BETTER EDUCATION THROUGH REFORMED MANAGEMENT AND UNIVERSAL TEACHER UPGRADING B E R M U T U

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BETTER EDUCATION THROUGH REFORMED MANAGEMENT AND UNIVERSAL TEACHER UPGRADING B E R M U T U"

Transkripsi

1 BETTER EDUCATION THROUGH REFORMED MANAGEMENT AND UNIVERSAL TEACHER UPGRADING B E R M U T U RINGKASAN EKSEKUTIF KERJA SAMA : PUSAT BADAN PENELITIAN PENELITIAN KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN BADAN PENELITIAN KEMENTERIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL 1

2 BETTER EDUCATION THROUGH REFORMED MANAGEMENT AND UNIVERSAL TEACHER UPGRADING B E R M U T U RINGKASAN EKSEKUTIF KERJA SAMA : PUSAT BADAN PENELITIAN PENELITIAN KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN BADAN PENELITIAN KEMENTERIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL 2

3 Daftar isi 1. Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Kajian Pustaka Metodologi Temuan dan Pembahasan Kemangkiran Guru SD Tingkat Kemangkiran Guru Faktor Penyebab Guru Mangkir Upaya Sekolah agar Pembelajaran Tetap Berjalan Upaya Sekolah dan Dinas Pendidikan Mengurangi Kemangkiran Guru Kebijakan Daerah untuk Mengatasi Kemangkiran Guru Hubungan Tingkat Kemangkiran Guru SD dengan Prestasi Siswa Kemangkiran Guru SMP Tingkat Kemangkiran Guru SMP Faktor Penyebab Guru Mangkir Upaya Sekolah agar Pembelajaran Tetap Berjalan Upaya Sekolah dan Dinas Pendidikan Mengurangi Tingkat Kemangkiran Guru Kebijakan Daerah untuk Mengatasi Kemangkiran Guru Hubungan Tingkat Kemangkiran Guru SMP dengan Prestasi Belajar Siswa Rekomendasi...11

4 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang RINGKASAN EKSEKUTIF Salah satu tujuan Negara Repulik Indonesia yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yang kemudian diturunkan sebagai tindak lanjut ke dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Melalui pendidikan diharapkan kualitas manusia bangsa Indonesia meningkat. Disadari banyak faktor yang mempengaruhi kualitas proses dan hasil pendidikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kurikulum, guru, sarana dan sarana pendidikan, lingkungan, manajemen pendidikan dan potensi anak itu sendiri. Namun dari berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan tersebut, faktor guru merupakan faktor yang penting bahkan dapat dikatakan sebagai faktor kunci dalam keberhasilan pendidikan. Bank Dunia (1988) menyatakan pula bahwa guru merupakan komponen yang amat menentukan mutu pendidikan, guru adalah kunci pengembangan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh tingkat komitmen dan profesionalitas guru dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah. Kehadiran guru dalam proses belajar tatap muka penting karena guru adalah orang yang secara periodik berinteraksi dengan peserta didik; lebih-lebih pada tingkat pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) siswa masih memerlukan bimbingan dan layanan yang lebih intens sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Sebagai konsekuensi dari peran sentral guru adalah pentingnya kehadiran guru dalam proses pembelajaran peserta didik pada hari-hari belajar yang ditetapkan. Ketidakhadiran (kemangkiran) guru dalam kelas mengakibatkan proses pembelajaran tidak berlangsung secara baik dan berdampak pada rendahnya mutu hasil belajar siswa (ILO, 2004). Hasil penelitian Bank Dunia dan Universitas Harvard (2004) di delapan negara berkembang (Bangladesh, Ekuador, India, Indonesia, Peru, Papua New Guinea, Zambia dan Uganda) dengan fokus utama angka absensi guru SD di pedesaan menunjukkan rata-rata guru mangkir sebesar 19 persen. Angka kemangkiran guru tertinggi terjadi di Uganda yang sebesar 39 persen dan terendah di Peru sebesar 11 persen, sedangkan tingkat kemangkiran guru di Indonesia mencapai 19 persen. Penelitian tersebut juga menemukan penyebab tingginya angka kemangkiran guru tersebut antara lain adalah lemahnya kontrol pejabat dan masyarakat terhadap sekolah, penyakit dan kemiskinan, pelatihan, serta benturan kepentingan dan peran guru (wanita). Tingginya kemangkiran guru berdampak pula pada peningkatan dana operasional (remedial) sekolah, menurunnya citra sekolah, dan kinerja sekolah, serta menurunnya prestasi siswa (khsususnya di daerah-daerah terpencil), dan resistensi guru untuk berubah serta motivasi yang rendah Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Penelitian tentang kemangkiran guru di Indonesia pada saat ini mendesak dilakukan mengingat dampak negatif terhadap mutu proses dan hasil pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan WORLD menghitung BANK tingkat kemangkiran PUSAT guru PENELITIAN dan menganalisis KEBIJAKAN faktor penyebab terjadinya kemangkiran guru, upaya yang BADAN telah PENELITIAN dilakukan DAN untuk PENGEMBANGAN mengurangi/mengatasi tingkat kemangkiran guru, serta hubungan KEMENTERIAN tingkat kemangkiran PENDIDIKAN guru NASIONAL dengan prestasi belajar siswa. 1

5 Satuan pendidikan sebagai obyek penelitian dibatasi pada tingkat SD dan SMP. Secara khusus rumusan masalah penelitian ini ada enam, yaitu (1) Seberapa tinggi tingkat kemangkiran dan adakah perbedaan tingkat kemangkiran guru berdasarkan aspek karakteristik guru, transportasi, dan kebijakan sekolah; (2) Faktor apakah yang menyebabkan guru mangkir?; (3) Upaya apakah yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kelas yang kosong karena guru mangkir mengajar?; (4) Upaya apakah yang dilakukan sekolah dan dinas pendidikan untuk mengurangi kemangkiran guru?; (5) Apakah kebijakan pemerintah daerah untuk mengatasi kemangkiran guru?; (6) Bagaimanakah hubungan tingkat kemangkiran guru dengan prestasi belajar siswa? Terkait dengan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi tingkat kemangkiran guru, faktor penyebab kemangkiran guru, upaya sekolah dan dinas pendidikan untuk mengurangi kemangkiran guru, hubungan tingkat kemangkiran guru dengan prestasi belajar siswa, dalam rangka memberikan bahan rekomendasi kebijakan guna mengurangi tingkat kemangkiran guru dan peningkatan mutu kinerja guru Kajian Pustaka Kemangkiran guru didefinisikan sebagai guru yang tidak hadir sesuai jadwal yang sudah ditetapkan. Tingkat kemangkiran guru dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus 1, untuk kemangkiran guru SD % Kemangkiran Guru SD = X Y Rumus 1 X = Y = guru kelas di SD yang dijadualkan mengajar pada hari tertentu tetapi tidak hadir/tidak datang mengajar. seluruh guru kelas yang dijadualkan pada hari itu di SD tersebut Rumus 2, untuk kemangkiran guru SMP % Kemangkiran Guru SMP = X = Y = X Y Rumus 2 Guru mata pelajaran yang di UN kan di SMP yang dijadualkan mengajar hari tertentu tetapi tidak hadir/tidak datang mengajar. Seluruh guru mata pelajaran yang di UN kan dan dijadualkan pada hari itu di SMP tersebut. Tingkat WORLD kemangkiran BANK guru dalam penelitian PUSAT ini PENELITIAN dilihat dari KEBIJAKAN tiga keadaan, yakni kemangkiran guru pada saat peneliti datang ke BADAN sekolah PENELITIAN (hari H), serta DAN pada PENGEMBANGAN satu hari (H1) dan dua hari (H2) sebelum peneliti datang ke sekolah. KEMENTERIAN Pengukuran PENDIDIKAN tingkat kemangkiran NASIONAL pada hari H, dilakukan 2

6 dengan menggunakan data primer dimana peneliti langsung datang ke sekolah terpilih tanpa memberi tahu sekolah yang bersangkutan terlebih dahulu (sidak). Penghitungan tingkat kemangkiran guru sehari (H-1) dan dua hari (H-2) sebelum kedatangan peneliti adalah untuk melihat konsistensi kemangkiran. Tingkat kemangkiran guru pada satu dan dua hari sebelum peneliti datang dihitung dari dokumen absensi guru yang ada di sekolah, informasi kepala sekolah, informasi teman guru, dan informasi dari siswa, serta jadual mengajar Metodologi Pada penelitian ini dipilih 20 kabupaten/kota sebagai sampel lokasi yang ditentukan secara cluster random sampling berdasarkan distribusi geografi 10 wilayah dan pertimbangan sebaran populasi jumlah guru di kota/kabupaten pada wilayah tersebut (Tabel RE1). Dari 20 kabupaten/kota terpilih ditentukan SD dan SMP sampel yang dipilih berdasarkan keikutsertaan sekolah dalam Program BERMUTU. Setiap kota/kabupaten ditentukan Sekolah (SDN dan SMPN) secara acak, untuk masing-masing kabupaten/kota tersebut dipilih 4 sampai dengan 8 SDN dan 2 sampai dengan 12 SMPN (total sampel 154 SDN dan 149 SMPN). Responden dalam penelitian ini terdiri dari kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, kepala sekolah, guru, dan siswa. Tabel RE1. Kabupaten/Kota yang Terpilih Menjadi Sampel Wilayah Kab./Kota Sampel 1. Indonesia bagian Timur 1 1. Goa 2. Indonesia bagian Timur 2 2. Sumbawa 3. Jawa bagian Barat 4. Jawa bagian Tengah 5. Jawa bagian Timur 3. Kuningan 4. Majalengka 5. Subang 6. Kerawang 7. Banyumas 8. Wonogiri 9. Jepara 10. Pekalongan 11. Sidoarjo 12. Pacitan 13. Bondowoso 14. Pamekasan 6. Kalimantan 15. Gunung Mas 7. Sulawesi 8. Sumatera bagian Utara 18. Pidie 16. Parigi Muotong 17. Makasar PUSAT PENELITIAN 19. KEBIJAKAN Pasaman 9. Sumatera bagian Tengah BADAN PENELITIAN DAN 20. PENGEMBANGAN Jambi Responden Kepala Dinas Pendidikan KEMENTERIAN Kabupaten/Kota PENDIDIKAN diwawancara NASIONAL menggunakan pedoman wawancara untuk mendapatkan data upaya dan kebijakan yang telah dilakukan Dinas 3

7 Kependidikan untuk mengurangi dan mengatasi kemangkiran guru. Responden Kepala sekolah diwawancara untuk mendapatkan data kehadiran guru, peraturan disiplin guru, dan kebijakan mengatasi dan mengurangi kemangkiran guru. Wawancara dilengkapi dengan dokumen sekolah yang terkait dengan daftar hadir dan kebijakan terkait disiplin guru. Guru yang menjadi responden adalah seluruh guru kelas yang mengajar di SD dan guru mata pelajaran yang di-unkan yang mengajar di SMP pada saat peneliti datang pada sekolah sampel. Guru diwawancara untuk mendapatkan data terkait karakteristik guru, transportasi ke sekolah, dan kebijakan sekolah terkait kehadiran guru. Responden siswa mengikuti tes kompetensi pada mata pelajaran yang di UASBN-kan dan di UAN-kan sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan siswa sebagai akibat adanya kemangkiran guru. Pengumpulan data dilakukan melalui empat cara, yaitu (1) studi dokumen, (2) observasi, (3) wawancara, dan (4) tes. 2. Temuan dan Pembahasan 2.1. Kemangkiran Guru SD Tingkat Kemangkiran Guru Penelitian ini menemukan bahwa tingkat kemangkiran guru SD pada hari sidak (H) ternyata cukup tinggi, yakni mean 8,35%, dan median 7,9%. Pada Tabel memperlihatkan bahwa mean dan median kemangkiran guru pada hari sidak (H) hampir dua kali lipat dibandingkan dengan mean dan median pada H-1 dan H-2. Tingkat ketidakhadiran ini, meskipun sudah membaik lebih dari 60% dibandingkan rata-rata tingkat kemangkiran di delapan negara sebesar 20% dan jauh lebih rendah dari tingkat kemangkiran guru Indonesia di tahun 2004 sebesar 19% (Bank Dunia, 2004) tetapi tetap memerlukan penanganan yang serius karena pengaruhnya terhadap proses pembelajaran. Tabel RE2. Tingkat Kemangkiran Guru SD Waktu N Mean (%) Median (%) H ,35 7,90 H ,82 3,87 H ,43 3,83 Jika tingkat kemangkiran guru memperhatikan dimensi karakteristik guru yang mencakup profil guru, transportasi menuju sekolah, dan kebijakan sekolah yang dirinci lagi ke dalam 15 aspek (Tabel 5.1.2) diketahui bahwa hanya satu aspek yang secara statistik berbeda nyata terhadap tingkat kemangkiran guru, yaitu jenis kelamin. Pada tingkat kepercayaan 99%, rata-rata tingkat kemangkiran guru perempuan lebih rendah daripada tingkat kemangkiran guru laki-laki. Pada 14 aspek lainnya yang tidak ditemukan perbedaan nyata adalah daerah asal, pendidikan, lokasi tempat tinggal sekarang, jarak dari rumah ke sekolah, biaya transportasi, sertifikasi pendidik, tunjangan profesi, tugas tambahan, status kepegawaian, jumlah jam mengajar, keanggotaan KKG, WORLD dan status BANK akreditasi. 4

8 Tabel RE3. Perbandingan Tingkat Kemangkiran Guru dari 15 Aspek Tingkat Kemangkiran Nilai t-hitung Sig. 1. Profil a. Jenis Kelamin -3,06 0,004 b. Daerah Asal 1,936 0,131 c. Pendidikan -0,6 0, Transportasi a. Lokasi Tempat Tinggal Sekarang 1,651 0,181 b. Jarak dari Rumah ke Sekolah 0,688 0,563 c. Waktu dari Rumah ke Sekolah 0,753 0,559 d. Biaya Transportasi 1,18 0, Kebijakan Sekolah a. Sertifikasi Pendidik 1,645 0,108 b. Tunjangan Profesi 1,546 0,130 c. Tugas Tambahan 1,291 0,204 d. Jumlah Jam Mengajar 0,101 0,904 e. Status Kepegawaian 0,087 0,896 f. Golongan Kepegawaian 0,063 0,939 g. Keanggotaan pada KKG -0,34 0,937 h. Status Akreditasi Sekolah 0,62 0, Faktor Penyebab Guru Mangkir Ada 12 faktor yang dinyatakan oleh responden guru sebagai penyebab guru mangkir seperti yang disajikan pada Diagram Dari 12 faktor ini, kesulitan transportasi dikemukakan oleh 13% responden sebagai salah sartu faktor utama penyebab guru mangkir. Penyebab yang sama besarnya (13%) adalah ijin resmi keperluan di luar sekolah. Faktor utama lain yang juga dinyatakan responden sebagai penyebab guru mangkir adalah ditugaskan oleh sekolah untuk melaksanakan kegiatan yang tidak terkait tugas mengajar (11%) serta ditugaskan mengahdiri rapat di luar sekolah, 10%. Ada penyebab kemangkiran lain karena ditugaskan oleh sekolah untuk mengikuti program pelatihan, yakni sebesar 9%. Secara akumulatif penyebab kemangkiran guru karena penugasan ini ternyata cukup besar (30%) sehingga menjadi penyebab dominant pada kemangkiran guru SD. 5

9 Diagram RE1. Faktor Penyebab Guru SD Mangkir (N-96) Upaya Sekolah agar Pembelajaran Tetap Berjalan Sekolah telah berupaya agar para guru tidak mangkir dan pembelajaran tetap berjalan. Diketahui bahwa sebagian besar sekolah (67,7%) menempuh upaya dengan menerapkan tata tertib sekolah, dan 49% memberikan biaya transportasi, sedangkan sekolah yang lain dengan memberikan hadiah, dan pembinaan dari dan penyusunan tata tertib. Diagram RE2. Upaya Sekolah untuk Menghindari Guru Mangkir (%), N=244) Upaya Sekolah dan Dinas Pendidikan Mengurangi Kemangkiran Guru Responden mengetahui paling tidak ada enam upaya sekolah untuk mengurangi frekuensi dan jumlah guru yang mangkir. Diagram menyarikan responden guru SD yang mengetahui upaya yang telah dilakukan sekolah untuk mengurangi kemangkiran guru. Hampir seluruh guru (92%) mengakui jika sekolah telah membuat tata terib yang bertujuan mengurangi kemangkiran guru. 6

10 Diagram RE3. Upaya Sekolah Mengurangi Guru yang Mangkir (N=238) RINGKASAN EKSEKUTIF Kebijakan Daerah untuk Mengatasi Kemangkiran Guru. Kebijakan Dinas pendidikan kabupaten/kota yang paling banyak (73%) ditempuh untuk mengatasi masalah kemangkiran guru adalah melakukan sosialisasi peraturan disiplin guru di sekolah-sekolah, selain itu memberikan teguran (51%), memanggil guru yang bersangkutan (45%), memberikan sanksi (41%), memanggil kepala sekolah yang bersangkutan (38%), dan memberikan penghargaan (33%). Diagram RE4. Kebijakan Dinas Pendidikan untuk Mengatasi Guru yang Mangkir Hubungan Tingkat Kemangkiran Guru SD dengan Prestasi Siswa Penelitian ini menemukan bahwa terdapat korelasi negatif (r=-0,01896) antara nilai UASBN siswa SD dengan tingkat kemangkiran guru Artinya bila tingkat kemangkiran guru semakin meningkat maka nilai UASBN semakin menurun atau sebaliknya. Namun setelah diuji secara statistik, WORLD hubungan BANK ini tidak signifikan (sig. PUSAT =0,906327). PENELITIAN KEBIJAKAN 7

11 Tabel RE4. Hubungan antara Nilai UASBN Siswa SD dengan Tingkat Kemangkiran Guru Pearson Correlation -0,01896 Sig. (2-tailed) 0, N Kemangkiran Guru SMP Tingkat Kemangkiran Guru SMP Penelitian ini menemukan bahwa tingkat kemangkiran guru SMP pada hari sidak (H) ternyata cukup tinggi, yakni mean 13,96% dan median 14,62%. Pada Tabel memperlihatkan bahwa mean dan median kemangkiran guru pada hari sidak sedikit lebih besar dibandingkan dengan mean dan median pada H-1 dan H-2. Tingkat kemangkiran guru SMP ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemangkiran guru SD hasil penelitian ini yang menemukan bahwa tingkat kemangkiran guru SD pada hari sidak (H) dengan mean 8,35%, dan median 7,9%. Namun, tingkat kemangkiran guru SMP tersebut masih lebih rendah dari tingkat kemangkiran guru SD hasil penelitian Bank Dunia tahun 2004, sebesar 19%. Tabel RE5. Tingkat kemangkiran guru SMP Mean Median Waktu N (%) (%) Sidak ,96 14,62 H ,58 11,96 H ,67 9,59 Jika tingkat kemangkiran guru memperhatikan dimensi karakteristik guru yang mencakup profil guru, transportasi menuju sekolah, dan kebijakan sekolah yang dirinci lagi ke dalam 15 aspek (lihat Tabel hasil pembahasan) diketahui bahwa hanya satu aspek yang secara statistik berbeda nyata terhadap tingkat kemangkiran guru, yaitu satus kepegawaian guru. Pada tingkat kepercayaan 99%, rata-rata tingkat kemangkiran guru yang berstatus PNS lebih rendah daripada tingkat kemangkiran guru non PNS. Pada 14 aspek lainnya yang tidak ditemukan perbedaan nyata adalah jenis kelamin, daerah asal, pendidikan, lokasi tempat tinggal sekarang, jarak dari rumah ke sekolah, biaya transportasi, sertifikasi pendidik, tunjangan profesi, tugas tambahan, jumlah jam mengajar, keanggotaan KKG, dan status akreditasi. Tabel RE6. Perbandingan Tingkat Kemangkiran Guru dari Beberapa Aspek Tingkat Kemangkiran Nilai t-hitung Sig. 1. Profil a. Jenis Kelamin 0,661 0,512 b. Daerah Asal 0,167 0,918 c. Pendidikan -0,048 0,962 d. Mata Pelajaran yang Diajar 1,794 0, Transportasi 8

12 a. Lokasi Sekarang 0,696 0,558 b. Jarak dari rumah ke sekolah 1,863 0,124 c. Waktu dari rumah ke sekolah 0,931 0,457 d. Sarana transportasi 0,359 0,837 e. Biaya transportasi 0,381 0, Kebijakan Sekolah a. Sertifikasi Pendidik 0,284 0,778 b. Tunjangan Profesi -0,351 0,728 c. Tugas Tambahan -0,847 0,420 d. Status Kepegawaian 5,09 0,001 e. Golongan Kepegawaian 0,602 0,551 f. Jumlah Jam Mengajar 1,179 0,315 g. Keanggotaan MGMP 1,561 0,127 h. Status Akreditasi 0,94 0, Faktor Penyebab Guru Mangkir Ada 12 faktor yang menjadi penyebab guru mangkir seperti yang disajikan pada Diagram Dari 12 faktor tersebut, kesulitan transportasi merupakan faktor yang paling banyak dikemukakan oleh guru (13,5%) dan berikutnya adalah ijin resmi keperluan di luar sekolah (12,7%). Faktor lain yang menyebabkan guru mangkir adalah ditugaskan oleh sekolah untuk melaksanakan kegiatan yang tidak terkait tugas mengajar (11,4%) serta ditugaskan mengikuti pelatihan (8,9%), ditugaskan oleh sekolah untuk menghadiri rapat (8,5%) dan ditugaskan ke sekolah lain (4,5%). Berarti secara akumulatif penyebab kemangkiran guru karena penugasan ini cukup besar (33,3%) dan menjadi penyebab yang dominan pada kemangkiran guru SMP Lima faktor penyebab kemangkiran terbesar yang juga dikemukakan responden adalah sudah meminta ijin resmi (12,7%), ditugaskan melakukan kegiatan yang tidak berkaitan dengan tugas mengajar (11,5%), ditugaskan mengikuti pelatihan (8,9%), sakit dengan keterangan (8,9%), dan mengajar di waktu yang berbeda dengan waktu yang sudah dijadualkan (8,6%). Diagram RE5. Faktor Penyebab Guru Mangkir (N= 96) 9

13 Upaya Sekolah agar Pembelajaran Tetap Berjalan RINGKASAN EKSEKUTIF Sekolah telah berupaya agar para guru tidak mangkir dan pembelajaran tetap berjalan. Diketahui bahwa sebagian besar sekolah (67,7%) menempuh upaya dengan menerapkan tata tertib sekolah, dan 49% memberikan biaya transportasi, sedangkan sekolah yang lain dengan memberikan hadiah dan pembinaan serta penyusunan tata tertib sekolah. Diagram RE6. Upaya Sekolah untuk Menghindari Guru Mangkir (N=96, respons ganda) Upaya Sekolah dan Dinas Pendidikan Mengurangi Tingkat Kemangkiran Guru Diagram RE7. Upaya Sekolah Mengurangi Tingkat Kemangkiran Ada berbagai upaya sekolah untuk mengurangi tingkat kemangkiran, terbesar (87,63%) sekolah menyatakan membuat tata tertib sekolah dan berupaya memanggil guru yang mangkir untuk pembinaan. Sekolah yang lain (62,38%) berupaya memberikan penghargaan supaya guru lebih rajin bekerja, sebaliknya beberapa sekolah memberikan teguran (41,05%) dan memberikan sanksi kepada guru yang mangkir (28,40%) Kebijakan Daerah untuk Mengatasi Kemangkiran Guru. Dinas Pendidikan Kabupaten/kota juga telah menempuh berbagai upaya untuk mengatasi kemangkiran guru di wilayahnya. Sebagaian besar sekolah menyatakan bahwa Dinas pendidikan mengatasi tingkat kemangkiran guru dengan melakukan control untuk memastikan penerapan tata tertib (88,81%), nelakukan sosialisasi peraturan sampai ke sekolah (84,66%), menyusun tata WORLD tertib BANK (79,87%). Ada Dinas Pendidikan PUSAT PENELITIAN yang berupaya KEBIJAKAN memberikan pembinaan dan tindakan yang agak tegas, misalnya BADAN memanggil PENELITIAN guru DAN yang PENGEMBANGAN mangkir (68,71%), memberikan teguran (46,25%), memanggil KEMENTERIAN kepala sekolah PENDIDIKAN (42,4%), dan NASIONAL bahkan memberikan sanksi 10

14 (31,57%); tetapi sebaliknya beberapa Dinas pendidikan memberikan penghargaan supaya para guru lebih rajin untuk bekerja (44,2%). Diagram RE8. Kebijakan Daerah untuk Mengatasi kemangkiran Guru (N=, respons ganda) Hubungan Tingkat Kemangkiran Guru SMP dengan Prestasi Belajar Siswa Penelitian ini menemukan bahwa terdapat korelasi negatif (r=-0,268) antara nilai UN siswa SMP dengan tingkat kemangkiran guru. Artinya bila tingkat kemangkiran guru semakin meningkat maka nilai UN semakin menurun atau sebaliknya. Namun setelah diuji secara statistik, hubungan ini tidak signifikan (sig. =0,0241). Tabel RE7. Hubungan antara Tingkat Kehadiran Guru dengan Nilai UN Siswa Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Rekomendasi 1. Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten dan sekolah perlu menerapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Dan Pengawas Satuan Pendidikan secara konsisten dan dilaksanakan sampai pada tingkat pemenuhan kewajiban guru dalam kegiatan mengajar tatap muka sesuai dengan jadwal mengajar yang telah ditetapkan. Beban kerja guru paling sedikit 24 jam tatap muka dan paling banyak 40 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu perlu dikontrol secara tertib di tingkat pelaksanaan mengajar agar diketahui pemenuhan kewajiban guru, sekaligus untuk meminimalisir kemangkiran guru dalam mengajar. 2. Sekolah dan Kepala Dinas serta instansi pemangku kepentingan lain, hendaknya lebih bijaksana dalam mengatur dan menentukan para guru yang diminta bertugas, baik untuk rapat dinas, pelatihan, seminar, maupun mengikuti kegiatan pembinaan lainnya. WORLD Penugasan BANK kepada guru diharapkan PUSAT bukan PENELITIAN pada guru KEBIJAKAN yang sedang terjadwal dan memiliki tanggungjawab mengajar. BADAN Lebih-lebih PENELITIAN guru SD yang DAN memiliki PENGEMBANGAN tanggungjawab sebagai guru kelas, jika sering ditugaskan KEMENTERIAN di luar sekolah PENDIDIKAN akan sering NASIONAL terjadi kekosongan kelas yang 11

15 berakibat negative terhadap proses pembelajaran. Rekomendasi ini diajukan terkait dengan tingginya factor penugasan/dinas sebagai penyebab kemangkiran guru. 3 Pembinaan guru yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Sekolah perlu ditata dan dikembangkan lebih baik agar guru lebih disipin dan kemangkiran guru dapat ditekan seminimal mungkin. Sistem pembinaan guru dengan pendekatan pemberian hadiah dan penghargaan (reward) bagi guru yang melaksanakan aturan, tatatertib, disiplin, dan sebaliknya menerapkan sanksi dan hukuman (punishment) bagi guru yang tidak melaksanakan aturan tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu kinerja guru. Oleh sebab itu upaya Dinas pendidikan mengatasi tingkat kemangkiran guru dengan menetapkan aturan tatatertib, sosialisasi aturan sampai sekolah, mengontrol dan memastikan penerapan tata tertib, dan memberi penghargaan kepada guru yang melaksanakan disilin perlu ditingkatkan pelaksanaannya. Demikian pula tindakan tegas dengan teguran atau sanksi kepada guru yang sering mangkir dan memanggil kepala merupakan upaya yang baik agar para guru lebih rajin untuk bekerja. 4 Sekolah-sekolah yang memiliki karakteristik tertentu dapat menempuh upaya untuk meningkatkan kehadiran guru sampai tingkat kemangkiran yang minim. Sekolah yang berada di lokasi yang sulit dijangkau karena alasan geografis atau kepadatan lalu lintas dapat menambah insentif khusus bagi guru karena alasan kesulitan transportasi. Dengan tambahan uang trasnsportasi diharapkan guru di lokasi tersebut selalu hadir sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. 12

KEMANGKIRAN GURU SMP DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA JUNIOR SECONDARY SCHOOL TEACHER TRUANCY AND THE ANALYSIS OF THE CAUSATIVE FACTORS

KEMANGKIRAN GURU SMP DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA JUNIOR SECONDARY SCHOOL TEACHER TRUANCY AND THE ANALYSIS OF THE CAUSATIVE FACTORS KEMANGKIRAN GURU SMP DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA JUNIOR SECONDARY SCHOOL TEACHER TRUANCY AND THE ANALYSIS OF THE CAUSATIVE FACTORS Yaya Jakaria Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah. Hasil penting

RINGKASAN EKSEKUTIF. Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah. Hasil penting RINGKASAN EKSEKUTIF Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah Pada saat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1968, puskesmas berfungsi sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN EKSEKUTIF EVALUASI DAMPAK BANTUAN BERMUTU KKG/MGMP TERHADAP KINERJA GURU (BASELINE STUDY)

LAPORAN EKSEKUTIF EVALUASI DAMPAK BANTUAN BERMUTU KKG/MGMP TERHADAP KINERJA GURU (BASELINE STUDY) LAPORAN EKSEKUTIF EVALUASI DAMPAK BANTUAN BERMUTU KKG/MGMP TERHADAP KINERJA GURU (BASELINE STUDY) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatan mutu pendidikan, sangat diperlukan guru (pendidik) dalam

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN AKHIR STUDI TENTANG DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP PENINGKATAN ENROLLMENT LPTK, 2009

RINGKASAN LAPORAN AKHIR STUDI TENTANG DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP PENINGKATAN ENROLLMENT LPTK, 2009 RINGKASAN LAPORAN AKHIR STUDI TENTANG DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP PENINGKATAN ENROLLMENT LPTK, 2009 Hasil berbagai assessment internasional menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih

Lebih terperinci

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi 47 BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian serta interpretasi dari hasil penelitian tersebut. Akan dijabarkan gambaran umum responden dan hasil dari analisa

Lebih terperinci

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN. 3.1 Kerangka Berpikir. Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN. 3.1 Kerangka Berpikir. Gambar 3.1 Kerangka Berpikir BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN 3.1 Kerangka Berpikir Gambar 3.1 Kerangka Berpikir 48 49 3.2 Gambaran Perusahaan 3.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan SMP Negri 5 sebelumnya adalah sebuah Asrama Belanda, kemudian

Lebih terperinci

bagi Guru pemandu MGMP Matematika Bangkalan Tanggal 2 s.d. 7 Agustus 2010 di SMP Negeri 2 Blega

bagi Guru pemandu MGMP Matematika Bangkalan Tanggal 2 s.d. 7 Agustus 2010 di SMP Negeri 2 Blega TUGAS MATA KULIAH MENEJEMEN PELATIHAN DAN TKM DOSEN PENGAMPU : Dr.H.M.NASIR, mpd PROPOSAL PELATIHAN Program BERMUTU bagi Guru pemandu MGMP Matematika Bangkalan Tanggal 2 s.d. 7 Agustus 2010 di SMP Negeri

Lebih terperinci

Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik

Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik Januari 213 Indonesia telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, dilakukan di Gugus

Lebih terperinci

DISKUSI PANEL INOVASI TUNJANGAN GURU BERBASIS KINERJA. Rapat Kerja Nasional TNP2K & Kemendikbud Jakarta, 25 Agustus 2015

DISKUSI PANEL INOVASI TUNJANGAN GURU BERBASIS KINERJA. Rapat Kerja Nasional TNP2K & Kemendikbud Jakarta, 25 Agustus 2015 DISKUSI PANEL INOVASI TUNJANGAN GURU BERBASIS KINERJA Rapat Kerja Nasional TNP2K & Kemendikbud Jakarta, 25 Agustus 2015 ALOKASI TUNJANGAN GURU Uji coba dilakukan di 2 kecamatan, 10 sekolah, 68 guru, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada 58 BAB III METODE PENELITIAN 3. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan korelasional. Menurut Arikunto (00:70) pendekatan korelasional adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak globalisasi telah memasuki berbagai aspek kehidupan. Disadari atau tidak semua kalangan perlu menyiapkan diri dan menyikapinya dengan baik. Pada era ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Guru memiliki peran strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di UIN Maliki Malang yang terletak di Jalan Gajayana No. 50, Dinoyo Malang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di UIN Maliki Malang yang terletak di Jalan Gajayana No. 50, Dinoyo Malang. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2012 sampai 22 Desember 2012 di UIN Maliki Malang yang terletak di

Lebih terperinci

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua Jumat, 27 Februari 2015 Abstrak Perkembangan teknologi, serta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data maka penelitian ini dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data maka penelitian ini dapat 206 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Upaya peningkatan kinerja mengajar guru melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keunggulan suatu organisasi ditentukan oleh cara bagaimana manajemen mengelola dan memberdayakan sumber daya sebagai masukan (input) organisasi. Sebagai organisasi

Lebih terperinci

Executive Summary STUDI TENTANG STRUKTUR BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Executive Summary STUDI TENTANG STRUKTUR BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 A. Pendahuluan Executive Summary STUDI TENTANG STRUKTUR BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menghitung standar biaya satuan pendidikan tahun 2008, tetapi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. disesuaikan dengan tujuan khusus pada penelitian. Berikut penjelasannya :

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. disesuaikan dengan tujuan khusus pada penelitian. Berikut penjelasannya : BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan kesimpulan dari temuan penelitian yang telah dilakukan dan saran terkait hasil temuan tersebut. Kesimpulan dan saran yang peneliti sampaikan disesuaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah guru SMA Negeri se-kota Salatiga. Ditinjau dari jenis kelamin, jumlah responden laki-laki mempunyai prosentase

Lebih terperinci

DRAFT PETUNJUK TEKNIS

DRAFT PETUNJUK TEKNIS DRAFT PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN DANA PENDIDIKAN PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK S-1/D-IV PADA JENJANG PENDIDIK ANAK USIA DINI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN

Lebih terperinci

RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN KEGIATAN

RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN KEGIATAN Lampiran 3 Instrumen Pengembangan KKG dan MGMP RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN KEGIATAN KKG dan MGMP LAMPIRAN 3 CONTOH INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) / MUSYAWARAH GURU MATA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH TAHUN 2016

PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH TAHUN 2016 PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH TAHUN 06 DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

PAPARAN BUPATI KAPUAS TENTANG GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

PAPARAN BUPATI KAPUAS TENTANG GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS PAPARAN BUPATI KAPUAS TENTANG GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS PADA ACARA EVALUASI PROGRAM TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK PALANGKA RAYA, 8 FEBRUARI 2007 1 LANDASAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah 141 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro untuk anak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan sebanyak 150 remaja dengan rentang usia 15-18 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dan

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK KTSP G-78. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri 78 Jakarta dengan Menerapkan Sistem Paket dan Rintisan SKS

PERATURAN AKADEMIK KTSP G-78. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri 78 Jakarta dengan Menerapkan Sistem Paket dan Rintisan SKS PERATURAN AKADEMIK KTSP G-78 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri 78 Jakarta dengan Menerapkan Sistem Paket dan Rintisan SKS PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 secara eksplisit menyebutkan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Sampel dalam penelitian ini yaitu sampel total atau seluruh populasi menjadi sampel yang terdiri dari 63 orang guru SD penerima tunjangan

Lebih terperinci

BIMBINGAN KONSELING. A. Tugas Staf Pembimbing Akademik.

BIMBINGAN KONSELING. A. Tugas Staf Pembimbing Akademik. BIMBINGAN KONSELING Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak merupakan proses belajar yang cukup panjang. Keberhasilan PPDS I menyelesaikan studinya tidak hanya didasarkan kepada kemampuan akademiknya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti 70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti PAL. 2. Mahasiswa yang mengikuti PAL mempunyai persepsi yang baik tentang PAL. 3.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menjalani usia pernikahan selama 5 tahun pertama yang berjumlah 100 responden. Pada

Lebih terperinci

BIODATA PESERTA VISITING GURU PAI TAHUN 2015

BIODATA PESERTA VISITING GURU PAI TAHUN 2015 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1: BIODATA PESERTA VISITING GURU PAI TAHUN 2015 1. Nama lengkap 2. Gelar akademik 3. Tempat/Tgl.lahir 4. Jenis kelamin 5. NIP 6. Status kepegawaian PNS : Kemenag/Pemda/Lainnya*:

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN GURU. A. Pengertian Kesejahteraan. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti.

KESEJAHTERAAN GURU. A. Pengertian Kesejahteraan. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti. KESEJAHTERAAN GURU A. Pengertian Kesejahteraan Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa program sertifikasi guru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa program sertifikasi guru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa program sertifikasi guru yang dimulai pada tahun 2005 lalu belum memberikan kontribusi signifikan untuk peningkatan

Lebih terperinci

BAB VII MONITORING DAN EVALUASI

BAB VII MONITORING DAN EVALUASI 7.1. Pengertian BAB VII MONITORING DAN EVALUASI Dalam konteks penyelenggaraan Program BERMUTU, kegiatan Monitoring dan Evaluasi (M&E) diartikan sebagai kegiatan memantau dan melakukan evaluasi berbagai

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU DAN GURU YANG DIANGKAT JABATAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN MELALUI DANA DEKONSENTRASI

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU DAN GURU YANG DIANGKAT JABATAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN MELALUI DANA DEKONSENTRASI PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU DAN GURU YANG DIANGKAT JABATAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN MELALUI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 KATA PENGANTAR Salah satu

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN BOOKLET DALAM MENINGKATKAN PERSEPSI DAN SIKAP KELUARGA UNTUK MENDUKUNG LANSIA MEMANFAATKAN POSYANDU LANSIA Abdul Halim*, Dwi Agustanti* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 17 Kota Jambi, kelas VII yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 17 Kota Jambi, kelas VII yang 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 17 Kota Jambi, kelas VII yang beralamat di Jalan Arief Rahman Hakim Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak paham menjadi paham dan sebagainya. Pendidikan itu bisa didapatkan dan. Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.

BAB I PENDAHULUAN. tidak paham menjadi paham dan sebagainya. Pendidikan itu bisa didapatkan dan. Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan Sawangan, 26 s.d 28 Februari 2012 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN. secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam

BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN. secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini, semua data penelitian yang telah dipresentasikan di Bab terdahulu akan dibahas secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam penyajian data. Peneliti

Lebih terperinci

Sarjana Mendidik Bangsa Program Guru Penggerak Daerah Terpencil Kabupaten Intan Jaya Tahun 2014/2015

Sarjana Mendidik Bangsa Program Guru Penggerak Daerah Terpencil Kabupaten Intan Jaya Tahun 2014/2015 Term of Reference Sarjana Mendidik Bangsa Program Guru Penggerak Daerah Terpencil Kabupaten Intan Jaya Tahun 2014/2015 A. Latar Belakang Kabupaten Intan Jaya merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengawasan yang dilakukan oleh atasannya. Pengawasan yang. dimaksudkan untuk mencegah atau untuk memperbaiki kesalahan,

III. METODE PENELITIAN. pengawasan yang dilakukan oleh atasannya. Pengawasan yang. dimaksudkan untuk mencegah atau untuk memperbaiki kesalahan, 51 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel bebas yang diteliti meliputi: a. Pengawasan (X 1 ), yaitu persepsi karyawan pelaksana terhadap pengawasan yang dilakukan

Lebih terperinci

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini: METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor internal IGE Timor Leste, alasannya bahwa IGE merupakan satu-satunya internal auditor pemerintah di Timor Leste. Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Propinsi Kepulauan Riau untuk mata pelajaran Ujian Nasional (UN) dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data dalam Education for All (EFA) Global Monitroring Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO dan diluncurkan di New York pada Senin, 1/3/2011, indeks pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK PADA BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK PADA BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK PADA BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG PERIODE JANUARI - JUNI 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... xii i ii iii v xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **) PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **) A. Pendahuluan Undang- Undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Dari sudut pandang manajemen

BAB I PENDAHULUAN. penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Dari sudut pandang manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Di dalam organisasi manusia merupakan unsur yang terpenting dalam suatu organisasi.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah menuju kearah profesionalisme dan menunjang terciptanya pemerintah yang baik,

Lebih terperinci

ANGKET PENELITIAN EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU HASIL PENDIDIKAN

ANGKET PENELITIAN EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU HASIL PENDIDIKAN RESPONDEN KEPALA SEKOLAH ANGKET PENELITIAN EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU HASIL PENDIDIKAN (Studi pada Sekolah Menengah

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN Variabel Dimensi Indikator Instrumen Kompensasi (Variabel X)

INSTRUMEN PENELITIAN Variabel Dimensi Indikator Instrumen Kompensasi (Variabel X) INSTRUMEN PENELITIAN Variabel Dimensi Indikator Instrumen Kompensasi 1. Tingkat keefektifan gaji Tingkat keefektifan gaji yang diterima (Variabel X) yang diterima memenuhi Bapak/Ibu guru memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014. Subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 41 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 41 TAHUN 2012 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain

BAB III METODE PENELITIAN. terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, kesimpulan 87 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, kesimpulan yang di dapatkan dari pembahasan penulisan hukum ini adalah : 1. Pelaksanaan peraturan disiplin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN Lampiran I.3 Perda Pertanggungjawaban Nomor Tanggal : : 000 31 Desember 2015 PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH REKAPITULASI BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, TAHUN 2015 Urusan Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dalam hierarki struktur pemerintahan, desa adalah menempati posisi terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi terdepan dan langsung

Lebih terperinci

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Cirebon, 22 Desember 2015 OUTLINE PEMBAHASAN 1 SIPD DALAM UU 23 TAHUN 2014 2 PERMENDAGRI 8/2014 TENTANG SIPD AMANAT UU 23 TAHUN 2014 Pasal 274: Perencanaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE PENELITIAN Desain, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei. Penelitian ini mengkaji pengetahuan

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 145 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 145 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 145 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program SPSS (Statistical

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program SPSS (Statistical BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 20 for windows. 4.1 Profil Responden Responden berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Kesongo 01 Tuntang pada tanggal 9 April 2013. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas V-B, yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pertumbuhan perusahaan yang cepat dalam lingkungan bisnis yang semakin ketat persaingannya menimbulkan tantangan bagi manajemen. Manajemen hendaknya selalu siap mengantisipasi perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional. Berbagai isu aktual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional. Berbagai isu aktual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan kedudukan dan peranan pegawai negeri sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena pegawai negeri merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Dewi Nindya Sari NIM

SKRIPSI. Oleh. Dewi Nindya Sari NIM Model Pengajaran Berdasarkan Masalah Berbantuan Media ICT Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Fisika di SMP (Penelitian Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Jember) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rachmawati, 2008). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. (Rachmawati, 2008). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia memiliki peranan penting bagi kesuksesan organisasi dan merupakan salah satu unsur yang vital bagi organisasi (Rachmawati, 2008). Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap masalah BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap masalah penelitian dapat disimpulkan bahwa : Kemampuan manajerial kepala sekolah, Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan selalu menjadi isu sentral dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas pendidikan ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. moral dan mental yang baik, profesional, serta sadar akan tanggung jawabnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. moral dan mental yang baik, profesional, serta sadar akan tanggung jawabnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur utama sumber daya manusia aparatur negara mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS APRESIASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (GPAI) SEKOLAH DASAR (SD) BERPRESTASI TAHUN 2012

PETUNJUK TEKNIS APRESIASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (GPAI) SEKOLAH DASAR (SD) BERPRESTASI TAHUN 2012 PETUNJUK TEKNIS APRESIASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (GPAI) SEKOLAH DASAR (SD) BERPRESTASI TAHUN 2012 BIDANG : PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PAI SD DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden diungkap dari aspek jenis kelamin, kualifikasi akademik, status kepegawaian, dan status sertifikasi yang dapat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri BAB 4 ANALISIS HASIL Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi profil responden, bagian kedua adalah hasil dan pembahasan penelitian.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI, IKLIM ORGANISASI, DAN KEDISIPLINAN KERJA GURU SEKOLAH SE-KOTA MOJOKERTO

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI, IKLIM ORGANISASI, DAN KEDISIPLINAN KERJA GURU SEKOLAH SE-KOTA MOJOKERTO HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI, IKLIM ORGANISASI, DAN KEDISIPLINAN KERJA GURU SEKOLAH SE-KOTA MOJOKERTO THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL LEADERSHIP, MOTIVATION, ORGANIZATIONAL CLIMATE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah penduduknya. Jumlah kelahiran yang tinggi menyebabkan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suyanti ABSTRAK Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sidoarjo, tepatnya sekolah ini beralamat di Jalan Raya Keboharan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sidoarjo, tepatnya sekolah ini beralamat di Jalan Raya Keboharan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek 1. Profil Sekolah SMP Negeri 3 Krian adalah salah satu sekolah menengah pertama yang berstatus negeri dan memiliki akreditasi A di kecamatan Krian

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57 No.1749, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Tunjangan Kinerja. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden Pengambilan data dilakukan terhadap 230 mahasiswa IPB angkatan 42, 43, dan 44. Berdasarkan jenis kelamin responden, penelitian ini dapat dikatakan sudah cukup proporsional

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era Reformasi Birokrasi saat ini, setiap organisasi pemerintahan dituntut untuk selalu melaksanakan semua aspek yaitu legitimasi, kewenangan, maupun aktivitas utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Diri Responden Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas responden siswa laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keberadaan subjek penelitian, peneliti mengumpulkan data tentang identitas responden.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar

BAB 4 ANALISIS HASIL. setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Responden 4.1.1. Kelas Kategori kelas ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa dari setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yaitu dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yaitu dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah maupun tugas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja atau karyawan merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena karyawan adalah modal utama bagi suatu perusahaan tanpa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang dari responden. Dalam penelitian ini

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang dari responden. Dalam penelitian ini BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Pada bagian ini membahas tentang karakteristik dari responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap 60 responden. Profil responden

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK 6.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Kepedulian, dan Ekuitas Merek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran kompetensi karyawan PT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran kompetensi karyawan PT BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran kompetensi karyawan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten cukup tinggi. Dimana indikator kompetensi

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. oleh : ROHMADI NIM :

ARTIKEL SKRIPSI. oleh : ROHMADI NIM : HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN KEMAMPUAN TOLAK PELURU GAYA O BRIEN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DUAL

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DUAL PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DUAL MODE SYSTEM) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PT BANK MASPION INDONESIA Tbk PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PT BANK MASPION INDONESIA Tbk KETENTUAN UMUM Pedoman dan Tata Tertib Kerja untuk anggota komite Remunerasi dan Nominasi PT. Bank Maspion Indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan atas hasil

Lebih terperinci

Pada akhir 2027 (Otonomi Khusus), Aceh akan menerima lebih dari Rp 650 T

Pada akhir 2027 (Otonomi Khusus), Aceh akan menerima lebih dari Rp 650 T Belanja Publik Aceh 2013; Mengulang Kekeliruan www.belanjapublikaceh.org Prof. Raja Masbar Banda Aceh, 28 November 2013 Pada akhir 2027 (Otonomi Khusus), Aceh akan menerima lebih dari Rp 650 T Diperkirakan

Lebih terperinci