Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 7 Februari 1996

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 7 Februari 1996"

Transkripsi

1 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 7 Februari 1996 Tanggapan Balik Debat Opini Persoalan Potensi Anak Genius: MERANGKUM TIGA PROBLEMATIKA PERSOALAN KEGENIUSAN KITA Oleh : Ki Supriyoko Debat opini persoalan potensi anak genius yang telah digelar oleh KR edisi 25 s/d 31 Januari 1996 ternyata mendapat tanggapan serius dari masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan. Di samping telah dimuat tanggapan "formal" dari temanteman ilmuwan sejawat di KR secara berturut-turut, saya sendiri sempat menerima beberapa respon per telpon dari berbagai pihak yang berkepentingan; dari temanteman praktisi pendidikan di sekolah, pemerhati dan pakar pendidikan, sam-pai dengan pejabat Depdikbud dan wakil rakyat. Tentu saja saya perlu menyampaikan terima kasih kepada teman-teman ilmuwan sejawat yang telah meluangkan waktu untuk memberi tanggapan "formal" atas tulisan saya; mereka itu adalah Suyanto (FPS IKIP Yogyakarta), Djamaludin Ancok (Fak. Psikologi UGM), Sartini Nuryoto (Fak. Psikologi UGM), Noeng Muhadjir (Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta), beserta Sri Hastuti PH (FPBS IKIP Yogyakarta). Meskipun sebagian besar tanggapan yang diberikan itu lebih bersifat text book approach, bukan experience approach, akan tetapi tetap menarik serta melengkapi dan memperdalam tulisan saya yang tentu saja dapat memperluas wawasan pembaca. Berbagai teori yang dikutip dari para pakar (Renzulli, Silvernail, Sisk, Terman, Merritt, Barbara Clark, Terrassier, Joan Freeman, Wechsler, Binet,Thorndike, Simon, Spearman, Thurstone, Witty, Paul, dsb) dan disajikan dalam tulisan-nya dapat memperluas wawasan pembaca. Dari tanggapan teman-teman ilmuwan sejawat tersebut setidak-tidaknya ada tiga problematika yang masih harus diklarifikasi; adapun ketiga problematika yang dimaksud ialah menyangkut (1) terminologi anak genius itu sendiri,(2) penentuan atau metode seleksi anak genius, serta (3) Model pendidikan anak genius. Terminologi Anak Genius Banyak terminologi yang dikembangkan untuk menyebut anak yang memiliki "kemampuan" luar biasa; ada yang menyebut sebagai anak berbakat, anak berkemampuan tinggi, anak sangat pandai, gifted children, talented student,

2 2 superior, very superior, highly gifted, supernormal,dan sebagainya. Undang-undang pendidikan kita menye-butnya dengan istilah anak berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa (periksa Pasal 8, ayat 2). Kalau kita memakai referensi teoretik maka penggunaan masing-masing istilah tersebut memiliki kekurangan; misal secara psikologis antara bakat (aptitude) dengan kemampuan (ability) memiliki garis pembatas yang sangat jelas. Kemampuan merupakan bakat yang sudah dikembangkan; dengan demikian pengertian anak berbakat sangat jauh berbeda dengan anak yang berkemampuan tinggi. Pada sisi yang lain antara bakat, kemampuan dan kecerdasan juga memiliki dimensi psikologis yang tidak sama; dengan demikian pengertian anak berbakat, anak berkemampuan tinggi dan anak berkecerdasan tinggi masing-masing memiliki nuansa yang berbeda pula. Penggunaan terminologi anak berbakat sebenarnya juga memiliki kekurangan dan ketidak-sinkronan kalau dilihat dari sistem pengukurannya. Bila dalam tulisan saya yang dimaksud anak genius ialah anak yang memiliki IQ sangat tinggi, diatas 139, yang jumlahnya diprediksi sekitar satu persen dari total kelompoknya (mengacu deskripsi Gauss) maka secara teoretik pengertian ini tidak dapat tergantikan dengan istilah anak berbakat. Kenapa? Karena untuk mengukur keberbakatan seseorang seharusnya dilakukan dengan Tes Bakat (Aptitude Test), bukan dengan Tes IQ (Intelligence Quotient).Anak-anak yang ber-iq sangat tinggi tidak secara otomatis memiliki bakat yang tinggi untuk hal-hal tertentu; demikian pula sebaliknya. Pemakaian istilah genius dalam konteks ini sebenarnya di samping terminologinya telah populer di masyarakat (awam),juga dimaksudkan sebagai penyederhanaan dari berbagai istilah yang berkembang di ladang teoritis maupun di kawasan praktis tersebut di atas; sudah ba-rang tentu dengan berbagai catatan disanasini. Memang dalam berbagai hal ada perbedaan konotatif antara anak berbakat, anak berkemampuan sangat tinggi, anak cerdas luar biasa, dsb; tetapi semuanya mempunyai kesamaan dalam hal kegeniusannya (keluar-biasaan positifnya).dengan demikian pemakaian istilah genius, dengan segala kekurangannya, kiranya dapat diterima untuk merepresentasi anak-anak yang mempunyai keluar-biasaan (positif) dalam hal keberbakatan, kemampuan, maupun kecerdasannya. Metode Seleksi Untuk bisa memberikan perlakuan kepada anak genius maka kita terlebih dulu harus bisa menentukan atau menseleksi anak-anak genius itu sendiri. Problematika yang muncul adalah bagaimana cara menseleksi anak-anak genius tersebut. Secara teoretik metode menseleksi anak genius sudah disediakan alat dan caranya; misalnya untuk menseleksi anak-anak berkecerdasan (berintelegensi) tinggi dapat digunakan dengan menggunakan Tes IQ. Sebenarnya pelaksanaan tes ini tidaklah sulit, akan tetapi ada konvensi bahwa untuk sahnya maka pelaksanaan tes

3 3 harus dilakukan oleh pakar (psikologi/pendidikan) yang sudah mendapatkan lisensi dan legalitas. Pada akhirnya tes ini tidak praktis dan boleh dikatakan hampir tidak mungkin dilakukan di sekolah-sekolah kita oleh para praktisi sekolah. Bagaimana untuk mengetes anak berbakat? Pengukuran keberbakatan seseorang lebih kompleks daripada pengukuran kecerdasan oleh karena keberbakatan dalam bidang tertentu harus diketahui terlebih dahulu. Misalnya untuk mengetes keberbakatan anak di bidang musik berbeda dengan mengetes keberbakatan di bidang kejuruan. Berbagai materi tes bakat sebenarnya sudah tersedia; antara lain adalah Tests of Special Aptitudes (TSA), The Minnesota Clerical Test (MCT),Test of Mechanical Comprehension (TMC),The Meier Aesthetic Perception Test (MAPT), The Seashore Measures of Musical Talents (SMMT), Multiple Aptitudes Batteries (MAB),The General Aptitudes Test Battery (GATB), The Differential Aptitude Tests (DAT), dan masih banyak yang lainnya. Masing-masing dari tes bakat ini memiliki tingkat kepercayaan sendiri-sendiri. Tests of Special Aptitudes (TSA) diaplikasi untuk mengukur bakat tulis-menulis, stenografi, mekanik, musik dan perangkaan. MCT yang dibakukan tahun 1933 digunakan untuk mengukur bakat tulis-menulis. TMC dikreasi oleh Bennet untuk mengukur bakat fisik anak dengan elemen permesinan. MAPT didisain untuk mengukur sensitivitas dan persepsi estetika. SMMT yang dipublikasi tahun 1919 didisain untuk mengukur bakat yang berkaitan dengan tingkatan nada (pitch), kenyaringan (loudness), irama (rhythm), timing (time), warna suara (tim-bre), dan nada (tonal). DAT dipakai untuk mengukur bakat kejuruan seseorang. Kompleksitas tes bakat tersebut makin lengkap oleh karena setiap materi tes biasanya terdiri dari berbagai komponen sekaligus;misalnya saja The Multi Aptitude Test (TMAT) yang dikembangkan Cureton, dkk (1955) terdiri dari sepuluh komponen; yaitu vocabulary, general information, arithmetic, number series, figure classification,word recognition, mechanical comprehension, letters, checking, serta paper form board. Sementara itu Differential Aptitude Tests (DAT) yang dikembangkan oleh Bennet, Seashore, and Wesman mengandung delapan komponen; yaitu verbal reasoning, numerical ability, abs-tract reasoning, clerical speed and accuracy, mechanical reasoning, space relations, spelling dan language usage. Berbagai jenis tes tersebut memang sudah teruji dan telah terakui oleh masyarakat pendidikan pada umumnya; namun demikian persoal-annya ialah tak memiliki kepraktisan yang tinggi. Implikasinya hampir tidak mungkin pelaksanaan tes bakat tersebut dilaksanakan di sekolah oleh praktisi sekolah itu sendiri. Untuk mengatasi problematik kepraktisan tersebut banyak usulan agar sekolah menggunakan Nilai Ebtanas Murni (NEM) guna mengukur kemampuan (baca: kegeniusan) anak didik; akan tetapi usulan ini akhirnya "dimentahkan" oleh para pakar pendidikan dengan adanya keraguan terhadap validitas NEM itu sendiri. Sulitnya mencari metoda yang praktis (tetapi akurat) untuk menseleksi anak-anak genius inilah yang menyebabkan pemberian perlakuan khusus secara proporsional

4 4 terhadap anak-anak genius kita menjadi belum dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah kita pada umumnya. Saya sendiri sekarang tengah mengembangkan Tes Genius yang kelak diharapkan dapat dilaksanakan secara praktis di sekolah-sekolah kita. Sekarang ini masih dalam rangka uji coba; dan dalam rencana uji cobanya di samping dilaksanakan pada anak-anak sekolah di dalam negeri juga akan dilaksanakan pada anak-anak sekolah di luar negeri (New Zealand, Australia, Malaysia, Philipina, dan Jepang). Sayang perjalanan pengembangan Tes Genius ini agak tersendat-sendat karena ada sedikit persoalan dengan sponsor. Model Pendidikan Terhadap tiga model pendidikan anak genius yang saya tawarkan melalui tulisan yang terdahulu,yaitu model percepatan (acceleration), model pengelompokan (grouping), serta model pengayaan (enrichment) ternyata tidak satu pun "penanggap" yang keberatan. Secara eksplisit maupun implisit teman-teman ilmuwan sejawat menyatakan ketersetujuannya. Terkecuali Pak Noeng hampir semuanya memberikan "ketersetujuan teoretik". Sebenarnya saya mengharapkan adanya modelmodel lain yang bisa menambah wawasan,atau setidak-tidaknya "ketersetujuan empirik"; yaitu ketersetujuan yang didasarkan pada pengalaman dalam mengembangkan model pendidikan anak genius. Secara teoretik ketiga model tersebut memang layak dikembangkan; tetapi secara empirik ternyata pengembangannya tidak semudah meniup lilin. Secara empirik saat ini saya (bersama teman-teman ahli dan praktisi pendidikan di Tamansiswa) sedang mengembangkan model pendidikan anak genius di Perguruan Tamansiswa LNG Arun, Aceh yang merupakan salah satu sekolah terbaik di negara kita. Bagaimana metode yang dipakai? Dalam hal pengembangan anak genius kami laksanakan dengan motode pengelompokan (grouping) atau ada yang menyebutnya sebagai "segregation pattern". Adapun caranya adalah anak-anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan jauh di atas rata-rata dikelompokkan di dalam kelas tersendiri untuk diberi perlakuan khusus (sesuai saran Pak Wardiman selaku Mendikbud). Kami sudah membayangkan bahwa cara ini akan menghadapi kendala yang justru berasal dari orang tua siswa; oleh karenanya cara ini masih dilakukan secara "diam-diam" (tepatnya: hati-hati). Ternyata apa yang kami bayangkan memang benar; yaitu banyak orangtua yang menghubungi sekolah, bertanya atau complain, tentang mengapa anaknya tidak dimasukkan di dalam "kelas khusus" tersebut. Anehnya: ada orangtua yang anaknya bukan termasuk genius meminta dengan sangat agar anaknya dimasukkan dalam "kelas khusus". Dari sisi edukatif permintaan ini cukup aneh karena bila bukan anak genius dimasukkan dalam "kelas khusus" yang genius maka si anak tersebut justru dapat merasa tersiksa karena akan ditinggal "lari" oleh teman-teman sekelasnya. Pengertian dan kesadaran seperti inilah yang belum dimiliki oleh semua orang tua

5 5 siswa; dan ini merupakan kendala dari sistem aplikasi model pendidikan anak genius itu sendiri. Dalam realitasnya setiap model pendidikan anak genius memang memiliki kendala yang spesifik; meskipun demikian bukan berarti kita lantas harus menyerah. Kita harus terus bereksperimentasi dan beraksi nyata untuk mengembangkan potensi anak-anak genius kita. Kalau AS bisa, kalau China bisa, kita pun harus bisa!!!***** BIODATA SINGKAT; *: DR. Ki Supriyoko, M.Pd *: Ketua Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Luhur Tamansiswa; Direktur Lembaga Studi Pembangunan Indonesia (LSPI); serta Ketua Bidang Pukom Yogyakarta Academy of Sciences (YAS) *: Pengamat dan peneliti masalah-masalah pendidikan

Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si

Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si TES BAKAT Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si faridaagus@yahoo.co.id Pengertian Bakat Suatu Kombinasi dari serangkaian karakteristik kemampuan individu untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, atau serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Saat ini masih banyak siswa SMA yang bingung dan ragu untuk menentukan program studi di perguruan tinggi yang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Biasanya

Lebih terperinci

Adhyatman Prabowo, M.Psi

Adhyatman Prabowo, M.Psi Adhyatman Prabowo, M.Psi MATERI I: 1.Konsep Bakat 2.Teori Tes Bakat 3.Tes bakat & Intelegensi 4.Tes bakat & Kreativitas 5.Macam Tes Bakat: 6.Tes Bakat DAT 7.Tes Bakat GATB 8.Tes Bakat FACT 9.Keterbatasan

Lebih terperinci

TES KELOMPOK : TES INTELIGENSI & TES MINAT DAN BAKAT. Kuliah 9 Pengantar Psikodiagnostik

TES KELOMPOK : TES INTELIGENSI & TES MINAT DAN BAKAT. Kuliah 9 Pengantar Psikodiagnostik TES KELOMPOK : TES INTELIGENSI & TES MINAT DAN BAKAT Kuliah 9 Pengantar Psikodiagnostik Pengantar : Tes Kelompok Tes kelompok biasanya digunakan pada bidang pendidikan, pemerintahan, industri, dan militer

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG

PENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG PENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG TES BAKAT & MINAT DEFINISI BAKAT & TES BAKAT Suatu Bakat adalah suatu konsistensi karakteristik yg menunjukkan kapasitias seseorang untuk menguasai

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli 1990 MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Ironis! Itulah kata-kata yang paling tepat untuk melukiskan terjadinya kekosongan

Lebih terperinci

5 Tes Bakat Diah Widiawati, M.Psi

5 Tes Bakat Diah Widiawati, M.Psi www.mercubuana.ac.id Pada pertemuan yang lalu, kita membahas mengenai Inteligensi, sebagai salah satu aspek dalam diri manusia yang perlu diketahui ; dan Tes Inteligensi sebagai alat untuk mengukur inteligensi

Lebih terperinci

9 Battery Test FACT Diah Widiawati, M.Psi

9 Battery Test FACT Diah Widiawati, M.Psi www.mercubuana.ac.id Pada pertemuan lalu, kita sudah membahas mengenai Battery Test, yaitu DAT dan GATB. Masih ada satu kelompok Battery Test lagi yang perlu kita bahas. Pada pertemuan minggu ini, kita

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September 1990 YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko Tiga kali berpartisipasi dan tiga kali pula tidak sanggup berprestasi.

Lebih terperinci

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences BAKAT & INTELEGENSI BAKAT INTELEGENSI 2 Kemampuan Mental I. INTELEGENSI Sejarah Intelegensi - Wundt (Jerman) - Galton (Inggris) - Cattel (AS) Melakukan tes thd anak, dgn soal yg mudah Individual Differences

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajarnya yang diukur

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Tes Individu Tes Kelompok Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Tes Individu Tes yang diberikan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987 Menyambut Diskusi Ilmiah Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri: MENYEDERHANAKAN MODEL TESTING PERGURUAN TINGGI NEGERI

Lebih terperinci

Pendekatan thd intelegensi. General factor specific factor

Pendekatan thd intelegensi. General factor specific factor Intelegensi Kemampuan kognitif yang dimiliki individu untuk Mempelajari pengalaman baru Menalar dengan baik Menyelesaikan masalah dengan efektif Seberapa baik seorang individu memanfaatkan kemampuan kognitif

Lebih terperinci

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999 Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999 MENGEVALUASI PELAKSANAAN EBTANAS DI SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA Oleh : Ki Supriyoko Pada awal s/d pertengahan Mei nanti pemerintah

Lebih terperinci

Mata kuliah : Pendidikan Anak Berbakat

Mata kuliah : Pendidikan Anak Berbakat Mata kuliah : Pendidikan Anak Berbakat Materi-1 : Hakekat dan Definisi Keberbakatan A. Hakekat Keberbakatan: Keberbakatan : Indonesia : Anak Genius, Anak Supernormal, Anak Cemerlang, Anak Berkemampuan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni 1996 RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Barangkali kita masih teringat akan pengalaman sekitar dua atau tiga tahun lalu

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus 1988 MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko Salah satu kompleksitas utama yang dihadapi oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik (Sobur, 2009: 30). Dalam hal ini, media digunakan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989 MENUJU "RESEARCH UNIVERSITY" SEBAGAI PERGURUAN TINGGI DI MASA DEPAN Oleh : Ki Supriyoko Adalah Department of Electrical Engineering

Lebih terperinci

PSIKOLOGI INDUSTRI. Berbagai Kemampuan Manusia. Agus Riyanto,M.T Bandung, Psikologi Industri 1

PSIKOLOGI INDUSTRI. Berbagai Kemampuan Manusia. Agus Riyanto,M.T Bandung, Psikologi Industri 1 PSIKOLOGI INDUSTRI Berbagai Kemampuan Manusia Agus Riyanto,M.T Bandung, 2007 Psikologi Industri 1 Berbagai Kemampuan Manusia Pengantar Kemampuan dasar manusia Kemampuan yang berkaitan dengan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan sekarang ini menghadapkan individu pada situasi yang penuh persaingan. Situasi kehidupan ini selain memberi dampak yang positif tetapi juga memberi

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Aplikasi Penggunaa Tes Psikologi (Pendidikan & Pekerjaan) Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA. Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung)

PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA. Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung) PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung) HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari 1989 AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Kalau Direktur Perguruan Tinggi Depdikbud, Prof. Dr. Soekadji Ranoewihardjo

Lebih terperinci

SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN. Konsep, Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si

SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN. Konsep, Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN Konsep, Dan Definisi Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si yuyus@upi.edu HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI KEPANDAIAN BERPIDATO ROMAWI

Lebih terperinci

Validitas KriteriaSubtes EAS 4 Ketelitian dan Kecepatan Visual. Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Validitas KriteriaSubtes EAS 4 Ketelitian dan Kecepatan Visual. Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Validitas KriteriaSubtes EAS 4 Ketelitian dan Kecepatan Visual Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan ] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas subtes EAS 4 Kecepatan

Lebih terperinci

Cabang-cabang psikologi perkembangan fungsionalisme

Cabang-cabang psikologi perkembangan fungsionalisme Modul ke: Cabang-cabang psikologi perkembangan fungsionalisme Tokoh-tokoh Fakultas Psikologi Ainul Mardiah, M.Sc Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Arnold Lucious Gessel (1880-1961) Gesell dikenal

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TES INTELIGENSI, TES BAKAT, DAN TES MINAT

KONSEP DASAR TES INTELIGENSI, TES BAKAT, DAN TES MINAT KONSEP DASAR TES INTELIGENSI, TES BAKAT, DAN TES MINAT TES INTELIGENSI adalah Tes yang mengukur kemampuan/kecerdasan secara umum Macam-macam TI : WAIS-Weschler Adult Intelligence Scale WISC-Weschler Intelligence

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November 1987 TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko ( Bagian Terakhir dari Dua Tulisan ) Berbeda dengan SMA yang

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 MENCERMATI FENOMENA LANGKA EKSAKTA TANTANGAN UNTUK DEPDIKBUD Oleh : Ki Supriyoko Dunia pendidikan kita dewasa ini nampaknya tengah

Lebih terperinci

INTELIGENSI. Pertemuan pertama

INTELIGENSI. Pertemuan pertama INTELIGENI Pertemuan pertama Materi Perbedaan Inteligensi dan IQ Pengertian Inteligensi Pendekatan Inteligensi Teori-teori Inteligensi Manfaat T I U etelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. ujuan...... C. Ruang Lingkup... II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika 1. Hasil Belajar Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil (product) merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

Lebih terperinci

ANAK BERBAKAT BERPRESTASI KURANG (THE UNDERACHIEVING GIFTED) DAN STRATEGI PENANGANANNYA. Oleh Rochmat Wahab

ANAK BERBAKAT BERPRESTASI KURANG (THE UNDERACHIEVING GIFTED) DAN STRATEGI PENANGANANNYA. Oleh Rochmat Wahab ANAK BERBAKAT BERPRESTASI KURANG (THE UNDERACHIEVING GIFTED) DAN STRATEGI PENANGANANNYA Oleh Rochmat Wahab PENGANTAR ANAK BERBAKAT BERPRESTASI KURANG (AB2K) MERUPAKAN ISTILAH YANG AMBIGIU SEBAGIAN BESAR

Lebih terperinci

MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak

MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak PROBLEMA DALAM MENERAPKAN TES INTELIGENSI dan IQ MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak bisa

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1. Definisi status nutrisi Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran nutrisi, terlihat

Lebih terperinci

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York)

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) Pendahuluan Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi melalui tes Binet (1937)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. PISA atau Program for International Student Assessment yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. PISA atau Program for International Student Assessment yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PISA atau Program for International Student Assessment yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) adalah sebuah program internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum

PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum PSIKOLOGI PENDIDIKAN Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum Perkembangan Kecerdasan & Kreatifitas Kecerdasan diturunkan dari inteligensi Inteligensi: Seperangkat kemampuan untuk memproses operasi yang memungkinkan

Lebih terperinci

Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir

Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir Intelegensi Intelegensi Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir 2. Kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru 3. Kemampuan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PESERTA DIDIK

PENGELOMPOKAN PESERTA DIDIK PENGELOMPOKAN PESERTA DIDIK Latar Belakang Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa di samping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan yang penting. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah untuk anak-anak berpendidikan khusus. Berbicara tentang SLB, tidak akan lepas dari keberadaan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus),

Lebih terperinci

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005 Metodologi Penelitian Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005 PENDEKATAN SAINS MODERN PENDEKATAN SAINS Pendekatan terhadap fenomena dengan menyederhanakan kompleksitas fenomena dan mengisolasi fenomena

Lebih terperinci

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : 06320004 Matkon IV A A. ARTIKEL MENGAJAR SISWA YANG BERAGAM DENGAN ANEKA CARA 19 September 2007 Dunia pendidikan sesungguhnya dipenuhi berbagai kebhinekaan. Sebab, tidak

Lebih terperinci

KONSEPSI PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT

KONSEPSI PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT KONSEPSI PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT Oleh : Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. MA. Dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta PENGANTAR PENGALAMAN REFORMASI PENDIDIKAN AS SEBAGAI RESPON TERHADAP PRESTASI RUSIA YANG

Lebih terperinci

2. DIMENSI SASARAN UKUR

2. DIMENSI SASARAN UKUR BAB 2 SASARAN UKUR A. HAKIKAT 1. BENTUK SASARAN UKUR SASARN UKUR ADALAH ATRIBUT (CIRI, SIFAT, KARAKTERISTIK) DARI ORANG, OBJEK, ATAU PERISTIWA (SUBJEK, RESPONDEN) MISAL: SIKAP KARYAWAN ATRIBUT TINGGI ATRIBUT

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN DI JAWA BARAT Oleh : Ki Supriyoko Salah satu survei kependudukan, KB, dan kesehatan yang

Lebih terperinci

Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002

Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002 Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002 PRAKTEK MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) MENUJU KEMANDIRIAN SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum telah menjadi bagian terpenting dalam dunia pendidikan. kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran dan metode

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK SISWA

ANALISIS KARAKTERISTIK SISWA ANALISIS KARAKTERISTIK SISWA Ahmad Fauzi, M.Pd PENGERTIAN KARAKTERISTIK SISWA Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu

Lebih terperinci

UPAYA PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK ISTIMEWA MELALUI PROGRAM AKSELERASI OLEH PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

UPAYA PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK ISTIMEWA MELALUI PROGRAM AKSELERASI OLEH PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN UPAYA PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK ISTIMEWA MELALUI PROGRAM AKSELERASI OLEH TIM LABORATORIUM JURUSAN PSIKOLOGI TIM LABORATORIUM JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN Yang dimaksud dengan DEFINISI anak

Lebih terperinci

untuk pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah. kontrol, perencanaan dan administrasi kesiswaan (student body). Di sekolah, baik

untuk pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah. kontrol, perencanaan dan administrasi kesiswaan (student body). Di sekolah, baik 2 keseluruhan proses penyelenggaraan usaha kerjasama dalam bidang kesiswaan untuk pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah. Di lingkungan setiap sekolah pengelolaan kesiswaan memerlukan kegiatan perencanaan,

Lebih terperinci

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi November PENULISAN SEJARAH NASIONAL DALAM KURIKULUM SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi November PENULISAN SEJARAH NASIONAL DALAM KURIKULUM SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi November 1998 PENULISAN SEJARAH NASIONAL DALAM KURIKULUM SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko "Historian write history for the government, but educational

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN I. Pendidikan Anak Berbakat A. Pengalaman Mancanegara & Indonesia Amerika Serikat - 1958 diadakan konferensi ttg pendidikan yg b tuj utk menemukan org

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN 1 BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN a.i.a. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Hasil Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Ada pengaruh signifikan secara parsial

Lebih terperinci

Mengembangkan Bakat Anak

Mengembangkan Bakat Anak A. Artikel Mengembangkan Bakat Anak Oleh: Andi Sri Suriati Amal Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari:

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari: KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA Dina Amelia 702011094 Mario da Costa 702011901 A. ANALISIS PEMBELAJARAN Analisis pembelajaran adalah: langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran.

Lebih terperinci

data yang selanjutnya diikuti dengan menata, menilai, dan menafsirkan data yang terkumpul.

data yang selanjutnya diikuti dengan menata, menilai, dan menafsirkan data yang terkumpul. GLOSARIUM A Ability: Kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan

Lebih terperinci

TERMAN IQ RENZULI KECERD, TASK COMMIT & KREATIVITAS TYLER & TORRANCE IQ + KREATIVITAS

TERMAN IQ RENZULI KECERD, TASK COMMIT & KREATIVITAS TYLER & TORRANCE IQ + KREATIVITAS PENDIDIKAN ANAK DENGAN POTENSI KECERDASAN DAN BERBAKAT ISTIMEWA HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI KEPANDAIAN BERPIDATO ROMAWI KEPANDAIAN BERPERANG TERMAN

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991 SKEMA DEMOGRAFIS PENDUDUK DIY Oleh : Ki Supriyoko Mayoritas atau sebagian besar penduduk pedesaan di Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat dan bakat merupakan dua faktor internal yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Minat dan bakat merupakan dua faktor internal yang sangat erat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minat dan bakat merupakan dua faktor internal yang sangat erat hubungannya dengan pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah. Minat sebagai suatu aspek kejiwaan

Lebih terperinci

Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si

Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si INTELIGENSI Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si faridaagus@yahoo.co.id Inteligensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri (Tyler, 1956, Wechsler 1958, Sorenson, 1977), Tyler (1956) mengkaitkan inteligensi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa tahun belakangan ini, penggunaan tes psikologi sudah semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

TES INTELLIGENSI. NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP

TES INTELLIGENSI. NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP TES INTELLIGENSI NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP INTELIGENSI, APAKAH ITU? Adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan anak gifted menjadi sangat bernilai. Potensinya yang unggul dalam intelektualitas, kreativitas, dan motivasi menjadikan anak berbakat sebagai kekayaan

Lebih terperinci

TEORI INTELEGENSI GUILFORD

TEORI INTELEGENSI GUILFORD TEORI INTELEGENSI GUILFORD SEJARAH Joy Paul Guilford adalah seorang psikologi berkebangsaan Amerika. Guilford lahir di Marquuette, Nebraska pada tanggal 7 Maret 1807. Semasa masih kecil, Guilford memiliki

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus 1990 KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko Sebuah tradisi akademik yang terjadi pada setiap awal tahun ajaran baru di perguruan

Lebih terperinci

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi PENGUKURAN PSIKOLOGI Peristilahan Tes Penilaian Ujian Assesmen Pengukuran Evaluasi Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi Pengukuran psikologi mengandung makna diagnostik

Lebih terperinci

TEORI DAN PRAKTIK PEMAHAMAN INDIVIDU TEKNIK TESTING. Drs. Susilo Rahardjo, M.Pd., Kons. & Edris Zamroni, S.Pd., M.Pd.

TEORI DAN PRAKTIK PEMAHAMAN INDIVIDU TEKNIK TESTING. Drs. Susilo Rahardjo, M.Pd., Kons. & Edris Zamroni, S.Pd., M.Pd. TEORI DAN PRAKTIK PEMAHAMAN INDIVIDU TEKNIK TESTING Drs. Susilo Rahardjo, M.Pd., Kons. & Edris Zamroni, S.Pd., M.Pd. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Universitas

Lebih terperinci

Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko

Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Para pengguna komputer yang bereksperimentasi dan beraplikasi dengan program tulis-menulis,

Lebih terperinci

AWAS! JEBAKAN NUMERIK: PERINGKAT, NEM, DAN IPK

AWAS! JEBAKAN NUMERIK: PERINGKAT, NEM, DAN IPK AWAS! JEBAKAN NUMERIK: PERINGKAT, NEM, DAN IPK Oleh: Hendra Gunawan Di pertengahan tahun, anda mungkin sempat mendengarkan dua orangtua murid berbincang-bincang tentang anaknya yang baru saja naik kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas hasil-hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar Membaca dan menulis siswa kelas I SD Negeri I Kedungrejo, setelah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik. Karakteristik kognitif siswa dipengaruhi oleh perhatian

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 April TINJAUAN FILOSOFIS KONSEP CBSA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 April TINJAUAN FILOSOFIS KONSEP CBSA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 April 1988 TINJAUAN FILOSOFIS KONSEP CBSA Oleh : Ki Supriyoko Dalam hak pengembangan kemampuan anak didik maka setidak-tidaknya ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang berkebutuhan khusus (tunanetra, tunarungu, tunagrahita ringan, autisme, lambat belajar dan tunalaras),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of. kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of. kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of Multiple Intelligens ( 1983 ), bahwa kecerdasan memiliki tujuh komponen. Beliau menamakan

Lebih terperinci

TES PSIKOLOGIS (TES KUDER ) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung

TES PSIKOLOGIS (TES KUDER ) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung TES PSIKOLOGIS (TES KUDER ) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung KUDER PREFERENCE RECORD- VOCATIONAL Preference Record untuk vokasional ini diciptakan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah negara. 2 Sementara fungsi dan tujuan pendidikan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut the process of training and developing the knowledge,

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 ANALISIS POTENSI AKADEMIK YOGYAKARTA UNTUK MENYONGSONG WAJIB BELAJAR SMTP Oleh : Ki Supriyoko Pembicaraan tentang masalah

Lebih terperinci

IFA H. MISBACH, PSIKOLOG JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

IFA H. MISBACH, PSIKOLOG JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Metode Dasar Assessment Wawancara Observasi IFA H. MISBACH, PSIKOLOG JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Wawancara : Keterampilan dasar yang perlu dikuasai klinisi Wawancara sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dituntut untuk dapat belajar atau menuntut ilmu sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan hanya mengetahui jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986 Tanggapan Atas Tanggapan Sdr. Ahmad Abu Hamid: STTB : ANTARA TARGET DAN KUALITAS Oleh : Ki Supriyoko Artikel saya yang termuat

Lebih terperinci

KURANGNYA FAKTOR-FAKTOR KEMAMPUAN INTELEKTUAL YANG MENGHAMBAT MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN UJIAN SKRIPSI PADA KAMPUS STIE PANCASETIA BANJARMASIN

KURANGNYA FAKTOR-FAKTOR KEMAMPUAN INTELEKTUAL YANG MENGHAMBAT MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN UJIAN SKRIPSI PADA KAMPUS STIE PANCASETIA BANJARMASIN KURANGNYA FAKTOR-FAKTOR KEMAMPUAN INTELEKTUAL YANG MENGHAMBAT MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN UJIAN SKRIPSI PADA KAMPUS STIE PANCASETIA BANJARMASIN KHAIRUNNISA ABSTRAKSI Kemampuan intelektual sangatlah penting

Lebih terperinci

Oleh: Idha Handayani

Oleh: Idha Handayani PENGARUH INTELLIGENT QUOTIENT (IQ) DAN KEMAMPUAN TILIKAN RUANG TERHADAP KEMAMPUAN MENGGAMBAR TEKNIK SISWA Oleh: Idha Handayani ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan Intelligent Quotient,

Lebih terperinci

pekerjaan (19,8) tidak bebeda dengan persentase lulusan STM negeri (20,1) dan

pekerjaan (19,8) tidak bebeda dengan persentase lulusan STM negeri (20,1) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengemban misi untuk menghasilkan tamatan yang terampil guna dapat mengisi lapangan kerja sesuai dengan bidangnya, meskipun di

Lebih terperinci

Akselerasi 05/23/11. A. Konsep Cerdas Istimewa

Akselerasi 05/23/11. A. Konsep Cerdas Istimewa A. Konsep Cerdas Istimewa Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggunakan istilah warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Penggunaan istilah potensi

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian WAWASAN, terbit di Semarang, Edisi 8 Maret MERINDUKAN JURNAL SEAMEC YANG BERWIBAWA Oleh: Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian WAWASAN, terbit di Semarang, Edisi 8 Maret MERINDUKAN JURNAL SEAMEC YANG BERWIBAWA Oleh: Ki Supriyoko Surat Kabar Harian WAWASAN, terbit di Semarang, Edisi 8 Maret 1988 MERINDUKAN JURNAL SEAMEC YANG BERWIBAWA Oleh: Ki Supriyoko Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kita, Pprof Dr Fuad Hassan dalam konperensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of Multiple Intelligens ( 1983 ), bahwa kecerdasan memiliki tujuh komponen. Beliau menamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Terdapat banyak cara untuk mempelajari perilaku manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri ada beberapa faktor pokok yang dapat membantu suatu industri menajadi lebih baik dan lebih maju, faktor-faktor tersebut ialah modal, tanaga

Lebih terperinci