Saya ketika berumur 15 Tahun membantu Orang tua saya bekerja membajak sawah milik orang Bali yang sekarang menjadi sawah beton. Ayah saya memborong

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Saya ketika berumur 15 Tahun membantu Orang tua saya bekerja membajak sawah milik orang Bali yang sekarang menjadi sawah beton. Ayah saya memborong"

Transkripsi

1 LAPORAN SEMENTARA LOKASI Kelurahan : Mataram Barat Kecamatan : Mataram Kota Propinsi Kategori Tim : Mataram : Nusa Tenggara Barat : Partisipasi Perempuan Rendah : Ary Wahyono dan Marini Purnomo Kelurahan Mataram Barat pada awalnya teridiri dari 14 lingkungan. Kini, kelurahan Mataram Barat telah dimekarkan menjadi 3 kelurahan, yakni kelurahan Punai, Gomong dan Mataram Barat. Dari 14 lingkungan terpecah menjadi : 1. Kelurahan Punia meliputi Punia Jamak (Sasak), Punia Sabe (Sasak), Karang Kelayu(Sasak), Karang Ketang (Sasak), dan Karang Timbal (Bali), 2. Kelurahan Gomong meliputi Gomong Sakura (Sasak), Gomong Barat (Sasak), dan Gomong Lama (Sasak). 3. Kelurahan Mataram Barat meliputi Karang Medain Barat (Bali), Karang Medain Utara (Bali), Karang Seraya (Sasak), Gomong Timur (Sasak), dan Karang Taruna (campuran) Lokasi lingkungan yang memiliki penduduk miskin terkonsentrasi di lingkungan Karang Kelayu (Punia), Karang Katen (Punia), Karang Mendain (Punia), Karang Taruna (Punia), Gomong Lama (Gomong), Jadi dengan demikian penduduk miskin paling banyak terdapat di kelurahan Punia, namun demikian dari lingkungan tersebut, Karang Kelayu dan Karang Katen adalah lingkungan yang memiliki permukiman padat dan kumuh. Kedua permukiman kebetulan dihuni oleh penduduk asli Lombok (etnis Sasak). Sementara permukiman di lingkungan Karang Mendain dihuni orang Bali, sedangkan Karang Katuran lingkungan penduduk campuran Bali dan Sasak. Kondisi permukiman miskin di lokasi P2KP ini dapat dijelaskan dari sejarah hubungan sosial di masa lalu kedua etnis tersebut. Berbagai informan yang kita wawancarai menunjukkan bahwa orang Bali dahulu tuan tanah, khususnya tanah persawahan. Karena itu, pada umumnya warga penduduk di permukiman Bali memiliki rumah dan pekarangan, tidak ada orang Bali yang kontrak rumah. Berbeda dengan orang Lombok. Orang Lombok khusunya di lingkungan Punia Sekayu sebenarnya dahulu memiliki pekerjaan sebagai buruh tani di sawah-sawah milik orang Bali, hal ini seperti apa dikemukakan oleh seorang warga lingkungan Punia Kelayu, yang kini berusiar 47 Tahun, sebagai berikut: Saya ketika berumur 15 Tahun membantu Orang tua saya bekerja membajak sawah milik orang Bali yang sekarang menjadi sawah beton. Ayah saya memborong

2 pekerjaan bajak sawah yang mendapat upah 100 kg padi (gabah basah) setiap 1 hektar sawah Banyak tanah persawahan dikuasai orang Bali. Ini terjadi karena komunitas Bali di Mataram telah ada sebelum kedatangan Belanda. Seperti diketahui bahwa Kerajaan Karang Asem yang berpusat di Bali, yang menguasai Lombok melalui anak kerajaannya, yaitu Kerajaan Cakranegara dengan dibantu oleh empat kerajaan bawahannya yang merupakan kerajaan Hindu pula, yakni Pugutan, Pagesaan, Mataram dan Kahuripan. Pengaruh kerajaankerajaan ini telah menghasilkan komunitas Bali yang cukup besar di Lombok, khususnya di kota Mataram. Namun demikian, sejalan dengan perkembangan wilayah kota Mataram terutama sejak zaman Orde Baru, yakni ketika terjadi pembentukan Kotip Mataram (1979) dan Kotamadya Mataram (1994), telah terjadi konersi lahan persawahan menjadi kawasan perkantoran, Kampus Unram. Akibatnya penduduk Lombok tidak lagi bisa mengerjakan lahan persawahan. Dari sinilah kemudian munculnya kantong kemiskinan seperti di Punai Sekayu yang kita lihat sekarang ini. Orang Lombok yang latar belakang petani ini tidak mampu melakukan adaptasi perkembangan kota, mereka sekarang ini memiliki pekerjaan sebagai tukang cat, tukang kayu, tukang bendi. Mereka tidak memiliki skill. Karena itu tidak bisa terserap di sektor informal perkotaan, kecuali sebagai tukang parkir. A. Ringkasan Hasil (Temuan) Sangat Sementara Pertanyaan 1 : Apakah masalah-masalah, hambatan-hambatan dan juga peluangpeluang utama yang mempengaruhi pemberdayaan ekonomi-sosial dan politik perempuan, khususnya berhubungan dengan partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. Tidak ada masalah yang dihadapi kaum perempuan dalam melakukan aktivitas di wilayah publik, termasuk aktif dalam kegiatan P2KP di kelurahan ini. Terdapat anggota BKM yang sebagian besar adalah kaum perempuan sebenarnya proses alamiah saja, Warga perempuan yang terpilih sebagai anggota BKM adalah warga masyarakat yang memang aktif di masyarakat, baik sebagai kader Posyandu, PKK, dll. Warga yang aktif pada umunya adalah kaum perempuan. Pemilihan BKM diawali dari pemilihan wakil-wakil lingkungan yang dilakukan oleh warga masyarakat lingkungan. Warga masyarakat lingkungan umumnya sudah mengetahui warga yang aktig di kegiatan sosial kemasyarakatan. Dari sinilah, kebanyakan kaum perempuan yang terpilih sebagai wakil lingkungan untuk menjadi calon anggota BKM. Anehnya pada waktu pemilihan anggota BKM tahun 2004, yang terpilih sebagai koordinator justru bukan seorang perempuan. Jadi disini jelas ada perempuan yang memilih kaum lelaki. Fenomena pembentukan BKM di kelurahan Mataram barat tidak jauh berbeda pada pemilihan BKM di Bima dimana terjadi perempuan cenderung memilih lelaki, yakni I Gede Alit. Dalam perjalanannya, masa jabatan koordinator BKM tidak berlangsung lama karena terlibat kasus pengelolaan dana P2KP yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. I Gede Alit akhirnya mundur dari P2KP. Lalu, diadakan pemilihan BKM lagi dan terpili seorang perempuan (Hajah Asiah), yang menang 1 suara dengan Burhanudin.

3 Hajah Asiah adalah seorang perempuan yang memiliki personality di atas rata-rata seorang perempuan di kelurahannya. Orangnya suka bicara, berani berdebat, ambisius. Ibu hajjah yang seorang Janda berumur sekitar 60 tahunan, ini seorang aktiis LSM yang memililiki mobilitas dan pengalaman keluar masuk perkantoranm. Ia cukup dominan dalam pengambilan keputusan di level BKM sekarang ini. Kepemimpinan perempuan BKM cukup mampu menjalankan kegiatan program terlepas dari persoalan P2KP yang dihadapi. Personality yang demikian, membuat dirinya sangat dominan dibandingkan anggota BKM lainnya. Semua keputusan di BKM praktis berada di tangan dirinya. Namun demikian, munculnya ibu Hajjah Asiah menjadi koordinator BKM yang sangat aktif, disatu sisi dimaklumi karena sebagian besar anggota BKM tidak aktf dan pasif. Tetapi disisi lain, personality Hajjah Asiah yang dinilai kontroversial, Banyak orang yang tidak menyukai karena dianggap tidak memiliki etika dalam bergaul dengan orang lain. Hajah Asiah ini justru tidak disukai warga dari kalangan lingkungan sendiri (Karang Kelayu). Tetapi, untuk melengserkan dari koordinator BKM tidak mungkin karena tidak ada bukti kesalahan penggunaan uang. Namun demikian, warga yang tidak suka kepemimpinannya, berupaya membangun wacana orang luar yang tidak pantas duduk sebagai pengurus BKM dan tuduhan tidak transparansi dalam menjalankan program BKM. Apa yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan kolektip di dalam BKM yang mayoritas anggotanya adalah kaum perempuan, ternyata tidak berjalan dengan baik. Terjadi ketidakkompakan. Saling menjatuhkan satu sama lain. BKM hanya dijalankan oleh 3 orang saja (Hajah Aisiah, Anggraeni dan Burhan. Bagi anggota BKM yang aktif selalu mengemukakan bahwa sebagain besar anggota BKM sulit diajak rapat. Setiapkali diundang selalu tidak datang dengan alasan kesibukan, tetapi di pihak lain, ada anggota yang merasa tidak pernah diundang rapat. BKM tidak pernah rapat. ada anggota BKM yang kecewa karena pada saat dana turun tidak diajak lagi, ada anggota BKM yang mengundurkan diri karena merasa tidak pernah dilibatkan pada saat dana akan turun, apalagi pada saat dana turun. Besarnya jumlah perempuan pada kepengurusan BKM dalam perjalannya tidak menjamin kebersamaan di antara mereka (kolegial). Tidak terjadi proses belajar bersama tetapi sebaliknya konflik di antara mereka. Dominasi segelintir orang saja yang aktif di BKM ini sebenarnya tidak jauh berbeda apa yang terjadi di Bima. Fenomena ini terualang di Mataram. Ini artinya bahwa terjadinya dominasi segelintir anggota BKM itu tidak ada hubungan dengan Jender. BKM di Serae dan Sambinae dominan lelaki, sedangkan di Mataram Barat yang dominan adalah perempuan. Keduanya tidak ada kepemimpinan kolektip. Namun demikian, tidak terjadi pada kegiatan dana bergulit. Di Mataram I (Kelurahan Mataram Barat), program dana bergulir tidak berjalan. Kegagalan dana bergulir inji disebabkan : (1), terjadi gerakan tidak usah membayar dana bergulir karena hal itu merupakan dana pemerintah. Dana bergulir itu sama saja dengan dana pemerintah, atau sering disebut uang datu ; jadi dana pinjaman itu tidak harus dikembalikan. (2), Dana bergulir macet karena dana itu diberikan kepada warga miskin yang sesuai dengan daftar di PJM Prognangkis, yang pada umumnya pemimjam tidak layak diberikan pinjaman. Hal ini berbeda dengan di Bima, dimana BKM sangat selektif memilih warga yang diberikan pinjaman.

4 Peluang perempuan berpartisipasi dalam P2KP terbuka terutama perempuan yang biasa aktif sebagai kader di kelurahan. Karena itu, latar belakang relawan dan anggota BKM adalah kader yang sering aktif di kelurahan, baik itu kader Posyandu, kader PKK, dan kader-kader lainya termasuk pengurus remaja masjid. Ajakan aktif di P2KP pada umumnya terjadi di kelurahan. Selain itu, warga masyarakat mengetahui siapa saja yang biasa sebagai kader dan aktif di kelurahan. Karena itu, ketika dilakukan penunjukkan atau pemilihan, maka secara otomotis kalangan perempuan yang tampil sebagai kader P2KP. BKM yang berada di tingkat kelurahan tampaknya tidak mampu mengatasi atau mengontrol kegiatan yang tersebar di beberapa lingkungan. Warga masyarakat yang menjadi di sasaran P2KP sangat luas. Warga masyarakat tersebar di 14 lingkungan yang memiliki karakteristik sosial-budaya yang berbeda. Di Mataram Barat misalnya, ada lingkungan Bali, ada lingkungan Lombok, ada lingkungan campuran. Ada lingkungan orangorang kaya. Karakteristik komunitas yang beragam ini tampaknya tidak mampu ditangani BKM secara kolektif. Karaktarsitik warga masyarakat ini berpengaruf terhadap keaktifan BKM. Ada anggota BKM yang terkonsentrasi di lingkungan dianggap wilayah kantong miskin, sebaliknya ada anggota BKM yang berada di lingkungan yang jumlah warga miskin sedikit. Ada anggota BKM sudah tidak mau aktif karena jumlah warga miskin sedikit. Belum lagi soal hubungan antara BKM dengan ketua lingkungan. Ada protes seorang kepala lingkungan yang merasa tidak pernah diajak bicara soal program. Koordinator BKM dalam menjalankan kegiatan tidak pernah konsultasi dengan ketua lingkungan. Pertanyaan 2 : Apa peran elit perempuan dalam kerelawan lokal, dan sejauh mana keterlibatan mereka mempengaruhi perempuan miskin sebagai penerima BLM? Rekruitmen relawan dilakukan di tingkat lingkungan dan RT dan pada umumnya warga masyarakat cenderung memilih warga yang aktif di kalurahan atau di kegiatan sosialkeagamaan, seperti kader Posyandu, kader PKK, Remaja Masjid, atau kader-kader lain yang sering pendataan. Orang-orang yang aktif seperti ini yang menjadi relawan ketika P2KP diimplementasikan. Karena pada umumnya kader yang aktif di kelurahan adalah seorang perempuan, maka mereka yang terpilih menjadi relawan kebanyakan kaum perempuan. Juga, proses pemilihan relawan yang dilakukan melalui jalur kader. Dengan demikian, kecil sekali relawan yang berasal dari elit masyarakat, kalaupun ada relawan yang dari pakai nama baiq atau lalu tetapi secara status ekonominya rendah, ada juga relawan yang berlatar belakang guru. Jadi secara singkat dapat dikatakan elit perempuan aktif dalam kegiatan kerelawanan lokal dapat dikatakan tidak ada, Kita juga sempat menenemui seorang perempuan elit, tetapi dia tidak aktif di P2KP. Informan ini aktif di jalur lain, seperti pengajian dan PKK (karena sebagai sebagai istri kepala lingkungan Kampung Jawa). Relawan di kelurahan ini dapat dibedakan menjadi dua: relawan lama (2004) dan relawan baru. Relawan lama yang terlibat dalam siklus P2KP dan relawan baru yang belum pernah mendapat pelatihan soal kerelawanan. Pada umumnya relawan lama tidak ada yang aktif. Relawan lama yang aktif berada di kepengurusan BKM.

5 Warga miskin yang menerima BLM di kelurahan ini pada umumnya adalah warga miskin sesuai dengan daftar Prognangkis, seperti bedah rumah dan juga dana bergulir. Dari berbagai wawancara, mereka penerima BLM ini ditentukan oleh musyawarah di lingkungan masing-masing. Karena itu, banyak perempuan miskin sesuai dengan daftar PJM Prognangkis diberikan dana berguir. BKM tidak pernah sendiri dalam pengambilan keputusan, dalam pelaksanaan P2Kp di sini peranan Kepala Lingkungan cukup besar, Begitu besarnya peranan Kepala Lingkungan ini terjadi kasus seorang kepala lingkungan menunjuk dirinya menjadi Ketua KSM Ekonomi (Gomong Lama dan Kampung Jawa 1 ). Bahkan, dalam implementasi terjadi kasus KSM ekonomi fiktif atau Ketua KSM memberi contoh tidak mau mengangsur pinjaman. Akibatnya semua anggota KSM kompak tidak mau membayar pinjaman dana bergulir. Pertanyaan III. Sejauhmana fasilitator perempuan mempengaruhi partisipasi perempuan (miskin) dalam P2KP? Dana bergulir adalah kesempatan perempuan miskin dapat berpartisipasi. Apalagi di kelurahan ini, warga miskin yang dapat dana bergulir sesuai dengan daftar PJM Prognangkis. Oleh karena itu, partisipasi perempuan miskin dalam arti sebagai kelompok pemanfaat di keluarahan ini cukup besar. Pengurus BKM yang sebagian besar pengurusnya perempuan itu lebih taat menggunakan daftar warga miskin di PJM Prognangkis sekalipun pada akhirnya menjadi persoalan, yakni kemacetan angsuran dana bergulir. (Bandingkan dengan Bima dimana pengurus BKM berani keluar dari daftar Warmis pada PJM Prognangkis). Sejak tahun 2004, tim fasilitator kelurahan di Mataram Barat selalu terdapat anggota perempuan. Namun demikian, agak sulit melihat pengaruh faskel perempuan pada perempuan miskin dalam P2KP karena tidak semua perempuan miskin, baik yang kelompok pemanfaat atau bukan tidak mengetahui semua nama faskel Mataram Barat. Bahkan, ada warga miskin tidak mengetahui persis ketua BKM Mataram Barat. Namun demikian, menurut anggota BKM semua fasilitator di kelurahan dinilai bekerja dengan baik, misalnya soal kemacetan angsurandi KSM, fasilitator menganjurkan untuk ikut terjun langsung ikut menagih anggota KSM yang tidak mau membayar pinjaman dana bergulir. Ketika kita sedang melakukan FGD tiba-tiba ada seorang Faskel yang masuk dan tidak begitu peduli dengan kegitan FGD relawan yang sedang kita lakukan, Faskel ini tampaknya lebih berkepentingan terhadap pengisian loog book sebagai laporan kegiatan mereka komunikasi dengan warga masyarakat. Menurut BKM, pengisian loog book itu sebenarnyaa hanya formalitas saja dan stempel. Apa yang tertulis di loog book tidak menggambarkan kegiatan yang sebenarnya. Anggota BKM sudah mengerti soal ini. Pola komunikasi seperti ini menggambaarkan bahwa antara faskel dan BKM saling melindungi dalam konteks kegiatan P2KP di lapangan. Karena itu setiap kali ditanyakan sejauhmana peran fasekel dalam pendampingan jawaban, dan sebaliknya ketiga faskel ditanyakan kegiatan BKM di lapangan. 1 KSM Ekonomi di Kampung Jawa terjadi kasus dimana dana bergulir tidak disalurkan ke anggota melainkan dimanfaatkan sendiri oleh Ketua KSM yang sekaligus kepala lingkungan.

6 Pertanyaan IV. Strategi peningkatan kapasitas yang didorong permintaan, apakah yang sesuai dengan kebutuhan perempuan di lokasi penelitian dan hubungan apa yang memungkinkan untuk kegiatan peningkatan kapasitas yang ada sekarang ini di berbagai bidang/departemen Kegagalan dana bergulir di kelurahan ini menjadikan tidak ada antusiame semua pihak untuk melanjutkan lagi dana bergulir. Padahal, dana bergulir (KSM Ekonomi) adalah salah satu program yang bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan perempuan. Ada suatu pertanyaan yang selalu kita kemukakan di kalangan anggota KSM yang macet, yaitu mengapa jika meminjam di koperasi atau sering disebut bank subuh, yang bunganya besar itu tidak pernah menunggak? Warga miskin melihat uang dari koperasi bukan uang pemerintah yang tidak usah dikembalikan. Selain itu, cara penagihan koperasi cukup serius. Peminjam yang belum bayar anggsuran dicari siang-malam. Penagih pada koperasi adalah karyawan koperasi yang bukan warga setempat, bukan tetangga. Berbeda dengan KSM ekonomi. Dari FGD yang kita lakukan, para ketua KSM merasa sungkan dan tidak mau berkonflik dengan tetangga untuk menagih angsuran. Karena itu, hampir semua pihak kaum perempuan tidak begitu lagi merespon program dana bergulir lagi, bahkan ada seorang kepala lingkungan merasa keberatan jika ada program dari pemerintah yang turun di lingkungannya. Program seperti dana bergulir membikin pusing seorang kepala lingkungan. Strategi program apa yang sesuai dengan kebutuhan perempuan? Dari FGD yang dilakukan di kalangan KSM perempuan cenderung memilih bantuan yang sifatnya sosial, seperti kursus menjahit, beasiswa atau bantuan lainnya yang bukan permodalan, misalnya ketrampilan membuat makanan, seperti kerupuk ikan, atau peralatan dan sejenisnya. Pertanyaan V : Strategi apa yang dapat membahas kesenjangan reaksi gender sebagai bagian dari budaya proyek di semua tingkatan. Dibandingkan Bima, pola hubungan suami-istri agak beda. Lelaki sebagai KK di RT miskin di Bima masih ada tanggungjawab untuk menutupi kekurangan penghasilan keluarga dan istri membantu. Suami-istri di keluarga Miskin bekerjasama mencari nafkah, seperti terjadi pada pemecah batu di kelurahan Sambinae. Hal ini tidak terjadi di Mataram Barat. Ada kesan lelaki sebagai suami tidak peduli dengan kekurangan ekonomi yang dihadapi. Di kelurahan Mataram Barat kita sering kali mendengar pada setiap kali melakukan wawancara dan FGD, yakni bahwa lelaki sebagai kepala rumah tangga banyak mengangur di keluarahan sini banyak yang menganggur, sifat pekerjaan tergantung musim, jika ada order pekerjaan cat, bahkan ada yang mengatakan lelaki disini mencari uang dengan berjudi babotoh, dan tidak mau bekerja. Informasi seperti ini tidak dijumpai di Bima. Beban peranan ekonomi pada RT miksin di kelurahan Mataram Barat lebih berat dibandingkan dengan Bima I dan Bima II. Disamping itu, dana bergulir yang diharapkan bisa mengurangi bebab berat kaum perempuan-ibu rumah tangga tidak pernah berjalan. Karena itu kedepan, sebaiknya perlu memberikan keterlibatan faskel tidak hanya berupa pendampingan saja melainkan sebagai pengelolaan dana bergulir dalam KSM dan diorganisir sampai level kecamatan atau kelurahan-kelurahan yang menjadi lokasi P2KP. Strategi ini

7 penting jika kita belajar dari program simpan-pinjam lain yang lancar (koperasi). Keterlibatan aktif orang luar ini sangat penting karena tingkat kepercayaan antara warga rendah terutama yang terkait dengan kegiatan ekonomi. Modal sosial sangat rendah. Jadi pengotimalan peranan Faskel ekonomi dalam kegiatan KSM ekonomi sangat penting, yang tidak hanya pada tugas pendampingan tetapi sebagai pengelola kegiatan simpangpinjam KSM-KSM ekonomi di tingkat antar kelrurahan (kecamatan). Peranan faskel nantinya berkurang jika kegiatan KSM-KSM sudah benar-benar mandiri. Pertanyaan VI : Perubahan apakah yang diperlukan rancangan program, mencakup strategi untuk kepegawaian, pelatihan dan program responden gender Kita belum bisa menjawab pertannyaa ini karena kita belum melakukan diskusi dan FGD dengan faskel, Korkot dankmw. Kegiatan di atas dilakukans setelah pelaksaan kegiatan di Mataram II (Kelurahan Karangpule).

LAPORAN SEMENTARA LOKASI

LAPORAN SEMENTARA LOKASI LAPORAN SEMENTARA LOKASI Kelurahan : Karang Pule Kecamatan : Mataram Kota : Mataram Propinsi : Nusa Tenggara Barat Kategori : Partisipasi Perempuan Rendah Tim : Ary Wahyono dan Marini Purnomo Karangpule

Lebih terperinci

Pertanyaan Penelitian & Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender

Pertanyaan Penelitian & Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian & Informan Kunci Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian 1: Apakah masalah-masalah, hambatanhambatan dan juga peluang-peluang utama yang mempengaruhi perberdayaan ekonomi-sosial

Lebih terperinci

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA Rekrutmen Cara Penentuan : Lebih banyak pada penunjukkan langsung dari Tomas Ketua KSM, biasanya Tomas, menunjuk anggota-anggotanya Ketua KSM, umumnya kelas menengah ke atas, menerima BLM lebih besar dari

Lebih terperinci

Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender

Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian 1: Apakah masalah-masalah, hambatanhambatan dan juga peluang-peluang utama yang mempengaruhi pemberdayaan ekonomi-sosial

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

Site Report Tim Kerelawanan Waktu : Juli 2009 Lokasi : Makassar

Site Report Tim Kerelawanan Waktu : Juli 2009 Lokasi : Makassar Site Report Tim Kerelawanan Waktu : 13 22 Juli 2009 Lokasi : Makassar A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kelurahan Tabaringan, Kecamatan Ujung Tanah Kelurahan Tabaringan berada di pinggiran utara Kota Makassar.

Lebih terperinci

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Pertanyaan Penelitian Siapakah yang menjadi relawan dan apa saja jenis kemampuan, kapasitas, dan komitmen

Lebih terperinci

Site Report Tim Kerelawanan Waktu : Juli 2009 Lokasi : Gorontalo

Site Report Tim Kerelawanan Waktu : Juli 2009 Lokasi : Gorontalo Site Report Tim Kerelawanan Waktu : 22 30 Juli 2009 Lokasi : Gorontalo A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kelurahan Limba B, Kecamatan Kota Selatan Kelurahan Limba B berada di sebelah selatan Kota Gorontalo. Jumlah

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

Site Report Tim (IV) Kegiatan Sosial Waktu : Mei 2009 Lokasi : Pasuruan Jawa Timur

Site Report Tim (IV) Kegiatan Sosial Waktu : Mei 2009 Lokasi : Pasuruan Jawa Timur Site Report Tim (IV) Kegiatan Sosial Waktu : 18 26 Mei 2009 Lokasi : Pasuruan Jawa Timur A. Ringkasan Hasil Sangat Sementara Kedua kelurahan ini merupakan sasaran dari program PNPM tahun 2007. Dilihat

Lebih terperinci

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MAKASSAR

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MAKASSAR Sosialisasi Masih ada kawasan yang belum tersentuh sehingga tampak kumuh Masih ada kesimpangsiuran kebijakan dari pusat kepada pelaku PNPM (Faskel) dalam menentukan kegiatan sosial Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

Site Report Tim Kerelawanan Waktu : Juni 2009 Lokasi : Pasuruan

Site Report Tim Kerelawanan Waktu : Juni 2009 Lokasi : Pasuruan Site Report Tim Kerelawanan Waktu : 17 25 Juni 2009 Lokasi : Pasuruan A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kelurahan Panggungrejo, Kecamatan Bugul Kidul Kelurahan PANGGUNG REJO masuk dalam kecamatan Bugul Kidul,

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 39 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Situ Gede Wilayah Kelurahan Situ Gede berada pada ketinggian 250 meter

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA LOKASI

LAPORAN SEMENTARA LOKASI LAPORAN SEMENTARA LOKASI Kelurahan Kecamatan Kota Propinsi Kategori Tim : Sambinae : Mpunda (Pemekaran dari Kec.Rasanae Barat) : Bima : Nusa Tenggara Barat : Partisipasi Perempuan Rendah : Ary Wahyono

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA KAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM P2KP

LAPORAN SEMENTARA KAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM P2KP LAPORAN SEMENTARA KAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM P2KP Kelurahan : Serae Kecamatan : Mpunda (Pemekaran dari Kec.Rasanae Barat) Kota : Bima Propinsi : Nusa Tenggara Barat Kategori : Partisipasi Perempuan

Lebih terperinci

Site Report Tim Kerelawanan Waktu : 28 Mei 6 Juni 2009 Lokasi : Bengkulu

Site Report Tim Kerelawanan Waktu : 28 Mei 6 Juni 2009 Lokasi : Bengkulu Site Report Tim Kerelawanan Waktu : 28 Mei 6 Juni 2009 Lokasi : Bengkulu A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kelurahan Kebun Geran, Kecamatan Ratu Samban Kelurahan Kebun Geran tidak jauh berbeda dengan Kelurahan

Lebih terperinci

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MEDAN

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MEDAN Lingkungan Kegiatan bermanfaat Swadaya berjalan bagus, hampir 50% (uang + tenaga) Tepat sasaran Tingkat keberlanjutan kegiatan cukup bagus (air bersih) Bagi KSM kegiatan lingkungan telah menambah pengetahuan

Lebih terperinci

10/12/09 METODE PENGUMPULAN DATA. Koordinasi awal/kulonuwun dengan Korkot dan BKM (Kulonuwun sebagai langkah awal untuk masuk ke masyarakat)

10/12/09 METODE PENGUMPULAN DATA. Koordinasi awal/kulonuwun dengan Korkot dan BKM (Kulonuwun sebagai langkah awal untuk masuk ke masyarakat) 1 INFORMAN METODE PENGUMPULAN DATA Koordinasi awal/kulonuwun dengan Korkot dan BKM (Kulonuwun sebagai langkah awal untuk masuk ke masyarakat) RT/RW/Kepala Faskel/Senior Faskel Wawancara bebas untuk mendapat

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

Rapat Koordinasi Program Direktur & Team Leader PNPM Perkotaan Bogor, Juli 2012

Rapat Koordinasi Program Direktur & Team Leader PNPM Perkotaan Bogor, Juli 2012 Rapat Koordinasi Program Direktur & Team Leader PNPM Perkotaan Bogor, 16-19 Juli 2012 1. WARGA MISKIN (PS-2) PEMANFAAT PROGRAM Secara nasional dari tahun 2007-2011, KK Miskin penerima manfaat kegiatan

Lebih terperinci

Pertanyaan Penelitian 1 : Bagaimana Pola kegiatan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh BKM?

Pertanyaan Penelitian 1 : Bagaimana Pola kegiatan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh BKM? Site Report Tim (IV) Kegiatan Sosial Waktu : 8 Juni-17 Juni 2009 Lokasi : Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo A. Ringkasan Hasil Sangat Sementara Kedua kelurahan ini merupakan sasaran dari program P2KP tahun

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN 5.1. Evaluasi Persiapan (Input) Program Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 banyak menyebabkan munculnya masalah baru, seperti terjadinya PHK secara besar-besaran, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir

Lebih terperinci

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian Petunjuk Pengisian PANDUAN KUESIONER a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu/Saudara, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i pilih.

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 50 BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 6.1 Karakteristik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada umumnya telah banyak kelompok tumbuh di masyarakat,

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah Lorong/Dusun

Lebih terperinci

BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP

BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP Dengan mempertimbangkan bahwa pelaksanaan P2KP harus dilandasi oleh nilai kesetaraan gender, maka untuk mengetahui keberhasilan P2KP dilihat tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II K E L U R A H A N

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II K E L U R A H A N PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian LAMPIRAN 121 122 Lampiran 1. Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian Sumber Informasi Lurah Kenanga Staf kelurahan Masyarakat Penggalian dokumen monogram Kelurahan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 53 VI. PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 6.1. Pengaruh Tingkat Kemauan Terhadap Perempuan dalam Program PNPM mandiri perkotaan Tingkat

Lebih terperinci

Presentasi #3. Oleh: Tim 1

Presentasi #3. Oleh: Tim 1 Presentasi #3 Oleh: Tim 1 Tata Saji 1. Tematik Studi 2. Pertanyaan Penelitian 3. Isu-isu Pokok 4. Strategi Penelitian Informan Metode Pengumpulan Data Instrumen Pengumpulan Data 2 Pertanyaan Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran pada hasil Perencanaan Jangka Menengah (PJM) menghasilkan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 84 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 November 2016 di Kelurahan Tambakbayan 1. Selamat siang pak, maaf mengganggu waktunya

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

Tabel.1. Pengaduan Informatif Pada Siklus BLM

Tabel.1. Pengaduan Informatif Pada Siklus BLM A. Pelaksanaan PPM di PNPM Mandiri Perkotaan ICDD Phase I Pengelolaan Pengaduan Masyarakat pada phase I oleh KMP ICDD Wilayah I di mulai pada periode Agustus 2010. Jumlah pengaduan yang diserah-kelolakan

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang di rancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat miskin adalah melalui pemberdayaan wanita sebagai mitra sejajar dengan pria, peran nafkah tidak lagi didominasi hanya oleh pria sebagai

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan. Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan

Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan. Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan Partisipasi Perempuan dalam PNPM 1 Andy A. Zaelany Gender specialist / anthropologist Ary Wahyono Sociologist Triyoga Supriatmadji Community development Achmad Fatony Sociologist Marini Purnomo Community

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa Pemilu BKM 3 Minta salah seorang warga menjelaskan tentang hasil FGD Kelembagaan dan FGD Kepemimpinan yang telah dilakukan pada siklus PS, terutama berkaitan dengan: (1) kriteria-kriteria lembaga komunitas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK PELAKSANAAN PPMK Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) merupakan program lanjutan dalam PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong proses transformasi

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

BAB VIII PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

BAB VIII PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT 80 BAB VIII PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT 8.1 Peranan Modal Sosial dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat Tiga pilar utama modal sosial, yaitu kepercayaan (trust),

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan

Lebih terperinci

MATRIKS PERTANYAAN PENELITIAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN TEAM 4 (STUDY ON COMMUNITY ORGANIZED SOCIAL ACTIVITIES IN PNPM MANDIRI)

MATRIKS PERTANYAAN PENELITIAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN TEAM 4 (STUDY ON COMMUNITY ORGANIZED SOCIAL ACTIVITIES IN PNPM MANDIRI) No Pertanyaan Penelitian 1 Pola kegiatan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh BKM MATRIKS PERTANYAAN PENELITIAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN TEAM 4 (STUDY ON COMMUNITY ORGANIZED SOCIAL ACTIVITIES

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN 1. Pengertian 1 2. Pengelola Bergulir 2 3. Penerima Manfaat Bergulir 2 4. Ketentuan

Lebih terperinci

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

Site Report Tim (IV) Kegiatan Sosial Waktu : 13 Juli 23 Juli 2009 Lokasi : Bengkulu Propinsi Bengkulu

Site Report Tim (IV) Kegiatan Sosial Waktu : 13 Juli 23 Juli 2009 Lokasi : Bengkulu Propinsi Bengkulu Site Report Tim (IV) Kegiatan Sosial Waktu : 13 Juli 23 Juli 2009 Lokasi : Bengkulu Propinsi Bengkulu A.Ringkasan Hasil Sangat Sementara Kelurahan Panorama, Gading Cempaka Bengkulu Kelurahan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan bukti bahwa pemerintah belum mampu mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Fenomena ini tampil sebagai solusi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi BUKU 4c SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

a. Gambaran Umum Kelurahan Tanjung Mulia Hilir

a. Gambaran Umum Kelurahan Tanjung Mulia Hilir 1 LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN DI MEDAN TIM KAJIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF (PJM PRONANGKIS) A. RINGKASAN HASIL SANGAT SEMENTARA (1) Gambaran Umum Wilayah Studi Kota Medan memiliki luas 26.510 Ha (3,6% dari

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM DAN STRATEGI PENINGKATAN POTENSI EKONOMI PEREMPUAN

RANCANGAN PROGRAM DAN STRATEGI PENINGKATAN POTENSI EKONOMI PEREMPUAN 79 RANCANGAN PROGRAM DAN STRATEGI PENINGKATAN POTENSI EKONOMI PEREMPUAN Dari hasil kajian terhadap kasus-kasus keluarga PHK, didapat gambaran tipe yang berbeda-beda. Permasalahan dari keluarga PHK yang

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) BUKU 5 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi 1.1.1 Letak Geografis Desa Batannyuh adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Secara Demografi, Desa Batannyuh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung) 38 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Geografis. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung) yang terletak di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah

Lebih terperinci

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor :.

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor :. PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor. Pada hari ini. tanggal.. bulan. tahun 20, kami yang bertanda tangan di bawah ini

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci