5 Tes Bakat Diah Widiawati, M.Psi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 Tes Bakat Diah Widiawati, M.Psi"

Transkripsi

1 Pada pertemuan yang lalu, kita membahas mengenai Inteligensi, sebagai salah satu aspek dalam diri manusia yang perlu diketahui ; dan Tes Inteligensi sebagai alat untuk mengukur inteligensi tersebut. Inteligensi merupakan konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan khusus atau spesifik. Kemampuan khusus ini membantu individu untuk mencapai pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Kemampuan khusus inilah yang disebut dengan Bakat atau Aptitude. Tes Inteligensi dirancang untuk mengetahui tingkat perkembangan kognitif atau kemampuan seseorang secara umum (faktor g). Artinya, skor IQ yang diperoleh seseorang dalam Tes Inteligensi hanya akan memaparkan potensi atau kemampuan umum saja. Cronbach (dalam Aiken & Marnat, 2009) menyatakan bahwa tes kecerdasan mengukur berbagai macam kemampuan umum, sehingga tes tersebut mencakup informasi yang luas (broad bandwidth). Namun demikian, Tes Inteligensi tidak dirancang untuk mengetahui kemampuan khusus (faktor s), sehingga kemampuan khusus yang dimiliki seseorang tersebut tidak dapat diketahui secara pasti. Dengan adanya kondisi demikian, maka banyak para ahli yang pada akhirnya mengembangkan sebuah instrumen yang dapat mengungkap kemampuan khusus atau bakat tersebut. Oleh karena itu, pada pertemuan minggu ini, kita akan membahas mengenai bakat dan beberapa instrumen yang dapat mengukur dan mengungkap bakat atau kemampuan khusus tersebut. PENGERTIAN BAKAT Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir. Sukardi (dalam Sunaryo, 2004) mendefinisikan bakat sebagai suatu kondisi atau kualitas yang dimiliki oleh individu yang memungkinkan dirinya dapat berkembang di masa yang akan datang. Sedangkan Bingham menyatakan bahwa bakat merupakan kondisi atau rangkaian karakteristik yang dipandang sebagai gejala kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian respon melalui latihanlatihan. Dengan kata lain, bakat merupakan hasil interaksi antara hereditas dan 1

2 pendidikan atau latihan. Pada klasifikasi tes psikologi, pada dasarnya Tes Bakat merupakan Tes Kognitif, sama seperti Tes Inteligensi. Baik Bakat maupun Inteligensi sama-sama merupakan Kemampuan Kognitif Potensial, artinya kedua kemampuan itu merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap orang. Sedangkan Kemampuan Kognitif Aktual terwujud dalam prestasi seseorang. Jika dibuat dalam bentuk diagram, maka hasilnya akan seperti di bawah ini. Kognitif Kemampuan Potensial Kemampuan Umum (g) Kemampuan Khusus (s) Inteligensi Bakat TES Kemampuan Aktual Prestasi Non Kognitif Minat, Kepribadian Untuk penjelasan mengenai teori, silahkan baca kembali modul pertemuan minggu lalu, mengenai teori kecerdasan. Dengan mengingat diagram di atas, maka pada dasarnya teori kecerdasan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tersebut relevan dengan materi yang kita bahas pada pertemuan minggu ini. Ada tiga hal yang mempengaruhi bakat seseorang, yaitu : 1. Unsur Genetik, khususnya yang berkaitan dengan fungsi otak. Jika otak kiri lebih dominan, maka bakatnya berhubungan dengan masalah verbal, intelektual, keteraturan, dan logis. Sedangkan jika otak kanan lebih dominan, maka bakatnya berkaitan dengan masalah spasial, nonverbal, estetik, artistic, dan atletis. 2. Latihan. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, namun memerlukan latihan untuk mengembangkannya. 3. Struktur Tubuh. Struktur tubuh mempengaruhi bakat seseorang. Seorang yang bertubuh atletis akan memudahkannya menggeluti bidang olah raga atletik. 2

3 Mengetahui bakat seseorang tentu bukan hal sia-sia, namun memiliki tujuan, yaitu : 1. Melakukan Diagnosis. Saat kita mengetahui bakat seseorang, maka kita akan memahami potensi yang ada pada seseorang tersebut. Dengan mengetahui potensi tersebut, maka kita dapat melakukan analisis masalah yang dihadapi orang tersebut, baik masalah dalam bidang pendidikan, klinis, maupun industri. Dengan kemampuan menganalisis masalah, maka diharapkan kita dapat memberikan treatment yang tepat bagi seseorang (Mengetahui Bakat Analisa Masalah Diagnosa Treatment). 2. Melakukan Prediksi. Tujuan prediksi adalah memprediksi kemungkinan sukses atau gagalnya seseorang dalam bidang tertentu di masa depan. Pada dasarnya, prediksi itu mempertemukan potensi seseorang dengan persyaratan yang dituntut suatu lembaga tertentu. Prediksi ini meliputi kegiatan seleksi, penempatan, dan klasifikasi. Dengan mengetahui dua tujuan dari mengetahui bakat, maka kita perlu mengetahui bagaimana cara mengenali adanya suatu bakat. Pertama, Melalui Pengalaman. Ketika mencoba hal tertentu, individu mengalami banyak kemajuan dalam bidang tersebut. Hal ini akan menjadi satu cara dalam mengetahui bakat apa yang dimilikinya. Kedua, Mengikuti Tes Bakat, yang saat ini banyak tersedia. Ketiga, Memadukan antara pengalaman dan tes bakat. Dengan melakukan kedua hal tersebut, maka hasilnya akan lebih meyakinkan individu yang bersangkutan. SEJARAH Tes kemampuan khusus atau bakat berkembang karena adanya peristiwa yang mendorong perkembangan tes tersebut di tahun 1920an dan 1930an. Pada tahun tersebut, konsultan perusahaan merasa bahwa, baik karyawan maupun pimpinan, harus mendapatkan manfaat nyata jika dikenakan tes psikologi. Manfaat yang dimaksud adalah seseorang mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengannya. Para konsultan tersebut menyatakan bahwa tes psikologi akan bermanfaat jika karyawan yang terpilih dalam proses rekrutmen, akan ditempatkan pada posisi sesuai dan diberi pekerjaan yang dapat mereka kerjakan dengan sangat efektif. 3

4 Para konsultan berasumsi bahwa memilih karyawan yang kompeten dan memberi mereka pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka akan dapat meningkatkan produktivitas kerja, bermanfaat bagi karyawan itu sendiri, pimpinan, dan perusahaan secara keseluruhan. Pada masa Great Depression pada tahun 1930an, program penelitian dan pengembangan di Universitas Minnesota menyusun serangkaian tes kemampuan khusus, yang akan digunakan untuk konseling kejuruan, pemilihan karyawan, dan penempatan karyawan. Tes bakat juga muncul karena pemikiran psikolog bahwa tes inteligensi hanya mengukur aspek tertentu dari inteligensi. Hal ini tentu saja tidak cukup karena tidak semua aspek penting dapat terwakili karena cakupannya yang terbatas. Selain itu, sebelum PD I, para psikolog mulai mengakui perlunya tes-tes bakat khusus untuk digunakan dalam konseling pekerjaan, seleksi dan klasifikasi personil industri dan militer. Dengan kondisi itu, beberapa tes inteligensi kemudian dimodifikasi menjadi tes bakat. Ada 12 faktor yang diungkap dalam Tes Bakat, yaitu : 1. Kemampuan verbal, yaitu kemampuan memahami dan menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. 2. Kemampuan numerikal, yaitu kemampuan memecahkan masalah aritmatik atau berhitung dengan tepat dan teliti. 3. Kemampuan spasial, yaitu kemampuan merancang suatu benda secara tepat. 4. Kemampuan perceptual, yaitu kemampuan mengamati dan memahami gambar dua dimensi menjadi tiga dimensi. 5. Kemampuan reasoning, yaitu kemampuan memecahkan suatu masalah. 6. Kemampuan mekanik, yaitu kemampuan memahami konsep mekanik dan fisika. 7. Kemampuan memori, yaitu kemampuan mengingat. 8. Kemampuan klerikal, yaitu kemampuan bekerja di bidang administrasi. 9. Kreativitas, yaitu kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan menunjukkan hasil yang tidak biasa (istimewa). 10. Kecepatan kerja, yaitu kemampuan bekerja secara cepat untuk pekerjaan rutin. 11. Ketelitian, yaitu kemampuan bekerja secara teliti. 12. Ketahanan, yaitu kemampuan bekerja secara konsisten. 4

5 JENIS TES BAKAT Tes Bakat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Single Test dan Baterai Test. Kelompok Single Test, yaitu tes bakat yang terdiri dari satu jenis tes dan pada umumnya mengungkap kemampuan khusus yang dimiliki seseorang. Jenis tes bakat dari kelompok ini adalah : a. Tes Sensori, yaitu tes yang mengungkap kemampuan indera. Misalnya Tes Ketajaman Penglihatan atau Color Vision Test. b. Tes Artistik, yaitu tes yang mengungkap bakat seni, misalnya Horn Art Aptitude Inventory. Tes ini ditujukan untuk orang dewasa, dimana tugasnya adalah membuat sketsa benda umum, gambar geometris, sketsa serangkaian garis dasar pada kerangka persegi panjang. c. Tes Klerikal, yaitu tes yang mengungkap kemampuan klerikal. Misalnya Minnesota Clerical Test, yaitu tes seleksi pekerjaan yang mengharuskan adanya kecepatan melihat dan mengendalikan simbol. Tes ini terdiri dari dua bagian, yaitu : Bagian I Number Comparison (8 ) 200 pasang Bagian II Name Comparison (7 ) 200 pasang Jhon C. Kinder John C. Lender Investors Syndicate Investors Syndicate. d. Tes Kreativitas, yaitu tes yang mengungkap kreativitas. Misalnya Torrance Test. e. Tes Kraepelin dan Pauli, yaitu tes yang mengungkap kemampuan seseorang dalam bekerja. Faktor yang dapat diungkap dalam tes ini adalah : (i) Kecepatan, ditunjukkan dengan prestasi yang dicapai; (ii) Ketelitian, ditunjukkan dengan jumlah kesalahan dan loncatan yang dibuat; (iii) Keajegan, ditunjukkan dengan irama kerja seseorang dalam mengerjakan tes ; (iv) Ketahanan, ditunjukkan dengan garis ausdauer. 5

6 Kelompok Baterry Tes, yaitu tes bakat yang terdiri dari rangkaian bermacam-macam tes yang masing-masing tes dapat berdiri sendiri, artinya tidak harus digunakan secara keseluruhan. Jenis tes bakat dari kelompok ini adalah : 1. Differential Aptitude Test (DAT) Tokoh : G. Bennet, H.G Seashore, A. G. Wesman Tahun : 1947, yang terdiri atas form A + B 1963, 1973, 1981 (form V dan W) saat ini form L dan M. Teori : Multiple Factors dari Thurstone Tujuan : untuk kebutuhan konseling pendidikan dan vokasional (kejuruan). Testee : Siswa 8 12 tahun ; mahasiswa ; karyawan Jumlah Tes : Tujuh tes, yaitu Verbal Reasoning, Numerical Ability, Abstract Reasoning, Space Relation, Mechanical Reasoning, Clerical Speed & Accuracy, Language Usage (Spelling & Sentences). Penyajian : Individual atau klasikal a. Numerical Ability / Tes Berhitung / A5. Tes ini disajikan selama 30 menit. Tes ini mengukur kemampuan berpikir dengan angka dan penguasaan hubungan numerik, misalnya penjumlahan sederhana. Tes ini digunakan untuk melakukan prediksi dalam bidang pendidikan (matematika, fisika, kimia, teknik, ilmu sosial, bahasa Inggris) ; dan bidang pekerjaan (asisten laboratorium, tatabuku, statistik). b. Abstract Reasoning / Tes Penalaran / A3. Tes ini disajikan selama 25 menit. Tes ini mengukur kemampuan penalaran yang bersifat nonverbal, meliputi kemampuan memahami hubungan logis dari figur abstrak atau prinsip nonverbal designs. Tes ini digunakan di lingkungan sekolah atau pekerjaan. Tes ini relevan untuk pelajaran atau pekerjaan yang memerlukan persepsi hubungan antara benda-benda. Pada tes ini, individu diminta untuk menemukan azas atau prinsip dari suatu perubahan gambar. c. Space Relation / Tes Pola / B3. Tes ini disajikan selama 30 menit. Dalam tes ini, individu diminta memanipulasi benda secara mental sesuai pola yang tersedia dan membuat kreasi terhadap 6

7 suatu struktur benda tertentu dengan perencanaan yang baik. Tes ini digunakan khusus untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan seseorang mengenal ruang tiga dimensi, baik untuk bidang studi maupun pekerjaan. Kemampuan ini diperlukan dalam bidang perencanaan, desain pakaian, arsitektur, seni, dekorasi, atau bidang lain yang membutuhkan pengamatan tiga dimensi. d. Mechanical Reasoning / Tes Pengertian Mekanik / C4. Tes ini disajikan selama 30 menit. Tes ini disusun berdasarkan tes pemahaman mekanikal yang disusun oleh Binet. Aspek yang diukur dalam dalam tes ini adalah daya penalaran di bidang kerja mekanis dan prinsip fisika. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan khusus dalam bidang mekanik. Bidang pekerjaan yang membutuhkan kemampuan ini antara lain, tukang kayu, ahli mesin, pemelihara mesin, montir, insinyur, atau perakit. e. Clerical Speed and Accuracy / Tes Cepat dan Teliti / D4. Tes ini disajikan selama 3 menit untuk Bagian I, dan 3 menit untuk Bagian II. Tes ini mengukur respon terhadap tugas atau pekerjaan yang menyangkut kecepatan persepsi, kecepatan respon terhadap kombinasi huruf-angka, dan ingatan jangka pendek. Tes ini digunakan untuk konseling siswa yang mengalami kesulitan dalam kecepatan belajar, atau untuk seleksi karyawan dalam pekerjaan tertentu. Tes ini dapat meramalkan produktivitas karyawan dalam mengerjakan pekerjaan rutin atau pekerjaan klerikal. Misalnya, sekretaris, kasir, sortir surat, administrasi. f. Verbal Reasoning / Penalaran Verbal. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan memahami ide atau konsep dalam bentuk kata. Selain itu, tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan individu dalam berpikir dan memecahkan masalah yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata. g. Language Usage / Pemakaian Bahasa. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan membedakan tata bahasa yang baik dan benar, penggunaan tanda baca, dan penggunaan kata. Tes ini terdiri atas Spelling dan Grammar. Spelling diberikan untuk mengukur kemampuan individu dalam mengeja kata dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Grammar diberikan untuk mengukur kemampuan individu dalam mengenal kesalahan tata bahasa, tanda baca, dan pemakaian kata dalam kalimat mudah. 7

8 2. General Aptitude Test Battery (GATB) Tokoh : Charles E. Odell dari United States Employes Services. : GATB digunakan sejak 1947 oleh State Employment service, yang bergabung dengan United States Employment Service. Sejak masa itu, Sejarah GATB dimasukan dalam program penelitian berkelanjutan, untuk menjadikan tes tersebut akurat pada berbagai pekerjaan yang berbeda. Karena dasar risetnya yang luas, GATB dikenal sebagai sejumlah tes bakat ganda akurat untuk bimbingan jurusan. Penyajian : Individual atau klasikal Jumlah : 12 subtes untuk mengukur 9 kemampuan dasar atau bakat (aptitude) Ada sembilan aptitude yang diungkap dalam GATB, yaitu : 1. Aptitude D (Intelligence), yaitu kemampuan mengerti prinsip, menalar, dan membuat keputusan. Kemampuan ini terkait dengan keberhasilan di sekolah. 2. Aptitude V (Verbal), yaitu kemampuan mengerti arti kata, bahasa, arti keseluruhan kalimat, dan paragraf. Tes yang mengungkap bakat ini adalah Vocabulary (subtes 4). 3. Aptitude N (Numerical), yaitu kemampuan melakukan operasi angka secara cepat dan tepat. Tes yang mengungkap bakat ini adalah Computation (subtes 2) dan Arithmatic Reason (subtes 6). 4. Aptitude S (Spatial), yaitu kemampuan berpikir secara visual pada bentuk geometris, menangkap objek tiga dimensi, dan mengingat hubungan yang dihasilkan dari gerakan objek dalam satu ruang. Tes yang mengungkap bakat ini adalah Three Dimentional Space (subtes 3). Three Dimentional Space disebut juga Tes Ruang Bidang, yang memerlukan waktu 5 menit untuk mengerjakan. 5. Aptitude F (Form Perception), yaitu kemampuan melihat bagian dari suatu benda/grafik/gambar ; kemampuan membuat perbandingan dan pembedaan secara visual ; dan kemampuan melihat perbedaan nyata pada bentuk dari suatu gambar. Tes yang mengungkap bakat ini adalah Tool Matching (subtes 5) dan Form Matching (subtes 7). Tool Matching disebut juga Tes Mempersamakan Perkakas. Tes ini memerlukan waktu 5 menit untuk mengerjakan 49 soal. 6. Aptitude Q (Clerical Perception), yaitu kemampuan mengungkap objek klerikal (angka, huruf) ; dan kemampuan persepsi terhadap komputasi secara sepintas. Tes yang mengungkap bakat ini adalah Name Comparation (subtes 1). 8

9 7. Aptitude K (Motor Coordination), yaitu kemampuan mengorganisasikan gerakan organ mata, tangan, jari tangan dengan terampil, teliti, cepat, dan tepat. Tes yang mengungkap bakat ini adalah Mark Making (subtes 8). 8. Aptitude F (Finger Dexterity), yaitu kemampuan memanipulasi objek kecil dengan jari jemari secara terampil dan teliti. Tes yang mengungkap bakat ini adalah Assemble (subtes 11) dan Dissasemble (subtes 12). Finger Dexterity disebut juga Tes Kecekatan Jemari. Tes ini memerlukan waktu 120 detik untuk merakit (assembly) dan 90 detik untuk membongkar (disassembly). 9. Aptitude M (Manual Dexterity), yaitu kemampuan menggerakkan tangan dengan mudah dan terampil. Tes yang mengungkap bakat ini adalah Plan (subtes 9) dan Turn (subtes 10). 3. Flanagan Aptitudes Classification Test (FACT) Tokoh : John C. Flanagan : John C. Flanagan adalah profesor psikologi di Universitas Pittsburg. Ia adalah direktur American Institude for Reseach (AIR). Pada Perang Dunia Sejarah II Flanagan diminta membentuk The Army Air Force Aviation Psychology Program untuk seleksi awak kapal. Setelah Perang Dunia II, ia membuat tes standar untuk tes bakat bagi pekerjaan di bidang sipil yaitu FACT dengan 14 tes. Tes dikembangkan untuk mendapatkan sistem klasifikasi baku dalam penentuan bakat seseorang pada tugas tertentu. Tujuan : Alat bantu untuk memprediksi keberhasilan kerja dan perencanaan program latihan dalam rangka konseling pekerjaan Alat seleksi dan penempatan karyawan. Penyajian : Individual atau Klasikal Jumlah : 14 tes Ada 14 aptitude yang diungkap dalam FACT, yaitu : 1. Tes Kode dan Ingatan (C2). Tes Coding diberikan untuk mengukur kecepatan dan ketepatan dalam memberi kode pada informasi tertentu. Tes ini sesuai diberikan untuk melihat kemampuan tersebut pada programmer, traffic control, operator. Tes Memory diberikan untuk mengukur kemampuan mengingat. Tes ini sesuai diberikan untuk melihat kemampuan tersebut pada pengacara, dokter. 2. Tes Merakit Objek (C1). Tes ini mengukur kemampuan mengenal, mengetahui, dan membayangkan bentuk objek yang disusun dari bagian-bagian tertentu. 3. Tes Skala dan Grafik (C8). Tes ini mengukur kecepatan dan ketepatan dalam membaca skala, grafik, dan peta. Menurut Flanagan, tes ini diperlukan untuk 9

10 melihat Cretical Fact Elements pada ahli biologi, ahli kimia, insinyur, ahli matematika, perawat, ahli medis, atau pilot. 4. Tes Pemahaman (A1). Tes ini mengukur kemampuan membaca, memahami alasan logis, serta mengambil keputusan dengan menangkap makna dari situasi praktis. Tes ini sesuai diberikan untuk melihat kemampuan pada hakim, jaksa, psikolog, montir, dokter, pilot. 5. Tes Mengutip (B4). Tes ini mengukur kemampuan individu dalam mereproduksi outline pola sederhana dengan tepat dan akurat. Tes ini sesuai diberikan untuk melihat kemampuan desainer, tukang jahit, perakit, arsitek, periklanan. 6. Tes Komponen (C2). Tes ini mengukur kemampuan mengenali komponen atau bagian yang penting. Tes ini sesuai untuk melihat kemampuan seorang perakit. 7. Tes Tabel (D3). Tes ini mengukur kemampuan membaca tabel, baik tabel yang terdiri dari angka, maupun yang terdiri dari kata atau huruf. Tes ini sesuai untuk melihat kemampuan pada pekerjaan ahli farmasi, ahli kimia, sekretaris, akuntan. 8. Tes Ungkapan (A6). Tes ini memiliki 19 buah soal, dimana tiap soal terdiri dari tiga pertanyaan. Subjek pada tes ini diminta untuk memilih satu pernyataan yang baik dan satu pernyataan yang buruk pada tiap soal. Tes ini mengukur perasaan dan pengetahuan tentang bahasa ; mengungkap kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan lisan. Tes ini sesuai untuk melihat kemampuan para ahli sastra, psikolog, pengacara, penulis. 9. Tes Mekanik. Tes ini mengukur kemampuan pemahaman prinsip prinsip mekanik dan analisa. Tes ini sesuai untuk melihat kemampuan para ahli mesin, motor, arsitek, teknik sipil. 10. Tes Inspection. Tes ini mengukur kemampuan seseorang dalam melihat ketidaksempurnaan pada serangkaian benda secara tepat dan cepat. Tes ini sesuai untuk melihat kemampuan para ahli teknisi alat elektronik, arsitek, dokter. 11. Tes Precision. Tes ini mengukur ketelitian. Tes ini sesuai untuk melihat kemampuan para arsitek, akuntan, kasir, animator. 12. Tes Coordination. Tes ini mengukur kemampuan koordinasi tangan dan lengan. Tes ini sesuai untuk melihat kemampuan para pelukis, desainer baju, dokter. 13. Tes Arithmatic. Tes ini mengukur kemampuan kerja dengan angka. Tes ini sesuai untuk melihat kemampuan akuntan, tukang bangunan. 10

11 Daftar Pustaka Aiken, L.R & Groth-Marnat, G (2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Jilid 2, Edisi Kedua Belas. Jakarta : Indeks Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks. Azwar, S (1996). Tes Prestasi, Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Presyasi Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ormrod, J.E (2009). Psikologi Pendidikan, Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Edisi Keenam, Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Santrock, J.W (2009). Psikologi Pendidikan, Edisi 3, Buku 1 (Terjemahan). Jakarta : Salemba Humanika Sugiyanto, dkk (1984). Informasi Tes, Khusus untuk Profesi Psikologi, Edisi Kedua. Yogyakarta : Unit Pengembangan Alat Tes Psikodiagnostika, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada 11

PENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG

PENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG PENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG TES BAKAT & MINAT DEFINISI BAKAT & TES BAKAT Suatu Bakat adalah suatu konsistensi karakteristik yg menunjukkan kapasitias seseorang untuk menguasai

Lebih terperinci

9 Battery Test FACT Diah Widiawati, M.Psi

9 Battery Test FACT Diah Widiawati, M.Psi www.mercubuana.ac.id Pada pertemuan lalu, kita sudah membahas mengenai Battery Test, yaitu DAT dan GATB. Masih ada satu kelompok Battery Test lagi yang perlu kita bahas. Pada pertemuan minggu ini, kita

Lebih terperinci

Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si

Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si TES BAKAT Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si faridaagus@yahoo.co.id Pengertian Bakat Suatu Kombinasi dari serangkaian karakteristik kemampuan individu untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, atau serangkaian

Lebih terperinci

Adhyatman Prabowo, M.Psi

Adhyatman Prabowo, M.Psi Adhyatman Prabowo, M.Psi MATERI I: 1.Konsep Bakat 2.Teori Tes Bakat 3.Tes bakat & Intelegensi 4.Tes bakat & Kreativitas 5.Macam Tes Bakat: 6.Tes Bakat DAT 7.Tes Bakat GATB 8.Tes Bakat FACT 9.Keterbatasan

Lebih terperinci

TES KELOMPOK : TES INTELIGENSI & TES MINAT DAN BAKAT. Kuliah 9 Pengantar Psikodiagnostik

TES KELOMPOK : TES INTELIGENSI & TES MINAT DAN BAKAT. Kuliah 9 Pengantar Psikodiagnostik TES KELOMPOK : TES INTELIGENSI & TES MINAT DAN BAKAT Kuliah 9 Pengantar Psikodiagnostik Pengantar : Tes Kelompok Tes kelompok biasanya digunakan pada bidang pendidikan, pemerintahan, industri, dan militer

Lebih terperinci

Modul ke: Tes Inteligensi. Skala Inteligensi Wechsler. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi. Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Tes Inteligensi. Skala Inteligensi Wechsler. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi. Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Tes Inteligensi Skala Inteligensi Wechsler Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Asal Mula Tes Wechsler 1932 : merancang sebuah instrumen yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1. Definisi status nutrisi Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran nutrisi, terlihat

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Tes Individu Tes Kelompok Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Tes Individu Tes yang diberikan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI INDUSTRI. Berbagai Kemampuan Manusia. Agus Riyanto,M.T Bandung, Psikologi Industri 1

PSIKOLOGI INDUSTRI. Berbagai Kemampuan Manusia. Agus Riyanto,M.T Bandung, Psikologi Industri 1 PSIKOLOGI INDUSTRI Berbagai Kemampuan Manusia Agus Riyanto,M.T Bandung, 2007 Psikologi Industri 1 Berbagai Kemampuan Manusia Pengantar Kemampuan dasar manusia Kemampuan yang berkaitan dengan pekerjaan

Lebih terperinci

TES PSIKOLOGIS (TES FACT) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung

TES PSIKOLOGIS (TES FACT) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung TES PSIKOLOGIS (TES FACT) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung FLANAGAN APTITUDE CLASIFICATION TEST (FACT) Tahun 1946 UNIV PITTSBURGH (American

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Saat ini masih banyak siswa SMA yang bingung dan ragu untuk menentukan program studi di perguruan tinggi yang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 64. 2

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 64. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku siswa yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan 1. Gagne dan Berlin

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TES INTELIGENSI, TES BAKAT, DAN TES MINAT

KONSEP DASAR TES INTELIGENSI, TES BAKAT, DAN TES MINAT KONSEP DASAR TES INTELIGENSI, TES BAKAT, DAN TES MINAT TES INTELIGENSI adalah Tes yang mengukur kemampuan/kecerdasan secara umum Macam-macam TI : WAIS-Weschler Adult Intelligence Scale WISC-Weschler Intelligence

Lebih terperinci

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York)

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) Pendahuluan Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi melalui tes Binet (1937)

Lebih terperinci

PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIKA

PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIKA www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIKA Istilah psikodiagnostika pertama kali digunakan oleh Hermann Rorschach dalam buku terbitannya pada tahun 1921. Buku ini membahas hasil eksperimennya dengan

Lebih terperinci

Modul ke: Tes Inteligensi Wechsler Adult Intelligence Scale Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi

Modul ke: Tes Inteligensi Wechsler Adult Intelligence Scale Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi Modul ke: Tes Inteligensi Wechsler Adult Intelligence Scale Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id WAIS-R Verbal Information Digit Span Vocabulary Arithmetic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 57 /MENHUT-II/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 57 /MENHUT-II/2007 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 57 /MENHUT-II/2007 TENTANG NAMA JABATAN DAN URAIAN JABATAN STRUKTURAL DAN NON STRUKTURAL UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL

Lebih terperinci

Validitas KriteriaSubtes EAS 4 Ketelitian dan Kecepatan Visual. Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Validitas KriteriaSubtes EAS 4 Ketelitian dan Kecepatan Visual. Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Validitas KriteriaSubtes EAS 4 Ketelitian dan Kecepatan Visual Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan ] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas subtes EAS 4 Kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa tahun belakangan ini, penggunaan tes psikologi sudah semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

Company LOGO KONSEP MINAT. Adhyatman Prabowo, M.Psi

Company LOGO KONSEP MINAT. Adhyatman Prabowo, M.Psi Company LOGO KONSEP MINAT Adhyatman Prabowo, M.Psi Nasi campur Anda suka yang mana..? Bakso Lalapan Pengantar Kekuatan objek Kuat lemahnya indra Individu yg menentukan Stimulus Individu MINAT Minat berarti

Lebih terperinci

data yang selanjutnya diikuti dengan menata, menilai, dan menafsirkan data yang terkumpul.

data yang selanjutnya diikuti dengan menata, menilai, dan menafsirkan data yang terkumpul. GLOSARIUM A Ability: Kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik MODUL PERKULIAHAN Pengantar Psikodiagnostik Sejarah, Pengertian, dan Kegunaan Psikodiagnostik Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 B41616AA Mutiara Pertiwi, M.Psi

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARIS ALAT TES LABORATORIUM PSIKOLOGI

DAFTAR INVENTARIS ALAT TES LABORATORIUM PSIKOLOGI DAFTAR INVENTARIS ALAT TES LABORATORIUM PSIKOLOGI NO NAMA ALAT FUNGSI INTELEGENSI 1 WAIS Tes inteligensi usia 16 tahun ke atas, individual. 2 BINET Tes inteligensi anak usia 2-12 tahun, individual. 3 WPPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajarnya yang diukur

Lebih terperinci

CIRI & PENGGUNAAN TES. N o v i a S i n t a R, M. P s i.

CIRI & PENGGUNAAN TES. N o v i a S i n t a R, M. P s i. CIRI & PENGGUNAAN TES N o v i a S i n t a R, M. P s i. PENGGUNAAN TES Dari Bayi s/d Usia Lanjut Ketika bayi lahir akan segera dilakukan tes Apgar - asesmen : detak jantung, pernafasan, otot, refleks dan

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia

Lebih terperinci

INTELIGENSI. Pertemuan pertama

INTELIGENSI. Pertemuan pertama INTELIGENI Pertemuan pertama Materi Perbedaan Inteligensi dan IQ Pengertian Inteligensi Pendekatan Inteligensi Teori-teori Inteligensi Manfaat T I U etelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

Konstruksi Alat Ukur Psikologi MODUL PERKULIAHAN Konstruksi Alat Ukur Psikologi Pengantar Tes dan Pengukuran Psikologi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61032 Dian Misrawati, M.Psi Psikolog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dewasa, oleh karena itu perlu adanya persiapan saat seseorang berada pada usia remaja yaitu, terkait dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari telah mencakup hampir setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari telah mencakup hampir setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari telah mencakup hampir setiap aspek, baik penggunaan secara individual maupun kolektif, misalnya di bidang kesehatan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 59 /MENHUT-II/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 59 /MENHUT-II/2007 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 59 /MENHUT-II/2007 TENTANG NAMA JABATAN DAN URAIAN JABATAN STRUKTURAL DAN NON STRUKTURAL UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER

Lebih terperinci

TEORI INTELEGENSI GUILFORD

TEORI INTELEGENSI GUILFORD TEORI INTELEGENSI GUILFORD SEJARAH Joy Paul Guilford adalah seorang psikologi berkebangsaan Amerika. Guilford lahir di Marquuette, Nebraska pada tanggal 7 Maret 1807. Semasa masih kecil, Guilford memiliki

Lebih terperinci

TES INTELLIGENSI. NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP

TES INTELLIGENSI. NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP TES INTELLIGENSI NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP INTELIGENSI, APAKAH ITU? Adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan

Lebih terperinci

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UMM

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UMM SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UMM A. IDENTITAS Mata Kuliah : Asesmen Bakat dan Minat. Semester : III (Tiga) Bobot : 2 SKS Dosen : Adhyatman Prabowo, S. Psi, M.Psi, Psikolog e-mail

Lebih terperinci

Tes Inteligensi: WISC

Tes Inteligensi: WISC Modul ke: Tes Inteligensi: WISC Modul ini akan menjelaskan tentang tes inteligensi WISC dan penggunaannya. Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak

MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak PROBLEMA DALAM MENERAPKAN TES INTELIGENSI dan IQ MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak bisa

Lebih terperinci

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut:

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut: Tes IST (Intelligenz Struktur Test) merupakan salah satu tes psikologi untuk mengukur tingkat intelegensi seseorang. Tes IST sangat familiar digunakan oleh birobiro psikologi saat ini. Untuk mengetahuil

Lebih terperinci

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : 06320004 Matkon IV A A. ARTIKEL MENGAJAR SISWA YANG BERAGAM DENGAN ANEKA CARA 19 September 2007 Dunia pendidikan sesungguhnya dipenuhi berbagai kebhinekaan. Sebab, tidak

Lebih terperinci

TES PSIKOLOGIS (TES KRAEPELIN) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung

TES PSIKOLOGIS (TES KRAEPELIN) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung TES PSIKOLOGIS (TES KRAEPELIN) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung TES KRAEPELIN Dibuat oleh seorang psikiater bernama Kraepelin, dan mulamula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

Cabang-cabang psikologi perkembangan fungsionalisme

Cabang-cabang psikologi perkembangan fungsionalisme Modul ke: Cabang-cabang psikologi perkembangan fungsionalisme Tokoh-tokoh Fakultas Psikologi Ainul Mardiah, M.Sc Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Arnold Lucious Gessel (1880-1961) Gesell dikenal

Lebih terperinci

Tes Inventori: SSCT. Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes SSCT (Saks Sentence Completion Test)

Tes Inventori: SSCT. Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes SSCT (Saks Sentence Completion Test) Modul ke: Tes Inventori: SSCT Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes SSCT (Saks Sentence Completion Test) Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi., Psi. Program

Lebih terperinci

Teori Belajar Motorik. Kode Mata Kuliah: PKO : IKOR: Dosen Penanggung Jawab:

Teori Belajar Motorik. Kode Mata Kuliah: PKO : IKOR: Dosen Penanggung Jawab: Teori Belajar Motorik Kode Mata Kuliah: PKO : IKOR: Dosen Penanggung Jawab: Keterampilan Apakah yang dimaksud keterampilan? Istilah keterampilan sulit untuk didefinisikan dengan suatu kepastian. Keterampilan

Lebih terperinci

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences BAKAT & INTELEGENSI BAKAT INTELEGENSI 2 Kemampuan Mental I. INTELEGENSI Sejarah Intelegensi - Wundt (Jerman) - Galton (Inggris) - Cattel (AS) Melakukan tes thd anak, dgn soal yg mudah Individual Differences

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TES. Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si.

KONSEP DASAR TES. Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si. KONSEP DASAR TES Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si faridaagus@yahoo.co.id Pengertian Pengukuran Proses untuk mengkuantifikasikan suatu gejala/atribut kuantifikasi terhadap karakteristik manusia melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika 1. Hasil Belajar Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil (product) merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...6 1. Umum...6 2. Kejuruan...7 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...9 SUBSTANSI PEMELAJARAN...11 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan hasil dari kegiatan yang dilaksanakan. Kinerja timbul

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan hasil dari kegiatan yang dilaksanakan. Kinerja timbul BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hasil kerja karyawan dapat dilihat dari perkembangan kinerjanya. Kinerja karyawan merupakan hasil dari kegiatan yang dilaksanakan. Kinerja timbul bukan saja bersumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN [ BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian harus menggunakan metode penelitian yang tepat untuk menghasilkan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kesalahan dalam pemilihan metode

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan sekarang ini menghadapkan individu pada situasi yang penuh persaingan. Situasi kehidupan ini selain memberi dampak yang positif tetapi juga memberi

Lebih terperinci

2. DIMENSI SASARAN UKUR

2. DIMENSI SASARAN UKUR BAB 2 SASARAN UKUR A. HAKIKAT 1. BENTUK SASARAN UKUR SASARN UKUR ADALAH ATRIBUT (CIRI, SIFAT, KARAKTERISTIK) DARI ORANG, OBJEK, ATAU PERISTIWA (SUBJEK, RESPONDEN) MISAL: SIKAP KARYAWAN ATRIBUT TINGGI ATRIBUT

Lebih terperinci

TEORI DAN PRAKTIK PEMAHAMAN INDIVIDU TEKNIK TESTING. Drs. Susilo Rahardjo, M.Pd., Kons. & Edris Zamroni, S.Pd., M.Pd.

TEORI DAN PRAKTIK PEMAHAMAN INDIVIDU TEKNIK TESTING. Drs. Susilo Rahardjo, M.Pd., Kons. & Edris Zamroni, S.Pd., M.Pd. TEORI DAN PRAKTIK PEMAHAMAN INDIVIDU TEKNIK TESTING Drs. Susilo Rahardjo, M.Pd., Kons. & Edris Zamroni, S.Pd., M.Pd. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Universitas

Lebih terperinci

PENELUSURAN MINAT-BAKAT UNTUK SISWA SMA DI YOGYAKARTA

PENELUSURAN MINAT-BAKAT UNTUK SISWA SMA DI YOGYAKARTA Penelusuran Minat-Bakat untuk Siswa SMA di Yogyakarta Rostiana, et al. PENELUSURAN MINAT-BAKAT UNTUK SISWA SMA DI YOGYAKARTA Rostiana 1, Kiky Dwi Hapsari Saraswati 2 1 Fakultas Universitas Tarumanagara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Aplikasi Penggunaa Tes Psikologi (Pendidikan & Pekerjaan) Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Aplikasi

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 7 Februari 1996

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 7 Februari 1996 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 7 Februari 1996 Tanggapan Balik Debat Opini Persoalan Potensi Anak Genius: MERANGKUM TIGA PROBLEMATIKA PERSOALAN KEGENIUSAN KITA Oleh :

Lebih terperinci

PETUNJUK: HARAP LAMBANG SPEAKER DIKLIK UNTUK DAPAT MENDENGAR SUARA SN PERILAKU ORGANISASI 2

PETUNJUK: HARAP LAMBANG SPEAKER DIKLIK UNTUK DAPAT MENDENGAR SUARA SN PERILAKU ORGANISASI 2 PERILAKU ORGANISASI DISUSUN OLEH: ASTADI PANGARSO, S.T., MBA RENNY RENGGANIS, S.E., MSM PRODI S1 ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS UNIVERSITAS TELKOM PETUNJUK: HARAP LAMBANG SPEAKER

Lebih terperinci

Pengertian Tes Di dalam lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun Dan sejak itu makin popular sebagai nama me

Pengertian Tes Di dalam lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun Dan sejak itu makin popular sebagai nama me Tes Psikologi Pengertian Tes Di dalam lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun 1890. Dan sejak itu makin popular sebagai nama metode psikologi yang dipergunakan untuk

Lebih terperinci

Tes Visualisasi Spasial

Tes Visualisasi Spasial Tes Visualisasi Spasial Tes visualisasi spasial ini ditujukan untuk menguji sejauh mana kemampuan kita memvisualisasikan sesuatu benda dan membuat pengertianya serta berpikir secara abstrak melalui benda

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua...

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua... KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA Pertemuan kedua... Pengertian Tes Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa (Elliott, 1999) Tes

Lebih terperinci

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) 2 Dasar Dasar Perilaku Individu 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. ORGANIZATIONAL BEHAVIOR S T E P H E N P. R O B B I N S E L E V E N T H E D I T

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sangat penting bagi setiap orang untuk mengembangkan proses berpikir manusia sehingga menjadi logis dan sistematis. Matematika adalah suatu ilmu universal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri ada beberapa faktor pokok yang dapat membantu suatu industri menajadi lebih baik dan lebih maju, faktor-faktor tersebut ialah modal, tanaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Psikologi mulai diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di perguruan tinggi

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2 Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2 DASAR PERILAKU INDIVIDU Dasar-dasar perilaku individu akan

Lebih terperinci

Oleh: Idha Handayani

Oleh: Idha Handayani PENGARUH INTELLIGENT QUOTIENT (IQ) DAN KEMAMPUAN TILIKAN RUANG TERHADAP KEMAMPUAN MENGGAMBAR TEKNIK SISWA Oleh: Idha Handayani ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan Intelligent Quotient,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Bagian Produksi Pada Perusahaan Rokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Bagian Produksi Pada Perusahaan Rokok 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Hamid (2010) dengan judul: Pengaruh Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Bagian Produksi Pada Perusahaan Rokok Gandum Malang.

Lebih terperinci

PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri KORELASI ANTARA CFIT, TES PEMAHAMAN, DAN TES BERHITUNG PADA SISWA KELAS XII DI KEPULAUAN MENTAWAI

PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri KORELASI ANTARA CFIT, TES PEMAHAMAN, DAN TES BERHITUNG PADA SISWA KELAS XII DI KEPULAUAN MENTAWAI KORELASI ANTARA CFIT, TES PEMAHAMAN, DAN TES BERHITUNG PADA SISWA KELAS XII DI KEPULAUAN MENTAWAI Firmanto Adi Nurcahyo, Maria Helena Suprapto, Jophita Hosea Boeditjahjono, Gabriela Erika Putriadi Universitas

Lebih terperinci

SOFTWARE KOREKSI kraepelin

SOFTWARE KOREKSI kraepelin SOFTWARE KOREKSI kraepelin (LAPORAN IMPLEMENTASI INNOVATION AWARD 2016) (BRANCH KLATEN) Moch L - (14102178 - ANGGOTA DEPT - 085642753366) Andhi K - (10081759 - ANGGOTA - DEPT - 085642252608) INNOVATION

Lebih terperinci

Akselerasi 05/23/11. A. Konsep Cerdas Istimewa

Akselerasi 05/23/11. A. Konsep Cerdas Istimewa A. Konsep Cerdas Istimewa Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggunakan istilah warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Penggunaan istilah potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada suatu objek yang sedang dihadapi. Selaras dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Nota Kesepahaman... iii Kata Pengantar... ix Daftar Isi... xiii Penjelasan Umum... xix

DAFTAR ISI. Nota Kesepahaman... iii Kata Pengantar... ix Daftar Isi... xiii Penjelasan Umum... xix DAFTAR ISI Nota Kesepahaman...... iii Kata Pengantar... ix Daftar Isi... xiii Penjelasan Umum... xix 0 Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)... 3 01 Perwira

Lebih terperinci

Pengertian Pengukuran

Pengertian Pengukuran KONSEP DASAR TES Pengertian Pengukuran Proses untuk mengkuantifikasikan suatu gejala/atribut kuantifikasi terhadap karakteristik manusia melalui prosedur dan aturan yang sistematis Pemaknaan angka sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia ini, para ahli psikologi

Lebih terperinci

BAKAT & INTELEGENSI. Cattel m coba menemukan perbedaan2 individu dlm hal: - ketajaman sensoris (indra) - kekuatan otot 10 aspek - kemampuan mental

BAKAT & INTELEGENSI. Cattel m coba menemukan perbedaan2 individu dlm hal: - ketajaman sensoris (indra) - kekuatan otot 10 aspek - kemampuan mental BAKAT & INTELEGENSI II. BAKAT Menurut Crow & Crow Bakat Kualitas yg dimiliki oleh semua orang dlm tingkat yg beragam / keunggulan khusus dlm bidang perilaku t tentu. Cattel m coba menemukan perbedaan2

Lebih terperinci

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1) KARAKTERISTIK SISWA PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1) proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2 Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-2 DASAR PERILAKU INDIVIDU Dasar-dasar perilaku individu akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

Kuesioner. Apakah panggilan dan bagian saya di dalam Pekerjaan Tuhan di dunia ini, sehingga melaluinya Tuhan paling dimuliakan?

Kuesioner. Apakah panggilan dan bagian saya di dalam Pekerjaan Tuhan di dunia ini, sehingga melaluinya Tuhan paling dimuliakan? Kuesioner PROFIL PELAYANAN Apakah panggilan dan bagian saya di dalam Pekerjaan Tuhan di dunia ini, sehingga melaluinya Tuhan paling dimuliakan? KUESIONER PROFIL PELAYANAN: Pengenalan Minat & Bakat Komunitas

Lebih terperinci

PROFISIENSI PRESTASI TERSTANDAR TIDAK TERSTANDAR

PROFISIENSI PRESTASI TERSTANDAR TIDAK TERSTANDAR PENGANTAR TES Pengertian Tes Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa (Elliott, 1999) Tes merupakan rangkaian prosedur tes dari administrasi

Lebih terperinci

Uji Penilaian Profesional Macquarie. Leaflet Latihan. Verbal, Numerikal, Pemahaman Abstrak, Kepribadian.

Uji Penilaian Profesional Macquarie. Leaflet Latihan. Verbal, Numerikal, Pemahaman Abstrak, Kepribadian. Uji Penilaian Profesional Macquarie Leaflet Latihan Verbal, Numerikal, Pemahaman Abstrak, Kepribadian. Mengapa Uji Penilaian psikometrik digunakan Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang menyertakan

Lebih terperinci

KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA (VISUAL-SPASIAL INTELLIGENCE BUILD SPACE IN UNDERSTANDING DIFFERENCES SEEN FROM MATEMATICS ABILITY)

Lebih terperinci

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses 6 II._TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada

Lebih terperinci

KECERDASAN BUATAN Artificial Intelligence (AI)

KECERDASAN BUATAN Artificial Intelligence (AI) KECERDASAN BUATAN Artificial Intelligence (AI) Pengertian AI Putu Putra Astawa S.Kom.,M.kom Ptputraastawa@gmail.com Ptputraastawa.wordpress.com Kedudukan Ilmu Kecerdasan Buatan Kecerdasan? Kecerdasan berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran matematika akan lebih mudah dipelajari oleh orangorang yang mempunyai kemampuan numerik yang tinggi. Kemampuan numerik merupakan kemampuan khusus dalam

Lebih terperinci

KESULITAN BELAJAR SPESIFIK

KESULITAN BELAJAR SPESIFIK KESULITAN BELAJAR SPESIFIK PENGERTIAN IDEA (1997) : Anak-anak yang mengalami hambatan / penyimpangan pada satu / lebih proses-proses psikologis dasar yg mencakup pengertian / penggunaan bahasa baik lisan

Lebih terperinci

Pengertian. 4 Tes Inteligensi Diah Widiawati, M.Psi.

Pengertian. 4 Tes Inteligensi Diah Widiawati, M.Psi. Pengertian www.mercubuana.ac.id Istilah inteligensi banyak sekali didengar dan dipergunakan oleh masyarakat luas. Pada umumnya, masyarakat akan mendefinisikan inteligensi sebagai kecerdasan, kepintaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan pendidikan lanjutan, hal ini menyebabkan beberapa mahasiswa baru mengalami kegagalan dalam belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan masuk sebuah sekolah, calon siswa akan diberi tes untuk melihat apakah dia lulus atau tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pengembangan kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Melalui pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

PSIKODIAGNOSTIKA PENGANTAR

PSIKODIAGNOSTIKA PENGANTAR PSIKODIAGNOSTIKA PENGANTAR 12 PRINSIP DASAR UPI Kami Sivitas Akademika YPTK Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Selalu: 1. Menyayangi Sesama Ar Rohmaan 2. Berlaku Jujur Al Mu min 3. Bertanggung Jawab

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... i MODUL 1: HAKIKAT PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR 1.1 Definisi Pendidikan... 1.2 Latihan... 1.8 Rangkuman... 1.8 Tes Formatif 1..... 1.9 Tujuan Pendidikan di SD... 1.11

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat membuat setiap orang dapat mengakses segala bentuk informasi yang positif maupun negatif

Lebih terperinci