TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR"

Transkripsi

1 TESIS TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR NI LUH GEDE AMBARAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 15 i

2 TESIS TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR NI LUH GEDE AMBARAWATI NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 15 i

3 TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Udayana NI LUH GEDE AMBARAWATI NIM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 15 ii

4 LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 5 AGUSTUS 15 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS, Ph.D NIP Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS NIP Mengetahui Ketua Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS. NIP Prof. Dr. dr.a.a. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP iii

5 PENETAPAN PANITIA PENGUJI Tesis initelah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana pada Tanggal Juli 15 Berdasarkan SK Rektor UniversitasUdayana No : 2234/UN.144/HK/15 Tanggal : 27 Juli 15 Panitia Penguji Tesis adalah: Ketua :Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS, PhD Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS 2. Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS 3. Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D iv

6 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ni Luh Gede Ambarawati NIM : Program Studi : Magister Ilmu Lingkungan Judul Tesis : Tingkat Kenyamanan Lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar. Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 12 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 1 Juli 15 Hormat saya, Ni Luh Gede Ambarawati NIM v

7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji Syukur Penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Waca / Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugrah-nya Tesis yang berjudul Tingkat Kenyamanan Lingkungan Belajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar dapat diselesaikan. Dalam penyususnan Tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS, PhD selaku Pembimbing Iyang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS selaku Pembimbing II yang juga dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS selaku pembahas yang telah memberikan masukan-masukan juga saran untuk menyempurnakan tesis ini. 4. Bapak Prof. Made Sudiana Mahendra, PhD selaku Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan guna perbaikan penyelesaian tesis ini. 5. Bapak Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, M.S, selaku Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program magister serta dorongan agar segera dapat menyelesaikan tesis. 6. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar yang telah memperluas wawasan dalam bidang Ilmu Lingkungan. 7. Staf sekretariat PSMIL (Mbok Putu, Bli Made Karsika dan Bli Ardi) yang telah banyak membantu demi kelancaran administrasi dalam pembuatan tesis ini. 8. Teman-teman S-2 lingkungan atas kebersamaan, dorongan dan semangatnya untuk menyelesaikan penelitian tesis ini. 9. Keluarga tercinta, suami dan anak-anak tersayang Wika dan Tara, terima kasih atas motivasi dan kasih sayang yang tak terhingga. vi

8 Penulis menyadari sepenuhnya atas ketidaksempurnaan dalam penulisan penelitian tesis ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penelitian tesis ini. Denpasar, 1 Juli 15. Penulis. vii

9 ABSTRACT THE COMFORT LEVEL OF STATE SENIOR HIGH SCHOOLLEARNING ENVIRONMENT IN DENPASAR CITY A healthy andcomfortable school environmentis necessary,besidessupporting the learning process, it can also improve student achievement. Noiseisdisturbingin the learning process, as well as theavailability offacilities and infrastructure will greatly affectthe comfort ofthe studentsinthe school. The purpose ofthis research is to determinethe comfort level ofstate senior highschoolstudyinthe city of Denpasarin termsofnoise levels, the availability andmanagement ofschool facilities and infrastructure and student perception against school envirumental level. The research methodused isdescriptivequantitativemethod. The locationof the research wasconductedin 8 State Senior High Schoolinthe city of Denpasar. Measurements ofnoise levelsateach schoolis capturedfromninesample pointsbyusing asound level meterand surveyof schoolfacilities and infrastructurethat are environmentally friendly. The comfort level of public high school learning environment in the city of Denpasar based on the level of noise has exceeded the qualty standard 55 db, with the highest noise in the school yard of 73,0 db, which motor vechicles as the main caused. Temperature and humidity do not affect the level of comfort, because they already meet the standards. Lighting of class room in eight public high school in the city of Denpasar very well. Because it meets the quality standard. Availability and management infrastructure is optimal and adequate to support mostly high school in the city of Denpasar. Support in the facilities and infrastructure have been seen in SMAN 3 Denpasar. Almost all students in eight high school in the city of Denpasar stated that the school environment is comfortable, even SMAN 3 Denpasar stated very comfotable at around 62,85 per cent. Keywords :Noise, Infrastructure, SchoolLearning Environment. viii

10 ABSTRAK TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR Lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman sangat diperlukan, selain dapat mendukung proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.kebisingan merupakan hal yang mengganggu dalam proses belajar mengajar demikian pula dengan sarana dan prasarana yang tersedia sangat mempengaruhi kenyamanan siswa di sekolah.tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kenyamanan lingkungan belajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar ditinjau dari tingkat Kebisingan, ketersediaan pengelolaan sarana prasaranaserta persepsi siswa terhadap tingkat kenyamanan lingkungan sekolah. Metode Penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif deskriptif. Lokasi Penelitian di delapan SMAN di Kota Denpasar. Pengukuran tingkat kebisingan di masing-masingsekolah dengan mengambil sembilan titik sampel dengan menggunakan alat Sound Level Meter serta survei sarana dan prasarana sekolah yang ramah lingkungan.tingkat kenyamanan lingkungan belajar SMA Negeri di Kota Denpasar berdasarkan tingkat kebisingan telah melebihi baku mutu 55 db, dengan kebisingan tertinggi di halaman sekolah sebesar 73,0 db dengan penyebab utamanya adalah kendaraan bermotor. Suhu dan kelembaban udara tidak berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan, karena masih memenuhi standar. Pencahayaan ruang kelas di delapan SMAN di Kota Denpasar sangat baik karena sudah memenuhi baku mutu.ketersediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang sudah optimal dan memadai memberikan dukungan yang sangat besar di semua SMAN di Kota Denpasar. Dukungan sarana dan prasarana terlihat nyata pada SMAN 3 Denpasar.Hampir semua siswa di delapan SMAN di Kota Denpasar menyatakan bahwa lingkungan sekolahnya adalah nyaman, bahkan SMAN 3 Denpasar menyatakan sangat nyaman sebesar 62,85 %. Kata Kunci : Kebisingan, SaranaPrasarana, Lingkungan Belajar sekolah. ix

11 RINGKASAN Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan disektor kehidupan seperti pemukiman, transportasi,industri dan berbagai sektor pendukung lainnya merupakan kegiatan yang potensial dapat mengubah kualitas lingkungan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kenyamanan lingkungan kawasan pendidikan (sekolah) yang berlokasi di kota-kota besar seperti Kota Denpasar. Pemilihan lokasi sekolah pada awalnya didasarkan atas pertimbangan strategis sehingga sekolah berada pada jalur trasportasi utama kota atau dipinggir jalan besar yang menguntungkan bagi sekolah karena lokasi sekolah mudah dicapai oleh siswa.namun seiring dengan perkembangan kota dan meningkatnya kebutuhan trasportasi, lokasi sekolah dinilai tidak strategis lagi dengan kenyamanan belajar siswa di sekolah. Lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman sangat diperlukan, selain dapat mendukung proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.kebisingan merupakan hal yang mengganggu dalam proses belajar mengajar demikian pula dengan sarana dan prasarana yang tersedia sangat mempengaruhi kenyamanan siswa di sekolah. Jenis Penelitian ini dengan menggunakan metode kuantitatif deskriptif.pengambilan sampel dilakukan di delapan SMAN di Kota Denpasar. Pengukuran tingkat kebisingan di masing-masingsekolah dengan mengambil sembilan titik sampel antara lain : tiga sampel di halaman sekolah saat siswa datang sekolah, saat siswa istirahat dan saat siswa pulang sekolah sesuai jadwal masing-masing sekolahdanenam sampel pada ruang kelasdengan menggunakan alat Sound Level Meter dan melakukan survei ketersediaan serta pengelolaan sarana dan prasarana pendukung yang ramah lingkungan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor : 01 Tahun 13 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura, Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan Di Sekolah Direktorat Jenderal, DEP.KES RI, 04 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :15/MENKES/SK/XI/02 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, Lampiran 1. Dilakukan juga pembagian kuesioner kepada para siswa dan guru di setiap sekolah sebanyak 35 kuesioner. Kebisingan SMA Negeri 4 Denpasar di ruang kelas terendah yaitu 57,7 db hal ini disebabkan ruang belajar kelas siswa tertutup dan ber AC, ada dua buah AC 1PK sehingga suara yang ada di luar kelas tidak terlalu mengganggu.kebisingan SMA Negeri 6 Denpasar di halaman sekolah terendah di antara sekolah yang lain yaitu sebesar 68 db. Hal ini karena SMA Negeri 6 Denpasar berada di kawasan yang tidak padat lalulintas, sekolah masuk ke Jl. Tukad nyali dan mempunyai pintu gerbang dua buah sehingga pada saat siswa datang ke sekolah melalui dua pintu masuk yang mengakibatkan bising terpapar menyebar di dua lokasi. Kebisingan SMA Negeri 8 Denpasar diruang kelas tertinggi diantara sekolah lain yaitu 63 db, karena di selatan/depan sekolah terdapat perumahan yang padat penduduk. Pengukuran hari sabtu tanggal januari 15 ada kelas tidak belajar sehingga mempengaruhi hasil pengukuran yang dilakukan. Sedangkan di halaman sekolah paling tinggi dari sekolah lain yaitu 73 db, karena SMA Negeri 8 Denpasar tidak x

12 xi mempunyai tempat parkir khusus sehingga siswa parkir di depan ruang kelas. Hampir semua areal sekolah ada motor yang parkir. Berdasarkan survei sarana dan prasarana yang dlakukan pada delapan SMA Negeri di Kota Denpasar di peroleh hasil SMA Negeri 3 Denpasar mendapat nilai tertinggi dengan kategori sangat nyaman karena sarana dan prasarana yang ada di sekolah rata-rata ketersediaannya sangat baik. SMA Negeri 6 Denpasar mendapat nilai terendah diantara sekolah lain tetapi masih kategori nyaman, dari delapan sekolah hanya SMA Negeri 6 Denpasar yang belum menggunakan kipas angin ataupun AC.Hasil pengukuran di SMA Negeri 2 Denpasar suhunya tertinggi dari sekolah lain karena saat melakukan pengukuran pada tanggal 6 Maret 15 pukul wita cuaca cerah dan sinar matahari terang sehingga suhu rata-rata 28,60 0 C, sedangkan suhu terendah di SMA Negeri 4 Denpasar yaitu 23,50 0 C karena ruang kelas menggunakan AC sebanyak dua buah dengan kekuatan 1 PK. Kelembaban tertinggi pada SMA Negeri 5 Denpasar 84,48 %. Kerapatan vegetasi di areal SMAN 5 Denpasar mengakibatkan banyaknya tutupan lahan sehingga sinar matahari tidak sampai pada muka tanah meskipun pengukuran dilakukan pukul wita sehingga kelembaban meningkat. Pencahayaan tertinggi di ruang kelas yaitu pada SMA Negeri 8 Denpasar dengan rata-rata 597,0 lux, karena ruang kelas rata-rata disebelah kanan dan kirinya adalah halaman sekolah. Sedangkan pencahayaan terendah pada SMA Negeri 2 Denpasar yaitu190,4 lux. Berdasarkan persepsi siswa di sekolah yang dipandang paling nyaman dari delapan SMAN di Kota Denpasar adalah SMAN 3 Denpasar sebesar 62,85% dengan pernyataan tidak nyaman 0 %, dan sekolah tidak nyaman pada SMAN 6 Denpasar sebesar 11,43% dengan pernyataan sangat nyaman paling rendah sebesar 25,71 % sama dengan persepsi siswa pada SMAN 2 Denpasar.Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan kepada pihak sekolah yaitu untuk mengurangi pengaruh kebisingan terhadap tingkat kenyamanan belajar siswa diperlukan penanaman pohon pada pagar sekolah upaya yang berfungsi sebagai peredam kebisingan seperti menanam pohon bambu jakarta atau bambu kuning.sarana dan prasarana sekolah perlu perawatan dan perhatian upaya keberlanjutan pengelolaan sarana dan prasarana yang memadai serta dalam melakukan pemilihan lokasi sekolah perlu memperhatikan faktor kebisingan. Tingkat kenyamanan lingkungan belajar SMA Negeri di Kota Denpasar berdasarkan tingkat kebisingan telah melebihi baku mutu 55 db, dengan kebisingan tertinggi di halaman sekolah sebesar 73,0 db dengan penyebab utamanya adalah kendaraan bermotor. Suhu dan kelembaban udara tidak berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan, karena masih memenuhi standar. Pencahayaan ruang kelas di delapan SMAN di Kota Denpasar sangat baik karena sudah memenuhi baku mutu.ketersediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang sudah optimal dan memadai memberikan dukungan yang sangat besar di semua SMAN di Kota Denpasar. Dukungan sarana dan prasarana terlihat nyata pada SMAN 3 Denpasar.Hampir semua siswa di delapan SMAN di Kota Denpasar menyatakan bahwa lingkungan sekolahnya adalah nyaman, bahkan SMAN 3 Denpasar menyatakan sangat nyaman sebesar 62,85 %.

13 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... vi SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH...vi ABSTRACT... viii ABSTRAK... ix RINGKASAN... x DAFTAR ISI.. xii DAFTAR TABEL..... xvii DAFTAR GAMBAR......xix DAFTAR LAMPIRAN... xx BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lingkungan Sekolah Pengertian Lingkungan Sekolah... 5 xii

14 Ruang Lingkup Lingkungan Sekolah Lingkungan PekaranganSekolah yang Nyaman Syarat-Syarat Lingkungan Sekolah yang Sehat Lapangan Bermain Pepohonan Rindang Sistem Sanitasi dan Sumur Resapan Air Tempat Pembuangan Sampah Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tingkat Kenyamanan Belajar Pengertian Belajar Definisi Kenyamanan Kenyamanan Termal Suhu Kecepatan Angin (Pergerakan Udara Kelembaban Udara Aktivitas Manusia Pakaian Pencahayaan Pengertian Kebisingan Jenis-jenis Kebisingan Baku Mutu Tingkat Kebisingan Provinsi Bali xiii

15 BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS Kerangka Berfikir Kerangka Konsep Penelitian. 3.3.Hipotesis BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan Sumber Data Populasi dan Sampel Penelitian Sumber Data Data Primer Data Sekunder Variabel Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Observasi Kawasan Lingkungan Belajar Pengukuran Tingkat Kenyamanan Lingkungan Belajar Tingkat Kebisingan Survei Pengelolaan Saranadan Prasarana Analisis Data BAB V HASIL PENELITIAN Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei SMAN 1 Denpasar xiv

16 Di halaman SMAN 1 Denpasar Di ruang kelas SMAN 1 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 1 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei SMAN 2 Denpasar Di halaman SMAN 2 Denpasar Di ruang kelas SMAN 2 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 2 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei SMAN 3 Denpasar Di halaman sekolah SMAN 3 Denpasar Di ruang kelas SMAN 3 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 3 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei SMAN 4 Denpasar Di halaman SMAN 4 Denpasar Di ruang kelas SMAN 4 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 4 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei SMAN 5 Denpasar Di halaman sekolah SMAN 5 Denpasar Di ruang kelas SMAN 5 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 5 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei SMAN 6 Denpasar Di halaman sekolah SMAN 6 Denpasar Di ruang kelas SMAN 6 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 6 Denpasar xv

17 5.7. Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei SMAN 7 Denpasar Di halaman sekolah SMAN 7 Denpasar Di ruang kelas SMAN 7 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 7 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei SMAN 8 Denpasar Di halaman sekolah SMAN 8 Denpasar Di ruang kelas SMAN 8 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 8 Denpasar Rangkuman Hasil Pengukuran Kebisingan Rekapitulasi Hasil Survei Sarana dan Prasarana Rekapitulasi Hasil Kuesioner siswa SMAN di Kota Denpasar BAB VI PEMBAHASAN Tingkat Kebisingan pada SMA Negeri di Kota Denpasar Ketersediaan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan Persepsi Siswa BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA...73 LAMPIRAN LAMPIRAN xvi

18 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1. Baku Mutu Kebisingan TingkatKebisingan di Halaman SMAN 1 Denpasar Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 1 Denpasar Jenis-jenis Tanaman Peneduh di SMAN 1 Denpasar Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 1 Dps Tingkat Kebisingan di Halaman SMAN 2 Denpasar Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 2 Denpasar Jenis-jenis Tanaman Peneduh di SMAN 2 Denpasar Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 2 Dps Tingkat Kebisingan di Halaman SMAN 3 Denpasar TingkatKebisingan di ruang kelas SMAN 3 Denpasar Jenis-jenis Tanaman Peneduh di SMAN 3 Denpasar Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 3 Dps TingkatKebisingan di Halaman SMAN 4 Denpasar TingkatKebisingan di ruang kelas SMAN 4 Denpasar Jenis-jenis Tanaman Peneduh di SMAN 4 Denpasar Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 4 Dps TingkatKebisingan di Halaman SMAN 5 Denpasar TingkatKebisingan di ruang kelas SMAN 5 Denpasar Jenis-jenis Tanaman Peneduh di SMAN 5 Denpasar Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 5 Dps xvii

19 5.21. TingkatKebisingan di Halaman SMAN 6 Denpasar Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 6 Denpasar Jenis-jenis Tanaman Peneduh di SMAN 6 Denpasar Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan PencahayaanSMAN 6 Dps TingkatKebisingan di Halaman SMAN 7 Denpasar Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 7 Denpasar Jenis-jenis Tanaman Peneduh di SMAN 7 Denpasar Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 7 Dps TingkatKebisingan di Halaman SMAN 8 Denpasar Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 8 Denpasar Jenis-jenis Tanaman Peneduh di SMAN 8 Denpasar Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 8 Dps Rangkuman Tingkat kebisingan SMAN di Kota Denpasar Rekapitulasi Hasil Survei Sarana dan Prasarana Hasil Jumlah Skor Survei Sarana dan Prasarana Kategori Tingkat Kenyamanan Lingkungan Belajar xviii

20 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 3.2. Diagram Alir Konsep Penelitian Bagan Alir Tahapan Penelitian Peta Lokasi Penelitian Skema Titik Sampel Pengukuran pada ruang kelas Grafik Hasil Pengukuran Kebisingan di semua sekolah Grafik Hasil Survei Sarana dan Prasarana di semua sekolah xix

21 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN I Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 2 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 3 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 4 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 5 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 6 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 7 Denpasar Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 8 Denpasar Peta Lokasi Penelitian Alat-alat Penelitian Foto kondisi kelas SMAN 4 Denpasar Foto pintu gerbang SMAN 6 Denpasar Foto areal parkir sepeda motor SMAN 8 Denpasar Foto halaman dan kebun SMAN 3 Denpasar Fotorenovasi pager SMAN 6 Denpasar Fotokaca jendela yang pecah SMAN 6 Denpasar Foto Suasana cerah pada SMAN 2 Denpasar Fotovegetasi di SMAN 5 Denpasar Foto halaman SMAN 2 denpasar yang kurang vegetasi Fotosuasana di ruang kelas dan di luar kelas SMAN 8 Denpasar Foto ruang kelas SMAN 2 denpasar yang kurang pencahayaan xx

22 22. Fotokolam ikan dan tong sampah yang tidak terawat Hasil Rekapitulasi Kuesioner SMAN di Kota Denpasar Hasil Pengukuran iklim kerja ruangan kelas xxi

23 xxii

24 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan disektor kehidupan seperti pemukiman, transportasi, industri dan berbagai sektor pendukung lainnya merupakan kegiatan yang potensial dapat mengubah kualitas lingkungan. Semakin besar aktivitas perkotaan maka makin besar beban pencemaran udara yang dilepaskan ke atmosfer perkotaan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kenyamanan lingkungan kawasan pendidikan (sekolah) yang berlokasi di kota-kota besar seperti Kota Denpasar. Pemilihan lokasi sekolah pada awalnya didasarkan atas pertimbangan strategis sehingga sekolah berada pada jalur trasportasi utama kota atau dipinggir jalan besar yang menguntungkan bagi sekolah karena lokasi sekolah mudah dicapai oleh siswa. Namun seiring dengan perkembangan kota dan meningkatnya kebutuhan trasportasi, lokasi sekolah dinilai tidak strategis lagi dengan kenyamanan belajar siswa di sekolah (Prawira, 11). Lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman sangat diperlukan, selain dapat mendukung proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan diharapkan juga dapat membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat, tidak hanya pada peserta didik, tetapi diharapkan juga dapat meluas pada keluarga dan masyarakat sekitar. Djunaedi (03) dalam Maknun J, dkk () mengungkapkan ada dua syarat agar murid dapat mendengarkan pelajaran dengan baik. Pertama, lingkungan yang tidak bising. Bising bisa datang dari lalu 1

25 2 lintas di jalan, aktivitas di sekitar sekolah, suara dari kelas sebelah, dan bising dari mesin penyejuk udara. Kedua adalah waktu dengung yang rendah. Waktu dengung adalah ukuran yang menunjukkan seberapa cepat suara akan menghilang. Semakin tinggi waktu dengung akan semakin lama suara itu bertahan di dalam ruangan. Belajar tidak dipengaruhi oleh faktor internal saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan sekitarnya. Kebisingan merupakan hal yang mengganggu dalam proses belajar mengajar, pada intensitas yang lama dan tingkat tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan. Sumber kebisingan di dalam kelas terjadi karena aktivitas kelas dan pengaruh kebisingan yang terjadi di luar kelas misalnya dari trasportasi, industri, pepohonan dan manusia, sebagai tambahan tetesan hujan di atas atap juga menimbulkan kebisingan menurut Shield and Dockrell (03). Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Bhinnety, et al. (1994), dalam Suarna, et al. (12) menyatakan bahwa intensitas bising (bunyi) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap memori jangka pendek; semakin tinggi intensitas kebisingan akan menurun memori jangka pendek seseorang, variasi intensitasnya antara db sampai dengan 95 db. Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan sistem jantung (Sasongko, et al. 00). Berdasarkan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Denpasar 08 menunjukkan bahwa Kota Denpasar telah mengalami penurunan kualitas udara. Dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan terus bertambahnya

26 3 jumlah penduduk membuat kebutuhan akan pembangunan perumahan, gedunggedung perkantoran dan gedung-gedung sekolah semakin meningkat. Secara fisik, kantor ataupun sekolah adalah suatu ruangan atau bagian dari suatu bangunan tempat melaksanakan aktivitas pekerjaan baik itu bekerja ataupun belajar. Tata ruang kantor dan ruang sekolah merupakan salah satu hal penting karena terdapat suatu sistem yang membutuhkan keseimbangan dari tiga aspek yaitu manusia, alat dan lingkungan ruangan. Salah satu faktor kenyamanan proses belajar mengajar ditentukan oleh keadaan lingkungan tempat dimana proses tersebut dilakukan. Temperatur dan kelembaban ruangan belajar dinilai sangat mempengaruhi kelancaran proses tersebut. Temperatur yang terlalu panas atau dingin dan tingkat kelembaban yang tinggi atau rendah dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna ruangan. Hasil yang didapatkan bahwa pada temperatur udara 23 o C, pelajar tetap dapat melakukan aktivitas secara optimal berapapun tingkatan kelembaban relatif udaranya, sedangkan untuk temperatur udara 27 o C, kelembaban relatif udara yang optimal adalah di bawah % (Marsidi dan Kusmindari, 09) dalam Nainggolan (13). Tingkat kenyamanan lingkungan belajar di sekolah juga mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia. Adanya pengelolaan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang memadai di lingkungan belajar sekolah, akan mempengaruhi tingkat kenyamanan belajar siswa, baik kwalitas maupun kwantitas yang diupayakan secara terus menerus termasuk perawatan dan pemeliharaannya dengan melibatkan semua potensi yang ada di lingkungan

27 4 belajar sekolah. Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui tingkat kenyamanan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah yaitu : Bagaimana tingkat kenyamanan lingkungan belajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar ditinjau dari tingkat kebisingan, ketersediaan dan pengelolaan sarana prasarana serta persepsi siswa terhadap tingkat kenyamanan lingkungan sekolah? 1.3. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui tingkat kenyamanan lingkungan belajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar ditinjau dari tingkat kebisingan, ketersediaan dan pengelolaan sarana prasarana serta persepsi siswa terhadap tingkat kenyamanan lingkungan sekolah? 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai pihak, antara lain : a. Dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengkajian lebih lanjut mengenai tingkat kenyamanan lingkungan belajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar. b. Memberikan saran juga sebagai rekomendasi kepada pihak terkait dalam upaya peningkatan lingkungan belajar sekolah yang nyaman.

28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Sekolah Pengertian Lingkungan Sekolah Berdasarkan UU RI Nomor 32 Tahun 09 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilaku, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain. Lingkungan sekolah terdiri dari dua kata yaitu, lingkungan dan sekolah. Menurut Darajat (08) lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Lingkungan adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak. Kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. Menurut Anshari (1982), lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar anak baik berupa benda, peristiwa, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat memberi pengaruh kuat pada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan dimana anak bergaul sehari-hari. Oleh karenanya lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang berupa fisik maupun non fisik. Yang mana keduanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan pola tingkah laku dan berfikir seseorang. Sekolah adalah suatu lembaga yang didirikan untuk proses pembelajaran anak dibawah pengawasan guru dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan serta 5

29 6 pembentukan moral dan karakter anak agar menjadi individu yang lebih berkualitas. Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan, seperti yang dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk kedalam proses pembangunan masyarakat itu. Oleh karena itu sekolah sebagai pusat pendidikan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal yaitu mengembangkan kemampuan meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia (Ericson, 13) dalam (Rahmawati, 14). Lingkungan belajar sekolah adalah seluruh komponen atau bagian yang terdapat di dalam sekolah, yang mana seluruh komponen dan bagian tersebut ikut berpengaruh dan menunjang dalam proses pencapaian tujuan pendidikan yang ada di sekolah. Secara garis besar lingkungan sekolah sangatlah berpengaruh terhadap sebuah proses pembelajaran bagi anak didik, karena bagaimanapun lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan. Pada dasarnya lingkungan mencakup : a. Tempat (lingkungan fisik) ; keadaaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam. b. Kebudayaan (lingkungan budaya) ; dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) ; keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan (Rahmawati, 14).

30 Ruang Lingkup Lingkungan Sekolah (Hasbullah, 06) menjelaskan bahwa ruang lingkup sekolah adalah : a. Lingkungan fisik sekolah : bangunan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, keadaan geografis di sekitar sekolah. b. Lingkungan budaya sekolah : intrakurikuler dan ekstrakurikuler. c. Lingkungan sosial sekolah : kelompok belajar siswa, ekstrakurikuler dan intrakurikuler, proses belajar mengajar di dalam kelas Lingkungan Pekarangan Sekolah yang Nyaman Suasana yang nyaman dan menyenangkan pada umumnya dapat bersumber dari lingkungan fisik sekolah. Lingkungan fisik sekolah yang bersih, sejuk dan asri serta jauh dari kebisingan. Kondisi lingkungan sekolah yang ditata dengan rapi akan membuat suasana menyenangkan dan menggairahkan bagi semua warga sekolah. Lingkungan fisik yang bagus hendaknya di topang dengan lingkungan sosial yang harmonis, sehingga dapat terjalin hubungan komunikasi dan pergaulan yang baik terhadap seluruh siswa. Hasbullah (06) menyebutkan bahwa dengan kondisi lingkungan fisik yang sehat dan sosial yang baik, sekolah akan menjadi tempat ternyaman kedua setelah di rumah Syarat Syarat Lingkungan Sekolah yang Sehat Adapun syarat-syarat lingkungan sekolah yang sehat menurut Azizah (13) : Lapangan bermain Fasilitas lapangan bermain adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya yang berhubungan dengan

31 8 ketangkasan dan pendidikan jasmani. Selain itu lapangan bermain juga dapat digunakan untuk kegiatan bermain siswa, kegiatan upacara/apel pagi, dan kegiatan perayaan/pentas seni yang memerlukan tempat yang luas Pepohonan rindang Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak. Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah. Vegetasi atau komunitas tumbuhan yang tersedia dialam merupakan solusi yang paling menjanjikan untuk mengatasi pencemaran udara. Semua tumbuhan hijau akan mengubah gas CO2 menjadi O2 melalui proses fotosintesis, pemilihan jenis tanaman penghijauan sejogyanya juga mempertimbangkan fungsinya sebagai peneduh yang dapat memperbaiki iklim mikro dan juga dapat berfungsi sebagai barrier/penahan terhadap penyebaran polusi udara dari kendaraan. (Anatari dan Sandra, 02 dalam Martuti, 13) Sistem sanitasi dan sumur resapan air Sistem sanitasi yang bersih maka seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar mengajar. Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri air hujan agar tidak menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor lingkungan sekolah, atau bahkan membahayakan apabila didiami oleh jentik-jentik nyamuk.

32 Tempat pembuangan sampah Azizah (13) juga menyebutkan bahwa sampah adalah salah satu musuh utama yang mempengaruhi kemajuan suatu peradaban. Terbukti dari kesadaran penduduk-penduduk di negara maju yang sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Caranya adalah dengan menyediakan tempat pembuangan sampah berupa tong-tong sampah dan tempat pengumpulan sampah akhir di sekolah dan memberikan contoh kepada siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung. Sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan ketidak nyamanan akibat bau-bau tak sedap. Lingkungan sekitar sekolah yang seperti itu akan dapat menyebabkan siswa cenderung tidak nyaman belajar, atau bahkan penurunan kualitas kecerdasan akibat polusi tersebut Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat. Banyak sekali adanya kasus tentang bangunan sekolah yang roboh di Indonesia. Entah itu karena bangunannya sudah tua, atau pun bangunan baru yang dibangun dengan asal-asalan. Ini juga adalah kewajiban pemerintah untuk mengatasinya. Bangunan sekolah sudah semestinya dibangun dengan kokoh dan memiliki syarat-syarat bangunan yang sehat, seperti ventilasi yang cukup dan luas masing-masing ruang kelas yang ideal.

33 2.3. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ruang terbuka hijau sebagai peneduh yang akan menciptakan kenyamanan karena unsure vegetasi berupa pohon misalnya dapat memodifikasi iklim mikro yaitu penurunan suhu dan peningkatan kelembaban udara (Nussanti dan Elly IS, 13). Untuk upaya rehabilitasi RTH harus diperhatikan jenis dan keragaman vegetasi yang ditanam disarankan untuk memprioritaskan pohon-pohon yang memiliki daya dukung terhadap pengurangan polusi udara, terdapat lima jenis pohon yang biasa mengurangi polusi udara sekitar 47 60%. Pohon dimaksud antara lain adalah pohon felicium (Filicium decipiens) atau kerai payung, mahoni (Swientenia mahagoni), kenari (canarium commune), salam (Syzygium polyanthum), dan anting-anting (Elaeocapus grandiforus), sementara itu jenis tanaman perdu yang baik untuk mengurangi polusi udara adalah puring (Codiaeum variegiatum), werkesiana, nusa indah (mussaenda sp), soka (ixora javanica), dan kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis). Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (03) dalam Suparwoko dan Firdaus (07). Tanaman peneduh merupakan tanaman yang ditanam sebagai penghijauan. Tanaman peneduh yang ditanam dipinggir jalan raya selain berfungsi sebagai penyerap unsur kimia, juga berfungsi sebagai peredam suara baik kualitatif maupun kuantitatif (Anatari dan Sandra, 02 dalam Martuti, 13) Tingkat Kenyamanan Belajar Tingkat kenyamanan belajar merupakan perasaan nyaman yang dirasakan seseorang ketika mengalami proses perubahan tingkah laku individu yang

34 11 relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan (Slameto, 03). Tingkat kenyamanan belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah kondisi termal ruang Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap. Belajar merupakan peristiwa yang disengaja atau terjadi secara sadar. Juga disertai dengan tindakantindakan mental, seperti berfikir, berimajinasi, artinya orang yang terlihat pada peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia telah mempelajari sesuatu. Perubahan tingkah laku yang terjadi merupakan kegiatan yang diperoleh dari kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukan. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 03) Definisi Kenyamanan Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh satu angka tunggal. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk kedalam dirinya melalui keenam indera melalui syarat dan dicerna otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu, dll rangsangan ditangkap

35 12 sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak akan memberikan penilaian relative apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan disatu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 09:21-22) dalam Mavalino, (13) Kenyaman Termal Kenyamanan termal adalah suatu kondisi termal yang dirasakan oleh manusia yang dikondusikan oleh lingkungan dan benda-benda disekitar arsitekturnya. Kenyamanan termal dalam suatu ruangan tergantung dari banyak hal termasuk kebudayaan dan adat istiadat manusia masing-masing terhadap suhu, kelembaban, dan iklim. Selain itu bau dan pencemaran udara, radiasi alam dan buatan serta bahan bangunan warna dan pencahayaan ikut mempengaruhi kenyamanan secara fisik maupun fisikologis (Frick, 08:74) dalam Mavalino (13). Faktor-faktor alam yang pasti mempengaruhi kenyamanan termal bagi manusia adalah suhu udara, kelembaban udara, dan pergerakan udara. Tiga faktor alam ini biasanya telah tersedia sebagai bagian dari lingkungan hidup seseorang dan sangat mempengaruhi kenyamanan termal bagi dirinya. Tiga faktor dominan tersebut biasanya juga sudah dikondisikan oleh desain ruangan (Frick, 08: 28). Standar kenyamanan termal dapat diukur dari lima faktor yang terdiri dari tiga faktor lingkungan dan dua faktor manusia, diantaranya: Suhu udara Suhu udara terdiri dari dua macam suhu udara yaitu suhu udara biasa (air tempature) dan suhu radiasi rata-rata/rata-rata suhu permukaan ruang (Mean Radiant Temperature = MRT). Persyaratan Suhu udara mengacu pada

36 13 Kepmenkes RI Nomor : 15/MENKES/SK/X/02, Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran yaitu suhu C. Suhu udara diukur dengan thermometer bola kering yang diletakkan 1 cm di atas permukaan tanah. MRT adalah radiasi rata-rata dari permukaan-permukaan bidang yang mengelilingi seseorang hingga 66% (Frick, 08:47) dalam Mavalino (13) Kecepatan Angin (Pergerakan Udara) Angin adalah udara yang bergerak karena adanya gaya yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan dan perbedaan suhu (Satwiko, 09:5) dalam Mavalino (13). Angin pada daerah iklim tropis lembab cenderung minim; biasanya berhembus agak kuat di siang hari atau pada musim pancaroba. Kenyamanan di daerah tropis lembab hanya dapat dicapai dengan bantuan aliran angin yang cukup pada tubuh manusia. Pergerakan udara adalah aspek yang penting untuk kenyamanan termal terlebih daerah panas, seperti halnya di daerah tropis. Di daerah dingin pergerakan udara tidak terlalu terpengaruh karena biasanya jendela-jendela ditutup untuk mencegah masuknya angin yang dingin. Pergerakan udara atau angin yang menyapu permukaan kulit mempercepat pelepasan panas secara konveksi. Bila permukaan kulit basah, maka penguapan yang terjadi mengakibatkan pelepasan panas yang lebih besar (Frick, 08:48). Gerakan udara tidak dapat mencegah terjadinya radiasi dari lapisan luar kelapisan dalam tetapi dapat menyaluran panas yang terbentuk di dalam ruang kosong tersebut. Kecepatan angin dapat diukur dengan anemometer.

37 Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara. Biasanya kelembaban udara menjadi penting saat suhu udara mendekati atau melampaui ambang batas daerah kenyamanan termal dan kelembaban udara mencapai lebih dari 70% atau kurang dari % (Mangunwijaya, 1997:144). Kelembaban udara yang tinggi mengakibatkan sulit terjadinya penguapan dipermukaan kulit sehingga mekanisme pelepasan panas bisa terganggu. Dalam pergerakan seperti itu pergerakan udara akan sangat membantu penguapan. Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya ketidaknyamanan termal sehingga harus diimbangi dengan kecepatan angin yang cukup dan menerus. Persyaratan Kelembaban udara mengacu pada Kepmenkes RI Nomor : 15/MENKES/SK/X/02, Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran yaitu % -60 %. Kelembaban udara dapat diukur langsung dengan hygrometer Aktivitas Manusia Aktivitas manusia menimbulkan energi atau panas tertentu dalam tubuh yang bersangkutan. Makin tinggi aktivitas seseorang, makin besar pula kecepatan metabolisme di dalam tubuhnya sehingga makin besar energi atau panas yang dihasilkan Pakaian Faktor pilihan yang lazim dan mudah diterapkan untuk mencapai kenyamanan termal adalah cara berpakaian. Manusia bisa memilih dan menentukan jenis pakaian yang dkenakan demi mencapai kenyamanan termal bagi dirinya (Mavalino, 13).

38 Pencahayaan Pencahayaan ruang sekolah terutama kelas, laboratorium dan perpustakaan harus mempunyai intensitas yang cukup dan merata sesuai dengan fungsinya. Persyaratan Pencahayaan di ruangan mengacu pada Kepmenkes RI Nomor : 15/MENKES/SK/X/02, Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran yaitu intensitas di ruang kerja minimal 0 lux Pengertian kebisingan Kebisingan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu bunyi yang intensitasnya tidak diinginkan, termasuk bunyi yang merupakan hasil samping dari kegiatan-kegiatan lain seperti kegiatan industri dan transportasi. Bunyi yang dianggap mengganggu, termasuk kegiatan bercakap-cakap dan music yang tidak dikehendaki oleh pendengar (Wilson, 1989) dalam (Warastuthi, 03). Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam Jenis-jenis Kebisingan Bising pada umumnya merupakan bunyi yang terdiri dari sejumlah frekwensi dengan tingkat bunyi yang berbeda-beda, yang dinyatakan dalam besaran db (desibel). Jenis-jenis kebisingan menurut (Siswanto, 1991 dalam Irawan F, 12), dibedakan atas :

39 16 1. Kebisingan kontinyu (steady state noise) adalah kebisingan yang fluktuasi intensitasnya tidak lebih dari 6 db contohnya adalah suara yang ditimbulkan oleh kompresor, kipas angin, suara mesin-mesin gergaji sirkuler dan suara yang ditimbulkan oleh katup gas. 2. Impulsif Noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncaknya (peak intensity) tidak lebih dari 35 milidetik dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan intensitas sampai db dibawah puncaknya tidak lebih dari 500 milidetik. Contohnya adalah suara tembakan meriam. 3. Intermittent Noise adalah kebisingan dimana suara mengeras kemudian melemah secara perlahan-lahan, Contohnya kebisingan yang ditimbulkan oleh lalu lintas pesawat udara yang tinggal landas Baku Mutu Tingkat Kebisingan Provinsi Bali Baku mutu kebisingan yang berlaku di Provinsi Bali mengacu pada Keputusan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 07 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Baku mutu tingkat kebisingan Provinsi Bali telah ditentukan bahwa ambang batas tingkat kebisingan untuk Lingkungan kegiatan pendidikan (sekolah dan sejenisnya) adalah sebesar 55 db pada Tabel 2.1.

40 17 Tabel 2.1 Baku Mutu Tingkat Kebisingan Provinsi Bali. Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan A Peruntukan Kawasan 1 Perumahan dan Pemukiman 55 2 Perdagangan dan Jasa 70 3 Perkantoran dan Perdagangan 65 4 Ruang Terbuka Hijau 55 5 Industri 70 6 Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 7 Rekreasi 70 8 Khusus : B - Pelabuhan Laut 70 - Cagar Budaya 60 Tingkat Kebisingan (db) - Bandar Udara*) WECPNL Lingkungan Kegiatan 1 Rumah Sakit atau Sejenisnya 55 2 Sekolah atau Sejenisnya**) 55 3 Tempat Ibadah dan Sejenisnya 55 Sumber : Peraturan Gubernur Bali No : 8 Tahun 07. Keterangan : *) = disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan. db = decibel. WECPNL = Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level. **) Khusus Sekolah, Tingkat kebisingannya sebagai berikut: Sampai 55 db (tidak bising), diatas 55 db (bising).

41 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Dengan semakin berkembangnya aktivitas masyarakat perkotaan di sektor kehidupan seperti makin bertambahnya pemukiman, padatnya trasportasi, dan berbagai kegiatan industri yang sangat potensial dapat mengubah kualitas lingkungan. Kota Denpasar merupakan kota yang telah mengalami penurunan kualitas udara dimana penyebab utamanya adalah kegiatan transportasi. Hal ini juga berpengaruh terhadap kawasan sekolah yang ada di Kota Denpasar. Hasil pemantauan kebisingan oleh Suarna, et al. (12). Kawasan pendidikan sekolah yang berlokasi di tempat-tempat strategis di Kota Denpasar yaitu di SMA Negeri 1 Denpasar tingkat kebisingan sudah melebihi baku mutu lingkungan yaitu 59,69 db sedangkan baku mutu peruntukan kawasan sekolah adalah 55 db. Hal tersebut mengakibatkan kebisingan dan pencemaran udara semakin memprihatinkan. Kawasan sekolah memerlukan lingkungan yang tenang dan nyaman jauh dari kebisingan dan pencemaran udara, serta adanya pengelolaan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang ramah lingkungan, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Pada kenyataannya untuk daerah di Kota Denpasar sulit untuk mendapatkan lokasi sekolah yang tenang, karena di perkotaan yang padat lalu lintasnya kebisingan bukan merupakan masalah baru lagi. Kebisingan merupakan hal yang mengganggu dalam proses belajar mengajar, pada intensitas yang lama dan tingkat tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan. Earthman (04) dalam Metawati (13), menyatakan bahwa 18

42 19 kebisingan suatu kelas pasti mengganggu proses belajar. Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi siswa untuk mencerna informasi yang diperoleh. Selanjutnya dikatakan pula bahwa belajar dalam lingkungan bising akan lebih sulit bagi siswa untuk fokus dalam belajar. Adanya ketersediaan serta pengelolaan sarana dan prasarana pendukung yang memadai dan ramah lingkungan, dapat mendukung lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman. Selain dapat mendukung proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan diharapkan juga dapat membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat, tidak hanya pada peserta didik, tetapi diharapkan juga dapat meluas pada keluarga dan masyarakat sekitar. Dengan melakukan penelitian ini akan dapat diketahui tingkat kenyamanan lingkungan belajar siswa SMA Negeri di Kota Denpasar dengan mengukur tingkat kebisingan, dan ketersediaan serta pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan.

43 3.2. Kerangka Konsep Penelitian Tingkat Kenyamanan Lingkungan Belajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar. Kebisingan Sarana dan prasarana sekolah Transportasi Aktivitas sekolah Ketersediaan Pengelolaan - Volume kendaraan. - Kegiatan yang dilakukan di dalam sekolah. - Tempat sampah. - Keleluasaan ruang kelas. - Kebersihan toilet - Ketersediaan RTH - Temperatur dan kelembaban ruang kelas - Pencahayaan - Kantin sekolah Gambar 3.2 Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian. Gambar 3.2 dijelaskan bahwa tingkat kenyamanan lingkungan belajar SMAN di Kota Denpasar semakin tidak nyaman karena meningkatnya kebisingan dan Ketersediaan serta pengelolaan sarana dan prasarana sekolah

44 21 yang kurang optimal. Semakin dekat sekolah dengan sumber bising dan sarana prasarana yang kurang mendukung maka akan menurunkan tingkat kenyamanan lingkungan belajar. Managemen sekolah yang kurang baik seperti penataan ruang kelas, ruang terbuka hijau yang sempit, toilet yang kotor dan jumlah yang kurang mencukupi dengan jumlah siswa, pengelolaan sampah yang kurang baik, akan mengakibatkan ketidaknyamanan lingkungan belajar di sekolah Hipotesis Penelitian Tingkat kenyamanan lingkungan belajar SMA Negeri di Kota Denpasar semakin menurun dengan meningkatnya kebisingan dan belum optimalnya ketersediaan serta pengelolaan sarana dan prasarana lingkungan belajar yang ramah lingkungan.

45 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian dengan metode kuantitatif deskriptif dengan rancangan tahapan penelitian pada Gambar 4.1. Persiapan Penyediaan alat dan bahan Penelitian Lokasi Penelitian di Delapan Lingkungan Belajar SMAN di Kota Denpasar. Pengamatan Pengukuran Kebisingan Survei dan Kuisioner Baku Mutu yang berlaku Pengumpulan data, analisis dan Pembahasan Ketersediaan /Pengelolaan sarana dan prasarana pendukung yang ramah lingkungan Simpulan dan Saran Gambar 4.1 Bagan Alir Tahapan Penelitian. 22

46 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah lingkungan belajar SMA Negeri di Kota Denpasar. Waktu penelitian selama tiga bulan dimulai pada bulan Januari 15 s/d Maret 15. Adapun lokasi penelitian di delapan SMA Negeri di Kota Denpasar (Gambar 4.2). Gambar 4.2 Peta Lokasi Penelitian.

47 Penentuan Sumber Data Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah lingkungan belajar sekolah dan siswa dari delapan SMAN di Kota Denpasar yang merasakan dampak langsung dari tingkat kenyamann lingkungan belajar. Adapun alamat Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar sebagai berikut : 1. SMA Negeri 1 Denpasar dengan alamat Jl. Kamboja No.4 Denpasar. 2. SMA Negeri 2 Denpasar dengan alamat Jl. Jend. Sudirman Denpasar. 3. SMA Negeri 3 Denpsar dengan alamat Jl. Nusa Indah No. X Denpasar. 4. SMA Negeri 4 Denpasar dengan alamat Jl. Gn Rinjani Monang-Maning Denpasar. 5. SMA Negeri 5 Denpasar dengan alamat Jl. Sanitasi No.2 Sidakarya Denpasar. 6. SMA Negeri 6 Denpsar dengan alamat Jl. Tukad Nyali Sanur Denpasar. 7. SMA Negeri 7 Denpasar dengan alamat Jl. Kamboja No.9 Denpasar. 8. SMA Negeri 8 Denpasar dengan alamat Jl. DAM Peraupan Penguyangan Denpasar. Sampel penelitian untuk setiap sekolah akan diambil setiap hari jam sekolah yaitu pada hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat dan sabtu sebanyak sembilan kali sampel kebisingan dengan alat pengukur tingkat kebisingan dan survei ketersediaan serta pengelolaan sarana dan prasarana pendukung yang ramah lingkungan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor : 01 Tahun 13 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

48 25 Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura, Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan Di Sekolah Direktorat Jenderal, PPM & PL DEP.KES RI, 04 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :15/MENKES/SK/XI/02 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, Lampiran 1. Dilakukan juga pembagian kuesioner kepada para siswa dan guru di setiap sekolah sebanyak 35 kuesioner Sumber Data Data Primer Pelaksanaan pengambilan data akan dilakukan di delapan lingkungan belajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar, terhadap tingkat kebisingan, survei sarana dan prasarana serta membagikan kuisioner mengenai ketersediaan serta pengelolaan sarana dan prasarana pendukung yang ramah lingkungan Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari setiap sekolah meliputi: denah sekolah, keadaan eksisting sekolah, jumlah siswa, guru dan pegawai. Hasil-hasil penelitian terdahulu serta sumber - sumber lain yang berhubungan dengan topik penelitian baik berupa peta, buku buku, jurnal, dari internet dan lain lain.

49 Variabel Penelitian. 1. Kebisingan lingkungan belajar sekolah. 2. Ketersediaan serta pengelolaan sarana dan prasarana lingkungan belajar sekolah Alat dan Bahan Penelitian : 1. Jam dan Stop Watch, untuk mengetahui waktu 2. Sound Level Meter sebagai alat pengukur tingkat kebisingan 3. Lux meter sebagai alat pengukuran pencahayaan 4. Calor Stress Monitor sebagai alat pengukur suhu dan kelembaban 5. GPS sebagai alat untuk menentukan titik sampel penelitian 6. Meteran, sebagai alat ukur panjang dan jarak 7. Alat tulis dan papan clipboard 8. Kamera digital, untuk mendokumentasikan pelaksanaan penelitian 9. Komputer untuk kompilasi dan analisis data. Lembar Kuisioner yang berfungsi sebagai daftar pertanyaan yang harus dijawab dan diisi oleh siswa dan guru yang ada di sekolah tersebut 11. Lembar survei sarana dan prasarana SMA Negeri di Kota Denpasar sebagai alat pencatatan hasil pengukuran dan pengamatan Instrumen Penelitian Sebelum melakukan pengumpulan data primer maka terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan. Hal ini bertujuan agar dalam pengambilan data primer lebih akurat serta pengolahan dan analisis data tidak mengalami kesulitan.

50 27 Adapun pengumpulan data yang dibutuhkan pada setiap sekolah adalah melakukan pengukuran pada hari senin sampai sabtu di sembilan titik sampel tingkat kebisingan dan melakukan survei serta membagikan kuesioner kepada siswa dan guru antara lain : 1) Satu orang mengukur tingkat kebisingan dengan Sound Level Meter sebanyak sembilan titik sampel yaitu tiga titik sampel diambil di halaman sekolah pada waktu siswa datang sekolah, waktu instirahat siswa dan waktu pulang sekolah dalam satu hari dan enam titik sampel lagi diambil di ruang kelas pada waktu siswa menerima pelajaran atau jam pelajaran menyesuaikan pada sekolah masing-masing. 2) Satu orang melakukan pembagian kuesioner sebanyak 35 lembar kuesioner di setiap sekolah antara lain : lembar untuk kelas X, lembar untuk kelas XI, lembar untuk kelas XII dan lima lembar lagi untuk guru dan pegawai sekolah. 3) Satu orang melakukan observasi dibantu dua orang lagi untuk melakukan survei langsung terhadap kondisi fisik lingkungan belajar sekitar sekolah dan ketersediaan serta pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan pada setiap sekolah Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian meliputi beberapa tahapan : Observasi kawasan lingkungan belajar Prosedur penelitian yang pertama dilakukan adalah observasi awal ke delapan SMA Negeri yang ada di Kota Denpasar. Menentukan titik sampel

51 28 untuk melakukan pengukuran kebisingan, menentukan survei terhadap lingkungan sekolah dan ruang kelas yang akan menjadi sampel dan membagikan kuesioner di setiap sekolah antara lain : Pengukuran tingkat kenyamanan lingkungan belajar sekolah dengan mengukur : Tingkat kebisingan Pengukuran tingkat kebisingan di masing-masing sekolah dengan mengambil sembilan titik sampel antara lain : 1. Pukul : Wita (sesuai jadwal sekolah) saat siswa datang ke sekolah. 2. Pukul Wita (sesuai jadwal sekolah) saat siswa menerima pelajaran di ruang kelas. Observasi yang dilakukan sebelum melakukan pengukuran menentukan kelas yang menjadi titik sampel pengukuran, ada enam kelas yang akan menjadi sampel yaitu kelas yang diperkirakan sangat nyaman, nyaman dan tidak nyaman, kelas tersebut ditentukan oleh murid kelas XII di sekolah masing-masing dan tiga kelas lagi yaitu kelas X, Kelas XI dan kelas XII. Berdasarkan observasi diperoleh enam kelas yang menjadi lokasi pengukuran kebisingan di ruang kelas yaitu : kelas X menjadi kelas A, kelas XI menjadi kelas B dan kelas XII menjadi kelas C, kelas sangat nyaman menjadi kelas D, kelas nyaman menjadi kelas E, dan kelas tidak nyaman menjadi kelas F. 3. Pukul. Wita (sesuai jadwal sekolah) saat siswa istirahat. 4. Pukul 13. Wita (sesuai jadwal sekolah) saat siswa pulang sekolah dan pengambilan sampel dilakukan di halaman sekolah dengan menggunakan alat Sound Level Meter.

52 29 Pengukuran yang dilakukan di ruang kelas setiap SMAN di Kota Denpasar diambil seperti Gambar 5.1. Keterangan : : Titik sampel Pengukuran kebisingan Gambar 5.1. Skema titik sampel pengukuran di ruang kelas Survei Ketersediaan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendukung yang Ramah Lingkungan. Pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan alat Calor Stress Monitor serta mengukur pencahayaan dengan menggunakan Lux Meter juga melakukan survei langsung ke lokasi mengenai kondisi lingkungan fisik setiap sekolah dengan membawa lembar survei dan memberikan nilai skor berdasarkan kriteria yang mengacu pada : 1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor : 01 Tahun 13 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura.

53 2. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan Di Sekolah Direktorat Jenderal, PPM & PL DEP.KES RI, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :15/MENKES/SK/XI/02 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, Lampiran 1. Adapun sarana dan prasarana yang di survei antara lain : 1. Sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah seperti : air bersih, sampah (penyediaan tempat sampah terpisah), toilet dan ruang kelas (luas, temperatur, suhu, kelembaban dan pencahayaan kelas). 2. Sarana prasarana pendukung pembelajaran lingkungan hidup di sekolah seperti : ruang terbuka hijau (RTH), pemanfaatan dan pengolahan air, taman/kebun sekolah, tanaman peneduh dan kantin sekolah. Sebanyak 35 lembar kuesioner dibagikan kepada siswa dan guru untuk mengetahui persepsi siswa terhadap lingkungan belajarnya Analisis Data Adapun analisis data yang dilakukan antara lain : 1) Mengumpulkan hasil pengukuran Kebisingan, hasil survei sarana dan prasarana sekolah serta kuesioner. 2) Membandingkan hasil pengukuran kebisingan dengan baku mutu yang mengacu pada Peraturan Gubernur Bali nomor : 8 Tahun 07. 3) Survei yang dilakukan secara langsung (mengukur, mencatat, memantau di lokasi) akan dianalisa dan disesuaikan dengan kriteria yang mengacu pada (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor : 01 Tahun 13

54 31 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura, Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan Di Sekolah, Direktorat Jenderal, PPM & PL DEP.KES RI, dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :15/MENKES/SK/XI/02 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, Lampiran 1 dan hasil kuesioner yang berjumlah 280 (35x8) di persentasekan di tiap sekolah sebagai persepsi siswa dan pendukung dari survei yang dilakukan. 4). Setelah semua hasil diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk menggambarkan hasil pengukuran dari masing-masing sekolah menegah atas (SMA) Negeri di Kota Denpasar, dianalisis menggunakan metode deskriptif untuk mencari jawaban permasalahan dari penelitian.

55 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei di SMAN 1 Denpasar Hasil pengukuran kebisingan di halaman SMAN 1 Denpasar. Pada hari rabu, tanggal 21 Januari 15 dilakukan pengukuran per-5 detik dalam satu menit. Jarak dari pintu masuk ke titik sampel adalah 15 m. Pengukuran dilakukan pada saat siswa datang ke sekolah pukul wita dan pulang sekolah pukul pada titik koordinat S= ,3, E= ,0 dan pukul wita, di halaman sekolah pada koordinat S= ,3, E= ,1 saat siswa istirahat (Tabel 5.1). Tabel 5.1 Tingkat Kebisingan di Halaman SMAN 1 Denpasar Kegiatan Waktu Terendah Tertinggi Rata-rata db db db Siswa Datang wita 67,1 73,4 70,4 Siswa Istirahat Wita 67,4 73,4 70,1 Siswa pulang Wita 67,6 73,2 70,7 Rata-rata : 70,4 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa kondisi kebisingan antara siswa datang, istirahat dan pulang sekolah masih dalam kisaran nilai yang sama Hasil pengukuran kebisingan di ruang kelas SMAN 1 Denpasar. Pada hari rabu, tanggal 21 Januari 15 dengan menggunakan alat Sound Level Meter yang disimpan dititik-titik pengukuran per-5 detik dalam satu menit, sebanyak empat titik sampel di setiap sudut ruang kelas seperti Tabel

56 33 Tabel 5.2 Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 1 Denpasar N o Kelas Waktu Titik Sampel Ratarata (db) 1 A Wita 58, 0 58,4 64,3 68,6 62,4 2 B Wita 57,4 57,6 58,9 60,7 58,7 3 C Wita 61,5 62,3 62,0 63,5 62,5 4 D Wita 57,8 58,5 57,7 57,0 57,8 5 E Wita 58,6 57,4 57,8 59,3 58,3 6 F Wita 59,3 60,2 64,1 64,7 62,1 Rata-rata : 60,3 Keterangan : A= kelas X; B = kelas XI; C = kelas XII,D = kelas sangat nyaman; E = kelas nyaman; F = kelas tidak nyaman. Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa pengukuran kebisingan di semua ruang kelas melebihi baku mutu yaitu 55 db, yang artinya tidak memenuhi standar. Hasil pengukuran di atas memperlihatkan kebisingan terendah ratarata pada kelas yang sangat nyaman yaitu 57.8 db, dimana kelas berada di lantai dua pojok utara sekolah dan yang paling tinggi yaitu pada kelas C yaitu 62.5 db, kelas berada di dekat tembok Sekolah Perguruan Saraswati Denpasar yang ramai dan padat lalulintas Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 1 Denpasar. Luas lahan SMA Negeri 1 Denpasar m 2 dimana luas bangunan m 2, luas kebun/halaman dan parkir m 2, lapangan olah raga m 2 dengan jumlah ruang kelas 24 kelas, jumlah toilet/wc 34 toilet dan jumlah tempat sampah 48 buah. SMAN 1 Denpasar mempunyai tenaga tukang kebun

57 34 empat orang dan tenaga cleaning service sebanyak lima orang. Pengelolaan sampah sekolah di lakukan dari tempat sampah kelas masing-masing sebanyak dua buah untuk organik dan non organik yang sampahnya di angkut setiap hari ke TPS. Untuk sampah organik tidak diolah menjadi kompos tetapi dibuang ke TPA maksimal 1 x 24 jam. Lingkungan SMA Negeri 1 Denpasar rindang dan bersih serta asri dan terdapat pohon peneduh seperti terlihat dalam Tabel 5.3. Tabel 5.3 Jenis-Jenis Tanaman Peneduh di SMA Negeri 1 Denpasar No Nama lokal Nama latin 1 Cempaka Michelia alba 2 Cemara Casuarina 3 Mangga Mangifera indica 4 Palem putri Veitchia merillii 5 Palem botol Revaogehaganii 6 Beringin Ficus benyamina 7 Kamboja Plumeria obtusa 8 Kelapa gading Cocos nucifera 9 Akasia Acacia auriculiformis Tanjung Mimusops elengi 11 Kelapa Sawit Elaeis guineensis 12 Dadap merah Ertyhrina cristagalli 13 Glodokan Polyalthia longifolia Pengukuran dengan menggunakan alat calor stress monitor di tiga kelas diperoleh hasil rata-rata untuk suhu dan kelembaban serta dengan mengunakan alat Lux meter diperoleh hasil pengukuran pencahayaan dalam Tabel 5.4.

58 35 Tabel 5.4 Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan di SMAN 1 Denpasar Hari/tgl/ pukul Senin, 2 maret 15 pukul : wita Suhu Kelembaban Pencahayaan Keterangan ( rata-rata) 27,00 C 71,38% 277,1 lux Di ruang kelas menggunakan kipas angin 2 (dua) buah dan bola lampu, tetapi pada saat pengukuran bola lampu tidak dihidupkan Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei di SMAN 2 Denpasar Hasil pengukuran kebisingan di halaman SMAN 2 Denpasar. Pada hari selasa, tanggal 13 Januari 15 dengan menggunakan alat Sound Level Meter yang disimpan di titik-titik pengukuran per-5 detik dalam satu menit, dimana jarak dari pintu masuk ke titik sampel adalah m, yaitu pada saat siswa datang ke sekolah pukul wita dan pulang sekolah pukul wita di titik koordinat S= ,2, E= ,1 dan pukul.-.25 wita pada koordinat S= ,8, E= ,9 saat siswa istirahat, dihasilkan angka-angka pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Tingkat Kebisingan di Halaman SMAN 2 Denpasar Kegiatan Waktu Terendah Tertinggi Rata-rata db db db Siswa Datang wita 67,8 78,5 67,2 Siswa Istirahat wita 68,2 75,3 71,4 Siswa pulang Wita 68,4 78,5 72,1 Rata-rata : 70,2

59 Pengukuran kebisingan di ruang kelas SMAN 2 Denpasar. Pada hari selasa, tanggal 13 Januari 15 dengan menggunakan alat Sound Level Meter dengan mengukur enam sampel kelas yang disimpan di titik-titik pengukuran per-5 detik dalam satu menit seperti Tabel 5.6. Tabel 5.6 Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 2 Denpasar No Kelas Waktu Titik Sampel Ratarata (db) 1 A Wita 58,9 60,7 58,9 58,9 59,4 2 B Wita 64,2 67,2 70,1 70,2 67,9 3 C Wita 61,7 66,3 62,6 66,3 64,2 4 D Wita 56,3 55,2 57,2 56,1 56,2 5 E Wita 58,0 58,6 58,8 59,4 58,7 6 F Wita 60,3 64,0 59,6 64,5 62,1 Rata-rata : 61,4 Keterangan :A = kelas X; B = kelas XI; C = kelas XII, D = kelas sangat nyaman; E = kelas nyaman; F = kelas tidak nyaman. Tabel 5.6 di atas memperlihatkan bahwa pengukuran kebisingan di ruang kelas melebihi baku mutu yaitu 55 db, sekitar 0% di kelas ini tidak memenuhi standar. Hasil pengukuran di atas menunjukkan kebisingan terendah rata-rata 56,2 db pada kelas yang sangat nyaman, dimana kelas berada di selatan sekolah dan di depannya terdapat pohon akasia yang rindang, dan yang paling bising yaitu 67,9 db pada kelas B yang berada di pojok kanan sekolah dekat tembok yang menghubungkan ke Jl. Waturenggong.

60 Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 2 Denpasar. SMA Negeri 2 Denpasar mempunyai luas lahan m 2, bangunan m 2, halaman/kebun/parkir m 2, dengan jumlah ruang kelas 33 kelas, jumlah toilet/wc 11 ruang dan jumlah tempat sampah 75 buah. SMA Negeri 2 Denpasar mempunyai tukang kebun satu orang, dengan luas halaman untuk kebun dan parkir dibersihkan oleh satu orang sangat kurang, sehingga pengelolaan kebun dan halaman kurang optimal, banyak terdapat sampah di kolam dan toilet/wc yang kurang bersih sehingga menimbulkan bau yang tidak enak. Untuk membersihkan ruang kelas oleh cleaning service sebanyak lima orang, cukup baik karena dibantu piket kelas yang dilakukan siswa. Lingkungan SMA Negeri 2 Denpasar belum terlihat asri karena ada pembangunan gedung baru tiga lantai di sebelah utaranya, sehingga menimbulkan debu, bising dan lingkungan yang kurang nyaman. Beberapa jenis tanaman peneduh seperti pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Jenis-Jenis Tanaman Peneduh di SMA Negeri 2 Denpasar No Nama lokal Nama latin 1 Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens 2 Angsana Pterocarpus indicus 3 Ketapang Terminalia catapa 4 Palem putri Veitchia merillii 6 Kamboja Plumeria obtusa 7 Kelapa Gading Cocos nucifera 8 Glodokan Polyalthia longifolia

61 38 Pengukuran di tiga kelas diperoleh hasil rata-rata untuk suhu, kelembaban dan pencahayaan diperoleh angka-angka (Tabel 5.8). Tabel 5.8 Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 2 Denpasar Hari/tgl/ pukul Jumat, 6 maret 15 pukul : wita Suhu Kelembaban Pencahayaan Keterangan ( rata-rata) 28,60 C 68,43% 190,4 lux Di ruang kelas menggunakan kipas angin 2 (dua) buah dan bola lampu, tetapi pada saat pengukuran bola lampu tidak dihidupkan Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei di SMA Negeri 3 Denpasar Hasil pengukuran kebisingan di halaman SMAN 3 Denpasar. Pada hari kamis, tanggal 22 Januari 15 Pengukuran per-5 detik dalam satu menit. Jarak dari pintu masuk ke titik sampel adalah 45 m pada saat siswa datang ke sekolah pukul wita dan pulang sekolah pukul wita di titik koordinat S= ,2, E= ,3 dan pukul wita pada koordinat S= ,7, E= ,0 saat siswa istirahat, dihasilkan angka-angka pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Tingkat Kebisingan di Halaman SMAN 3 Denpasar Kegiatan Waktu Terendah Tertinggi Rata-rata db db db Siswa Datang wita 65,8 75,1 70,6 Siswa Istirahat Wita 65,3 74,9 69,8 Siswa pulang Wita 67,2 73,3 70,3 Rata-rata : 70,2

62 Hasil pengukuran kebisingan di ruang kelas SMAN 3 Denpasar. Pada hari kamis, tanggal 22 Januari 15 mengukur enam kelas sebagai sampel yang disimpan di titik-titik pengukuran per-5 detik dalam satu menit, sebanyak empat titik sampel di setiap sudut ruang kelas dengan menggunakan alat Sound Level Meter seperti Tabel 5.. Tabel 5. Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 3 Denpasar No Kelas Waktu Titik Sampel Ratarata (db) 1 A Wita 56,3 58,1 58,3 58,7 57,9 2 B Wita 55,3 57,0 57,6 56,5 56,6 3 C Wita 60,1 59,6 57,8 57,1 58,7 4 D Wita 55,1 54,5 56,3 57,8 55,9 5 E Wita 59,6 62,7 57,8 56,8 59,2 6 F Wita 56,9 56,9 60,5 58,4 58,2 Rata-rata : 57,8 Keterangan : A = kelas X; B = kelas XI; C = kelas XII, D = kelas sangat nyaman; E = kelas nyaman; F = kelas tidak nyaman. Tabel 5. di atas memperlihatkan bahwa pengukuran kebisingan di luar ruang kelas melebihi baku mutu yaitu 55 db. Hasil pengukuran di atas menunjukkan rata-rata 57,8 db. Kelas yang dianggap sangat nyaman oleh siswa dengan kebisingan 55,9 db, karena kelas berada di belakang/dibarat sekolah dan jarang dilalui siswa, dan kebisingan tertinggi ada di kelas C yaitu 58,7 db, dimana kelas dekat dengan gedung pertemuan dan sering dilalui siswa olahraga.

63 Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 3 Denpasar. SMA Negeri 3 Denpasar dengan luas lahan : m 2, bangunan m 2, halaman/kebun/parkir m 2, lapangan olahraga : m 2, dengan jumlah ruang kelas 22 kelas, jumlah toilet/wc 22 toilet dan jumlah tempat sampah 32 buah. SMA Negeri 3 Denpasar mempunyai tukang kebun dan cleaning service sebanyak orang. Pengolahan sampah sekolah sangat baik karena pemilahan sampah dilakukan mulai dari tempat sampah yang terpisah, dimana sampah organik di olah menjadi kompos dan dimanfaatkan kembali untuk kesuburan tanaman. Lingkungan SMA Negeri 3 Denpasar terlihat rindang, bersih dan asri karena banyak tanaman peneduh seperti (Tabel 5.11). Tabel 5.11 Jenis-Jenis Tanaman Peneduh di SMA Negeri 3 Denpasar No Nama lokal Nama latin 1 Cempaka Michelia alba 2 Cemara Casuarina 3 Mangga Mangifera indica 4 Palem putri Veitchia merillii 5 Palem botol Revaogehaganii 6 Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens 7 Tanjung Mimusops elengi 8 Rambutan Nephellium lappacium 9 Beringin Ficus benyamina Kamboja Plumeria obtusa 11 Kelapa sawit Elaeis guineensis 12 Kelapa Gading Cocos nucifera 13 Ketapang Terminalia catapa

64 41 14 Jeruk Bali Citrus x paradisi 15 Dadap merah Ertythrina cristagalli 16 Glodokan Polyalthia Longifolia Hasil pengukuran di tiga kelas diperoleh hasil rata-rata untuk suhu adalah 26,96 C dan kelembaban 79,84%. Sedangkan pencahayaannya 468,2 lux, seperti Tabel Tabel 5.12 Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 3 Denpasar Hari/tgl/ Suhu Kelembaban Pencahayaan Keterangan pukul Selasa, 3 maret 15 pukul : wita 26,96 C ( rata-rata) 79,84% 318,2 lux Di ruang kelas menggunakan kipas angin 2 (dua) buah dan bola lampu, tetapi pada saat pengukuran bola lampu tidak dihidupkan Hasil pengukuran kebisingan dan Survei di SMA Negeri 4 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan di halaman SMAN 4 Denpasar. Pada hari rabu, tanggal 14 Januari 15 pengukuran per-5 detik dalam satu menit. Jarak dari pintu masuk ke titik sampel adalah 25 m, pada saat siswa datang ke sekolah pukul wita dan pulang sekolah pukul wita pada titik koordinat S= ,2, E= ,9 dan pukul wita pada koordinat S= ,9, E= ,9 saat siswa istirahat ( Tabel 5.13) :

65 42 Tabel 5.13 Tingkat Kebisingan di Halaman SMAN 4 Denpasar Kegiatan Waktu Terendah Tertinggi Rata-rata db db db Siswa Datang wita 65,4 77,7 73,8 Siswa Istirahat Wita 67,3 74,2 70,5 Siswa pulang wita 65,7 75,1 69,5 Rata-rata : 71, Hasil Pengukuran Kebisingan di luar ruang kelas SMAN 4 Denpasar. Pada hari rabu, tanggal 14 Januari 15 dengan menggunakan alat Sound Level Meter sebanyak empat titik sampel di setiap sudut ruang kelas yang disimpan di titik-titik pengukuran per-5 detik dalam satu menit, seperti Tabel Tabel 5.14 Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 4 Denpasar No Kelas Waktu Titik Sampel Ratarata (db) 1 A Wita 55,9 55,8 53,9 55,0 55,2 2 B Wita 58,2 55,5 61,3 62,2 59,3 3 C Wita 61,5 62,4 61,5 59,6 58,9 Rata-rata : 57,7 Keterangan : A = kelas X; B = kelas XI; C = kelas XII. Tabel 5.14 di atas memperlihatkan bahwa pengukuran kebisingan di ruang kelas melebihi baku mutu yaitu 55 db, sekitar 0% di kelas ini tidak memenuhi standar. Hasil pengukuran di atas menunjukkan rata-rata (db) yaitu 57,7. Pada

66 43 SMA Negeri 4 Denpasar pengambilan sampel dilakukan pada tiga kelas saja karena menurut siswa -siswa SMA Negeri 4 Denpasar seluruh ruang kelas nyaman dan tidak bising karena setiap ruang kelas menggunakan dua buah AC dengan kekuatan 1PK Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 4 Denpasar. SMA Negeri 4 Denpasar berada di kawasan yang padat lalulintas karena di depan sekolah terdapat warung makan, mini market juga di sebelah kiri sekolah terdapat lapangan basket dan di sebelah lapangan basket terdapat SMP Negeri 7 Denpasar. Luas lahan : 8.0 m 2, bangunan m 2, halaman/kebun 2,6 m 2, lapangan olahraga : 6 m 2, dengan jumlah ruang kelas 28 kelas, jumlah toilet/wc toilet dan jumlah tempat sampah 56 buah. SMA Negeri 4 Denpasar mempunyai tukang kebun tiga orang dan cleaning service sebanyak tiga orang. Ada beberapa tanaman peneduh antara lain pada Tabel Tabel 5.15 Jenis-Jenis Tanaman Peneduh di SMA Negeri 4 Denpasar No Nama lokal Nama latin 1 Cemara Casuarina 2 Palem putri Veitchia merillii 3 Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens 4 Palem botol Revaogehaganii 5 Nangka Artocarpus 6 Kamboja Plumeria obtusa 7 Kembang kertas Bougainvillea spectabilis 8 Kelapa gading Cocos nucifera 9 Kepala sawit Elaeis guineensis

67 44 Angsana Pterocarpus indicus 11 Tanjung Mimusops elengi 12 Glodokan Polyalthia longifolia 13 Sawo kecik Manikara kauki Pengukuran di tiga kelas diperoleh hasil rata-rata untuk suhu adalah 23,5 0 C, dan kelembaban 84,45%,. Sedangkan pencahayaannya 318,2 lux, dapat dilihat pada Tabel Tabel 5.16 Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 4 Denpasar Hari/tgl/ pukul Selasa, 3 maret 15 pukul : wita Suhu Kelembaban Pencahayaan Keterangan ( rata-rata) 23,50 C 84,45% 394,5 lux Di ruang kelas ada kipas angin dua buah dan menggunakan dua buah AC 1 PK juga bola lampu Hasil pengukuran kebisingan dan Survei di SMA Negeri 5 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan di halaman SMAN 5 Denpasar. Pada hari rabu, tanggal 14 Januari 15. Pengukuran per-5 detik dalam satu menit, jarak dari pintu masuk ke titik sampel adalah m, pada saat siswa datang ke sekolah pukul wita dan pulang sekolah pukul wita di titik koordinat S= ,3, E= ,0 dan pukul wita pada koordinat S= ,3, E= ,1 saat siswa istirahat pada Tabel 5.17.

68 45 Tabel 5.17 Tingkat Kebisingan di Halaman SMAN 5 Denpasar Kegiatan Waktu Terendah Tertinggi Rata-rata db db db Siswa Datang wita 64, ,8 Siswa Istirahat Wita 65,7 76,2 71,2 Siswa pulang Wita 68,4 74,2 70,6 Rata-rata : 70, Hasil Pengukuran Kebisingan di ruang kelas SMAN 5 Denpasar. Pada hari rabu, tanggal 14 Januari 15 mana pengukuran disimpan di titik-titik pengukuran per-5 detik dalam satu menit, dengan menggunakan alat Sound Level Meter sebanyak empat titik sampel di setiap sudut ruang kelas seperti Tabel Tabel 5.18 Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 5 Denpasar No Kelas Waktu Titik Sampel Ratarata (db) 1 A Wita 58,8 54,5 55,4 58,0 56,7 2 B Wita 56,9 56,4 63,0 62,9 59,8 3 C Wita 59,4 58,9 58,2 56,8 58,3 4 D Wita 53,9 54,4 53,7 54,5 54,1 5 E Wita 57,4 57,9 58,4 59,4 58,3 6 F Wita 59,5 59,0 58,8 59,8 59,3 Rata-rata: 57,8 Keterangan : A= kelas X; B = kelas XI; C = kelas XII,D = kelas sangat nyaman; E = kelas nyaman; F = kelas tidak nyaman.

69 46 Tabel 5.18 di atas menunjukkan bahwa pengukuran kebisingan di ruang kelas melebihi baku mutu yaitu 55 db, sekitar 0% di kelas ini tidak memenuhi standar. Hasil pengukuran di atas memperlihatkan rata-rata (db) yaitu 57,8. Kebisingan tertinggi pada kelas B yaitu 59,8 db, dimana pada saat pengukuran terdengar suara guru dan murid melakukan tanya jawab soal, dan kebisingan terendah pada kelas sangat nyaman sebesar 54,1 db, dimana kelas berada dipojok kanan/ selatan, juga terdapat pohon mangga dan ketapang yang rindang sehingga kelas menjadi sejuk Hasil Survei Sarana dan Prasarana Sekolah SMA Negeri 5 Denpasar berada di kawasan yang tidak padat lalulintas karena sekolah masuk kedalam di depan sekolah terdapat perumahan yang tidak padat penduduk. SMA Negeri 5 Denpasar memiliki luas lahan terluas di SMA yang ada di kota Denpasar yaitu m 2, bangunan m 2, halaman/kebun: m 2, dengan jumlah ruang kelas 32 kelas, jumlah toilet/wc 35 toilet dan jumlah tempat sampah 128 buah. SMA Negeri 5 Denpasar mempunyai tukang kebun tujuh orang dan cleaning service sebanyak dua orang. Lingkungan sekolah dengan kondisi asri dengan tanaman peneduh yang rindang dan beragam seperti dalam Tabel Tabel 5.19 Jenis-Jenis Tanaman Peneduh di SMA Negeri 5 Denpasar No Nama lokal Nama latin 1 Cempaka Michelia alba 2 Cemara Casuarina 3 Mangga Mangifera indica

70 47 4 Palem putri Veitchia merillii 5 Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens 6 Palem botol Revaogehaganii 7 Beringin Ficus benyamina 8 Kamboja Plumeria obtusa 9 Kelapa gading Cocos nucifera Kelapa sawit Elaeis guineensis 11 Glodokan Polyalthia longifolia 12 Flamboyan Delonix regia 13 Tanjung Mimusops elengi 14 Angsana Pterocarpus indicus 15 Ketapang Terminalia catapa 16 Akasia Acacia magium Hasil pengukuran di tiga kelas memperlihatkan hasil rata-rata untuk suhu adalah 27,3 0 C dan kelembaban 84,48 %, untuk pencahayaannya 287,7 lux pada Tabel 5.. Tabel 5. Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 5 Denpasar Hari/tgl/ pukul Jumat, 3 maret 15 pukul : wita Suhu Kelembaban Pencahayaan Keterangan ( rata-rata) 27, C 84,48% 287,7 lux Di ruang kelas menggunakan kipas angin dua buah dan bola lampu, tetapi pada saat pengukuran bola lampu tidak dihidupkan.

71 Hasil pengukuran kebisingan dan Survei di SMA Negeri 6 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan di halaman SMAN 6 Denpasar. SMAN 6 Denpasar pada hari jumat, tanggal 9 Januari 15. Pengukuran per-5 detik dalam satu menit, dimana jarak dari pintu masuk ke titik sampel adalah 17 m. Pada pada saat siswa datang ke sekolah pukul wita dan pulang sekolah pukul wita di titik koordinat S= ,7, E= ,0 dan pukul wita pada koordinat S= ,8, E= ,8 saat siswa istirahat, ( Tabel 5.21). Tabel 5.21 Tingkat Kebisingan di Halaman SMAN 6 Denpasar Kegiatan Waktu Terendah Tertinggi Rata-rata dba dba dba Siswa Datang wita 54,3 76,8 64,6 Siswa Istirahat Wita 65,4 72,1 69,8 Siswa pulang Wita 63,0 74,1 69,6 Rata-rata : 68, Hasil Pengukuran Kebisingan di ruang kelas Pada hari jumat, tanggal 9 Januari 15 dengan enam kelas sebagai sampel yang disimpan di titik-titik pengukuran per-5 detik dalam satu menit, sebanyak empat titik sampel di setiap sudut ruang kelas seperti Tabel 5.22.

72 49 Tabel 5.22 Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 6 Denpasar No Kelas Waktu Titik Sampel Ratarata (db) 1 A Wita 58,2 59,9 57,6 58,3 58,5 2 B Wita 57,7 56,6 55,7 58,6 57,2 3 C Wita 59,3 59,1 57,1 54,8 57,6 4 D Wita 56,3 56,7 58,3 59,0 57,6 5 E Wita 56,6 55,7 62,8 64,7 59,9 6 F Wita 61,3 56,5 59,6 59,6 59,3 Rata-rata : 58,4 Keterangan : A = kelas X; B = kelas XI; C = kelas XII, D = kelas sangat nyaman; E = kelas nyaman; F = kelas tidak nyaman. Tabel 5.22 di atas menunjukkan bahwa pengukuran kebisingan di ruang kelas melebihi baku mutu yaitu 55 db. Hasil pengukuran di atas memperlihatkan rata-rata yaitu 58,4 db. Kelas paling bising pada kelas yang nyaman yaitu 59,9 db, dimana kelas dekat dengan kantin dan kelas B terendah yaitu 57,2 db karena kelas berada di pojok kanan sekolah tetapi dekat dengan lapangan olahraga, pada waktu pengukuran tidak ada kegiatan olahraga sehinggga kebisingan bisa rendah Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 6 Denpasar. SMA Negeri 6 Denpasar berada di kawasan yang tidak padat lalulintas karena sekolah masuk ke dalam di depan sekolah terdapat perumahan yang tidak padat penduduk. Luas lahan :.000 m 2, bangunan 2.0 m 2, halaman/kebun: m 2, lapangan olahraga : 00 m 2, kebun dan taman m 2 dengan jumlah ruang kelas 25 kelas, jumlah toilet/wc 22 toilet dan jumlah tempat

73 50 sampah 50 buah. Sampah yang dihasilkan sekolah setiap hari di buang langsung ke depo cemara dekat dengan sekolah. SMA Negeri 6 Denpasar mempunyai enam orang tukang kebun dan cleaning service, juga petugas yang membersihkan wc/toilet ada satu orang. Terdapat beberapa jenis tanaman peneduh antara lain pada Tabel Tabel 5.23 Jenis-Jenis Tanaman Peneduh di SMA Negeri 6 Denpasar No Nama lokal Nama latin 1 Cempaka Michelia alba 2 Cemara Casuarina 3 Mangga Mangifera indica 4 Palem putri Veitchia merillii 5 Palem bismakia Bismarckia mobillis 6 Ceremai Phyllanthus acidus 7 Beringin Ficus benyamina 8 Kamboja Plumeria obtusa 9 Kelapa gading Cocos nucifera Belimbing Wuluh Arerrahoa bilimbi Hasil pengukuran di tiga kelas dikethui hasil rata-rata untuk suhu adalah 27,27 0 C dan kelembaban 81,47 %. Sedangkan pencahayaannya 445,8 lux, pada Tabel 5.24.

74 51 Tabel 5.24 Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 6 Denpasar Hari/tgl/ pukul Rabu, 4 maret 15 pukul : wita Suhu Kelembaban Pencahayaan Keterangan ( rata-rata) 27,27 C 81,47% 445,8 lux Di ruang kelas ada bola lampu dan tidak ada kipas angin tetapi pada saat pengukuran bola lampu tidak dihidupkan Hasil Pengukuran Kebisingan dan Survei di SMA Negeri 7 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan di Halaman SMAN 7 Denpasar. Hasil pengukuran kebisingan di halaman SMAN 7 Denpasar pada hari jumat, tanggal 23 Januari 15. Pengukuran per-5 detik dalam satu menit, jarak dari pintu masuk ke titik sampel adalah 15 m, pada saat siswa datang ke sekolah pukul wita dan pulang sekolah pukul wita di titik koordinat S= ,7, E= ,0 dan pukul wita pada koordinat S= ,2, E= ,7 saat siswa istirahat, pada Tabel Tabel 5.25 Tingkat Kebisingan di Halaman SMAN 7 Denpasar Kegiatan Waktu Terendah Tertinggi Rata-rata db db db Siswa Datang wita 68,4 78,5 72,1 Siswa Istirahat Wita 65,8 81,5 74,6 Siswa pulang Wita 65, ,4 Rata-rata : 72,7

75 Hasil pengukuran kebisingan di ruang kelas SMAN 7 Denpasar. Pada hari jumat, tanggal 23 Januari 15 sebanyak enam kelas sebagai sampel yang disimpan di titik-titik pengukuran per-5 detik dalam satu menit, perkelas diambil sebanyak empat titik sampel di setiap sudut ruang kelas seperti Tabel Tabel 5.26 Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 7 Denpasar No Kelas Waktu Titik Sampel Ratarata (db) 1 A wita 59,3 58,8 58,3 59,6 59,0 2 B Wita 59,1 56,1 59,5 57,3 58,0 3 C Wita 59,9 59,2 60,4 60,8 60,1 4 D Wita 55,5 60,2 56,9 59,4 58,0 5 E Wita 56,9 60,9 65,6 65,6 62,3 6 F Wita ,0 63,5 63,7 63,2 Rata-rata : 60,1 Keterangan : A = kelas X; B = kelas XI; C = kelas XII, D = kelas sangat nyaman; E = kelas nyaman; F = kelas tidak nyaman. Tabel 5.26 di atas menunjukkan bahwa pengukuran kebisingan di luar ruang kelas melebihi baku mutu yaitu 55 dba, sekitar 0% di kelas ini tidak memenuhi standar. Hasil pengukuran di atas memperlihatkan rata-rata yaitu 60,1 db. Rata-rata kebisingan tertinggi pada kelas tidak nyaman yaitu 63,2 db karena kelas berada didekat Jl. Kamboja dan parkir sepeda motor. Sedangkan bising terendah pada kelas B dan kelas sangat nyaman yaitu 58,0 db, dimana

76 53 kelas B dan kelas sangat nyaman berada di satu deret gedung di sebelah kanan/selatan sekolah yang banyak vegetasi dan taman yang asri Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 7 Denpasar. SMA Negeri 7 Denpasar berada di kawasan yang padat lalulintas karena sekolah berada di depan jalan kamboja. Sebelah kanan sekolah terdapat rumah susun polisi dan di sebelah kirinya jalan yang menghubungkan dengan jalan gadung dan terdapat SMP Negeri 3 Denpasar. Luas lahan : m 2, bangunan 4.891, m 2, dengan jumlah ruang kelas 34 kelas, jumlah toilet/wc 19 toilet dan jumlah tempat sampah 80 buah. SMA Negeri 7 Denpasar mempunyai tukang kebun lima orang dan cleaning service sebanyak delapan orang. Terdapat beberapa pohon peneduh antara lain seperti dalam Tabel Tabel 5.27 Jenis-Jenis Tanaman Peneduh di SMA Negeri 7 Denpasar No Nama lokal Nama latin 1 Cempaka Michelia alba 2 Cemara Casuarina 3 Mangga Mangifera indica 4 Palem putri Veitchia merillii 5 Beringin Ficus benyamina 6 Kamboja Plumeria obtusa 7 Majegau Dysoxylum densiflorum 8 Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens 9 Kelapa sawit Elaeis guineensis Kelapa gading Cocos nucifera 11 Tanjung Mimusops elengi

77 54 12 Angsana Pterocarpus indicus 13 Ketapang Terminalia catapa 14 Glodokan Polyalthia longifolia Hasil pengukuran di tiga kelas diperoleh hasil rata-rata untuk suhu adalah 27,83 C dan kelembaban 75,60 % sedangkan pencahayaannya yaitu 214,9 lux pada Tabel Tabel 5.28 Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan SMAN 7 Denpasar Hari/tgl/ pukul Senin, 2 maret 15 pukul : wita Suhu Kelembaban Pencahayaan Keterangan ( rata-rata) 27,83 C 75,60% 214,9 lux Di ruang kelas menggunakan kipas angin dua buah dan bola lampu, tetapi pada saat pengukuran bola lampu tidak dihidupkan Hasil pengukuran kebisingan dan Survei di SMA Negeri 8 Denpasar Hasil Pengukuran Kebisingan di halaman SMAN 8 Denpasar. SMAN 8 Denpasar pada hari sabtu, tanggal Januari 15. Pengukuran per-5 detik dalam satu menit. Dilakukan saat siswa datang ke sekolah pukul wita dan pulang sekolah pukul wita di titik koordinat S= ,0, E= ,5. Pukul wita pada koordinat S= ,2, E= ,7 saat siswa istirahat, terlihat pada Tabel 5.29.

78 55 Tabel 5.29 Tingkat Kebisingan di Halaman SMAN 8 Denpasar Kegiatan Waktu Terendah Tertinggi Rata-rata db db db Siswa Datang wita 65,0 80,6 72,1 Siswa Istirahat Wita 65,9 82,1 74,5 Siswa pulang Wita 68,7 80,2 72,5 Rata-rata : 73, Hasil Pengukuran Kebisingan di ruang kelas SMAN 8 Denpasar. Hari sabtu tanggal Januari 15, pengukuran per-5 detik dalam satu menit, sebanyak empat titik sampel di setiap sudut ruang kelas seperti tabel 5.. Tabel 5. Tingkat Kebisingan di ruang kelas SMAN 8 Denpasar No Kelas Waktu Titik Sampel Ratarata (db) 1 A Wita 65,4 69,2 65,8 64,1 66,3 2 B Wita 61,9 58,8 58,2 59,5 59,6 3 C Wita 59,9 65,1 62,3 62,6 62,5 4 D Wita 58,5 58,2 57,8 55,5 57,5 5 E Wita 64,9 66,3 67,1 65,0 65,9 6 F Wita 68,1 70,2 63,3 63,7 66,3 Rata-rata : 63,0 Keterangan : A = kelas X; B = kelas XI; C = kelas XII, D = kelas sangat nyaman; E = kelas nyaman; F = kelas tidak nyaman. Kebisingan tertinggi pada kelas A dan kelas tidak nyaman sebesar 66,3 db karena kelas A berada di sebelah kanan pintu gerbang dan dekat sepeda motor parkir. Kelas tidak nyaman berada di tengah - tengah areal sekolah yang didepan

79 56 ruang kelasnya banyak sepeda motor yang parkir. Sedangkan kebisingan terendah adalah kelas sangat nyaman yaitu 57,5 db yang berada di pojok belakang sebelah kiri/utara sekolah dan dekat dengan sawah Hasil Survei Sarana dan Prasarana SMAN 8 Denpasar. SMA Negeri 8 Denpasar berada di kawasan yang tidak padat lalulintas karena sekolah masuk ke dalam di depan sekolah terdapat perumahan yang tidak padat penduduk. Luas lahan : m 2, bangunan m 2, halaman/kebun: m 2, Lapangan olahraga : 1.3 m 2, dengan jumlah ruang kelas 36 kelas, jumlah toilet/wc 24 toilet dan jumlah tempat sampah 72 buah. SMA Negeri 8 Denpasar mempunyai tukang kebun tiga orang dan cleaning service sebanyak tiga orang. SMA Negeri 8 Denpasar mempunyai beberapa jenis tanaman peneduh antara lain pada Tabel Tabel 5.31 Jenis-Jenis Tanaman Peneduh di SMA Negeri 8 Denpasar No Nama lokal Nama latin 1 Cempaka Michelia alba 2 Cemara Casuarina 3 Mangga Mangifera indica 4 Palem putri Veitchia merillii 5 Beringin Ficus benyamina 6 Kamboja Plumeria obtusa 7 Majegau Dysoxylum densiflorum 8 Palem kuning Chrysalidocarpus lutescens 9 Kelapa sawit Elaeis guineensis Kelapa gading Cocos nucifera

80 57 11 Tanjung Mimusops elengi 12 Angsana Pterocarpus indicus 13 Ketapang Terminalia catapa 14 Glodokan Polyalthia longifolia Hasil pengukuran dengan menggunakan alat calor stress monitor dan Lux meter di tiga kelas menunjukkan hasil pada Tabel Tabel 5.32 Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan di SMAN 8 Denpasar Hari/tgl/ pukul Rabu, 4 maret 15 pukul : wita Suhu Kelembaban Pencahayaan Keterangan ( rata-rata) 26,67 C 68,93% 597,0 lux Di ruang kelas menggunakan kipas angin dua buah dan bola lampu, tetapi pada saat pengukuran bola lampu tidak dihidupkan Rangkuman Hasil Pengukuran Kebisingan Hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan pada bulan Januari 13 pada SMA Negeri di Kota Denpasar dirangkum dalam Tabel 5.33.

81 58 No Tabel : 5.33 Rangkuman Tingkat Kebisingan SMAN di Kota Denpasar Sekolah Kebisingan (db) Rata-rata Di halaman Di ruang kelas Penyebab Utama Kebisingan 1 SMAN 1 70,4 60,3 - Kendaraan Bermotor 2 SMAN 2 70,2 61,4 - Kendaraan Bermotor 3 SMAN 3 70,2 57,8 - Siswa lain 4 SMAN 4 71,3 57,7 - Kegiatan diluar sekolah (disebelah timur/kanan sekolah menempel lapangan olahraga umum) 5 SMAN 5 70,5 57,8 - siswa lain 6 SMAN 6 68,0 58,4 - Kegiatan diluar sekolah 7 SMAN 7 72,7 60,1 - Kendaraan Bermotor 8 SMAN 8 73,0 63,0 - Kendaraan Bermotor (karena parkir yang ada kurang cukup sehingga siswa parkir di depan ruang kelas) Hasil pengukuran kebisingan di delapan SMAN di Kota Denpasar pada Tabel 5.33 menunjukkan bahwa kebisingan tertinggi di halaman sekolah sebesar 73,0 db pada SMAN 8 Denpasar dan kebisingan tertinggi di ruang sekolah sebesar 63,0 db juga di SMAN 8 Denpasar yang penyebab utamanya adalah Kendaraan bermotor. 5.. Rekapitulasi Hasil Survei Sarana dan Prasarana Sekolah Berdasarkan survei sarana dan prasarana yang dlakukan pada delapan SMA Negeri di Kota Denpasar di peroleh hasil dalam rekaputulasi hasil survei sarana dan prasarana pada Tabel 5.34.

82 59 Tabel 5.34 Rekapitulasi Hasil Survei Sarana dan Prasarana Sekolah Keterangan : SB : Sangat Baik dengan Nilai Skor =, B : Baik dengan Nilai Skor = C : Cukup dengan Nilai Skor =, TB : Tidak Baik dengan Nilai Skor = Hasil survei pada masing-masing sekolah dalam rekapitulasi pada Tabel 5.34 dapat ditentukan tingkat kenyamanan lingkungan belajar siswa terhadap ketersediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana sekolah dengan menjumlahkan nilai skor di setiap sekolah dan menunjukkan hasil survei seperti Tabel 5.35.

83 60 Tabel 5.35 Jumlah Skor Survei Sarana dan Prasarana pada delapan SMAN di Kota Denpasar No Sekolah Jumlah Skor 1 SMAN 1 Denpasar 5 2 SMAN 2 Denpasar SMAN 3 Denpasar 6 4 SMAN 4 Denpasar SMAN 5 Denpasar 5 6 SMAN 6 Denpasar SMAN 7 Denpasar SMAN 8 Denpasar 5 Hasil jumlah survei sarana dan prasarana pada Tabel 5.35 menunjukkan bahwa SMAN 3 Denpasar memperlihatkan jumlah skor tertinggi yaitu 6 dan terendah pada SMAN 6 Denpasar yaitu 470. Untuk menentukan tingkat kenyamanan lingkungan sekolah berdasarkan ketersediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana, dilakukan penyusunan kategori yang memadukan jumlah parameter dengan jumlah skor yang diperoleh. Berdasarkan jumlah skor dari 19 parameter sarana dan prasarana pada masing-masing sekolah, apabila dikategorisasi menjadi empat kategori maka dihasilkan Tabel 5.36.

84 61 Tabel 5.36 Kategori Tingkat Kenyamanan Lingkungan Belajar Berdasarkan Sarana dan Prasarana No Jumlah Skor Kategori Sangat Nyaman Nyaman Cukup Nyaman Tidak Nyaman Berdsarkan empat kategori tersebut diawali dari menetapkan nilai terendah yaitu 190 kategori tidak nyaman yang diperoleh dari 19 parameter dikalikan dengan nilai skor terendah yaitu sehingga menghasilkan 190. Kategori selanjutnya ditentukan dengan mengalikan jumlah parameter dengan nilai skor,, dan. Berdasarkan empat kategori sesuai Tabel 5.36 bahwa kondisi sekolah dengan jumlah skor di atas tergolong sangat nyaman, jumlah skor tergolong nyaman, tergolong cukup nyaman. Sedangkan sekolah dengan jumlah skor di 190 ke bawah tergolong tidak nyaman. Hasil survei menunjukkan SMA Negeri 3 Denpasar tergolong kategori sangat nyaman dan selebihnya tergolong kategori nyaman Hasil kuesioner siswa Hasil kuesioner menunjukkan bahwa siswa sangat terganggu oleh suara bising pada SMAN 2 Denpasar sebesar 34,28% dan siswa tidak terganggu oleh suara bising adalah SMAN 4 Denpasar sebesar 77,14%. Rata-rata pada tiap sekolah siswa terganggu oleh suara bising yang disebabkan oleh kendaraan

85 62 bermotor. Sekolah yang menunjukkan tertinggi terganggu oleh bising kendaraan bermotor adalah pada SMAN 1 Denpasar sebesar 51,43%. Ruang kelas sangat nyaman tertinggi pada SMAN 4 Denpasar sebesar 25,71%, ruang kelas nyaman pada SMAN 4 dan SMAN 5 Denpasar sebesar 65,71% dan ruang kelas tidak nyaman pada SMAN 6 Denpasar yaitu sebesar 34,28%. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap kenyamanan siswa di sekolah bahwa SMAN 1 Denpasar menyatakan sangat nyaman 57,14 %, SMAN 2 Denpasar menyatakan sangat nyaman 25,71 %, SMAN 3 Denpasar 62,85 % menyatakan sangat nyaman, SMAN 4 Denpasar menyatakan sangat nyaman 57,14 %, SMAN 5 Denpasar menyatakan sangat nyaman 37,14 %, SMAN 6 Denpasar menyatakan 25,71 % sangat nyaman, SMAN 7 Denpasar menyatakan sangat nyaman 60 % dan SMAN 8 Denpasar menyatakan nyaman 22,85 %. Sekolah sangat nyaman tertinggi dari delapan SMAN di Kota Denpasar adalah SMAN 3 Denpasar sebesar 62,85% dengan pernyataan tidak nyaman 0 %, dan sekolah tidak nyaman pada SMAN 6 Denpasar sebesar 11,43% dengan pernyataan sangat nyaman paling rendah sebesar 25,71 % sama dengan persepsi siswa pada SMAN 2 Denpasar.

86 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Tingkat Kebisingan pada SMA Negeri di Kota Denpasar. Berdasarkan baku mutu tingkat kebisingan sesuai keputusan Peraturan Gubernur Bali nomor : 8 Tahun 07 ditetapkan untuk tingkat kebisingan yang diperbolehkan untuk bangunan sekolah adalah 55 db. Hasil pengukuran kebisingan menunjukkan bahwa kebisingan di SMA Negeri di Kota Denpasar melebihi baku mutu terlihat pada Gambar 6.1. Gambar 6.1 Grafik hasil pengukuran kebisingan Grafik 6.1 di atas menerangkan bahwa kebisingan SMA Negeri 4 Denpasar di ruang kelas terendah yaitu 57,7 db hal ini disebabkan oleh ruang belajar kelas 63

87 64 siswa tertutup dan ber AC, ada dua buah AC dengan kekuatan 1PK sehingga suara yang ada di luar kelas tidak terlalu mengganggu. Kondisi kelas dapat di lihat pada lampiran 11 hal 139. Kebisingan SMA Negeri 6 Denpasar di halaman sekolah terendah di antara sekolah yang lain yaitu sebesar 68 db. Hal ini karena SMA Negeri 6 Denpasar berada di kawasan yang tidak padat lalulintas, sekolah masuk ke Jl. Tukad nyali dan mempunyai pintu gerbang dua buah sehingga pada saat siswa datang ke sekolah melalui dua pintu masuk yang mengakibatkan bising terpapar menyebar di dua lokasi. Seperti terlihat pada lampiran 12 hal 1. Di depan/utara sekolah terdapat perumahan yang tidak padat penduduk, warung dan bengkel sepeda motor. Sebelah barat sekolah jalan buntu dan ada kali kecil. Dalam proses belajar mengajar di ruang kelas tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan sekitarnya (Maknun J, dkk, ). Kebisingan SMA Negeri 8 Denpasar di ruang kelas tertinggi diantara sekolah lain yaitu 63 db. Walaupun sekolah tersebut berada di kawasan yang tidak padat lalulintas karena sekolah masuk ke Jl. DAM Peraupan Penguyangan tetapi di selatan/depan sekolah terdapat perumahan yang padat penduduk. Pengukuran hari sabtu tanggal januari 15 ada kelas tidak belajar sehingga mempengaruhi hasil pengukuran yang dilakukan. Sedangkan di halaman sekolah paling tinggi dari sekolah lain yaitu 73 db, karena SMA Negeri 8 Denpasar tidak mempunyai tempat parkir khusus sehingga siswa parkir di depan ruang kelas. Hampir semua areal sekolah ada sepeda motor yang parkir, dapat dilihat

88 65 pada lampiran 13 hal 141. Terdapat dua pintu masuk/keluar ke sekolah dan salah satu pintu menghubungkan ke SMP Negeri 12 Denpasar. Widyantoro dan Razif (11), yang melakukan penelitian di Jl.Arif Rachman Hakim Surabaya juga mendapatkan nilai kebisingan tertinggi rata-rata 73 db. Menurut (Wardhana, 1995 dalam Sri Indah K, ) kebisingan antara dapat menyebabkan kerusakan alat pendengaran bila kontak terjadi dalam waktu lama Ketersediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana sekolah. Berdasarkan survei sarana dan prasarana yang dilakukan pada delapan SMA Negeri di Kota Denpasar di peroleh hasil yang dituangkan dalam Gambar 6.2. Gambar 6.2 Grafik hasil survei sarana dan prasarana sekolah

89 66 Gambar 6.2 di atas dijelaskan bahwa SMA Negeri 3 Denpasar mendapat nilai tertinggi dengan kategori sangat nyaman, hal ini karena sarana dan prasarana yang ada di sekolah rata-rata ketersediaannya sangat baik antara lain : jumlah kelas SMAN 3 Denpasar adalah 22 kelas dengan jumlah tempat sampah 32 buah, dimana rasio tempat sampah 1:1, berarti sudah sangat baik, berdasarkan Pedoman Teknis Pengendalian faktor resiko kesehatan lingkungan di sekolah dari Depkemenkes RI 04 bahwa proporsi jumlah WC terhadap siswa perempuan dan laki-laki cukup baik yaitu 1:39, untuk kebersihan toilet dinilai bersih karena tidak ada lumut dan sarang laba-laba, tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit dan tersedia desinfektan dan lantai toilet dari keramik dengan luas rata-rata 2,52 m 2, tempat sampah di toilet ada dengan kondisi baik dan tertutup. Lokasi kantin sekolah sangat baik karena tidak berhubungan/ berhadapan langsung dengan WC/ kamar mandi, kebersihan kantin pun bersih karena tidak ada debu, tidak ada sarang laba-laba, dan tidak ada bekas bocor pada dinding langit-langit kantin. Kualitas air secara fisik baik dan saluran pembuangan air limbah di alirkan keluar lingkungan sekolah. Adapun kondisi lingkungan sekolah rindang, asri dan bersih seperti terlihat pada lampiran 14 hal 142, mempunyai parkir khusus yang berada jauh dari ruang kelas siswa, terdapat papan sekretariat UKS dan KTR di halaman sekolah juga ada tanaman obat keluarga seperti mahkota dewa dan kayu manis. Pengelolaan sampah sekolah baik sekali karena pemilahan dimulai dari pemisahan sampah organik dan anorganik, sampah anorganik dari masingmasing kelas diangkut ke TPS setiap hari, sampah di TPS diangkut ke TPA

90 67 maksimal 1x24 jam. SMA Negeri 3 Denpasar mengolah sampah organik menjadi kompos ditempat khusus dan tidak di lingkungan halaman sekolah sehingga tidak menggangu keasrian dari sekolah dan hasil kompos dimanfaatkan kembali untuk kesuburan tanaman di lingkungan SMAN 3 Denpasar. Kondisi ruang kelas sangat baik karena dindingnya tidak lembab, atap tidak bocor, lantainya utuh, penataan ruangan bagus dan jarak antara langitlangit dan lantai minimal 2,5 m. Kepadatan ruang kelas 1,74 m 2. Berdasarkan KepMenkes No. 15/ Menkes/ SK XI / 02 tanggal 19 November 02 dalam, lampiran 1, tentang persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dimana ventilasi ruang kelas yang memenuhi standar adalah jika ventilasi 15% dari luas lantai atau pakai AC dan berfungsi, untuk SMAN 3 Denpasar ventilasi ruang kelas rata-rata 26,65% yang berarti sudah memenuhi standar. SMA Negeri 6 Denpasar mendapat nilai terendah diantara sekolah lain tetapi masih kategori nyaman, hal ini dikarenakan proporsi jumlah WC terhadap siswa perempuan dan laki-laki tidak baik yaitu 1:43, dimana proporsi standarnya berdasarkan Pedoman Teknis Pengendalian faktor resiko kesehatan lingkungan di sekolah dari Depkes RI 04 yaitu 1:, tidak ada tempat sampah di toilet dan untuk kebersihan toilet dinilai cukup bersih karena tidak ada lumut dan sarang laba-laba, ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit dan lantai toilet dari keramik dengan luas rata-rata 3,4 m 2, Adapun kondisi lingkungan sekolah kurang nyaman karena ada renovasi pagar pengengker /pengaman sekolah seperti terlihat dalam lampiran 15 hal 143, mempunyai

91 68 tempat parkir tetapi masih kurang menampung jumlah yang ada, Kondisi ruang kelas kurang baik karena ada beberapa ruang kelas yang kurang layak seperti jendela yang pecah dan jendela yang lubang tanpa kaca (lampiran 16 hal 144). Kerapatan kelas memenuhi standar 2,03 m2. Pengelolaan sampah cukup baik karena sampah dari masing-masing kelas diangkut ke TPS setiap hari, sampah di TPS diangkut ke TPA maksimal 1x24 jam. Dari delapan sekolah hanya SMA Negeri 6 Denpasar yang belum menggunakan kipas angin ataupun AC Suhu, Kelembaban dan Pencahayaan Hasil pengukuran di SMA Negeri 2 Denpasar suhunya tertinggi dari sekolah lain karena saat melakukan pengukuran pada tanggal 6 Maret 15 pukul wita cuaca cerah dan sinar matahari terang sehingga suhu rata-rata 28,00 0 C dapat dilihat pada lampiran 17 hal 145, hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rangsiraksa P, 06) di Bangkok bahwa bangunan yang hanya menggunakan ventilasi suhu nyaman pada C. Suhu terendah di SMA Negeri 4 Denpasar yaitu 23,50 0 C karena ruang kelas menggunakan AC sebanyak dua buah dengan kekuatan 1 PK. Hasil pengukuran suhu yang dilakukan di delapan sekolah masih nyaman hal ini dapat dibandingkan dengan berbagai penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan di daerah iklim tropis basah seperti halnya Mom (1937) dan Wiesebron (1950) di Bandung, Ellis (1953), de Dear (1990) di Singapura, Busch (1988) di Bangkok, Ballabtyne (1967 dan 1979) di Port Moresby, kemudian Karyono (1993) di Jakarta dalam (Basaria T, 05), memperlihatkan tentang rentang suhu antara 24 0 C hingga 0 C yang dianggap nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah iklim tersebut.

92 69 Kelembaban tertinggi pada SMA Negeri 5 Denpasar 84,48 %, dimana SMA Negeri 5 Denpasar memiliki luas lahan paling luas yaitu m 2 dengan luas halaman dan kebun m 2. Ruang terbuka hijau (RTH) berfungsi sebagai peneduh yang akan menciptakan kenyamanan karena unsur vegetasi berupa pohon misalnya dapat memodifikasi iklim mikro yaitu penurunan suhu dan peningkatan kelembaban udara (Nursanti dan Elly IS, 13). Kerapatan vegetasi di areal SMAN 5 Denpasar mengakibatkan banyaknya tutupan lahan sehingga sinar matahari tidak sampai pada muka tanah meskipun pengukuran dilakukan pukul wita sehingga kelembaban meningkat, dapat terlihat pada lampiran 18 hal 146, hal ini masih nyaman karena menurut (Basaria T, 05) Indonesia mempunyai iklim tropis dengan karakteristik kelembaban udara relatif tinggi, dapat mencapai angka 80%. Sedangkan kelembaban terendah pada SMA Negeri 2 Denpasar yaitu 68,43 % terjadi karena pohon peneduh pada SMAN 2 Denpasar hanya 25% saja yang memenuhi areal sekolah, karena masih ada proyek pembangunan gedung lantai 3 di areal sekolah terlihat pada lampiran 19 hal 147. Pencahayaan tertinggi di ruang kelas yaitu pada SMA Negeri 8 Denpasar dengan rata-rata 597,0 lux, karena ruang kelas rata-rata di sebelah kanan dan kirinya adalah halaman sekolah, terlihat pada lampiran hal 148. Sedangkan pencahayaan terendah pada SMA Negeri 2 Denpasar, karena ruang kelas terhalang tembok pengaman yang tinggi di selatannya sehingga ruang kelas tidak terang oleh pencahayaan alami (sinar matahari) terlihat pada lampiran 21 hal 149 dan memperoleh 190,4 lux, ruang kelas bisa lebih terang oleh

93 70 penerangan bola lampu. Dalam SNI yang mengacu kepada Standar National Electric Code (NEC), Iluminating Engeneering Society (IES), International Electrotechnical Commision (IEC) dan Australian Standard (Widyaningrum N D, 14) di sebutkan tingkat terang yang direkomendasikan di titik pandang ruang kelas adalah sekitar 250 Lux dan hasil pengukuran menunjukkan diatas 250 Lux Persepsi Siswa Berdasarkan persepsi siswa di sekolah yang dipandang paling nyaman dari delapan SMAN di Kota Denpasar adalah SMAN 3 Denpasar sebesar 62,85% dengan pernyataan tidak nyaman 0 %, dan sekolah tidak nyaman pada SMAN 6 Denpasar sebesar 11,43%. Sarana dan prasarana di SMAN 6 Denpasar kurang optimal seperti ada kaca yang pecah dan jendela tanpa kaca (lubang), juga tidak ada kipas angin atau AC yang digunakan di ruang kelas. SMA Negeri 2 Denpasar juga menyatakan persepsi siswa tidak nyaman sebesar 2,86 % karena perilaku siswa kurang ramah lingkungan, seperti terdapat dua tempat sampah untuk sampah organik dan nonorganik tapi kenyataannya sampah dibuang tidak berdasarkan tempat sampahnya. Toilet tidak bersih sehingga bau menyengat tersebar sampai keluar toilet. Perilaku siswa membuang sampah sembarangan terlihat pada kolam ikan yang tidak terawat pada lampiran 22 hal 150.

94 7.1. Simpulan BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Tingkat kenyamanan lingkungan belajar SMA Negeri di Kota Denpasar berdasarkan tingkat kebisingan telah melebihi baku mutu 55 db, dengan kebisingan tertinggi terjadi di halaman sekolah sebesar 73,0 db, dengan penyebab utamanya adalah kendaraan bermotor. Suhu dan kelembaban udara tidak berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan, karena masih memenuhi standar. Pencahayaan ruang kelas di delapan SMAN di Kota Denpasar sangat baik karena sudah memenuhi baku mutu. Ketersediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang sudah optimal dan memadai memberikan dukungan yang sangat besar di semua SMAN di Kota Denpasar. Dukungan sarana dan prasarana terlihat nyata pada SMAN 3 Denpasar. Hampir semua siswa di delapan SMAN di Kota Denpasar menyatakan bahwa lingkungan sekolahnya adalah nyaman, bahkan SMAN 3 Denpasar menyatakan sangat nyaman sebesar 62,85 % Saran 1. Untuk mengurangi pengaruh kebisingan terhadap tingkat kenyamanan belajar siswa, di sarankan penanaman pohon pada pagar sekolah yang berfungsi sebagai peredam kebisingan seperti menanam pohon bambu jakarta atau bambu kuning. 71

95 72 2. Disarankan memperhatikan perawatan sarana dan prasarana sekolah keberlanjutan berupa pengelolaan sarana dan prasarana yang memadai. 3. Pemilihan lokasi sekolah perlu memperhatikan faktor kebisingan.

96 DAFTAR PUSTAKA Anshari dan Hafi. 1982, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional Surabaya. Azizah. L.N. 13, Lingkungan Sehat Disekolah ( Basaria T, 05, Menciptakan Kenyamanan Thermal dalam Bangunan, Jurnal Sistem Tehnik Industri Volume 6 No. 3 Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Bhinnety E., M. Sugiyanto, dan Pudjono M Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Memori Jangka Pendek, Jurnal Psikologi, XXI, 1, Juni h Darajat. Z. 08, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. VII. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta ; Balai Pustaka), h Earthman, G. I. 04, Prioritazion of 31 Criteria for School Building Adequance. Ericson D. 13, Pengertian sekolah ( Hasbullah. 13, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, cetakan 11 edisi revisi Jakarta: PT Raja Grafindo persada. Irawan F, 12, Skripsi Perbedaan Ambang Pendengaran Sebelum dan Sesudah Terpapar Kebisingan Pada Pekerja Teknis Lapangan Sektor Gus Turbin PLTGU PT. PJB UP.Gresik, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya 12 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor ; 15/MENKES/SK/XI/02 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Maknun J., Hananto dan Busono., Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas terhadap Efektifitas Proses Belajar Mengajar (Studi Kasus pada sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung, Jurnal Jurusan Pend.Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Martuti N K T. 13, Peranan Tanaman terhadap Pencemaran Udara Dijalan Protokol Kota Semarang, Jurnal Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Alam,Universitas Negeri Semarang. 73

97 74 Metawati N.,Tjahyani B dan Suhandy S. 13, Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Kelas Di SMPN 23 Bandung, Jurnal Program Studi Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Movalino C, 13, Analisis Kenyamanan Belajar Siswa di Ruang Laboratorium Komputer SMKN 2 Garut Berdasarkan Standar Kenyamanan Termal Ruang dan Persepsi Siswa, Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur (S1) Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia. Nainggolan H dan Mequrry yusfi., 13, Rancang Bangun Sistem Kendali temperature Dan Kelembaban Relatif Pada Ruangan Dengan Menggunakan Motor DC Berbasis Mikrokontroler ATMEGA8535, Jurnal Fisika FMIPA Universitas Andalas. Nursanti dan Elly IS, 13, Potensi Keanekaragaman Hayati,Iklim dan Serapan Karbon pada Ruang Terbuka Hijau Kampus Mendalo Universitas Jambi, Jurnal Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Mendalo Darat, Vol.2 No. 2 April-Juni 13. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan di Sekolah, 04, Direktort Penyehatan Lingkungan DIRJEN PPM dan PL DEP.KES. RI. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor : 01 Tahun 13 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. Peraturan Gubernur Bali Nomor : 8 Tahun 07 tentang Baku Mutu Kebisingan Provinsi Bali. Prawira A. P. 11, Tingkat Pencemaran Udara Kawasan Sekolah Berdasarkan Parameter Total Suspended Particulate (TSP) dan Kebisingan Akibat Kendaraan yang melintas (Studi Kasus : SMP 29, SMP11 Dan SMP 19 Jakarta Selatan) Skripsi Fakultas Tehnik Universitas Indonesia. Rahmawati E. 14, Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII3 SMP Muhammadiyah 22 Pamulang, Jurnal Fakultas lmu Tarhiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Rangsiraksa P, 06, Thermal Comfort in Bangkok Residential Buildings Thailand, Architecture Program, Departement Of Architecture. King Mongkut s Institute Of Technology, Ladkrabang, (KMITL) Bangkok,

98 75 Thailand. Sasongko D.P dan Hadiyarto A. 00, Kebisingan Lingkungan : Univ. Diponegoro Semarang. Shield B. M and J. E Dockrell. 03, The Effects Of Noise On Children At School, Division Of Building Service,Faculty Of Engineering Science and Techology, South Bank University,London SEI OAA and Psychology and Human Development, Institute Of Education, London University,25 Waburn Square, London WC1H OAA(32,33). Slameto, 03, Belajar dan faktor faktor yang mempengaruhinya, Jakarta Renika Cipta. Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Denpasar Bab IV. Tahun 08. Suarna. I W., C.IP., Kusuma K dan I M. Sara Wijana. 12, Permasalahan Kebisingan di Kota Denpasar, Jurnal Bumi Lestari Vol. 7 Tahun 12, hlm 4. Sugiarta A.A.G. 08, Dampak Kebisingan dan Kualitas Udara pada Lingkungan Kota Denpasar, Jurnal Bumi Lestari Vol.8 2 Agustus 08, Hlm Suparwoko dan Firdaus F. 07, Profil Pencemaran Udara Kawasan Perkotaan Yogyakarta : Studi Kasus di Kawasan Malioboro, Kridosono, dan UGM Yogyakarta. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor : 32 Tahun 09 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Warastuthi M. R. 03, Analisis Tingkat Kebisingan Akibat Mobilitas Kendaraan Bermotor di Kabupaten Badung, Bali, Tesis Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Widyaningrum N D dan Wahyuni S, 14, Perfoma Penerangan Interior Ruang Kelas Politehnik Negeri Jakarta Menuju Standar Internasional, Jurnal Jurusan teknik Sipil Politehnik Negeri Jakarta (PNJ) Kampus Baru UI Depok Widyantoro B dan Mohammad R, 11, Pemetaan Tingkat Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi Dikaitkan dengan Tata Guna Lahan di Jl. Arif Rachman Hakim Surabaya, Jurnal Jurusan Tehnik Lingkungan F TSP- ITS. Wilson,C.E. 1989, Noise Control, Harpes & RowPublisher, New York.

99 LAMPIRAN- LAMPIRAN 76

100 Lampiran 1 : HASIL SURVEI SARANA DAN PRASARANA SMA NEGERI DI KOTA DENPASAR Jml Skor : 5 Nama Sekolah : SMAN 1 Denpasar Alamat Sekolah : Jl. Kamboja no.4 Denpasar Tanggal Survei : 21 Januari 15 Item Yang Dinilai Skor Indikator Toilet / WC Hasil 1. Proporsi jumlah WC terhadap siswa: 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak Baik Sangat baik: 1:(-25) Baik: 1:(26-) Cukup baik: 1:(31-) Tidak baik: 1: 41 Ket. Jika tidak dipisah, gunakan proporsi wc/jamban terhadap peserta didik perempuan. Missal: jumlah siswa laki-laki 0, siswa perempuan 0, WC, maka perbandingan WC dengan peserta didik adalah :0 = 1: 2. Kebersihan Toilet / WC : 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih 1. tidak ada lumut dan sarang laba-laba 2. tidak ada jentik 3. tdk ada bekas bocor lama pd dinding & langit2 4. Tersedia alat pembersih (sikat Wc, sikat lantai, desinfektan) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi tiga kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi dua kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi satu kriteria 77

101 78 3. Ventilasi ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika luas ventilasi > 15% dari luas lantai atau pakai AC dan berfungsi Tidak memenuhi standar : Jika luas lubang ventilasi < 15% dari luas lantai 4. Tempat sampah ditoilet 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak ada Sangat Baik: Ada, kondisi baik, dan tertutup Baik: Ada, kondisi baik dan terbuka Cukup: ada, kondisi tidak baik, rusak Tidak ada: Tidak ada tempat sampah KANTIN SEKOLAH 5. Lokasi : 1. Sangat baik 2. Cukup baik 3. Tidak baik 1. Terlindung dari sumber pencemaran: debu, asap, bau, serangga dan tikus. 2. Tidak berhubungan/berhadapan langsung dengan WC/Kamar mandi Sangat baik : memenuhi semua kriteria Cukup baik: hanya memenuhi 1 kriteria Tidak baik: Jika tidak memenuhi criteria 6. Bahan makanan : 1. Baik 2. Tidak baik 1. Bahan makanan dalam kondisi segar, tidak busuk/ tidak rusak 2. Bahan makanan kemasan tidak kadaluwarsa, tidak mengandung penyedap/msg berlebihan dan pemanis buatan dan terdaftar di Dinas

102 79 7. Kebersihan Kantin 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Baik: terpenuhi semua kriteria Tidak Baik : tidak memenuhi 2 kriteria tersebut 1. Tidak ada debu,tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi 2 kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi 1 kriteria AIR BERSIH 8. Kualitas Air Secara Fisik 1. Baik 2. Tidak Baik 1. air tidak berwarna 2. air tidak berbau 3. air tidak berasa Baik: memenuhi semua syarat Tidak baik: bila salah satu syarat atau lebih tidak terpenuhi 9. Saluran pembuangan air limbah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup Sangat Baik: Bila dialirkan ke sumur resapan yg tertutup Baik: Dialirkan ke saluran parit umum Cukup: Dialirkan ke kolam di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah

103 80 4. Tidak Baik Tidak Baik: Dialirkan dgn saluran air ke sungai / badan air KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH Lingkungan Sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Lingkari untuk masingmasing kriteria sesuai kondisi di lapangan. 1. Rindang dan bersih serta asri 2. Tidak ada genangan air di halaman 3. Pagar pengaman sekolah 4. Tempat parkir 5. Terdapat Papan secretariat UKS dan KTR dihalaman sekolah yang permanen 6. Tanaman obat keluarga 7. Tidak ditemukan jentik Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 6 kriteria Cukup: Jika memenuhi 5 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 4 kriteria SAMPAH 11 Rasio tempat sampah dengan jumlah kelas : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 1 Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 2 Cukup: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 3 Tidak Baik : Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : > 4

104 81 12 Pengelolaan sampah sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik RUANG KELAS 1. Pemilahan mulai dari sumber (tempat sampah terpisah untuk organik dan anorganik) 2. Sampah dari masingmasing ruangan/kelas diangkut ke TPS setiap hari 3. Sampah di TPS diangkut ke TPA maksimal 1x24 jam 4. Sampah sebelum masuk TPS dimanfaatkan dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycling), misalnya : sampah organik kompos; sampah anorganik dibuat kerajinan/hasta karya Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup:Jika memenuhi 2 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 1 kriteria 13 Kondisi 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik 1. Dinding (tidak lembab) 2. Atap (kuat, tidak bocor) 3. Lantai (utuh/rata, tidak retak, tidak licin) 4. Penataan (ruang gerak leluasa) 5. Jarak papan tulis dengan murid terdepan > 2,5m) Sangat Baik : memenuhi semua kriteria Baik : Jika memenuhi empat kriteria Cukup: Jika memenuhi tiga kriteria Tidak Baik: Jika memenuhi dua kriteria

105 82 14 Kepadatan ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas 1,75 m 2 permurid. Tidak memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas < 1,75 m 2 permurid 15 Kebersihan 1. Sangat Bersih 2. Bersih 3. Cukup 4. Tidak Baik 1. Tidak ada debu, tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat Bersih : memenuhi semua kriteria Bersih : Jika memenuhi tiga kriteria Cukup: Jika memenuhi dua kriteria Tidak Bersih: Jika memenuhi satu kriteria 16 Pencahayaan 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu 17 Kelembaban Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan 0 Lux Tidak memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan di bawah atau diatas 0 Lux Memenuhi Baku Mutu : Kelembaban 60 % Tidak memenuhi Baku Mutu : Kelembaban di bawah atau diatas 60 %

106 83 18 Suhu Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Suhu C Tidak memenuhi Baku Mutu : Suhu di bawah atau diatas C RUANG TERBUKA HIJAU 19 Kerapatan Pohon Peneduh : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik 0 Sangat Baik : Pohon peneduh ada di seluruh lokasi. Baik : Pohon peneduh ada di tiga perempat Lokasi (+ 75 % ). Cukup : Pohon peneduh ada di setengah Lokasi (+ 50 % ). Tidak Baik : Pohon peneduh ada di seperempat ( < 25 % ) lokasi. Keterangan : Huruf yang tercetak tebal dan miring adalah hasil survei. Sumber : 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 01 Tahun 13, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. 2. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan di Sekolah (Departemen Kementerian Kesehatan RI) tahun Kepmenkes No.15/Menkes/SK/XI/02 tanggal 19 Nopember 02, lampiran 1 Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran.

107 Lampiran 2 : HASIL SURVEI SARANA DAN PRASARANA SMA NEGERI DI KOTA DENPASAR Jml Skor : 480 Nama Sekolah : SMAN 2 Denpasar Alamat Sekolah : Jl. Jenderal Sudirman Denpasar Tanggal Survei : Januari 15 Item Yang Dinilai Skor Indikator Toilet / WC Hasil 1. Proporsi jumlah WC terhadap siswa : 1. Sangat baik 2. Baik 3.Cukup baik 4 Tidak Baik Sangat baik: 1:(-25) Baik: 1:(26-) Cukup baik: 1:(31-) Tidak baik: 1: 41 Ket. Jika tidak dipisah, gunakan proporsi wc/jamban terhadap peserta didik perempuan. Missal: jumlah siswa laki-laki 0, siswa perempuan 0, WC, maka perbandingan WC dengan peserta didik adalah :0 = 1: 2. Kebersihan Toilet / WC : 1. Sangat bersih 2.Bersih 3.Cukup bersih 4. Tidak bersih 1. tidak ada lumut dan sarang laba-laba 2. tidak ada jentik 3. tdk ada bekas bocor lama pd dinding & langit2 4. Tersedia alat pembersih (sikat Wc, sikat lantai, desinfektan) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi tiga kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi dua kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi satu kriteria 84

108 85 3. Ventilasi ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika luas ventilasi > 15% dari luas lantai atau pakai AC dan berfungsi Tidak memenuhi standar : Jika luas lubang ventilasi < 15% dari luas lantai 4. Tempat sampah ditoilet 1.Sangat Baik 2.Baik 3.Cukup 4.Tidak ada Sangat Baik: Ada, kondisi baik, dan tertutup Baik: Ada, kondisi baik dan terbuka Cukup: ada, kondisi tidak baik, rusak Tidak ada: Tidak ada tempat sampah KANTIN SEKOLAH 5. Lokasi : 1. Sangat baik 2. Cukup baik 3. Tidak baik 1. Terlindung dari sumber pencemaran: debu, asap, bau, serangga dan tikus. 2. Tidak berhubungan/berhadapan langsung dengan WC/Kamar mandi Sangat baik : memenuhi semua kriteria Cukup baik: hanya memenuhi 1 kriteria Tidak baik: Jika tidak memenuhi criteria 6. Bahan makanan : 1. Baik 2. Tidak baik 1. Bahan makanan dalam kondisi segar, tidak busuk/ tidak rusak 2. Bahan makanan kemasan tidak kadaluwarsa, tidak mengandung penyedap/msg berlebihan dan pemanis buatan dan terdaftar di Dinas Kesehatan atau

109 86 7. Kebersihan Kantin 1. Sangat bersih 2.Bersih 3.Cukup bersih 4. Tidak bersih Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Baik: terpenuhi semua kriteria Tidak Baik : tidak memenuhi 2 kriteria tersebut 1. Tidak ada debu,tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang laba-laba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langitlangit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi 2 kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi 1 kriteria AIR BERSIH 8. Kualitas Air Secara Fisik 1.Baik 2. Tidak Baik 1. air tidak berwarna 2. air tidak berbau 3. air tidak berasa Baik: memenuhi semua syarat Tidak baik: bila salah satu syarat atau lebih tidak terpenuhi 9. Saluran pembuangan air limbah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup Sangat Baik: Bila dialirkan ke sumur resapan yg tertutup Baik: Dialirkan ke saluran parit umum Cukup: Dialirkan ke kolam di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah Tidak Baik: Dialirkan dgn saluran air ke sungai / badan

110 87 4. Tidak Baik air KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH Lingkungan Sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Lingkari untuk masingmasing kriteria sesuai kondisi di lapangan. 1. Rindang dan bersih serta asri 2. Tidak ada genangan air di halaman 2. Pagar pengaman sekolah Tempat parkir 3. Terdapat Papan secretariat UKS dan KTR dihalaman sekolah yang permanen 4. Tanaman obat keluarga 5. Tidak ditemukan jentik Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 5 kriteria Cukup: Jika memenuhi 4 kriteria Tidak Baik: Jika memenuhi 3 kriteria SAMPAH 11 Rasio tempat sampah dengan jumlah kelas : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 1 Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 2 Cukup: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 3 Tidak Baik : Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : > 4

111 88 12 Pengelolaan sampah sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 4. Cukup 4. Tidak Baik RUANG KELAS 1. Pemilahan mulai dari sumber (tempat sampah terpisah untuk organik dan anorganik) 2. Sampah dari masingmasing ruangan/kelas diangkut ke TPS setiap hari 3. Sampah di TPS diangkut ke TPA maksimal 1x24 jam 4. Sampah sebelum masuk TPS dimanfaatkan dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycling), misalnya : sampah organik kompos; sampah anorganik dibuat kerajinan/hasta karya Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup:Jika memenuhi 2 kriteria Tidak Baik: Jika memenuhi 1 kriteria 13 Kondisi 1. Sangat Baik 2. Baik 3.Cukup 5. Tidak Baik 1. Dinding (tidak lembab) 2. Atap (kuat, tidak bocor) 3. Lantai (utuh/rata, tidak retak, tidak licin) 4. Penataan (ruang gerak leluasa) 5. Jarak papan tulis dengan murid terdepan > 2,5m) Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik : Jika memenuhi empat kriteria Cukup: Jika memenuhi tiga kriteria Tidak Baik: Jika memenuhi dua kriteria

112 89 14 Kepadatan ruang kelas 1.Memenuhi standar 2.Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas 1,75 m 2 permurid. Tidak memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas < 1,75 m 2 permurid 15 Kebersihan 1. Sangat Bersih 6. Bersih 7. Cukup 8. Tidak Bersih 1. Tidak ada debu, tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang laba-laba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langitlangit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat Bersih : memenuhi semua kriteria Bersih : Jika memenuhi tiga kriteria Cukup: Jika memenuhi dua kriteria Tidak Bersih: Jika memenuhi satu kriteria 16 Pencahayaan 1.Memenuhi Baku Mutu 2.Tidak memenuhi Baku Mutu 17 Kelembaban Udara 3. Memenuhi Baku Mutu 4. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan 0 Lux Tidak memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan di bawah atau diatas 0 Lux Memenuhi Baku Mutu : Kelembaban 60 % Tidak memenuhi Baku Mutu : Kelembaban di bawah atau diatas 60 %

113 90 18 Suhu Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2.Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Suhu C Tidak memenuhi Baku Mutu : Suhu di bawah atau diatas C RUANG TERBUKA HIJAU 19 Kerapatan Pohon Peneduh : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik : Pohon peneduh ada di seluruh lokasi. Baik : Pohon peneduh ada di tiga perempat Lokasi (+ 75 % ). Cukup : Pohon peneduh ada di setengah Lokasi (+ 50 % ). Tidak Baik: Pohon peneduh ada di seperempat ( < 25 % ) lokasi. Keterangan : Huruf yang tercetak tebal dan miring adalah hasil survei. Sumber : 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 01 Tahun 13, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. 2. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan di Sekolah (Departemen Kementerian Kesehatan RI) tahun Kepmenkes No.15/Menkes/SK/XI/02 tanggal 19 Nopember 02, lampiran 1 Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran.

114 Lampiran 3 : HASIL SURVEI SARANA DAN PRASARANA SMA NEGERI DI KOTA DENPASAR Jml Skor : 6 Nama Sekolah : SMAN 3 Denpasar Alamat Sekolah : Jl. Nusa Indah No. X Denpasar Tanggal Survei : 3 Maret 15 Item Yang Dinilai Skor Indikator Toilet / WC Hasil 1. Proporsi jumlah WC terhadap siswa : 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak Baik Sangat baik: 1:(-25) Baik: 1:(26-) Cukup baik: 1:(31-) Tidak baik: 1: 41 Ket. Jika tidak dipisah, gunakan proporsi wc/jamban terhadap peserta didik perempuan. Missal: jumlah siswa laki-laki 0, siswa perempuan 0, WC, maka perbandingan WC dengan peserta didik adalah :0 = 1: 2. Kebersihan Toilet / WC : 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih 1. tidak ada lumut dan sarang laba-laba 2. tidak ada jentik 3. tdk ada bekas bocor lama pd dinding & langit2 4. Tersedia alat pembersih (sikat Wc, sikat lantai, desinfektan) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi tiga kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi dua kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi satu kriteria 91

115 92 3. Ventilasi ruang kelas 1. Memenuhi standar Memenuhi standar : Jika luas ventilasi > 15% dari luas lantai atau pakai AC dan berfungsi 2. Tidak memenuhi standar Tidak memenuhi standar : Jika luas lubang ventilasi < 15% dari luas lantai 4. Tempat sampah ditoilet 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak ada Sangat Baik: Ada, kondisi baik, dan tertutup Baik: Ada, kondisi baik dan terbuka Cukup: ada, kondisi tidak baik, rusak Tidak ada: Tidak ada tempat sampah KANTIN SEKOLAH 5. Lokasi : 1. Sangat baik 2. Cukup baik 3. Tidak baik 1. Terlindung dari sumber pencemaran: debu, asap, bau, serangga dan tikus. 2. Tidak berhubungan/berhadapan langsung dengan WC/Kamar mandi Sangat baik : memenuhi semua kriteria Cukup baik: hanya memenuhi 1 kriteria Tidak baik: Jika tidak memenuhi criteria 6. Bahan makanan : 1. Baik 2. Tidak baik 1. Bahan makanan dalam kondisi segar, tidak busuk/ tidak rusak 2. Bahan makanan kemasan tidak kadaluwarsa, tidak mengandung penyedap/msg berlebihan dan pemanis buatan dan terdaftar di Dinas Kesehatan atau Badan

116 93 7. Kebersihan Kantin 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Baik: terpenuhi semua kriteria Tidak Baik : tidak memenuhi 2 kriteria tersebut 1. Tidak ada debu,tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang laba-laba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langitlangit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi 2 kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi 1 kriteria AIR BERSIH 8. Kualitas Air Secara Fisik 1. Baik 2. Tidak Baik 1. air tidak berwarna 2. air tidak berbau 3. air tidak berasa Baik: memenuhi semua syarat Tidak baik: bila salah satu syarat atau lebih tidak terpenuhi 9. Saluran pembuangan air limbah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Bila dialirkan ke sumur resapan yg tertutup Baik: Dialirkan ke saluran parit umum Cukup: Dialirkan ke kolam di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah Tidak Baik: Dialirkan dgn saluran air ke sungai / badan air

117 94 KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH Lingkungan Sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik 0 Lingkari untuk masingmasing kriteria sesuai kondisi di lapangan. 1. Rindang dan bersih serta asri 2. Tidak ada genangan air di halaman 3. Pagar pengaman sekolah 4. Tempat parkir 5. Terdapat Papan secretariat UKS dan KTR dihalaman sekolah yang permanen 6. Tanaman obat keluarga 7. Tidak ditemukan jentik Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 6 kriteria Cukup: Jika memenuhi 5 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 2 kriteria SAMPAH 11 Rasio tempat sampah dengan jumlah kelas : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 1 Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 2 Cukup: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 3 Tidak Baik : Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : > 4

118 95 12 Pengelolaan sampah sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik RUANG KELAS 1. Pemilahan mulai dari sumber (tempat sampah terpisah untuk organik dan anorganik) 2. Sampah dari masingmasing ruangan/kelas diangkut ke TPS setiap hari 3. Sampah di TPS diangkut ke TPA maksimal 1x24 jam 4. Sampah sebelum masuk TPS dimanfaatkan dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycling), misalnya : sampah organik kompos; sampah anorganik dibuat kerajinan/hasta karya Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup:Jika memenuhi 2 kriteria Tidak baik : Jika memenuhi 1 kriteria 13 Kondisi 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik 1. Dinding (tidak lembab) 2. Atap (kuat, tidak bocor) 3. Lantai (utuh/rata, tidak retak, tidak licin) 4. Penataan (ruang gerak leluasa) 9. Jarak papan tulis dengan murid terdepan > 2,5m) Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik : Jika memenuhi tiga kriteria Cukup: Jika memenuhi dua kriteria Tidak Baik: Jika memenuhi satu kriteria

119 96 14 Kepadatan ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas 1,75 m 2 permurid. Tidak memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas < 1,75 m 2 permurid 15 Kebersihan 1. Sangat Bersih 2.Bersih 3.Cukup 4.Tidak Bersih 1. Tidak ada debu, tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat Bersih : memenuhi semua kriteria Bersih : Jika memenuhi tiga kriteria Cukup: Jika memenuhi dua kriteria Tidak Bersih: Jika memenuhi satu kriteria 16 Pencahayaan 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu 17 Kelembaban Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan 0 Lux Tidak memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan di bawah atau diatas 0 Lux Memenuhi Baku Mutu : Kelembaban 60 % Tidak memenuhi Baku Mutu : Kelembaban di bawah atau diatas 60 %

120 97 18 Suhu Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Suhu C Tidak memenuhi Baku Mutu : Suhu di bawah atau diatas C RUANG TERBUKA HIJAU 19 Kerapatan Pohon Peneduh : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Pohon peneduh ada di seluruh lokasi. Baik : Pohon peneduh ada di tiga perempat Lokasi (+ 75 % ). Cukup : Pohon peneduh ada di setengah Lokasi (+ 50 % ). Tidak Baik : Pohon peneduh ada di seperempat ( < 25 % ) lokasi. Keterangan : Huruf yang tercetak tebal dan miring adalah hasil survei. Sumber : 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 01 Tahun 13, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. 2. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan di Sekolah (Departemen Kementerian Kesehatan RI) tahun Kepmenkes No.15/Menkes/SK/XI/02 tanggal 19 Nopember 02, lampiran 1 Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran.

121 Lampiran 4 : HASIL SURVEI SARANA DAN PRASARANA SMA NEGERI DI KOTA DENPASAR Jml Skor : 590 Nama Sekolah : SMAN 4 Denpasar Alamat Sekolah : Jl. Gn. Rinjani Perumnas monangmaning Denpasar Tanggal Survei : 3 Maret 15 Item Yang Dinilai Skor Indikator Toilet / WC Hasil 1. Proporsi jumlah WC terhadap siswa : 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak Baik Sangat baik: 1:(-25) Baik: 1:(26-) Cukup baik: 1:(31-) Tidak baik: 1: 41 Ket. Jika tidak dipisah, gunakan proporsi wc/jamban terhadap peserta didik perempuan. Missal: jumlah siswa laki-laki 0, siswa perempuan 0, WC, maka perbandingan WC dengan peserta didik adalah :0 = 1: 2. Kebersihan Toilet / WC : 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih 1. tidak ada lumut dan sarang laba-laba 2. tidak ada jentik 3. tdk ada bekas bocor lama pd dinding & langit2 4. Tersedia alat pembersih (sikat Wc, sikat lantai, desinfektan) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi tiga kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi dua kriteria 98

122 99 Tidak bersih: Jika memenuhi satu kriteria 3. Ventilasi ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar 4. Tempat sampah ditoilet 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak ada Memenuhi standar : Jika luas ventilasi > 15% dari luas lantai atau pakai AC dan berfungsi Tidak memenuhi standar : Jika luas lubang ventilasi < 15% dari luas lantai Sangat Baik: Ada, kondisi baik, dan tertutup Baik: Ada, kondisi baik dan terbuka Cukup: ada, kondisi tidak baik, rusak Tidak ada: Tidak ada tempat sampah KANTIN SEKOLAH 5. Lokasi : 1. Sangat baik 2. Cukup baik 3. Tidak baik 1. Terlindung dari sumber pencemaran: debu, asap, bau, serangga dan tikus. 2. Tidak berhubungan/berhadapan langsung dengan WC/Kamar mandi Sangat baik : memenuhi semua kriteria Cukup baik: hanya memenuhi 1 kriteria Tidak baik: Jika tidak memenuhi criteria 6. Bahan makanan : 1. Baik 2. Tidak baik 1. Bahan makanan dalam kondisi segar, tidak busuk/ tidak rusak 2. Bahan makanan kemasan tidak kadaluwarsa, tidak mengandung penyedap/msg berlebihan dan pemanis buatan dan terdaftar di Dinas

123 0 7. Kebersihan Kantin 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Baik: terpenuhi semua kriteria Tidak Baik : tidak memenuhi 2 kriteria tersebut 1. Tidak ada debu,tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi 2 kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi 1 kriteria AIR BERSIH 8. Kualitas Air Secara Fisik 1. Baik 2. Tidak Baik 1. air tidak berwarna 2. air tidak berbau 3. air tidak berasa Baik: memenuhi semua syarat Tidak baik: bila salah satu syarat atau lebih tidak terpenuhi 9. Saluran pembuangan air limbah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup Sangat Baik: Bila dialirkan ke sumur resapan yg tertutup Baik: Dialirkan ke saluran parit umum Cukup: Dialirkan ke kolam di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah 4. Tidak Baik Tidak Baik: Dialirkan dgn saluran air ke sungai / badan air

124 1 KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH Lingkungan Sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Lingkari untuk masingmasing kriteria sesuai kondisi di lapangan. 1. Rindang dan bersih serta asri 2. Tidak ada genangan air di halaman 3. Pagar pengaman sekolah 4. Tempat parkir 5. Terdapat Papan secretariat UKS dan KTR dihalaman sekolah yang permanen 6. Tanaman obat keluarga 7. Tidak ditemukan jentik Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 6 kriteria Cukup: Jika memenuhi 5 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 2 kriteria SAMPAH 11 Rasio tempat sampah dengan jumlah kelas : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 1 Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 2 Cukup: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 3 Tidak Baik : Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : > 4

125 2 12 Pengelolaan sampah sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik RUANG KELAS 1. Pemilahan mulai dari sumber (tempat sampah terpisah untuk organik dan anorganik) 2. Sampah dari masingmasing ruangan/kelas diangkut ke TPS setiap hari 3. Sampah di TPS diangkut ke TPA maksimal 1x24 jam 4. Sampah sebelum masuk TPS dimanfaatkan dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycling), misalnya : sampah organik kompos; sampah anorganik dibuat kerajinan/hasta karya Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup:Jika memenuhi 2 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 1 13 Kondisi 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik. Dinding (tidak lembab) 11. Atap (kuat, tidak bocor) 12. Lantai (utuh/rata, tidak retak, tidak licin) 13. Penataan (ruang gerak leluasa) 14. Jarak papan tulis dengan murid terdepan > 2,5m) Sangat Baik : memenuhi semua kriteria Baik : Jika memenuhi empat kriteria Cukup: Jika memenuhi tiga kriteria Tidak Baik: Jika memenuhi dua kriteria

126 3 14 Kepadatan ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas 1,75 m 2 permurid. Tidak memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas < 1,75 m 2 permurid 15 Kebersihan 1. Sangat Bersih 2. Bersih 3. Cukup 4. Tidak Bersih 1. Tidak ada debu, tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat Bersih : memenuhi semua kriteria Bersih : Jika memenuhi tiga kriteria Cukup: Jika memenuhi dua kriteria Tidak Bersih: Jika memenuhi satu kriteria 16 Pencahayaan 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu 17 Kelembaban Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan 0 Lux Tidak memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan di bawah atau diatas 0 Lux Memenuhi Baku Mutu : Kelembaban 60 % Tidak memenuhi Baku Mutu : Kelembaban di bawah atau diatas 60 %

127 4 18 Suhu Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Suhu C Tidak memenuhi Baku Mutu : Suhu di bawah atau diatas C RUANG TERBUKA HIJAU 19 Kerapatan Pohon Peneduh : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik : Pohon peneduh ada di seluruh lokasi. Baik : Pohon peneduh ada di tiga perempat Lokasi (+ 75 % ). Cukup : Pohon peneduh ada di setengah Lokasi (+ 50 % ). Tidak Baik: Pohon peneduh ada di seperempat ( < 25 % ) lokasi. Keterangan : Huruf yang tercetak tebal dan miring adalah hasil survei. Sumber : 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 01 Tahun 13, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. 2. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan di Sekolah (Departemen Kementerian Kesehatan RI) tahun Kepmenkes No.15/Menkes/SK/XI/02 tanggal 19 Nopember 02, lampiran 1 Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran.

128 Lampiran 5 : HASIL SURVEI SARANA DAN PRASARANA SMA NEGERI DI KOTA DENPASAR Jml Skor : 5 Nama Sekolah : SMAN 5 Denpasar Alamat Sekolah : Jl. Sanitasi Denpasar Tanggal Survei : 6 Maret 15 Item Yang Dinilai Skor Indikator Toilet / WC Hasil 1. Proporsi jumlah WC terhadap siswa : 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak Baik Sangat baik: 1:(-25) Baik: 1:(26-) Cukup baik: 1:(31-) Tidak baik: 1: 41 Ket. Jika tidak dipisah, gunakan proporsi wc/jamban terhadap peserta didik perempuan. Missal: jumlah siswa laki-laki 0, siswa perempuan 0, WC, maka perbandingan WC dengan peserta didik adalah :0 = 1: 2. Kebersihan Toilet / WC : 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih 1. tidak ada lumut dan sarang laba-laba 2. tidak ada jentik 3. tdk ada bekas bocor lama pd dinding & langit2 4. Tersedia alat pembersih (sikat Wc, sikat lantai, desinfektan) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi tiga kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi dua kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi satu kriteria 5

129 6 3. Ventilasi ruang kelas 1. Memenuhi standar Memenuhi standar : Jika luas ventilasi > 15% dari luas lantai atau pakai AC dan berfungsi 2. Tidak memenuhi standar Tidak memenuhi standar : Jika luas lubang ventilasi < 15% dari luas lantai 4. Tempat sampah ditoilet 1. Sangat Baik 2. Baik 3. cukup 4. Tidak ada Sangat Baik: Ada, kondisi baik, dan tertutup Baik: Ada, kondisi baik dan terbuka Cukup: ada, kondisi tidak baik, rusak Tidak ada: Tidak ada tempat sampah KANTIN SEKOLAH 5. Lokasi : 1. Sangat baik 2. Cukup baik 3. Tidak baik 1. Terlindung dari sumber pencemaran: debu, asap, bau, serangga dan tikus. 2. Tidak berhubungan/berhadapan langsung dengan WC/Kamar mandi Sangat baik : memenuhi semua kriteria Cukup baik: hanya memenuhi 1 kriteria Tidak baik: Jika tidak memenuhi criteria 6. Bahan makanan : 1. Baik 2. Tidak baik 1. Bahan makanan dalam kondisi segar, tidak busuk/ tidak rusak 2. Bahan makanan kemasan tidak kadaluwarsa, tidak mengandung penyedap/msg berlebihan dan pemanis buatan dan terdaftar di Dinas Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan

130 7 7. Kebersihan Kantin 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih Makanan (Badan POM). Baik: terpenuhi semua kriteria Tidak Baik : tidak memenuhi 2 kriteria tersebut 1. Tidak ada debu,tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi 2 kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi 1 kriteria AIR BERSIH 8. Kualitas Air Secara Fisik 1. Baik 2. Tidak Baik 1. air tidak berwarna 2. air tidak berbau 3. air tidak berasa Baik: memenuhi semua syarat Tidak baik: bila salah satu syarat atau lebih tidak terpenuhi 9. Saluran pembuangan air limbah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Bila dialirkan ke sumur resapan yg tertutup Baik: Dialirkan ke saluran parit umum Cukup: Dialirkan ke kolam di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah Tidak Baik: Dialirkan dgn saluran air ke sungai / badan air

131 8 KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH Lingkungan Sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Lingkari untuk masingmasing kriteria sesuai kondisi di lapangan. 1. Rindang dan bersih serta asri 2. Tidak ada genangan air di halaman 3. Pagar pengaman sekolah 4. Tempat parkir 5. Terdapat Papan secretariat UKS dan KTR dihalaman sekolah yang permanen 6. Tanaman obat keluarga 7. Tidak ditemukan jentik Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 6 kriteria Cukup: Jika memenuhi 5 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 2 kriteria SAMPAH 11 Rasio tempat sampah dengan jumlah kelas : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 1 Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 2 Cukup: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 3 Tidak Baik : Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : > 4

132 9 12 Pengelolaan sampah sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik RUANG KELAS 1. Pemilahan mulai dari sumber (tempat sampah terpisah untuk organik dan anorganik) 2. Sampah dari masingmasing ruangan/kelas diangkut ke TPS setiap hari 3. Sampah di TPS diangkut ke TPA maksimal 1x24 jam 4. Sampah sebelum masuk TPS dimanfaatkan dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycling), misalnya : sampah organik kompos; sampah anorganik dibuat kerajinan/hasta karya Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup:Jika memenuhi 2 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 1 kriteria 13 Kondisi 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik 1. Dinding (tidak lembab) 2. Atap (kuat, tidak bocor) 3. Lantai (utuh/rata, tidak retak, tidak licin) 4. Penataan (ruang gerak leluasa) 5. Jarak papan tulis dengan murid terdepan > 2,5m) Sangat Baik : memenuhi semua kriteria Baik : Jika memenuhi empat kriteria Cukup: Jika memenuhi tiga kriteria Tidak Baik: Jika memenuhi dua kriteria

133 1 14 Kepadatan ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas 1,75 m 2 permurid. Tidak memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas < 1,75 m 2 permurid 15 Kebersihan 1. Sangat Bersih 2. Bersih 3. Cukup 4. Tidak Bersih 1. Tidak ada debu, tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat Bersih : memenuhi semua kriteria Bersih : Jika memenuhi tiga kriteria Cukup: Jika memenuhi dua kriteria Tidak Bersih: Jika memenuhi satu kriteria 16 Pencahayaan 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu 17 Kelembaban Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan 0 Lux Tidak memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan di bawah atau diatas 0 Lux Memenuhi Baku Mutu : Kelembaban 60 % Tidak memenuhi Baku Mutu : Kelembaban di bawah atau diatas 60 %

134 Suhu Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Suhu C Tidak memenuhi Baku Mutu : Suhu di bawah atau diatas C RUANG TERBUKA HIJAU 19 Kerapatan Pohon Peneduh : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik : Pohon peneduh ada di seluruh lokasi. Baik : Pohon peneduh ada di tiga perempat Lokasi (+ 75 % ). Cukup : Pohon peneduh ada di setengah Lokasi (+ 50 % ). Tidak Baik : Pohon peneduh ada di seperempat ( < 25 % ) lokasi. Keterangan : Huruf yang tercetak tebal dan miring adalah hasil survei. Sumber : 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 01 Tahun 13, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. 2. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan di Sekolah (Departemen Kementerian Kesehatan RI) tahun Kepmenkes No.15/Menkes/SK/XI/02 tanggal 19 Nopember 02, lampiran 1 Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran.

135 Lampiran 6 : HASIL SURVEI SARANA DAN PRASARANA SMA NEGERI DI KOTA DENPASAR Jml Skor : 470 Nama Sekolah : SMAN 6 Denpasar Alamat Sekolah : Jl. Tukad Nyali Sanur Denpasar Tanggal Survei : 4 Maret 15 Item Yang Dinilai Skor Indikator Toilet / WC Hasil 1. Proporsi jumlah WC terhadap siswa : 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak Baik Sangat baik: 1:(-25) Baik: 1:(26-) Cukup baik: 1:(31-) Tidak baik: 1: 41 Ket. Jika tidak dipisah, gunakan proporsi wc/jamban terhadap peserta didik perempuan. Missal: jumlah siswa laki-laki 0, siswa perempuan 0, WC, maka perbandingan WC dengan peserta didik adalah :0 = 1: 2. Kebersihan Toilet / WC : 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih 1. tidak ada lumut dan sarang laba-laba 2. tidak ada jentik 3. tdk ada bekas bocor lama pd dinding & langit2 4. Tersedia alat pembersih (sikat Wc, sikat lantai, desinfektan) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi tiga kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi dua kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi satu kriteria 112

136 Ventilasi ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika luas ventilasi > 15% dari luas lantai atau pakai AC dan berfungsi Tidak memenuhi standar : Jika luas lubang ventilasi < 15% dari luas lantai 4. Tempat sampah ditoilet 1. Baik sekali 2. Baik 3. kurang 4. Tidak ada Baik sekali: Ada, kondisi baik, dan tertutup Baik: Ada, kondisi baik dan terbuka Kurang: ada, kondisi tidak baik, rusak Tidak ada: Tidak ada tempat sampah KANTIN SEKOLAH 5. Lokasi : 1. Sangat baik 2. Cukup baik 3. Tidak baik 1. Terlindung dari sumber pencemaran: debu, asap, bau, serangga dan tikus. 2. Tidak berhubungan/berhadapan langsung dengan WC/Kamar mandi Sangat baik : memenuhi semua kriteria Cukup baik: hanya memenuhi 1 kriteria Tidak baik: Jika tidak memenuhi criteria 6. Bahan makanan : 1. Baik 2. Tidak baik 1. Bahan makanan dalam kondisi segar, tidak busuk/ tidak rusak 2. Bahan makanan kemasan tidak kadaluwarsa, tidak mengandung penyedap/msg berlebihan dan pemanis buatan dan terdaftar di Dinas

137 Kebersihan Kantin 1. Sangat bersih 2.Bersih 3.Cukup bersih 4. Tidak bersih Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Baik: terpenuhi semua kriteria Tidak Baik : tidak memenuhi 2 kriteria tersebut 1. Tidak ada debu,tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang laba-laba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi 2 kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi 1 kriteria AIR BERSIH 8. Kualitas Air Secara Fisik 1. Baik 2. Tidak Baik 1. air tidak berwarna 2. air tidak berbau 3. air tidak berasa Baik: memenuhi semua syarat Tidak baik: bila salah satu syarat atau lebih tidak terpenuhi 9. Saluran pembuangan air limbah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup Sangat Baik: Bila dialirkan ke sumur resapan yg tertutup Baik: Dialirkan ke saluran parit umum Cukup: Dialirkan ke kolam di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah

138 Tidak Baik Tidak Baik: Dialirkan dgn saluran air ke sungai / badan air KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH Lingkungan Sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Lingkari untuk masingmasing kriteria sesuai kondisi di lapangan. 1. Rindang dan bersih serta asri 2. Tidak ada genangan air di halaman 3. Pagar pengaman sekolah 4. Tempat parkir 5. Terdapat Papan secretariat UKS dan KTR dihalaman sekolah yang permanen 6. Tanaman obat keluarga 7. Tidak ditemukan jentik Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 6 kriteria Cukup: Jika memenuhi 5 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 2 kriteria SAMPAH 11 Rasio tempat sampah dengan jumlah kelas : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 1 Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 2 Cukup: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 3 Tidak Baik : Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : > 4

139 Pengelolaan sampah sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik RUANG KELAS 1. Pemilahan mulai dari sumber (tempat sampah terpisah untuk organik dan anorganik) 2. Sampah dari masingmasing ruangan/kelas diangkut ke TPS setiap hari 3. Sampah di TPS diangkut ke TPA maksimal 1x24 jam 4. Sampah sebelum masuk TPS dimanfaatkan dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycling), misalnya : sampah organik kompos; sampah anorganik dibuat kerajinan/hasta karya Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup:Jika memenuhi 2 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 1 kriteria 13 Kondisi 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik 1. Dinding (tidak lembab) 2. Atap (kuat, tidak bocor) 3. Lantai (utuh/rata, tidak retak, tidak licin) 4. Penataan (ruang gerak leluasa) 5. jarak papan tulis dengan murid terdepan > 2,5m) Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik : Jika memenuhi empat kriteria Cukup: Jika memenuhi tiga kriteria Tidak Baik: Jika memenuhi dua kriteria

140 Kepadatan ruang kelas 1.Memenuhi standar 2.Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas 1,75 m 2 permurid. Tidak memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas < 1,75 m 2 permurid 15 Kebersihan 1. Sangat Bersih 2.Bersih 3. Cukup 4. Tidak Bersih 1. Tidak ada debu, tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Baik Sekali : memenuhi semua kriteria Baik : Jika memenuhi tiga kriteria Cukup: Jika memenuhi dua kriteria Tidak Bersih: Jika memenuhi satu kriteria 16 Pencahayaan 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu 17 Kelembaban Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan 0 Lux Tidak memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan di bawah atau diatas 0 Lux Memenuhi Baku Mutu : Kelembaban 60 % Tidak memenuhi Baku Mutu : Kelembaban di bawah atau diatas 60 %

141 Suhu Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Suhu C Tidak memenuhi Baku Mutu : Suhu di bawah atau diatas C RUANG TERBUKA HIJAU 19 Kerapatan Pohon Peneduh : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik : Pohon peneduh ada di seluruh lokasi. Baik : Pohon peneduh ada di tiga perempat Lokasi (+ 75 % ). Cukup : Pohon peneduh ada di setengah Lokasi (+ 50 % ). Tidak Baik : Pohon peneduh ada di seperempat ( < 25 % ) lokasi. Keterangan : Huruf yang tercetak tebal dan miring adalah hasil survei. Sumber : 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 01 Tahun 13, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. 2. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan di Sekolah (Departemen Kementerian Kesehatan RI) tahun Kepmenkes No.15/Menkes/SK/XI/02 tanggal 19 Nopember 02, lampiran 1 Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran.

142 Lampiran 7 : HASIL SURVEI SARANA DAN PRASARANA SMA NEGERI DI KOTA DENPASAR Jml Skor : 550 Nama Sekolah : SMAN 7 Denpasar Alamat Sekolah : Jl. Kamboja Denpasar Tanggal Survei : 2 Maret 15 Item Yang Dinilai Skor Indikator Toilet / WC Hasil 1. Proporsi jumlah WC terhadap siswa : 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak Baik Sangat baik: 1:(-25) Baik: 1:(26-) Cukup baik: 1:(31-) Tidak baik: 1: 41 Ket. Jika tidak dipisah, gunakan proporsi wc/jamban terhadap peserta didik perempuan. Missal: jumlah siswa laki-laki 0, siswa perempuan 0, WC, maka perbandingan WC dengan peserta didik adalah :0 = 1: 2. Kebersihan Toilet / WC : 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih 1. tidak ada lumut dan sarang laba-laba 2. tidak ada jentik 3. tdk ada bekas bocor lama pd dinding & langit2 4. Tersedia alat pembersih (sikat Wc, sikat lantai, desinfektan) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi tiga kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi dua kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi satu kriteria 119

143 1 3. Ventilasi ruang kelas 1. Memenuhi standar Memenuhi standar : Jika luas ventilasi > 15% dari luas lantai atau pakai AC dan berfungsi 2. Tidak memenuhi standar Tidak memenuhi standar : Jika luas lubang ventilasi < 15% dari luas lantai 4. Tempat sampah ditoilet 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak ada Sangat Baik: Ada, kondisi baik, dan tertutup Baik: Ada, kondisi baik dan terbuka Cukup: ada, kondisi tidak baik, rusak Tidak ada: Tidak ada tempat sampah KANTIN SEKOLAH 5. Lokasi : 1. Sangat baik 2. Cukup baik 3. Tidak baik 1. Terlindung dari sumber pencemaran: debu, asap, bau, serangga dan tikus. 2.Tidak berhubungan/berhadapan langsung dengan WC/Kamar mandi Sangat baik : memenuhi semua kriteria Cukup baik: hanya memenuhi 1 kriteria Tidak baik: Jika tidak memenuhi criteria 6. Bahan makanan : 1. Baik 2. Tidak baik 1. Bahan makanan dalam kondisi segar, tidak busuk/ tidak rusak 2. Bahan makanan kemasan tidak kadaluwarsa, tidak mengandung penyedap/msg berlebihan dan pemanis buatan dan terdaftar di

144 121 Dinas Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Baik: terpenuhi semua 121riteria Tidak Baik : tidak memenuhi 2 kriteria tersebut 7. Kebersihan Kantin 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih 1. Tidak ada debu,tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat bersih: memenuhi semua 121riteria Bersih: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi 2 kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi 1 kriteria AIR BERSIH 8. Kualitas Air Secara Fisik 1. Baik 2. Tidak Baik 1. air tidak berwarna 2. air tidak berbau 3. air tidak berasa Baik: memenuhi semua syarat Tidak baik: bila salah satu syarat atau lebih tidak terpenuhi 9. Saluran pembuangan air limbah 1. Sangat Baik 2. Baik Sangat Baik: Bila dialirkan ke sumur resapan yg tertutup Baik: Dialirkan ke saluran parit umum Cukup: Dialirkan ke kolam di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah

145 Cukup 4.Tidak Baik KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH Lingkungan Sekolah 1. Sangat Baik 2.Baik 3.Cukup 4. Tidak Baik Tidak Baik: Dialirkan dgn saluran air ke sungai / badan air Lingkari untuk masingmasing kriteria sesuai kondisi di lapangan. 1. Rindang dan bersih serta asri 2. Tidak ada genangan air di halaman 3. Pagar pengaman sekolah 4. Tempat parkir 5. Terdapat Papan secretariat UKS dan KTR dihalaman sekolah yang permanen 6. Tanaman obat keluarga 7. Tidak ditemukan jentik Sangat Baik: memenuhi semua 122riteria Baik: Jika memenuhi 6 kriteria Cukup: Jika memenuhi 5 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 4 kriteria SAMPAH 11 Rasio tempat sampah dengan jumlah kelas : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 1 Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 2 Cukup: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 3 Tidak Baik : Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : > 4

146 Pengelolaan sampah sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik RUANG KELAS 1. Pemilahan mulai dari sumber (tempat sampah terpisah untuk 123riteri dan anorganik) 2. Sampah dari masingmasing ruangan/kelas diangkut ke TPS setiap hari 3. Sampah di TPS diangkut ke TPA maksimal 1x24 jam 4. Sampah sebelum masuk TPS dimanfaatkan dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycling), misalnya : sampah 123riteri kompos; sampah anorganik dibuat kerajinan/hasta karya Sangat Baik: memenuhi semua 123riteria Baik: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup:Jika memenuhi 2 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 1 kriteria 13 Kondisi 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik 1. Dinding (tidak lembab) 2. Atap (kuat, tidak bocor) 3. Lantai (utuh/rata, tidak retak, tidak licin) 4. Penataan (ruang gerak leluasa) 5. Jarak papan tulis dengan murid terdepan > 2,5m) Sangat Baik : memenuhi semua 123riteria Baik : Jika memenuhi empat kriteria Cukup: Jika memenuhi tiga kriteria Tidak Baik: Jika memenuhi dua kriteria

147 Kepadatan ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas 1,75 m 2 permurid. Tidak memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas < 1,75 m 2 permurid 15 Kebersihan 1. Sangat Bersih 2. Bersih 3. Cukup 4. Tidak Bersih 1. Tidak ada debu, tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang laba-laba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat Bersih : memenuhi semua kriteria Bersih : Jika memenuhi tiga kriteria Cukup: Jika memenuhi dua kriteria Tidak Bersih: Jika memenuhi satu kriteria 16 Pencahayaan 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu 17 Kelembaban Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan 0 Lux Tidak memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan di bawah atau diatas 0 Lux Memenuhi Baku Mutu : Kelembaban 60 % Tidak memenuhi Baku Mutu : Kelembaban di bawah atau diatas 60 %

148 Suhu Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu RUANG TERBUKA HIJAU 19 Kerapatan Pohon Peneduh : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Memenuhi Baku Mutu : Suhu C Tidak memenuhi Baku Mutu : Suhu di bawah atau diatas C Sangat Baik: Pohon peneduh ada di seluruh lokasi. Baik : Pohon peneduh ada di tiga perempat Lokasi (+ 75 % ). Cukup : Pohon peneduh ada di setengah Lokasi (+ 50 % ). Tidak Baik : Pohon peneduh ada di seperempat ( < 25 % ) lokasi. Keterangan : Huruf yang tercetak tebal dan miring adalah hasil survei. Sumber : 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 01 Tahun 13, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. 2. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan di Sekolah (Departemen Kementerian Kesehatan RI). 3. Kepmenkes No.15/Menkes/SK/XI/02 tanggal 19 Nopember 02, lampiran 1 Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran.

149 Lampiran 8 : HASIL SURVEI SARANA DAN PRASARANA SMA NEGERI DI KOTA DENPASAR Jml Skor : 5 Nama Sekolah : SMAN 8 Denpasar Alamat Sekolah : Jl. DAM Peraupan Peguyangan Denpasar Tanggal Survei : 4 Maret 15 Item Yang Dinilai Skor Indikator Toilet / WC Hasil 1. Proporsi jumlah WC terhadap siswa : 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Tidak Baik Sangat baik: 1:(-25) Baik: 1:(26-) Cukup baik: 1:(31-) Tidak baik: 1: 41 Ket. Jika tidak dipisah, gunakan proporsi wc/jamban terhadap peserta didik perempuan. Missal: jumlah siswa laki-laki 0, siswa perempuan 0, WC, maka perbandingan WC dengan peserta didik adalah :0 = 1: 2. Kebersihan Toilet / WC : 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih 1. tidak ada lumut dan sarang laba-laba 2. tidak ada jentik 3. tdk ada bekas bocor lama pd dinding & langit2 4. Tersedia alat pembersih (sikat Wc, sikat lantai, desinfektan) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi tiga kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi dua kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi satu kriteria 126

150 Ventilasi ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar 4. Tempat sampah ditoilet 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak ada Memenuhi standar : Jika luas ventilasi > 15% dari luas lantai atau pakai AC dan berfungsi Tidak memenuhi standar : Jika luas lubang ventilasi < 15% dari luas lantai Sangat Baik: Ada, kondisi baik, dan tertutup Baik: Ada, kondisi baik dan terbuka Cukup: ada, kondisi tidak baik, rusak Tidak ada: Tidak ada tempat sampah KANTIN SEKOLAH 5. Lokasi : 1. Sangat baik 2. Cukup baik 3. Tidak baik 1. Terlindung dari sumber pencemaran: debu, asap, bau, serangga dan tikus. 2. Tidak berhubungan/berhadapan langsung dengan WC/Kamar mandi Sangat baik : memenuhi semua kriteria Cukup baik: hanya memenuhi 1 kriteria Tidak baik: Jika tidak memenuhi criteria 6. Bahan makanan : 1. Baik 2. Tidak baik 1. Bahan makanan dalam kondisi segar, tidak busuk/ tidak rusak 2. Bahan makanan kemasan tidak kadaluwarsa, tidak mengandung penyedap/msg berlebihan dan pemanis buatan dan terdaftar di Dinas Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).

151 Kebersihan Kantin 1. Sangat bersih 2. Bersih 3. Cukup bersih 4. Tidak bersih Baik: terpenuhi semua kriteria Tidak Baik : tidak memenuhi 2 kriteria tersebut 1. Tidak ada debu,tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat bersih: memenuhi semua kriteria Bersih: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup bersih: Jika memenuhi 2 kriteria Tidak bersih: Jika memenuhi 1 kriteria AIR BERSIH 8. Kualitas Air Secara Fisik 1. Baik 2. Tidak Baik 1. air tidak berwarna 2. air tidak berbau 3. air tidak berasa Baik: memenuhi semua syarat Tidak baik: bila salah satu syarat atau lebih tidak terpenuhi 9. Saluran pembuangan air limbah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Bila dialirkan ke sumur resapan yg tertutup Baik: Dialirkan ke saluran parit umum Cukup: Dialirkan ke kolam di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah Tidak Baik: Dialirkan dgn saluran air ke sungai / badan air

152 129 KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH Lingkungan Sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Lingkari untuk masingmasing kriteria sesuai kondisi di lapangan. 1. Rindang dan bersih serta asri 2. Tidak ada genangan air di halaman 3. Pagar pengaman sekolah 4. Tempat parkir 5. Terdapat Papan secretariat UKS dan KTR dihalaman sekolah yang permanen 6. Tanaman obat keluarga 7. Tidak ditemukan jentik Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 6 kriteria Cukup: Jika memenuhi 5 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 4 kriteria SAMPAH 11 Rasio tempat sampah dengan jumlah kelas : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 1 Baik: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 2 Cukup: Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : 3 Tidak Baik : Jika rasio tempat sampah dengan jumlah kelas 1 : > 4

153 1 12 Pengelolaan sampah sekolah 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik RUANG KELAS 1. Pemilahan mulai dari sumber (tempat sampah terpisah untuk organik dan anorganik) 2. Sampah dari masingmasing ruangan/kelas diangkut ke TPS setiap hari 3. Sampah di TPS diangkut ke TPA maksimal 1x24 jam 4. Sampah sebelum masuk TPS dimanfaatkan dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycling), misalnya : sampah organik kompos; sampah anorganik dibuat kerajinan/hasta karya Sangat Baik: memenuhi semua kriteria Baik: Jika memenuhi 3 kriteria Cukup:Jika memenuhi 2 kriteria Tidak Baik : Jika memenuhi 1 kriteria 13 Kondisi 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik 6. Dinding (tidak lembab) 7. Atap (kuat, tidak bocor) 8. Lantai (utuh/rata, tidak retak, tidak licin) 9. Penataan (ruang gerak leluasa). Jarak papan tulis dengan murid terdepan > 2,5m) Sangat Baik : memenuhi semua kriteria Baik : Jika memenuhi empat kriteria Cukup: Jika memenuhi tiga kriteria Tidak Baik: Jika memenuhi dua kriteria

154 Kepadatan ruang kelas 1. Memenuhi standar 2. Tidak memenuhi standar Memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas 1,75 m 2 permurid. Tidak memenuhi standar : Jika setiap murid mendapat ruang kelas < 1,75 m 2 permurid 15 Kebersihan 1. Sangat Bersih 2. Bersih 3. Cukup 4. Tidak Bersih 1. Tidak ada debu, tidak ada coretan 2. Tidak ada sarang labalaba 3. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan langit-langit 4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat sampah) Sangat Bersih : memenuhi semua kriteria Bersih : Jika memenuhi tiga kriteria Cukup: Jika memenuhi dua kriteria Tidak Bersih: Jika memenuhi satu kriteria 16 Pencahayaan 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu 17 Kelembaban Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan 0 Lux Tidak memenuhi Baku Mutu : Pencahayaan di bawah atau diatas 0 Lux Memenuhi Baku Mutu : Kelembaban 60 % Tidak memenuhi Baku Mutu : Kelembaban di bawah atau diatas 60 %

155 Suhu Udara 1. Memenuhi Baku Mutu 2. Tidak Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu : Suhu C Tidak memenuhi Baku Mutu : Suhu di bawah atau diatas C RUANG TERBUKA HIJAU 19 Kerapatan Pohon Peneduh : 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup 4. Tidak Baik Sangat Baik : Pohon peneduh ada di seluruh lokasi. Baik : Pohon peneduh ada di tiga perempat Lokasi (+ 75 % ). Cukup : Pohon peneduh ada di setengah Lokasi (+ 50 % ). Tidak Baik : Pohon peneduh ada di seperempat ( < 25 % ) lokasi. Keterangan : Huruf yang tercetak tebal dan miring adalah hasil survei. Sumber : 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 01 Tahun 13, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. 2. Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan di Sekolah (Departemen Kementerian Kesehatan RI) tahun Kepmenkes No.15/Menkes/SK/XI/02 tanggal 19 Nopember 02, lampiran 1 Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran.

156 Lampiran 9 : PETA LOKASI PENELITIAN SMA NEGERI 1 DENPASAR. SMA NEGERI 2 DENPASAR 133

157 134 SMA NEGERI 3 DENPASAR D SMA NEGERI 4 DENPASAR

158 SMA NEGERI 5 DENPASAR 135

159 136

160 Lampiran : Alat Alat Penelitian. Kamera GPS Meteran Sound Level Meteran 137

161 138 Calor Stress Monitor Lux Meter

162 Lampiran 11. Foto-foto Kondisi ruang kelas SMA Negeri 4 Denpasar yang tertutup dan menggunakan AC dua buah. 139

163 Lampiran 12. Dua pintu gerbang SMA Negeri 6 Denpasar dan suasana di depan sekolah. 1

164 Lampiran 13. Tempat parkir sepeda motor dan mobil di areal SMA Negeri 8 Denpasar. 141

165 Lampiran 14. Halaman dan kebun SMA Negeri 3 Denpasar. 142

166 Lampiran 15. Renovasi pagar penyengker/pengaman di SMA Negeri 6 Denpasar. 143

167 Lampiran 16. Kaca jendela diruang kelas SMA Negeri 6 Denpasar yang pecah dan lubang tanpa kaca. 144

168 Lampiran 17. Suasana cerah pada saat melakukan pengukuran suhu dan kelembaban di SMA Negeri 2 Denpasar. 145

169 Lampiran 18. Banyaknya vegetasi di SMAN 5 Denpasar yang menyebabkan kelembaban meningkat. 146

170 Lampiran 19. Halaman SMA Negeri 2 Denpasar yang kurang vegetasi dan kebun di areal sekolah, serta adanya renovasi gedung sekolah yang menyebabkan rendahnya kelembaban. 147

171 Lampiran. Suasana di luar kelas dan ruang kelas yang terang tanpa bola lampu di SMA Negeri 8 Denpasar. 148

172 Lampiran 21. Ruang kelas SMA Negeri 2 Denpasar yang terhalang tembok di sebelah selatan sekolah menyebabkan sinar matahari tidak bisa masuk untuk penerangan alami. 149

173 Lampiran 22. Kondisi SMA Negeri 2 Denpasar, toilet yang kurang bersih sehingga menyebabkan bau dan kondisi kolam ikan akibat perilaku siswa buang sampah sembarangan. 150

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan perilaku, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan perilaku, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Sekolah 2.1.1. Pengertian Lingkungan Sekolah Berdasarkan UU RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa Lingkungan

Lebih terperinci

TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR

TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR TESIS TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR NI LUH GEDE AMBARAWATI NIM 1391261016 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan disektor kehidupan seperti pemukiman, transportasi, industri dan berbagai sektor pendukung lainnya

Lebih terperinci

TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR

TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR ECOTROPHIC VOLUME 10 NOMOR 1 TAHUN 2016 ISSN : 1907-5626 TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR Ni Luh Gede Ambarawati 1*), I Wayan Arthana2 ), I Wayan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI BALI STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI BALI STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN TESIS EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI BALI STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN HELGA MARGARETA HUNTER PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

KINERJA DAN STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL BERBINTANG DI KAWASAN PARIWISATA UBUD BALI

KINERJA DAN STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL BERBINTANG DI KAWASAN PARIWISATA UBUD BALI KINERJA DAN STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL BERBINTANG DI KAWASAN PARIWISATA UBUD BALI Tesis untuk memperoleh gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG TESIS PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG ERLINA PANCA HANDAYANINGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

INVENTARISASI EMISI SUMBER BERGERAK DI JALAN (ON ROAD) KOTA DENPASAR

INVENTARISASI EMISI SUMBER BERGERAK DI JALAN (ON ROAD) KOTA DENPASAR INVENTARISASI EMISI SUMBER BERGERAK DI JALAN (ON ROAD) KOTA DENPASAR Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana

Lebih terperinci

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah negara kesatuan republik indonesia dalam rangka

Lebih terperinci

DEGRADASI LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKAN JAMUR LAPUK PUTIH Daedaleopsis eff. confragosa

DEGRADASI LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKAN JAMUR LAPUK PUTIH Daedaleopsis eff. confragosa TESIS DEGRADASI LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKAN JAMUR LAPUK PUTIH Daedaleopsis eff. confragosa NGURAH MAHENDRA DINATHA NIM 1192061002 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KIMIA TERAPAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI LINGKUNGAN PERUMAHAN DALUNG PERMAI KABUPATEN BADUNG

TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI LINGKUNGAN PERUMAHAN DALUNG PERMAI KABUPATEN BADUNG TESIS TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI LINGKUNGAN PERUMAHAN DALUNG PERMAI KABUPATEN BADUNG I MADE DWI SETIAWAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS

Lebih terperinci

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2 PENGARUH AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KEBISINGAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PANGUDI LUHUR SURAKARTA Dyah Ratri Nurmaningsih, Kusmiyati, Agus Riyanto SR 7 Abstrak: Semakin pesatnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI TESIS DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI NI PUTU VIVIN NOPIANTARI NIM. 1191261003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Definisi Kenyamanan Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang No. 20 tahun 2003 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam Indonesia sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR TESIS MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR IDA AYU PRANITI TRESNA PUTRI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS MANAJEMEN

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA 100406077 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STUDI TINGKAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Lalu lintas Kebisingan adalah bentuk suara yang tidak diinginkan atau bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana penunjang ekonomi

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL CATTLEYA SUITE BALI

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL CATTLEYA SUITE BALI PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL CATTLEYA SUITE BALI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata,

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA. Oleh : ELVI DINA YUNIATI D

TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA. Oleh : ELVI DINA YUNIATI D TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA Oleh : ELVI DINA YUNIATI D11.2012.01487 FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JUNI 2013 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT

KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT TESIS KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT NI WAYAN ELIYAWATI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS KUALITAS PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR

PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR TESIS PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR COKORDA ISTRI MAS KUSUMANINGRAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. [1] Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Lingkungan pendidikan yang terbangun dalam sebuah bangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

Tesis untuk Memeroleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk Memeroleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana METODE KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN TATA BAHASA JEPANG DASAR (SHOKYOU BUNPO) BAGI MAHASISWA SEMESTER III SASTRA JEPANG SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING SARASWATI DENPASAR

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMAR DAN ANALISIS KUALITAS AIR TUKAD SABA PROVINSI BALI

IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMAR DAN ANALISIS KUALITAS AIR TUKAD SABA PROVINSI BALI IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMAR DAN ANALISIS KUALITAS AIR TUKAD SABA PROVINSI BALI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah namun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota Tengah, Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo

Analisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota Tengah, Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo Nursery di Kota Gorontalo 285 Analisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota Tengah, Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo 1 Ekawaty Prasetya, 2 Hermawansyah,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya.

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya. PENGARUH KECEPATAN DAN JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KEBISINGAN (STUDI KASUS KAWASAN KOS MAHASISWA DI JALAN RAYA PRABUMULIH-PALEMBANG KM 32 INDRALAYA SUMATERA SELATAN) Anugra Setiawan Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen BAB II ANALISIS TAPAK Tujuan kegiatan dari survei yaitu mengumpulkan Data dan Fakta, maka pada metode selanjutnya yang kami lakukan yaitu analisa. Metode yang berlanjut dan berkesinambungan inilah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TESIS ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR NI LUH PARTIWI WIRASAMADI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA SEMINAR TUGAS AKHIR PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA Masmulki Daniro J. NRP. 3307 100 037 Dosen Pembimbing: Ir. M. Razif, MM Semakin pesatnya

Lebih terperinci

LUH MIRA AMBARASARI SAKA

LUH MIRA AMBARASARI SAKA TESIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT DALAM PENGURUSAN PERIZINAN SIUP AGRIBISNIS DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DAN PENANAMAN MODAL KOTA DENPASAR LUH MIRA AMBARASARI SAKA NIM. 1291161015 PROGRAM

Lebih terperinci

Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau ( RTH )di permukiman Kota

Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau ( RTH )di permukiman Kota Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau ( RTH )di permukiman Kota Wacana ini merupakan hasil diskusi dengan Ir. Sukawi, MT yang dituangkan menjadi sebuah paper. Pendahuluan Masalah perkotaan pada saat

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA Darul Dana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan suatu pergerakan atau perpindahan baik orang maupun barang dari suatu tempat asal ke suatu tujuan. Transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TESIS MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN \ INGRID SARASWATI BAYUSENA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini penting sebab tingkat pertambahan penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

IMPLIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN TERHADAP WAKTU TANAM JAGUNG (Zea mays L.) PADA LAHAN KERING DI DAERAH GEROGAK KABUPATEN BULELENG

IMPLIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN TERHADAP WAKTU TANAM JAGUNG (Zea mays L.) PADA LAHAN KERING DI DAERAH GEROGAK KABUPATEN BULELENG TESIS IMPLIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN TERHADAP WAKTU TANAM JAGUNG (Zea mays L.) PADA LAHAN KERING DI DAERAH GEROGAK KABUPATEN BULELENG DARYATNO PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Lebih luas lagi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu

Lebih terperinci

Ana Wahyuningtyas. Untuk SD Kelas iii semester 1. Universitas Sanata Dharma

Ana Wahyuningtyas. Untuk SD Kelas iii semester 1. Universitas Sanata Dharma Ana Wahyuningtyas Untuk SD Kelas iii semester 1 Universitas Sanata Dharma Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena saya bisa menyelesaikan buku IPA ini. Buku IPA ini diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan merupakan faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan. [1-2] Berdasarkan Surat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan.

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan. PENGARUH KECEPATAN DAN JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KEBISINGAN (STUDI KASUS KAWASAN KOS MAHASISWA DI JALAN RAYA PRABUMULIH- PALEMBANG KM 32 INDRALAYA SUMATERA SELATAN) Nyimas Septi Rika Putri Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor Nasrullah (1), Ramli Rahim (2), Baharuddin (2), Rosady Mulyadi (2), Nurul Jamala (2), Asniawaty Kusno (2) (1) Mahasiswa Pascasarjana,

Lebih terperinci

TESIS PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP ASPEK SPASIAL PERENCANAAN GEOTOURISM DI KAWASAN DAYA TARIK WISATA KHUSUS KINTAMANI

TESIS PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP ASPEK SPASIAL PERENCANAAN GEOTOURISM DI KAWASAN DAYA TARIK WISATA KHUSUS KINTAMANI TESIS PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP ASPEK SPASIAL PERENCANAAN GEOTOURISM DI KAWASAN DAYA TARIK WISATA KHUSUS KINTAMANI ALEXANDRA YANS FAJAR SYAH NIM 0991861024 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Lebih terperinci

KENYAMANAN BELAJAR SISWA DI KELAS IV SD NEGERI SE- KECAMATAN PAKUALAMAN TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL

KENYAMANAN BELAJAR SISWA DI KELAS IV SD NEGERI SE- KECAMATAN PAKUALAMAN TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL KENYAMANAN BELAJAR SISWA DI KELAS IV SD NEGERI SE- KECAMATAN PAKUALAMAN TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM:

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM: TESIS PELATIHAN BERJALAN DENGAN TANGAN JARAK 5 METER 5 REPETISI 4 SET LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT LENGAN DARI PADA 4 REPETISI 5 SET PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 9 DENPASAR ANAK AGUNG GEDE

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian observasional, karena di dalam penelitian ini dilakukan observasi berupa pengamatan, wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai resiko buruk bagi kesehatan melalui upaya kesehatan lingkungan

Lebih terperinci