BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan Data ini dijelaskan mengenai data yang dibutuhkan untuk dilakukan pengolahan data. Adapun beberapa data yang dibutuhkan yaitu Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan, Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan, Struktur Organisasi Perusahaan dan Data mikrobiologi dari pengecekan FG Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan Dalam menghadapi era pasar bebas, dimana orang-orang industri mengalami kemajuan yang sangat pesat dan tajamnya kondisi persaingan bisnis, menuntut pelaku bisnis saat ini untuk mengahasilkan produk yang memenuhi criteria biaya murah, kualitas produk yang baik, pengiriman produk tepat waktu, dan produk yang memenuhi keinginan konsumen (product customized). PT. Mayora Indah Tbk adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam industri makanan (food industri). Perusahaan ini awalnya mulai berdiri pada tahun 1977 dengan perusahaan pertama adalah Mayora Indah Jatake. Sejak didirikan pada tahun 1977, PT Mayora Indah Tbk menjadi salah satu industri makanan yang penting bagi Indonesia. Sebagai hasilnya, terjadi pertumbuhan di bidang ekonomi dan merubah arah 31

2 32 konsumsi sosial ke pola produk yang lebih praktis, karena masyarakat indonesia sekarang lebih banyak disibukkan dengan kegiatan di luar rumah, oleh karena itu makanan praktis dan siap saji menjadi pilihan utama kebanyakan masyarakat. Untuk memenuhi permintaan pasar, PT Mayora Indah Tbk melakukan Go Public melalui Initial Public Offering (IPO) pada tahun Sebagai bukti kesuksesan, PT Mayora Indah Tbk memiliki beberapa pabrik seperti Tangerang, Bekasi dan Surabaya yang mana memiliki 5,300 pekerja. Didukung oleh jarring distribusi yang kuat, produk PT Mayora Indah Tbk tidak hanya ada di Indonesia namun juga dapat kita jumpai di Negara seberang lautan seperti Malaysia, Thailand, philiphines, Vietnam, Singapore, Hong Kong, Saudi Arabia, Australia, Africa, America dan Italy Mayora Indah Divisi Wafer (UB) PT. Mayora Indah Divisi Wafer (UB) adalah salah satu bagian atau plant dari Mayora Group yang berdiri pada tahun 1982 dan mulai beroperasi efektif tahun PT. Mayora Indah Divisi Wafer memproduksi makanan ringan yang berjenis wafer dalam berbagai brand seperti Beng-beng, Super star, Wafer Stick dll, dengan jumlah karyawan sekitar 1500 karyawan Profil & Lokasi Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Mayora Indah Divisi Wafer Tbk Alamat : Jl. Yos Sudarso, Kawasan 19,5 Batu Ceper, Daan Mogot - Tangerang Telepon : (021) / (021) Fax : (021) Website :

3 Visi dan Misi Perusahaan Menguasai dan mempertahankan pangsa pasar terbesar di kategori dimana kita berada Membangun merk merk dan kemampuan distribusi yang sangat kuat Menjadi perusahaan pilihan karyawan, menyediakan pekerjaan menantang, kondisi kerja yang memuaskan, kompensasi yang kompetitif, pengembangan karir dan kesempatan untuk maju Kontribusi positif terhadap lingkungan dan Negara dimana kita berada Menghasilkan value untuk shareholder dengan mencapai pertumbuhan & keuntungan diatas rata-rata industry dan struktur keuangan yang kuat Value Perusahaan Consumer Prioritaskan kerja untuk kepuasan konsumen People Membantu meningkatkan SDM, berani ambil resiko, menghargai hasil kerja orang lain dan komitmennya Team Work Membangun kepercayaan satu sama lain, serta kerjasama untuk menjadi satu tim yang unggul Excellence Lakukan yang terbaik menjadi gaya hidup. Selalu berjuang untuk menjadi yang terbaik. Terus menerus meningkatkan proses dan cara kerja untuk memuaskan pelanggan Menjadi Manusia DJITU Disiplin, Jujur, Inisiatif, Tanggung Jawab dan Ulet

4 Kebijakan Mutu Perusahaan Kami bertekad menerapkan system manajemen mutu, keamanan pangan dan halal untuk menghasilkan produk yang : M emenuhi persyaratan, peraturan dan undang-undang yang Berlaku. A man dikonsumsi, berkualitas dan halal. Y akin bahwa semua pihak terlibat dengan pendekatan proses dan System. O ptimis dalam mencapai tujuan organisasi dan sasaran mutu. R espon yang cepat dan focus pada pelanggan melalui peningkatan Berkesinambungan. A ktif dalam menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan semua pihak Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi merupakan seatu bentuk kerangka hubungan pekerjaan antara orang-orang atau kelompok didalam menjalankan tugas sesuai dengan bidang masing-masing. Dalam menjalankan aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh pusat-pusat yang terlibat, management seringkali menemukan berbagai kesulitan dalam mengatur hubungan antara orang-orang tersebut, karena semakin banyak yang terlibat dan semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka akan semakin kompleks pula hubungan yang terjadi. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu bagan yang mengatur dan menjelaskan hubungan antara berbagai bagian dan juga mengatur pelimpahan tanggung jawab antara masing-masing bagian. Berikut adalah struktur organisasi PT. Mayora Indah Tbk :

5 35 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Mayora Indah Divisi Wafer 4.2 Penerapan ISO 22000:2005 di PT Mayora Indah PT. Mayora Indah Divisi Wafer telah menerapkan ISO 22000:2005, untuk itu peneliti ingin mencoba melihat keefektifan ISO 22000:2005 tentang keamanan pangan dari produk-produk yang telah dihasilkan untuk menentukan corrective and preventive yang akan diambil agar improvement dapat terus berjalan dengan mengunakan metode PDCA. Berikut adalah klausul-klausul dari ISO 22000:2005 yang digunakan atau diterapkan di PT Mayora Indah Divisi Wafer :

6 36 Tabel 4.1 Penerapan Klausul ISO 22000:2005 Pada PT Mayora Indah Divisi Wafer Klausul Deskripsi 4 Sistem Manajemen Keamanan Pangan 4.1 Persyaratan Umum 4.2 Persyaratan Dokumentasi Umum Pengendalian Dokumen Pengendalian Catatan 5 Tanggung Jawab Manajemen 5.1 Komitmen Manajemen 5.2 Kebijakan Keamanan Pangan 5.3 Perencanaan Sistem Manajemen Keamanan Pangan 5.4 Tanggung Jawab dan Wewenang 5.5 Ketua Tim Keamanan Pangan 5.6 Komunikasi Komunikasi Eksternal Komunikasi Internal 5.7 Kesiapsiagaan & Tanggap Darurat

7 Kajian Manajemen Umum Input Kajian Output Kajian 6 Manajemen Sumber daya 6.1 Penyediaan Sumber Daya 6.2 Sumber Daya Manusia Umum Kompetensi, Kepedulian dan Pelatihan 6.3 Insfrastruktur 6.4 Lingkungan Kerja 7 Perencanaan & Realisasi Produk yang Aman 7.1 Umum 7.2 Prequisete Programs (PRPs) 7.3 Langkah Awal Melakukan Analisa Bahaya 7.4 Analisa Bahaya 7.5 Penetapan Operasional (PRPs) 7.6 Rencana Penetapan HACCP 7.7 Pembaharuan dan Informasi Dasar dan Penetapan Dokumen PRPs dan Rencana HACCP

8 Perencanaan Verifikasi 7.9 Sistem Traceability 7.10 Pengendalian Ketidaksesuaian 8 Validasi, Verifikasi dan Peningkatan Sistem Manajemen Keamanan Pangan 8.1 Umum 8.2 Validasi Terhadap Kombinasi Tindakan Perbaikan 8.3 Pengendalian Terhadap Pemantauan dan Pengukuran 8.4 Verifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan Internal Audit Evaluasi Hasil Verifikasi Individual Analisa Hasil Aktivitas Verifikasi 8.5 Peningkatan Peningkatan Berkesinambungan Pembaharuan Sistem Manajemen Keamanan Pangan 4.3 Tahap Plan Rencana HACCP Pada awal setiap tindakan selalu harus dimulai dengan sebuah planing. Dalam penerapan system ISO 22000:2005 diperlukan pula sebuah planing dalam pembuatan landasan untuk dijadikan parameter

9 39 atau standarisasi yang harus dipenuhi dan dimonitoring agar keamanan pangan dan kualitas dari produk yang dihasilkan dapat terpenuhi dan terjaga baik. Dalam penerapan dan implementasi HACCP juga memiliki 7 prinsip prinsip HACCP yang wajib dilakukan atau dilaksanankan, yaitu : a. Prinsip 1 : Melaksanakan analisa bahaya b. Prinsip 2 : Menetukan titik kendali kritis c. Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis d. Prinsip 4 : Menetapkan suatu system pemantauan pengendalian TKK e. Prinsip 5 : Menetapkan tindakan perbaikan yang dilakukan jika hasil pemantauan menunjukan bahwa suatu TKK tertentu tidak dalam kendali. f. Prinsip 6 : Menetapkan prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa system HACCP bekerja secara efektif g. Prinsip 7 : Menetapkan dokumentasi mengenai seluruh prosedur dan rekaman yang sesuai dengan prinsip-prinsip ini dan penerapannya Pembuatan Diagram Alir (Flow Proses) Diagram alir harus disiapkan untuk kategori produk atau proses yang dicakup dalam sistem manajemen keamanan pangan. Diagram alir harus memberikan dasar untuk mengevaluasi kemungkinan timbulnya, meningkatnya atau masuknya bahaya keamanan pangan. Diagram alir harus jelas, akurat dan cukup terperinci. Diagram alir jika perlu harus mencakup :

10 40 a. Urutan dan interaksi seluruh tahapan dalam operasi b. Setiap proses yang outsourced dan pekerjaan yang disubkontrak c. Dimana bahan baku, ingredient dan produk antara masuk kedalam diagram d. Dimana pekerjaan ulang dan siklus ulang dilaksanankan e. Dimana produk akhir, produk WIP dan limbah dikeluarkan atau di pindahkan. f. Gambar 4.2 Contoh Pembuatan Diagram Alir Penentuan Analisa Bahaya (HACCP) Dalam melakukan analisa bahaya, contoh analisa bahaya pada Raw Material (RM), hal yang paling penting perusahaan harus

11 41 mengumpulkan semua informasi dan data yang berkaitan dengan bahan tersebut, misal regulasi berkaitan dengan raw material tersebut seperti SNI, Codex, BPOM, data analisa internal maupun eksternal dan data-data lainnya. Tujuannya adalah untuk melihat apakah terdapat bahaya fisik, kimia dan microbiologi yang terkandung dalam RM tersebut. Data tersebut penting untuk proses penetapan bahaya apa saja yang terkandung. Pedekatan untuk Packaging Material dan ingredient sama pendekatannya seperti pada RM. Tabel 4.2 Contoh Pembuatan Analisa Bahaya Jenis Raw Material Bahaya yang terkandung (Fisik, Kimia & Biologi) Tepung Terigu Bahaya Fisik : Batu, Soft Plastik, metal Bahaya Kimia : Residu pestisida, heavy metal, Pb, Hg, Cu, As, mikrotoksida, deoksivalenol Bahaya Biologi : TPC, E Coli, B.Cereuse, Okratoksin Analisa bahaya diatas dapat melihat regulasi SNI-375:2009, Tepung terigu dan regulasi BPOM No HK penetapan batas maksimum cemaran microba dan kimia dalam makanan. Dalam pembuatan HACCP harus menetapkan asesment bahaya yang terkandung dalam produk atau RM yang proses. Assessment bahaya harus dilaksanakan

12 42 untuk menetapkan setiap bahaya keamanan pangan yang teridentifikasi, apakah terdapat proses pengendalian bahkan penghilangan bahaya sampai pada batas yang dapat diterima hal tersebut penting dalam meproduksi pangan yang aman dan apakah pengendaliannya diperlukan agar batas yang dapat diterima terpenuhi. Setiap bahaya keamanan pangan harus dievaluasi sesuai dengan keparahan dari dampak negative kesehatan dan kemungkinan terjadi bahaya. Metodologi yang digunakan harus diuraikan dan hasil dari assessment keamanan pangan harus terdokumentasi. Tabel 4.3 Asesment Bahaya untuk Pembuatan HACCP High High Occurance Low Severity (3) High Occurance Medium Severity (6) High Occurance High Severity (9) High PROBABILITY Medium Occurance Low Severity (2) Medium Occurance Medium Severity (4) Medium Occurance High Severity (6) Medium Risk Low low Occurance Low Severity (1) Low Occurance Medium Severity (2) Low Occurance High Severity (3) Low High Low risk Keterangan : Asesment Bahaya untuk Proses Bila resikonya Low (1), maka bahaya tersebut tergolong Not Signifikan (NS) dan cukup dikendalikan dengan PRP Bila resikonya Medium (2,4), maka bahaya tersebut tergolong Not Signifikan (NS) dan cukup dikendalikan dengan PRP

13 43 Bila resikonya High (3,6,9), maka bahaya tersebut tergolong Significant (S) dan tindakan pengendaliannya dengan OPRP atau CCP (dipilih berdasarkan Decision Tree) Asesment Bahaya untuk RM Bila resiko bahaya High maka bahaya tersebut tergolong Significant (S) dan tindakan pengendaliannya dengan CCP Monitoring (dipilih berdasarkan Dicision Tree) Bila resiko bahaya Not Significant (NS) maka dilanjutkan ketahapan selanjutnya. Dalam seleksi ini semua tindakan pengendalian harus dilihat efektifitasnya terhadap bahaya keamanan pangan. Setiap pengukuran pengendalian yang dipilih harus dikategorikan apakah hal tersebut perlu dikelola dengan system GMP atau dengan rencana HACCP. Pemilihan Asesment Bahaya harus dilakukan menggunakan pendekatan logis mencakup assessment yang berkaitan dengan hal berikut : Pengaruh terhadap bahaya keamanan pangan yang teridentifikasi yang berhubungan dengan tingkat keketan penerapan Kelayakan pemantauan Penepatan dalam system, dalam hitungan dengan tindakan pengendalian Keparahan sebagai konsekuensi kegagalan fungsi Apakah tindakan pengendalian diterapkan secara khusus dan diterapkan untuk menghilangkan atau mengurangi secara signifikan tingkat bahaya Pengaruh sinergis

14 44 Gambar 4.3 Contoh Pembuatan HACCP RM Berdasarkan Probability & Severity Penentuan Titik Kendali Kritis (OPRP) dan CCP Titik kendali kritis dimana pengendalian diterapkan untuk mengatasi bahaya yang sama. Penentuan TKK dalam system HACCP dapat dipermudah dengan penerapan pohon keputusan (berdasarkan regulasi Codex) yang menunjuk suatu pendekatan pemikiran yang logis. Penerapan pohon keputusan sebaiknya fleksibel, tergantung apakah operasi tersebut untuk produksi, pemotongan, penyimpangan,distribusi atau yang lainnya. Pohon keputusan sebaiknya digunakan sebagai panduan saat menentukan TKK. Jika suatu bahaya telah teridentifikasi pada suatu tahap dimana diperlukan pengendalian.

15 45 Gambar 4.4 Decision Tree untuk Analisa Bahaya RM Gambar 4.5 Decision Tree untuk Analisa Bahaya Line Proses

16 Tahap Do Pemantauan atau Dokumentasi Agar dapat melihat keefektifitasan dari seluruh rencana yang telah dibuat. Tindakan tersebut meliputi proses pemantauan atau monitoring, tindakan pengendalian, verifikasi dan validasi yang masing-masing didukung oleh rekaman (record) yang akan dijadikan alat untuk pengumpulan data Tindakan Pemantauan atau Minitoring Pemantauan merupakan pengukuran atau pemantauan terjadwal atas suatu proses yang berhubungan dengan batas kritisnya. Pada kegiatan pemantauan monitoring adalah pengujian dan pengamatan terjadwal terhadap efektifitas proses pengendalian titik kendali kritis dan CL untuk menjamin keamanan produk. TKK dan CL dapat dipantau oleh tim yang telah dipilih serta dengan frekuensi pengecekan yang telah ditentukan berdasarkan berbagai pertimbangan Pemantauan dapat berupa pengamatan yang direkam dengan form monitoring ataupun suatu pengukuran yang dituangkan kedalam suatu laporan. Pada tahap ini tim HACCP perlu memperhatikan cara pemantauan yang dilakukan, waktu dan frekuensi. Serta semua hal yang memang perlu dilakukan pemantauan. Metode dan frekuensi pemantauan harus mampu menetapkan sesegera mungkin kapan batas kritis terlampaui sehingga produk yang tidak sesuai dapat segera diamankan sebelum dikonsumsi oleh konsumen.

17 Tindakan Validasi & Verifikasi Batas kritis harus ditetapkan dan divalidasi untuk setiap Titik Kendali Kritis. Dalam beberapa kasus suatu batas kritis dapat diuraikan dalam suatu tahapan tertentu. Semua yang menjadi batasan kritikal atau kritis harus dilakukan validasi dan verifikasi sebelum dan atau saat implementasi, jika tidak hal tersebut dapan menjadi suatu kesalahan fatal yang bersifat major. Validasi umumnya hanya dilakukan sekali dan akan dilakukan kembali atau baru jika ada perubahan terhadap system tersebut dan verifikasi wajib dilakukan secara berkala untuk memastikan keefektifan implementasi tersebut Tindakan Perbaikan Tindakan perbaikan dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap batas kritis. Tindakan koreksi yang dilakukan tergantung pada tingkat resiko bahaya pangan yang terjadi. Pada produk pangan yang beresiko tinggi misalnya, tindakan koreksi dapat berupa penghentian atau reject seluruh produk jika belum terjadi perbaikan atau produk ditahan keamanannya hingga prosuk diuji kemananannya. 4.5 Tahap Check Data Analisa Mikrobiologi pada FG Data yang diperlukan dalam pengolahan ini adalah data pengecekan mikrobiologi yang terdapat pada hasil akhir pembuatan produk (finish goods) yang mengacu pada regulasi BPOM RI No.HK dan SNI (Biskuit) yaitu TPC (Total Plate Count), Yeast dan Mold, Coliform, E Coli dan Salmonella yang diambil pada produk Beng-Beng Real Chocolate.

18 48 Berikut adalah flow proses dalam pembuatan produk beng-beng real chocolate. Tabel 4.4 Flow Proses Pembuatan Beng-Beng Real Chocolate Mixing Batter Baking Mixing Cream Mixing Susu Storage Susu Cair Cooking Caramel Storage Caramel Mixing Batter & Baking Cereal Grinding Chocolate Storage Chocolate Creaming Mixing SKM Cutting Coating Caramel Storage SKM w/ sieving Coating Cereal Enrober Cokelat Cooling Metal Detecting Warpping w/coding Secondary Packaging w/coding Kartoning w/coding Stacking to pallet Recieving & warehousing Stuffing

19 49 Tabel 4.5 Spesifikasi Mikro Finish Goods (FG) berdasarkan Regulasi BPOM & SNI Item Analisa Standar Satuan TPC 1 x 10 4 Koloni/gr Mould & Yeast 2 x 10 2 Koloni/gr Coliform Maks. 20 APM/gr E. Coli < 3 APM/gr Salmonella 1 x 10 2 Koloni/gr Tabel 4.6 Laporan Defect FG berdasarkan keamanan pangan bulan May 2013 Tanggal Output (karton) Jenis Defect Mikro Fisik Kimia Total Defect (karton) 1 Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei

20 50 16 Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Untuk memudahkan dalam melihat jenis defect masalah keamanan pangan yang ada, sesuai dengan table diatas, maka langkah selanjutnya adalah membuat histrogram. Data defect yang ada disajikan dalam bentuk grafik balok yang telah dibagi berdasarkan jenis defect masing-masing. Gambar 4.6 Grafik Histrogram Bulan Mei 2013

21 51 Dari histrogram yang ditunjukan pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa jenis defect terbesar akibat adanya cemaran mikrobilogi yang terkandung pada FG dengan jumlah 197 karton, lalu defect yang kedua karena fisik dengan jumlah 8 karton dan yang terakhir adalah defect karena bahaya kimia adalah 0 karton. Tabel 4.7 Table Pembuatan Grafik Control Tanggal Shift Parameter Analisa TPC Y & M Coliform E. Coli Salmonella Mei Neg 2 Mei Neg Neg Neg Neg Neg 3 Mei Neg Neg Neg Neg 4 Mei Neg Neg Neg Neg Neg 5 Mei Neg Neg Neg Neg Neg 6 Mei Neg Neg Neg Neg 7 Mei Neg Neg Neg Neg Neg 8 Mei Neg Neg Neg Neg 9 Mei Neg Neg Neg Mei Mei Mei

22 52 13 Mei 14 Mei 15 Mei 16 Mei 17 Mei 18 Mei 19 Mei 20 Mei 21 Mei 22 Mei 23 Mei 24 Mei 25 Mei 26 Mei 27 Mei Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg

23 53 28 Mei 29 Mei 30 Mei 31 Mei Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Gambar 4.8 Grafik Control Chart Pengecekan Y & M Gambar 4.7 Grafik Control Chart Pengecekan TPC Gambar 4.8 Grafik Control Chart Pengecekan Y & M

24 54 Gambar 4.9 Grafik Control Chart Pengecekan Coliform 4.6 Tahap Action Diagram Fish Bone Diagram fish bone dirancang untuk melihat potensi potensi atau akar masalah yang mempengaruhi dari timbulnya defect akibat cemaran bahaya mikrobiologi yang terjadi. Gambar 4.10 Diagram Fish bone

25 55 Tabel 4.8 Fish Bone Masalah Why Root Cause Manusia kurang pedulinya karyawan terhadap hygine sanitasi - Kurangnya pemahaman akan pentingnya hygine sanitasi pada proses produksi Mesin proses cleaning mesin yang tidak optimal - beberapa mesin sulit dicleaning Metode Proses cleaning sanitasi yang tidak efektif - metode clening hanya dicuci mengunakan air biasa (air panas) Metode Proses cleaning sanitasi yang tidak efektif - Proses sanitasi masih manual (di bilas dan dilap) Metode terdapat GAP waktu yang jauh antara pengambilan sampling dengan - belum adanya ketentuan untuk range jam pengambilan sampel dengan pengecekan produk pengecekan mikro FG Banyaknya produk FG Metode MC FG tidak standar (tinggi) yang ditumpuk sebelum masuk primary Speed mesin pada tahapan proses tidak balance packaging Material Hasil swab test saat bahan Sanitasi yang Hanya menggunkan cleaning & sanitasi tidak digunakan belum sanitaizer alkohol 70% maksimal maksimal Lingkungan Produk FG yang Temperatur ruang proses Kapasitas antara kompresor dihasilkan lembab tidak standar dengan kondensor tidak balance

26 Tindakan Perbaikan Tabel 4.9 Tindakan Perbaikan No What Why How Where When Who 1 kurang pedulinya karyawan terhadap hygine sanitasi Kurangnya pemahaman akan pentingnya hygine sanitasi pada proses produksi Memberikan training secara berkala mengenai hygine sanitasi (khususnya untuk karyawan baru) All Area Produksi Week 1 Juni 2013 QC, HRD, Produksi, FST 2 Proses Cleaning pada mesin produksi tidak optimal beberapa mesin sulit dicleaning Melakukan modifikasi mesin yang sulit untuk dicleaning Area Produksi Week 3 Juni 2013 Teknik, Produksi 3 Proses cleaning dan sanitasi yang tidak efetif metode clening hanya dicuci mengunakan air biasa (air panas) Menambah metode cleaning dengan menggunakan bahan sanitaizer food grade Area Produksi Setiap Cleaning & sanitasi Produksi, QC 4 Proses cleaning dan sanitasi yang tidak efetif Proses sanitasi masih manual (di bilas dan dilap) Menggunakan alat bantu sparay dalam proses pembilasan Area Produksi Setiap Cleaning & sanitasi Produksi, QC 5 terdapat GAP waktu yang jauh antara pengambilan sampling dengan pengecekan produk belum adanya ketentuan untuk range jam pengambilan sampel dengan pengecekan mikro FG Membuat ketentuan untuk jam pengambilan sampel Produksi, QC Produksi Setiap pengambilan sampel 6 MC FG tidak standar (tinggi) Speed mesin pada tahapan proses tidak balance Mengunci speed mesin oven sebagai batlenek Area Oven Teknik, Produksi Week 2 Juni Hasil swab test saat cleaning & sanitasi tidak maksimal Produk FG yang dihasilkan lembab Hanya menggunkan sanitaizer alkohol 70% Kapasitas antara kompresor dengan kondensor tidak balance Mencari alternatif bahan sanitaizer lain selain menggunakan alkohol 70 % Menambah kapasitas pendingin agar balance Area Produksi Area Packing Setiap Cleaning & sanitasi Week 2 Juni 2013 QC Teknik

27 Periksa Hasil Setelah dilakukan perbaikan seperti yang tertulis diatas yang bertujuan agar menghilangkan atau mengurangi defect yang terjadi akibat cemaran mikrobiologi maka perlu dilakukan pengambilan data kembali untuk melihat keefektifan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Bulan Tabel 4.10 Laporan Defect bulan Juni Juli 2013 Total Output (karton) Jenis Defect Mikro Fisik Kimia Total Defect (karton) Jun Jul Untuk memudahkan dalam melihat jenis defect masalah keamanan pangan yang ada. Data defect yang ada disajikan dalam bentuk grafik balok yang telah dibagi berdasarkan jenis defect masing-masing. Gambar 4.11 Diagram Histogram Bulan Juni Juli 2013

BAB V ANALISA / PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA / PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA / PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisis Diagram Histrogram Diagram histrogram dibuat berdasarkan data defect yang terjadi yang diakibatkan oleh cemaran mikro, fisik dan kimia yang terjadi selama

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata I (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata I (S1) Disusun Oleh : PENGUKURAN PERFORMANSI MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN UNTUK MENENTUKAN CORRECTIVE & PREVENTIVE ACTION BERDASARKAN IMPLEMENTASI ISO 22000 : 2005 DENGAN MENGGUNAKAN METODE PDCA (Studi Kasus di PT. Mayora Indah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 49 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tahap Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT. MYR memprodusi puluhan jenis produk makanan ringan yang sering dikonsumsi sehari-hari dari beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menekan waktu proses pembuatan coklat compound yang digunakan untuk produksi produk X. Waktu pembuatan coklat compound saat ini adalah 150 menit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Secara umum, semua perusahaan memiliki tujuan dan sasaran untuk keberhasilan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu proses berfikir dari menemukan masalah, mengumpulkan data, baik melalui tinjauan pustaka maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan

Lebih terperinci

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Pedoman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu penilaian program kelayakan dasar (pre requisite program), evaluasi penerapan program Hazard Analysis Critical

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Umum Perusahaan PT. MAYORA INDAH adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

TL-4103 Manajemen Teknik Lingkungan AUDIT LINGKUNGAN

TL-4103 Manajemen Teknik Lingkungan AUDIT LINGKUNGAN TL-4103 Manajemen Teknik Lingkungan AUDIT LINGKUNGAN SIKLUS MANAJEMEN VISI (Cita-cita) MISI (Tujuan, Sasaran) KEBIJAKAN DAN STRATEGI ACTION Tindakan Perbaikan & Pencegahan PLAN (PERENCANAAN/ PERANCANGAN)

Lebih terperinci

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Tekn. Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Risiko Risiko merupakan ketidakpastian (risk is uncertainty) dan kemungkinan terjadinya hasil yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ISO : 2005 & HACCP DI PT. MAYORA INDAH DIVISI WAFER

IMPLEMENTASI ISO : 2005 & HACCP DI PT. MAYORA INDAH DIVISI WAFER IMPLEMENTASI ISO 22000 : 2005 & HACCP DI PT. MAYORA INDAH DIVISI WAFER Herry Agung dan Dwi Nirmalasari Teknik Industri Universitas Mercubuana Jakarta e-mail : nirmalasari_dwie@yahoo.co.id ABSTRAK PT. Mayora

Lebih terperinci

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian PDCA a) Pengertian Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu manajemen, ada konsep problem

Lebih terperinci

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya Standar Nasional Indonesia SNI 01-4852-1998 Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya Badan Standardisasi i Nasional - BSN Standar ini merupakan adopsi secara

Lebih terperinci

The Hazard Analysis and Critical Control Point System

The Hazard Analysis and Critical Control Point System The Hazard Analysis and Critical Control Point System HACCP merupakan metode yang rasional & alamiah untuk penjaminan mutu makanan. Sistem ini terdiri atas identifikasi serta pengkajian yang sistematis

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa Permasalahan Yang Terjadi Sebelum perbaikan, permasalahan di bagian produksi khususnya dibagian enrobing coklat belum dapat diketahui. Jumlah reject yang banyak pasti

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BISKUIT ORIORIO VANILA DI PT. SIANTAR TOP, Tbk WARU-SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PROSES PEMBUATAN BISKUIT ORIORIO VANILA DI PT. SIANTAR TOP, Tbk WARU-SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PEMBUATAN BISKUIT ORIORIO VANILA DI PT. SIANTAR TOP, Tbk WARU-SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: FELICIA ONGGO 6103009030 TRIFONIA SIENNY.S 6103009031 STEPHANIE HANS

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA ANALISIS PENERAPAN ISO TS 16949 DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Pittauli Aritonang NPM : 35412674 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ina

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam Bab ini dikemukakan teori-teori dan penjelasan-penjelasan yang digunakan untuk pengolahan data dan proses analisa terhadap permasalahan yang dihadapi. 2.1. PENGERTIAN TQM/ MANAJEMEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vii xiv xx BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

Parancangan Sistem HACCP dan OPRP di PT. X

Parancangan Sistem HACCP dan OPRP di PT. X Parancangan Sistem HACCP dan OPRP di PT. X Glory Leuw 1*, Kriswanto Widiawan 2 Abstract: The design of HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) and OPRP (Operational Pre Requisite Program) systems

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Standar Nasional Indonesia Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Food safety management system Requirements for any organization in the food chain (ISO 22000:2005,

Lebih terperinci

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini perkembangan zaman yang diingiringi dengan inovasi-inovasi dalam bidang pangan khususnya. Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu produk makanan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Permasalahan yang Terjadi Sebelum improvement, di bagian produksi coklat compound terdapat permasalahan yang belum dapat diketahui. Proses grinding coklat compound

Lebih terperinci

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN I. Persiapan Penerapan a. Langkah-langkah penerapan SML; Tahap 1 : Pengembangan dan komitmen terhadap kebijakan lingkungan Tahap 2 : Perencanaan Aspek lingkungan dan dampak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Umum Perusahaan PT.MYR adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Perusahaan ini telah tercatat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 5 Juni 2013 di PT. Awindo Internasional Jakarta. PT. Awindo Internasional terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN ISO 22000 ISO 14001 ISO 17025 OHSAS Budaya Kerja 5S/5R Budaya Kerja K3 Sistem Manajemen Halal ISO 9001 Konsumen/Masyarakat IMPLEMENTASI ISO 9001:

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Penelitian tentang penerapan Value Stream Maping ini dilakukan di PT. XYZ, Plant Daan Mogot. Untuk itu penulis akan membahas sekilas

Lebih terperinci

Advance Internal Audit Lingkungan IEA/ 1/Rev-0/HSE-Division Copyrights, Sentral Sistem Feb 07

Advance Internal Audit Lingkungan IEA/ 1/Rev-0/HSE-Division Copyrights, Sentral Sistem Feb 07 Menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan perusahaan Menerapkan proses tersebut Memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan lingkungan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

PROSEDUR KERJA PENGENDALIAN DOKUMEN

PROSEDUR KERJA PENGENDALIAN DOKUMEN SOP UMG I1.1 PENGENDALIAN DOKUMEN 1 dari 5 1.0 Tujuan Prosedur ini menjelaskan proses pengendalian dokumen untuk memastikan dokumen yang digunakan dikendalikan dengan baik dan benar. 2.0 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam era globalisasi perdagangan, kunci untuk meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam era globalisasi perdagangan, kunci untuk meningkatkan daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era globalisasi perdagangan, kunci untuk meningkatkan daya saing suatu perusahaan adalah kualitas. Hanya perusahaan yang mampu menghasilkan barang atau

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian terhadap kecukupan Sistem Keamanan Pangan untuk Industri Jasa Boga dilakukan dengan pengambilan data di beberapa instansi terkait yaitu Direktorat

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan 1 BAB 5 ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

ISO 9001 : Pengendalian Kualitas

ISO 9001 : Pengendalian Kualitas ISO 9001 : 2008 ì 14.2 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hep://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline ì ISO 9001 : 2008

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flow Chart Pemecahan Masalah Dalam flow chart pemecahan masalah dalam penelitian ini menggambarkan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melakukan penelitian.

Lebih terperinci

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut A. Penerapan Cara Peoduksi Perikanan laut yang Baik (GMP/SSOP/HACCP) HACCP merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang rawan terhadap risiko bahaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model dan Teknik Penyelesaian Masalah Model pengatasan masalah reject dapat digambarkan sebagai berikut: STUDI PUSTAKA TUJUAN PENELITIAN OBSERVASI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, dimana persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. Syarat-syarat makanan yang baik diantaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sertifikat HACCP Frozen Cooked Tuna

Lampiran 1. Sertifikat HACCP Frozen Cooked Tuna LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat HA Frozen Cooked Tuna 52 Lampiran 2. Sertifikat Keterangan Pengolahan Frozen Cooked Tuna 53 Lampiran 3. Tata Letak Bangunan PT. Gabungan Era Mandiri 54 55 Lampiran 4.Pohon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang plastic packaging berbahan baku

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang plastic packaging berbahan baku 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama ini, diasumsikan bahwa perbaikan dan perubahan organisasi tergantung pada analisis internal dan eksternal, gambaran proses bisnis, persiapan program

Lebih terperinci

ISO 1001 By: Ryan Torinaga

ISO 1001 By: Ryan Torinaga ISO 1001 By: Ryan Torinaga Daftar Isi Arti ISO Tujuan ISO 9001 Klausul ISO 9001 Kunci Penerapan ISO Cara Penerapan ISO Arti dari ISO Berarti Sama Badan standarisasi dunia Didirikan sejak tahun 1947 Terdiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir DELAPAN LANGKAH 8. Menetapkan target 1. Menentukan tema & analisa situasi 9. Standarisasi & rencana 2. Menetapkan target 6. Evaluasi hasil 3. Analisa faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM TRACEABILITY DALAM PENANGANAN DAN PENGOLAHAN KOMODITAS PRODUK PERIKANAN INDONESIA UNTUK EKSPOR

KAJIAN SISTEM TRACEABILITY DALAM PENANGANAN DAN PENGOLAHAN KOMODITAS PRODUK PERIKANAN INDONESIA UNTUK EKSPOR KAJIAN SISTEM TRACEABILITY DALAM PENANGANAN DAN PENGOLAHAN KOMODITAS PRODUK PERIKANAN INDONESIA UNTUK EKSPOR Tim Penyusun : Annisa Galuh D (13494) Kusumo Prasetyo A (13495) Nadia Aulia Putri (13496) Puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronik dengan menggunakan tiga jenis mesin injeksi. Dua tahun

BAB I PENDAHULUAN. elektronik dengan menggunakan tiga jenis mesin injeksi. Dua tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Yasunli Abadi Utama Plastic berdiri di Tangerang, 8 Juli 1980. Adalah suatu perusahaan yang awalnya berspesialisasi dalam memproduksi peralatanperalatan elektronik

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU Halaman : 1 dari 19 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 19 Agustus 2014 Oleh Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak Luwi Budi Nugroho NIP. 195807231981091001 Pedoman ini menguraikan

Lebih terperinci

Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) 1 Pendahuluan Teknologi Dampak positip pengawetan peningkatan tampilan peningkatan gizi kecepatan penyajian > Dampak pengiring?? 2 Kemungkinan selama

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA Logo perusahaan DISETUJUI OLEH: PRESIDEN DIREKTUR Dokumen ini terkendali ditandai dengan stempel DOKUMEN TERKENDALI. Dilarang mengubah atau menggandakan dokumen tanpa seizing

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 di PT. AGB Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI WAFER STICK DI PT. SEPANJANG PANGAN JAYA - SIDOARJO

PROSES PRODUKSI WAFER STICK DI PT. SEPANJANG PANGAN JAYA - SIDOARJO PROSES PRODUKSI WAFER STICK DI PT. SEPANJANG PANGAN JAYA - SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MELINDA NATALIE INDRA (6103007089) MARKUS SUSANTO (6103007090) HARIATY (6103007092)

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Analyze Pada tahap analyze ini dilakukan analisa faktor faktor penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone diagram, diagram pareto dan yang terakhir teknik 5 why analysis.

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. LANGKAH SMK3 TAHAPAN 1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG INPUT 1. Pembentukan tim 2. Penentuan lingkup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode Fish bone untuk mencari akar masalah, berikutnya digunakan metode 5W-1H untuk menganalisa lebih lanjut dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-01 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 1 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

Kepemimpinan & Komitmen

Kepemimpinan & Komitmen Materi #4 TIN211 - Keselamatan & Kesehatan Kerja Industri Kepemimpinan & Komitmen 2 Dengan menyediakan sumber daya yang memadai. Perwujudan komitmen: Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Kadujaya Perkasa didirikan pada tahun 1982 dan berlokasi di Tangerang. PT. Kadujaya Perkasa merupakan perusahaan yang memproduksi barang barang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. MAYORA INDAH Tbk merupakan kelompok bisnis yang memproduksi makanan terkemuka di Indonesia. Mayora

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Informasi 3.1.1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. X perusahaan bergerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimasa sekarang ini perindustrian di Indonesia sudah semakin berkembang kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, sehingga

Lebih terperinci

DAFTAR IS Latar Belakang ldentifikasi Masalah Perumusan Masalah...;...

DAFTAR IS Latar Belakang ldentifikasi Masalah Perumusan Masalah...;... DAFTAR IS1 KATA PENGANTAR... i DAFTAR IS1...:... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... I 1. 1 Latar Belakang... 1.2 ldentifikasi Masalah... 4 1.3 Perumusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

Lebih terperinci

1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG

1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG Mata Kuliah - 12 1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG 1. Pembentukan tim 2. Penentuan lingkup SMK3 3. Tinjau awal 4. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dari Pengumpulan Data Untuk mempermudahkan identifikasi masalah langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data ini penulis

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 76

BAB V ANALISA HASIL. 76 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Sasaran Mutu Dari hasil pengolahan data, analisis kuantitatif disesuaikan dengan data yang dikumpulkan. Sehingga menjawab pelaksanaan pencapaian sasaran mutu dan proses

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Untuk mengetahui secara lebih jelasnya mengenai factor-faktor yang menyebabkan

BAB V ANALISA. Untuk mengetahui secara lebih jelasnya mengenai factor-faktor yang menyebabkan BAB V ANALISA 5.1 Diagram Fish Bone Untuk mengetahui secara lebih jelasnya mengenai factor-faktor yang menyebabkan kerusakan produk hasil cetakan set off / flek yang diterangkan diatas dan sudah dapat

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin meningkatnya pemesanan oleh masyarakat. Oleh karena itu PT. PANCA BUDI IDAMAN lebih meningkatkan

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL SNI ISO 9001:2015. Oleh: Ade Khaerudin Taufiq & Sik Sumaedi

AUDIT INTERNAL SNI ISO 9001:2015. Oleh: Ade Khaerudin Taufiq & Sik Sumaedi AUDIT INTERNAL SNI ISO 9001:2015 Oleh: Ade Khaerudin Taufiq & Sik Sumaedi Topik Konsep dasar Audit Mutu Internal Perencanaan dan Persiapan Audit Mutu Internal Pelaksanaan Audit Mutu Internal Pelaporan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Konsumen Oleh : 1. Avida Ayu Pramesti (5402411052) 2. Rana Bella (5402411053) 3. Inayatul Munawaroh (5402411054) 4.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Metodologi penelitian ini berguna sebagai acuan dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI STUDI PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA Data Primer Data Sekunder PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Diagram Paretto Diagram Fishbone FMEA Merancang

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Proses Menurut Wikipedia proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang,

Lebih terperinci

MENANGGULANGI KELEBIHAN PEMAKAIAN COKLAT PADA PRODUKSI WAFER XX DENGAN METODE QCC DI PT.XYZ

MENANGGULANGI KELEBIHAN PEMAKAIAN COKLAT PADA PRODUKSI WAFER XX DENGAN METODE QCC DI PT.XYZ MENANGGULANGI KELEBIHAN PEMAKAIAN COKLAT PADA PRODUKSI WAFER XX DENGAN METODE QCC DI PT.XYZ Riya Astini Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional, Malang Email : riya.asti24@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 113 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan a. Terdapat 6 tahapan sistem informasi sumber daya manusia dalam departemen HRD, dimana di dalamnya terdapat SOP (di dalam SOP tertuang persyaratanpersyaratan

Lebih terperinci