Pengertian. 4 Tes Inteligensi Diah Widiawati, M.Psi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengertian. 4 Tes Inteligensi Diah Widiawati, M.Psi."

Transkripsi

1 Pengertian Istilah inteligensi banyak sekali didengar dan dipergunakan oleh masyarakat luas. Pada umumnya, masyarakat akan mendefinisikan inteligensi sebagai kecerdasan, kepintaran, atau kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Definisi yang disebutkan masyarakat ini tentu saja tidak jauh berbeda dengan definisi yang dinyatakan oleh para ahli. Para ahli berpendapat untuk tidak membicarakan atau memberi batasan yang jelas mengenai inteligensi, karena inteligensi merupakan status mental yang tidak memerlukan definisi. Para ahli lebih memusatkan perhatian kepada perilaku inteligen, seperti kemampuan memahami dan menyelesaikan masalah dengan cepat, kemampuan mengingat, kreativitas yang tinggi, atau daya imajinasi yang berkembang. Namun demikian, kita perlu mengetahui bagaimana definisi inteligensi menurut beberapa ahli, seperti : 1. Francis Galton. Galton tidak mengemukakan secara jelas mengenai definisi inteligensi. Namun, ia percaya bahwa orang yang memiliki inteligensi tinggi adalah orang yang memiliki kemampuan untuk bekerja dan peka terhadap stimulus fisik. Paham Galton ini merupakan pendekatan berciri psikofisik. 2. Alfred Binet ( ) dan Theodore Simon. Menurut Binet & Theodore Simon, inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri (autocriticism). 3. Lewis Madison Terman. Pada tahun 1916, Terman mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak. 4. H. H. Goddard. Pada tahun 1946, Goddard mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah yang akan datang. 5. V.A.C. Henmon. Henmon adalah salah seorang penyusun Tes Kelompok Henmon- Nelson. Helmon mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh. 6. Baldwin. Pada tahun 1901, ia mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami. 1

2 7. Edward Lee Thorndike ( ). Thorndike adalah tokoh Psikologi Fungsionalisme. Pada tahun 1913, ia menyatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. 8. George D. Stoddard pada tahun 1941 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan memahami masalah yang sukar, kompleks, abstrak, ekonomis, diarahkan pada tujuan, mempunyai nilai sosial, dan berasal dari sumbernya. 9. Walters dan Gardner pada tahun 1986 mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah. 10. Flynn pada tahun 1987 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. 11. David Wechsler menyatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan bertindak secara terarah, berpikir rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh ahli sesuai dengan konsep masyarakat mengenai inteligensi, yang mencakup tiga faktor kemampuan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sternberg pada tahun 1981, yang tertuang dalam tabel di bawah ini. Kemampuan Memecahkan Masalah Kemampuan Verbal Kemampuan Sosial Awam / Masyarakat Memiliki nalar baik, melihat hubungan antara berbagai hal, melihat masalah secara menyeluruh, berpikiran terbuka Berbicara dengan artikulasi baik, lancar, memiliki pengetahuan di bidang tertentu. Menerima orang lain apa adanya, mengakui kesalahan, tertarik pada masalah sosial, mampu menepati janji. Ahli Mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan dengan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, berpikiran jernih. Memiliki kosakata baik, membaca dengan penuh pemahaman, memiliki rasa ingin tahu. Mengetahui situasi, mengetahui cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar. 2

3 Inteligensi memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu : Pertama, Faktor Bawaan atau Keturunan. Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara dua anak kembar, korelasi nilai tes IQ nya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang di adopsi, yaitu IQ mereka berkorelasi antara 0,40 0,50 dengan ayah ibu sebenarnya, dan 0,10 0,20 dengan ayah ibu angkatnya. Selain itu, bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mereka tidak pernah saling kenal. Kedua, Faktor Lingkungan. Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan mampu menimbulkan perubahanperubahan yang berarti. Intelegensi tentu tidak terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang penting. Pendekatan Ada empat pendekatan umum dalam memahami hakikat inteligensi, yaitu : 1. Pendekatan Teori Belajar. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada perilaku yang tampak, yaitu respon seseorang terhadap situasi tertentu dan cara menyesuaikan diri terhadap situasi tersebut. Ahli teori Belajar meyakini bahwa perilaku inteligen adalah perilaku yang berisi proses belajar pada tingkat tinggi dan respon khusus terhadap tuntutan dari luar. Artinya, inteligensi bukanlah sifat kepribadian (trait) tetapi merupakan kualitas hasil belajar yang telah terjadi. 2. Pendekatan Neurobiologis. Pendekatan ini meyakini bahwa inteligensi memiliki dasar anatomis dan biologis. 3. Pendekatan Psikometris. Pendekatan ini menyatakan bahwa inteligensi merupakan suatu konstrak (construct) atau sifat (trait) psikologis yang berbeda-beda pada setiap orang. Pendekatan ini hanya terfokus pada skor individu yang dilihat secara kuantitatif dari banyaknya jawaban yang benar pada suatu tes inteligensi. 4. Pendekatan Teori Perkembangan. Pendekatan ini bersifat kualitatif dan meyakini bahwa ada pola respon tertentu yang terkait dengan tingkatan usia tertentu. 3

4 Teori-teori Inteligensi Ada beberapa teori inteligensi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, seperti : 1. Alfred Binet. Binet percaya bahwa inteligensi bersifat monogetik, artinya berkembang hanya dari faktor umum (g) atau kriteria tertentu. 2. Edward Lee Thorndike. Thorndike menyatakan bahwa inteligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditunjukkan dalam berbagai perilaku inteligen. Thorndike meyakini bahwa tingkat inteligensi tergantung pada banyaknya neural connection / ikatan syaraf antara rangkaian stimulus dan respon karena adanya penguatan yang dialami seseorang. Abstraksi Sosial Mekanik Thorndike mengklasifikasikan inteligensi ke dalam tiga kemampuan, yaitu : (a) Abstraksi atau kemampuan bekerja dengan menggunakan gagasan atau simbol ; (b) Mekanik atau kemampuan bekerja dengan menggunakan alat mekanis dan kemampuan melakukan pekerjaan yang memerlukan aktivitas indera gerak (sensory-motor) ; (c) Sosial atau kemampuan untuk menghadapi orang lain dengan cara yang efektif. Inteligensi 3. Charles E Spearman. Teori Spearman adalah Two Factor Theory. Spearman menyatakan bahwa inteligensi mengandung dua komponen kualitatif, yaitu: Eduksi Relasi, kemampuan menemukan hubungan dasar yang berlaku di antara dua hal. r Eduksi Korelasi, kemampuan menerapkan hubungan dasar yang telah ditemukan dalam proses Eduksi Relasi sebelumnya ke dalam situasi baru. r F1 F2 panjang pendek (lawan kata) F1 F2 tinggi? (lawan kata) 4

5 Konsep Spearman ini yang disebut sebagai proses ENCODING INFERENCE (penyimpulan) APPLICATION (aplikasi). 4. Louis Leon Thurstone & Thelma Gwinn Thurstone. Thurstone meyakini bahwa tidak ada faktor umum (g) dalam inteligensi. Ia percaya bahwa inteligensi terdiri atas kemampuan mental primer. Kemampuan mental primer terdiri dari enam faktor kemampuan, yaitu : (a) Verbal, pemahaman akan hubungan kata, kosa kata, penguasaan komunikasi lisan ; (b) Number, kecermatan dan ketepatan dalam penggunaan fungsi-fungsi hitung dasar ; (c) Spatial, kemampuan mengenali berbagai hubungan dalam bentuk visual ; (d) Word Fluency, kemampuan mencerna dengan cepat kata-kata tertentu ; (e) Memory, kemampuan mengingat gambar, pesan, angka, kata, atau pola ; (f) Reasoning, kemampuan memecahkan masalah atau mengambil kesimpulan dari contoh, aturan, prinsip. 5. Cyril Burt. Inteligensi umum Proses relational Memory-Habit (Ingatan-Kebiasaan) perceptual-movement (pengamatan-gerakan) sensor-motor (penginderaan-penggerak) Burt meyakini bahwa inteligensi merupakan kumpulan kemampuan yang terorganisasikan secara hierarkhis. Artinya, kemampuan mental terbagi atas beberapa faktor yang berada pada tingkatan yang berbeda. 6. Philip Ewart Vernon. Vernon mengemukakan model Faktor inteligensi umum g hirarkis dalam menjelaskan teori mengenai inteligensi. Faktor kelompok minor Faktor kelompok spesifik Verbal educational Spatial perceptual practical s s 5

6 7. Joy Paul Guilford. Guilford terkenal dengan teori yang bernama Structure of Intellect. Model teori ini diilustrasikan dengan gambar kotak 3 dimensi, dimana masingmasing dimensi mewakili satu klasifikasi faktor intelektual yang bersesuaian satu sama lain Dimensi II (Operasi) merujuk pada cara suatu informasi itu diproses. Dimensi II terdiri dari : (1) Kognisi, menemukan atau mengenali kembali suatu informasi ; (2) Ingatan, mengangkat kembali informasi yang pernah diterima ke atas kesadaran ; (3) Produksi Konvergen, memanfaatkan informasi yang diterima untuk mendapat jawaban yang benar ; (4) Produk Divergen, dengan cara berpikir kreatif ; (5) Evaluasi, menilai informasi itu baik-buruk atau benar-salah. Dimensi I (Isi) merujuk pada tipe informasi yang sedang diproses. Dimensi I terdiri dari : (1) Figur, informasi berupa bentuk yang menggambarkan suatu objek ; (2) Simbol, informasi yang diproses memiliki arti lain dari bentuk yang dilihat ; (3) Semantik, informasi diproses harus disajikan secara lisan ; (4) Perilaku, informasi yang diterima berupa perilaku orang lain. Dimensi III (Produk) merujuk pada hasil pemrosesan yang dilakukan dimensi Operasi terhadap dimensi Isi. Dimensi III terdiri dari : (1) Satuan, respon tunggal ; (2) Kelas, respon kelompok kelas ; (3) Relasi, satuan yang saling berhubungan ; (4) Sistem, respon yang terorganisasi secara keseluruhan ; (5) Transformasi, perubahan satu jenis produk ke jenis lain ; (6) Implikasi, produk yang hasilnya berlaku di luar data yang diproses. 8. C. Halstead Teori Halstead merupakan teori inteligensi dengan pendekatan neurobiologist. Ia berpendapat bahwa ada sejumlah fungsi otak yang berkaitan dengan inteligensi. Ada empat faktor inteligensi yang oleh Halstead disebut sebagai Inteligensi Biologis. Empat faktor tersebut adalah : (1) Central Integrative, kemampuan mengorganisasikan pengalaman [pengalaman masa lalu + hasil belajar = pengalaman baru] ; (2) Abstraction, kemampuan mengelompokkan sesuatu dengan 6

7 cara yang berbeda, melihat persamaan-perbedaan diantara benda, konsep, peristiwa ; (3) Power, kemampuan mengendalikan emosi, sehingga kemampuan rasional dan intelektual dapat berkembang ; (4) Directional, kemampuan memberikan arah dan sasaran. 9. Donald Olding Hebb. Hebb membedakan inteligensi menjadi dua macam, yaitu : a. Inteligensi A yang merupakan kemampuan dasar manusia / human basic potentiality untuk belajar dari lingkungan. Inteligensi ini ditentukan kompleksitas dan kelenturan sistem syaraf pusat yang dipengaruhi oleh gen. b. Inteligensi B yang merupakan tingkat kemampuan yang diperlihatkan seseorang dalam bentuk perilaku yang dapat diamati secara langsung. Inteligensi ini disebut juga kemampuan aktual (potensi genetik + stimulasi lingkungan). 10. Raymond Bernard Cattell. Cattell mengklasifikasikan inteligensi menjadi dua macam, yaitu : a. Fluid, inteligensi yang merupakan faktor bawaan biologis, yang diperoleh sejak lahir. Inteligensi ini sangat penting dalam keberhasilan melakukan tugas yang menuntut kemampuan adaptasi pada situasi baru. Inteligensi ini cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun. b. Crystallized, inteligensi yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan, dan kebudayaan dalam diri seseorang. Inteligensi ini masih dapat terus berkembang sampai usia 30 atau 40 tahun an. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelligensi jenis ini tergantung pada bertambahnya pengalaman dan pengetahuan. 11. Howard Gardner. Gardner terkenal dengan konsep teori Inteligensi Majemuk, dimana konsep teori ini merupakan sanggahan terhadap konsep tunggal inteligensi. Ada beberapa jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner, diantaranya adalah Kecerdasan Linguistik, Matematis-Logis, Spatial, Musik, Kinestetik, Interpersonal, Intrapersonal, dan Naturalis. 7

8 12. Jean Piaget. Teori inteligensi Piaget menekankan pada aspek perkembangan kognitif. Pada dasarnya, Piaget lebih melihat inteligensi pada aspek isi, struktur, dan fungsinya. Ada empat jenis inteligensi yang dikemukakan oleh Piaget, sesuai dengan tahap perkembangan kognitif, yaitu : a. Inteligensi Praktis / Motor-Indera, yaitu inteligensi yang berkembang sesuai perkembangan motor indera. Inteligensi ini merupakan dasar dari semua inteligensi yang lain. Inteligensi ini membantu anak belajar sesuatu sekalipun belum mampu memikirkan perbuatannya. b. Inteligensi Praoperasional, yaitu inteligensi yang memiliki ciri : Pertama, mampu berpikir intuitif, sehingga mampu memahami tugas dan situasi kompleks. Kedua, mampu berpikir kompleksif, yaitu berpikir dengan jalan tidak menyatukan beberapa pemikiran ke dalam satu konsep, tetapi dengan meloncat dari satu gagasan ke gagasan lain. Ketiga, menempatkan sifat manusia pada benda mati, misalnya mengatakan bahwa lantai itu jahat, setelah anak jatuh di lantai. c. Inteligensi Operasional, inteligensi yang memiliki ciri memahami operasi nyata. Bentuk operasi nyata adalah : Konversi, perubahan dapat terjadi secara bolak balik ; dan Klasifikasi, penggolongan sesuatu menurut jenis atau tingkatan. d. Inteligensi Operasional Formal, inteligensi yang memiliki ciri mampu berpikir hipotetik, mampu menguji secara sistematik berbagai penjelasan mengenai kejadian tertentu,dan mampu berpikir abstrak. 13. Robert J Sternberg. Teori Sternberg dikenal dengan nama Teori Inteligensi Triarchic. Teori ini menjelaskan hubungan antara inteligensi dengan dunai internal, dunia eksternal, dan pengalaman seseorang. 8

9 Jenis dari Tes Inteligensi Ada banyak jenis Tes Inteligensi, yang dikembangkan sesuai masing-masing asumsi dari beberapa tokoh. Berdasarkan target usia, beberapa jenis Tes Inteligensi tersebut ada yang ditujukan untuk anak-anak, remaja, atau orang dewasa. Berdasarkan jumlah subjek, Tes Inteligensi dibedakan menjadi Tes Inteligensi Individual dan Tes Inteligensi Kelompok atau Klasikal. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa jenis Tes Inteligensi. Tes Stanford Binet. Tes Binet ini adalah tes yang dikelompokkan menurut berbagai level usia (Usia II - Usia Dewasa-Superior). Setiap level usia berisi enam subtes dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda dan terdapat juga tes pengganti yang setara. Tes ini disajikan secara individual. Tes Binet revisi 1986, memiliki konsep bahwa inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes, yaitu : (1) Penalaran Verbal ; (2) Penalaran Kuantitatif ; (3) Penalaran Visual Abstrak ; (4) Memori Jangka Pendek. Tes Wechsler. Pada tahun 1939, David Wechsler menerbitkan skala inteligensi untuk orang dewasa, yang disebut Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WBIS) / skala W-B. Pada tahun 1949, ia membuat juga skala inteligensi untuk anak-anak 6 16 tahun 11 bulan, yang disebut Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC). Kedua jenis tes dari Wechsler ini berisi dua skala, yaitu : (1) Skala Verbal, terdiri dari Information, Comprehension, Arithmetic, Similarities, Vocabulary, Digit Span ; (2) Skala Performance : Picture Arrangement, Block Design, Object Assembly, Coding, Mazes. Pada tahun 1955, ia membuat skala Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS), yang ditujukan untuk usia tahun. Wechsler memperluas isi tes WISC, yaitu : (1) Skala Verbal, terdiri dari Informasi, Rentang Angka, Kosakata, Hitungan, Pemahaman, Kesamaan ; (2) Skala Performance, terdiri dari Susunan Gambar, Rancangan Balok, Perakitan Objek, Simbol Angka, Kelengkapan Gambar. 9

10 Colors Progressive Matrices (CPM). Tes ini ditujukan untuk anak usia 1-5 tahun ; orang lanjut usia, anak defective atau memiliki keterbatasan mental. Tes ini terdiri dari 36 soal dalam seri : A, AB dan B. Aspek yang diukur adalah : (1) berpikir logis ; (2) kecakapan pengamatan ruang ; (3) kemampuan memahami hubungan antara keseluruhan dan Tes Raven Progressive Matrices. Ada bagian (kemampuan analisa & kemampuan integrasi) ; (4) kemampuan berpikir analogi. 3 jenis tes yang dikembangkan Raven. Standard Progressive Matrices (SPM). Tes ini bersifat nonverbal. Raven menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum. Tes ini terdiri dari terdiri dari 60 soal dikelompokan dalam 5 seri, dengan waktu 30 menit. Tes ini ditujukan untuk usia 6-65 tahun. SPM tidak memberikan angka IQ, tetapi menyatakan hasil dalam tingkat intelektualitas, menurut besarnya skor dan usia subjek, yaitu : (1) Grade I, Kapasitas intelektual Superior ; (2) Grade II, Kapasitas intelektual Di atas rata-rata ; (3) Grade III, Kapasitas intelektual Rata-rata ; (4) Grade IV, Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata ; (5) Grade V, Kapasitas intelektual Terhambat. Advance Progressive Matrices (APM). Tes ini disusun oleh J.C Raven pada tahun Tes ini terdiri dari dua set dan bentuknya non-verbal. Set 1 disajikan dalam 12 butir soal, sedangkan Set 2 berisikan 36 butir soal. Tujuan dari tes ini adalah : (1) membedakan antara individu yang berkemampuan intelektual normal dengan yang lebih dari normal bahkan yang superior ; (2) untuk analisis klinis ; (3) mengukur kemampuan observasi dan kejelasan berpikir ; (4) untuk kecepatan dan ketepatan kemampuan intelektual. Culture Fair Intelligence Test (CFIT). Tes ini disajikan secara kelompok. Tes ini mengukur faktor kemampuan mental umum (g). Tes ini memiliki tiga skala, yaitu : (1) Skala 1, untuk usia 4 8 tahun dan delayed person ; (2) Skala 2A & B, untuk usia 8-15 tahun dan orang dewasa dengan kecerdasan di bawah normal ; (3) Skala 3A & B, untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi. 10

11 Kegunaan Tes Inteligensi Sama halnya dengan metode psikodiagnostik lain, tes inteligensi juga memiliki kegunaan dalam berbagai bidang, yaitu : Pertama, Bidang Pendidikan, Tes Inteligensi pada awalnya dilakukan dalam konteks pendidikan, yaitu untuk memahami kegagalan siswa dalam proses belajar dan membuat prediksi keberhasilan siswa dalam belajar. Banyak masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan, dapat diselesaikan secara efektif jika mengetahui bagaimana inteligensi siswa. Namun, pada saat ini, Tes Inteligensi dilakukan untuk : (a) melakukan screening peserta didik pada penerimaan siswa atau mahasiswa baru ; (b) mengetahui kapasitas intelektual dari peserta didik (di bawah normal, normal, di atas normal). Dengan mengetahui hal ini, kita dapat menempatkan peserta didik pada lembaga pendidikan sesuai kemampuannya ; (3) pemilihan jurusan pada level SMA. Kedua, Bidang Industri Organisasi, tes inteligensi dilakukan untuk mencari orang yang tepat pada posisi yang tepat dalam sebuah perusahaan. Hal ini dilakukan, karena kesesuaian antara individu dengan posisi tertentu, tidak hanya tergantung pada keterampilan, tetapi juga berdasarkan kecerdasan. Ketiga, Bidang Klinis. Para ahli klinis memperhitungkan inteligensi untuk diagnosis dan terapi. Oleh karena itu, tes inteligensi juga dilakukan dalam bidang ini, walaupun inteligensi bukan satu-satunya hal yang menentukan. Misalnya, gangguan mental tertentu memiliki taraf dan tingkat inteligensi tertentu. Keempat, Bidang Sosial. Bidang ini membutuhkan tes inteligensi untuk meneliti kaitan antara kecerdasan dengan perilaku manusia dalam konteks sosial. Misalnya, apakah ada hubungan antara taraf dan tingkat inteligensi tertentu dengan jenis kejahatan atau jenis kenakalan remaja tertentu. Daftar Pustaka Aiken, L.R & Groth-Marnat, G (2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Jilid 1, Edisi Kedua Belas. Jakarta : Indeks Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks. Azwar, S (1996). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ormrod, J.E (2009). Psikologi Pendidikan, Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Edisi Keenam, Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Santrock, J.W (2009). Psikologi Pendidikan, Edisi 3, Buku 1 (Terjemahan). Jakarta : Salemba Humanika Sarwono, S.W (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Suryobroto, S (1984). Pembimbing ke Psikodiagnostika. Edisi II. Zubaidi, A (2009). Tes Inteligensi. Jakarta : Mitra Wacana Media 11

Tes Inteligensi. Teori Inteligensi, Beberapa Tes Inteligensi Populer, Keterbatasan Tes Inteligensi. Yenny, M.Psi. Psikolog.

Tes Inteligensi. Teori Inteligensi, Beberapa Tes Inteligensi Populer, Keterbatasan Tes Inteligensi. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Tes Inteligensi Teori Inteligensi, Beberapa Tes Inteligensi Populer, Keterbatasan Tes Inteligensi Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Teori-teori

Lebih terperinci

Tes Inteligensi. Definisi Inteligensi, Sejarah Tes Inteligensi, Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi. Yenny, M.Psi., Psikolog.

Tes Inteligensi. Definisi Inteligensi, Sejarah Tes Inteligensi, Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Tes Inteligensi Definisi Inteligensi, Sejarah Tes Inteligensi, Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Inteligensi

Lebih terperinci

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York)

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) Pendahuluan Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi melalui tes Binet (1937)

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan : 2. Perkembangan pada abad ke-20

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan : 2. Perkembangan pada abad ke-20 TIU : Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi inteligensi dari berbagai pendekatan, serta terutama memahami konsep inteligensi dari pendekatan psikometri serta mampu melakukan asesmen parsial

Lebih terperinci

Modul ke: Tes Inteligensi Wechsler Adult Intelligence Scale Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi

Modul ke: Tes Inteligensi Wechsler Adult Intelligence Scale Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi Modul ke: Tes Inteligensi Wechsler Adult Intelligence Scale Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id WAIS-R Verbal Information Digit Span Vocabulary Arithmetic

Lebih terperinci

SEJARAH TES INTELIGENSI Pada awalnya telah dipraktekan oleh negara cina sejak sebelum dinasti Han, yang dilakukan oleh jenderal cina, untuk menguji

SEJARAH TES INTELIGENSI Pada awalnya telah dipraktekan oleh negara cina sejak sebelum dinasti Han, yang dilakukan oleh jenderal cina, untuk menguji SEJARAH TES INTELIGENSI Pada awalnya telah dipraktekan oleh negara cina sejak sebelum dinasti Han, yang dilakukan oleh jenderal cina, untuk menguji rakyat sipil yang ingin menjadi legislatif berdasarkan

Lebih terperinci

Pendekatan thd intelegensi. General factor specific factor

Pendekatan thd intelegensi. General factor specific factor Intelegensi Kemampuan kognitif yang dimiliki individu untuk Mempelajari pengalaman baru Menalar dengan baik Menyelesaikan masalah dengan efektif Seberapa baik seorang individu memanfaatkan kemampuan kognitif

Lebih terperinci

Modul ke: Tes Inteligensi. Skala Inteligensi Wechsler. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi. Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Tes Inteligensi. Skala Inteligensi Wechsler. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi. Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Tes Inteligensi Skala Inteligensi Wechsler Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Asal Mula Tes Wechsler 1932 : merancang sebuah instrumen yang

Lebih terperinci

TES INTELLIGENSI. NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP

TES INTELLIGENSI. NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP TES INTELLIGENSI NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP INTELIGENSI, APAKAH ITU? Adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan

Lebih terperinci

INTELEGENSI. Farida Agus Setiawati dan Rita Eka Izzaty

INTELEGENSI. Farida Agus Setiawati dan Rita Eka Izzaty INTELEGENSI Farida Agus Setiawati dan Rita Eka Izzaty INTELEGENSI Definisi Sejarah dan Tokoh DEFINISI Inteligensi berasal dari bahasa latin Intelegensia inter (diantara), Lego (memilih) Dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKODIAGNOSTIKA 2 : TES INTELEGENSI KODE / SKS : KK / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKODIAGNOSTIKA 2 : TES INTELEGENSI KODE / SKS : KK / 3 SKS 1 Sejarah Intelegensi 1. Permbangan pada abad -19 Mahasiswa dapat memahami dan 2. Permbangan pada abad -20 3. Batasan mengenai konsep intelegensi 1. Permbangan pada abad -19 di : Inggris Amerika Jerman

Lebih terperinci

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences BAKAT & INTELEGENSI BAKAT INTELEGENSI 2 Kemampuan Mental I. INTELEGENSI Sejarah Intelegensi - Wundt (Jerman) - Galton (Inggris) - Cattel (AS) Melakukan tes thd anak, dgn soal yg mudah Individual Differences

Lebih terperinci

INTELIGENSI. Pertemuan pertama

INTELIGENSI. Pertemuan pertama INTELIGENI Pertemuan pertama Materi Perbedaan Inteligensi dan IQ Pengertian Inteligensi Pendekatan Inteligensi Teori-teori Inteligensi Manfaat T I U etelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si

Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si INTELIGENSI Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si faridaagus@yahoo.co.id Inteligensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri (Tyler, 1956, Wechsler 1958, Sorenson, 1977), Tyler (1956) mengkaitkan inteligensi dengan

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Sugihartono, M.Pd dan Tim

PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Sugihartono, M.Pd dan Tim PSIKOLOGI PENDIDIKAN Oleh: Sugihartono, M.Pd dan Tim yulia_ayriza@uny.ac.id PENGANTAR Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya

Lebih terperinci

TEORI INTELEGENSI GUILFORD

TEORI INTELEGENSI GUILFORD TEORI INTELEGENSI GUILFORD SEJARAH Joy Paul Guilford adalah seorang psikologi berkebangsaan Amerika. Guilford lahir di Marquuette, Nebraska pada tanggal 7 Maret 1807. Semasa masih kecil, Guilford memiliki

Lebih terperinci

GEJALA-GEJALA JIWA 1. Pengamatan

GEJALA-GEJALA JIWA 1. Pengamatan GEJALA-GEJALA JIWA Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari proses mental dan perilaku pada manusia. Perilaku manusia akan lebih mudah dipahami jika kita juga

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) TES INTELIGENSI PBPP43204 (3 SKS) SEMESTER 4 Pengampu mata kuliah: NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG 2017 1 A.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan hasilnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan hasilnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar (Novita, 2007). Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena

Lebih terperinci

Tes Inteligensi: WISC

Tes Inteligensi: WISC Modul ke: Tes Inteligensi: WISC Modul ini akan menjelaskan tentang tes inteligensi WISC dan penggunaannya. Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Cabang-cabang psikologi perkembangan fungsionalisme

Cabang-cabang psikologi perkembangan fungsionalisme Modul ke: Cabang-cabang psikologi perkembangan fungsionalisme Tokoh-tokoh Fakultas Psikologi Ainul Mardiah, M.Sc Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Arnold Lucious Gessel (1880-1961) Gesell dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gizi 2.1.1 Pengertian Gizi dan Status Gizi Gizi menurut Supariasa (2011) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARISGARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JUDUL MATA KULIAH KODE MATA KULIAH/SKS DESKRIPSI SINGKAT : Tes Inteligensi & Bakat : TIB 243/3 SKS : Mata kuliah ini membahas hakekat dan konsepkonsep dasar inteligensi

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KOGNITIF Oleh Dr. Triana Noor Edwina, D. S., M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercua Buana Yogyakarta Piaget

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum

PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum PSIKOLOGI PENDIDIKAN Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum Perkembangan Kecerdasan & Kreatifitas Kecerdasan diturunkan dari inteligensi Inteligensi: Seperangkat kemampuan untuk memproses operasi yang memungkinkan

Lebih terperinci

Pengertian Tes Di dalam lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun Dan sejak itu makin popular sebagai nama me

Pengertian Tes Di dalam lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun Dan sejak itu makin popular sebagai nama me Tes Psikologi Pengertian Tes Di dalam lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun 1890. Dan sejak itu makin popular sebagai nama metode psikologi yang dipergunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia ini, para ahli psikologi

Lebih terperinci

Adhyatman Prabowo, M.Psi

Adhyatman Prabowo, M.Psi Adhyatman Prabowo, M.Psi MATERI I: 1.Konsep Bakat 2.Teori Tes Bakat 3.Tes bakat & Intelegensi 4.Tes bakat & Kreativitas 5.Macam Tes Bakat: 6.Tes Bakat DAT 7.Tes Bakat GATB 8.Tes Bakat FACT 9.Keterbatasan

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Tes Individu Tes Kelompok Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Tes Individu Tes yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan komunikasi matematis Menurut Wardani (2008) matematika merupakan sebuah alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Dalam

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TES INTELIGENSI, TES BAKAT, DAN TES MINAT

KONSEP DASAR TES INTELIGENSI, TES BAKAT, DAN TES MINAT KONSEP DASAR TES INTELIGENSI, TES BAKAT, DAN TES MINAT TES INTELIGENSI adalah Tes yang mengukur kemampuan/kecerdasan secara umum Macam-macam TI : WAIS-Weschler Adult Intelligence Scale WISC-Weschler Intelligence

Lebih terperinci

Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir

Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir Intelegensi Intelegensi Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir 2. Kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru 3. Kemampuan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode dan nama mata kuliah : PG434 Psikodiagnostik IV-Inteligensi (2 sks) Topik bahasan : Orientasi kuliah Tujuan pembelajaran umum : Mahasiswa mampu memahami silabus, pearturan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA STUDI DESKRIPTIF TINGKAT INTELEGENSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS PALANGKA RAYA Oleh: Wahyuni Christiany Martono dan Elisabeth Fransisca S.S *) Dosen FKIP Universitas Palangka Raya Abstrak : Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan

Lebih terperinci

MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak

MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak PROBLEMA DALAM MENERAPKAN TES INTELIGENSI dan IQ MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak bisa

Lebih terperinci

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi PENGUKURAN PSIKOLOGI Peristilahan Tes Penilaian Ujian Assesmen Pengukuran Evaluasi Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi Pengukuran psikologi mengandung makna diagnostik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajarnya yang diukur

Lebih terperinci

9 Battery Test FACT Diah Widiawati, M.Psi

9 Battery Test FACT Diah Widiawati, M.Psi www.mercubuana.ac.id Pada pertemuan lalu, kita sudah membahas mengenai Battery Test, yaitu DAT dan GATB. Masih ada satu kelompok Battery Test lagi yang perlu kita bahas. Pada pertemuan minggu ini, kita

Lebih terperinci

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : 06320004 Matkon IV A A. ARTIKEL MENGAJAR SISWA YANG BERAGAM DENGAN ANEKA CARA 19 September 2007 Dunia pendidikan sesungguhnya dipenuhi berbagai kebhinekaan. Sebab, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci dari masa depan manusia, sehingga manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan. Lembaga pendidikan atau sering dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

TES INTELIGENSI. Wechsler Intelligence Scale for Children Terbit th Digunakan diberbagai Negara Untuk anak usia 5;0 15;11 th.

TES INTELIGENSI. Wechsler Intelligence Scale for Children Terbit th Digunakan diberbagai Negara Untuk anak usia 5;0 15;11 th. TES INTELIGENSI Tes inteligensi Wechsler WISC WISC Wechsler Intelligence Scale for Children Terbit th. 1949 Digunakan diberbagai Negara Untuk anak usia 5;0 15;11 th. Verbal test 6 sub tes (diberikan 5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut memunyai hubungan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TES. Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si.

KONSEP DASAR TES. Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si. KONSEP DASAR TES Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si faridaagus@yahoo.co.id Pengertian Pengukuran Proses untuk mengkuantifikasikan suatu gejala/atribut kuantifikasi terhadap karakteristik manusia melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes

Lebih terperinci

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN A. Perkembangan Fisik Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensorik dan keterampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Azwar (013:5) metode kuantitatif adalah metode yang menekankan

Lebih terperinci

MEMORI DAN MOTIVASI. PERTEMUAN 4

MEMORI DAN MOTIVASI. PERTEMUAN 4 MEMORI DAN MOTIVASI PERTEMUAN 4 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MEMORI Walgito (1997) Memori merupakan aktivitas yg berhubungan dgn masa lalu. Di bagi mjd 3 tahapan/proses : 1. Memasukkan pesan kedlm ingatan&menyimpan

Lebih terperinci

TES INTELEGENSI DAN PEMANFAATANNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN

TES INTELEGENSI DAN PEMANFAATANNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN TES INTELEGENSI DAN PEMANFAATANNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN Umi Rohmah* 1 Abstract: Success in learning is much more determined by the ability of educators in understanding the diversity of learners, such

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Intelegensi Terhadap Prestasi belajar Siswa. untuk variabel intelgensi berpengaruh ke prestasi belajar sebasar 0.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Intelegensi Terhadap Prestasi belajar Siswa. untuk variabel intelgensi berpengaruh ke prestasi belajar sebasar 0. 118 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Intelegensi Terhadap Prestasi belajar Siswa Hasil analisa data menunjukkan intelgensi siswa mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa secara parsial 0.440 atau

Lebih terperinci

BAB II. BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN

BAB II. BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN BAB II BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN aprilia_tinalidyasari@yahoo.com TUJUAN Mahasiswa dpt menjelaskan berbagai bentuk gejala jiwa, antara lain : Sensasi & Persepsi Memori Berpikir Inteligensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian

Lebih terperinci

INTELIGENSI. Kuliah 6 Psikodiagnostik

INTELIGENSI. Kuliah 6 Psikodiagnostik INTELIGENSI Kuliah 6 Psikodiagnostik PENGANTAR Kita sering dengar bahwa kebanyakan tes psikologi adalah mengukur inteligensi Sebenarnya, apa sih yang diukur? Ternyata, tes-tes yang menamakan tes inteligensi,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua...

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua... KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA Pertemuan kedua... Pengertian Tes Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa (Elliott, 1999) Tes

Lebih terperinci

LANDASAN FILOSOFIS BERBAGAI TEORI INTELIGENSI. Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Abstrak

LANDASAN FILOSOFIS BERBAGAI TEORI INTELIGENSI. Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Abstrak 1 LANDASAN FILOSOFIS BERBAGAI TEORI INTELIGENSI Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Perkembangan teori inteligensi tidak terlepas dari peranan para filsuf yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIKA

PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIKA www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIKA Istilah psikodiagnostika pertama kali digunakan oleh Hermann Rorschach dalam buku terbitannya pada tahun 1921. Buku ini membahas hasil eksperimennya dengan

Lebih terperinci

KORELASI TINGKAT INTELIGENSI SISWA DENGAN HASIL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SISWA KELAS I SD NEGERI JABUNGAN SEMARANG

KORELASI TINGKAT INTELIGENSI SISWA DENGAN HASIL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SISWA KELAS I SD NEGERI JABUNGAN SEMARANG KORELASI TINGKAT INTELIGENSI SISWA DENGAN HASIL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SISWA KELAS I SD NEGERI JABUNGAN SEMARANG Moh. Aniq Kh.B. Dosen PGSD Universitas PGRI Semarang khairulbasyar@ymail.com Anita

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa tidak menampilkan potensinya, maka ia termasuk underachiever.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa tidak menampilkan potensinya, maka ia termasuk underachiever. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Underachiever 1.1. Pengertian Underachiever Rimm dalam Del Siegle & McCoah, 2008) menyatakan bahwa ketika mahasiswa tidak menampilkan potensinya, maka ia termasuk underachiever.

Lebih terperinci

INTELEGENSI SEBAGAI FAKTOR BELAJAR. Oleh : Maftuh

INTELEGENSI SEBAGAI FAKTOR BELAJAR. Oleh : Maftuh INTELEGENSI SEBAGAI FAKTOR BELAJAR Oleh : Maftuh Abstrak : Intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan. Intelegensi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, keberhasilan,

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PSIKOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN POKOK-POKOK BAHASAN Pengantar Gejala Jiwa dalam Pendidikan Perbedaan Individu dan Aplikasinya dalam pendidikan Masalah Belajar Masalah Pembelajaran Pengukuran dan Penilaian Diagnostik

Lebih terperinci

Teori-Teori Inteligensi

Teori-Teori Inteligensi Teori-Teori Inteligensi TEKNIK PEMBUATAN TES INTELIGENSI FAKTOR ANALISA Penelitian ini dimulai dengan mengkorelasikan nilai2 yg didapat oleh orang yg sama dalam beberapa tes kemamp yang diikuti oleh orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Adversity Quotient. pendidikan berbasis skill (Stoltz, 2000). kesengsaraan, kemalangan, atau tantangan hidup.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Adversity Quotient. pendidikan berbasis skill (Stoltz, 2000). kesengsaraan, kemalangan, atau tantangan hidup. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Adversity Quotient 1. Pengertian Adversity Quotient Adversity quotient merupakan konsep yang dikembangkan oleh Paul G. Stoltz, Ph.D, seorang konsultan yang sangat terkenal dalam

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran

Lebih terperinci

Pengertian Pengukuran

Pengertian Pengukuran KONSEP DASAR TES Pengertian Pengukuran Proses untuk mengkuantifikasikan suatu gejala/atribut kuantifikasi terhadap karakteristik manusia melalui prosedur dan aturan yang sistematis Pemaknaan angka sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak. Sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Moeslichatoen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI INDUSTRI. Berbagai Kemampuan Manusia. Agus Riyanto,M.T Bandung, Psikologi Industri 1

PSIKOLOGI INDUSTRI. Berbagai Kemampuan Manusia. Agus Riyanto,M.T Bandung, Psikologi Industri 1 PSIKOLOGI INDUSTRI Berbagai Kemampuan Manusia Agus Riyanto,M.T Bandung, 2007 Psikologi Industri 1 Berbagai Kemampuan Manusia Pengantar Kemampuan dasar manusia Kemampuan yang berkaitan dengan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi SMP Negeri 5 Stabat. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi SMP Negeri 5 Stabat. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi SMP Negeri 5 Stabat. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014. 3.2 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel

Lebih terperinci

PROGRAM PEMINATAN SEBAGAI ANTISIPASI IMPLEMENTASI KURIKULUM Oleh : Akur Sudianto

PROGRAM PEMINATAN SEBAGAI ANTISIPASI IMPLEMENTASI KURIKULUM Oleh : Akur Sudianto PROGRAM PEMINATAN SEBAGAI ANTISIPASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Oleh : Akur Sudianto Copyright 2013 Akur Sudianto. All Rights Reserved. www.akursudianto.com Daftar Isi Pendahuluan... 3 Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

PROFISIENSI PRESTASI TERSTANDAR TIDAK TERSTANDAR

PROFISIENSI PRESTASI TERSTANDAR TIDAK TERSTANDAR PENGANTAR TES Pengertian Tes Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa (Elliott, 1999) Tes merupakan rangkaian prosedur tes dari administrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kecerdasan 1.1 Pengertian Kecerdasan Pembelajaran pada umumnya lebih banyak menekankan pada aspek intelegen atau afektifnya saja.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK 6 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kecerdasan Intelektual (IQ) Kecerdasan dalam perspektif psikologi memiliki arti yang beraneka ragam. Menurut Chaplin (Syah, 2011), kecerdasan adalah

Lebih terperinci

Oleh: Akhmad Aziz Hababa NIM

Oleh: Akhmad Aziz Hababa NIM PENGARUH KECERDASAN SPASIAL DAN KECERDASAN MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN MENGGAMBAR TEKNIK SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMBACAAN DAN PEMAHAMAN GAMBAR TEKNIK DI SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

Perbedaan Pribadi & Kebutuhan Akan Pendidikan Khusus

Perbedaan Pribadi & Kebutuhan Akan Pendidikan Khusus Perbedaan Pribadi & Kebutuhan Akan Pendidikan Khusus Bab 5 Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Edisi Ke-6 Perbedaan-perbedaan Individual Variabilitas dalam kemampuan dan karakteristik

Lebih terperinci

WBIS. (Weschler Bellevue Intelligence Scale) Praktikum Administrasi Tes WBIS. Karisma Riskinanti, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

WBIS. (Weschler Bellevue Intelligence Scale) Praktikum Administrasi Tes WBIS. Karisma Riskinanti, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: WBIS (Weschler Bellevue Intelligence Scale) Praktikum Administrasi Tes WBIS Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi., Psikolog. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Subtes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan mengambil subjek populasi seluruh siswa kelas VIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS II SMA NEGERI 99 JAKARTA

PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS II SMA NEGERI 99 JAKARTA PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS II SMA NEGERI 99 JAKARTA Oleh: Ni Kadek Sukiati Arini Pembimbing: M. Fakhrurrozi, M.Psi., Psi. ABSTRAKSI Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh: Dra.Hj.Ehan, M.Pd. A. PENDAHULUAN Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA ALAT TES PSIKOLOGIS

DAFTAR HARGA ALAT TES PSIKOLOGIS Instruksi Umum pengantar psikotes 0000-97,000 lembar a. DAFTAR HARGA ALAT TES PSIKOLOGIS (Berlaku mulai Juni 00) Army Alpha Intelligence Test a. Instruksi Army Alpha 00-96,000 lembar b. Formulir Army Alpha

Lebih terperinci

Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya

Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya Purwanto STAIN Surakarta Abstrak: Intelegensi merupakan kemampuan yang bersifat umum dan potensial. Para ahli tidak mencapai kesepakatan dalam banyak hal mengenai

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARIS ALAT TES LABORATORIUM PSIKOLOGI

DAFTAR INVENTARIS ALAT TES LABORATORIUM PSIKOLOGI DAFTAR INVENTARIS ALAT TES LABORATORIUM PSIKOLOGI NO NAMA ALAT FUNGSI INTELEGENSI 1 WAIS Tes inteligensi usia 16 tahun ke atas, individual. 2 BINET Tes inteligensi anak usia 2-12 tahun, individual. 3 WPPSI

Lebih terperinci

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1) KARAKTERISTIK SISWA PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1) proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,

Lebih terperinci

5 Tes Bakat Diah Widiawati, M.Psi

5 Tes Bakat Diah Widiawati, M.Psi www.mercubuana.ac.id Pada pertemuan yang lalu, kita membahas mengenai Inteligensi, sebagai salah satu aspek dalam diri manusia yang perlu diketahui ; dan Tes Inteligensi sebagai alat untuk mengukur inteligensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan dari proses belajar mengajar adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking) siswa. Untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

Test NST TUJUAN TEST 1. Mengetahui tk. kematangan anak memasuki pendidikan tk. SD. 2. Prognosis (meramalkan) thd prestasi sekolah anak di SD. 3. Menge

Test NST TUJUAN TEST 1. Mengetahui tk. kematangan anak memasuki pendidikan tk. SD. 2. Prognosis (meramalkan) thd prestasi sekolah anak di SD. 3. Menge Test NST Test WISC Test NST TUJUAN TEST 1. Mengetahui tk. kematangan anak memasuki pendidikan tk. SD. 2. Prognosis (meramalkan) thd prestasi sekolah anak di SD. 3. Mengetahui kemampuan-kemampuan tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

2. DIMENSI SASARAN UKUR

2. DIMENSI SASARAN UKUR BAB 2 SASARAN UKUR A. HAKIKAT 1. BENTUK SASARAN UKUR SASARN UKUR ADALAH ATRIBUT (CIRI, SIFAT, KARAKTERISTIK) DARI ORANG, OBJEK, ATAU PERISTIWA (SUBJEK, RESPONDEN) MISAL: SIKAP KARYAWAN ATRIBUT TINGGI ATRIBUT

Lebih terperinci

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK Emiliya Damayanti 1, Sunardi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Email: rvien@ymail.com Abstract. This study

Lebih terperinci

Psikologi Pendidikan SETIAWATI

Psikologi Pendidikan SETIAWATI Psikologi Pendidikan SETIAWATI PPB- FIP- UPI BAKAT MINAT DAN KEMAMPUAN BAKAT MINAT KEMAMPUAN INTELEGENSI WECHSLER W.STERN BINET TERMAN TEORI INTELEGENSI TEORI DAYA (FACULTY THEORY). TEORI DWI FAKTOR (THE

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci