Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN"

Transkripsi

1 Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN Jenis Bambang Lanang Studi Pertumbuhan dan Hasil (Growth and Yield) Pembangunan Database Growth and Yield Kuantifikasi Kualitas Tempat Tumbuh Jenis Kayu bawang Studi Pertumbuhan dan Hasil (Growth and Yield) Pembangunan Database Growth and Yield Kuantifikasi Kualitas Tempat Tumbuh Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 43

2 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil kayu Koordinator RPI : Prof.Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan Sub Judul Kegiatan : Studi Pertumbuhan dan Hasil (Growth and Yield) Pembangunan Database Growth and Yield Jenis Bambang Lanang Pelaksana Kegiatan : Agus Sumadi, S.Hut Hengki siahaan, S.Hut, M.Sc Teten Rahman S ABSTRAK Dalam pengelolaan hutan tanaman diperlukan informasi yang memadahi mengenai pertumbuhan dan hasil tegakan hutan tanaman. Kegiatan penelitian dilakukan dengan pembuatan dan pengukuran ulang PUP. Kegiatan penelitian dilakukan pada hutan rakyat baik pola monokultur maupun pola agroforestry dengan kopi. Pertumbuhan bambang pola agroforetry lebih cepat baik pertumbuhan diameter maupun pertumbuhan tinggi. Persamaan pertumbuhan diameter bambang pola monokultur Dbh = ln(a)-12.93, pertumbuhan tinggi H= ln(a) , sedangkan dengan pola agroforestry pertumbuhan diameternya Dbh=16.77 Ln(A) dan pertumbuhan tinggi H = Ln(A) Persamaan yang terbentuk dapat memberikan gambaran perkembangan pertumbuhan diameter dan tinggi bambang. Pertumbuhan tegakan bambang baik pertumbuhan diameter dan tinggi pada ketiga lokasi penelitian (Kab. Empatlawang, Kota Pagar Alam dan Kab. OKU Selatan) menunjukkan adanya perbedaan. Pertumbuhan terbaik berada di Kabupaten Empatlawang yang memiliki ketinggian tempat mdpl. Kata kunci : Pertumbuhan dan hasil, bambang lanag, monokultur, agroforestry A. LATAR BELAKANG Pengelolaan hutan tanaman baik hutan tanaman industri maupun hutan tanaman rakyat pada hakekatnya adalah penanganan pertumbuhan tegakan dengan tujuan memeroleh hasil tegakan hutan yang optimal. Dalam pengelolaan hutan tanaman diperlukan informasi yang memadahi mengenai pertumbuhan dan hasil tegakan hutan tanaman. Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan penelitian yang komprehensif terhadap hutan tanaman yang meliputi penelitian pertumbuhan tegakan, model penduga volume pohon, pengaturan hasil dan informasi daur optimal tegakan. Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 44

3 B. TUJUAN DAN SASARAN Secara garis besar, penelitian ini bertujuan untuk menyajikan informasi pertumbuhan dan hasil tegakan hutan tanaman dalam rangka mendukung peningkatan produktifitas hutan tanaman bambang yang disajikan dalam bentuk perangkat model matematik. Sasaran penelitian pada tahun 2012 untuk menghasilkan informasi pertumbuhan bambang pada pola monokultur dan agroforestry yang ada pada hutan rakyat dan pertumbuhan bambang pada berbagai lokasi pengembangan. C. METODE PENELITIAN Pengumpulan data pertumbuhan dan hasil tegakan dilakukan dengan pengukuran dimensi tegakan dalam tiap plot PUP. Parameter yang diukur tiap plot berupa diameter setinggi dada dan tinggi total. Pengolahan data model pertumbuhan dan hasil tegakan dengan menggunakan analisis regresi antara pertumbuhan dan hasil tegakan dengan variable-variabel yang mempengaruhinya. Pertumbuhan tegakan yang akan dianalisis meliputi pertumbuhan diameter dan pertumbuhan tinggi. D. HASIL YANG DICAPAI Penelitian dilakukan pada tegakan bambang baik yang dikembangkan secara monokultur maupun agroforestry. Pertumbuhan tegakan bambang pada kedua pola tersebut disajikan dalam Gambar 1 dan Dbh = Ln(A) R 2 = H = Ln(A) R 2 = Dbh (cm) H (m) Umur (thn) Umur (thn) (a) (b) Gambar 1. Pertumbuhan diameter (a) dan pertumbuhan tinggi (b) pada tegakan bambang dengan pola monokultur di Kabupaten Empatlawang. Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 45

4 H (m) H = Ln(A) R 2 = Umur (thn) Dbh (cm) 40 Dbh = Ln(A) R 2 = Umur (thn) Gambar 2. Pertumbuhan diameter (a) dan pertumbuhan tinggi (b) pada tegakan bambang dengan pola agroforestry dengan kopi di Kabupaten Empatlawang. Masyarakat yang ada di Kabupaten Empat Lawang telah lama mengembangkan bambang dengan pola monokultur maupun pola agroforestry. Dengan pola agroforestry pertumbuhan bambang lebih cepat baik pertumbuhan diameter maupun pertumbuhan tinggi seperti pada Gambar 1 dan 2. Pengembangan bambang pola agroforestry memungkinkan pemberian input dan pemeliharaan lebih intensif dibandingkan dengan pola monokultur. Tegakan bambang pada ketiga lokasi penelitian (Kabupaten Empatlawang, Kota Pagar Alam dan Kabupaten OKU Selatan) memiliki pertumbuhan diameter dan tinggi yang berbeda seperti pada Gambar 3 dan Gambar 4. Dbh (cm) Dbh = Ln(A) R 2 = y = Ln(x) R 2 = Dbh = Ln(A) R 2 = Umur (thn) Empat Lawang Pagar Alam OKUS Log. (Empat Lawang) Log. (OKUS) Log. (Pagar Alam) Gambar 3. Perbedaan pertumbuhan diameter bambang pada tiga lokasi penelitian Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 46

5 y = Ln(x) R 2 = Tinggi (m) y = Ln(x) R 2 = y = Ln(x) R 2 = Umur (thn) Empatlawang Pagar Alam OKUS Log. (Empatlawang) Log. (OKUS) Log. (Pagar Alam) Gambar 4. Perbedaan pertumbuhan tinggi bambang pada tiga lokasi penelitian Pertumbuhan tegakan bambang baik pertumbuhan diameter maupun pertumbuhan tinggi pada lokasi penelitian menunjukkan adanya perbedaan. Pertumbuhan terbaik baik diameter dan tinggi tegakan berada di wilayah Kabupaten Empatlawang yang memiliki ketinggian tempat mdpl, sedangkan tegakan bambang yang memiliki pertumbuhan terendah berada di Kota Pagar Alam. E. KESIMPULAN Tegakan bambang yang dikembangkan secara monokultur maupun agroforestry memiliki pertumbuhan yang berbeda. Tegakan bambang yang dipolakan secara agroforestry menghasilkan pertumbuhan diameter dan tinggi yang lebih baik. Berdasarkan kondisi tersebut pembangunan hutan rakyat dapat dilakukan secara monokultur maupun agroforestry sehingga dapat menjadi solusi penyedia kayu pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Pertumbuhan bambang secara umur terbaik berada di daerah Kabupaten Empat Lawang yang memiliki ketinggian tempat mdpl. Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 47

6 Foto Kegiatan. Bambang Pola Monokultur Pola agroforestry bambang dengan kopi Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 48

7 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil kayu Koordinator RPI : Prof.Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan Sub Judul Kegiatan : Kuantifikasi Kualitas Tempat Tumbuh Jenis Bambang Lanang Pelaksana Kegiatan : Agus Sumadi, S.Hut Hengki siahaan, S.Hut, M.Sc Maman Suparman ABSTRAK Akurasi pendugaan pertumbuhan dan hasil sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan manajemen dalam pengelolaan hutan tanaman. Kuantifikasi kualitas tapak merupakan salah satu cara untuk meningkatkan akurasi pendugaan pertumbuhan dan hasil pada hutan tanaman. Kualitas tapak merupakan potensi produksi kayu dari sebidang lahan untuk jenis tertentu atau tipe hutan tertentu. Kualitas tapak pada tegakan seumur dan sejenis dapat dinyatakan dalam suatu indeks yang merangkum berbagai faktor lingkungan seperti tanah (kesuburan, drainase), iklim (suhu, curah hujan), topografi (ketinggian tempat, aspek) dan faktor lain. Terdapat dua pendekatan dalam penilaian kualitas suatu tapak yaitu pendekatan phytocentric dan geocentric. Hasil penelitian site indek tegakan bambang terbaik yang berada di wilayah Kabupaten Empat Lawang yang memiliki ketinggian tempat mdpl. Berdasarkan karakteristik lahan yang memiliki korelasi dengan site indek berupa nilai KTK, HDD, kandungan liat dan ketinggian tempat. Nilai KTK dan kandungan liat memiliki korelasi positif sedangkan ketinggian tempat dan nilai HDD memiliki korelasi negative. Kata kunci : kualitas tapak, phytocentric, geocentric, tegakan bambang A. LATAR BELAKANG Pengelolaan hutan tanaman yang baik diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai pertumbuhan dan hasil tegakan, sehingga diperlukan penelitian yang komprehensif meliputi penelitian pertumbuhan tegakan, kualitas tempat tumbuh, model penduga volume pohon dan daur optimal tegakan hutan tanaman. Kualitas tempat tumbuh dalam perencanaan pengelolaan hutan sering dinyatakan dengan bonita atau indeks tempat tumbuh. Dengan pengetahuan ini akan membantu dalam manajemen pengelolaan tegakan dan lahan pada hutan tanaman guna tercapainya kelestarian hutan. Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 49

8 B. TUJUAN DAN SASARAN Secara garis besar, penelitian ini bertujuan untuk menyajikan informasi kualitas tempat tumbuh/saite indeks jenis bambang. Pada tahun 2012 ini penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi awal penentuan saite indeks berdasarkan metode pytosentric dan geosentric. Sasaran kegiatan penelitian ini adalah tersedianya data dan informasi peninggi dan karakteristik tanah dari masing-masing plot ukur pada tiap kabupaten yang telah mengembangkan jenis bambang. C. METODE PENELITIAN Pada pendekatan phytocentric, penilaian kualitas tapak dilakukan dengan pengukuran peninggi pada petak-petak ukur baik PUP maupun PUT tiap lokasi penelitian. Peninggi merupakan tinggi seratus pohon tertinggi dalam satu hektar tegakan. Pada plot berukuran 30 m x 3m m dilakukan pengukuran 10 pohon tertinggi. Pada pendekatan geocentric dilakukan penilaian karakteristik tanah, baik secara langsung maupun dengan pengambilan sampel untuk dianalisis di laboratorium. D. HASIL YANG DICAPAI Pohon bambang lanang telah dikembangkan oleh masyarakat secara luas dalam bentuk hutan rakyat yang tersebar di Kabupaten Empat Lawang, Lahat, Muara Dua dan Kota Pagar Alam. Peninggi dari tegakan bambang yang dikembangkan oleh masyarakat khususnya di Kabuapaten Empat Lawang yang mewakili ketinggian mdpl, OKU Selatan mdpl, serta Kota Pagar Alam yang mewakili ketinggian mdpl seperti pada Gambar 1. 30,0 25,0 20,0 Peninggi (m) 15,0 10,0 5,0 0, Umur SI 17 SI 20 SI 23 SI 26 Data Empat Lawang Data Lahat Gambar 1. Peninggi dan site indek tegakan bambang Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 50

9 Tegakan bambang yang banyak dikembangkan oleh masyarakat pada berbagai daerah di Sumatera Selatan menunjukkan perbedaan site indek dilihat dari peninggi tegakan yang ada. Berdasarkan gambar diatas site indek tertinggi pada pengembangan bambang di wilayah Empat Lawang. Pada wilayah ini pada umur indek (12 tahun) memiliki peninggi sekitar 26 m. Hasil analisis data untuk wilayah OKU Selatan memiliki site indek lebih rendah dari tegakan bambang di Kabupaten Empat Lawang dengan peninggi sekitar 23 m pada umur indek 12 tahun. Site indek terendah pada tegakan bambang di wilayah Kota Pagar Alam dengan peninggi sekitar 17 m pada umur 12 tahun. Hasil analisis korelasi antara site indek dengan karakteristik lahan yang memiliki korelasi berupa nilai KTK dengan korelasi 0.429*, nilai HDD dengan korelasi -0,493*, nilai kandungan liat korelasi 0.484*, dan ketinggian tempat **. Berdasarkan analisi korelasi 4 karakteristik lahan yang memiliki hubungan dengan nilai site indek tegakan bambang. Nilai korelasi positif seperti pada KTK dan kandungan liat menggambarkan semakin tinggi nilai KTK atau kandungan liat semakin tinggi juga besarnya site indek, sedangkan pada korelasi yang negatif seperti pada nilai HDD dan ketinggian tempat memberikan gambaran semakin tinggi nilai HDD atau ketinggian tempat site indek semakin rendah. E. KESIMPULAN Saite terbaik untuk jenis bambang pada hutan rakyat yang dikembangkan oleh masyarakat berada pada daerah Kabupaten Empat Lawang yang memiliki ketinggian tempat mdpl. Berdasarkan karakteristik lahan yang memiliki korelasi dengan site indek berupa nilai KTK, HDD, kandungan liat dan ketinggian tempat. Nilai KTK dan kandungan liat memiliki korelasi positif sedangkan ketinggian tempat dan nilai HDD memiliki korelasi negative. Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 51

10 Foto Kegiatan. Pembuatan profil tanah Pengambilan Sampel Tanah Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 52

11 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil kayu Koordinator RPI : Prof.Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan Sub Judul Kegiatan : Studi Pertumbuhan dan Hasil (Growth and Yield) Pembangunan Database Growth and Yield Jenis Kayu Bawang Pelaksana Kegiatan : Hengki siahaan, S.Hut, M.Sc Agus Sumadi, S.Hut Teten Rahman S ABSTRAK Kayu bawang dikembangkan dengan berbagai pola tanam sesuai dengan budaya pertanian pada lokasi pengembangan, yaitu pola monokultur, tumpangsari, agroforestry kayu bawang + kopi dan agroforestry kayu bawang + coklat. Untuk mencapai kelestarian pengelolaan diperlukan perangkat pengaturan berupa model pertumbuhan pada semua pola yang dikembangkan. Model pertumbuhan disusun dengan menggunakan tiga varibel penduga, yaitu umur (A), kerapatan tegakan (N), dan kualitas tempat tumbuh (Si). Untuk pola tanam monokultur model pertumbuhan diameter adalah ln D = 5,710 4,954/A 0,347 ln N + 0,0398 ln Si (R 2 adj = 79,2%); tinggi ln H = 1,63 3,57/A 0,0813 ln N + 0,708 ln Si (R 2 adj = 79,2%), volume ln V = 3,21 13,1/A + 0,201 ln N + 0,728 ln Si (R 2 adj = 91,6%). Pola tumpangsari, diameter ln D = 3,674 2,511/A ln N - 0,242 ln Si (R 2 adj = 97,8%), tinggi ln H = -1,64 1,94/A + 0,054 ln N + 1,45 ln Si (R 2 adj = 94,7%) ; volume ln V = -3,99-7,03/A + 1,14 ln N + 0,729 ln Si (R2 adj =97,6%). Pola agroforestry kayu bawang + kopi, diameter ln D = 4,432 2,223/A - 0,305 ln N + 0,213 ln Si (R 2 adj = 87,0%), tinggi ln H = 1,20-2,00/A 0,170 ln N + 0,963 ln Si (R 2 adj = 67,8 %) dan volume ln V = 0,93 5,96/A + 0,310 ln N + 1,50 ln Si (R 2 adj = 64,3 %) dan untuk pola agroforestry kayu bawang + coklat, pertumbuhan diameter ln D = 1,003 2,733/A 0,139 ln N + 1,010 ln Si (R 2 adj =99,0 %), tinggi ln H = 0,588 4,16/A 0,0849 ln N + 1,06 ln Si (R 2 adj = 96,4%) dan volume ln V = -7,62-9,56/A + 0,730 ln N + 2,93 ln Si. Variabel kerapatan tegakan N berpengaruh nyata dengan sifat berbanding terbalik dengan pertumbuhan diameter tegakan kayu bawang, sedangkan variabel kualitas tempat tumbuh (Si) lebih berkorelasi (positif) dengan pertumbuhan tinggi tegakan. Berdasarkan model pertumbuhan volume, daur optimum untuk pola monokultur adalah 13, 1 tahun, pola tumpangsari 7,03 tahun, pola agroforestry kayu bawang + kopi 5,96 tahun dan kayu bawang + coklat 9,56 tahun. A. Latar Belakang Kayu bawang telah dikembangkan di seluruh Kabupaten di Propinsi Bengkulu. Penanaman dilakukan dengan berbagai pola tanam sesuai dengan budaya pertanian setempat. Pola monokultur banyak dijumpai di Kabupaten Bengkulu Selatan, tumpangsari di Kabupaten Bengkulu Tengah, sedangkan pola Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 53

12 agroforestry berbentuk kayu bawang + kopi dan kayu bawang + coklat hampir dijumpai pada seluruh lokasi pengembangan. Upaya peningkatan produktivitas hutan rakyat memerlukan sistem pengelolaan yang baik dan terencana. Sistem pengelolaan yang baik membutuhkan berbagai perangkat pengelolaan seperti model penduga volume, model kualitas tempat tumbuh, dan model pertumbuhan dan hasil tegakan. Perangkat pengelolaan ini akan bermanfaat untuk memberikan prediksi pertumbuhan dan hasil yang dapat diperoleh dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan manajemen, antara lain dalam penentuan waktu panen pada pola tanam yang dipilih. B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pengaturan hasil hutan rakyat yang dikembangkan dengan berbagai pola tanam di Propinsi di Propinsi Bengkulu. Hasil penelitian bermanfaat sebagai perangkat pengelolaan hutan rakyat kayu bawang di Propinsi Bengkulu, yang memberikan informasi model pertumbuhan, riap, kualitas tempat tumbuh, dan daur optimum tegakan kayu bawang. C. Luaran Luaran penelitian ini adalah perangkat pengaturan hasil hutan rakyat kayu bawang dengan berbagai pola tanam di Propinsi Bengkulu. Pada tahun 2012 luaran yang diperoleh adalah data pertumbuhan serial kayu bawang dan model pertumbuhan tegakan pada berbagai pola tanam pembangunan database pertumbuhan kayu bawang di Propinsi Bengkulu. D. METODOLOGI 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Hutan Rakyat kayu bawang di Propinsi Bengkulu. Lokasi penelitian terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan dan Rejang Lebong. 2. Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan kayu bawang pada PUP yang telah dibuat. PUP dibuat dengan ukuran 30 m x 30 m (0,09 ha) atau 40 m x 40 m (0,16 ha) sesuai dengan potensi dan ketersediaan tegakan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), pita ukur, haga meter, kompas, meteran gulung 50 meter, tambang plastik, tally sheet dan alat-alat tulis serta seperangkat komputer dengan programprogram pengolah data seperti Excel dan Minitab. Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 54

13 3. Pengumpulan data Pengumpulan data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data pertumbuhan tegakan dan kondisi tapakyang diukur secara langsung. Data sekunder mencakup adalah data curah hujan, suhu, kelembaban udara, dan jenis tanah yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi dan instansi terkait lainnya. 4. Penyusunan Model pertumbuhan dan hasil Model pertumbuhan yang disusun adalah model tegakan keseluruhan (Whole stand model). Model tegakan keseluruhan menggunakan tegakan sebagai satuan dasar pengukuran. Model yang digunakan adalah model sebagaimana diajukan oleh Alder (1980), Vanclay (1994), Sc humacer (1937) yang secara eksplisit dinyatakan sebagai Ln Y = b 0 b 1 /A + ln N + ln Si. 5. Pemilihan dan validasi model Pemilihan dan validasi model didasarkan pada kriteria uji statistik dan kelogisan bentuk kurva. Kriteria uji statistik yang digunakan adalah Uji tingkat kepentingan peranan peubah bebas, Koefisien determinasi (R 2 ), Simpangan ratarata (SR) dan simpangan agregat (SA), Bias (mean error = ME) dan akar rata -rata kuadrat simpangan (RMSE) 6. Analisa Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan Excel dan perangkat pengolah data seperti Minitab dan Statistica. Penyusunan model dilakukan dengan analisis regresi sederhana maupun berganda sesuai dengan model yang diuji. Variabel penduga dipilih berdasarkan uji tingkat kepentingan peubah bebas sedangkan pemilihan model terbaik didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai E. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pola Tanam Kayu Bawang Pengembangan kayu bawang di Propinsi Bengkulu dilakukan sesuai dengan budaya pertanian yang ada pada masing-masing lokasi pengembangan. Beberapa pola tanam yang dijumpai di Propinsi Bengkulu adalah pola tanam monokultur (Bengkulu Selatan), tumpangsari (Bengkulu Tengah), agroforestry kayu bawang + kopi (Bengkulu Utara dan Rejang Lebong), agroforestry kayu bawang + coklat (Beng kulu Tengah dan Rejang Lebong), kayu bawang + karet (Bengkulu Tengah dan Bengkulu Utara), dan kayu bawang + sawit (Bengkulu Selatan). Pola monokultur umumnya dilakukan pada oleh pemilik lahan yang memiliki lahan luas dan modal yang besar, sedangkan pola tumpangsari dan agroforestry dilakukan oleh petani biasa, dengan maksud untuk memperoleh hasil antara sebelum memanen kayu pada akhir daur. Pada pola tumpangsari, kayu Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 55

14 bawang ditanam dengan jenis tanaman pertanian semusim seperti kacang tanah, serai, dan cabe. 2. Model Pertumbuhan a. Pertumbuhan Diameter Model pertumbuhan diameter disusun dengan tiga variabel penduga yaitu umur (A), kerapatan (N), dan kualitas tempat tumbuh (Si). Model disusun pada pola tanam monokultur, tumpangsari, agroforestry kayu bawang + kopi, dan kayu bawang + coklat. Secara berturut-turut, model pertumbuhan pada masing-masing pola tanam adalah: ln D = 5,710 4,954/A 0,347 ln N + 0,0398 ln Si (R 2 adj = 79,2%) untuk pola tanam monokultur; ln D = 3,674 2,511/A ln N - 0,242 ln Si (R 2 adj = 97,8%) untuk pola tumpangsari; ln D = 4,432 2,223/A - 0,305 ln N + 0,213 ln Si (R 2 adj = 87,0%) untuk pola agroforestry kayu bawang + kopi dan ln D = 1,003 2,733/A 0,139 ln N + 1,010 ln Si (R 2 adj =99,0 %) untuk pola agroforestry kayu bawang + coklat. Pada semua pola tanam, variabel N umumnya mempunyai koefisien negatif dan nilai P < 0,001 yang beratri bahwa variabel N berpengaruh sangat nyata dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan diameter. Sedangkan variabel SI umumnya mempunyai nilai P > 0,05, yang berarti bahwa variabel ini tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan diameter. b. Pertumbuhan Tinggi Berbeda dengan pertumbuhan diameter yang dipengaruhi oleh kerapatan tegakan, pertumbuhan tinggi lebih berkorelasi dengan kualitas tapak. Model pertumbuhan tinggi untuk pola tanam monokultur adalah ln H = 1,63 3,57/A 0,0813 ln N + 0,708 ln Si (R 2 adj = 79,2%), untuk pola tumpangsari ln H = -1,64 1,94/A + 0,054 ln N + 1,45 ln Si (R 2 adj = 94,7%), pola agroforestry kayu bawang + kopi: ln H = 1,20-2,00/A 0,170 ln N + 0,963 ln Si (R 2 adj = 67,8 %) dan ln H = 0,588 4,16/A 0,0849 ln N + 1,06 ln Si (R 2 adj = 96,4%). c. Produktifitas Tegakan Produktifitas tegakan merupakan besarnya produk yang dapat diperoleh dari suatu tegakan. Produktifitas tegakan dapat digambarkan dengan volume yang dihasilkan selama jangka waktu tertentu. Model pertumbuhan volume untuk pola monokultur adalah ln V = 3,21 13,1/A + 0,201 ln N + 0,728 ln Si (R 2 adj = 91,6%), pola tumpangsari ln V = -3,99-7,03/A + 1,14 ln N + 0,729 ln Si (R2 adj =97,6%), pola agroforestry kayu bawang + kopi ln V = 0,93 5,96/A + 0,310 ln N + 1,50 ln Si (R 2 adj = 64,3 %), dan pola agroforestry kayu bawang + coklat adalah ln V = -7,62-9,56/A + 0,730 ln N + 2,93 ln Si. Koefisien 1/A pada model pertumbuhan volume juga menunjukkan daur optimum berdasarkan volume, sehingga berdasarkan model di atas diperoleh daur Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 56

15 optimum untuk pola monokultur adalah 13, 1 tahun, pola tumpangsari 7,03 tahun, pola agroforestry kayu bawang + kopi 5,96 tahun dan kayu bawang + coklat 9,56 tahun. F. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kayu bawang dikembangkan dengan berbagai pola tanam sesuai dengan budaya pertanian yang dianut oleh pemilik lahan, yaitu pola monokultur, tumpangsari, agroforestry kayu bawang + kopi dan agroforestry kayu bawang + coklat. 2. Variabel kerapatan tegakan N berpengaruh nyata dengan sifat berbanding terbalik dengan pertumbuhan diameter tegakan kayu bawang, sedangkan variabel kualitas tempat tumbuh (Si) lebih berkorelasi (positif) dengan pertumbuhan tinggi tegakan. 3. Berdasarkan model pertumbuhan volume, daur optimum untuk pola monokultur adalah 13, 1 tahun, pola tumpangsari 7,03 tahun, pola agroforestry kayu bawang + kopi 5,96 tahun dan kayu bawang + coklat 9,56 tahun. Lampiran Tegakan kayu bawang dengan pola monokultur (kiri) dan pola agroforestr kayu bawang + kopi (kanan) Tegakan kayu bawang dengan pola tumpangsari dengan serai (kiri) dan pola agroforestry kayu bawang + coklat (kanan) Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 57

16 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil kayu Koordinator RPI : Prof.Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan Sub Judul Kegiatan : Kuantifikasi Kualitas Tempat Tumbuh Jenis Kayu Bawang Pelaksana Kegiatan : Hengki siahaan, S.Hut, M.Sc Agus Sumadi, S.Hut Teten Rahman S ABSTRAK Hutan rakyat kayu bawang telah berkembang secara luas di Propinsi Bengkulu pada berbagai karakteristik tapak. Untuk meningkatkan akurasi pendugaan produktifitas, perlu dilakukan kuantifikasi tapak pada semua areal pengembangan dengan tujuan untuk menyusun model kualitas tapak pada berbagai lokasi pengembangan di Propinsi Bengkulu. Model yang digunakan adalah model Alder (1980). Berdasarkan hasil analisis regresi (Nested regression) terhadap 37 plot pengukuran dengan menggunakan metode common slope regression diperoleh persamaan peninggi kayu bawang di Provinsi Bengkulu yaitu: Ln Ho = ai (1/A). Berdasarkan persamaan ini disusun persamaan untuk menduga site indeks (SI) yaitu : Ln SI = ln Ho (1/A -1/Ai). (ket. A = umur, Ai = umur indeks (12 tahun), Ho = peninggi, SI = site indeks). Hasil substitusi pengukuran peninggi terhadap persamaan site indeks diperoleh bahwa indeks tempat tumbuh kayu bawang berkisar antara meter. Site indeks kemudian dibagi kedalam lima kelas dengan lebar kelas 3 meter yaitu kelas tapak I, SI 14,9 meter; kelas tapak II, SI= 15,0-17,9 meter; kelas tapak III, SI = 18,0-20,9 meter; kelas tapak IV, SI = 21,0-23,9 meter; dan kelas tapak V, SI 24 meter. Kelima kelas tapak ini dibatasi oleh 4 kurva yang menghubungkan umur (A) dengan peninggi (Ho) dengan persamaan: ln Ho = 2, ,29337/A; ln Ho = 3, ,29337/A; ln Ho = 3, ,29337/A; dan ln Ho = 3, ,29337/A. A. Latar Belakang Akurasi pendugaan pertumbuhan dan hasil sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan manajemen dalam pengelolaan hutan tanaman termasuk hutan rakyat. Salah satu upaya untuk meningkatkan akurasi pendugaan pertumbuhan pada hutan tanaman adalah dengan melakukan kuantifikasi produktivitas tapak (site). Kuantifikasi tapak merupakan kegiatan mengkelaskan tapak (site) sesuai dengan tingkat kesuburannya yang dinyatakan dalam satuan indeks. Produktivitas tapak merupakan potensi produksi kayu dari sebidang lahan untuk jenis tertentu atau tipe hutan tertentu. Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 58

17 Hutan rakyat kayu bawang telah berkembang secara luas di Propinsi Bengkulu pada berbagai karakteristik tapak dan ketinggian tempat. Pertumbuhan kayu bawang pada berbagai lokasi ini menunjukkan penampakan yang berbeda. Untuk meningkatkan akurasi pendugaan produktifitas, langkah penting yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan kuantifikasi tapak pada semua areal pengembangan. Terdapat dua pendekatan dalam penilaian produktifitas suatu tapak yaitu pendekatan phytocentric dan geocentric. Pandangan phytocentric berasumsi bahwa total produksi volume tegakan atau produksi biomas merupakan ukuran pokok produktivitas suatu tapak. Namun demikian, parameter ini tidak pernah digunakan sebagai ukuran kualitas tapak karena volume tegakan sangat dipengaruhi oleh kerapatan tegakan. Parameter yang umum digunakan sebagai ukuran kualitas tapak adalah peninggi, yaitu rata-rata sejumlah tertentu pohon dominan pada sebidang lahan, biasanya 100 pohon/ ha. Pendekatan geocentric menentukan kualitas tapak berdasarkan hubungan antara karakteristik tanah dan iklim dengan kebutuhan suatu jenis. Pendekatan ini mempunyai keunggulan karena dapat digunakan untuk menilai kualitas tapak lahan kosong (tidak bertegakan). Dalam pendekatan ini dibutuhkan berbagai informasi karakteristik lahan, baik sifat fisik, kimia, maupun kondisi geografis secara umum seperti kelerengan dan ketinggian tempat. B. Tujuan dan Sasaran Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model kualitas tapak pada pengembangan hutan rakyat kayu bawang di Propinsi Bengkulu. Model ini digunakan untuk menetapkan indeks tapak (site indeks) dan kelas tapak (bonita) pada suatu petak pengelolaan. Sasaran yang hendak dicapai adalah: - Diketahuinya model kualitas tapak pada berbagai lokasi pengembangan di Propinsi Bengkulu - Diketahuinya faktor-faktor lingkungan (tanah, fisiografi, dan iklim) yang berperan dalam mementukan produktivitas tapak pengembangan hutan rakyat kayu bawang. C. METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian Pada pendekatan phytocentric, penilaian kualitas tapak diawali dengan membuat petak-petak ukur (petak ukur permanen) pada berbagai lokasi pengembangan kayu bawang dan melakukan pengukuran secara berseri. Pada setiap petak ukur dilakukan pengukuran tinggi terhadap 100 pohon dominan Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 59

18 (peninggi). Data hasil pengukuran peninggi pada masing-masing petak ukur digunakan untuk menyusun model kualitas tapak. Model kualitas tapak disusun dalam suatu model (persamaan) yang menghubungkan antara umur dan peninggi tegakan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Alder (1980), sebagi berikut: Ln Ho = a + b/a k (Avery, 1994)..... (1) Ln Si = Ln Ho b (1/A k -1/A i k )... (2) Pendekatan geocentric menggunakan karakteristik tanah, baik secara langsung maupun dianalisis di laboratorium. Penilaian kualitas lahan dan pengambilan sampel diintegrasikan pada petak ukur yang dibuat pada metode phytocentric. Karakteristik tapak yang digunakan sebagai dasar penilaian kualitas tapak disesuaikan dengan kriteria yang digunakan Pusat Penelitian Tanah, Analisis Data Analisis data hasil pengukuran pada pendekatan phytocentric dilakukan dengan menggunakan Excel dan perangkat pengolah data seperti Minitab. Penyusunan model dilakukan dengan analisis regresi sederhana sesuai dengan model yang diuji. Pemilihan model terbaik pada model kualitas tapak yang digunakan didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R 2 ) dan simpangan ratarata. Sampel tanah yang diambil untuk penilaian kandungan hara (N, P, dan K), KTK, tekstur, ph, dan salinitas dianalisis di Laboratorium. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis regresi ( Nested regression) terhadap 37 plot pengukuran dengan menggunakan metode common slope regression pada model yang digunakan yaitu model Alder (1980) diperoleh persamaan peninggi kayu bawang di Provinsi Bengkulu yaitu: Ln Ho = ai (1/A). Berdasarkan persamaan ini disusun persamaan untuk menduga site indeks (SI) yaitu : Ln SI = ln Ho (1/A-1/Ai). (ket. A = umur, Ai = umur indeks, Ho = peninggi, SI = site indeks). Umur indeks yang digunakan adalah 12 tahun, karena pada umur ini kayu bawang diperkirakan telah masak tebang, walaupun petani cenderung melakukan pemanenan lebih awal. Hasil substitusi pengukuran peninggi terhadap persamaan site indeks di atas diperoleh bahwa indeks tempat tumbuh kayu bawang berkisar antara meter. Site indeks kemudian dibagi kedalam lima kelas tapak dengan lebar kelas 3 meter yaitu kelas tapak I, SI 14,9 meter; kelas tapak II, SI= 15,0-17,9 meter; kelas tapak III, SI = 18,0-20,9 meter; kelas tapak IV, SI = 21,0-23,9 meter; dan kelas tapak V, SI 24 meter. Kelima kelas tapak ini dibatasi oleh 4 kurva yang menghubungkan umur (A) dengan peninggi (Ho) dengan persamaan: ln Ho = Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 60

19 2, ,29337/A; ln Ho = 3, ,29337/A; ln Ho = 3, ,29337/A; dan ln Ho = 3, ,29337/A. Jika dikaitkan dengan faktor lingkungan (tapak), kualitas tempat tumbuh berkaitan erat dengan ketinggian tempat ( altitude). Pada dataran rendah dengan ketinggian m dpl (Kab. Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan), site indeks berkisar antara 20 25,9 m atau berada pada kelas tapak III, IV, dan V. Pada dataran tinggi ( m dpl) di Kabupaten Kepahinag dan Rejang Lebong, site indeks berkisar antara m (kelas tapak I dan II). Selain ketinggian tempat, pemeliharaan juga berpengaruh pada kualitas tempat tumbuh kayu bawang. Plot yang tidak terpelihara, sekalipun berdekatan dengan plot yang terpelihara mempunyai site indeks yang lebih rendah. Misalnya pada plot 3 (Talang IV 1) (tidak terpelihara) mempuyai site indeks 15,2 (kelas tapak II) dan plot 4 (Talang IV 2) yang terpelihara mempunyai site indeks 19,3 (kelas tapak III). E. KESIMPULAN 1. Model penduga peninggi (Ho) kayu bawang di Propinsi Bengkulu dinyatakan sebagai ln Ho = ai + 2,29337/A dan model kualitas tapak ln SI = ln Ho + 2,29337 (1/A 1/Ai). 2. Kualitas tapak kayu bawang di Propinsi Bengkulu dapat dibagi ke dalam 5 kelas, yaitu kelas tapak I, SI 14,9 meter; kelas tapak II, SI= 15,0-17,9 meter; kelas tapak III, SI = 18,0-20,9 meter; kelas tapak IV, SI = 21,0-23,9 meter; dan kelas tapak V, SI 24 meter. Foto Kegiatan. Tegakan kayu bawang di desa Pelalo Kabupaten Rejang Lebong umur 7 tahun (kiri) dan desa Babatan, Bengkulu Selatan umur 9 tahun (kanan). Paket Kuantitatif Pertumbuhan Page 61

ASPEK GROWTH AND YIELD

ASPEK GROWTH AND YIELD ASPEK GROWTH AND YIELD JENIS: TEMBESU BAMBANG LANANG KAYU BAWANG GELAM 56 Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi

Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator : Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 31

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 31 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator : Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Hengki Siahaan* dan Agus Sumadi* * Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Palembang ABSTRAK Pengembangan kayu bawang

Lebih terperinci

Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN

Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN Jenis Bambang Lanang Kajian Dampak Hutan Tanaman Jenis Penghasil Kayu Terhadap Biodiversitas Flora, Fauna, dan Potensi Invasif Paket Informasi Dampak

Lebih terperinci

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan Pola agroforestry hutan rakyat penghasil kayu pertukangan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Melalui

Lebih terperinci

PENELITIAN BUDIDAYA JENIS KAYU BAWANG

PENELITIAN BUDIDAYA JENIS KAYU BAWANG PENELITIAN BUDIDAYA JENIS KAYU BAWANG ASPEK : SILVIKULTUR GROWTH & YIELD PERLINDUNGAN Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2011 di IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan

Lebih terperinci

Marulam MT Simarmata Dosen Fakultas Pertanian USI

Marulam MT Simarmata Dosen Fakultas Pertanian USI Model Penyusunan Kualitas Tempat Tumbuh Eucalyptus urophylla Pada Hutan Tanaman Marulam MT Simarmata Dosen Fakultas Pertanian USI E-mail : simarmatamarulam@yahoo.com Abstrak Pembagunan bidang kehutanan,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni tahun 2009, pada areal hutan produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 0 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bidang Pengelolaan Wilayah III Bengkulu dan Sumatera Selatan, SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Areal Kerja perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan milik petani yang mempunyai tanaman jati pada hutan rakyat di Desa Karanglayung, Desa Babakan Asem dan Desa Conggeang

Lebih terperinci

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali. B III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada mangrove yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. 3.2 Alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di petak 209 dan 238 pada RKT 2009 di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? Mengukur jumlah C tersimpan di hutan dan lahan pertanian cukup mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal

Lebih terperinci

Program Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator

Program Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator : Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Teknik Silvikultur

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 16 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pertanaman karet Bojong Datar Banten perkebunan PTPN VIII Kabupaten Pandeglang Banten yang dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat. BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan mangrove di hutan alam Batu Ampar Kalimantan Barat. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian yaitu di RPH Jatirejo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Krui (Kecamatan Pesisir Utara, Pesisir tengah, dan Pesisir Selatan) Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung. Analisis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di perkebunan rakyat Desa Huta II Tumorang, kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Ujicoba Teknik Rehabilitasi Hutan Alam Rawa Gambut Bersulfat Masam Dengan Jenis Melaleuca leucadendron Ujicoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Menurut Bermejo et al. (2004) kayu jati merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Menurut Bermejo et al. (2004) kayu jati merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jati merupakan jenis kayu komersil yang bermutu dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Menurut Bermejo et al. (2004) kayu jati merupakan salah satu kayu penting yang

Lebih terperinci

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut UjI COBA TEKNIK BIO REMEDIASI BERBAGAI KONDISI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT TERDEGRADASI DI SUMSEL Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Sulfat Masam dengan Jenis Melaleuca

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2009 hingga Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di daerah Semenanjung Ujung Kulon yaitu Cigenter, Cimayang, Citerjun,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 3.1 Waktu dan Tempat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT. Inhutani I UMH Sambarata, Berau, Kalimantan Timur pada bulan Mei sampai dengan Juni 2011. 3.2 Alat dan Bahan Bahan yang

Lebih terperinci

Demplot sumber benih unggulan lokal

Demplot sumber benih unggulan lokal Demplot sumber benih unggulan lokal Demplot sumber benih unggulan lokal Pembangunan Demplot Sumber Benih Jenis Bambang Lanang Pembangunan Demplot Sumber Benih Jenis Tembesu Demplot Sumber Benih Unggulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 25 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemilihan Pohon Contoh Pohon contoh yang digunakan dalam penelitian ini jenis keruing (Dipterocarpus spp.). Pemilihan pohon contoh dilakukan secara purposive pada RKT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di petak tebang Q37 Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2011 IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Desa Mamahak Teboq,

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di PT. Austral Byna, Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. KERANGKA PEMIKIRAN

METODOLOGI PENELITIAN. KERANGKA PEMIKIRAN METODOLOGI PENELITIAN. KERANGKA PEMIKIRAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka penjabaran permasalahan tersebut di atas maka diperlukan landasan berpikir yang sistematis terhadap tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman

Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman Jenis Bambang lanang Analisis Sosial dan Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman Jenis Kayu bawang Analisis Sosial dan Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian 19 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur (Lampiran 14). Waktu penelitian

Lebih terperinci

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan (September-November 2009) di salah satu jalur hijau jalan Kota Bogor yaitu di jalan dr. Semeru (Lampiran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELlTlAN

METODOLOGI PENELlTlAN METODOLOGI PENELlTlAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma, Unit Seruyan Kalimantan Tengah. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap kegiatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemilihan Pohon Contoh Pengambilan data pohon contoh ini dilakukan secara purposive sampling pada areal petak tebangan dan areal pembuatan jalan. Pengukuran dilakukan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian di lahan agroforestri di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, Kabupaten

Lebih terperinci

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN 2012-2014 TUJUAN untuk merumuskan model agroforestry yang dapat diterapkan dengan mempertimbangkan aspek budidaya, lingkungan dan sosial ekonomi SASARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di hutan rakyat Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO, JAGUNG DAN TEMBAKAU DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO, JAGUNG DAN TEMBAKAU DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO, JAGUNG DAN TEMBAKAU DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 17 4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Dramaga, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat (Gambar 4.1). Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yakni dari

Lebih terperinci

KERAGAMAN PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) PADA BERBAGAI TAPAK

KERAGAMAN PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) PADA BERBAGAI TAPAK 11/1/13 MAKALAH SEMINAR/EKSPOSE HASIL PENELITIAN TAHUN 13 BALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARPA SAMARINDA KERAGAMAN PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) PADA BERBAGAI TAPAK Oleh: Asef

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan hasil paduserasi TGHK - RTRWP pada tahun 1999, luas kawasan hutan alam diduga sekitar 120.353.104 ha (Purnama, 2003), dimana diperkirakan hutan alam yang terdegradasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di IUPHHK HA (ijin usaha pemamfaatan hasil hutan kayu hutan alam) PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2012. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sebaran agroforestri yaitu di Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Bahorok,

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN TEGAKAN KAYU BAWANG (Protium javanicum Burm F.) PADA BERBAGAI POLA TANAM DAN KERAPATAN TEGAKAN HENGKI SIAHAAN

MODEL PERTUMBUHAN TEGAKAN KAYU BAWANG (Protium javanicum Burm F.) PADA BERBAGAI POLA TANAM DAN KERAPATAN TEGAKAN HENGKI SIAHAAN MODEL PERTUMBUHAN TEGAKAN KAYU BAWANG (Protium javanicum Burm F.) PADA BERBAGAI POLA TANAM DAN KERAPATAN TEGAKAN HENGKI SIAHAAN SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada hutan rakyat yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaturan hasil saat ini yang berlaku pada pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia menggunakan sistem silvikultur yang diterapkan pada IUPHHK Hutan Produksi dalam P.11/Menhut-II/2009.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korelasi antar peubah Besarnya kekuatan hubungan antar peubah dapat dilihat dari nilai koefisien korelasinya (r). Nilai koefisien korelasi memberikan pengertian seberapa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2011 dengan lokasi penelitian berada di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH LAMPIRAN 7 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.1/Menhut-II/2009 Tanggal : 6 Januari 2009 PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH A. Identifikasi dan Deskripsi Calon Sumber Benih 1. Pemilik sumber benih mengajukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Persyaratan Penggunaan/Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur ratarata ( 0 C) 1618 14 16 Ketersediaan Air (wa)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Statistik Pohon Contoh Pohon contoh terdiri atas 120 pohon. Setiap pohon contoh diukur diameter dan tinggi serta dihitung volume batangnya. Pohon contoh dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Pebruari 2012 di lahan agroforestri Desa Sekarwangi, Kecamatan Malangbong,

Lebih terperinci

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994. IV. METODOLOGI PENELITIAN A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani Lestari, Kalimantan Timur. Waktu penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994. B.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman yang memiliki luasan 1.143 ha. Secara geografis terletak

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Metode survei

II. METODOLOGI. A. Metode survei II. METODOLOGI A. Metode survei Pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan di KPHP Maria Donggomassa wilayah Donggomasa menggunakan sistem plot, dengan tahapan pelaksaan sebagai berikut : 1. Stratifikasi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

SINTESA RPI: AGROFORESTRY. Koordinator: Encep Rachman

SINTESA RPI: AGROFORESTRY. Koordinator: Encep Rachman SINTESA RPI: AGROFORESTRY Koordinator: Encep Rachman TARGET OUTPUT RPI 2012-2014 Sintesa Output 1: Paket Iptek pendukung peningkatan produk0vitas lahan dgn pola agroforestry berbasis kayu pertukangan Output

Lebih terperinci

Program Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator

Program Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator : Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Teknik Silvikultur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada Desember 2015 - Februari 2016. Dilaksanakan pada : 1) Lahan pertanian di sekitar

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

Gambar 3. Peta lokasi penelitian 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009 di kawasan pesisir Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten, lokasi penelitian mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dibidang kehutanan saat ini terus ditingkatkan dan diarahkan untuk menjamin kelangsungan tersedianya hasil hutan, demi kepentingan pembangunan industri, perluasan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan April tahun 2011 di lahan gambut yang terletak di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f) Menurut Sumarna (2002), klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae

Lebih terperinci