Bupati Bandung. Kata Sambutan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bupati Bandung. Kata Sambutan"

Transkripsi

1 Bupati Bandung Kata Sambutan Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT. Publikasi Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Semesteran Kabupaten Bandung tahun 2009 dapat diselesaikan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung Tahun 2009 memuat Indikator Makro Ekonomi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian dan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung pada tahun 2009, informasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah / Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bandung sebagai acuan untuk evaluasi hasil-hasil pembangunan dan sebagai sumber informasi untuk menyusun strategi kebijakan perekonomian regional dimasa yang akan datang. Akhir kata kepada semua pihak yang telah memberikan data-data dasar maupun pendukung dalam menyusun publikasi ini diucapkan terima kasih. Sebagai penyempurnaan publikasi masukan sangat kami harapkan. Soreang, Desember 2009 Bupati Bandung H. OBAR SOBARNA, S.Ip

2 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Dengan mengucapkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2009 dapat diselesaikan. Publikasi PDRB Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2009 ini merupakan kelanjutan dari publikasi sebelumnya yang merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung. Publikasi ini memuat Indikator Makro Ekonomi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian Kabupaten Bandung. Data yang digunakan untuk menyusun publikasi ini bersumber dari berbagai Dinas, Badan dan Lembaga di tingkat Kabupaten Bandung dan dari survei-survei yang dilakukan BPS Kabupaten Bandung. Besar harapan publikasi ini dapat bermanfaat untuk keperluan penelitian, evaluasi dan perencanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Bandung sehingga perencanaan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bandung dapat disusun berdasarkan potensi yang dimiliki. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya publikasi ini dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sebagai upaya penyempurnaan publikasi di masa yang akan datang. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Soreang, Desember 2009 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG Soegiri Soetardi, MA NIP. :

3 DAFTAR ISI Sambutan Bupati... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Grafik... viii Daftar Lampiran... ix Bab I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Kegunaan PDRB Semesteran Ruang Lingkup Pergeseran Tahun Dasar... 4 Bab II Metodologi Metode Pengambilan Contoh Rancangan Sampel Survei Khusus Pendapatan Regional Indeks Berantai Indeks Produksi Indeks Penjualan PDRB Lapangan Usaha Penghitungan PDRB adh Konstan Penghitungan PDRB adh Berlaku Keterbatasan Bab III Uraian Sektoral Pertanian Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Kehutanan Peternakan dan Hasil-hasilnya Perikanan Pertambangan dan Penggalian Minyak dan Gas Bumi Pertambangan Tanpa Gas Penggalian DRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG 2009 i

4 3.3 Industri dan Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Listrik Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Pengangkutan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Pemerintahan Umum Swasta Bab IV Kinerja Perekonomian Kabupaten Bandung Produk Domestik Regional Bruto Struktur Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi PDRB Per Kapita Tingkat Inflasi Bab V Analisis Sektoral Sektor Pertanian Sub Sektor Tanaman Bahan Pangan (Tabama) Sub Sektor Perkebunan Sub Sektor Peternakan Sub Sektor Kehutanan Sub Sektor Perikanan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi DRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG 2009 ii

5 5.2.2 Sektor Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sub Sektor Listrik Sub Sektor Air Bersih Sektor Bangunan/Konstruksi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Sub Sektor Hotel Sub Sektor Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sub Sektor Pengangkutan Sub Sektor Komunikasi Sektor Keuangan, Pariwisata dan Jasa Perusahaan Sub Sektor Bank Sub Sektor Lembaga Keuangan Lainnya Sub Sektor Sewa Bangunan Sub Sektor Jasa Perusahaan Sektor Jasa-jasa Sub Sektor Jasa Pemerintah Umum Sub Sektor Swasta Sub Sektor Sosial Kemasyarakatan Sub Sektor Jasa Hiburan dan Rekreasi Sub Sektor Jasa Perorangan dan Rumahtangga 66 DRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG 2009 iii

6 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Tahun Kabupaten Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Konstan Tahun Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku Setiap Kelompok Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Setiap Kelompok Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun Pendapatan Per Kapita Kabupaten Bandung dan Provinsi Jawa Barat Tahun Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Tahun Tabel 5.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Tahun 2009 Kabupaten Bandung Tabel 5.2 Kontribusi Sektor Pertanian Tahun 2009 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bandung Tabel 5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2009 Kabupaten Bandung Tabel 5.4 Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2009 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bandung Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan Tahun 2009 Kabupaten Bandung Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Tahun 2009 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bandung Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik, Gas dan Air Tahun 2009 Kabupaten Bandung Tabel 5.8 Kontribusi Sektor Listrik, Gas dan Air Tahun 2009 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bandung Tabel 5.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan Tahun 2009 Kabupaten Bandung DRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG 2009 iv

7 Tabel 5.10 Tabel 5.11 Tabel 5.12 Tabel 5.13 Tabel 5.14 Tabel 5.15 Tabel 5.16 Tabel 5.17 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2009 Kabupaten Bandung Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 Kabupaten Bandung Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2009 Kabupaten Bandung Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 Kabupaten Bandung Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Tahun 2009 Kabupaten Bandung Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 Kabupaten Bandung Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-jasa Tahun 2009 Kabupaten Bandung Kontribusi Sektor Jasa-jasa Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 Kabupaten Bandung DRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG 2009 v

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Grafik 4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2008 dan 2009 (Persen) Laju Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung tahun (Persen) Grafik 4.3 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Tahun DRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG 2009 vi

9 DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Tahun 2009 ADH Berlaku Kabupaten Bandung Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Tahun 2009 ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Semesteran Tahun 2009 ADH Berlaku Kabupaten Bandung Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDRB Semesteran Tahun 2009 ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung Tabel 3.1 Distribusi Persentase PDRB Semesteran Tahun 2009 ADH Berlaku Kabupaten Bandung Tabel 3.2 Distribusi Persentase PDRB Semesteran Tahun 2009 ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung Tabel 4.1 Indeks Implisit PDRB Semesteran Tahun 2009 Kabupaten Bandung Tabel 4.2 Inflasi Sektoral Tahun 2009 Kabupaten Bandung DRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG 2009 vii

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian ahli ekonomi mengartikan pembangunan ekonomi sebagai pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi, economic development is growth plus change 1. Dalam hal ini Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memegang peranan penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu wilayah guna merumuskan perencanaan ekonomi dan menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi suatu daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Semesteran merupakan indikator yang menunjukan kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa produksi dalam proses produksi di suatu wilayah dalam rentang waktu satu semester. Semakin besar nilai PDRB suatu wilayah menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar pada wilayah tersebut. PDRB semesteran yang mencakup kegiatan ekonomi selama semester I dan semester II merupakan salah satu informasi penting untuk memenuhi kebutuhan data tentang kondisi perekonomian suatu wilayah yang up to date. Kedepannya data PDRB semesteran dapat digunakan sebagai dasar untuk evaluasi dan menentukan kebijakan kebijakan pembangunan terutama dalam penentuan kebijakan jangka pendek baik pada sektor riil maupun moneter. 1.2 Tujuan Tujuan publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Semesteran Kabupaten Bandung adalah untuk mengetahui keadaan perekonomian di wilayah Kabupaten Bandung melalui indikator-indikator makro. 1 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

11 Publikasi ini merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung dengan dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung. Seperti halnya pada publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahunan, pada penerbitan PDRB semesteran tahun 2009 sudah menggunakan tahun dasar Kegunaan PDRB Semesteran Secara umum kegunaan utama PDRB Semesteran adalah : i. Menggambarkan kondisi perekonomian Kabupaten Bandung yang paling up to date dan berkesinambungan setiap semester melalui indikator-indikator makro diantaranya laju pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, pendapatan per kapita dan tingkat inflasi. ii. iii. Sebagai bahan evaluasi dan acuan dalam rangka penyusunan kebijakan pembangunan ekonomi regional jangka pendek oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Merupakan dasar pijakan dalam estimasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahunan 1.4 Ruang Lingkup Pelaksanaan Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) guna mendukung data PDRB Semesteran meliputi semua kegiatan ekonomi di sembilan sektor lapangan usaha. Pemilihan responden atas prioritas usaha yang cukup dominan dalam menyumbangkan nilai tambah (value added) terhadap perekonomian Kabupaten Bandung, diantaranya adalah perusahaan/usaha swasta, perusahaan milik pemerintah, termasuk instansi-instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

12 Kegiatan ekonomi di sembilan sektor lapangan usaha dalam PDRB semesteran ini diantaranya : i. Sektor Pertanian Sektor Pertanian terdiri dari lima sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan meliputi tanaman padi dan palawija; sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. ii. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertambangan dan Penggalian meliputi usaha pertambangan Gas bumi dan penggalian yang meliputi penggalian pasir, marmer, batu, sirtu serta kapur. iii. Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan mencakup sembilan sub sektor industri yaitu industri makanan, minuman dan tembakau; industri tekstil, barang kulit dan alas kaki; industri barang kayu dan hasil hutan lainnya; industri kertas dan barang cetakan; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri semen dan barang galian bukan logam; industri logam dasar dan baja; industri alat angkutan, mesin dan alat peralatannya; serta industri barang lainnya. iv. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih meliputi kegiatan PLN, dan PDAM. v. Sektor Bangunan/Konstruksi Kegiatan yang mewakili dari sektor ini mencakup usaha dari para pengembang / developer, toko bahan bangunan dan sanitari. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

13 vi. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor ini terdiri dari sub sektor perdagangan yang meliputi supermarket, perdagangan besar dan perdagangan eceran, sub sektor hotel meliputi hotel berbintang dan non bintang, serta sub sektor restoran dan rumah makan. vii. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sampel dari sektor ini meliputi sub sektor angkutan rel dan angkutan jalan raya terdiri dari angkutan bis, truk, angkot dan ojeg motor, sub sektor jasa penunjang angkutan meliputi kargo dan travel; serta sub sektor komunikasi terdiri dari wartel, pos dan giro. viii. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Sampel sektor ini mencakup sub sektor lembaga keuangan yang terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, Pegadaian dan koperasi simpan pinjam; sub sektor sewa bangunan dari persewaan bangunan serta sub sektor jasa perusahaan yang terdiri dari jasa persewaan alat, bengkel mobil, foto copy dan konsultan. ix. Sektor Jasa-jasa Sampel sektor ini mencakup sub sektor jasa pemerintahan umum dan sub sektor jasa swasta yang meliputi jasa sosial kemasyarakatan yaitu jasa rumah sakit, dokter praktek, jasa pendidikan dan jasa hiburan/ rekreasi meliputi taman hiburan/bermain, kolam renang, rental vcd serta jasa perorangan dan rumah tangga. 1.5 Pergeseran Tahun Dasar Perubahan struktur ekonomi era paska krisis ekonomi, perkembangan teknologi serta adanya perubahan pola konsumsi masyarakat mempengaruhi metode perhitungan PDRB. Pergeseran tahun dasar pada PDRB atas dasar harga PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

14 konstan dari tahun 1993 ke tahun 2000 dilakukan agar hasil perhitungan PDRB akan menjadi lebih relevan dengan struktur ekonomi pada rentang waktu tersebut. Pergeseran tahun dasar tersebut dilandasi oleh alasan pokok sebagai berikut: i. Rekomendasi UN bahwa sebaiknya tahun dasar dirubah dengan tahun yang berakhiran 0 atau 5. ii. Seri tahun dasar 1993 dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi yang terjadi, dan sudah dianggap terlalu lama. iii. Merupakan kesepakatan bersama yang dideklarasikan oleh negara-negara di wilayah Asia Pasifik (UN-ESCAP), agar hasil pengukuran PDRB yang diperoleh dapat dibandingkan secara langsung. iv. Tahun 2000 merupakan awal berlangsungnya proses pemulihan ekonomi Indonesia setelah dilanda oleh krisis ekonomi sejak dari tahun v. Kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2000 sudah dianggap relatif stabil. vi. Tersedianya Tabel Input-Output (I-O) tahu 2000 secara nasional maupun regional melalui tabel I-O, keseimbangan antara Supply dan Demand atas berbagai produk barang dan jasa dapat dikontrol dengan lebih baik. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

15 BAB II METODOLOGI 2.1 Metode Pengambilan Contoh (MPC) Pada dasarnya teknik pengambilan contoh dibagi kedalam dua kelompok yaitu sampling probabilistik dan non probabilistik. Sampling probabilistik adalah teknik pengambilan contoh dengan memperhatikan besarnya peluang satuan sampling untuk terpilih atau dengan kata lain setiap unit dalam populasi mempunyai kesempatan/peluang yang sama untuk diambil sebagai contoh. Sampling non probabilistik adalah teknik pengambilan contoh dengan tidak melibatkan unsur peluang. Metode penarikan contoh (teknik sampling) yang digunakan dalam survei ini adalah Purposive Sampling yang merupakan salah satu teknik sampling non probabilistik. Salah satu keuntungan penggunaan metode Purposive Sampling ini adalah dapat dilakukan pemilihan responden yang didasarkan atas prioritas usaha yang cukup dominan dalam menyumbangkan nilai tambah (Value Added) terhadap perekonomian regional Kabupaten Bandung, sehingga relatif dapat lebih menggambarkan kondisi sesungguhnya. Purposive Sampling dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan jumlah perusahaan pada masing-masing sektor kegiatan ekonomi, lalu mengelompokkan responden berdasarkan sektor atau kegiatan usaha dan skala usahanya sehingga asumsi homogenitas pada Purposive Sampling dapat terpenuhi. 2.2 Rancangan Sampel Survei Khusus Pendapatan Regional Jumlah sampel dalam PDRB semesteran Tahun 2009 dialokasikan kedalam 9 sektor kegiatan ekonomi termasuk instansi Pemerintah/Swasta. Penentuan alokasi sampel ke masing-masing sektor dilakukan secara proporsional, berdasarkan PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

16 besarnya peranan nilai tambah bruto (NTB) sektor tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung. Responden dari masing-masing sektor ekonomi sepenuhnya berada di wilayah Kabupaten Bandung dengan kriteria sebagai berikut : a. Perusahaan yang menjadi responden terbagi berdasarkan skala usaha besar, sedang dan kecil. b. Perusahaan yang dicacah mempunyai catatan kegiatan ekonomi yang cukup lengkap. c. Mampu mengisi Daftar Isian PDRB dengan lengkap dan cepat. Penentuan kriteria tersebut diharapkan dapat mewakili setiap kegiatan perkembangan ekonomi sektoral setiap semesternya di wilayah Kabupaten Bandung. 2.3 Indeks Berantai Indeks Produksi Indeks Produksi adalah perbandingan dari volume produksi semester berjalan (s) dibagi dengan semester sebelumnya (s-1) dikalikan seratus. Rumus Indeks Produksi, sbb : IP k; s Q Q k,s k,s Dimana : IP k, s : Indeks Produksi Komoditi k pada Semester s Q : Volume Produksi K : Komoditi s : Semester Berjalan (s = 1,2) PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

17 Setelah didapatkan nilai indeks produksi maka dapat dihitung Indeks IPS i; s n IP x k, s k 1 n NTBK k, s 1 Produksi Sektor (IPS) masing-masing sektor dengan cara sbb: k 1 NTBK k, s 1 Dimana : IPS i,s NTBK : Indeks Produksi Sektor i pada Semester s : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan Nilai Indeks Produksi sektor ini digunakan sebagai bahan penghitungan nilai PDRB. Sektor yang menggunakan pendekatan Indeks Produksi adalah Sektor Pertanian; Sektor Penggalian; Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Indeks Penjualan Indeks Berantai Penjualan adalah perbandingan dari volume penjualan semester berjalan (s) dibagi dengan semester sebelumnya (s-1) dikalikan seratus. Rumus Indeks Penjualan, sbb : Dimana : IPj k;s Q Q k,s k,s IPj k, s : Indeks Penjualan Komoditi k pada Semester s Q : Volume Produksi K : Komoditi s : Semester Berjalan (s = 1,2) PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

18 Setelah didapatkan nilai indeks penjualan maka dapat dicari Indeks Penjualan Sektor (IPjS) dengan cara sbb: IPjS i;s n IP k, s k 1 n k 1 x NTBK k, s 1 NTBK k, s 1 Dimana : IPJS i,s NTBK : Indeks Penjualan Sektor i pada Semester s : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan Nilai Indeks Penjualan ini digunakan sebagai bahan penghitungan nilai PDRB. Sektor yang menggunakan pendekatan Indeks Penjualan adalah Sektor Bangunan; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa-jasa. 2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lapangan Usaha Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha/ekonomi di suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam perhitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat keadaan perekonomian pada tahun berjalan serta untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

19 2.4.1 Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Nilai Tambah Bruto atas dasar harga Konstan (NTBK) per sektor yang akan digunakan untuk penghitungan PDRB atas dasar harga konstan dapat dicari dengan rumus sbb : Dimana : NTBK NTBK i,s-1 i, s x IPS i, s 100 NTBK i,s : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor i Pada Semester s. NTBK i,s-1 : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor i Pada Semester sebelumnya (s-1) IPS i,s : Indeks Produksi Sektor i pada semester s atau Indeks Penjualan Sektor i pada semester s (s =1,2) Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Untuk mendapatkan Nilai Tambah Bruto atas dasar Harga Berlaku (NTBB) guna perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan rumus sebagai berikut : NTBB NTBK i,s- 1 i,s x IH i, s 100 Dimana : NTBB i,s : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Sektor i Pada Semester s. NTBK i,s : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor i Pada Semester s IH i,s : Indeks Harga Sektor i pada semester s PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

20 2.5 Keterbatasan Survei ini mempunyai keterbatasan antara lain : 1. Hanya dapat menghasilkan estimasi data indikator yang berupa indeks dan persentase; 2. Hasil dari survei ini merupakan data indikator yang digunakan sebagai dasar penghitungan angka PDRB yang kemudian akan di kroscek dengan data sebenarnya dari instansi terkait setahun berikutnya. 3. Cakupan waktu survei adalah data realisasi semester berjalan. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

21 BAB III URAIAN SEKTORAL Secara makro perekonomian wilayah menurut lapangan usaha terdiri dari 3 (tiga) sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor Primer terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan dan Penggalian; Sektor Sekunder terdiri dari Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air; dan Sektor Bangunan, Sektor Tertier terdiri dari Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; dan Sektor Jasa-jasa. 3.1 Pertanian Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Kehutanan Peternakan Perikanan 3.2 Pertambangan dan Penggalian Minyak dan Gas Bumi Non Migas Penggalian 3.3 Industri pengolahan Industri Migas Pengilangan Minyak Gas Alam Cair Industri Tanpa Migas 3.4 Listrik, Gas dan Air Minum Listrik PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

22 3.4.2 Gas Air Minum 3.5 Bangunan dan Konstruksi 3.6 Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran/Rumah Makan 3.7 Pengangkutan dan Komunikasi Angkutan Pengangkutan Kereta Api Pengangkutan Darat Pengangkutan Udara Pengangkutan Laut Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Telkom dan Pos Giro Jasa Penunjang Komuni-kasi 3.8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Bank Lembaga Keuangan Tanpa Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Jasa Perusahaan 3.9 Jasa Jasa Pemerintahan Umum Swasta Jasa Sosial dan Kemasyarakatan PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

23 Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumahtangga 3.1 PERTANIAN Kegiatan sektor pertanian mencakup segala pengusahaan dan pemanfaatan benda/barang biologis (hidup) yang didapat dari alam untuk memenuhi kebutuhan hidup atau usaha lainnya, baik untuk kepentingan sendiri maupun pihak lain. Kegiatan pertanian pada umumnya meliputi usaha bercocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian ini dirinci menjadi beberapa sub sektor yaitu : Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini meliputi kegiatan penyiapan dan pelaksanaan penanaman, pembibitan, pemeliharaan dan pemanenan hasil-hasil pertanian tanaman pangan seperti : padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran. Metode Estimasi Penghitungan nilai tambah sektor ini dilakukan melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen masing-masing komoditi, sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan melalui revaluasi. Sumber Data : 1. BPS Propinsi Jawa Barat 2. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

24 3.1.2 Tanaman Perkebunan Sub sektor Tanaman Perkebunan meliputi tanaman perkebunan rakyat dan tanaman perkebunan besar. Tanaman perkebunan rakyat adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dilakukan oleh rakyat secara individu dengan luas areal tanaman kurang dari 25 hektar. Tanaman perkebunan besar adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dilaksanakan oleh perusahaan atau oleh rakyat yang luas arealnya lebih besar atau sama dengan 25 hektar. Metode Estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data : 1. BPS Propinsi Jawa Barat 2. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Kehutanan Sub sektor ini meliputi usaha di areal hutan berupa penebangan ckayu, pengambilan getah, daun, akar dan kulit kayu, bambu, rotan, arang dan perburuan binatang hutan. Termasuk juga kayu dan bambu yang berasal dari areal non hutan seperti yang ditanam petani di kebun atau di pekarangan rumah. Metode Estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan metode revaluasi. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

25 Sumber Data : 1. BPS Propinsi Jawa Barat. 2. Perum Perhutani Propinsi Jawa Barat Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub sektor ini meliputi usaha pemeliharaan segala jenis ternak (besar dan kecil) dan unggas baik bertujuan untuk dikembangbiakkan, dipotong dan diambil dagingnya maupun untuk dimanfaatkan hasil-hasilnya. Produksi ternak adalah jumlah ternak lahir ditambah dengan pertambahan berat badan atau penggemukkan dan hasil-hasil ternak lainnya seperti telur, bulu. Akan tetapi data pertambahan berat badan atau penggemukan tersebut tidak bisa diperoleh, sehingga di dalam memperkirakan produksi ternak dilakukan dengan cara : Jumlah pemotongan + Populasi akhir tahun Populasi awal tahun + Ekspor Impor Metode Estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Perikanan Sub sektor ini meliputi segala pengusahaan perikanan yang mencakup usaha penangkapan, pengambilan maupun pemeliharaan segala jenis ikan dan hasil-hasilnya baik laut, di sungai maupun air tawar. Termasuk PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

26 pengolahan sederhana seperti pengasinan atau pengeringan ikan yang dcilakukan nelayan atau rumahtangga. Metode Estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Sektor ini meliputi usaha penggalian, pengeboran, pencucian, pengambilan dan pemanfaatan barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di dalam tanah, baik yang berupa benda padat, benda cair maupun gas. Sektor ini terdiri dari kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan non migas dan penggalian Minyak dan Gas Bumi Kegiatan ini meliputi penambangan minyak dan gas bumi baik yang dilakukan di darat maupun di laut Pertambangan Tanpa Migas Kegiatan ini meliputi penambangan komoditi non migas antara lain : emas, perak, nikel, mangan, timah, tembaga, bauksit dan mineral lainnya Penggalian Kegiatan penggalian terdiri dari penggalian sumber daya alam lainnya antara lain : penggalian pasir, tanah liat, kapur, kaolin, batu dan komoditi lainnya. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

27 Metode Estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data : 1. BPS Propinsi Jawa Barat 2. Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung 3. Pertamina Unit Kamojang 3.3. INDUSTRI DAN PENGOLAHAN Sektor ini meliputi usaha kegiatan pengolahan bahan organik ataupun anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya, baik dilakukan dengan tangan, mesin, atau proses kimiawi. Pembuatan atau pengerjaannya dapat diproses melalui mesin/pabrik ataupun rumahtangga. Industri pengolahan dikelompokkan menjadi migas yang terdiri dari industri pengilangan minyak bumi dan gas alam cair. Sedangkan industri tanpa migas meliputi industri pengolahan diluar migas, baik yang merupakan industri besar/sedang, maupun industri kecil dan rumahtangga. Industri ini dirinci menjadi 2 digit ISIC (International Standard Industry Classification) Industri Migas Kegiatan ini terdiri dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair Pengilangan Minyak Bumi Kegiatan ini meliputi pengolahan minyak bumi yang menghasilkan produk-produk minyak avtur, premix, premium, solar, minyak tanah, aspal dan produk lainnya. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

28 Gas Alam Cair Kegiatan ini meliputi pengolahan pencairan gas alam (Liquid Natural Gas) yang produknya diekpor ke luar negeri Industri Tanpa Migas Kegiatan ini meliputi pengolahan komoditi pertanian dan pertambangan di luar migas yang dikelompokkan dalam 2 digit ISIC. Metode Estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data : 1. BPS Propinsi Jawa Barat. 2. BPS Kabupaten Bandung LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Kegiatan sektor ini meliputi listrik, gas dan air bersih. Secara rinci sub sektor tersebut adalah : Listrik Sub sektor listrik meliputi pembangkitan tenaga listrik dan pengoperasian jaringan distribusi guna penyaluran listrik, untuk dijual kepada konsumen, baik oleh PLN maupun bukan PLN. Termasuk juga listrik yang dibangkitkan oleh sektor lain seperti : industri, jasa-jasa yang dijual kepada pihak lain dan datanya dapat dipisahkan. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

29 Metode Estimasi : Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data : 1. PLN Cabang Soreang 2. PLN Cabang Majalaya 3. PLN Propinsi Jawa Barat Air Bersih Meliputi usaha penampungan dan penjernihan air bersih serta pendistribusiannya kepada konsumen, yang umumnya dilakukan oleh perusahaan air minum milik pemerintah daerah. Metode estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode ektrapolasi. Sumber Data : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bandung BANGUNAN DAN KONSTRUKSI Sub sektor ini meliputi usaha pembangunan/pembuatan, perluasan, pemasangan, perbaikan berat dan ringan, perombakan bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, jalan, jembatan, bendungan, jaringan listrik, telekomunikasi dan konstruksi lainnya. Termasuk juga kegiatan sub konstruksi seperti: pemasangan instalasi listrik, saluran telepon, alat pendinginan, pembuatan saluran air dan sebagainya. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

30 Metode Estimasi Sektor ini estimasinya dilakukan melalui pendekatan produksi, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi. Sumber Data : 1. BPS Propinsi Jawa Barat. 2. Pemerintah Kabupaten Bandung PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Besar dan Eceran Sub sektor perdagangan besar meliputi kegiatan pembelian, pengumpulan dan penjualan kembali barang oleh pedagang dari pihak produsen atau importir kepada pedagang lain, perusahaan, lembaga atau konsumen tanpa merubah bentuk, baik yang baru maupun bekas dalam partai besar. Perdagangan eceran meliputi kegiatan pembelian, pengumpulan dan penjualan kembali yang pada umumnya melayani konsumen, perorangan atau rumahtangga tanpa merubah bentuk baik barang baru maupun bekas dalam partai kecil Hotel Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen dan hotel. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

31 3.6.3 Restoran Sub sektor ini meliputi usaha restoran/rumah makan, katering, restoran di kereta api, cafetaria dan kantin. Termasuk usaha penjualan makanan dan minuman jadi yang biasanya dimakan langsung di tempat penjualan seperti : warung nasi, warung kopi, warung sate dan sejenisnya. Termasuk pula disini kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta fasilitas lainnya, sedangkan kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam suatu satuan usaha dengan penginapan dan datanya sulit untuk dipisahkan. Metode Estimasi Untuk mengestimasi sub sektor perdagangan besar dan eceran dilakukan melalui pendekatan arus barang (commodity flow) baik untuk atas dasar harga berlaku maupun untuk atas dasar harga berlaku maupun untuk atas dasar harga konstan 2000, yaitu dengan menggunakan ratio margin terhadap nilai produksi daerah sendiri (pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri) dan impor, termasuk barang keluar masuk antar daerah/propinsi. Nilai tambah harga berlaku dan harga konstan 2000, didapatkan dengan mengalikan output dengan ratio nilai tambah. Perkiraan output sub sektor restoran/rumah makan, hotel/penginapan dengan pendekatan produksi, sedangkan harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi. Sumber Data : 1. Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) 2. Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bandung. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

32 3.7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Pengangkutan Kegiatan sektor ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan alat angkutan baik yang bermotor maupun tidak bermotor atas dasar suatu pembayaran. Termasuk jasa angkutan yang sifatnya menunjang dan membantu memperlancar kegiatan tersebut beserta penyediaan fasilitas-fasilitasnya. Kegiatan pengangkutan ini dirinci sebagai berikut Pengangkutan Rel Meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan jasa kereta api termasuk gerbong Pengangkutan Jalan Raya Meliputi semua kegiatan pengangkutan penumpang dan barang jalan raya yang menggunakan kendaraan seperti truk, bus, oplet, taksi, becak, pedati atau gerobak dan kendaraan darat lainnya Pengangkutan Udara Meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang melalui udara dengan menggunakan pesawat udara/kapal terbang yang beroperasi di dalam maupun di luar negeri, baik penerbangannya yang dilakukan secara teratur maupun tidak. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

33 Pengangkutan Laut Meliputi angkutan samudra dan perairan pantai dengan menggunakan kapal laut, yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran nasional baik yang beroperasi di dalam maupun di luar daerah ataupun di luar negeri. Termasuk juga kegiatan jasa penunjang angkutan laut seperti : pelabuhan laut/sungai, jasa pemanduan, bongkar muat, pergudangan, ekspedisi dan keagenan Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dari angkutan sungai, danau dan penyebrangan yang menggunakan kapal, perahu, ferry dan angkutan air lainnya Jasa Penunjang Angkutan Meliputi pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti : terminal, parkir, keagenan barang dan penumpang, bongkar muat, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang lainnya. Kegiatan tersebut terdiri dari : a. Terminal dan Perpakiran, mencakup kegiatan pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan/ armada yang membongkar dan mengisi muatan baik barang maupun penumpang seperti : terminal, parkir, pelabuhan laut meliputi fasilitas berlabuh, kapal pandu, penyediaan air tawar serta kegiatan pencacatan muatan barang dan penumpang. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

34 b. Bongkar Muat, kegiatan ini mencakup pemberian pelayanan bongkar/muat angkutan barang melalui laut dan darat yang terdiri dari pelabuhan laut, sungai dan pelabuhan udara. c. Keagenan, kegiatan ini meliputi pelayanan keagenan barang dan penumpang yang diberikan kepada usaha angkutan, baik angkutan darat, laut, sungai dan udara. d. Pergudangan, kegiatan ini mencakup pemberian jasa penyimpanan barang dalam suatu bangunan/gudang ataupun lapangan terbuka dalam wilayah pelabuhan Komunikasi Pos dan Telekomunikasi Sub sektor ini meliputi kegiatan pelayanan jasa komunikasi untuk umum yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia dan PT Telkom. Kegiatan PT Pos Indonesia yaitu pemberian jasa kepada pihak lain seperti pengiriman surat, paket dan wesel. Kegiatan PT Telkom dengan menggunakan telepon, telex dan telegraph Jasa Penunjang Telekomunikasi Kegiatan ini meliputi pemberian/penyediaan fasilitas yang menunjang kegiatan komunikasi seperti : wartel, warpostel, radio panggil dan telepon seluler (ponsel). Metode Estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi untuk kegiatan pengangkutan dan metode alokasi untuk kegiatan komunikasi. Jasa penunjang telekomunikasi hanya mencakup wartel, sedangkan yang lain belum tersedia datanya. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

35 Sumber Data: 1. BPS Propinsi Jawa Barat 2. Kantor Wilayah V PT Pos Indonesia 3. DLLAJR Kabupaten Bandung 4. Dinas Jasa Marga 5. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kabupaten Bandung 6. Kandatel Bandung 3.8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan Bank Sub sektor ini meliputi pemberian jasa pelayanan di bidang keuangan kepada pihak keuangan kepada pihak lain seperti : menerima simpanan dalam bentuk giro dan tabungan, memberi pinjaman, transfer/memindahkan rekening koran, membeli dan menjual surat berharga, memberi jaminan bank, menyewakan tempat penyimpanan barang-barang berharga dan sebagainya Lembaga Keuangan Bukan Bank Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi : asuransi, koperasi, pegadaian dan yayasan dana pensiun. Kegiatan asuransi meliputi pelayanan asuransi, baik asuransi jiwa maupun bukan jiwa seperti : kebakaran, kecelakaan, kerusakan dan sebagainya. Termasuk juga agen perasuransian, jasa pelayanan penanggung perasuransian unit pengatur dana pensiun yang berdiri sendiri dan sebagainya. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

36 Jasa Penunjang Keuangan Meliputi jasa pelayanan bidang keuangan seperti yang dilakukan pada usaha pasar modal, bursa valuta asing, penukaran mata uang asing (money changer), anjak piutang dan modal ventura. Metode Estimasi Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi. Sumber Data : Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Sewa Bangunan Sektor ini meliputi semua jasa yang berhubungan dengan proses penggunaan rumah/bangunan sebagai tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Rumah tempat tinggal tanpa memperhatikan apakah rumah tersebut benar-benar disewa atau tidak seperti : rumah milik sendiri, rumah instansi pemerintah ataupun rumah instansi/perusahaan swasta lainnya. Metode Estimasi Untuk mengetahui besarnya peranan sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi. Sumber Data : BPS Kabupaten Bandung Jasa Perusahaan Sub sektor ini meliputi pemberian jasa pada pihak lain seperti : jasa hukum, jasa akuntan dan pembukuan, jasa pengolahan dan tabulasi, jasa bangunan, arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa persewaan mesin dan PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

37 peralatan. Yang termasuk dalam penghitungan ini baru terbatas pada kegiatan jasa hukum (advokat, pengacara dan notaris) dan jasa konsultan. Metode Estimasi Dalam mengestimasi nilai tambah sub sektor jasa perusahaan yaitu dengan menggunakan, metode pendekatan produksi, sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dengan metode ekstrapolasi. Untuk memperkirakan nilai tambah sub sektor ini datanya bersumber dari survei khusus. Ratio input diperoleh melalui hasil pengolahan survei khusus pada masing-masing jenis kegiatan. Sumber Data : Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) JASA JASA Pemerintahan Umum Sektor ini mencakup kegiatan pemerintah umum dalam menyediakan jasa pelayanan kepada masyarakat yang tidak dapat dinilai secara ekonomi misalnya dalam mengatur negara. Kegiatan pemerintah sebagian besar hasilnya digunakan oleh pemerintah sendiri sebagai konsumen akhir. Kegiatan pemerintah tersebut meliputi baik pemerintah pusat ( badan/lembaga tinggi negara, departemen, lembaga non departemen dan unit-unit lainnya yang berada di pusat, dinas vertikal di daerah) maupun pemerintah daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) dan pemerintah desa serta unit-unitnya. Termasuk juga kegiatan pertahanan dan keamanan negara/daerah. Metode Estimasi Sektor ini dihitung berdasarkan pendekatan pendapatan untuk Pemerintah Daerah, sedangkan Pemerintah Pusat dan Pertahanan Keamanan dilakukan melalui cara tidak langsung yaitu alokasi dari angka PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

38 nasional/propinsi. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi yaitu menggunakan indeks jumlah pegawai secara tertimbang sebagai ekstrapolatornya. Sumber Data : 1. BPS Propinsi Jawa Barat. 2. Pemerintah Kabupaten Bandung Swasta Kegiatan ini meliputi usaha penyelenggaraan pemberian jasa antara lain: jasa pendidikan dan jasa kesehatan, jasa hiburan dan rekreasi, jasa kemasyarakatan lainnya dan jasa perorangan dan rumah tangga Jasa Hiburan dan Rekreasi Sub sektor ini meliputi usaha penyediaan dan pengelolaan berbagai jenis hiburan/rekreasi untuk masyarakat baik perorangan maupun rumahtangga, serta berorientasi untuk mencari untung (profit making). Kegiatan tersebut seperti pembuatan dan distribusi film, usaha pemutaran film, penyiaran radio dan televisi swasta, produksi dan pertunjukkan film, produksi dan pertunjukkan sandiwara, tari, sanggar dan musik. Termasuk juga jasa rekreasi lainnya seperti gelanggang pacuan, sirkus, taman hiburan dan klub malam, penggubahan lagu, penulis buku, pembuat lukisan dan sebagainya. Dari berbagai kegiatan tersebut diatas hanya pemutaran film (bioskop), penyiaran radio swasta niaga dan taman hiburan/tempat rekreasi yang dapat diestimasi nilai tambahnya. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

39 Jasa Perorangan dan Rumahtangga Sub sektor ini meliputi kegiatan penyelenggaraan jasa yang diberikan untuk perorangan dan rumahtangga seperti reparasi, binatu, tukang jahit, tukang cukur, pembantu rumahtangga dan jasa perorangan lainnya. Mengingat keterbatasan data maka dalam penghitungan ini hanya terbatas pada kegiatan jasa reparasi, pembantu rumahtangga, tukang jahit, tukang cukur dan perawatan kulit, perawatan muka dan rambut. Metode Estimasi Besarnya output dari nilai tambah sektor ini dihitung dengan pendekatan produksi dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan cara ekstrapolasi. Sumber Data : 1. Kanin Depdikbud Kabupaten Bandung 2. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung 3. Kandep Agama Kabupaten Bandung 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung 5. Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

40 BAB IV KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN BANDUNG 4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Krisis ekonomi global mencapai puncaknya pada akhir tahun 2008 dan awal tahun Indonesia sebagai sebuah negara berkembang tentu terkena dampak krisis ekonomi dunia ini, yang ditandai dengan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi nasional pada akhir tahun 2008 yang menembus angka dua digit yaitu sebesar persen, nilai tukar rupiah atas dollar tembus hingga lebih dari Rp ,- per dollar, kondisi ini merupakan saat-saat yang berat bagi perekonomian nasional. 2 Namun demikian, sepanjang tahun 2009 kecenderungan menuju ke arah pemulihan sudah tampak. Hal ini ditandai dengan tingkat inflasi nasional yang terkendali yaitu hanya sebesar 2.45 persen (November 2009 terhadap Desember 2008) dengan rata-rata nilai tukar rupiah sampai bulan oktober pada kisaran sembilan ribu rupiah. Laju pertumbuhan ekonomi nasional meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi namun masih mengalami pertumbuhan ekonomi positif ditengah pertumbuhan ekonomi global yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Hal serupa terjadi pada perekonomian Kabupaten Bandung di tahun 2009, walaupun nilai pertumbuhan ekonomi tercatat melambat namun tetap menunjukkan angka positif. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung positif 4.35 persen, nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 yang mencapai 5.30 persen. 2 optimisme PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

41 Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sangat dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan terutama industri pengolahan yang turun sebesar 2.13 poin dari 5.50 persen pada tahun 2008 menjadi 3.38 persen pada tahun Perlambatan ini disinyalir berasal dari menurunnya tingkat produksi terutama industri tekstil. Mengingat kontribusi industri pengolahan terutama industri tekstil cukup besar terhadap perekonomian di Kabupaten Bandung, sehingga bergolaknya sektor ini cukup memberi pengaruh yang cukup significant terhadap kinerja perekonomian di Kabupaten Bandung. Namun demikian di beberapa sektor justru terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi, seperti sektor pertanian yang mengalami peningkatan total produksi pertanian baik produksi tanaman bahan makanan (tabama), peternakan, dan perkebunan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Tabel 4.1. PDRB Kabupaten Bandung Tahun (Juta Rp) Tahun PDRB Adh. Berlaku PDRB Adh. Konstan ,431, ,640, )* 33,319, ,683, )** 38,282, ,674, )*** 40,941, ,529, Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara Secara umum nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung tahun 2009 baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan menunjukan peningkatan positif walaupun tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan peningkatan nilai PDRB pada tahun PDRB atas dasar harga berlaku PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

42 pada tahun 2009 mencapai Rp triliun, atau mengalami kenaikan sebesar Rp 2.7 triliun dari tahun 2008, begitu pula dengan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2009 yang mengalami peningkatan sebesar 0,86 triliun dari Rp triliun pada tahun 2008 menjadi Rp triliun pada tahun Secara garis besar, sembilan sektor ekonomi dalam PDRB dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok sektor, yaitu kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer mencakup sektor pertanian dan sektor penggalian. Sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor bangunan. Sektor tersier mencakup sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa jasa. Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rupiah) Lapangan Usaha 2007 *) 2008**) 2009***) [1] [2] [3] [4] I. Primer 2,884, ,197, ,539, Pertanian 2,465, ,728, ,013, Pertambangan dan Penggalian 419, , , II. Sekunder 21,313, ,566, ,936, Industri Pengolahan 20,154, ,275, ,565, Listrik, Gas dan Air 588, , , Bangunan 571, , , III. Tertier 9,121, ,518, ,465, Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,112, ,005, ,780, Pengangkutan dan Komunikasi 1,566, ,783, ,795, Keuangan, Persewaan & Js Prshaan 721, , , Jasa jasa 1,721, ,936, ,069, PDRB 33,319, ,282, ,941, Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara Total Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku dari kelompok primer mencapai Rp 3.54 triliun atau meningkat sebesar persen dibanding tahun PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

43 sebelumnya, nilai ini lebih rendah 0.14 poin dari kenaikan pada tahun 2008 yang mencapai persen. Adapun kelompok sektor sekunder dan kelompok tertier masing-masing menghasilkan Nilai Tambah Bruto sebesar Rp triliun dan Rp triliun, atau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 5.58 persen dan 9 persen dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini masih lebih rendah dibanding kenaikan tahun 2008 dimana kedua kelompok sektor ini mampu mencapai kenaikan masing masing sebesar 15,26 persen dan 15,31 persen pada tahun Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha 2007*) 2008**) 2009***) [1] [2] [3] [4] I. Primer 1,617, ,682, ,771, Pertanian 1,371, ,426, ,502, Pertambangan dan Penggalian 245, , , II. Sekunder 12,151, ,811, ,250, Industri Pengolahan 11,478, ,110, ,519, Listrik, Gas dan Air 344, , , Bangunan 327, , , III. Tertier 4,915, ,180, ,506, Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,819, ,994, ,211, Pengangkutan dan Komunikasi 765, , , Keuangan, Persewaan & Js Prshaan 419, , , Jasa jasa 911, , ,000, PDRB 18,683, ,674, ,529, Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara Untuk total Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan, dimana faktor inflasi harga sudah ditiadakan, kelompok primer mencapai Rp 1.77 triliun atau meningkat PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

44 5.33 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan kelompok sekunder dan tertier masing-masing menghasilkan Nilai Tambah Bruto sebesar Rp trilliun dan Rp 5.51 trilliun atau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 3.43 persen dan 6.29 persen dibanding tahun sebelumnya Struktur Ekonomi Struktur Ekonomi menggambarkan peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah yang mencerminkan besarnya kontribusi masingmasing sektor terhadap perekonomian daerah. Distribusi persentase sektoral merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah. Distribusi persentase sektoral menunjukan peranan dari masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB suatu daerah sehingga dapat diketahui sektor ekonomi apa saja yang dominan dalam laju pertumbuhan perekonomian. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut didalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Grafik 4.1 menggambarkan struktur ekonomi Kabupaten Bandung pada tahun 2008 dan tahun 2009 menurut sektor. Grafik 4.1 Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2008 dan 2009 Ind. Pengolahan 60,80% Ind. Pengolahan 60,00% Pertamb&G alian 1,22% Pertanian 7,13% Jasa-Jasa 5,06% Keuangan, Sewa& Js Prshn 2.36% Angkutan dan Kom 4,78% Perdag, Hotel&Rest 15,69% LGA 1,68% Bangunan 1,69% Pertamb&G alian 1,28% Pertanian 7,36% Jasa-Jasa 5,05% Keuangan, Sewa& Js Prshn 2.36% Angkutan dan Kom 4,78% Tahun 2008 Tahun 2009 LGA 1,65% Bangunan 1,70% Perdag, Hotel&Rest 16,56% PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

45 Grafik diatas menggambarkan struktur ekonomi Kabupaten Bandung pada tahun 2008 dan 2009 menurut sektor. Hal yang perlu diperhatikan bahwa untuk untuk kelompok sektor primer ada perbedaan dengan trend sebelumnya dimana kontribusi sektor primer cenderung menurun sejak tahun 2000 sampai tahun 2008, namun pada tahun 2009 kontribusi sektor ini mengalami peningkatan sebesar 8.64 persen. Meningkatnya kontribusi kelompok sektor ini ditunjang oleh sektor pertanian dari 7.13 persen pada tahun 2008 menjadi 7.36 persen pada tahun 2009 dan sektor pertambangan dan penggalian yang meningkat dari 1,22 persen pada tahun 2008 menjadi 1,28 persen pada tahun Tabel 4.4 Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku Setiap Kelompok Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun (Persen) LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun 2007)* 2008)** 2009)*** [1] [2] [3] [4] I. PRIMER PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN II. SEKUNDER INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN/KONTRUKSI III. TERTIER PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JS PRSHN JASA JASA PDRB DENGAN MIGAS Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara Pada tahun 2009 ini sektor pertanian mengalami kenaikan produksi terutama produksi padi sawah yang mencapai kenaikan sebesar 30 persen dibandingkan PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

46 tahun sebelumnya, hal ini didukung dengan program program pemerintah seperti pengembangan pertanian, peningkatan produksi pertanian, dan peningkatan sarana penunjang kegiatan pertanian. Hal sebaliknya terjadi pada sektor sekunder dimana setelah terjadi peningkatan pada tahun 2008, pada tahun 2009 kontribusi sektor sekunder kembali menurun, dari kontribusi sebesar 63,97 persen pada tahun 2007, meningkat menjadi persen pada tahun 2008, dan kembali menurun menjadi persen, hal ini disebabkan menurunnya kontribusi sektor dominan yaitu sektor industri pengolahan dari persen pada tahun 2008 menjadi 60,00 persen pada tahun Secara umum pertumbuhan industri di Kabupaten Bandung memang mengalami perlambatan, terutama untuk industri tekstil, industri barang dari kayu, dan industri barang dari logam dasar, besi dan baja Untuk sektor tertier terus mengalami peningkatan sejak tahun 2000, yaitu dari persen menjadi 28,00 persen pada tahun Hal ini sejalan dengan terus meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran, khususnya pada sub sektor perdagangan besar dan eceran. walaupun pada sektor lainnya di kelompok sektor tertier justru peranannya mengalami penurunan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan PDRB dari satu tahun ke tahun berikutnya yang dinyatakan dalam bentuk persentase, sedangkan PDRB yang digunakan adalah PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan (BPS, 2004) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2009 yang diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, menunjukan perlambatan yang cukup signifikan, walaupun tetap positif. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

47 Grafik 4.2 LPE Kabupaten Bandung Tahun (Persen) 6,50 6,00 5,50 5,66 5,78 5,80 5,92 5,00 4,50 4,98 4,98 5,02 5,30 4,00 4,35 3,50 LPE Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bandung selama kurun waktu tahun dapat diamati pada Grafik 4.2. Dari Grafik tersebut terlihat bahwa sejak tahun 2002 sampai tahun 2007 LPE Kabupaten Bandung terus mengalami peningkatan dari 4,98 persen pada tahun 2002 hingga mencapai angka 5,92 persen pada tahun Adapun di tahun 2008 dan 2009 LPE menunjukan perlambatan dengan nilai LPE tahun 2008 melambat menjadi 5,30 persen atau turun sebesar 0.62 poin dan pada tahun 2009 LPE Kabupaten Bandung kembali mengalami perlambatan yaitu turun sebesar 0.96 poin dari 5.30 persen di tahun 2008 menjadi 4.35 persen di tahun Angka ini sejalan dengan laporan Bank Dunia mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 yang mencapai sebesar 4.3 persen. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

48 Tabel 4.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Setiap Kelompok Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun (Persen) LAPANGAN USAHA 2007)* 2008**) 2009***) [1] [2] [3] [4] 1. PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN/KONTRUKSI PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JS PERUSAHAAN JASA JASA PDRB DENGAN MIGAS PDRBTANPA MIGAS Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara Jika mengamati pertumbuhan tiap-tiap sektor ekonomi, pada tahun 2009 terdapat lima sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan, sedangkan empat sektor lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan. Kelima sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi, dengan peningkatan terbesar terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yang naik sebesar 2.30 poin yaitu dari 3.86 persen di tahun 2008 menjadi 6.16 persen di tahun Sedangkan sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa, dengan perlambatan pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor industri pengolahan yang turun sebesar 2.13 poin dari 5.50 persen pada tahun 2008 menjadi 3.38 persen pada tahun 2009 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

49 Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi didukung oleh peningkatan baik pada sub sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi. Sebaliknya laju pertumbuhan ekonomi sektor industri mengalami kecenderungan menurun sejak tahun 2006, nilai LPE terus menurun hingga mencapai 3.38 persen di tahun Adanya krisis ekonomi global yang berakibat kepada ketidakstabilan nilai mata uang rupiah sangat mempengaruhi kinerja sektor industri, terutama industri yang berorientasi ekspor. 4.4 PDRB Per Kapita PDRB perkapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat adanya aktivitas produksi. Data ini diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk di wilayah tersebut. Indikator ini biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah, meskipun pada dasarnya penghitungan nilai PDRB mengesampingkan kepemilikan. Dengan demikian bisa jadi nilai PDRB perkapita suatu wilayah tinggi namun tidak menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk setempat karena sebagian besar aktivitas produksi yang terjadi di wilayah tersebut bukan milik dari penduduk setempat, demikian pula sebaliknya. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menggambarkan besarnya nilai tambah domestik bruto per penduduk secara nominal. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 berguna untuk mengetahui nilai tambah nyata serta pertumbuhan nyata per kapita. Peningkatan PDRB per kapita atas dasar berlaku selama kurun waktu menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hal yang berbeda dengan PDRB per kapita atas dasar konstan yang mana tingkat pertumbuhannya sangat kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertumbuhan tingkat pendapatan riil penduduk Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun belum begitu banyak berarti. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

50 Hal tersebut di atas, dapat diamati dari tingkat kenaikan PDRB perkapita atas dasar berlaku dan atas dasar harga konstan. Selama lima tahun nilai PDRB per kapita atas dasar berlaku penduduk Kabupaten Bandung terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 PDRB per kapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp per tahun dan di tahun 2009 meningkat menjadi Rp per tahun atau meningkat sebesar 42,69 persen. Nilai PDRB perkapita atas dasar konstan 2000 menggambarkan akan pendapatan riil penduduk Kabupaten Bandung. Pada tahun 2005 pendapatan per kapita riil sebesar Rp per tahun dan di tahun 2009 hanya sedikit meningkat menjadi Rp per tahun atau meningkat sebesar 9,41 persen. Grafik 4.3. PDRB Per Kapita Tahun (Rupiah) , , , , , , ,00 0, , , , , , , , , , , Berlaku Konstan Jika di bandingkan dengan pendapatan per kapita Provinsi Jawa Barat maka tingkat pendapatan yang diterima penduduk Kabupaten Bandung tidak terlalu jauh berbeda dengan rata-rata penduduk di Provinsi Jawa Barat, hal ini bisa diamati dari Tabel 4.6. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

51 Tabel 4.6. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Bandung dan Provinsi Jawa Barat Tahun ( Ribu Rupiah) Kabupaten/Kota [1] [2] [3] [4] [5] [5] Kabupaten Bandung 9, , ,141,42 12, , Jawa Barat 9, , , , Tingkat Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar. Angka inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup masyarakat. Pada tahun 2009 tingkat inflasi Kabupaten Bandung turun menjadi 2.49 persen dari 9.11 persen di tahun sebelumnya, nilai ini digolongkan sebagai inflasi ringan (dibawah 10 persen per tahun), dan merupakan tingkat inflasi terendah untuk Kabupaten Bandung sejak tahun Penurunan tingkat inflasi terjadi di seluruh sektor perekonomian, namun tingkat penurunan terbesar terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi yang pada tahun ini mengalami deflasi hingga 5.21 persen. Deflasi pada sub sektor pengangkutan terutama terjadi sub sektor angkutan jalan raya sedangkan pada sub sektor komunikasi tingkat deflasi tahun 2008 sebesar 4.72 persen pada tahun 2009 kembali turun menjadi 9.58 persen. Kondisi ini merupakan dampak dari pemberlakuan kebijakan penurunan tarif interkoneksi layanan seluler pada tahun PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

52 2008. Akibatnya dari kebijakan tersebut adalah terjadinya perang tarif telekomunikasi pada tahun 2009 yang membawa Indonesia sebagai negara dengan industri telekomunikasi yang memiliki jumlah operator terbanyak dan tarif terendah. 3 Tabel 4.7 Inflasi Produk Domestik Bruto Kabupaten Bandung Tahun (Persen) LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun [1] [2] [3] [4] 1. PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN/KONTRUKSI PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI (5.21) 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JS PRSHN JASA JASA PDRB DENGAN MIGAS Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara 3 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

53 BAB V ANALISIS SEKTORAL 5.1 Sektor Pertanian Kabupaten Bandung memiliki potensi pertanian yang besar sehingga menjadi salah satu darah penyangga kebutuhan pangan di wilayah Jawa Barat. Kabupaten Bandung di samping memiliki sentra produksi padi dan palawija juga memiliki produsi sayuran unggulan dan buah-buahan. Pemanfaatan lahan di pegunungan berupa kawasan hutan lindung, hutan produksi, dan perkebunan. Pada tahun 2009 kinerja sektor pertanian mengalami peningkatan yang signifikan, laju pertumbuhan meningkat sebesar 1.34 poin dari 3.97 persen di tahun 2008 menjadi 5.31 persen di tahun Hal ini sejalan dengan peningkatan disemua sub sektor pertanian, peningkatan terbesar terjadi pada sub sektor peternakan dan sub sektor tanaman bahan makanan. Hal ini ditandai dengan kinerja sub sektor peternakan meningkat dari 3.46 persen di tahun 2008 menjadi 5.40 persen, sedangkan sub sektor tanaman bahan makanan mampu meningkatkan hasil produksinya sehingga kinerja sub sektor tabama meningkat menjadi 5.37 persen sedangkan tahun sebelumnya hanya mampu meningkatkan sebesar 4.01 persen. Jika diamati per semester, kinerja sektor pertanian di semester I cenderung lebih tinggi dibandingkan semester II, LPE pertanian pada semester I mencapai 4.28 persen dan melambat menjadi 0.54 persen pada semester II. Pencapaian pada semester I terutama ditunjang oleh kinerja sub sektor tanaman bahan makanan dan peternakan. Hasil survei SKPR terhadap sub sektor tanaman bahan makanan menunjukkan peningkatan kinerja di semester I sebagai hasil dari musim panen raya pada bulan Maret sampai April. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

54 Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Tahun 2009 Kabupaten Bandung (Persen) SEKTOR / SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan makanan b. Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan (1.19) 3.35 Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Demikian pula untuk sub sektor peternakan yang mengalami peningkatan di banding tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan sub sektor peternakan meningkat 1.94 poin dari 3.46 persen di tahun sebelumnya. SEKTOR / SUB SEKTOR Tabel. 5.2 Kontribusi Sektor Pertanian Tahun 2009 Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun Semester Semester 2007)* 2008)** 2009)*** I II [1] [2] [3] [4] [5] [6] 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan makanan b. Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

55 Peningkatan kinerja pada sektor pertanian, sejalan dengan peningkatan kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian daerah tahun Kontribusi sektor pertanian meningkat dari 7.13 persen di tahun 2008 menjadi 7.36 persen pada tahun 2009, dengan kontributor utama sektor pertanian tetap dipegang oleh sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 5.20 persen, diikuti berturut-turut oleh sub sektor perkebunan sebesar 1.13 persen, peternakan 0.79 persen, perikanan 0.21 persen dan kehutanan sebesar 0.03 persen Untuk kontribusi sektor pertanian per semester, terlihat bahwa pada semester II terjadi penurunan sebesar 0.04 poin. Penurunan kontribusi ini sejalan dengan melambatnya kinerja sektor pertanian di semester II yang juga dipengaruhi oleh faktor cuaca Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan (Tabama) Kinerja sub sektor tabama tahun 2009 meningkat dari 4.01 persen menjadi 5.37 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Memasuki semester pertama tingkat pertumbuhan mencapai 5.35 persen sedangkan di semester II 0.20 persen, menurunnya kinerja sub sektor tabama di semester II disebabkan oleh menurunnya indeks produksi tanaman padi palawija dan beberapa produksi sayuran lainnya. Kontribusi sub sektor tabama di tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 5,02 persen di tahun 2009 menjadi 5.20 persen di tahun 2009, kontribusi pada semester I lebih tinggi dibanding semester II, hal ini sejalan dengan menurunnya kinerja sub sektor ini di semester II Sub Sektor Perkebunan Tingkat pertumbuhan sub sektor perkebunan di tahun 2009 mengalami peningkatan yang signifikan, LPE pada tahun 2009 mencapai 5.36 persen, meningkat 1.03 poin dari tahun sebelumnya, demikian pula dengan kontribusinya yang PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

56 mengalami peningkatan yaitu dari 1.10 persen di tahun 2008 menjadi 1.13 persen pada tahun ini. Namun demikian jika diamati secara semesteran baik LPE maupun kontribusi sub sektor perkebunan meningkat dari semester I ke semester II, LPE meningkat 1.57 poin dari semester I ke semester II sedangkan kontribusi meningkat 0.01 poin dari semester I ke semester II Sub Sektor Peternakan Kinerja dan kontribusi sub sektor peternakan terus mengalami peningkatan positif, pada tahun 2009 sub sektor peternakan mampu mencapai pertumbuhan sebesar 5.40 persen dengan kontribusi sebesar 0.79 persen, masing-masing meningkat sebesar 1.94 poin dan 0.03 poin dari pencapaian tahun sebelumnya Sub Sektor Kehutanan Terjadi peningkatan produksi sub sektor kehutanan di tahun 2009 setelah terjadi penurunan di tahun 2008, pada tahun 2009 sub sektor kehutanan mencapai 3.79 persen, naik sebesar 0.54 poin dari pencapaian tahun sebelumnya, adapun untuk kontribusi tetap sebesar 0.03 persen. Sub sektor kehutanan merupakan kontributor paling kecil pada sektor pertanian. Sub sektor kehutanan dipengaruhi oleh pola tebang dan tanam dimana kegiatan tebang banyak dilakukan pada musim kemarau dan kegiatan tanam dilakukan menjelang musim penghujan, hal ini menyebabkan kinerja kehutanan yang umumnya meningkat pada semester II Sub Sektor Perikanan Kinerja sub sektor perikanan menunjukan peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 LPE sub sektor perikanan tercatat sebesar 3.35 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

57 persen atau meningkat 0.38 poin dari tahun sebelumnya, adapun untuk tingkat kontribusi tetap sama dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0.21 persen. 5.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Potensi listrik panas bumi di kawasan Pangalengan dan Ibun yang masih cukup besar merupakan salah satu potensi pertambangan di Kabupaten Bandung. Begitu pula dengan potensi bahan galian seperti galian batu, batu pasir, andesite, pasir yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung Laju pertumbuhan ekonomi pertambangan dan penggalian selama tahun 2009 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun Pada tahun 2009 LPE sektor pertambangan mencapai 5.43 persen, naik dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 4.36 persen Tabel. 5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2009 Kabupaten Bandung (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian (3.12) Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Laju pertumbuhan ekonomi pertambangan dan penggalian selama tahun 2009 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun Pada tahun PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

58 2009 LPE sektor pertambangan mencapai 5.43 persen, naik dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 4.36 persen Peningkatan ini didukung oleh kinerja sub sektor Minyak dan Gas Bumi yang meningkat 1.53 poin dari tahun sebelumnya, adapun untuk sub sektor penggalian kembali mengalami penurunan sebesar 1.56 persen, dari pertumbuhan sebesar 5.26 persen pada tahun 2008 turun menjadi 3.70 persen di tahun Untuk kinerja per semester, terlihat bahwa kinerja pertambangan dan penggalian di semester II lebih tinggi dibandingkan semester I. Hal ini sejalan dengan mulai beroperasinya PLTP Wayang Windu II pada semester II dengan kapasitas 117 Mega Watt sehingga total produksi 217 Mega Watt pada tahun 2009 Tabel. 5.4 Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2009 Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Tingkat kontribusi sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Kontribusi tahun 2009 meningkat menjadi 1.28 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 1.22 persen. Adapun untuk kontribusi per semester terlihat bahwa terjadi peningkatan kontribusi pada semester II, kontribusi di semester I mencapai 1.25 persen lebih rendah dibanding kontribusi pada semester II yang mencapai 1.32 persen. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

59 5.2.1 Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Sektor pertambangan di Kabupaten Bandung meliputi pertambangan panas bumi. Selama tahun 2009 sektor pertambangan geothermal menunjukkan peningkatan sebesar 1.53 poin, dari laju pertumbuhan sebesar 4,20 persen di tahun 2008 naik menjadi 5.73 persen di tahun 2009 LPE pertambangan di semester I mencapai 1.98 persen dan meningkat di semester II menjadi 5.43 persen. Hal ini sejalan dengan besar kontribusi yang meningkat dari 1.09 persen di semester I menjadi 1.15 persen di semester II Sektor Penggalian Laju pertumbuhan ekonomi sub sektor penggalian kembali mengalami perlambatan pertumbuhan di tahun Di tahun ini LPE penggalian kembali turun menjadi 3.70 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 5.26 persen, hal ini akibat dari minusnya pertumbuhan sub sektor penggalian pada semester I 2009 dan baru meningkat kembali pada semester II Kontribusi penggalian di tahun ini mengalami peningkatan sedikit dibanding tahun sebelumnya dimana pada tahun 2009 tingkat kontribusi naik menjadi 0.17 persen dari 0.16 persen pada tahun Sektor Industri Pengolahan Multi krisis yang dialami oleh industri menyebabkan terjadinya penurunan kinerja di Kabupaten Bandung. Menurunnya nilai investasi di Kabupaten Bandung turut mempengaruhi kinerja industri tekstil dan produk tekstil yang merupakan industri unggulan Kabupaten Bandung, selain itu krisis perekonomian global juga menyebabkan produk ekspor yang berasal dari Kabupaten Bandung terganggu dengan menurunnya permintaan dan daya beli masyarakat negara tujuan. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

60 Laju pertumbuhan ekonomi sektor industri Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun cenderung semakin menurun, Pada tahun 2009 kembali terjadi penurunan pada laju pertumbuhan industri, dimana pada tahun ini LPE tercatat sebesar 3.38 persen, menurun 2.13 poin dari pertumbuhan tahun 2008 yang mencapai 5.50 persen. Adapun penurunan ini terjadi terutama pada semester II, dimana pertumbuhan sebesar 3.67 persen pada semester I turun menjadi 0.52 persen di semester II. Tabel. 5.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan Tahun 2009 Kabupaten Bandung (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas a. Industri Tanpa Migas Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Pada tahun 2009 tingkat kontribusi sektor industri mengalami penurunan dari persen pada tahun 2008 menjadi 60 persen pada tahun Hal ini sejalan dengan penurunan kinerja sektor industri yang mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 2.13 poin. Karena sektor industri pengolahan merupakan kontributor paling besar terhadap PDRB Kabupaten Bandung sehingga ketidakstabilan pada sektor ini akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil kinerja perekonomian Kabupaten Bandung secara keseluruhan. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

61 Tabel. 5.6 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Tahun 2009 Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun Semester Semester 2007)* 2008)** 2009)*** I II [1] [2] [3] [4] [5] [6] 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Jika diamati secara semesteran maka pada semester II tahun 2009 kontribusinya industri pengolahan menurun menjadi persen dari sebelumnya sebesar persen pada semester I Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih di tahun 2009 kembali mengalami perlambatan dibanding dengan dua tahun sebelumnya. LPE sektor ini menurun dari 4.70 persen di tahun 2008 menjadi 4.04 persen di tahun Pertumbuhan sektor ini sangat dipengaruhi oleh kinerja dari sub sektor listrik, hal ini dapat dilihat dari besarnya kontribusi sub sektor listrik yang mencapai 1.65 persen terhadap total pembentukan PDRB sedangkan sub sektor air bersih sebesar 0.04 persen. Pengamatan secara semesteran, kinerja sektor ini pada semester II mengalami penurunan dibanding semester sebelumnya. Hal ini terlihat dari besaran angka laju pertumbuhan semester II yang hanya mencapai 1.22 persen turun dari 1.54 persen di semester I. Hal ini sejalan dengan penurunan kontribusi sektor ini di semester II tahun 2009, kontribusi pada semester II turun menjadi 1.60 persen dari 1.62 persen di semester I PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

62 Tabel. 5.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Tahun 2009 Kabupaten Bandung (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun Semester Semester 2007)* 2008)** 2009)*** I II [1] [2] [3] [4] [5] [6] 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Gas Kota c. Air Bersih (2.01) Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Tabel. 5.8 Kontribusi Sektor, Gas dan Air Bersih Tahun 2009 Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Gas Kota c. Air Bersih Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Sub Sektor Listrik Tingkat pertumbuhan sub sektor listrik cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2009 sub sektor listrik mengalami penurunan sebesar 0.67 poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 4.75 persen turun menjadi 4.08 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

63 persen di tahun Jika diamati secara per semester maka kinerja di semester I jauh lebih baik dibanding di semester II. Demikian pula dengan tingkat kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB yang juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari kontribusi sebesar 1.64 persen menjadi 1.61 persen pada tahun Sub Sektor Air Bersih Sejalan dengan sub sektor listrik, kinerja sub sektor air bersih juga mengalami perlambatan di tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena indeks volume produksi air bersih (PDAM) mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 5.5 Sektor Bangunan/Konstruksi Laju pertumbuhan sektor bangunan mengalami peningkatan di tahun 2009 dibanding dengan tahun LPE sektor bangunan mencapai 4.73 persen atau meningkat sebesar 1.05 poin dari pencapaian tahun Sejalan dengan peningkatan pada laju pertumbuhan, tingkat kontribusi sektor bangunan juga meningkat dari 1.69 persen di tahun 2008 menjadi 1.70 persen di tahun 2009 Adanya krisis global yang terjadi di semester I berdampak pada kinerja sektor bangunan. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan sektor bangunan di semester I yang jauh lebih rendah dari semester II. Seiring dengan pemulihan perekonomian nasional, LPE sektor bangunan di semester II meningkat tajam dari 1.52 persen pada semester I menjadi persen, begitu pula untuk tingkat kontribusinya yang meningkat 0.03 poin dari semester I ke semester II PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

64 Tabel. 5.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan Tahun 2009 Kabupaten Bandung (Persen) Sektor Bangunan Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] Laju Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara 5.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pada tahun 2009 kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukan pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan baik pada laju pertumbuhan maupun tingkat kontribusi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2009 Kabupaten Bandung (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

65 Laju pertumbuhan tercatat sebesar 7.23 persen atau naik sebesar 1.02 poin dari tahun 2008, demikian pula untuk tingkat kontribusi yang naik dari persen di tahun 2008 menjadi persen di tahun Tabel Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2009 Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Peningkatan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran didukung oleh peningkatan kinerja sub sektor perdagangan yang naik 1.77 poin dari tahun sebelumnya, namun hal sebaliknya terjadi pada subsektor hotel dan restoran yang justru mengalami perlambatan pertumbuhan di tahun 2009 Pengamatan secara semesteran, kinerja dan tingkat kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukan peningkatan pada semester II seiring dengan pemulihan dari krisis global. Peningkatan ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan dan restoran Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Sub sektor perdagangan besar dan eceran tahun 2009 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 7.84 persen. Sejalan dengan hal tersebut tingkat kontribusi sub sektor perdagangan besar juga mengalami PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

66 peningkatan dari persen di tahun 2008 menjadi persen di tahun ini. Seperti yang telah diuraikan di atas, peningkatan pada sektor ini terjadi sebagai pengaruh dari peningkatan volume permintaan terhadap barang dan jasa disamping pengaruh dari meningkatnya indeks produksi dari sektor-sektor primer. Pengamatan secara semesteran memberi gambaran bahwa pada semester II kinerja dari sub sektor perdagangan besar dan eceran jauh lebih tinggi dibandingkan dengan semester sebelumnya. Kondisi ini sebagai pengaruh dari peningkatan volume permintaan dimana pada semester II ini terdapat tiga kegiatan besar keagamaan seperti Puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri serta Natal dan Tahun Baru Sub Sektor Hotel Setelah mengalami peningkatan kinerja pada tahun 2008, pada tahun 2009 sub sektor hotel kembali mengalami perlambatan kinerja seiring dengan penurunan pada sektor hiburan dan rekreasi. LPE sub sektor hotel pada tahun 2009 mencapai 5.26 persen atau turun 0.66 poin dari tahun 2008 yang mencapai 5.92 persen. Namun untuk tingkat kontribusi tidak mengalami perubahan tetap sebesar 0.01 persen. Untuk laju pertumbuhan per semester terlihat bahwa laju pertumbuhan di semester I lebih baik dibandingkan dengan semester II Sub Sektor Restoran Perlambatan pada sub sektor hotel juga terjadi pada sub sektor restoran. Pada tahun ini sub sektor restoran kembali mengalami perlambatan pertumbuhan dari 8.80 persen di tahun 2007 menjadi 6,89 persen di tahun 2008 dan turun lagi menjadi 4.28 persen di tahun Namun hal sebaliknya terjadi untuk besaran kontribusi, meskipun terjadi penurunan kinerja namun kontribusinya justru meningkat 0.04 poin dari 2,53 persen menjadi 2.65 persen di tahun PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

67 5.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Stabilnya harga BBM dan lancarnya pendistribusian berpengaruh baik terhadap terhadap kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi. Kinerja sektor ini merupakan penentu bagi kelancaran kinerja sektor-sektor lainnya mengingat fungsinya sebagai sarana pendistribusian barang dan mobilitas penduduk. Pada tahun 2009 sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukan kinerja yang baik, terjadi peningkatan pertumbuhan yang signifikan, dari 3.89 persen di tahun 2008 meningkat menjadi 6.16 persen di tahun Peningkatan ini terjadi baik di sub sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi. Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2009 Kabupaten Bandung (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan laut Ang Sungai & Penyebrangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan (0.02) b. Komunikasi Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Pengamatan secara semesteran terlihat bahwa pertumbuhan di semester II lebih baik dibandingkan semester sebelumnya. Seperti tahun sebelumnya, kondisi PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

68 ini diduga terjadi akibat adanya beberapa peristiwa besar keagamaan yang berlangsung pada semester II. Walaupun terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan namun hal ini berbanding terbalik dengan kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap perekonomian Kabupaten Bandung. Tingkat kontribusi sektor pengangkutan menurun dari 4.66 persen menjadi 4.38 persen dari tahun sebelumnya. Tabel Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2009 Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan laut Angkutan Sungai & Penyebrangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Sub Sektor Pengangkutan Kinerja sub sektor pengangkutan di tahun 2009 mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, LPE mencapai 5.87 persen dari sebelumnya sebesar 3.25 persen. Peningkatan ini ditunjang oleh peningkatan kinerja di angkutan rel, angkutan jalan raya dan jasa penunjang angkutan yang PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

69 tumbuh masing masing sebesar 3.04 poin, 2.47 poin dan 3.69 poin dari pencapaian tahun sebelumnya. Untuk kinerja per semester, terlihat bahwa kinerja sektor pengangkutan pada semester II menunjukan peningkatan dibandingkan semester I. Hal ini diperkirakan sebagai pengaruh positif dari adanya hari-hari besar keagamaan yang terjadi di semester II. Hasil pengamatan per semester, peningkatan tertinggi terjadi pada angkutan rel yang tumbuh sebesar 3.44 poin, diikuti dengan peningkatan pada angkutan jalan raya yang naik dari 0.92 persen menjadi 2.74 persen, sedangkan untuk jasa penunjang angkutan walaupun sempat terdepresiasi negatif 0.02 persen pada semester I namun kembali positif 0.14 persen pada semester II. Hal sebaliknya terjadi untuk tingkat kontribusi sub sektor pengangkutan dimana pada tahun ini terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tingkat kontribusi menurun dari 4.01 persen pada tahun 2008 menjadi 3.79 persen di tahun Sub Sektor Komunikasi Tingkat pertumbuhan sub sektor komunikasi mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun ini sub sektor komunikasi kembali mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat laju pertumbuhan komunikasi meningkat dari 7.12 persen di tahun 2008 menjadi 7.62 persen pada tahun 2009 dengan pertumbuhan terbesar terjadi pada semester II. Hal ini berbanding terbalik dengan tingkat kontribusi sub sektor komunikasi yang mempunyai kecenderungan menurun, seperti yang telah diulas diatas hal ini merupakan perngaruh dari fenomena perang harga antar operator, sehingga walaupun jumlah pelanggan meningkat namun berbanding terbalik dengan revenue yang dihasilkan. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

70 5.8. Sektor Keuangan, Pariwisata dan Jasa Perusahaan Kinerja sektor keuangan, pariwisata dan jasa perusahaan di tahun 2009 kembali mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan pada tahun 2009 menurun dari 4 persen menjadi 3.41 persen. Begitu pula dengan tingkat kontribusinya yang menurun dari 2.07 persen menjadi 2 persen di tahun Penurunan ini terjadi di seluruh sub sektor kecuali sub sektor lembaga keuangan lainnya dimana pada sub sektor ini terjadi peningkatan pertumbuhan positif sebesar 1.38 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi ini kemungkinan besar sebagai akibat dari dampak ekonomi global yang mencapai puncaknya pada awal semester I Hal ini terlihat dari terdepresiasinya semua sub sektor kecuali sub sektor lembaga keunagan lainnya pada semester I, namun seiring dengan pemulihan yang terjadi, kinerja sub sektor ini kembali meningkat pada semester II. Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Tahun 2009 Kabupaten Bandung (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun Semester Semester 2007)* 2008)** 2009)*** I II [1] [2] [3] [4] [5] [6] 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JS PRSHN (0.53) a. Bank (0.76) b. Lembaga Keuangan lainnya c. Sewa Bangunan (0.40) d. Jasa perusahaan (1.85) Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

71 Tabel Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Tahun 2009 Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun 2007)* 2008)** Semester I Semester II 2009)*** [1] [2] [3] [4] [5] [6] 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JS PRSHN a. Bank b. Lembaga Keuangan lainnya c. Sewa Bangunan d. Jasa perusahaan Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Sub Sektor Bank Pada tahun 2009, sektor perbankan mengalami dampak dari krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Meski begitu sektoe ini masih tetap memiliki daya tahan yang cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari melemahnya laju pertumbuhan perbankan tahun 2009 dibanding tahun LPE tahun 2009 turun sebesar 1.96 poin yaitu dari 5.04 persen pada tahun 2008 menjadi 3.08 persen di tahun Penurunan ini terjadi pada semester I dimana laju sub sektor ini sempat mengalami pertumbuhan negatif 0.76 persen, namun kembali meningkat menjadi persen pada semester II seiring dengan pemulihan krisis global Sub Sektor Lembaga Keuangan Lainnya Kondisi yang berbeda terjadi pada sub sektor lembaga keuangan lainnya, dimana pada sektor ini laju pertumbuhan cenderung meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 sektor ini mengalami peningkatan dari 4.18 persen PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

72 pada tahun 2008 menjadi 5.56 persen di tahun 2009 dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada semester I Sub Sektor Sewa Bangunan Kinerja sub sektor sewa bangunan di tahun 2009 kembali mengalami penurunan walaupun tidak terlalu besar. Pertumbuhan pada tahun 2009 mencapai 3.14 persen atau lebih rendah 0.33 poin dari pencapaian tahun Laju pertumbuhan di tahun 2009 sempat terdepresasi di semester I namun kembali meningkat di semester II. Sejalan dengan melemahnya laju pertumbuhan yang berakibat pada menurunnya besaran kontribusi dimana pada tahun 2009 besaran kontribusi menurun 0.05 poin dibanding tahun sebelumnya Sub Sektor Jasa Perusahaan Seperti halnya pada sub sektor lain, kinerja sektor jasa perusahaan juga mengalami perlambatan pertumbuhan, dimana laju pertumbuhan tahun 2009 turun menjadi 4.20 persen dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 4.93 persen. Laju pertumbuhan juga sempat mengalami depresiasi negatif pada semester I namun kembali membaik pada semester II. 5.9 Sektor Jasa-jasa Tingkat pertumbuhan sektor jasa-jasa di tahun 2009 mengalami perlambatan. Hal ini terlihat dari penurunan laju pertumbuhan yang sejalan dengan penurunan kinerja sub sektor swasta. LPE tahun 2009 mencapai 4.77 persen lebih rendah 0.02 poin dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 4.80 persen. Sektor ini sempat terdepresiasi pada semester I seiring dengan terdepresiasinya sub sektor pemerintahan umum sebesar negatif persen. Sama seperti tahun PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

73 sebelumnya, depresiasi ini disebabkan masih belum efektifnya realiasasi proyek pembangunan oleh pemerintah pada semester I. Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-Jasa Tahun 2009 Kabupaten Bandung (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun Semester Semester 2007)* 2008)** 2009)*** I II [1] [2] [3] [4] [5] [6] 9. JASA JASA (5.36) a. Pemerintahan Umum (14.81) b. Swasta (5.98) Sosial Kemasyarakatan Hiburan dan Rekreasi (3.59) Perorangan dan Rumahtangga (9.92) 2.76 Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara SEKTOR/SUB SEKTOR Tabel Kontribusi Sektor Jasa-jasa Tahun 2009 Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) Tahun Tahun Tahun 2009 Tahun Semester Semester 2007)* 2008)** 2007)* I II [1] [2] [3] [4] [5] [6] 9. JASA JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Sosial Kemasyarakatan Hiburan dan Rekreasi Perorangan dan Rumahtangga Catatan : *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

74 Kontribusi sektor jasa-jasa terhadap PDRB Kabupaten Bandung di tahun 2009 turun menjadi 5.05 persen dengan kontribusi di semester II lebih tinggi dibandingkan dengan semester I Sub Sektor Jasa Pemerintahan Umum Terdapat peningkatan kinerja sub sektor pemerintahan pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari LPE sebesar 5.82 persen menjadi 5.88 persen di tahun Peningkatan ini terjadi pada semester II dimana laju pertumbuhan pada semester I terdepresiasi negative persen. Menurut berbagai sumber kondisi ini terjadi akibat banyaknya realisasi pembangunan yang jatuh pada semester II. Namun demikian dari sisi kontribusinya sub sektor ini selama tahun 2009 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya Sub Sektor Swasta Kinerja dan tingkat kontribusi sub sektor swasta pada tahun 2009 mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini seiring dengan menurunnya tingkat pertumbuhan sub sektor hiburan dan rekreasi yang turun signifikan dari 4.66 persen menjadi hanya 1.36 persen ditahun Ketakutan akan terjadinya gempa dan infrastruktur yang kurang memadai diduga menjadi masalah utama berkurangnya minat masyarakat untuk berekreasi Sub Sektor Sosial Kemasyarakatan Laju pertumbuhan sub sektor sosial kemasyarakatan tahun 2009 menunjukan peningkatan, dari 5.61 persen menjadi 6.22 persen. Hal ini sejalan dengan peningkatan pada tingkat kontribusinya yang meningkat menjadi 0.62 persen dari 0.61 persen di tahun sebelumnya. PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

75 Kinerja sub sektor sosial kemasyarakatan tahun ini sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu meraih angka 5,61 persen dimana tahun sebelumnya mampu tumbuh sebesar 5,65 persen. Adapun kontribusi pembentukan PDRB sub sektor ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu hanya turun persen yaitu dari 0,62 persen menjadi 0,61 persen Sub Sektor Jasa Hiburan dan Rekreasi Kinerja sub sektor jasa hiburan dan rekreasi tahun ini kembali mengalami penurunan setelah pada tahun sebelumnya juga mengalami hal yang sama. Laju pertumbuhan pada tahun 2009 hanya mampu tumbuh sebesar 1.36 persen, jauh lebih rendah dari LPE Tahun 2007 yang mencapai 8.98 persen dan turun menjadi 4.66 persen di tahun Penurunan ini merupakan salah satu tanda kurangnya pengembangan daerah tujuan wisata di Kabupaten Bandung Sub Sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Hal yang sama terjadi pada sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga, dimana pada tahun 2009 juga terjadi perlambatan pertumbuhan dari 3.11 persen menjadi 2.76 persen. Adapun tingkat kontribusi terhadap pembentukan PDRB justru meningkat dari 1.93 persen menjadi 1.95 persen di tahun PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

76 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

77 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

78 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

79 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

80 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

81 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

82 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

83 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

84 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

85 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

86 PDRB SEMESTERAN KABUPATEN BANDUNG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari 38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung 2008

Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung 2008 Katalog BPS : 9205.3204 Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung 2008 Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BAB. III. URAIAN SEKTORAL BAB. III. URAIAN SEKTORAL Salah satu cara untuk memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah mengetahui masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2013

Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2013 Katalog BPS : 9205.3204 Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2013 Kerjasama BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG dengan BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG 2014

ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG 2014 ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG 2014 Kerjasama: BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG KABUPATEN BANDUNG Analisis Pembangunan Ekonomi KABUPATEN BANDUNG 2014 No.

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2012

Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2012 Katalog BPS : 9205.3204 Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2012 Kerjasama BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG dengan BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH 5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi Daerah Aceh terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera dengan luas areal 58.357.63 km 2. Letak geografis

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

II.1. SEKTOR PERTANIAN

II.1. SEKTOR PERTANIAN PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency Katalog BPS : 9302008.3208 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency 2010-2013 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kuningan 2010-2013

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1. SEKTOR PERTANIAN BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1.1 Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sub Sektor tanaman bahan makanan meliputi kegiatan bercocok tanam untuk menghasilkan segala jenis tanaman yang digunakan

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang Tahun 2013. Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006-2010 KATA PENGANTAR Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi naik dari 5,21 persen pada tahun 2006 setelah sempat turun pada tahun 2007 sebesar

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA PDRB KOTA TASIKMALAYA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA Pengantar PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. Analisis regresi memberikan keleluasaan untuk menyusun model hubungan atau pengaruh

Lebih terperinci

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada ulasan mengenai : Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha tahun 2010 2011 dan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,73 PERSEN Pada bulan November Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : 9302008.3524 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB. III URAIAN SEKTORAL Uraian Sektoral yang disajikan dalam Bab III ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara perhitungan nilai tambah baik atas dasar harga

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012

INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012 INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012 (PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO) Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KAB. SUBANG Dan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUBANG KATA PENGANTAR Dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha Katalog BPS : 9302013.3574 Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Katalog BPS : 9302013.3574 TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PROBOLINGGO 2008-2012

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

No Katalog :

No Katalog : No Katalog : 9302008.1110 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BIREUEN MENURUT LAPANGAN USAHA 2010-2013 Katalog BPS : 9302008.1110 No. Publikasi : 11100.14.03 Ukuran Buku : 21 x 28,5 Cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG) Daftar Isi Kompilasi dan Analisis PDRB Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha 2012-2013 ISSN : - Ukuran Buku / Book Size : A5 (14,8 x 21 cm) Jumlah Halaman / Total Pages : iv + 51 halaman Naskah / Manuscript

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus Katalog BPS : 9205.3319 Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2011 GDRP of Kudus 2011 No. Publikasi : 33195.0901

Lebih terperinci