Executive Summary STUDI TENTANG STRUKTUR BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
|
|
- Liana Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 A. Pendahuluan Executive Summary STUDI TENTANG STRUKTUR BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menghitung standar biaya satuan pendidikan tahun 2008, tetapi baru satu dari empat komponen besar biaya satuan pendidikan, yaitu biaya satuan operasional bukan pendidik dan tenaga kependidikan. Sedangkan tiga komponen biaya satuan pendidikan lainnya, yakni biaya satuan operasional pendidik dan tenaga kependidikan, biaya investasi pendidik dan tenaga kependidikan, dan biaya investasi sarana dan prasarana belum dihitung. Jadi diperlukan studi yang menghitung keseluruhan empat komponen biaya satuan pendidikan tersebut. Selain biaya satuan pendidikan yang standar, perlu juga dilakukan studi untuk menghitung biaya satuan pendidikan faktual yaitu biaya satuan pendidikan yang sedang terjadi di satuan pendidikan (sekolah/madrasah). Dengan diketahuinya biaya satuan pendidikan menurut standar dan secara faktual, maka dapat diketahui posisi atau tingkat pencapaian biaya satuan pendidikan faktual terhadap biaya satuan pendidikan standar. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi tentang: (1) biaya satuan pendidikan dasar dan menengah secara factual yang dikeluarkan oleh sekolah, (2) tingkat pencapaian biaya pendidikan secara factual dibandingkan dengan biaya standar, Ruang lingkup studi mencakup biaya satuan pendidikan yang dikeluarkan oleh satuan pendidikan SD, SMP, dan SMA negeri. Studi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui survey. Populasi studi adalah seluruh satuan pendidikan dasar dan menengah dibawan binaan Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu SD, SMP, dan SMA negeri. Sampel sekolah ditentukan dengan menggunakan metode kombinasi cluster sampling (pembagian wilayah geografis), dan stratified sampling (IPM kabupaten/ kota, rata-rata nilai UN sekolah/madrasah). Berdasarkan metode tersebut dipilih lima wilayah, yaitu 1 Sumatera, 2 Jawa dan Bali, 3 Kalimantan, 4 Sulawesi, dan 5 Nusa Tenggara, dan Maluku. Dari kelima wilayah tersebut dipilih 17 provinsi. Di setiap provinsi dipilih 2 6 kabupaten/kota secara proporsional, sehingga total sampel 56 kabupaten/kota. Di setiap kabupaten/kota dipilih rata-rata 7 sekolah (3 SDN, 2 SMPN, 2 SMAN), sehingga total sampel 392 sekolah (168 SDN, 112 SMPN, 112 SMAN). Responden studi adalah kepala Sekolah, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten/Kota, LPMP Provinsi, dan P4TK. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengisian kuesuioner, wawancara, dan studi dokumen. Data dari sekolah dianalisis dengan menggunakan metode penghitungan biaya pendidikan yaitu biaya satuan pendidikan per sekolah dan biaya satuan pendidikan per peserta didik yang meliputi: biaya operasional, biaya operasional non, biaya investasi, dan biaya investasi non. Data dari Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota dianalisis untuk menghitung biaya investasi dan non 1
2 . Data dari BKD Kabupaten/Kota dianalisis untuk menghitung biaya investasi (rekrutmen pegawai). 2 B. Temuan Bagian ini menjelaskan hasil perhitungan empat jenis biaya satuan pendidikan, yakni biaya satuan operasional, biaya satuan operasional non, biaya satuan investasi (pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan), serta biaya satuan investasi bukan (sarana dan prasarana). Selain itu dihitung juga biaya pribadi yang dikeluarkan oleh orangtua untuk menyekolahkan anaknya, serta daya beli masyarakat (orangtua) terhadap pendidikan. 1. Biaya Satuan Operasional Personalia (BSOP) a. BSOP di SD Negeri BSOP di SD negeri rerata nasional mencapai Rp per per tahun. Biaya ini dihitung dari total biaya operasional dalam setahun yang meliputi gaji dan tunjangan pendidik dan tenaga kependidikan baik maupun non di setiap sekolah dibagi dengan jumlah. Bila dibandingkan antara kabupaten dengan kota, rata-rata BSOP SD negeri di wilayah kabupaten mencapai Rp , sedangkan di wilayah kota rata-ratanya adalah Rp , atau terdapat perbedaan sebesar Rp dimana BSOP SD negeri wilayah kabupaten lebih tinggi dibandingkan BSOP SD negeri di kota. Tingginya BSOP SD negeri di wilayah kabupaten disebabkan oleh jumlah (sebagai bilangan pembagi untuk menghitung biaya satuan) jauh lebih kecil dibandingkan dengan di kota, sehingga menyebabkan penghitungan BSOP di kabupaten menjadi lebih besar. Selain itu bisa juga disebabkan oleh sedikitnya perbedaan antara gaji dan tunjangan di kabupaten dibandingkan dengan di kota, sehingga pengaruh perbedaan jumlah sebagai bilangan pembagi memberikan kontribusi yang lebih besar daripada perbedaan besaran gaji dan tunjangan. Secara rinci lihat Tabel 1. 2
3 3 Tabel 1. Biaya Satuan Operasional Personalia SD Negeri Guru Guru Non Non operasional opersional Kabupaten Mean ,675,202 2,084,239 N Kota Mean ,256,885 1,929,233 N Total Mean ,613,646 2,028,880 N b. BSOP di SMP Negeri Rata-rata nasional BSOP di SMP negeri mencapai Rp3,162,226 per per tahun. Bila dibandingkan antara kabupaten dan kota, rata-rata BSOP SMP negeri di wilayah kabupaten mencapai Rp2,814,396, sedangkan di wilayah kota Rp3,802,964, atau terdapat perbedaan sebesar Rp dimana BSOP SMP negeri wilayah kota lebih besar dibandingkan BSOP SMP negeri di kabupaten. Tidak seperti pada SD negeri, pada BSOP SMP negeri di kabupaten walupun jumlah (sebagai bilangan pembagi untuk menghitung biaya satuan) jauh lebih kecil dibandingkan dengan di kota, tetapi BSOP SMPN wilayah tetap lebih tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh perbedaan yang cukup tinggi antara gaji dan tunjangan antara kabupaten dan kota, sehingga pengaruh perbedaan jumlah sebagai bilangan pembagi tidak sebesar pengaruh perbedaan perbedaan besaran gaji dan tunjangan. Secara rinci lihat Tabel 2. Tabel 2. Biaya Satuan Operasional Personalia SMP Negeri Guru Guru Non Non operasional opersional Kabupaten Mean ,378,965,200 2,814,396 N Kota Mean ,608,654,232 3,802,964 N Total Mean ,826,124,848 3,162,226 N c. BSOP di SMA Negeri Rata-rata nasional BSOP di SMA negeri mencapai Rp3,489,472 per per tahun. Bila dibandingkan antara kabupaten dan kota, BSOP SMA negeri di wilayah kabupaten mencapai Rp2,900,332, sedangkan di wilayah kota Rp4,520,465 atau terdapat perbedaan cukup besar yakni Rp dimana BSOP SMA negeri wilayah kota jauh lebih besar dibandingkan BSOP SMA negeri di kabupaten. Pola yang terjadi pada BSOP SMA negeri hampir sama dengan pola pada BSOP SMP negeri, yakni walaupun jumlah (sebagai bilangan pembagi untuk menghitung biaya satuan) di kabupaten jauh lebih kecil dibandingkan dengan di kota, tetapi BSOP 3
4 SMAN wilayah kota tetap tetap lebih tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh perbedaan yang cukup tinggi antara gaji dan tunjangan antara kabupaten dan kota, sehingga pengaruh perbedaan jumlah sebagai bilangan pembagi tidak sebesar pengaruh perbedaan perbedaan besaran gaji dan tunjangan. Secara rinci lihat Tabel 2. Tabel 3. Biaya Satuan Operasional Personalia SMAN Negeri 4 Guru Guru Non Non operasional opersional Kabupaten Mean ,762,232,494 2,900,332 N Kota Mean ,436,586,922 4,520,465 N Total Mean ,363,699,619 3,489,472 N Biaya Satuan Operasional Non Personalia (BSONP) a. BSONP di SD Negeri Rata-rata nasional BSONP di SD negeri mencapai Rp per per tahun. Biaya ini diperoleh dari total biaya operasional non dalam setahun yang meliputi biaya: alat dan bahan tulis sekolah, penggandaan dan pencetakan, daya dan jasa, pemeliharaan dan perbaikan ringan, pelaksanaan kurikulum, konsumsi, perjalanan dinas, kegiatan, bahan praktikum, bahan olahraga, kebersihan, dan penyusunan rencana dan pelaporan. BSNOP dihitung dari hasil pembagian total biaya operasional non dengan jumlah. Bila dibandingkan antara kabupaten dengan kota, BSONP SD negeri di wilayah kabupaten mencapai Rp , sedangkan di wilayah kota Rp , atau terdapat perbedaan sebesar Rp dimana BSONP SD negeri wilayah kota lebih tinggi dibandingkan BSONP SD negeri di kabupaten. Tingginya BSONP SD negeri di wilayah kota disebabkan oleh perbedaan yang cukup besar dalam biaya operasional non di kota dibandingkan dengan di kabupaten, sehingga walaupun jumlah (sebagai bilangan pembagi) di kota lebih besar dibandingkan dengan di kabupaten, namun tidak mempengaruhi terhadap tingginya BSONP di kota. Secara rinci lihat Tabel 4. Tabel 4. Biaya Satuan Operasional Non Personalia SD Negeri operasonal non opersional non Kabupaten Mean ,887, ,322 N Kota Mean ,525, ,237 N Total Mean ,794, ,220 N
5 5 b. BSONP di SMP Negeri BSONP di SMP negeri secara total (nasional) mencapai Rp449,289 per per tahun. Bila dibandingkan antara kabupaten dengan kota, BSONP SMP negeri di wilayah kabupaten mencapai Rp395,886, sedangkan di wilayah kota Rp547,663, atau terdapat perbedaan sebesar Rp dimana BSONP SMP negeri wilayah kota lebih tinggi dibandingkan BSONP SMP negeri di kabupaten. Pola yang terjadi pada BSONP SD negeri terjadi juga pada BSONP SMP negeri, yaitu BSONP di kota lebih besar dibandingkan dengan BSONP di kabupaten. Tingginya BSONP SMP negeri di wilayah kota bisa memiliki alasan yang sama dengan pola yang terjadi pada BSONP SD negeri yaitu disebabkan oleh perbedaan yang cukup besar dalam biaya operasional non di kota dibandingkan dengan di kabupaten, sehingga walaupun jumlah (sebagai bilangan pembagi) di kota lebih besar dibandingkan dengan di kabupaten, namun tidak mempengaruhi terhadap tingginya BSONP di kota. Secara rinci lihat Tabel 5. Tabel 5. Biaya Satuan Operasional Non Personalia SMP Negeri operasonal non opersional non Kabupaten Mean ,967, ,886 N Kota Mean ,001, ,663 N Total Mean ,252, ,289 N c. BSONP di SMA Negeri BSONP di SMA negeri secara total (nasional) mencapai Rp549,742 per per tahun. Bila dibandingkan kabupaten dengan kota, BSONP SMA negeri di wilayah kabupaten mencapai Rp , sedangkan di wilayah kota Rp , atau terdapat perbedaan sebesar Rp dimana BSONP SMA negeri wilayah kota lebih tinggi dibandingkan BSONP SMA negeri di kabupaten. Pola yang terjadi pada BSONP SD negeri dan BSONP SMP negeri, juga terjadi pada BSONP SMA negeri, yaitu BSONP SMA negeri di kota lebih besar dibandingkan dengan di kabupaten. Tingginya BSONP SMA negeri di wilayah kota bisa memiliki alasan yang sama dengan pola yang terjadi pada BSONP SD negeri dan BSONP SMP negeri, yaitu disebabkan oleh perbedaan yang cukup besar dalam biaya operasional non di kota dibandingkan dengan di kabupaten, sehingga walaupun jumlah (sebagai bilangan pembagi) di kota lebih besar dibandingkan dengan di kabupaten, namun tidak mempengaruhi terhadap tingginya BSONP di kota. Secara rinci lihat Tabel 6. 5
6 6 Tabel 6. Biaya Satuan Operasional Non Personalia SMA Negeri operasonal non opersional non Kabupaten Mean ,601, ,326 N Kota Mean ,923, ,969 N Total Mean ,095, ,742 N Biaya Satuan Investasi Personalia (BSIP) Bagian ini menjelaskan biaya pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan data yang diperoleh dari sepuluh LPMP provinsi, yakni Sumut, Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Sulsel, dan Maluku. Pengelompokan hanya bisa didasarkan pada peserta pelatihan/workshop, yakni guru, kepala sekolah, dan tenaga tata usaha termasuk laboran, teknisi, dan tendik lainnya. a. BSIP Guru Berdasarkan data tahun 2009 dari sepuluh LPMP, total dana yang dikeluarkan untuk pengembangan guru dalam bentuk pelatihan/workshop/seminar atau jenis pengembangan lainnya mencapai Rp26,235,661,329. total guru yang menjadi sasaran sebanyak orang. Dengan demikian rata-rata biaya satuan investasi per guru sebesar Rp Jika hasil pengembangan guru tersebut memiliki manfaat dalam jangka waktu 35 tahun (asumsi total masa kerja guru), maka satuan biaya investasi per guru per tahun mencapai Rp investasi guru bisa juga dihitung ke dalam biaya satuan per per tahun. Dari hasil studi ini diperoleh total jumlah SD, SMP, SMA, SMK yang akan dilayani oleh guru rata-rata mencapai orang. Sementara itu, total biaya investasi pengembangan guru per tahun mencapai Rp (dari hasil pembagian Rp / 35; 35 tahun adalah asumsi nilai manfaat). Dengan demikian BSIP guru sebesar Rp per per tahun. b. BSIP Kepala Sekolah Dengan cara yang sama seperti pada perhitungan BSIP guru, maka diperoleh total dana yang dikeluarkan untuk pengembangan kepala sekolah sebesar Rp , dengan jumlah sasaran kepala sekolah sebanyak orang. Dengan demikian rata-rata biaya satuan investasi per kepala sekolah sebesar Rp Jika hasil pengembangan kepala sekolah tersebut memiliki manfaat dalam jangka waktu 35 tahun (asumsi total masa kerja kepala sekolah), maka satuan biaya investasi per kepala sekolah mencapai Rp per tahun. investasi kepala sekolah bisa juga dihitung ke dalam biaya satuan per per tahun. Dari hasil studi ini diperoleh total jumlah SD, SMP, SMA, SMK yang akan dilayani oleh kepala sekolah rata-rata mencapai orang. 6
7 Sementara itu, total biaya investasi pengembangan kepala sekolah per tahun mencapai Rp (dari hasil pembagian Rp / 35; 35 tahun adalah asumsi nilai manfaat). Dengan demikian BSIP kepala sekolah sebesar Rp per per tahun. c. BSIP Tata Usaha dan Lainnya Dengan cara yang sama seperti pada perhitungan BSIP guru dan BSIP kepala sekolah, diperoleh total dana yang dikeluarkan untuk pengembangan tenaga TU dan tendik lainnya sebesar Rp , dengan jumlah sasaran TU/tendik lainnya sebanyak orang. Dengan demikian rata-rata biaya satuan investasi per TU/tendik lainnya sebesar Rp Jika hasil pengembangan TU/tendik lainnya memiliki manfaat dalam jangka waktu 35 tahun (asumsi total masa kerja TU/tendik lainnya), maka satuan biaya investasi per TU/tendik lainnya mencapai Rp per tahun. Sementara itu, total biaya investasi pengembangan TU/tendik lainnya per tahun mencapai Rp (dari hasil pembagian Rp / 35; 35 tahun adalah asumsi nilai manfaat). Dengan mengasumsikan jumlah yang akan dilayani dari SD, SMP, SMA, SMK sebanyak orang, maka BSIP TU/tendik lain sebesar Rp per per tahun. 4. Biaya Satuan Investasi Non Personalia (BSINP) Biaya investasi non di sini mencakup biaya investasi untuk pengadaan lahan, bangunan gedung (ruang kelas, guru, kepala sekolah, TU, serbaguna, UKS, perpustakaan, laboratorium, ibadah, gudang, WC), lapangan olahraga, pagar, halaman, parkir, perabot/mebeler, dan peralatan pendidikan (komputer, laptop, infokus, OHP, TV, VCD player, radio, dan kamera). a. BSINP SD Negeri pengadaan lahan SD negeri rata-rata mencapai Rp Total biaya pengadaan gedung rata-rata Rp Total pengadaan mebelair ratarata Rp pengadaan peralatan pendidikan rata-rata Rp Total investasi sarana prasarana untuk keempat komponen tersebut rata-rata mencapai Rp Dengan mengasumsikan umur pakai ekonomis lahan dan bangunan 25 tahun, mebelair 10 tahun, dan peralatan pendidikan 5 tahun, maka diperoleh biaya investasi sarana prasarana per sekolah per tahun rata-rata mencapai Rp Dari hasil perhitungan sebelumnya diperoleh rata-rata jumlah SD negeri 235 orang. Dengan demikian BSINP SD negeri per per tahun mencapai Rp
8 8 b. BSINP SMP Negeri pengadaan lahan SMP negeri rata-rata mencapai Rp pengadaan gedung rata-rata Rp Total pengadaan mebelair rata-rata Rp pengadaan peralatan pendidikan rata-rata Rp Total investasi sarana prasarana untuk keempat komponen tersebut rata-rata mencapai Rp Dengan mengasumsikan umur pakai ekonomis lahan dan bangunan 25 tahun, mebelair 10 tahun, dan peralatan pendidikan 5 tahun, maka diperoleh biaya investasi sarana prasarana per sekolah per tahun ratarata mencapai Rp Dari hasil perhitungan sebelumnya diperoleh rata-rata jumlah SMP negeri 631 orang. Dengan demikian BSINP SMP negeri per per tahun mencapai Rp C. Rekomendasi Biaya operasional bukan secara faktual masih lebih rendah dibanding dengan alokasi dana dari BOS (yang peruntukannya meliputi biaya operasional non personal dan personal, serta investasi). Untuk itu perlu kontribusi dari sumber dana lain untuk memenuhi kebutuhan operasional, yakni melalui tambahan dari pemerintah daerah dan sumbangan dari orangtua yang mampu secara ekonomi dan sifatnya bukan pungutan wajib. Penentuan alokasi dana BOS sebaiknya tidak sepenuhnya didasarkan pada jumlah per sekolah. Bagi sekolah yang memiliki jumlah yang sedikit maka tentunya jumlah dana yang diterima tidak akan mencukupi untuk kebutuhan operasional sekolah. Untuk itu, pemerintah perlu menentukan batasan minimal untuk pemberian bantuan dana ke sekolah/madrasah terutama yang memiliki jumlah yang sedikit. Alternatif lain adalah perlu dikebangkan formula penentuan dana BOS yang diasarkan atas jumlah rombongan belajar. Selain itu penggunaan variabel jumah sebagai penentu besaran dana BOS menyebabkan penerimaan sekolah-sekolah di kota jauh lebih besar (hampir dua kali lipat) dibanding dengan di kabupaten. Untuk itu diusulkan agar satuan dana BOS yang diberikan untuk kabupaten lebih besar dibandingkan dengan kota untuk mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antara kabupaten dan kota yang disebabkan oleh perbedaan penerimaan sekolah di kabupaten dan kota. 8
C UN MURNI Tahun
C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN
Lebih terperinciALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 103 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN
Lebih terperinciU r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN
No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui
Lebih terperinciLAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016
` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR
Lebih terperinciLAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016
` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR
Lebih terperinciLAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016
` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.
Lebih terperinciHASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014
HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI ACEH, PROVINSI SUMATERA UTARA, PROVINSI RIAU,
Lebih terperinciFungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154
ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciBAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN. 1. Biaya Operasional, Biaya Investasi, dan Biaya Personal Sekolah
BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan 1. Biaya Operasional, Biaya Investasi, dan Biaya Personal Sekolah Dasar (SD) di Jawa Barat a. Biaya Operasional Sekolah Dasar Kebutuhan pembiayaan SD di Jawa Barat
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciDISPARITAS PRASARANA SMA ANTAR PROVINSI DI INDONESIA. Pusat Data dan Statistik Pendidikan Setjen, Kemdikbud 2014
DISPARITAS PRASARANA SMA ANTAR PROVINSI DI INDONESIA Setjen, Kemdikbud LATAR BELAKANG Tujuan pendidikan nasional adalah Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran
Lebih terperinciWORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)
WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:
Lebih terperinciLEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) PROVINSI KALIMANTAN BARAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) PROVINSI KALIMANTAN BARAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (BPSDMPK-PMP) KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciPenggandaan, Pendistribusian, dan Pengelolaan Dana Bahan UN 2015 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Penggandaan, Pendistribusian, dan Pengelolaan Dana Bahan UN 2015 Jakarta, 25 Februari 2015 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciEvaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)
Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan
Lebih terperinciINDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)
F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017
Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN ACEH, SUMATERA UTARA, RIAU,
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : 1. Ketentuan..
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA OLAHRAGA, PARIWISATA
Lebih terperinciTABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA
No. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II TUMBUH 5,21 PERSEN Pertumbuhan ekonomi NTT yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II tahun
Lebih terperinciPetunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 Pengertian, Kebijakan,
Lebih terperinciVIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN
185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciPemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan
Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Asep Sjafrudin, S.Si, M.Si Jenjang Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama (MTs/SMP) memiliki peranan yang sangat penting
Lebih terperinciDESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH
DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH Deskriptif Statistik RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs, dan MA) A. Lembaga Pendataan RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs dan MA) Tahun Pelajaran 2007/2008 mencakup 33
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah
Lebih terperinciLAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011
LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) SULAWESI SELATAN Laporan Hasil Analisis
Lebih terperinciINDONESIA Percentage below / above median
National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan sarana strategis guna peningkatan mutu sumber
Lebih terperinciPANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan
PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)
Lebih terperinciHasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014
Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Deputi Menteri Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan
Lebih terperinciPROGRAM PENUNTASAN REHABILITASI SEKOLAH RUSAK
PROGRAM PENUNTASAN REHABILITASI SEKOLAH RUSAK Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2011 1 1 Penuntasan Pendidikan Dasar Sembilan
Lebih terperinciKAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB
KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENELITI UTAMA: I PUTU CAKRA PUTRA A. SP., MMA. BALAI PENGKAJIAN
Lebih terperinciStandar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B
Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciAnalisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008
Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar
Lebih terperinciNo : 0062/SDAR/BSNP/IX/ September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015
No : 0062/SDAR/BSNP/IX/2015 25 September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015 Yang terhormat 1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi 2. Kepala Kantor Wilayah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMP Negeri 3 Pakem SMP Negeri 3 Pakem merupakan sekolah yang terletak di dusun Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah
Lebih terperinciNo : 0067/SDAR/BSNP/I/ Januari 2016 Lampiran : satu berkas Perihal : Ujian Nasional bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)
No : 0067/SDAR/BSNP/I/2016 7 Januari 2016 Lampiran : satu berkas Perihal : Ujian Nasional bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) Yang terhormat: 1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi 2.
Lebih terperinciMemahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik
Kuliah 1 Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Implementasi Sebagai bagian dari proses/siklus kebijakan (part of the stage of the policy process). Sebagai suatu studi
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi
Lebih terperinciNusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciRAKOR UN & UJIAN SEKOLAH 2017
RAKOR UN & UJIAN SEKOLAH 2017 KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH 2017 1. UN merupakan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Pelaksanaan UN dilakukan melalui UNBK. Jika UNBK tidak dapat dilaksanakan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Untuk menghasilkan sebuah rekomendasi untuk kebijakan dalam
BAB IV METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Untuk menghasilkan sebuah rekomendasi untuk kebijakan dalam pembiayaan pendidikan, selain harus memiliki landasan konseptual yang kuat, perlu juga didukung
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR...
MP LP TE NG JA MP LP JA TE NG MP LP JA TE NG DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum... 4 C. Tujuan...
Lebih terperinciSALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 23 TAHUN No. 23, 2017 TENTANG
- 1 - SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2017 NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMENUHAN BIAYA PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS DI PROVINSI
Lebih terperinciKEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1
KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1 Sudi Mardianto, Ketut Kariyasa, dan Mohamad Maulana Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Lebih terperinciAssalamu alaikum Wr. Wb.
Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya
Lebih terperinciSuatu model pembelajaran yang memanfaatkan media audio sebagai sumber belajar dengan bimbingan guru. Pengertian
Suatu model pembelajaran yang memanfaatkan media audio sebagai sumber belajar dengan bimbingan guru. Pengertian Latar Belakang Kebijakan pemerintah ditekankan pada peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan
Lebih terperinciKonferensi Pers. HASIL UN SMP - Sederajat Tahun Ajaran 2012/2013
Konferensi Pers HASIL UN SMP - Sederajat Tahun Ajaran 2012/2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 31 Mei 2013 A Ringkasan SMP/MTs 2 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP/MTs Tahun 2012/2013 Peserta
Lebih terperinciPOTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 Palangka Raya, 16Desember 2015 DR. Ir. Sukardi, M.Si Kepala BPS
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar
No.1639, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Sarana Promosi Produk Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/M-DAG/PER/10/2016 TENTANG SARANA PROMOSI PRODUK EKSPOR DENGAN
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF SURVEI KEPUASAN PEMANGKU KEPENTINGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016
RINGKASAN EKSEKUTIF SURVEI KEPUASAN PEMANGKU KEPENTINGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya untuk meningkatkan kinerja program
Lebih terperinciKESEHATAN ANAK. Website:
KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,
============================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 5 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BIAYA PENDAMPING BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA SEKOLAH
Lebih terperinciWORKSHOP KOMPILASI DATA SATUAN PENDIDIKAN DAN PROSES PEMBELAJARAN. Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta
WORKSHOP KOMPILASI DATA SATUAN PENDIDIKAN DAN PROSES PEMBELAJARAN Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta Kab. Karimun, 2015 PAPARAN PENDAHULUAN A. DAPODIK B. WORKSHOP
Lebih terperinciAnalisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008
Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciEVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)
EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan Setjen, Kemdikbud Jakarta, 2013 LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG KONSEP Masyarakat Anak
Lebih terperinciDRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN 2017
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN 2017 Cutoff data tanggal 30-Nov-2017 PDSPK, Setjen Kemendikbud Jakarta, 11 Desember 2017 DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN AJARAN 2017/2018
Lebih terperinciLAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011
LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) SULAWESI SELATAN Laporan Hasil Analisis
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,
================================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.890, 2015 KEMENDIKBUD. Lembaga Jaminan Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS
Lebih terperinciPengelolaan Pendidikan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017
Pengelolaan Pendidikan Menengah SMA dan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Pengelolaan Pendidikan 1. PAUD 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. SMK 6. PK
Lebih terperinciKEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA
KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA Prof. Suyanto, Ph.D Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan Pembangunan Pendidikan
Lebih terperinciDESKRIPTIF STATISTIK GURU PAIS
DESKRIPTIF STATISTIK GURU PAIS 148 Statistik Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Deskriptif Statistik Guru PAIS A. Tempat Mengajar Pendataan Guru PAIS Tahun 2008 mencakup 33 propinsi. Jumlah
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR SATUAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN TINGGI PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 123 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN
Lebih terperinci5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA
86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan
Lebih terperinciPENGUMUMAM RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI JLN. KOM.YOS.SUDARSO TEBING TINGGI
SWAKELOLA PENGUMUMAM RENCANA UMUM DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI JLN. KOM.YOS.SUDARSO TEBING TINGGI No 0 A.0..0.0 Dinas Program Pelayanan Administrasi Perkantoran..,00 Pendidikan SWAKELOLA Penyediaan
Lebih terperinci2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh
No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi PPL mahasiswa UNY khususnya program studi manajemen pendidikan, disebar ke enam wilayah yaitu Sleman, Bantul, Gunung Kidul, Wates, Purworejo, dan Klaten. Untuk PPL
Lebih terperinciPUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015
PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 Workshop Perencanaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2015
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016
No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA LABORATORIUM. Oleh: Nur Dewi. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan. Abstrak
1 PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA LABORATORIUM Oleh: Nur Dewi Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan Abstrak Kompetensi manajerial adalah kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang kepala. Kompetensi
Lebih terperinciPeningkatan Mutu Keaksaraan Diintegrasikan dengan Literasi Kewirausahaan, Peningkatan Budaya Baca dan Peningkatan Kapasitas Tutor Bindikmas PAUDNI
Disampaikan pada Evaluasi Capaian Kinerja Pelaksanaan Program Pendidikan Masyarakat Tahun 2012 Peningkatan Mutu Keaksaraan Diintegrasikan dengan Literasi Kewirausahaan, Peningkatan Budaya Baca dan Peningkatan
Lebih terperinciPAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012
No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00
Lebih terperinciANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi
ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi tiaraaprilini@gmail.com Abstrak. Pemetaan kualitas pembelajaran sangat diperlukan
Lebih terperinciAnalisis Harga Gabah Maret 2013
Analisis Harga Gabah Maret 2013 Pergerakan Harga Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa rerata harga seluruh kelompok kualitas gabah mengalami penurunan pada Maret 2013 di bandingkan Februari 2013.
Lebih terperinciBUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS SEKOLAH
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a.
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan
Lebih terperinciNomor : 0094/SDAR/BSNP/III/ Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi Kedua POS UN Tahun Pelajaran 2017/2018
Nomor : 0094/SDAR/BSNP/III/2018 5 Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi Kedua POS UN Tahun Pelajaran 2017/2018 Yang terhormat: 1. Kepala Dinas Provinsi 2. Kepala Kantor Wilayah Kementerian
Lebih terperinciIPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota)
IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota) DISTRIBUSI PENCAPAIAN IPM PROVINSI TAHUN 2013 Tahun 2013 Tahun 2013 DKI DIY Sulut Kaltim Riau Kepri Kalteng Sumut Sumbar Kaltara Bengkulu Sumsel Jambi Babel
Lebih terperinci: PENDIDIKAN : URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN JUMLAH DASAR HUKUM URAIAN KODE REKENING
URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI : 1.01. - PENDIDIKAN : 1.01.01. - DINAS PENDIDIKAN KODE REKENING 1.01.1.01.01.00.00.5. BELANJA DAERAH 462.561.392.743,00 1.01.1.01.01.00.00.5.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 307.549.573.223,00
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA STRATEGI KEPALA MADRASAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN. A. Pengelolaan Keuangan di MTs Miftahul Ulum Pangkalan Balai
76 BAB IV ANALISIS DATA STRATEGI KEPALA MADRASAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN A. Pengelolaan Keuangan di MTs Miftahul Ulum Pangkalan Balai Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berkenaan dengan
Lebih terperinciDisabilitas. Website:
Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan
Lebih terperinciD I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I
PENGELOLAAN DAPODIK PAUD DAN DIKMAS 2017 D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I PENGERTIAN DAPODIK
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,
================================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 48 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN
Lebih terperinci