BUPAH PACTEAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 25 C TAHUN 2013 I

Transkripsi

1 BUPAH PACTEAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 25 C TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTNGAN {CONFUCT OF NTEREST) D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHBAT TUAN YANG MAMA ESA BUPAT PACTAN, Menmbang : a. bahwa salah satu penyebab tejadnya korups karena adanya benturan kepentngan yang dlakukan oleh penyelenggara Pemerntahan Daerah; b. bahwa dalam rangka menuju tata kelola pemerntahan yang bebas korups dperlukan suatu konds yang bebas dar benturan kepentngan; c. bahwa pemahaman yang tdak seragam mengena benturan kepentngan mcnmbulkan penafsran yang beragam dan sangat berpengaruh pada performance knerja penyelenggara Negara, oleh karena tu perlu dsusun pedoman umum penanganan benturan kepentngan; d. bahwa bcrdasarkan pertmbangan tersebut huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupat tentan Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentngan (Conflct Of nterest) d Lngkungan Pemermtah Kabupaten Pactan. Menglngat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaan sebagamana telah dubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersh dan Bebas dar Korups, Kolus, dan Nepotsme (Lembaran Negara Republk ndonesa Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republk ndonesa Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tndak Pdana Korups (Lembaran Negara Republk ndonesa Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3874) sebagamana telah dubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republk ndonesa Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4150); >

2 5; Peraturan Pemermtah Nomor 38 Tahun 2007 tentang j Pembagan Urusan Pemerntahan Antara Pemerntah. Pemerntahan Daerah Provns dan Pemerntahan.; Daerah Kabupaten/Kota; 6; Peraturan Pemerntah Nomor 53 Tahun 2010 tentang \ Dspln Pegawa Neger Spl; 7. Peraturan Presden Nomor 55 Tahun 2012 tentang : Strate^ Nasonal Pcncegahan dan Pemberantasan Korups Jangka Panjang Tahun dan Jangka Mencngah Tahun ; 8. ' Kcputusan Presden Republk ndonesa Nomor 10 j Tahun 1974 Tentang Beberapa Pembatasan Kegatan! Pegawa Neger Dalam Rangka Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Kesederhanaan Hdup sebagamana telah ; dubah dengan Keputusan Presden Republk ndonesa Nomor 47 Tahun 1992; 9. Peraturan Menter Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformas Brokras Republk ndonesa Noomor 37 ;Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentngan. 1 nstruks Presden Nomor 1 Tahun 2013 tentang Aks Pecegahan dan Pemberantasan Korups Tahun 2013 MEBrruSKAN: PERATURAN BUPAT TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTNGAN {CONFLCT OF NTEREST) D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN Pasal 1 Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentngan adalah sebagamana tersebut dalam Lampran Peraturan Bupat n dan merupakan bagan yang tdak terpsahkan Pasal 2 Peraturan n mula berlaku pada tan^al dundangkan. Agar setap orang mengetahunya, memerntahkan Pengundangan Peraturan Bupat n dengan penempatannya dalam Berta Daerah Kabupaten Pactan. Dtetapkan d Pactan Pada tanggal: $0-6* BUPAT PACTAN NDARTATO 1

3 t Pasal2 Peraturan n mula berlaku pada tanggal dundangkan. Agar setap orang mengetahunya, memerntahkan Pengundangan Peraturan Bupat n dengan penempatannya dalam Berta Daerah Kabupaten Pactan. Dtetapkan d Pactan [ Padatanggal: BUPAT PACTAN Cap Ttd NDARTATO Dundangkan d Pactan Pada tanggal - j? SEKRBTARS DAERAH r. MULYONO. MM Pembna Utama Hadya NP BERTA DAERAH KABUPATEN PACTAN TAHUN 2013 NOMOR 25 C t >

4 f ( t : LAMPRAN : PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR : Pff C TAHUN 2013 TANGGAL : PEDOBfAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTNGAN (CONTUCT OF D LNGKUNGAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN NTEREST). Pendahuluan A. Umum Benturan kepentngan merupakan suatu konds dmana pertmbangan ; prbad mempengaruh dan/atau dapat menyngkrkan profesonaltas seorang pejabat dalam mengemban tugas. Pertmbangan prbad tersebut dapat berasal dar kepentngan prbad, kerabat atau kelompok yang kcmudan mendesak atau mereduks gagasan yang dbangun berdasarkan nalar prefesonalnya sehngga keputusannya menympang dar orsnaltas keprofesonalannya dan akan bermplkas pada penyelenggaraan Negara khususnya d bdang pelayanan publk menjad tdak efesen dan tdak efektf. Untuk melaksanakan tugas-tugas dalam proses pembangunan sangat dperlukan adanya penyelenggara Negara yang berwbawa, bersh, bebas korups; kolus dan nepotsme, efektf dan efesen, karena setap penyelenggara \ Negara mempunya peranan yang menetukan. Selan dsyaratkan untuk mcmlk profesonalsme, setap penyelenggara Negara hams juga mempunya skap mental yang jujur dan penuh rasa pengabdan kepada kepentngan rakyat, Negara dan Bangsa serta hams mengutamakan kepentngan umum datas kepentngan prbad dan golongan. ; B. Tujuan 1. Menyedakan kerangka acuan bag nstans pemerntah untuk mengena, mencegah, dan mengatas benturan kepentngan. 2. Mencptakan budaya pelayanan publk yang dapat mengena, mencegah, dan mengatas stuas-stuas benturan kepentngan secara transparan dan efsen tanpa mengurang knerja pejabat yang bersangkutan. 3. Mencegah tejadnya pengabalan pelayanan publk dan kemgan Negara. ] 4. Menegakkan ntegrtas. 5. Mencptakan Pemerntahan yang bersh dan berwbawa. C. Deflnsl: \ 1. Benturan kepentngan adalah stuas dmana penyelenggara Negara memlk atau patut dduga memlk kepentngan prbad terhadap setap penggunaan wewenang sehngga dapat mempengamh kualtas keputusan dan/atau tndakannya; 2. Penyelenggara Negara adalah Pejabat Pemerntah Daerah Kabupaten Pactan bescrta aparatumya; 3. nstans Pemerntah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah d Lngkungan Pemerntah Kabupaten Pactan; 4. Lembaga Pelayanan Publk adalah penyelenggara pelayanan publk d Lngkungan Pemerntah Kabupaten Pactan.

5 D. Pejabat yang berpotensl memlk Benturan Kepentngan 1. Pejabat Pemerntah yang berwenang dalam pengamblan keputusan dan penentuan kebjakan. Secara lebh khusus dalam pengertan n adalah Pejabat Tata Usaha Negara yang membuat keputusan Tata usaha Negara dan mengambl tndakan Tata Usaha Negara. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradlan Tata Usaha Negara beberapa kal dubah terakhr dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang dmaksud dengan Pejabat Tata Usaha Negara adalah pejabat yang melaksanakan urusan Pemerntahan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku; 2. Perencana; pejabat yang dber tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegatan perencanaan pada unt perencanaan tertentu; 3. Pengawas, \ pejabat Pemerntah yang mengawas tugas dan fungs cksekutf agar sesua kadah yang berlaku, dalam hal n adalah; Audtor dan Pejabat Pengawas Pemerntahan d Lngkungan Pemerntah Kabupaten Pactan; 4. Pelaksana Pelayanan Publk, yatu pejabat, pegawa, petugas dan setap orang yang bekerja dalam unt organsas yang mempunya tugas memberkan pelayanan publk; 5. Penla, yatu orang yang menla, melakukan verfkas, sertfkas, dan tujuan pengujan lannya; 6. Penydk, yatu semua pejabat yang melakukan fungs penydkan.. Benturan Kepentngan A. Beberapa bentuk Benturan Kepentngan 3rang serng tejad dan dbadapl oleh Penyelenggara Negara 1. Stuas yang menyebabkan seseorang menerma gratfkas atau pemberan/penermaan hadah atas suatu keputusan/jabatan. 2. Stuas yang menyebabkan penggunaan aset jabatan/nstans untuk kepentngan prbad/golongan. 3. Stuas yang menyebabkan nformas rahasa jabatan/nstans dpegqnakan untuk kepentngan prbad/golongan. 4. Perangkapan jabatan d beberapa nstans yang memlk hubungan langsung atau tdak langsung, sejcns atau tdak sejens, sehn^a menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentngan jabatan lannya. j 5. Stuas dmana seorang penyelen^ara Negara memberkan akses khusus kepada phak tertentu msalnya dalam rekrutmen pegawa tanpa mengjkut prosedur yang seharusnya. 6. Stuas yang menyebabkan proses pengawasan tdak mengkut prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dar phak yang dawas Stuas dmana kewenangan penlaan suatu obyek kualfkas dan obyek tersebut merupakan hasl dar s penla. 8. Stuas dmana adanya kesempatan penyalahgunaan jabatan. 9. Stuas yang memungknkan penggunaan dskres yang meyalahguakan wewenang. B. Jens benturan yang serng tejad 1, Kebjakan \ yang berphak, akbat pengaruh/hubungan dekat/ketergantungan/pemberan gratfkas {Kebjakan yang berhubungan dengan kepentngan prbad/golongan). 2. Pengeluaran jn mengandung unsur ketdakadlan atau pelanggaran tehadap persyaratan pcrjnan yang tdak sesua dengan Peraturan Perundang-Undangan.

6 3. Pengangkatan personl pegawa berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/rekomendas/pengaruh dar Pejabat Pemerntah; 4. Pemlhan partner/rekanan kerja Pemerntah berdasarkan keputusan yang tdak professonal; 5. Melakukan komersalsas pelayanan publk; C. Sumber penyebab Benturan Kepentngan 1. Penyalahgunaan wewenang, yatu Penyelenggara Negara membuat keputusan! atau tndakan yang tdak sesua dengan tujuan atau melampau batas-batas pemberan wewenang yang dberkan oleh Peraturan Perundang-Undangan. 2. Perangkapan jabatan, yatu seorang Penyelenggara Negara menduduk dua atau lebh jabatan publk sehngga tdak bsa menjalankan jabatannya secara profesonal, ndependen dan akuntabel. 3. Hubungan Aflas (prbad atau golongan), yatu hubungan: yang dmlld oleh seorang Penyelenggara Negara dengan phak tertentu bak karena hubungan darah, hubungan perkawnan maupun hubungan pertemanan yang dapat mempengaruh keputusannya. 4. Gratfkas, yatu pemberan dalam art luas melput pemberan uang, barang, rabat, koms, pnjaman tanpa bunga, tket perjalanan, fasutas pengnapan, perjalanan wsata, pengobatan cuma-cuma dan fasltas lannya. j 5. Kelemahan Sstcm Organsas, yatu keadaan yang menjad kendala bag pcncapaan tujuan pelaksanaan kewenangan penyelenggara Negara yang dsebabkan karena struktur dan budaya organsas yang ada.. Prnslp-prnsp dasar dalam penanganan benturan kepentngan Penanganan Benturan Kepentngan pada dasamya dlakukan melalu perbakan nla, sstem, prbad dan budaya. 1. Mengutamakan Kepentngan Umum. a. Penyelenggara Negara harus memperhatkan asas umum pemerntahan yang bak dalam memberkan pelayanan kepada masyarakat. b. Dalam pengamblan keputusan, Penyelenggara Negara harus berdasarkan 1 Peraturan Perundang-Undangan dan kebjakan yang berlaku tanpa memkrkan keuntungan prbad atau tanpa dpengaruh preferens prbad atau Aflas dengan agama, profes, parta atau poutk, etnstas dan keluarga. c. Penyelenggara Negara tdak boleh memasukkan unsur kepentngan prbad dalam pembuatan keputusan atau tndakan yang dapat mempengaruh kualtas keputusannya. Apabla terdapat benturan kepentngan,' maka Penyelenggara Negara tdak boleh berpartspas dalam pembuatan keputusan-keutusan resm yang dapat dpengaruh oleh kepentngan atau Aflas prbadnya. d. Penyelenggara Negara harus menghndarkan dr dar tndakan prbad yang duntungkan oleh 'nsde nformaton' atau nformas orang dalam yang dperoleh dar jabatannya. Penyelenggara Negara juga tdak boleh mengambl keuntungan yang tdak seharusnya dperoleh dar jabatan yang pemah dpegangnya termasuk mcndapatkan nformas hal-hal yang terkat dengan jabatannya tersebut pada saat yang bersangkutan tdak lag duduk dalam jabatan tersebut.

7 2. Mencptakan j keterbukaan penanganan dan pengawasan Benturan Kepentngan. \ Penyelenggara' Negara harus bersfat terbuka atas pekerjaan yang dlakukannya.' Kewajban n tdak sekedar terbatas pada mengkut Undang-Undang dan Peraturan tetap juga harus mentaat nla-nla pelayanan publk sepert bebas kepentngan, tdak berphak dan memlk ntegrtas. l 3. Mcndorong tanggung jawab prbad dan skap keteladanan. 4. Mencptakan dan membna budaya organsas yang tdak toleran terhadap Benturan Kepentngan. V. Tahapan dalam penanganan Benturan Kepentngan 1. Penyusunan kerangka kebjakan penanganan Benturan Kepentngan. 2. dentfkas stuas Benturan Kepentngan. 3. Penyusunan strateg penanganan Benturan Kepentngan. 4. Serangkaan tndakm yang dperlukan apabla seorang Penyelen^ara Negara berada dalam stuas Benturan Kepentngan, sepert: a. Pengurangan (dvestas) kepentngan prbad; b. Penarkan dr (recusaq; c. Membatas akses nformas; d. Mutas; \ e. Alh tugas dan tanggung jawab; f. Pcngunduran dr; g. Pemberan sanks. 1 V. Faktor pendukung keberhasuan penanganan benturan kepentngan 1. Komtmen dan Keteladanan Pemmpn. 2. Partspas dan keterlbatan para Penyelen^ara Negara. 3. Perhatan khusus atas hal tertentu. 4. Beberapa langkah prevetf dapat dlakukan untuk menghndara stuas Benturan Kepentngan. 5. Penegakan kebjakan penanganan Benturan Kepentngan. 6. Pemantauan dan Evaluas. V. Tndakan Terhadap Potens Benturan Kepentngan 1. Dlarang melakukan transaks dan/atau menggunakan aset nstans untuk kepentngan prbad, keluargaatau golongan; 2. Dlarang menerma dan/atau member hadah/manfaat dalam bentuk apapun yang berkaltan dengan jabatannya dalam katannya dengan mtra kerja, penyeda barang dan jasa. 3. Dlarang men^jnkan phak ketga memberkan sesuatu delam bentuk apapun kepada Pejabat Pemerntah dan Haldm. 4. Dlarang menerma Refund dan keuntungan prbad lannya yang melebh dan atau bukan haknya dar hotel atau phak manapun juga dalam rangka kednasan atau hal-hal yang dapat mcnmbulkan potens Benturan Kepentngan. t ' V. Tata Cara Mengatas Tejadnya Benturan Kepentngan 1. Laporan. 2. Atasan langsung memerksa kebenaran laporan palng lambat 3 (tga) har kerja. 3. Apabla hasu dar pemerksaan tersebut tdak benar maka keputusan dan/atau tndakan pejabat yang dlaporkan tetap berlaku. 4. Pemerksaan tersebut benar, dalam jangka waktu 2 (dua) har keputusan dan/atau tndakan tersebut dtnjau kembal, 5. Pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan dlaksanakan oleh unsur pengawasan. [

8 6. nstans pemerntah menndak lanjut serta sosalsas kepada scluruh pegawa. Vn.Tata Cara Mengatas Tejadnya Benturan Kepentngan: 1. Pedoman penanganan Benturan Kepentngan n agar dgunakan sebaga acuan dalam mengena, mengatas, menangan Benturan Kepentngan dan d mplementaskan secara konssten dan sungguh-sungguh oleh semua phak yang terkat dalam Penyelnggaraan Negara. 2. Menugaskan kepada seluruh Kepala SKPD untuk menndaklanjut panduan penanganan benturan n serta mensosalsaskan kepada seluruh pegawa d lngkungan masng-masng.. BUPAT PACTAN NDARTATO