah orientasi ikan dalam keadaan gelap. Pola tingkah laku ikan kerapu macan mendekati umpan selama pengamatan diindentifikasi sebanyak 4 macam pola. Pola tingkah laku ini berhubungan dengan fase arousal, searching dan finding. Keempat pola tingkah laku ikan adalah sebagai berikut: (1) Pola tingkah laku 1 Ikan bergerak di dalam area start, kemudian setelah timbul rangsangan bau, ikan berenang keluar dari start. Ikan berhenti sejenak di depan garis start sebelum bergerak lagi untuk mencari keberadaan makanan (umpan). Selama searching, ikan berorientasi dengan menyusuri dinding akuarium, sampai pada aerator ikan berhenti lagi, kemudian berenang lagi dan berhenti di samping umpan untuk melakukan identifikasi makanan. Sesaat kemudian ikan bergerak mendekati umpan dan langsung menyambarnya (Gambar 51). Gambar 51 Pola pertama tingkah laku ikan mendekati umpan (2) Pola tingkah laku 2 Ikan bergerak menyusuri dinding di dalam start area terlebih dahulu, kemudian setelah timbul rangsangan bau ikan berenang keluar dan

23 116 berhenti sejenak di depan start untuk memastikan bau yang timbul adalah makanan. Kemudian ikan mulai melakukan searching dan berenang menyusuri dinding akuarium, sampai pada aerator ikan berhenti lagi. Ikan bergerak lagi menyusuri dinding akuarium dan berhenti di samping umpan. Setelah identifikasi, ikan bergerak mendekati umpan tetapi tidak memakannya. Ikan hanya menyentuh umpan dengan mulutnya kemudian langsung bergerak kembali ke start area (Gambar 52). Gambar 52 Pola kedua tingkah laku ikan mendekati umpan (3) Pola tingkah laku 3 Selama berada di daerah start, ikan hanya diam di pojok akuarium. Setelah timbul rangsangan bau, ikan langsung bergerak keluar dan berhenti sejenak di depan start untuk melakukan identifikasi terhadap bau yang timbul. Ikan berenang menyusuri dinding akuarium untuk mencari keberadaan makanan (umpan). Ikan berhenti di belakang aerator kemudian bergerak lagi dan diam di samping umpan untuk melakukan identifikasi. Setelah beberapa saat, ikan bergerak menghampiri umpan dan memakannya (Gambar 53).

24 117 Gambar 53 Pola ketiga tingkah laku ikan mendekati umpan (4) Pola tingkah laku 4 Ikan bergerak menyusuri dinding di dalam area start. Setelah terangsang adanya bau, ikan keluar dan berhenti di depan start untuk memastikan bau yang timbul adalah makanan. Ikan berenang menyusuri dinding akuarium untuk mencari keberadaan makanan (umpan). Orientasi dilakukan dengan mengelilingi akuarium, setelah sampai lagi ke start ikan berbalik ke arah umpan dan diam sejenak di depannya, baru kemudian bergerak mendekati dan memakannya (Gambar 54). Gambar 54 Pola keempat tingkah laku ikan mendekati umpan Respons penciuman ikan kerapu sunu, kerapu macan dan kerapu karet terhadap umpan alami dapat dilihat dari reaksi ikan setelah keluar dari batas awal (starting area) sampai menemukan umpan yang dipasang. Waktu yang

25 118 dibutuhkan ikan sampai menemukan umpan buatan dibagi menjadi tiga ketegori waktu, yaitu arousal, searching, dan finding. Waktu respons arousal adalah waktu ketika ikan bergerak keluar dari area awal (start). Waktu searching adalah waktu pada saat ikan mulai bergerak untuk menemukan keberadaan umpan yang terjadi setelah ikan melakukan arousal dan berhenti sejenak di depan start untuk mengidentifikasi bau yang ditimbulkan dari umpan buatan yang dipasang. Adapun waktu finding adalah waktu pada saat ikan telah menemukan umpan, baik ikan hanya berada di sekitar umpan (2 cm), menyentuh dengan mulut atau langsung memakannya (uptake) Umpan alami (natural bait) (1) Waktu rata-rata arousal Waktu respons arousal adalah waktu ketika ikan bergerak keluar dari area awal (start). Berdasarkan hasil perlakuan, perbedaan formulasi umpan alami antara umpan gonad bulu babi, umpan udang dan umpan ikan diperoleh perbedaan rata-rata waktu arousal. Tahap arousal pada ikan kerapu sunu saat mendeteksi umpan ikan menunjukkan waktu tercepat (1,41 0,02 menit), diikuti umpan gonad bulu babi (2,66±0,16 menit), dan yang paling lama adalah umpan udang (3,83±0,78 menit). Pada ikan kerapu macan, tahap arousal tercepat juga terdapat pada umpan udang (2,55±0,25 menit) dan yang paling lama adalah umpan gonad bulu babi (4,24±0,40 menit). Pada ikan kerapu karet, arousal tercepat terdapat pada umpan ikan (5,83 0,41 menit), diikuti umpan udang (6,63±0,29 menit), dan yang paling lama adalah umpan gonad bulu babi (7,44±0,18 menit). Hubungan antara waktu rata-rata respons arousal dan jenis umpan pada ketiga jenis ikan kerapu disajikan pada Gambar 55, Gambar 56 dan Gambar 57.

26 Waktu arousal (menit) Waktu arousa l (menit) Waktu arousa l (menit) ± ± ±0.02 Gonad bulu babi Udang Ikan Jenis umpan Bulu Babi Udang Ikan Gambar 55 Hubungan waktu rata-rata respons arousal ( x jenis umpan alami pada ikan kerapu sunu SE ) (menit) terhadap ± ± ±0.25 Gonad Jenis Udang umpan 1 Ikan Bulu Babi Udang Ikan Gambar 56 Hubungan waktu rata-rata respons arousal ( x jenis umpan alami pada ikan kerapu macan SE ) (menit) terhadap ± ± ±0.41 Gonad bulu babi Udang 1 Ikan Jenis umpan Bulu Babi Udang Ikan Gambar 57 Hubungan waktu rata-rata respons arousal ( x jenis umpan alami pada ikan kerapu karet SE ) (menit) terhadap

27 Waktu searching (menit) 120 (2) Waktu rata-rata searching Pada ikan kerapu sunu, waktu rata-rata searching yang paling cepat terjadi pada umpan ikan, yaitu 1,97±0,05 menit, diikuti umpan gonad bulu babi, yaitu 2,78±0,16 menit, dan yang terlama adalah umpan udang, yaitu 3,97±0,75 menit. Waktu rata-rata respons searching pada ikan kerapu macan yang paling cepat terjadi pada umpan udang yaitu 3,22±0,27 menit, diikuti pada umpan ikan, yaitu 3,38±0,25 menit, dan yang terakhir pada umpan gonad bulu babi, yaitu 4,71±0,44 menit. Pada ikan kerapu karet, waktu respons searching tercepat terjadi pada umpan ikan, yaitu 6,32±0,41 menit, diikuti umpan udang, yaitu 8,16±0,17 menit, kemudian umpan gonad bulu babi, yaitu 8,30±0,19 menit Hubungan antara waktu rata-rata respons searching dan jenis umpan disajikan pada Gambar 58, Gambar 59, dan Gambar ± ± ±0.05 Bulu Babi Udang Ikan Gonad bulu babi Jenis Udang umpan Ikan Gambar 58 Hubungan waktu rata-rata searching ( x umpan alami pada ikan kerapu sunu SE ) (menit) terhadap jenis

28 Waktu searching (menit) Waktu searching (menit) ± ± ±0.25 Bulu Babi 3.00 Udang 2.00 Ikan Gonad bulu babi Jenis Udang umpan 1 Ikan Gambar 59 Hubungan waktu rata-rata searching ( x umpan alami pada ikan kerapu macan SE ) (menit) terhadap jenis ± ± ± Gonad bulu babi udang ikan Jenis umpan Bulu Babi Udang Ikan Gambar 60 Hubungan waktu rata-rata searching ( x umpan alami pada ikan kerapu karet SE ) (menit) terhadap jenis (3) Waktu rata-rata finding Waktu rata-rata finding tercepat ikan kerapu sunu menemukan umpan terjadi pada umpan ikan, yaitu 2,13±0,06 menit, dan umpan gonad bulu babi, yaitu 2,83±0,16. Selanjutnya, waktu respons rata-rata yang paling lama adalah umpan udang, yaitu 5,00±1,04 menit. Pada ikan kerapu macan waktu rata-rata finding tercepat saat menemukan umpan terjadi pada umpan gonad bulu babi, yaitu 8,48±0,54 menit, selanjutnya

29 Waktu finding (menit) Waktu finding (menit) 122 umpan udang, yaitu 9,94±0,96 menit, dan yang paling lama adalah umpan ikan, yaitu 10,23±0,57 menit. Waktu rata-rata respons finding tercepat pada ikan kerapu karet terhadap jenis umpan alami sama dengan ikan kerapu macan, yaitu diawali pada umpan ikan, yaitu 6,37±0,41 menit, selanjutnya umpan udang, yaitu 8,29±0,15 menit, dan waktu rata-rata yang paling lama adalah umpan gonad bulu babi, yaitu 8,45±0,19 menit. Hubungan antara waktu rata-rata finding (menit) dan jenis umpan alami disajikan pada Gambar 61, Gambar 62, dan Gambar ± ± ± ± ±0.06 0Gonad bulu babi udang ikan Jenis umpan Jenis umpan 2.13±0.06 Bulu Babi Udang Ikan Bulu Babi Udang Ikan Gambar 61 Hubungan waktu rata-rata finding ( x umpan buatan pada ikan kerapu sunu SE ) (menit) dengan jenis

30 Waktu finding (menit) Waktu finding (menit) ± ± ± Bulu Babi Udang Ikan Gonad bulu babi Jenis udang umpan 1 ikan Gambar 62 Grafik hubungan antara waktu rata-rata finding ( x dengan jenis umpan alami pada ikan kerapu macan SE ) (menit) ± ± ±0.41 Gonad bulu babi Jenis udang umpan ikan Bulu Babi Udang Ikan Gambar 63 Hubungan waktu rata-rata finding ( x umpan alami pada ikan kerapu karet SE ) (menit) dengan jenis Umpan buatan (artificial bait) (1) Waktu rata-rata arousal Waktu respons arousal adalah waktu ketika ikan bergerak keluar dari area awal (start). Berdasarkan hasil perlakuan, perbedaan formulasi umpan buatan antara umpan A (minyak ikan 5%), umpan B (minyak ikan 15%), umpan C (minyak ikan 25%), dan umpan D (minyak ikan 35%) diperoleh perbedaan ratarata waktu arousal. Tahap arousal pada ikan kerapu sunu saat mendeteksi umpan B menunjukkan waktu tercepat (0,26 0,02 menit), diikuti umpan D (0,27±0,03

31 Waktu arousal (menit) Waktu arousal (menit) 124 menit), umpan C (0,34±0,09 menit), dan yang paling lama adalah umpan A (0,40±0,06 menit). Pada ikan kerapu macan, tahap arousal tercepat juga terdapat pada umpan B (2,09±0,28 menit), diikuti umpan D (2,50±0,25 menit), umpan C (4,12±0,43 menit) dan yang paling lama adalah umpan A (6,16±0,77 menit). Demikian pula pada ikan kerapu karet, arousal tercepat juga terdapat pada umpan B (2,79 0,26 menit), diikuti umpan D (3,44±0,24 menit 2,50±0,25 menit), umpan C (4,66±0,5 menit), dan yang paling lama adalah umpan A (6,92±0,59 menit). Hubungan antara waktu rata-rata respons arousal dan jenis umpan pada ketiga jenis ikan kerapu disajikan pada Gambar 64, Gambar 65, dan Gambar umpan A umpan B umpan C umpan D 1 Jenis umpan Umpan A Umpan B Umpan C Umpan D Gambar 64 Hubungan waktu rata-rata respons arousal ( x jenis umpan buatan pada ikan kerapu sunu SE ) (menit) dengan ± ± ± ±0.28 umpan A umpan B 1umpan C umpan D Jenis umpan Umpan A Umpan B Umpan C Umpan D Gambar 65 Hubungan waktu rata-rata respons arousal ( x jenis umpan buatan pada ikan kerapu macan SE ) (menit) dengan

32 Waktu arousal (menit) ± ± ± ±0.26 umpan A umpan B umpan C Jenis umpan umpan D Umpan A Umpan B Umpan C Umpan D Gambar 66 Hubungan antara waktu rata-rata respons arousal ( x dengan jenis umpan buatan pada ikan kerapu karet SE ) (menit) (2) Waktu rata-rata searching Pada ikan kerapu sunu, waktu rata-rata searching yang paling cepat pada umpan B, yaitu 0,34±0,03 menit. Selanjutnya diikuti umpan D, yaitu 0,38±0,03 menit, umpan C, yaitu 0,40±0,09, dan yang terlama adalah umpan A, yaitu 0,57±0,04. Waktu rata-rata respons searching pada ikan kerapu macan yang paling cepat ditimbulkan oleh umpan B yaitu, 2,79±0,26 menit, selanjutnya diikuti umpan D, yaitu 3,44±0,24 menit, umpan C, yaitu 4,66±0,50 menit, dan yang terlama adalah umpan A, yaitu 6,92±0,59 menit. Pada ikan kerapu karet, waktu respons searching tercepat adalah pada umpan D, yaitu 5,61±0,62 menit, diikuti oleh umpan B, yaitu 9,26±1,63 menit, kemudian pada umpan C, yaitu 9,36±1,29 menit, dan waktu respons terlama adalah umpan A, yaitu 10,20±0,74 menit. Hubungan antara waktu rata-rata respons searching dan jenis umpan disajikan pada Gambar 67, Gambar 68, dan Gambar 69.

33 Waktu searching (menit) Waktu searching (menit) Waktu searching (menit) umpan A umpan B 1 umpan C umpan D Gambar 67 Hubungan waktu rata-rata searching ( x umpan buatan pada ikan kerapu sunu SE ) (menit) dengan jenis ± ± ± ±0.26 umpan A umpan B umpan C 1 umpan D Jenis umpan Umpan A Umpan B Umpan C Umpan D Gambar 68 Hubungan antara waktu rata-rata searching ( x jenis umpan buatan pada ikan kerapu macan SE ) (menit) dengan umpan A umpan B 1 umpan C umpan D Gambar 69 Hubungan waktu rata-rata searching ( x umpan buatan pada ikan kerapu karet SE ) (menit) dengan jenis

34 Waktu finding (menit) 127 (3) Waktu rata-rata finding Waktu rata-rata finding tercepat ikan kerapu sunu menemukan umpan terdapat pada umpan B, yaitu 0,64±0,12 menit, umpan D, yaitu 1,90±0,23, diikuti umpan C, yaitu 2,71±0,09 menit, serta umpan A, yaitu 3,35±0,20 menit. Pada ikan kerapu macan waktu rata-rata finding tercepat saat menemukan umpan D, yaitu 5,21±0,81 menit, umpan C, yaitu 9,36±1,29 menit, selanjutnya umpan B, yaitu 9,94±1,81 menit, dan umpan A, yaitu 10,20±0,75 menit. Waktu rata-rata respons tercepat pada ikan kerapu karet terhadap jenis umpan buatan sama dengan ikan kerapu macan, yaitu diawali pada umpan D, yaitu 6,07±0,69 menit, umpan C, yaitu 10,05±1,26 menit, selanjutnya umpan B, yaitu 10,314±1,88 menit, dan umpan A, yaitu 10,82±0,74 menit. Hubungan antara waktu rata-rata finding (menit) dan jenis umpan buatan disajikan pada Gambar 70, Gambar 71, dan Gambar ± ± ± ±0.12 umpan A umpan Jenis B umpan C umpan D Umpan A Umpan B Umpan C Umpan D Gambar 70 Hubungan waktu rata-rata finding ( x umpan buatan pada ikan kerapu sunu SE ) (menit) dengan jenis

35 Waktu finding (menit) Waktu finding (menit) ± ± ± ±0.81 umpan A umpan B 1 umpan C umpan D jenis umpan Umpan A Umpan B Umpan C Umpan D Gambar 71 Hubungan waktu rata-rata finding ( x umpan buatan pada ikan kerapu macan SE ) (menit) dengan jenis ± ± ± ±0.69 umpan A umpan B umpan C umpan D Jenis umpan Umpan A Umpan B Umpan C Umpan D Gambar 72 Grafik hubungan antara waktu rata-rata finding ( x dengan jenis umpan buatan pada ikan kerapu karet SE ) (menit) Hasil uji statistik median menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan respons (fase arousal, searching dan finding) dari ketiga ikan kerapu terhadap perbedaan jenis umpan alami. Namun dengan perbedaan jenis kerapu memberikan perbedaan pula dalam merespons keberadaan umpan alami. Waktu respons tercepat pada ikan kerapu sunu (rata-rata waktu 2,13 menit) ketika mendetesi umpan ikan, diikuti kerapu karet (rata-rata waktu 6,27 menit) ketika mendeteksi keberadaan umpan ikan, dan yang terakhir kerapu macan (rata-rata waktu 8,48 menit) ketika mendeteksi keberadaan umpan gonad bulu babi.

36 129 Pada umpan buatan, ikan kerapu sunu, kerapu macan, dan kerapu karet memberikan perbedaan waktu respons, yang artinya bahwa masing-masing jenis kerapu memiliki tingkah laku respons penciuman yang berbeda pada semua jenis umpan buatan. Pada fase arousal, tidak terdapat perbedaan respons ketiga kerapu dengan perbedaan jenis umpan buatan (sig. 0,05), demikian juga pada fase searching (sig. 0,05). Pada fase finding, terdapat perbedaan respons ketiga kerapu dengan perbedaan jenis umpan buatan (sig. 0,05). Pada kerapu sunu, respons tercepat terdapat pada umpan B (kandungan minyak ikan 15%), pada kerapu macan, dan karet respons tercepat terdapat pada umpan D (kandungan minyak ikan 35%) Tingkah laku ikan kerapu terhadap umpan Tingkah laku ikan kerapu sunu, kerapu macan, dan kerapu karet ketika mendeteksi keberadaan umpan alami (natural bait) adalah berbeda. Hal tersebut berdasarkan analisis statistik uji median (sig. 0,05). Perbedaan tersebut dikarenakan masing-masing jenis ikan kerapu memiliki tingkah laku yang berbeda ketika melakukan pencarian umpan alami. Dilain pihak, tingkah laku ikan pada fase arousal, searching dan finding pada jenis umpan alami dengan kondisi mata (dikondisikan normal dan dikondisikan buta) dan kondisi umpan (umpan dibuka dan dibungkus) yang berbeda tidak memberikan suatu perbedaan, artinya bahwa dalam keadaan ikan kerapu lapar maka respons ikan terhadap perbedaan kondisi mata dan umpan tetap dapat merangsang aktivitas untuk mencari makanan. Tingkah laku pada kerapu sunu, kerapu macan, dan kerapu karet dalam mendeteksi umpan alami dan buatan dengan menggunakan organ penciuman adalah berbeda. Hal tersebut dibuktikan ketika ketiga jenis ikan kerapu diaklimatisasi selama penelitian, dimana kerapu sunu memiliki tingkah laku yang selalu berenang di kolom perairan dibandingkan kerapu macan dan karet yang selalu berdiam diri di sudut-sudut bak pemeliharaan. Umpan alami memberikan waktu respons fase arousal, searching dan finding yang sama, artinya bahwa ikan melakukan suatu respons menggunakan organ penciuman dengan keberadaan umpan tanpa melihat jenis dari umpan alami sebagai akibat suatu reaksi setelah melalui tahap starvasi 48 jam sebelum

37 130 dilakukan pengamatan tingkah laku. Pada umpan buatan, tidak terdapat perbedaan waktu respons pada fase arousal dan searching. Artinya keempat jenis umpan buatan memberikan suatu atraktan yang sama terhadap kerapu melalui organ penciumannya. Namun, pada fase finding, terdapat perbedaan respons dari keempat jenis umpan buatan, yaitu pada umpan B (respons dari kerapu sunu) dan umpan D (respons pada kerapu macan dan karet). Hal ini menjelaskan bahwa umpan B dan D memberikan suatu atraktan aroma yang cukup lama untuk dapat direspons pada ketiga kerapu. 6.4 Pembahasan Pola tingkah laku makan ikan kerapu Ikan kerapu merupakan ikan crepuscular yang aktif mencari makan pada waktu fajar dan senja hari (Indonesia Coral Reef Fundation 2004; Potts 1990). Dalam mendapatkan mangsanya, ikan kerapu biasanya menunggu mangsanya datang atau mendekati persembunyiannya. Dalam mendeteksi mangsanya, umumnya indera yang digunakan adalah indera penglihatan dan indera penciuman. Berdasarkan analisis terhadap organ penglihatan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya ikan kerapu sunu (Plectropomus maculatus), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), dan kerapu karet (Epinephelus heniochus) memiliki sumbu penglihatan ke arah depan naik (upper-fore) sehingga dalam mendapatkan mangsanya ikan kerapu cenderung untuk menangkap mangsa yang berenang di kedalaman yang lebih dangkal dibandingkan dengan posisi kedalaman ikan itu sendiri. Meskipun ikan kerapu memiliki nilai ketajaman penglihatan yang tergolong rendah dibandingkan ikan tuna, namun dengan kondisi perairan terumbu karang yang menjadi habitatnya sangat mendukung penggunaan indera penglihatannya. Persentase terbesar pola tingkah laku makan ikan kerapu pada tipe pertama karena sifat dari ikan kerapu yang mencaplok satu persatu makanan yang diberikan, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Muslim dan Slamet (2003) bahwa ikan kerapu termasuk jenis carnivora dan cara makannya mencaplok satu persatu makanan yang diberikan sebelum makanan sampai ke

38 131 dasar. Ketika ikan kerapu telah memakan makanannya maka akan langsung kembali ke tempat persembunyiannya. Pada kondisi budidaya, ikan kerapu tidak akan berhenti makan jika belum kenyang dan memakan makanan yang sudah jatuh ke dasar bak asalkan ikan masih dalam kondisi lapar, namun apabila sudah kenyang, tidak akan menyergap makanan yang diberikan (Subyakto dan Cahyaningsih 2003). Menurut Ghufran dan Kordi (2005), ikan kerapu (Epinephelus, Cromileptes, Plectropomus) selain dikenal sebagai ikan pemangsa (predator) juga dikenal sebagai piscivore atau pemangsa yang rakus. Dalam mendapatkan mangsanya ikan kerapu macan akan mencari mangsa yang memiliki ukuran lebih kecil atau sama dengan ukuran bukaan mulutnya Analisis respons penglihatan ikan kerapu terhadap umpan Respons penglihatan ikan kerapu sunu, kerapu macan dan kerapu karet terhadap umpan alami dapat dilihat dari reaksi ikan setelah keluar dari batas awal (starting area) sampai menemukan umpan yang dipasang. Waktu yang dibutuhkan ikan sampai menemukan umpan buatan dibagi menjadi dua ketegori waktu, yaitu arousal dan finding. Waktu respons arousal adalah waktu ketika ikan bergerak keluar dari area awal (start). Adapun waktu finding adalah waktu pada saat ikan telah menemukan umpan, baik ikan hanya berada di sekitar umpan (2 cm) (identification) atau menyentuh dengan mulut. Liang et al. (1998) membagi tahapan respons makan ikan chinese perch berdasarkan rangsangan organ penglihatan sebagai berikut 1) ikan melihat mangsa/makanan; 2) selanjutnya bergerak perlahan menuju ke arah makanan dan mengitari makanan; 3) melesat ke depan menuju makanan; 4) menggigit makanan dan akhirnya 5) menelan makanan. Oleh karena itu fase searching pada pengamatan organ penglihatan dalam penelitian ini tidak dihitung dengan asumsi bahwa ketika ikan keluar dari batas posisi awal, pada dasarnya ikan sudah dapat mendeteksi keberadaan makanan/umpan mengingat jarak antara starting area ikan dengan posisi umpan 2 m, sedangkan nilai jarak pandang maksimum ketiga jenis ikan tersebut berkisar 4,72 12,59 m dengan diameter umpan 25 mm.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Sarana, Bahan dan Alat Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Sarana, Bahan dan Alat Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari bulan September 2009 sampai Pebruari 2010. Penelitian ini dilakukan pada dua tempat, untuk respons tingkah laku

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU MAKAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) TERHADAP PERBEDAAN UMPAN (SKALA LABORATORIUM)

TINGKAH LAKU MAKAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) TERHADAP PERBEDAAN UMPAN (SKALA LABORATORIUM) TINGKAH LAKU MAKAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) TERHADAP PERBEDAAN UMPAN (SKALA LABORATORIUM) Tiger Krapu Fish s Eating Behaviour Toward the Bait Difference (Laboratory Scale) Aristi Dian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kondisi bak penelitian Kondisi bak yang digunakan selama penelitian dikontrol, sehingga keadaannya mendekati habitat asli ikan kerapu macan di alam. Menurut

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis ikan yang hidup di daerah terumbu karang dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia digolongkan menjadi dua, yaitu ikan hias (ornamental fish) dan ikan

Lebih terperinci

7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN

7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 7.1 Pendahuluan Bubu merupakan alat tangkap yang bersifat pasif. Secara umum, menangkap ikan dengan bubu adalah agar ikan berkeinginan masuk ke dalam

Lebih terperinci

RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI

RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM Deka Berkah Sejati SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih lobster air tawar yang merupakan hasil pemijahan dari satu set induk yang diperoleh dari tempat penjualan induk bersertifikat,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April hingga

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April sampai Mei 2013. Tahapan yang

Lebih terperinci

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.induk yang baik untuk pemijahan memiliki umur untuk

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel spons Petrosia (petrosia) nigricans yang digunakan untuk penelitian di laboratorium di peroleh di bagian barat daya Pulau Pramuka Gugusan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pengamatan laju pertumbuhan Kappaphycus

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TINGKAH LAKU IKAN

PRAKTIKUM TINGKAH LAKU IKAN PENDAHULUAN Pengetahuan tentang tingkah laku ikan merupakan cabang ilmu yang dapat diaplikasikan dalam bidang perikanan tangkap. Penerapan ilmu ini sangat terbatas dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Purwodadi Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik RT 01 RW 01 selama 28 hari pada bulan Desember 2016 Januari 2017

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2013 hingga Mei 2013 bertempat di laboratorium budidaya perikanan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB,

3. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, Ancol, Jakarta yang meliputi dua tahap yaitu persiapan dan fragmentasi Lobophytum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 bertempat di Laboratorium Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilakukan pada bulan November Desember 2013, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Prinsip dari metode ini adalah mengumpulkan ikan dalam ruang lingkup suatu alat tangkap. Dalam menarik perhatian ikan, digunakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Jl. Peta No. 83, Bandung, Jawa Barat 40232, selama 20 hari pada bulan Maret April 2013. 3.2 Alat dan

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Gedung 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor. Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penangkapan Ikan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha manusia untuk menghasilkan ikan dan organisme lainnya di perairan, keberhasilan usaha penangkapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. B. Alat dan Bahan Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17 Maret 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014 Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Kelautan untuk membuat ekstrak daun sirih, Laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA) untuk

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan

Lebih terperinci

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN LAUT DAN PAYAU (BPBILP) LAMU KABUPATEN BOALEMO 1 Ipton Nabu, 2 Hasim, dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu (Traps) Bubu merupakan alat penangkapan ikan yang pasif (pasif gear). Alat tangkap ini memanfaatkan tingkah laku ikan yang mencari tempat persembunyian maupun

Lebih terperinci

IV METODOLOGI. Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

IV METODOLOGI. Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. IV METODOLOGI 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 1 31 Mei 2012 di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. 4.2 Materi Penelitian

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan masing-masing menggunakan delapan ulangan, yaitu : 1) Perlakuan A dengan warna

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tepatnya di Laboratorium Pembenihan Kuda

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Latar Belakang Udang windu merupakan salah satu komoditas ekspor non migas dalam sektor perikanan. Kegiatan produksi calon induk udang windu merupakan rangkaian proses domestifikasi dan pemuliaan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset Ikan Hias Depok. Penelitian berlangsung pada tanggal 15 Agustus hingga 5 Oktober 2012. Penelitian diawali

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Desa Hanura, Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berjudul Pengujian Biji Pala (Myristica sp.) sebagai Bahan Anestesi Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dilaksanakan di Laboratorium Bahan Baku dan Industri

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak ubi jalar merah dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Gedung 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian BBIP Lamu, merupakan calon Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)/Instalasi Pembenihan dibawah pengawasan dan pengelolaan Dinas Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan gurami

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan gurami 6 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy L.) dengan berat tubuh

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Devisi Persuteraan Alam Ciomas. Waktu penelitian dimulai dari Juni

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Pada bulan Desember 2014. B.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitan ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015 bertempat di Desa Toto Katon, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Analisis proksimat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011 bertempat di BBPBL(Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut) Lampung. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N Pendahuluan Ekosistem terumbu karang merupakan gantungan hidup bagi masyarakat Kelurahan Pulau Panggang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Lebih terperinci

RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI

RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging)

BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging) BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS Kemampuan Fisik 1. Menggali (digging) Tikus terestrial akan segera menggali tanah jika mendapat kesempatan, yang bertujuan untuk membuat sarang, yang biasanya tidak melebihi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP POLA TINGKAH LAKU MAKAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) 1

PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP POLA TINGKAH LAKU MAKAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) 1 PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP POLA TINGKAH LAKU MAKAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) 1 (Effect of Bait on Feeding Behavior Pattern of Grouper (Ephinephelus fuscoguttatus)) ABSTRAK Aristi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2012. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) tiga perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan yaitu : 1) Perlakuan A dengan pergantian air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Terrarium II Taman Margasatwa Ragunan (TMR), DKI Jakarta selama 2 bulan dari bulan September November 2011. 3.2 Materi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di 15 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Sistem Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen

Lebih terperinci

RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI

RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI RESPONS PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN TERKAIT DENGAN EFEKTIVITAS PENANGKAPAN ARISTI DIAN PURNAMA FITRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya Perikanan bagian Genetika dan Pemuliaan Ikan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Ciparanje dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50 hari di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1 TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1 Komariah Tampubolon 1 dan Wida Handini 2 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji berbagai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di LaboratoriumPembenihan Ikan Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jaring, bambu, pelampung, hand refraktometer,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2013 hingga Maret 2013 bertempat di Panti Pembenihan, Komplek Kolam Percobaan Ciparanje Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan Maret sampai September 2014 di Laboratorium UPT Kolam Pembenihan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

METODE KERJA. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di. Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

METODE KERJA. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di. Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. 22 III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di Laboratorium Biologi Molekuler, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unila pada Bulan Januari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian LAMPIRAN 55 56 Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Kegiatan Alat Bahan Pengambilan contoh Alat aerasi hipolimnion Generator System GPS Van Dorn water sampler Tali berskala ph meter

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak II. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit, kapasitas serap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD. Populer yang terletak di Jalan Raya Cerme Lor no. 46, Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik

Lebih terperinci

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA 419 Pendederan ikan beronang dengan ukuran tubuh benih... (Samuel Lante) ABSTRAK PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA Samuel Lante, Noor Bimo Adhiyudanto,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten 16 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, Madura (Gambar 6). Kabupaten Sumenep berada di ujung timur Pulau Madura,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapang dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu (Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pancing ulur selama penelitian terdiri dari 11 famili, 12 genus dengan total 14 jenis ikan yang tertangkap (Lampiran 6). Sebanyak 6

Lebih terperinci