BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa program sertifikasi guru

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa program sertifikasi guru"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa program sertifikasi guru yang dimulai pada tahun 2005 lalu belum memberikan kontribusi signifikan untuk peningkatan kualitas pendidikan nasional (thejakartapost.com., 27/4/2013). Penelitian Koswara et.al. (2010) mengemukakan bahwa sertifikasi guru memiliki pengaruh yang rendah pada profesionalisme dan mutu pembelajaran. Menurut Mae Chu, Kepala Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk Bank Dunia di Indonesia, hasil sertifikasi guru tidak berdampak signifikan pada kinerja akademis guru (kompas.com., 17/10/2012). Fakta tersebut membuktikan bahwa kinerja guru sebagai salah satu faktor penting dalam pencapaian kualitas pendidikan masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, salah satunya, terlihat dari peringkat Indonesia dalam pengujian berstandar internasional. Sebagai contoh, peringkat Indonesia dalam matematika, ilmu pengetahuan, dan membaca seperti Trends in International Mathematic and Science Study (TIMSS) tahun 2007 dan Program for International Student Assestment (PISA) tahun 2009 masih menempati peringkat bawah (OECD, 2010). Laporan Bank Dunia (2013) menyebutkan bahwa sistem pendidikan Indonesia belum secara konsisten menghasilkan lulusan dengan pengetahuan dan keterampilan berkualitas tinggi. 1

2 Menurut laporan tersebut, kualitas dan kinerja guru yang rendah disebutkan, antara lain, sebagai faktor penyebabnya. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah dengan mengalokasikan anggaran pendidikan dalam APBN sebesar 20 persen. Namun, menurut Patrinos (2012), upaya pemerintah tersebut sampai saat ini belum menemukan hasil yang diharapkan. Upaya tersebut tidak berpengaruh signifikan pada peningkatan kualitas pendidikan. Penelitian De Ree et.al. (2012) bahkan menyebutkan bahwa program sertifikasi guru sebagai realisasi dari alokasi 20 persen anggaran pendidikan tersebut hanya berhasil memperbaiki perilaku guru, tetapi belum berhasil meningkatkan kualitas hasil pembelajaran siswa. Sertifikasi guru hanya berdampak positif pada perbaikan ekonomi guru, bukan kinerja guru (Bank Dunia, 2013). Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru yang rendah akan berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan. Kinerja guru yang rendah, antara lain, disebabkan oleh motivasi guru yang rendah. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kedisiplinan dan kehadiran guru di kelas. Lembaga Penelitian SMERU (2008) menemukan bahwa tingkat rata-rata kehadiran guru Indonesia di kelas masih rendah, terutama di daerah terpencil. Tingkat kehadiran guru di kelas merepresentasikan motivasi guru dalam melaksanakan tugas. Tingkat kehadiran guru di kelas menjadi salah satu indikator dari penilaian kinerja guru (Kompas.com., 23/10/2012). Jika kelas sering kosong karena ketidakhadiran guru, pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Temuan penelitian ini 2

3 menunjukkan bahwa motivasi guru menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada tinggi atau rendahnya kinerja guru. Peran motivasi guru sebagai faktor yang memengaruhi kinerja guru tersebut dibuktikan berdasarkan beberapa penelitian di bidang pendidikan, antara lain oleh Mary (2010); Raeisi et.al. (2012); dan Inayatullah dan Jehangir (2013). Motivasi guru yang tinggi akan meningkatkan kinerja guru semakin tinggi. Sebaliknya, rendahnya motivasi guru akan berdampak pula pada rendahnya kinerja mereka. Motivasi individu menggambarkan perasaan, kompetensi, dan harga diri untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Rabideau, 2005). Motivasi individu akan mendorong dirinya terlibat dalam tugas. Hal inilah yang memengaruhi peningkatan kinerja individu (Kuo, 2006). Motivasi yang tinggi sangat dibutuhkan oleh guru untuk meningkatkan kinerja secara pribadi dan atau kualitas pendidikan secara umum. Motivasi sangat dibutuhkan untuk menyokong peran strategis guru sebagai pendidik dan pembentuk karakter peserta didik, terutama motivasi berprestasi. Hal ini disebabkan motivasi berprestasi terkait dengan kinerja dan sikap kerja individu secara umum (Poulin, 1994). Menurut McClelland (dalam Thoha, 2012), manusia yang memiliki motivasi untuk berprestasi akan berusaha mencapai prestasi tinggi yang diperlihatkan oleh kinerjanya. Penelitian Suryaningsih (2011) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi memiliki pengaruh positif pada kinerja karyawan Bank BPD DIY Syariah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lee dan Liu (2009) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi sangat berpengaruh pada sikap kerja dan kinerja karyawan Bank ABC di Taiwan. Penelitian Iyer dan Kamalanabhan 3

4 (2006) menunjukkan bahwa motivasi berprestasi berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja para ilmuwan yang bekerja pada research and development organization. Bahkan, penelitian ini menemukan bahwa motivasi berprestasi mampu menjaga konsistensi kinerja para ilmuwan. Menurut Wang (2010), motivasi berprestasi yang tinggi akan membantu meningkatkan kinerja individu. Namun demikian, motivasi berprestasi bukan merupakan variabel tunggal yang dapat memengaruhi kinerja. Menurut Elzahiri (2010), hal lain yang memengaruhi kinerja dan motivasi secara umum adalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah. Temuan penelitian tersebut menunjukkan tentang pentingnya kepala sekolah memiliki perilaku kepemimpinan efektif di sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu mengembangkan kapasitas kepemimpinannya ke arah kepemimpinan efektif. Elzahiri (2010) dalam penelitian tersebut merekomendasikan perilaku kepemimpinan transformasional sebagai perilaku kepemimpinan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah. Kepemimpinan transformasional diyakini efektif dalam memfasilitasi guru dan sekolah untuk mencapai kinerja yang lebih baik (Raihani, 2010). Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan apa yang terbaik bagi warga sekolah. Kepala sekolah harus bisa menjadi teladan positif, sabar, telaten, dan penuh pengertian bagi warga sekolah (Mulyasa, 2010). Perilaku kepemimpinan kepala sekolah tersebut lebih mendekati perilaku kepemimpinan transformasional. Perilaku kepemimpinan yang digambarkan oleh Bass (1985) 4

5 sebagai perilaku kepemimpinan yang mampu menginspirasi dan mendorong bawahan mencapai prestasi dan kinerja yang tinggi. Yukl (2010) menyebutnya sebagai perilaku kepemimpinan yang mampu membangun kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan penghormatan pada diri bawahan sehingga bawahan termotivasi untuk melakukan sesuatu yang melampaui harapan mereka. Perilaku kepemimpinan transformasional sangat dibutuhkan oleh kepala sekolah dalam mengelola organisasi sekolah. Menurut Leithwood dan Duke (dalam Raihani, 2010), kepemimpinan transformasional mampu menciptakan kehidupan organisasi yang saling mendukung, memfasilitasi keterlibatan siswa, dan menumbuhkan komitmen guru pada reformasi sekolah. Implementasi kepemimpinan transformasional di sekolah perlu mendapatkan perhatian serius dari para pemimpin pendidikan (kepala sekolah atau dinas terkait). Di tengah rendahnya kompetensi kepemimpinan kepala sekolah (Kompas.com., 24/7/2012), perilaku kepemimpinan transformasional bisa menjadi alternatif pilihan untuk pengembangan kapasitas kepemimpinan kepala sekolah. Dewasa ini rendahnya kompetensi kepala sekolah masih menjadi ganjalan dalam meningkatkan kinerja dan kualitas pendidikan. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, Musliar Kasim, mengatakan bahwa banyak kepala sekolah yang tidak memiliki kompetensi dalam mengelola sekolah (Kompas.com., 10/8/2012). Musliar menambahkan bahwa banyak ditemui kepala sekolah yang mendapatkan jabatan bukan karena lolos seleksi kompetensi melalui jalur perekrutan yang semestinya. Mereka dipilih oleh kepala daerah atau kepala 5

6 dinas hanya berdasarkan kedekatan atau karena menjadi tim sukses pada pemilihan kepala daerah. Penelitian Suhardiman (2011) menunjukkan bahwa perekrutan dan kompetensi berpengaruh sangat tinggi pada kinerja kepala sekolah. Artinya, proses perekrutan dan modal kompetensi kepala sekolah merupakan variabel penting yang harus dipenuhi untuk mencapai kinerja yang optimal. Kebutuhan akan kepala sekolah yang memiliki kemampuan dalam kepemimpinan sangat mendesak bagi dunia pendidikan. Hal tersebut didasarkan pada data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang menyebutkan bahwa 70 persen kepala sekolah di Indonesia tidak berkompeten (pikiran-rakyat.com., 25/07/2011). Kompetensi yang menjadi masalah besar bagi kepala sekolah tersebut sebagian besar berkaitan dengan kompetensi manajerial dan supervisi akademik. Maka dari itu, peningkatan dan pengembangan kapasitas kepemimpinan dalam dunia pendidikan menjadi sangat urgen. Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru, peneliti menyimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah di lingkungan SMP se-kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, Jawa Timur, belum berjalan optimal. Kepemimpinan kepala sekolah belum mampu meningkatkan kinerja guru ke arah yang lebih baik, kurang memberdayakan guru, dan kurang tanggap pada permasalahan yang dihadapi guru. Kepemimpinan kepala sekolah yang belum optimal tersebut menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja guru. Hal tersebut tampak pada ketidakmampuan kepala sekolah dalam memfasilitasi dan memberdayakan guru untuk berprestasi. Sebagai contoh, motivasi guru untuk berkarya dan berinovasi 6

7 dalam pembelajaran dan pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran masih sangat rendah. Contoh lainnya, tingkat kedisiplinan guru, seperti kehadiran di kelas, persiapan mengajar, dan partisipasi guru dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan sekolah juga masih rendah. Hasil observasi dan wawancara menyimpulkan pula bahwa sebagian besar guru tidak memiliki publikasi di media massa dan karya tulis ilmiah seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sejenisnya. Masalah lainnya ialah letak geografis Kecamatan Pagerwojo termasuk wilayah pegunungan. Sebagian kondisi medan cukup menyulitkan dan jauhnya jarak ke sekolah yang harus ditempuh menjadi kendala tersendiri bagi guru. Sebagian besar guru harus menempuh perjalanan sejauh lebih dari 16 kilometer untuk sampai ke sekolah. Kondisi tersebut secara tidak langsung memengaruhi efektivitas kinerja mereka. Hal ini ditambah lagi dengan lemahnya pengawasan (control) dari kepala sekolah kepada guru, seperti minimnya supervisi, kehadiran kepala sekolah yang tidak ajeg sehingga guru berkesulitan untuk menemuinya sewaktu-waktu di sekolah, atau kepala sekolah lebih sibuk dengan acara kedinasan di luar sekolah daripada menjadi pendamping yang baik bagi guru dalam menjalankan aktivitasnya. Berbagai masalah tersebut menjadi faktor penghambat bagi peningkatan kinerja guru dan motivasi berprestasi guru untuk berkarya meraih prestasi dan mengembangkan kompetensinya. Kebutuhan kajian tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah masih sangat diperlukan di tengah masalah rendahnya kompetensi kepala sekolah di negeri ini. Kepala sekolah memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak 7

8 ringan pada masa-masa mendatang. Kepala sekolah dituntut mampu menyelaraskan sumber daya dan potensi sekolah untuk mencapai kinerja yang tinggi dan kualitas pendidikan yang lebih baik. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti. Daya tarik itu terkait dengan bagaimana kepemimpinan transformasional kepala sekolah mampu meningkatkan kinerja guru sebagai sumber daya pendidikan. Caranya ialah mengoptimalkan motivasi berprestasi guru yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kajian ini juga penting sebagai masukan yang bermanfaat bagi kepala sekolah se-kecamatan Pagerwojo, Tulungagung dan kepala sekolah secara umum. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinan kepala sekolah ke arah yang lebih baik. 1.2 Rumusan Masalah Dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan empat orang guru pada satuan pendidikan SMP Negeri se-kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, Jawa Timur, yaitu responden A, B, C, dan D, diperoleh informasi tentang kepemimpinan kepala sekolah sebagai berikut. Responden A mengatakan, Kepala sekolah sangat terbuka dengan pendapat orang lain dan lebih mementingkan kebersamaan daripada memaksakan aturan. Sebagai contoh, salah satu guru mengungkapkan keberatannya atas aturan sekolah tentang kedisiplinan yang dipandang memberatkan siswa dan guru. Kepala sekolah mengajaknya berdiskusi untuk menemukan solusi bersama. Namun, kepala sekolah terkadang juga sangat egois dan mau menang sendiri jika emosinya sedang tidak stabil. Kadang pula, fungsi supervisi akademik dan manajerial belum dapat dijalankan secara maksimal karena banyak terganggu dengan rapat-rapat dinas. Kegiatan supervisi akademik pun kadang tidak dijalankan secara konsisten dan hanya diberlakukan pada guru mata pelajaran tertentu saja. 8

9 Responden B mengatakan, Meskipun kepala sekolah patut menjadi teladan bagi guru dan warga sekolah karena memiliki kepribadian baik dan religius. Namun, kepala sekolah kurang tanggap pada permasalahan yang dihadapi guru karena lebih sibuk dengan rapat-rapat dinas seperti MKKS, atau staf dan tata usaha, sehingga tugas-tugas kepala sekolah terkait supervisi akademik sering terabaikan. Kepala sekolah belum bisa menampilkan diri sebagai pemimpin yang mampu mengakomodasi dan memberikan perhatian khusus pada pencapaian prestasi dan kebutuhan guru untuk mengembangkan potensinya. Responden C mengatakan, Jarang sekali ada pelatihan terkait profesionalisme guru dan karya ilmiah di sekolah padahal itu sangat dibutuhkan oleh guru, seperti pelatihan PTK, publikasi di media massa, atau karya tulis lainnya. Kepala sekolah lebih cenderung tanggap pada permasalahan manajerial, seperti fasilitas dan sarana prasana di sekolah daripada pembinaan akademik untuk meningkatkan kompetensi guru. Kedatangan kepala sekolah juga tidak ajeg atau bahkan sangat jarang sehingga guru merasa kesulitan untuk bertemu, apalagi harus mendiskusikan berbagai permasalahan yang dihadapinya, dalam masalah pembelajaran atau terkait kegiatan sekolah. Responden D mengatakan, Ketidakdisiplinan guru dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik profesional, seperti kekurangsiapan dalam proses pembelajaran, keterlambatan memulai pelajaran; sering ke luar kelas di saat jam pelajaran berlangsung dan siswa disibukkan dengan tugas mengerjakan LKS sementara guru lebih banyak mengobrol dengan teman sejawat; sering absen dalam kegiatan sekolah, seperti ektrakurikuler, masih sering kita jumpai. Kepala sekolah kurang berani mengambil tindakan tegas, seperti menegur, memberi peringatan keras pada guru bersangkutan, atau sekadar memberikan nasihat agar tidak mengulangi perbuatan tersebut. Kepala sekolah lebih cenderung toleran dengan alasan jauhnya jarak yang ditempuh guru untuk datang ke sekolah. Berdasarkan wawancara dengan empat guru yang mewakili tiap-tiap satuan pendidikan SMP Negeri se-kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, Jawa Timur, terlihat bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah dinilai belum mampu menuntaskan persoalan kinerja guru yang masih rendah. Kepala sekolah juga dinilai kurang memberdayakan guru dan kurang tanggap pada permasalahan yang dihadapi mereka. 9

10 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan pertanyaan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini. 1. Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kinerja guru? 2. Apakah motivasi berprestasi berpengaruh positif pada kinerja guru? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh positif kepemimpinan transformasional pada kinerja guru. 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh positif motivasi berprestasi pada kinerja guru. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian tentang pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi berprestasi pada kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se- Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, Jawa Timur, akan memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, antara lain, adalah: 1. Sebagai bahan kajian ilmiah bagi para peneliti lain mengenai pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi berprestasi pada kinerja guru dan wacana bagi organisasi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dengan 10

11 menumbuhkan motivasi berprestasi guru melalui peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi para kepala sekolah pada tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se- Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, untuk meningkatkan kinerja guru. 1.6 Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian Penelitian tentang pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi berprestasi pada kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se- Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, Jawa Timur, belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini berpijak pada permasalahan kepemimpinan transformasional, motivasi berprestasi dan kinerja guru, dengan mengambil data penelitian dari guru-guru pada sekolah tersebut. Ruang lingkup penelitian dapat dijabarkan dalam poin-poin kajian, berikut. 1. Menguji persepsi responden tentang kepemimpinan transformasional (X 1 ) di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-kecamatan Pagerwojo. 2. Menguji persepsi responden tentang motivasi berprestasi (X 2 ) guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-kecamatan Pagerwojo. 3. Menguji persepsi responden tentang kinerja guru (Y) di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-kecamatan Pagerwojo. 11

12 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian terdiri dari lima bab, sebagai berikut. a. Bab I Pendahuluan Bab I memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penulisan. b. Bab II Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis Bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian, terdiri dari teori kepemimpinan transformasional, motivasi berprestasi, kinerja guru, dan hipotesis tentang pengaruh kepemimpinan transformasional, dan motivasi berprestasi pada kinerja guru. c. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisikan tentang desain penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, instrumen penelitian dan pengukuran, sumber data dan teknik pengumpulan data serta metode analisis data. d. Bab IV Hasil Penilitian dan Pembahasan Bab ini berisikan deskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan. e. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini berisikan simpulan dari hasil penelitian, saran, keterbatasan penelitian dan saran penelitian pada masa mendatang. 12

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja sekolah merupakan representasi dari kinerja semua sumber daya yang ada di sekolah dalam melaksanakan tugas sebagai upaya mewujudkan tujuan sekolah. Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan keberadaan guru merupakan salah satu faktor yang signifikan baik dalam peran maupun fungsinya. Guru merupakan bagian komponen yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nasional. Padahal, penyelenggaraannya telah menguras sekitar dua pertiga dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nasional. Padahal, penyelenggaraannya telah menguras sekitar dua pertiga dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program sertifikasi guru yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ternyata tidak memberi dampak perbaikan terhadap mutu pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan era globalisasi dimana pertumbuhan perusahaan semakin cepat dan semakin maju dalam persaingan bisnis, sehingga perusahaan harus bersikap lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat kaitannya dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006:

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah The quality of an instructional program is comprised of three elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006: 8). Sebagaimana dikatakan

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan

B A B I PENDAHULUAN. perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran utama dalam perkembangan manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor guru. Guru menjadi

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu mendapatkan perhatian khusus di Indonesia. Rendahnya kemampuan siswa di bidang matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Rendahnya kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. acuan dari kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, di

BAB I PENDAHULUAN. acuan dari kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi persaingan global, maka sebagai suatu bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia. Peningkatan mutu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari memuaskan, nilai rata-rata nasional hasil perhitungan per 1 Juli 2012 baru

BAB I PENDAHULUAN. dari memuaskan, nilai rata-rata nasional hasil perhitungan per 1 Juli 2012 baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil uji kompetensi guru bersertifikasi Indonesia tahun 2012 masih jauh dari memuaskan, nilai rata-rata nasional hasil perhitungan per 1 Juli 2012 baru mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Dalam UU Nomor 20 tahun 2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin pesat seperti tiada henti. Dapat dilihat dari alat-alat teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin pesat seperti tiada henti. Dapat dilihat dari alat-alat teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada saat ini dinamika perubahannya sangatlah cepat. Berbagai info dapat dengan mudah didapatkan tanpa melihat jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan berikut : manajemen pembinaan peserta didik di SDIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai jenjang pendidikan dasar. Matematika timbul karena olah pikir manusia yang berhubungan dengan ide, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak sekadar berkembang. Namun, manusia dapat mengembangkan sesuatu untuk lingkungannya. Berkembangnya suatu lingkungan dapat dilihat dari generasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah adalah suatu hal yang fundamental di dalam suatu organisasi. Kepemimipinan dilaksanakan untuk membangkitkan, melibatkan dan memotivasi pengikutnya (Bass & Avolio,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dalam berbagai bidang kehidupan demikian cepatnya, salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, khususnya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan sarana melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Sekolah jangan hanya dijadikan sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS)

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survey dari Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi literasi matematika Indonesia pada tahun 2000 berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilannya dalam bidang pendidikan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Berbagai kajian dibanyak negara menunjukkan kuatnya hubungan antara pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting dalam masyarakat, karena pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan yang berkualitas akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi sebagaimana terlihat dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945, dimana pemerintahannya berbentuk Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu selalu menjadi harapan setiap bangsa, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Lembaga pendidikan yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan setiap individu adalah melalui proses pendidikan. Melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pendidikan di Indonesia adalah siswa Indonesia belum dapat bersaing dengan siswa negara lain. Padahal tuntutan persaingan dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, masih mengalami permasalahan yang serius. Kunandar (2011:7), menjelaskan bahwa bangsa Indonesia kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah pendidikan merupakan suatu hal yang memerlukan perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat karena pada dasarnya kemajuan dan keberhasilan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Kesehatan mulai melaksanakan reformasi birokrasi pada tahun 2011. Tujuan dari reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Kesehatan adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, organisasi birokrasi dituntut untuk dapat menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 79 BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kompetensi manajerial kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan global begitu cepat dan sangat dinamis. Pendidikan menjadi alat untuk mengatasi keadaan tersebut dan hal itu dapat dilakukan apabila anak didik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori jalur-tujuan (path-goal) Teori jalur-tujuan (path-goal) adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber daya manusia dan mengelola sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya manusia tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill. Menteri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 5.1.1 Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN (Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara berpenduduk tinggi, sesuai data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 dan 2015 sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis 1 (H 1 ) tidak didukung. mempengaruhi secara signifikan pada kinerja guru.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis 1 (H 1 ) tidak didukung. mempengaruhi secara signifikan pada kinerja guru. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil uji hipotesis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Kepemimpinan transaksional berpengaruh positif namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan yang baik dicerminkan oleh lulusan yang memiliki kompetensi yang baik. Mutu pendidikan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah seperti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. yang penulis lakukan terhadap responden dan informan tentang

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. yang penulis lakukan terhadap responden dan informan tentang 134 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menarik kesimpulan sebagaimana berikut ini : 1. Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat berkaitan erat dengan kejelian dan ketepatan dalam mengidentifikasi, memformulasi, mengemas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karyawan sebagai sumber daya utama perusahaan dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen dan memberikan kinerja yang optimal sehingga konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keefektifan dan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kepuasaan kerja

BAB I PENDAHULUAN. keefektifan dan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kepuasaan kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru berkaitan dengan peran penting dalam mewujudkan keefektifan dan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kepuasaan kerja guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sanggup bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. sanggup bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar sanggup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua organisasi pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi organisasi tersebut. Tidak hanya pada sektor

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 419 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan sebagaimana dibahas pada Bab IV terdahulu, disampaikan kesimpulan secara umum dan kesimpulan secara khusus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, kurikulum dalam pendidikan formal mempunyai peran yang sangat strategis. Kurikulum memiliki kedudukan dan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas berkaitan erat dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question 1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap hasil sebuah perusahaan. Kinerja karyawan dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap hasil sebuah perusahaan. Kinerja karyawan dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja sumber daya manusia. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang penting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang penting yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya, baik perusahaan yang bergerak dibidang industri, perdagangan maupun jasa akan berusaha untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1.1 Pengadilan telah mengumumkan visi, misi (tujuan), dan detil bagaimana memenuhi nilai dasar (seperti : aksesibilitas, aktualitas, dan keadilan). 1.2 Pimpinan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016

PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016 PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIKDASMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi O l e h FUAD ASARI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari aspek pendidikan sehingga sangat wajar jika pemerintah harus memberikan perhatian yang serius terhadap dunia pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. dasar di Sumatera dan Jawa masih termasuk sebagai kualitas rendah. Jumlah guru

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. dasar di Sumatera dan Jawa masih termasuk sebagai kualitas rendah. Jumlah guru 151 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini menemukan bahwa secara umum, kualitas guru sekolah dasar di Sumatera dan Jawa masih termasuk sebagai kualitas rendah. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai level/jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh komunitas sekolah, baik secara bersama-sama maupun masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh komunitas sekolah, baik secara bersama-sama maupun masingmasing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan pada dasarnya sangat di tentukan oleh operasionalisasi manajemen di tingkat sekolah. Peran utama dalam menjalankan roda manajemen sekolah

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat memperihatinkan. Berdasarkan data penelitian Human Development Index

BAB I PENDAHULUAN. sangat memperihatinkan. Berdasarkan data penelitian Human Development Index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peringkat pendidikan Indonesia di dunia masih berada pada posisi yang sangat memperihatinkan. Berdasarkan data penelitian Human Development Index (HDI) tahun 2010,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian SDN Se Kecamatan Bokan Kepulauan merupakan salah satu lembaga atau pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses belajar dan pembelajaran (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1). Hal ini berarti

Lebih terperinci