BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan perilaku, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan perilaku, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan"

Transkripsi

1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Sekolah Pengertian Lingkungan Sekolah Berdasarkan UU RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilaku, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain. Lingkungan sekolah terdiri dari dua kata yaitu, lingkungan dan sekolah. Menurut Darajat (2008) lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Lingkungan adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak. Kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. Menurut Anshari (1982), lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar anak baik berupa benda, peristiwa, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat memberi pengaruh kuat pada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan dimana anak bergaul sehari-hari. Oleh karenanya lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang berupa fisik maupun non fisik. Yang mana keduanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan pola tingkah laku dan berfikir seseorang. Sekolah adalah suatu lembaga yang didirikan untuk proses pembelajaran anak dibawah pengawasan guru dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan serta 5

2 6 pembentukan moral dan karakter anak agar menjadi individu yang lebih berkualitas. Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan, seperti yang dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk kedalam proses pembangunan masyarakat itu. Oleh karena itu sekolah sebagai pusat pendidikan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal yaitu mengembangkan kemampuan meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia (Ericson, 2013) dalam (Rahmawati, 2014). Lingkungan belajar sekolah adalah seluruh komponen atau bagian yang terdapat di dalam sekolah, yang mana seluruh komponen dan bagian tersebut ikut berpengaruh dan menunjang dalam proses pencapaian tujuan pendidikan yang ada di sekolah. Secara garis besar lingkungan sekolah sangatlah berpengaruh terhadap sebuah proses pembelajaran bagi anak didik, karena bagaimanapun lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan. Pada dasarnya lingkungan mencakup : a. Tempat (lingkungan fisik) ; keadaaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam. b. Kebudayaan (lingkungan budaya) ; dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) ; keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan (Rahmawati, 2014). 6

3 Ruang Lingkup Lingkungan Sekolah (Hasbullah, 2006) menjelaskan bahwa ruang lingkup sekolah adalah : a. Lingkungan fisik sekolah : bangunan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, keadaan geografis di sekitar sekolah. b. Lingkungan budaya sekolah : intrakurikuler dan ekstrakurikuler. c. Lingkungan sosial sekolah : kelompok belajar siswa, ekstrakurikuler dan intrakurikuler, proses belajar mengajar di dalam kelas Lingkungan Pekarangan Sekolah yang Nyaman Suasana yang nyaman dan menyenangkan pada umumnya dapat bersumber dari lingkungan fisik sekolah. Lingkungan fisik sekolah yang bersih, sejuk dan asri serta jauh dari kebisingan. Kondisi lingkungan sekolah yang ditata dengan rapi akan membuat suasana menyenangkan dan menggairahkan bagi semua warga sekolah. Lingkungan fisik yang bagus hendaknya di topang dengan lingkungan sosial yang harmonis, sehingga dapat terjalin hubungan komunikasi dan pergaulan yang baik terhadap seluruh siswa. Hasbullah (2006) menyebutkan bahwa dengan kondisi lingkungan fisik yang sehat dan sosial yang baik, sekolah akan menjadi tempat ternyaman kedua setelah di rumah Syarat Syarat Lingkungan Sekolah yang Sehat Adapun syarat-syarat lingkungan sekolah yang sehat menurut Azizah (2013) : Lapangan bermain Fasilitas lapangan bermain adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya yang berhubungan dengan 7

4 8 ketangkasan dan pendidikan jasmani. Selain itu lapangan bermain juga dapat digunakan untuk kegiatan bermain siswa, kegiatan upacara/apel pagi, dan kegiatan perayaan/pentas seni yang memerlukan tempat yang luas Pepohonan rindang Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak. Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah. Vegetasi atau komunitas tumbuhan yang tersedia dialam merupakan solusi yang paling menjanjikan untuk mengatasi pencemaran udara. Semua tumbuhan hijau akan mengubah gas CO2 menjadi O2 melalui proses fotosintesis, pemilihan jenis tanaman penghijauan sejogyanya juga mempertimbangkan fungsinya sebagai peneduh yang dapat memperbaiki iklim mikro dan juga dapat berfungsi sebagai barrier/penahan terhadap penyebaran polusi udara dari kendaraan. (Anatari dan Sandra, 2002 dalam Martuti, 2013) Sistem sanitasi dan sumur resapan air Sistem sanitasi yang bersih maka seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar mengajar. Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri air hujan agar tidak menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor lingkungan sekolah, atau bahkan membahayakan apabila didiami oleh jentik-jentik nyamuk. 8

5 Tempat pembuangan sampah Azizah (2013) juga menyebutkan bahwa sampah adalah salah satu musuh utama yang mempengaruhi kemajuan suatu peradaban. Terbukti dari kesadaran penduduk-penduduk di negara maju yang sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Caranya adalah dengan menyediakan tempat pembuangan sampah berupa tong-tong sampah dan tempat pengumpulan sampah akhir di sekolah dan memberikan contoh kepada siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung. Sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan ketidak nyamanan akibat bau-bau tak sedap. Lingkungan sekitar sekolah yang seperti itu akan dapat menyebabkan siswa cenderung tidak nyaman belajar, atau bahkan penurunan kualitas kecerdasan akibat polusi tersebut Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat. Banyak sekali adanya kasus tentang bangunan sekolah yang roboh di Indonesia. Entah itu karena bangunannya sudah tua, atau pun bangunan baru yang dibangun dengan asal-asalan. Ini juga adalah kewajiban pemerintah untuk mengatasinya. Bangunan sekolah sudah semestinya dibangun dengan kokoh dan memiliki syarat-syarat bangunan yang sehat, seperti ventilasi yang cukup dan luas masing-masing ruang kelas yang ideal. 9

6 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ruang terbuka hijau sebagai peneduh yang akan menciptakan kenyamanan karena unsure vegetasi berupa pohon misalnya dapat memodifikasi iklim mikro yaitu penurunan suhu dan peningkatan kelembaban udara (Nussanti dan Elly IS, 2013). Untuk upaya rehabilitasi RTH harus diperhatikan jenis dan keragaman vegetasi yang ditanam disarankan untuk memprioritaskan pohon-pohon yang memiliki daya dukung terhadap pengurangan polusi udara, terdapat lima jenis pohon yang biasa mengurangi polusi udara sekitar 47 60%. Pohon dimaksud antara lain adalah pohon felicium (Filicium decipiens) atau kerai payung, mahoni (Swientenia mahagoni), kenari (canarium commune), salam (Syzygium polyanthum), dan anting-anting (Elaeocapus grandiforus), sementara itu jenis tanaman perdu yang baik untuk mengurangi polusi udara adalah puring (Codiaeum variegiatum), werkesiana, nusa indah (mussaenda sp), soka (ixora javanica), dan kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis). Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (2003) dalam Suparwoko dan Firdaus (2007). Tanaman peneduh merupakan tanaman yang ditanam sebagai penghijauan. Tanaman peneduh yang ditanam dipinggir jalan raya selain berfungsi sebagai penyerap unsur kimia, juga berfungsi sebagai peredam suara baik kualitatif maupun kuantitatif (Anatari dan Sandra, 2002 dalam Martuti, 2013) Tingkat Kenyamanan Belajar Tingkat kenyamanan belajar merupakan perasaan nyaman yang dirasakan seseorang ketika mengalami proses perubahan tingkah laku individu yang 10

7 11 relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003). Tingkat kenyamanan belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah kondisi termal ruang Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap. Belajar merupakan peristiwa yang disengaja atau terjadi secara sadar. Juga disertai dengan tindakantindakan mental, seperti berfikir, berimajinasi, artinya orang yang terlihat pada peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia telah mempelajari sesuatu. Perubahan tingkah laku yang terjadi merupakan kegiatan yang diperoleh dari kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukan. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003) Definisi Kenyamanan Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh satu angka tunggal. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk kedalam dirinya melalui keenam indera melalui syarat dan dicerna otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu, dll rangsangan ditangkap 11

8 12 sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak akan memberikan penilaian relative apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan disatu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 2009:21-22) dalam Mavalino, (2013) Kenyaman Termal Kenyamanan termal adalah suatu kondisi termal yang dirasakan oleh manusia yang dikondusikan oleh lingkungan dan benda-benda disekitar arsitekturnya. Kenyamanan termal dalam suatu ruangan tergantung dari banyak hal termasuk kebudayaan dan adat istiadat manusia masing-masing terhadap suhu, kelembaban, dan iklim. Selain itu bau dan pencemaran udara, radiasi alam dan buatan serta bahan bangunan warna dan pencahayaan ikut mempengaruhi kenyamanan secara fisik maupun fisikologis (Frick, 2008:74) dalam Mavalino (2013). Faktor-faktor alam yang pasti mempengaruhi kenyamanan termal bagi manusia adalah suhu udara, kelembaban udara, dan pergerakan udara. Tiga faktor alam ini biasanya telah tersedia sebagai bagian dari lingkungan hidup seseorang dan sangat mempengaruhi kenyamanan termal bagi dirinya. Tiga faktor dominan tersebut biasanya juga sudah dikondisikan oleh desain ruangan (Frick, 2008: 28). Standar kenyamanan termal dapat diukur dari lima faktor yang terdiri dari tiga faktor lingkungan dan dua faktor manusia, diantaranya: Suhu udara Suhu udara terdiri dari dua macam suhu udara yaitu suhu udara biasa (air tempature) dan suhu radiasi rata-rata/rata-rata suhu permukaan ruang (Mean Radiant Temperature = MRT). Persyaratan Suhu udara mengacu pada 12

9 13 Kepmenkes RI Nomor : 1405/MENKES/SK/X/2002, Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran yaitu suhu C. Suhu udara diukur dengan thermometer bola kering yang diletakkan 120 cm di atas permukaan tanah. MRT adalah radiasi rata-rata dari permukaan-permukaan bidang yang mengelilingi seseorang hingga 66% (Frick, 2008:47) dalam Mavalino (2013) Kecepatan Angin (Pergerakan Udara) Angin adalah udara yang bergerak karena adanya gaya yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan dan perbedaan suhu (Satwiko, 2009:5) dalam Mavalino (2013). Angin pada daerah iklim tropis lembab cenderung minim; biasanya berhembus agak kuat di siang hari atau pada musim pancaroba. Kenyamanan di daerah tropis lembab hanya dapat dicapai dengan bantuan aliran angin yang cukup pada tubuh manusia. Pergerakan udara adalah aspek yang penting untuk kenyamanan termal terlebih daerah panas, seperti halnya di daerah tropis. Di daerah dingin pergerakan udara tidak terlalu terpengaruh karena biasanya jendela-jendela ditutup untuk mencegah masuknya angin yang dingin. Pergerakan udara atau angin yang menyapu permukaan kulit mempercepat pelepasan panas secara konveksi. Bila permukaan kulit basah, maka penguapan yang terjadi mengakibatkan pelepasan panas yang lebih besar (Frick, 2008:48). Gerakan udara tidak dapat mencegah terjadinya radiasi dari lapisan luar kelapisan dalam tetapi dapat menyaluran panas yang terbentuk di dalam ruang kosong tersebut. Kecepatan angin dapat diukur dengan anemometer. 13

10 Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara. Biasanya kelembaban udara menjadi penting saat suhu udara mendekati atau melampaui ambang batas daerah kenyamanan termal dan kelembaban udara mencapai lebih dari 70% atau kurang dari 40% (Mangunwijaya, 1997:144). Kelembaban udara yang tinggi mengakibatkan sulit terjadinya penguapan dipermukaan kulit sehingga mekanisme pelepasan panas bisa terganggu. Dalam pergerakan seperti itu pergerakan udara akan sangat membantu penguapan. Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya ketidaknyamanan termal sehingga harus diimbangi dengan kecepatan angin yang cukup dan menerus. Persyaratan Kelembaban udara mengacu pada Kepmenkes RI Nomor : 1405/MENKES/SK/X/2002, Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran yaitu 40 % -60 %. Kelembaban udara dapat diukur langsung dengan hygrometer Aktivitas Manusia Aktivitas manusia menimbulkan energi atau panas tertentu dalam tubuh yang bersangkutan. Makin tinggi aktivitas seseorang, makin besar pula kecepatan metabolisme di dalam tubuhnya sehingga makin besar energi atau panas yang dihasilkan Pakaian Faktor pilihan yang lazim dan mudah diterapkan untuk mencapai kenyamanan termal adalah cara berpakaian. Manusia bisa memilih dan menentukan jenis pakaian yang dkenakan demi mencapai kenyamanan termal bagi dirinya (Mavalino, 2013). 14

11 Pencahayaan Pencahayaan ruang sekolah terutama kelas, laboratorium dan perpustakaan harus mempunyai intensitas yang cukup dan merata sesuai dengan fungsinya. Persyaratan Pencahayaan di ruangan mengacu pada Kepmenkes RI Nomor : 1405/MENKES/SK/X/2002, Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran yaitu intensitas di ruang kerja minimal 100 lux Pengertian kebisingan Kebisingan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu bunyi yang intensitasnya tidak diinginkan, termasuk bunyi yang merupakan hasil samping dari kegiatan-kegiatan lain seperti kegiatan industri dan transportasi. Bunyi yang dianggap mengganggu, termasuk kegiatan bercakap-cakap dan music yang tidak dikehendaki oleh pendengar (Wilson, 1989) dalam (Warastuthi, 2003). Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam Jenis-jenis Kebisingan Bising pada umumnya merupakan bunyi yang terdiri dari sejumlah frekwensi dengan tingkat bunyi yang berbeda-beda, yang dinyatakan dalam besaran db (desibel). Jenis-jenis kebisingan menurut (Siswanto, 1991 dalam Irawan F, 2012), dibedakan atas : 15

12 16 1. Kebisingan kontinyu (steady state noise) adalah kebisingan yang fluktuasi intensitasnya tidak lebih dari 6 db contohnya adalah suara yang ditimbulkan oleh kompresor, kipas angin, suara mesin-mesin gergaji sirkuler dan suara yang ditimbulkan oleh katup gas. 2. Impulsif Noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncaknya (peak intensity) tidak lebih dari 35 milidetik dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan intensitas sampai 20 db dibawah puncaknya tidak lebih dari 500 milidetik. Contohnya adalah suara tembakan meriam. 3. Intermittent Noise adalah kebisingan dimana suara mengeras kemudian melemah secara perlahan-lahan, Contohnya kebisingan yang ditimbulkan oleh lalu lintas pesawat udara yang tinggal landas Baku Mutu Tingkat Kebisingan Provinsi Bali Baku mutu kebisingan yang berlaku di Provinsi Bali mengacu pada Keputusan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Baku mutu tingkat kebisingan Provinsi Bali telah ditentukan bahwa ambang batas tingkat kebisingan untuk Lingkungan kegiatan pendidikan (sekolah dan sejenisnya) adalah sebesar 55 db pada Tabel

13 17 Tabel 2.1 Baku Mutu Tingkat Kebisingan Provinsi Bali. Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan A Peruntukan Kawasan 1 Perumahan dan Pemukiman 55 2 Perdagangan dan Jasa 70 3 Perkantoran dan Perdagangan 65 4 Ruang Terbuka Hijau 55 5 Industri 70 6 Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 7 Rekreasi 70 8 Khusus : B - Pelabuhan Laut 70 - Cagar Budaya 60 Tingkat Kebisingan (db) - Bandar Udara*) WECPNL Lingkungan Kegiatan 1 Rumah Sakit atau Sejenisnya 55 2 Sekolah atau Sejenisnya**) 55 3 Tempat Ibadah dan Sejenisnya 55 Sumber : Peraturan Gubernur Bali No : 8 Tahun Keterangan : *) = disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan. db = decibel. WECPNL = Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level. **) Khusus Sekolah, Tingkat kebisingannya sebagai berikut: Sampai 55 db (tidak bising), diatas 55 db (bising). 17

TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR

TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR TESIS TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN BELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA DENPASAR NI LUH GEDE AMBARAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 15 i TESIS TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Definisi Kenyamanan Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. [1] Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan

Lebih terperinci

Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau ( RTH )di permukiman Kota

Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau ( RTH )di permukiman Kota Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau ( RTH )di permukiman Kota Wacana ini merupakan hasil diskusi dengan Ir. Sukawi, MT yang dituangkan menjadi sebuah paper. Pendahuluan Masalah perkotaan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana penunjang ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Lalu lintas Kebisingan adalah bentuk suara yang tidak diinginkan atau bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang No. 20 tahun 2003 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam Indonesia sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA. Oleh : ELVI DINA YUNIATI D

TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA. Oleh : ELVI DINA YUNIATI D TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA Oleh : ELVI DINA YUNIATI D11.2012.01487 FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JUNI 2013 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2 PENGARUH AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KEBISINGAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PANGUDI LUHUR SURAKARTA Dyah Ratri Nurmaningsih, Kusmiyati, Agus Riyanto SR 7 Abstrak: Semakin pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Sumber Daya Alam. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Sumber Daya Alam. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kajian atau analisis ekonomi pembangunan adalah lingkungan dan Sumber Daya Alam. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan

Lebih terperinci

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah negara kesatuan republik indonesia dalam rangka

Lebih terperinci

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran Lingkungan Pencemaran Lingkungan Arsitektur Ekologi dan Berkelanjutan Minggu ke 4 By : Dian P.E. Laksmiyanti, St, MT Email : dianpramita@itats.ac.id http://dosen.itats.ac.id/pramitazone Ini yang sering nampak Pencemaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 1 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar Istilah prestasi belajar sering kali digunakan untuk menunjukkan suatu proses pencapaian tingkat keberhasilan terhadap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 LAMPIRAN III UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Pasal 1 (1.1) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan disektor kehidupan seperti pemukiman, transportasi, industri dan berbagai sektor pendukung lainnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi di bidang transportasi turut serta berkembang dengan cepat, mulai dari transportasi darat, laut, hingga udara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh satu angka tunggal (Satwiko, 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

Ana Wahyuningtyas. Untuk SD Kelas iii semester 1. Universitas Sanata Dharma

Ana Wahyuningtyas. Untuk SD Kelas iii semester 1. Universitas Sanata Dharma Ana Wahyuningtyas Untuk SD Kelas iii semester 1 Universitas Sanata Dharma Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena saya bisa menyelesaikan buku IPA ini. Buku IPA ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian

Lebih terperinci

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Prof. Dr. Bintarto bahwa kota adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Prof. Dr. Bintarto bahwa kota adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi mengenai sebuah kota sangat beragam. Salah satunya yang telah dikemukakan oleh Prof. Dr. Bintarto bahwa kota adalah sebagai berikut: Suatu sistem jaringan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya.

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya. PENGARUH KECEPATAN DAN JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KEBISINGAN (STUDI KASUS KAWASAN KOS MAHASISWA DI JALAN RAYA PRABUMULIH-PALEMBANG KM 32 INDRALAYA SUMATERA SELATAN) Anugra Setiawan Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia, pada dasarnya menimbulkan suatu dampak yang positif maupun negatif. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini penting sebab tingkat pertambahan penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen BAB II ANALISIS TAPAK Tujuan kegiatan dari survei yaitu mengumpulkan Data dan Fakta, maka pada metode selanjutnya yang kami lakukan yaitu analisa. Metode yang berlanjut dan berkesinambungan inilah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengujian kenyamanan termal ruang luar di Koridor Jalan Tugu-Kraton menjadi salah satu alat ukur tingkat kenyamanan di Kota Yogyakarta. terdiri dari kenyamanan ruang,

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.

Lebih terperinci

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Lingkungan Kerja Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Definisi Kebisingan Adalah bunyi yang tidak menyenangkan, bunyi yg menggangu. Pengukuran : - Sound level meter - Mikrofon - Sound Analyzer ALAT

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun MINGGU 4 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun Lingkungan Alamiah Dan Buatan Manusia Para dipahami

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... 1 Daftar Isi... 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Permasalahan... 4 1.3 Tujuan... 5 BAB II PEMBAHASAN/ISI 2.1 Hakikat Penghijauan Lingkungan... 6 2.2 Peran

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

KONSEP LINGKUNGAN HIDUP

KONSEP LINGKUNGAN HIDUP BAB 1 KONSEP LINGKUNGAN HIDUP Pembahasan tentang Konsep Lingkungan Hidup merujuk pada kurikulum mulok PLH di Jawa Barat Kelas X Semester 1, berkaitan dengan standar kompetensi: Memahami konsep dasar lingkungan

Lebih terperinci

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 176 TAHUN 2003

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 176 TAHUN 2003 KEPUTUSAN PROPINSI NOMOR : 76 TAHUN 2003 TENTANG BAKU TINGKAT GETARAN, KEBISINGAN DAN KEBAUAN DI PROPINSI Menimbang Mengingat : a. Bahwa untuk menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup agar dapat bermanfaat

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air merupakan unsur utama. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi geografis daerah kajian Kota Jakarta merupakan ibukota Republik Indonesia yang berkembang pada wilayah pesisir. Keberadaan pelabuhan dan bandara menjadikan Jakarta

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

KONSEP DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN KONSEP DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN Nama kelompok : 1. Arif Rahmahabimantara 2. Anindya Hidayaturrohma 3. Qonita 4. Arum Wibisono 5. Fitrah Nurani E.P 6. Sinta Diani Rohma PENGERTIAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Kajian Tingkat Kebisingan Komplek Permukiman di Ruang Peruntukan Perdagangan Dan Jasa Di Kota Jambi.

Kajian Tingkat Kebisingan Komplek Permukiman di Ruang Peruntukan Perdagangan Dan Jasa Di Kota Jambi. Kajian Tingkat Kebisingan Komplek Permukiman di Ruang Peruntukan Perdagangan Dan Jasa Di Kota Jambi. Guntar Marolop S. Abstract Merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jambi Tahun 2013-2033, salah

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan merupakan faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan. [1-2] Berdasarkan Surat

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah proses belajar-mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar- mengajar tersebut melibatkan peran

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi t'r - PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2OO5 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang

Lebih terperinci

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA Darul Dana

Lebih terperinci