TINJAUAN PUSTAKA. Gambar penampang virus ND, permukaan protein F (Fusion) dan HN (Hemaglutinin Neuraminidase) (Samal, 1997).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Gambar penampang virus ND, permukaan protein F (Fusion) dan HN (Hemaglutinin Neuraminidase) (Samal, 1997)."

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease Etiologi Newcastle Disease (ND) atau disebut juga penyakit tetelo, pseudofowl pest, avian distemper, avian pneumo encephalitis, pseudo poultry plague dan ranikhet disease. ND merupakan penyakit viral yang sangat menular pada unggas, bersifat sistemik yang melibatkan saluran pernafasan dan menyerang berbagai jenis unggas terutama ayam serta burung-burung liar dengan angka mortalitas yang tinggi antara % (Alexander 1991). Newcastle Disease disebabkan oleh virus yang termasuk dalam famili Paramyxoviridae, genus Paramyxovirus. Paramyxovirus mempunyai genom virus ssrna berpolaritas negatif, panjangnya kb dan mempunyai kapsid simetris heliks tidak bersegmen, berdiameter nm (Fenner et al. 1995). Genom virus ND total berjumlah nukleotida dan menyimpan kode-kode genetik (codon) 6 buah protein penting dari partikel virus ND yaitu L (large RNA-directed RNA polymerase), HN (hemaglutinin neuraminidase), F (fusion protein), NP (nucleocapsid protein), P (phospoprotein), dan M (matrix) (Beard &Hanson 1984). Replikasi virus berlangsung di dalam sitoplasma sel inang (Alexander 1991). Masa inkubasi penyakit ini antara 2-15 hari, rata-rata 5-6 hari. Kejadian infeksi oleh virus ND terutama terjadi secara inhalasi (Alexander 1991). Gambar 1 Gambar penampang virus ND, permukaan protein F (Fusion) dan HN (Hemaglutinin Neuraminidase) (Samal, 1997). Pada penelitian karakteristik biologis virus ND, ternyata protein F 0 (prekusor F glycoprotein) dapat terpecah menjadi trypsin-like enzyme yang dapat memediasi fusi antara virus dengan membran sel inang target. Enzim ini membantu virus masuk ke dalam sel induk semang tersebut (Samal 1997). Hal itulah yang menyebabkan protein F mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keganasan atau patogenisitas vvndv saat proses

2 infeksi terjadi. Bila membandingkan susunan asam amino protein F dan atau mencermati hasil data perbandingan material genetik melalui DNA sequencing antara virus La Sota (strain lentogenik) dan isolat lapangan (strain velogenik) yang virulen tentu akan berbeda. Protein HN berperan penting sebagai immunoprotective glycoprotein (immunogenic determinant) yang merupakan antigen permukaan pada permukaan amplop partikel virus ND (Samal 1997). Protein HN juga bertanggung jawab pada beberapa fungsi esensial partikel virus ND dalam mekanisme infeksi antara lain : 1. Merupakan sisi perlekatan partikel virus dengan reseptor asam sialat pada sel induk semang (attachment phase) 2. Bertindak sebagai fasilitator saat aktifitas fusi dari protein F terhadap membran sel target induk semang (entry phase) 3. Bertanggung jawab untuk menghilangkan asam sialat pada saat terjadinya pelepasan progeny partikel virus dari sel induk semang yang terinfeksi (release phase) Gambar 2 Siklus hidup virus ND dan tahapan infeksi virus ND ke dalam sel hospes (Samal 1997). Dengan demikian protein HN selain bertanggung jawab untuk menentukan sel tropisma dari jaringan yang akan diinfeksi, juga berkontribusi untuk menentukan keganasan virus tersebut (Feener 1995). Tekanan penggunaan vaksin ND yang sangat intensif dalam industri perunggasan modern terbukti dapat mengakibatkan pergeseran codon pada material genetik virus vvnd di lapangan. Akibatnya terjadi perubahan manifestasi pada susunan asam amino protein virus ganas yang ada di lapangan.

3 Sifat-sifat fisik virus ND antara lain virus ND mempunyai kemampuan untuk mengaglutinasi dan melisiskan eritrosit ayam. Selain eritrosit ayam, virus ND juga mampu mengaglutinasi eritrosit mamalia dan reptilia (Beard dan Hanson 1984). Virus ND bila dipanaskan pada suhu 56 C akan kehilangan kemampuan untuk mengaglutinasi eritrosit, karena protein HN (hemaglutinin) rusak, sehingga daya infeksi dan imunogenitasnya juga menurun (Samal 1997). Sebuah vaksin baru untuk ND pada unggas telah dikembangkan oleh Departemen Pertanian AS (USDA) menggunakan teknologi reverse genetic, vaksin baru dibuat dari bagian dari virus yang mirip dengan virus Newcastle Disease (NDV) tipe lapangan yang beredar di lingkungan saat ini. Hal ini akan mengurangi angka kematian, gejala serta jumlah penyebaran virus. Para peneliti menemukan bahwa teknologi reverse genetic memungkinkan untuk menghasilkan vaksin baru dengan mempertukarkan gen dari vaksin asli dengan gen serupa dengan virus yang beredar saat ini. Vaksin untuk ND kini digunakan secara luas pada unggas komersial dan melindungi unggas yang divaksinasi dari penyakit (Aldous & Alexander 2008). Gejala Klinis Tanda-tanda klinis yang muncul secara umum meliputi gangguan pada sistem saraf, sistem pernafasan, sistem gastrointestinal dan juga sistem reproduksi. Morbiditas biasanya tinggi dan mortalitas bervariasi antara %. Mortalitas yang lebih tinggi terlihat pada bentuk yang velogenik pada ayam-ayam yang tidak divaksinasi (Calnek et al. 1997). Empat manifestasi klinis ND menurut Beard dan Hanson (1984), diidentifikasikan sebagai berikut : Velogenic Viscerotropic ND (VVND) - kadang disebut tipe 'asiatic' atau eksotis. Jenis ini sangat virulen untuk ayam, dan kurang virulen pada kalkun. Tipe ini menyebabkan tanda-tanda gangguan pernafasan parah, penyebaran cepat dan menyebabkan kematian sampai 90 %. Neurotropik Velogenic ND (NVND) - bersifat akut dan fatal pada ayam segala usia, menyebabkan gangguan neurologis dan gangguan pernafasan, serta adanya lesi pada usus. Mesogenic ND- menyebabkan kematian mendadak dan tanda-tanda gangguan syaraf pada unggas dewasa. Virus ini kadang-kadang digunakan sebagai vaksin pada unggas. Tipe ini menyebabkan batuk, mempengaruhi kualitas dan produksi telur serta mengakibatkan kematian sampai 10 %.

4 Lentogenic ND bersifat ringan, kadang-kadang subklinis. Dapat mempengaruhi hewan pada segala usia. Strain ini dapat dikembangkan sebagai vaksin, menghasilkan tanda-tanda ringan dengan mortalitas diabaikan. Tanda-tanda yang sangat bervariasi akan tergantung pada sifat dari virus yang menginfeksi, dosis infektif dan tingkat imunitas dari paparan sebelumnya atau vaksinasi. Gejala pertama biasanya terdiri dari gangguan pernapasan dan serak diikuti 1 atau 2 hari berikutnya dengan kelumpuhan kaki, sayap dan tortikolis leher (Kommers et al. 2002). Pada unggas dewasa, penurunan produksi yang bersamaan dengan gangguan pernapasan serta kelumpuhan terjadi 4 sampai 6 hari pasca infeksi. Tanda-tanda lain mencakup tanda-tanda gangguan pernapasan (terengah-engah, batuk), tanda-tanda syaraf (depresi, tremor otot, sayap terkulai, torsi kepala dan leher, berputar-putar serta kelumpuhan), pembengkakan jaringan sekitar mata dan leher, diare berair kehijauan, kualitas telur yang kasar atau tipis dan berisi albumen encer serta produksi telur berkurang (Charlton 2006). Dalam kasus akut, kematian sangat mendadak pada awal wabah, namun tanda-tanda gangguan pernafasan dan pencernaan adalah ringan dan progresif, diikuti setelah 7 hari dengan gejala saraf khususnya tortikolis. Penularan Penyebaran ND secara umum bisa melalui kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi atau melalui sekresi khususnya tinja unggas yang terinfeksi, pakan yang terkontaminasi, air, alat serta pakaian pekerja yang terkontaminasi (Charles 2000). Selain itu juga bisa melalui aerosol (virus diekskresikan dalam pupuk dan bertiup keluar ke udara), burung, fomites, serta pembawa lainnya. Secara umum penularan bersifat horizontal tapi anak ayam dapat terinfeksi pada tempat penetasan yang tertular dari cangkang yang terkontaminasi (Fenner et al. 1995). Pada suhu ºC, APMV-1 mampu bertahan hidup selama hari, dan pada suhu 20 ºC mampu bertahan hingga 18 hari dalam tanah. Patologi Anatomi dan Histopatologi Beberapa lesi post-mortem antara lain : airsacculitis, tracheitis, nekrotik plak di proventrikulus, petechiae di proventrikulus dan submukosa gizzard, nekrotik-hemoragi usus, enteritis parah di duodenum, sekum dan perdarahan di proventrikulus. Lesio pada usus terutama terjadi pada bentuk ND tipe viscerotropic (Jordan 1990). Diagnosis dapat dilakukan berdasarkan dugaan pada gejala klinisnya yaitu dengan lesio post-mortem, peningkatan titer pada pengujian serologi yaitu dengan Enzim Linked Immunosorbent Assay (ELISA), PCR,

5 serta teknologi sequence (Alexander and Senne 2008). Sebagai diagnosa pembanding antara lain : infectious bronchitis, infectious laryngotracheitis, coryza menular, Avian Influenza, EDS-76, encephalomyelitis, encephalomalacia serta intoksikasi. Lesio mikroskopik utama ND adalah encephalomyelitis nonpurulent, vaskulitis, nekrosis limfoid (bursa, limpa, timus dan jaringan limfoid mukosa usus), trakheitis, pneumonia, salpingitis, nekrosis hati, infiltrasi selular pankreas, dan konjungtivitis. Beberapa kajian melaporkan tentang pembentukan encephalomalacia dan pankreatitis nekrotik pada ND. Menurut Nakamura et al. (2008), infeksi virus velogenik ND pada kasus ayam pedaging yang divaksinasi di Jepang memiliki lesio karakteristik: ensefalitis nonpurulen dengan malasia dan pankreatitis nekrotik. Mereka mengevaluasi perubahan patologi dan pewarnaan imunohistokimia dalam rangka untuk mengevaluasi patogenesis ensefalitis nonpurulen dengan malasia serta pankreatitis nekrotik diamati pada ayam pedaging yang menderita ND. Gambaran histopatologi yang ditemukan antara lain ensefalitis nonpurulen di otak besar, otak kecil, dan medula oblongata, tetapi tidak pada lobus optikus. Ditemukan pula malasia dalam parenkim otak yang terkena dampak parah, perivascular cuffing, proliferasi glial, infiltrasi sel radang dan degenerasi neuronal. Ditemukan juga degenerasi yang luas, nekrosis, dan menipisnya sel-sel asinar di pankreas. Proliferasi makrofag di paruparu teramati selain nefritis tubulointerstitial, nekrosis hepatosit dengan trombi dalam sinusoid, fokus nekrosis miokardium, limfositik deplesi degenerasi dan nekrosis epitel kelenjar ampela, trakheitis, nekrosis fibrinoid pembuluh darah, nekrosis jaringan limfoid di proventrikulus, proliferasi makrofag dalam lamina propria usus, dan epikarditis. Antigen virus ND terdeteksi dalam lesion pada berbagai organ, terutama di sitoplasma, dan jarang dalam inti sel. Virus ND berada pada sel-sel di dalam wilayah malasia medula dan sel saraf di otak nekrotik, sel-sel asinar mengalami nekrotik pada pankreas, folikel nekrotik dari bursa kloaka, sel epitel dan makrofag bronchiolar lapisan dan dinding atrium di paru-paru, sel epitel trakhea, sel-sel epitel kantung udara, nekrosis sel epitel ginjal dan jaringan limfoid nekrotik dari lamina propria usus. Kadang-kadang juga ditemukan sel mesotel dari epikardium itu positif untuk antigen ND, serta saraf perifer lapisan otot usus dan proventrikulus, atau dalam jaringan ikat di sekitar trakhea tanpa lesi histologis jelas dalam organ. Antigen virus ND terlihat juga pada sel-sel epitel skuamosa esofagus berdekatan dengan proventrikulus (Nakamura et al. 2008). Menurut Mohammadamin dan Qubih (2011), perubahan pada proventrikulus pada 3 hari pasca infeksi akan menunjukkan infiltrasi limfositik pada jaringan limfoid, pemendekan

6 papila proventrikular, dan difusi infiltrasi dari limfosit di mukosa. Pada hari ke-7 pasca infeksi terlihat infiltrasi limfositik pada folikel limfoid dan pemendekan papilla proventrikular. Sedangkan perubahan pada usus pada 3 dan 7 hari pasca infeksi pada duodenum teramati penipisan dan penumpukan villi usus. Menurut Rahaju dkk (1991), serum antibodi terhadap virus ND pada uji haemaglutination inhibition (HI) yang rendah ditemukan pada unggas yang terinfeksi. Dalam percobaannya semua ayam specific pathogenic free (SPF) diinokulasi dengan virus ND mati pada 3 hari setelah pasca inokulasi.secara klinis, ayam-ayam menunjukkan tanda-tanda klinis yang jelas kecuali depresi. Perubahan secara makroskopik, ayam-ayam menunjukkan perdarahan di konjungtiva. Secara histologi, ayam mengalami nekrosis limpa, trombi sinusoidal hepatosit, nekrosis limfositik serta deplesi dalam jaringan limfoid (bursa, timus, dan seka tonsil), serta perdarahan dan nekrosis pembuluh darah pada konjungtiva. Tidak ditemukan lesio pada sistem saraf pusat atau pancreas (Gohm et al. 2011). Bhaiyat et al. (1994), melaporkan lesi yang paling sering diamati pada kasus ND adalah pada organ otak. Perubahan yang sering diamati adalah encephalomyelitis nonpurulent dengan degenerasi neuronal, perivascular cuffing, dan hipertrofi sel endotel otak. Lesi pada otak selalu diamati pada ayam-ayam yang terinfeksi dengan patotipe velogenikneurotropik walaupun kadang juga ditemukan pada tipe viserotropik dan patotipe mesogenik. Pada umumnya, lesi histologi dari sistem saraf pusat ditemukan pada medula, otak kecil, otak tengah, dan sumsum tulang belakang dan jarang ditemukan dalam otak besar. Menurutnya, pada ayam yang telah divaksinasi dengan vaksin ND sulit untuk mendeteksi adanya antigen virus ND dalam setiap lesi dengan metode imunohistokimia dengan menggunakan antibodi monoklonal terhadap protein hemaglutinin-neuramidase dari virus ND. Lokalisasi antigen virus ND pada sel saraf nekrotik dalam malacia menunjukkan bahwa malacia dapat disebabkan oleh infeksi virus langsung pada sel-sel saraf.selain itu, malasia mungkin juga disebabkan karena gangguan sirkulasi darah dengan kerusakan vaskular parah pada otak ayam yang terinfeksi virus ND, secara umum virus ND dapat menyebabkan kerusakan vaskular (pembuluh darah). Deteksi dengan menggunakan imunohistokimia untuk antigen virus ND pada saraf tepi belum pernah dilaporkan. Lokalisasi antigen ND virus di saraf berkorelasi dengan lesi dan antigen dalam jaringan limfoid dari usus dan dalam sel epitel trakea (Gohm et al. 2011). Oleh karena itu, antigen virus ND di saraf mungkin dari jaringan-jaringan limfoid mukosa atau sel epitel. Hal ini merupakan temuan menarik dan harus dipelajari secara detail di masa depan. ND dan avian influenza (HPAI) menunjukkan kondisi patologis yang berupa

7 nekrosis fokal pada sistem saraf pusat dengan nodul glial dan pankreatitis nekrosis ringan yang diamati dalam HPAI dari ayam. Namun, ensefalitis non purulent parah dan necrotizing pancreatitis yang diamati lebih sering di HPAI. Ayam dari kasus yang sekarang menjadi resisten terhadap virus ND velogenik karena vaksinasi, dan kemudian mengalami ensefalitis berat dan pankreatitis. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit ini tidak dapat diobati, antibiotik hanya dipakai untuk mengendalikan infeksi sekunder bakteri. Pencegahan dilakukan dengan cara biosekuriti ketat, pemeliharaan allin/all-out, serta pelaksanaan vaksinasi. Oleh karena itu ayam yang sudah terserang sebaiknya cepat dimusnahkan karena dapat menulari ayam yang lain. Pengendalian terbaik adalah dengan vaksinasi seperti vaksin strain F, K dan La Sota. Hal ini umum untuk memantau respon terhadap vaksinasi, terutama di peternakan unggas dengan menggunakan pemantauan serologis rutin. HI dan ELISA telah digunakan secara luas. Program vaksinasi harus menggunakan vaksin dengan potensi tinggi, yang secara memadai disimpan dan memperhatikan kondisi lokal setempat (Mitruka 1981). Penggunaan aplikasi spray dianjurkan tetapi perlu diterapkan dengan hati-hati untuk mencapai perlindungan yang baik dengan reaksi minimal. Untuk mencegah atau mengurangi reaksi pasca vaksin di ayam muda penting agar ayam memiliki titer antibodi maternal yang seragam. Reaksi pasca vaksin dapat berupa konjungtivitis, snicking, dan kadang-kadang terengah-engah atau gasping. Di beberapa negara telah rutin dilakukan pemberian preparat antibiotik propilaktik untuk menekan gangguan Mycoplasma gallisepticum yang dapat mengurangi efektifitas vaksinasi, dan mengurangi resiko reaksi pasca vaksinasi (King 2008). Indonesia sebagai salah satu daerah endemik ND, program vaksinasi ND pada ayam broiler yang dilakukan sedikitnya dilakukan 2 kali. Pada program klasik ayam pedaging dilakukan pada umur 4-5 hari dan boosting pada umur hari, sedangkan pada program inovatif dilakukan aplikasi vaksin aktif dan inaktif pada umur 4-5 hari saja ataupun dilakukan boosting lagi pada umur hari. Vaksinasi dinyatakan berhasil apabila tidak muncul tanda-tanda klinis ND seperti muyung (tidak aktif, bulu sekitar kepala berdiri, leher memendek), pilek, mata berair, diare, tortikolis dan berujung kematian. Apabila virus ND lapang bersifat ganas, mungkin saja organ dalam ayam tidak rusak, akan tetapi ayam akan mengekskresikan virus melalui feses dan virus sempat berkembang dalam tubuh ayam tersebut. Strain La Sota merupakan salah satu strain vaksin lentogenik yang dipakai di banyak negara, tidak saja di Asia. Aplikasinya dapat diberikan secara intra okular atau lewat

8 air minum. Strain La Sota sangat baik diberikan saat kekebalan induk mulai menurun dan kekebalan internal mulai berkembang (Shafqat 1996). Untuk isolasi rutin NDV dari ayam, kalkun, dan burung lainnya, sampel diperoleh dengan swabbing trakea dan kloaka.virus ini juga dapat diisolasi dari paru-paru, otak, limpa, hati dan ginjal. Sebelum pengiriman sampel harus disimpan pada 4 C (kulkas) dan dikirim dalam kontainer khusus. Kejadian infeksi virus ND pada manusia sangat langka dan biasanya terjadi hanya pada orang yang memiliki kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi, misalnya pekerja pengolahan unggas, dokter hewan atau staf laboratorium. Virus hanya menyebabkan gangguan ringan, konjungtivitis jangka pendek atau gejala seperti influenza. Upaya pemberantasan penyakit dalam praktek internasional berupa : depopulasi semua unggas yang kemungkinan terpapar virus secepat mungkin, membuang setiap produk yang terinfeksi, kontrol karantina yang ketat, dekontaminasi virus yang tersisa, pelacakan dan pengawasan untuk menentukan tahapan infeksi serta zonasi daerah berisiko dan daerah bebas penyakit (Alexander 1991). Pemerintah Indonesia mengambil langkah-langkah strategis dalam upaya penanggulangan ND, antara lain: a. Depopulasi b. Stamping out, langkah yang efektif dan cepat untuk menghilangkan agen penyebab penyakit secara tuntas. c. Biosekuriti dan desinfeksi yang ketat d. Pengawasan lalu lintas atau tindakan karantina yang ketat untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit dari daerah yang terkena e. Surveilans dan pelacakan untuk memantau penyebaran penyakit ND f. Vaksinasi serta monitoring pasca vaksinasi g. Public awareness untuk membangun kepercayaan masyarakat melalui edukasi, informasi dini dan komunikasi melalui media h. Restrukturisasi dan konsolidasi stake holder peternakan i. Penguatan peraturan perundang-undangan Vaksinasi Vaksinasi adalah suatu proses kegiatan memasukkan bibit penyakit ke dalam tubuh hewan baik berupa material hidup maupun mati dengan harapan agar menggertak antibodi hewan tersebut dalam kadar yang protektif dan mampu melindungi hewan dari ancaman

9 infeksi agen penyakit lapangan. Ayam pedaging yang dipelihara secara intensif rentan sekali terkena infeksi menular. Salah satu penyakit infeksi yang paling penting adalah ND. Penyakit ini menyebabkan kerugian bukan hanya performa produksinya yang menurun, akan tetapi juga mempunyai dampak politis dan ekonomi dimana biaya penanggulangannya sangat tinggi. Penyakit ND dapat dikendalikan dengan pelaksanaan vaksinasi yang teratur dan termonitor dengan baik. Ada banyak strain virus ND yang dapat dipergunakan sebagai seed vaksin. Macam-macam sistem kekebalan yang ada di dalam tubuh dapat berupa : 1. Circulating antibodies (antibodi yang beredar dalam sirkulasi darah atau antibodi humoral) 2. Secreted antibody producing mucosal immunity (kekebalan mukosa) 3. Cell mediated immunity (sel imunitas atau antibodi seluler) Secara umum vaksin ada dua jenis, yaitu vaksin live (aktif atau hidup) dan vaksin killed (inaktif atau mati). Vaksin live (aktif) ini dibuat dari virus yang masih hidup dan mampu menginfeksi sel. Strain virus yang digunakan biasanya strain yang mempunyai virulensi rendah. Vaksin killed (inaktif) adalah vaksin yang berisi virus yang telah mati. Kemampuan virus untuk menginfeksi sel telah dihilangkan dengan proses kimiawi, radiasi atau panas. Vaksin ini hanya dapat menggertak respon circulating antibodies (Alexander 1991). Strain virus ND telah diklasifikasikan menjadi empat pathotypes sebagai berikut: 1. Avirulen 2. Lentogenic (virulensi rendah) 3. Mesogenic (virulensi sedang) 4. Velogenic (virulensi tinggi dengan mortalitas tinggi) Vaksinasi dilakukan dengan harapan replikasi virus tantang menjadi tidak leluasa dalam tubuh ayam yang kebal. Dengan demikian kuantitas cemaran virus ND yang ganas di lapangan akibat adanya viral shedding dari ayam yang terinfeksi akan menjadi minimal. Hasil titer antibodi yang didapat pada pemeriksaan HI maupun ELISA terhadap ND bukan hanya membaca angka demi angka saja, akan lebih bermakna apabila dikaitkan dengan umur ayam, jenis vaksin dan program vaksinasi yang digunakan serta riwayat kasus di peternakan tersebut. Titer antibodi yang terbaca merupakan penjumlahan dari titer antibodi maternal ditambah dengan titer vaksinasi dan titer yang didapatkan dari lapangan (Susan et al. 1998).

10 Tabel 1 Beberapa contoh strain virus yang dipakai sebagai seed vaksin aktif Strain Penjelasan F Lentogenik. Digunakan pada ayam muda tapi juga cocok untuk digunakan sebagai vaksin pada ayam dari semua umur B1 Lentogenik. Digunakan sebagai vaksin pada ayam untuk semua umur La Sota Lentogenik. Sering menyebabkan reaksi pasca vaksinasi tanda-tanda pernapasan, sering digunakan sebagai vaksin booster V4 Avirulen. Digunakan pada ayam untuk semua umur V4-HR Avirulen. Termostabil, yang digunakan pada ayam semua usia I-2 Avirulen. Termostabil, digunakan pada ayam dari semua umur. Mukteswar Mesogenik. bersifat invasif, digunakan sebagai vaksin booster. Dapat menyebabkan reaksi post vaksinal (pernapasan terganggu, kehilangan berat badan, penurunan produksi telur dan kematian). Biasanya diberikan melalui suntikan Komarov Mesogenik. Kurang patogen dibanding Mukteswar, digunakan sebagai vaksin booster. Biasanya aplikasi secara injeksi. Sumber : Munner et al Tabel 2 Contoh Aplikasi Program Vaksinasi ND pada Ayam Broiler Program Umur Vaksin Strain Aplikasi Klasik 4 hari ND live La Sota Tetes mata hari ND live La Sota Air minum Inovatif 4 hari ND live La Sota Tetes mata 4 hari ND Kill La Sota Inj. Sub cutan 4 hari ND live La Sota Tetes mata 4 hari ND Kill La Sota Inj. Sub cutan hari ND live La Sota Air minum Hatchaery 1 hari ND live Apathogenic Enterotropic Spray 1 hari ND Kill La Sota Inj. Sub cutan 1 hari IBD live IBD Immune Complex Inj. Sub cutan Sumber : Shafqat 1996 Strain La Sota adalah salah satu strain vaksin klasik yang sudah dipakai oleh kalangan praktisi perunggasan dalam kurun waktu yang lama. Strain ini dipilih karena sifatnya yang lentogenik dan mempunyai daya imunologik yang cukup tinggi. Dalam aplikasinya strain ini bisa diberikan secara aktif melalui tetes mata, tetes mulut, tetes hidung, melalui air minum (per oral) maupun secara inaktif dengan cara injeksi sistemik ke dalam tubuh ayam. Selama ini strain ini dipakai sebagai pilihan di lapangan dan hasil titer yang didapat masih

11 memberikan hasil protektif (Fred et al. 2008). Beberapa contoh aplikasi program vaksinasi ND pada ayam broiler dapat dilihat pada tabel 2. Program kontrol terhadap penyakit ND merupakan interaksi antara 3 hal yaitu status kekebalan, bibit penyakit dan lingkungan ayam. Meminimalkan konsentrasi dan keganasan bibit penyakit dengan meningkatkan biosecurity dan meminimalkan stress eksternal akan memberikan rasa nyaman bagi ayam terutama pada saat rawan seperti kualitas litter yang turun, kepadatan serta ventilasi yang kurang baik. Syarat keberhasilan suatu program vaksinasi adalah status ayam harus optimal dan diikuti dengan penerapan program yang tepat dan aplikasi yang baik. Menurut Dawson et al. (2006), ada 3 hal utama yang berhubungan dengan efektifitas program vaksinasi pada ayam pedaging, yaitu : 1. Kekebalan dari Induk Antibodi maternal peranannya sangat penting terutama pada awal kehidupan ayam, untuk memaksimalkannya diperlukan pemberian vaksin ND live sesegera mungkin untuk menggertak kekebalan lokal karena kekebalan ini tidak diturunkan secara vertikal dari induk ke DOC. Adanya kekebalan induk menyebabkan tingkat proteksi yang digertak oleh vaksin ND live di awal pemeliharaan akan lebih cepat turun akibat adanya proses netralisasi, karenanya kadang diperlukan program booster ataupun vaksinasi dengan vaksin in aktif. Kekebalan induk juga menyebabkan vaksin inaktif bekerja lebih lambat, sehingga diperlukan konsentrasi yang tinggi dan kemampuan pelepasan antigen yang lambat (slow release) untuk meminimalkan efek interferensi tersebut. 2. Aplikasi Vaksinasi Ada beberapa pilihan aplikasi program vaksinasi dengan vaksin live (aktif) yaitu secara spray, tetes mata dan air minum. Saat pemberian dengan air minum harus dikontrol kualitas air minum yang dipakai, antara lain kandungan logam. Hal ini dapat mengganggu efikasi penggunaan vaksin aktif. 3. Reaksi Pasca Vaksinasi Reaksi pasca vaksinasi seringkali menjadi masalah tersendiri dalam aplikasi vaksinasi aktif, baik sebagai priming maupun boosting. Pemilihan vaksin strain La Sota diperlukan karena kemampuan spreading strain ini yang baik terutama melalui tetes mata maupun air minum, walaupun strain ini mempunyai efek post vaksinal yang tinggi. Untuk meminimalkan efek negatif akibat reaksi pasca vaksinasi tersebut, status kesehatan ayam pada saat vaksinasi harus baik.ayam dipastikan bebas dari

12 penyakit pernafasan dan immunosuppresi. Kualitas udara harus lebih diperhatikan baik kadar amonia, debu dan kualitas litter dalam kandang tersebut. Mengoptimalkan ventilasi udara terutama setelah vaksinasi atau pada saat sheeding virus terjadi (3-7 hari pasca vaksinasi). Keseragaman asupan partikel vaksin antar individu pada saat vaksinasi dengan memaksimalkan kontrol pada saat aplikasi vaksinasi.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Newcastle Disease (ND) atau penyakit tetelo disebabkan oleh strain virulen avian Paramyxovirus serotipe tipe 1 (AMPV-1) dari genus Avulavirus yang termasuk dalam subfamily

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( )

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( ) Pendahuluan : NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin (078114032) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Newcastle Disease (ND) juga di kenal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., PENDAHULUAN Latar Belakang Tortikolis adalah gejala yang umum terlihat di berbagai jenis unggas yang dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., 2014). Menurut Capua

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Skematis virus ND. (FAO 2004)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Skematis virus ND. (FAO 2004) 4 TINJAUAN PUSTAKA Newcastle disease Newcastle disease disebut juga penyakit tetelo atau avian pneumoencephalitis. Penyakit ini juga memiliki nama lokal, diantaranya konoku (Ghana bagian barat), twase

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infectious Bursal Disease Infectious Bursal Disease (IBD) merupakan penyakit viral pada ayam dan terutama menyerang ayam muda (Jordan 1990). Infectious Bursal Disease pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Newcastle Disease (ND) disebut juga dengan penyakit Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini ditemukan hampir diseluruh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND)

TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND) TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND) Newcastle Disease (ND) pertama kali ditemukan di Newcastle Inggris pada tahun 1926. Virus ini menyerang berbagai macam spesies burung dan unggas. Tingkat kematian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit PENDAHULUAN Latar Belakang Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit pernafasan pada unggas dan termasuk list A Office International des Epizooties (OIE) sebagai penyakit yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan penyakit viral disebabkan oleh Newcastle disease virus (NDV) yang sangat penting dan telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Morbiditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

Inokulasi Virus pada Telur Ayam Berembrio

Inokulasi Virus pada Telur Ayam Berembrio Inokulasi Virus pada Telur Ayam Berembrio Virus adalah penyebab infeksi terkecil berdiameter 20-300 nm. Genom virus hanya mengandung satu macam asam nukleat yaitu RNA/DNA. Asam nukleat virus terbungkus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada

Lebih terperinci

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung

TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung Batasan yang pasti mengenai pengertian ayam kampung sampai saat ini belum ada. Penyebutan ayam kampung hanya untuk menunjukkan jenis ayam lokal dengan keragaman genetis tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang IB (Infectious Bronchitis) merupakan suatu penyakit viral pada saluran pernapasan ayam yang bersifat akut dan sangat mudah. Penyakit ini tersifat oleh adanya cairan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam 4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam peliharaan merupakan hasil domestikasi dari ayam hutan yang ditangkap dan

Lebih terperinci

PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS

PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS i DR. DRH. GUSTI AYU YUNIATI KENCANA, MP Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hog cholera 2.1.1 Epizootiologi Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan di Bali. Hampir setiap keluarga di daerah pedesaan memelihara

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN PENELITIAN VAKSIN LOKAL AYAM ASAL FESES TEPAT GUNA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN PENELITIAN VAKSIN LOKAL AYAM ASAL FESES TEPAT GUNA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN PENELITIAN VAKSIN LOKAL AYAM ASAL FESES TEPAT GUNA Disusun Oleh: Putri Ekandini B04100015 Anisa Rahma B04100014 Mulyani Nofriza B04100044 Dwi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke

Lebih terperinci

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap semua kelompok ayam sebelum vaksinasi menunjukan bahwa ayam yang digunakan memiliki antibodi terhadap IBD cukup tinggi dan seragam dengan titer antara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas Virus H 5 N yang sangat patogen atau yang lebih dikenal dengan virus flu burung, menyebabkan penyebaran penyakit secara cepat di antara unggas serta dapat menular

Lebih terperinci

TAHUN Nur Khusni Hidayanto, Ramlah, Ferry Ardiawan dan Yati Suryati

TAHUN Nur Khusni Hidayanto, Ramlah, Ferry Ardiawan dan Yati Suryati PENGUJIAN VAKSIN NEWCASTLE DISEASE (ND) DI BBPMSOH TAHUN 2009-2013 Nur Khusni Hidayanto, Ramlah, Ferry Ardiawan dan Yati Suryati Unit Uji Virologi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam pedaging Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Ayam merupakan hewan berdarah panas dengan tingkat metaboilsme yang tinggi. Anak ayam umur sehari (Day Old Chick/ DOC) memiliki temperatur tubuh 39 o C. Temperatur tubuh

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang secara ekonomi paling penting pada babi di dunia (Fenner et al., 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang secara ekonomi paling penting pada babi di dunia (Fenner et al., 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hog Cholera Hog cholera atau kolera babi merupakan salah satu penyakit menular yang secara ekonomi paling penting pada babi di dunia (Fenner et al., 2003) dengan tingkat kematian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

Proses Penyakit Menular

Proses Penyakit Menular Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maternal Antibodi pada Anak Babi (Piglet) Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau kekebalan turunan dari induk pada anak babi yang induknya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging ABSTRAK Bursa Fabrisius merupakan target organ virus Infectious Bursal Disease (IBD) ketika terjadi infeksi, yang sering kali mengalami kerusakan setelah ayam divaksinasi IBD baik menggunakan vaksin aktif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepatitis B 2.1.1 Etiologi Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). HBV merupakan famili Hepanadviridae yang dapat menginfeksi manusia.

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN 2000-2005 NUR K. HIDAYANTO, IDA L. SOEDIJAR, DEWA M.N. DHARMA, EMILIA, E. SUSANTO, DAN Y. SURYATI Balai Besar Pengujian Mutu

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING 1 I Gst Ayu Agung Suartini(38) FKH - Universitas Udayana E-mail: gaa.suartini@gmail.com Tlf : 081282797188 Deskripsi IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus ND merupakan virus dari family Paramyxoviridae sub famili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus ND merupakan virus dari family Paramyxoviridae sub famili BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Newcastle Disease 2.1.1 Etiologi Virus ND merupakan virus dari family Paramyxoviridae sub famili Paramyxovirinae genus Avulavirus pada kelompok Avian Paramyxovirus Serotipe

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza Avian Influenza adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza strain tipe A. Penyakit yang pertama diidentifikasi

Lebih terperinci

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang diperoleh dari agen menular pada ternak sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Campylobacter spp. pada Ayam Umur Satu Hari Penghitungan jumlahcampylobacter spp. pada ayam dilakukan dengan metode most probable number (MPN). Metode ini digunakan jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembibitan Ayam Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler konsumsi yang memiliki produksi unggul. Bibit- bibit yang bisa dikembangkan di Indonesia

Lebih terperinci

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS VIRUS FIRMAN JAYA OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS PENDAHULUAN Metaorganisme (antara benda hidup atau benda mati) Ukuran kecil :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : MEDIA INDONESIA Edisi 27 Pebruari 2006) Flu burung, penyakit yang ditulari hewan ke manusia akis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran : !!"!!#$ Dewasa ini virus H5N1 atau yang lazim dikenal sebagai virus flu burung (Avian Influenza) telah mewabah dimana mana. Virus ini pada awalnya hanya menginfeksi unggas. Namun akhir akhir ini diberitakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak

Lebih terperinci

HASIL. berjumlah. coli) yang. jantung broiler.

HASIL. berjumlah. coli) yang. jantung broiler. HASIL DAN PEMBAHASAN Penanaman pada media EMB dilakukan dari kelompokk perlakukan A (divaksin ND dan diinfeksi E. coli) yang berjumlah 4 sampel jantung broiler. Pengamatan terhadap koloni bakteri yang

Lebih terperinci

STUDI HISTOPATOLOGI LIMPA DAN OTAK AYAM TERINFEKSI PENYAKIT TETELO SKRIPSI

STUDI HISTOPATOLOGI LIMPA DAN OTAK AYAM TERINFEKSI PENYAKIT TETELO SKRIPSI STUDI HISTOPATOLOGI LIMPA DAN OTAK AYAM TERINFEKSI PENYAKIT TETELO SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan Oleh : Lidia Nofantri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut : 25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Diferensial leukosit ayam perlakuan berumur 21 hari selama pemberian ekstrak tanaman obat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Diferensial leukosit ayam perlakuan berumur 21 hari selama pemberian ekstrak tanaman obat 33 HASIL DAN PEMBAHASAN Diferensial Leukosit Ayam Perlakuan Pemeriksaan diferensial leukosit ayam broiler dalam kelompok perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali selama penelitian berlangsung. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan yang bertujuan untuk memproduksi daging. Ayam pedaging dikenal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan yang bertujuan untuk memproduksi daging. Ayam pedaging dikenal dengan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging merupakan jenis ayam unggul dalam pertambahan bobot badan yang bertujuan untuk memproduksi daging. Ayam pedaging dikenal dengan sebutan ayam potong

Lebih terperinci

AKABANE A. PENDAHULUAN

AKABANE A. PENDAHULUAN AKABANE Sinonim : Arthrogryposis Hydranencephaly A. PENDAHULUAN Akabane adalah penyakit menular non contagious yang disebabkan oleh virus dan ditandai dengan adanya Arthrogryposis (AG) disertai atau tanpa

Lebih terperinci

Tinjauan Mengenai Flu Burung

Tinjauan Mengenai Flu Burung Bab 2 Tinjauan Mengenai Flu Burung 2.1 Wabah Wabah adalah istilah umum baik untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang

Lebih terperinci

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas 4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur putih termasuk dalam jenis ayam petelur ringan. Ayam ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan gejala klinis pasca infeksi virus H5N1 terlihat ayam lesu, pucat, oedema di kepala, leher memendek, dan bulu berdiri. Pada hari ke-3 sebagian ayam sudah ada yang mati,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria Hasil pengamatan terhadap jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011 hingga Januari 2012. Pemeliharaan ayam, vaksinasi dan pelaksanaan uji tantang serta pengamatan gejala klinis

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Ringkasan Pengkajian Keamanan Lingkungan Produk Rekayasa Genetik Himmvac Dalguban N plus Oil Vaccine.

Ringkasan Pengkajian Keamanan Lingkungan Produk Rekayasa Genetik Himmvac Dalguban N plus Oil Vaccine. Ringkasan Pengkajian Keamanan Lingkungan Produk Rekayasa Genetik Himmvac Dalguban N plus Oil Vaccine. I. Pendahuluan Vaksin Himmvac Dalguban N plus Oil adalah vaksin PRG inaktif diproduksi oleh Korea Biologicals

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak, pemeliharaan stamina tubuh, percepatan regenerasi sel dan menjaga sel darah merah (eritrosit) agar tidak mudah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Salah satu syarat keberhasilan dalam pemeliharaan pembibitan ayam yaitu kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi Pengamatan histopatologi limpa dilakukan untuk melihat lesio pada limpa. Dari preparat yang diamati, pada seluruh kelompok perlakuan baik kontrol (-) maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Pedaging Seleksi Bibit

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Pedaging Seleksi Bibit 4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Pedaging Ayam pedaging adalah galur ayam hasil rekayasa genetik yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit

Lebih terperinci

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini Biosecurity Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama Perspektif Saat Ini Beberapa tahun yang lalu istilah biosecurity masih jarang digunakan kecuali di kalangan tertentu saja Kejadian-kejadian

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO TERHADAP INFEKSI VIRUS ND (NEWCASTLE DISEASE) PADA PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR IV DI KECAMATAN CIPUNAGARA KABUPATEN SUBANG

FAKTOR RISIKO TERHADAP INFEKSI VIRUS ND (NEWCASTLE DISEASE) PADA PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR IV DI KECAMATAN CIPUNAGARA KABUPATEN SUBANG FAKTOR RISIKO TERHADAP INFEKSI VIRUS ND (NEWCASTLE DISEASE) PADA PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR IV DI KECAMATAN CIPUNAGARA KABUPATEN SUBANG ANTOK DWI PRASETYO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTUTUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS 2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV

Lebih terperinci

S O A L PRAKTEK Bidang Lomba: LIVESTOCK AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

S O A L PRAKTEK Bidang Lomba: LIVESTOCK AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROVINSI Cirebon, 17 19 Oktober 2017 Tingkat Provinsi JAWA BARAT 17 19 Oktober 2017 S O A L PRAKTEK Bidang Lomba: LIVESTOCK AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DINAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Newcastle Disease (ND) biasa disebut juga sebagai Pseudo-Fowl Pest,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Newcastle Disease (ND) biasa disebut juga sebagai Pseudo-Fowl Pest, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Virus Newcastle disease (ND) Newcastle Disease (ND) biasa disebut juga sebagai Pseudo-Fowl Pest, Pseudovogel-Pest, Atypische Gefugelpest, Pseudo-Poultry Plague, Avian Pest,

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, dapat menginfeksi pada hewan dan manusia dengan prevalensi yang bervariasi (Soulsby, 1982). Hospes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya.

Lebih terperinci

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi 1 Lab Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl Raya Sesetan-Gang Markisa No 6 Denpasar Telp: 0361-8423062; HP: 08123805727 Email: gnmahardika@indosat.net.id;

Lebih terperinci

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS 23 Apr 2003 Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) masih menempatkan berita utama di sebagian

Lebih terperinci

I. Penyakit Newcastle Disease (ND) Newcastle Disease (ND) adalah penyakit yang sangat menular, dengan angka kematian yang tinggi, disebabkan oleh

I. Penyakit Newcastle Disease (ND) Newcastle Disease (ND) adalah penyakit yang sangat menular, dengan angka kematian yang tinggi, disebabkan oleh I. Penyakit Newcastle Disease (ND) Newcastle Disease (ND) adalah penyakit yang sangat menular, dengan angka kematian yang tinggi, disebabkan oleh virus genus paramyxovirus dengan famili paramyxoviridae.

Lebih terperinci