VI. PERMODELAN SISTEM PERENCANAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PERMODELAN SISTEM PERENCANAAN"

Transkripsi

1 VI. PERMODELAN SISTEM PERENCANAAN 6.1. Susunan Model Perencanaan Perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong di Sumatera Barat terdiri atas beberapa model. Perencanaan dimulai dengan menganalisis kondisi lingkungan strategis pada kawasan peternakan sapi potong untuk perumusan model strategi pengembangan sebagai awal mendisain model perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong. Kemudian model perencanaan dievaluasi dengan mengakuisisi pengetahuan pakar dengan melibatkan perbedaan-perbedaan pendapat berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) yang bersifat kompleks, dinamis dan probabilistik. Pemecahan masalah dilakukan melalui permodelan sistem, sehingga proses pengambilan keputusan dari model yang dihasilkan diharapkan bersifat rasional, transparan dan terukur. Permodelan yang dirancang adalah pemrograman dalam bentuk perangkat lunak sistem penunjang keputusan (SPK) dengan nama Agroindustry of Beef Cattle Model in West Sumatra disingkat dengan AGRIBEST. Permodelan sistem direkayasa untuk membantu stakeholders dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pengembangan agroindustri sapi potong. Bahasa pemrograman yang digunakan berbasis visual dan model program AGRIBEST yang terdiri dari empat (4) komponen, yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model, sistem manajemen pengetahuan dan sistem manajemen dialog Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data digunakan untuk mengelola data yang diperlukan dalam analisa model. Sistem manajemen basis data program AGRIBEST disusun dalam empat (3) basis data sebagai berikut Data Strategi Pengembangan Agroindustri Sapi Potong Data strategi pengembangan agroindustri sapi potong yang digunakan adalah data kualitatif yang terdapat pada elemen hirarki perumusan strategi pengembangan agroindustri sapi potong di Sumatera Barat. Hirarki perumusan strategi tersusun atas lima (5) tingkatan, yaitu: fokus, pelaku, prinsip, kriteria, dan strategi. Hirarki kesatu fokus, yaitu pola umum pengembangan agroindustri sapi potong di Sumatera Barat.

2 Hirarki kedua elemen pelaku, yaitu: (1) pengusaha swasta, (2) koperasi, (3) kelompok peternak, (4) pemda kabupaten/kota, (5) masyarakat setempat, (6) lembaga swadaya masyarakat, dan (7) perusahaan daerah. Hirarki ketiga dan keempat, elemen prinsip dengan kriterianya, yaitu: (1) potensi dan pemberdayaan masyarakat dengan krtiteria: a) peran masyarakat perantau, b) kemampuan dan potensi masyarakat, (2) kepastian status dan fungsi lahan dengan kriteria: a) kesepakatan penggunaan lahan/lokasi usaha, b) kejelasan fungsi dan penggunaan lahan, c) kesesuaian perencanaan, (3) kejelasan struktur dan fungsi kelembagaan dengan kriteria: a) kemampuan sumber daya manusia, b) struktur organisasi, dan c) kewenangan dan tanggung jawab dan (4) ketersediaan sarana dan prasarana dengan kriteria: a) infrastruktur, b) sarana tranportasi, dan c) sistem dan prosedur informasi. Hirarki kelima, elemen alternatif strategi, yaitu: (1) pembangunan lumbung (kawasan) agroindustri sapi potong, (2) pengembangan usaha kecil dan menengah, (3) pengembangan produk dan pasar, (4) peningkatan partisipasi investasi perantau, (5) peningkatan mutu ternak dan hasil ternak sapi potong. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metoda Fuzzy-Analytical Hierarchy Process (Fuzzy-AHP). Penilaian perbandingan skala tingkat kepentingan antara elemen-elemen hirarki dari pendapat kualitatif para pakar menggunakan preferensi fuzzy dengan label linguistik, yaitu Mutlak Penting/Absolute Importance, Sangat Jelas Lebih Penting/Very Strong Importance, Jelas Lebih Penting/Strong Importance, Sedikit Lebih Penting/Weak Importance, dan Sama Penting/Equal Importance. Proses pengolahan data dilakukan secara individual dengan persyaratan, setiap individu pakar harus konsisten. Penilaian dilakukan oleh para pakar, yaitu: (1) Dr. Agusli Thaher (Kepala Bidang Pengembangan Penerapan Teknologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Barat); (2) Prof. Dr. Ir. Surya Anwar, MS (Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang); (3) Ir. Bambang Susilobroto, MS (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Barat); (4) Drh. Erinaldi (Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat); (5) Prof. Dr. Ir. Arnim, MS (Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang) Data Perencanaan Pengembangan Agroindustri Sapi Potong. Data yang digunakan pada analisa teknik perencanaan adalah sebagai berikut: 1) kelayakan Pasar, 2) pemilihan Produk, 3) perencanaan lokasi, 4) perencanaan kapasitas produksi. Data teknis perencanaan dilengkapi dengan 5) pembiayaan

3 pengembangan agroindustri, 6) resolusi konflik, 7) komitmen stakeholder, 8) kelayakan ekonomi dan 9) kelayakan finansial. A. Kelayakan Pasar Data untuk kelayakan pasar yang digunakan adalah data historis jumlah konsumen produk, kebutuhan per kapita per tahun dan produksi (penyediaan propinsi) dari data sekunder Statistik Peternakan Tahun (Dinas Peternakan Propinsi Sumbar, ) untuk memprediksi permintaan total dan potensial pasar. Proses pengolahan data dilakukan berdasarkan metoda prediksi. B. Pemilihan Produk Data yang digunakan adalah hasil penilaian kriteria dan alternatif dalam pemilihan produk. Alternatif produk agroindustri sapi potong yang akan dipilih, yaitu: 1) sosis, 2) abon, 3) bakso, 4) dendeng kering, 5) rendang, 6) kerupuk kulit, 7) kulit lapis, 8) kulit sol, 9) tepung tulang, dan 10) pupuk kandang. Alternatif produk yang dikembangkan ditentukan dan dinilai oleh para pakar berdasarkan beberapa kriteria, yaitu: 1) potensi pasar, 2) lokasi, 3) bahan baku, 4) sarana produksi, 5) aksesibilitas, 6) dukungan pemerintah, 7) gangguan dan pencemaran lingkungan, 8) peralatan dan alat (teknologi penunjang), dan 9) sumberdaya manusia. Skala penilaian kriteria, yaitu: Nilai 4 = Sangat Berpengaruh, Nilai 3 = Berpengaruh, Nilai 2 = Kurang Berpengaruh, Nilai 1 = Tidak Berpengaruh. Skala penilaian bobot kriteria, yaitu: Nilai 4 = Sangat Penting atau Sangat Menentukan, Nilai 3 = Penting atau Menentukan, 2 = Agak Penting atau Agak Menentukan, Nilai 1 = Kurang Penting atau Kurang Menentukan. Penilaian terhadap pemilihan alternatif produk dilakukan oleh para pakar, yaitu: (1) Prof. Dr. Ir. Arnim, MS (Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang); (2) Dr. Agusli Thaher (Kepala Bidang Pengembangan Penerapan Teknologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Barat); (3) Ir. Bambang Susilobroto, MS (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Barat); (4) Drh. Erinaldi (Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat); (5) Djaswir Loewis (Sekretaris Gabungan Pengusaha Ekspor Impor (GPEI) Cabang Padang). Proses pengolahan data dilakukan berdasarkan Metoda Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE merupakan salah satu metoda untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak yang membantu dalam

4 pengambilan keputusan. Solusi hasil didapat dari urutan prioritas keputusan di dasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif. C. Perencanaan Lokasi Data yang digunakan dalam perencanaan lokasi pengembangan adalah data hasil penilaian dari skala faktor-faktor yang berpengaruh terhadap alternatif lokasi pilihan. Kriteria-kriteria pemilihan lokasi yang menjadi faktor berpengaruh dalam pengembangan agroindustri sapi potong di Sumatera Barat, yaitu: 1) kondisi wilayah belakang (hinterland), 2) lokasi strategis, 3) infrastruktur dan teknologi, 4) ketersediaan jaringan utilitas, 5) masalah lingkungan sosial, 6) ketersediaan sumber daya manusia, 7) jaminan keamanan, 8) pemasok bahan baku, dan 9) kondisi iklim dan topografi. Skala penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi pengembangan agroindustri, yaitu 1) Nilai 5 = Sangat Tinggi/Memadai, 2) Nilai 4 = Tinggi, 3) Nilai 3 = Cukup Tinggi/Memadai, 4) Nilai 2 = Belum Cukup Memadai, dan 5) Nilai 1 = Tidak Memadai. Penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam pemilihan alternatif lokasi pengembangan agroindustri sapi potong dilakukan oleh para pakar, yaitu: (1) Dr. Agusli Thaher (Kepala Bidang Pengembangan Penerapan Teknologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Barat); (2) Prof. Dr. Ir. Surya Anwar, MS (Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang); (3) Prof. Dr. Ir. Arnim, MS (Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang); (4) Drh. Erinaldi (Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat); (5) Ir. Bambang Susilobroto, MS (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Barat). Alternatif lokasi pengembangan agroindustri sapi potong, adalah 1) Kabupaten Lima Puluh Kota, 2) Kabupaten Agam, 3) Kabupaten Sawahlunto Sijunjung (Dharmasraya), 4) Kabupaten Tanah Datar, 5) Kabupaten Solok, 6) Kabupaten Padang Pariaman, 7) Kabupaten Pesisir Selatan dan 8) Kabupaten Pasaman. Model perencanaan pemilihan lokasi menggunakan Metoda Faktor Peringkat/MFP (Factor-Rating Method). Pemilihan lokasi ditentukan oleh rating tertinggi dari jumlah rata-rata skor terbobot dari semua faktor yang berpengaruh terhadap alternatif lokasi sebagai dasar pilihan. D. Perencanaan Kapasitas Produksi Data perencanaan kapasitas produksi yang digunakan adalah data primer dari hasil survey dan wawancara ke produsen dan pedagang di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh, Pasar Atas dan Pasar Bawah Bukittinggi, Kecamatan Tilatang Kamang

5 dan Kecamatan Baso di Kabupaten Agam. Data yang dibutuhkan dalam perencanaan kapasitas produksi, yaitu: 1) data kebutuhan investasi untuk biaya variabel berupa biaya per unit dari kebutuhan bahan baku, bahan tambahan dan biaya tenaga kerja langsung dan biaya variabel lainnya; 2) data biaya tetap per tahun berupa penyusutan peralatan/mesin dan bangunan, biaya perbaikan dan pemeliharaan bangunan, peralatan/mesin, kendaraan dan biaya tetap lainnya; 3) data harga jual produk per unit yang dihasilkan. Pengolahan data menggunakan formula model titik impas/pulang pokok (BEP) untuk menentukan jumlah output (produk) minimum yang dihasilkan dimana perusahaan tidak mengalami kerugian menggunakan program analisa finansial (Ansial). E. Pembiayaan Pengembangan Agroindustri Data yang digunakan dalam memprediksi pembiayaan pengembangan agroindustri adalah data hasil penilaian beberapa alternatif sumber pembiayaan menggunakan penilaian preferensi fuzzy multi person. Alternatif sumber pembiayaan pengembangan agroindustri sapi potong tersebut adalah 1) perbankan konvensional, b) perbankan syariah, dan c) pola bagi hasil saduoan. Penilaian bobot alternatif pembiayaan menggunakan preferensi label linguistik, yaitu: Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). Pengolahan data menggunakan metoda Fuzzy Investmen Model. Metoda Fuzzy Investmen Model merupakan metoda semi numeric, dimulai dengan tahap Fuzzification, yaitu penilaian dilakukan menggunakan logika fuzzy, kemudian tahap Fuzzy Computation, yaitu pengolahan penilaian bilangan fuzzy dengan mencari sensor agregasi pakar. Pada tahap terakhir Defuzzification, yaitu mengembalikan bilangan fuzzy ke bilangan numerik. Penilaian alternatif sumber pembiayaan dilakukan oleh para pakar, yaitu: (1) Prof. Dr. Ir. Arnim, MS (Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang); (2) Dr. Agusli Thaher (Kepala Bidang Pengembangan Penerapan Teknologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Barat); (3) Dr. H. Eni Kamal, MSc (Ketua Komite Kamar Dagang dan Industri Sumatera Barat); (4) Ir. Bambang Susilobroto, MS (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Barat). F. Resolusi Konflik

6 Data yang digunakan dalam penyelesaian/resolusi konflik terdiri atas: 1) data hasil penentuan prioritas resolusi, 2) data resolusi konflik hasil stakeholders dialogue. Data penentuan prioritas resolusi yaitu data analisis menggunakan metoda Fuzzy- Analytical Hierarchy Process (Fuzzy-AHP) dalam susunan hirarki fokus, faktor penentu, aktor, resolusi. Fokus: Pola umum resolusi konflik stakeholders agroindustri sapi potong di Sumatera Barat; Faktor penentu yaitu: (1) kesepakatan pembagian saham di pihak dalam kaum dan pihak industri, (2) kejelasan pembagian hak dan kewajiban pengelolaan aset adat, (3) terjadi komunikasi yang baik antara mamak dan kemenakan, (4) kesediaan pihak industri memberikan sebagian keuntungannya, (5) perundingan di luar pengadilan, (6) kesepakatan yang disyahkan pengadilan; Pelaku (aktor) dalam menyelesaikan terjadinya konflik, yaitu: (1) ninik mamak di dalam kaum yang bersangkutan, (2) pemilih atau pemegang hak otoritas aset adat (tanah ulayat), (3) kerapatan adat nagari, (4) pihak industri atau pengelola aset adat, (5) pemerintahan nagari, (6) pengadilan negeri; Alternatif resolusi, yaitu: (1) kesesuaian pembagian saham di dalam kaum, (2) menggunakan prinsip adat diisi limbago dituang, (3) kompensasi/kesediaan industri memberikan sebagian keuntungannya, (4) penyelesaian konflik di luar pengadilan (kompromi dan mufakat), (5) kesepakatan tertulis yang disyahkan pengadilan, (6) tukar guling penggunaan aset ulayat. Pengolahan data diawali dengan penilaian perbandingan skala tingkat kepentingan antara elemen-elemen hirarki dari pendapat kualitatif para pakar menggunakan preferensi fuzzy dengan label linguistik, yaitu Mutlak Penting/Absolute Importance, Sangat Jelas Lebih Penting/Very Strong Importance, Jelas Lebih Penting/Strong Importance, Sedikit Lebih Penting/Weak Importance, dan Sama Penting/Equal Importance. Nilai-nilai perbandingan harus diperoleh tingkat konsistensinya, kemudian dilakukan pengolahan vertikal untuk menentukan vektor prioritas sistem ditiap level hirarki. Penilaian perbandingan elemen masing-masing hirarki dilakukan oleh para pakar, yaitu: (1) Prof. Dr. Ir. Arnim, MS (Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang); (2) Ir. Busharmaidi, MS (Wakil Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Barat); (3) Novrial, SE, MA (Kepala Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Sumatera Barat); (4) Drh. Erinaldi (Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat); (5) Drs. Bachzantidor Dt. Bandaro (Penghulu Kaum Suku Caniago, Nagari Guguk Solok); (6) Djaswir Loewis (Sekretaris Gabungan Pengusaha Ekspor Impor (GPEI) Cabang Padang). Data resolusi konflik stakeholders yaitu data nilai

7 lahan/tanah ulayat yang digunakan sebagai lahan/lokasi industri sebagai saham kepemilikan dalam keikutsertaan pemilik hak ulayat dalam biaya investasi pembangunan agroindustri sapi potong. G. Komitmen Stakeholders Data yang digunakan pada evaluasi atau penilaian komitmen stakeholders pengembangan peternakan sapi potong adalah kriteria-kriteria komitmen yang direkomendasikan. Kriteria komitmen pengembangan tersebut, yaitu: 1) kawasan terdiri dari 60 % KK peternak, 2) sosial budaya masyarakat terhadap penguasaan teknologi dan pasar, 3) Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, 4) kepemilikan sapi, 5) pengusahaan ternak secara intensif, 6) akses terhadap permodalan, 7) akses kepada pasar, 8) perizinan investasi dan usaha, 9) pengaturan pemasok dan kebutuhan pangan dan sanitasi bahan asal hewan, 10) pengaturan kemitraan dengan swasta (swasta dan peternak), 11) pemberantasan penyakit hewan menular, 12) pemeliharaan aset peternakan di daerah, 13) pemusnahan bahan asal ternak yang masuk secara illegal. Alternatif komitmen, yaitu: 1) mengembangkan kawasan sentra produksi peternakan (lumbung ternak), 2) mengembangkan unit usaha kecil, 3) melayani kebutuhan sarana (semen beku dan vaksin) dan sumber daya manusia (SDM), dan 4) penyerahan kewenangan ke kabupaten dan kota dalam rangka mempercepat pembangunan peternakan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Metoda Fuzzy Multi-Expert Multi-Criteria Decision Making (ME-MCDM). Metoda Fuzzy ME-MCDM merupakan metoda analisis non numerik. Data hasil penilaian pakar dilakukan perhitungan agregasi kriteria dan agregasi pakar berdasarkan kesepakatan dan negasi tingkat kriteria. Skala penilaian kriteria-kriteria terhadap alternatif komitmen menggunakan preferensi label linguistik dilakukan olah para pakar, yaitu: Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), Sangat Rendah (SR). Para pakar yang menilai, yaitu: (1) Prof. Dr. Ir. Arnim, MS (Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang); (2) Dr. Agusli Thaher (Kepala Bidang Pengembangan Penerapan Teknologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Barat); (3) Drh. Erinaldi (Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat).

8 H. Kelayakan Ekonomi Data yang digunakan dalam kelayakan ekonomi merupakan data kualitatif yang menjadi kriteria-kriteria alternatif kelayakan. Alternatif kelayakan ekonomi dalam pengembangan agroindustri sapi potong di Sumatera Barat adalah 1) Manfaat langsung (direct benefits), 2) manfaat tidak langsung (indirect benefits), 3) Manfaat tidak kentara (intangible benefits), dan 4) Biaya tidak langsung (indirect cost). Kriteriakriteria penilaian dari alternatif manfaat langsung, yaitu: 1) kenaikan nilai hasil produksi sapi potong, 2) meningkatnya mutu produksi, 3) berkurangnya biaya operasional pemasaran, 4) meningkatnya kapasitas produksi, 5) meningkatnya ketersediaan bahan baku, 6) menambah penyerapan tenaga kerja lokal, 7) meningkatnya tingkat pendapatan/keuntungan, 8) peningkatan investasi, 9) peningkatan penggunaan tanah/lahan. Kriteria-kriteria penilaian dari alternatif manfaat tidak langsung adalah 1) mendorong tumbuhnya industri-industri lain, 2) bertambahnya nilai produksi industriindustri lain, 3) meningkatnya kepercayaan berinvestasi, 4) peningkatan pemanfaatan produk samping, 5) peningkatan motivasi berusaha, 6) mendorong meningkatnya inovasi teknologi, 7) meningkatnya nilai lahan/tanah di lokasi pengembangan, 8) mendorong tumbuhnya jumlah stakeholders, 9) menjadikan contoh lokasi pengembangan agroindustri sapi potong. Kriteria-kriteria penilaian dari alternatif manfaat tidak kentara adalah 1) perbaikan lingkungan hidup, 2) berkurangnya pengangguran, 3) peningkatan ketahanan nasional, 4) mendorong tumbuhnya industri serupa di daerah lain, 5) berkurangnya lahan tidur (belum dimanfaatkan), 6) berkembangnya industri penunjang, 7) peningkatan peran stakeholders, 8) mendorong meningkatnya peran nagari, 9) berkembangnya daerah sekitar. Kriteria-kriteria penilaian dari alternatif biaya tidak langsung adalah 1) terjadinya pencemaran lingkungan (polusi udara, bising), 2) perubahan nilai-nilai (norma) dalam masyarakat, 3) terjadinya konflik stakeholders, 4) terganggunya aktivitas/kegiatan sosial masyarakat, 5) berkurangnya stabilitas keamanan lingkungan, 6) terganggu kelancaran penggunaan infrastruktur/sarana umum, 7) perubahan kesepakatan nilai atas penggunaan aset ulayat, 8) tidak seimbangnya pemanfaatan tenaga kerja lokal, 9) pembinaan dan pengembangan kelompok masyarakat lokasi. Skala penilaian kriteria-kriteria terhadap alternatif kelayakan ekonomi menggunakan preferensi label linguistik dilakukan olah para pakar, yaitu: Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), Sangat Rendah (SR). Pengolahan

9 data dilakukan dengan menggunakan kaidah fuzzy dengan nama Metoda Fuzzy Planning Evaluation Model. Metoda ini termasuk Metoda Fuzzy Multi-Expert Multi- Criteria Decision Making (ME-MCDM) non numerik. Para pakar yang menilai adalah (1) Prof. Dr. Ir. Arnim, MS (Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang); (2) Ir. Busharmaidi, MS (Wakil Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Barat); (3) Novrial, SE, MA (Kepala Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Sumatera Barat); (4) Drh. Erinaldi (Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat); (5) Djaswir Loewis (Sekretaris Gabungan Pengusaha Ekspor Impor (GPEI) Cabang Padang). I. Kelayakan Finansial Data yang digunakan dalam kelayakan finansial yaitu data kuantitatif terdiri atas: 1) data kebutuhan dana investasi dapat berujud penyediaan lahan/tanah, pembelian peralatan dan mesin, biaya untuk mendirikan bangunan, pembelian kendaraan operasional, perlengkapan kantor, biaya dan modal pra operasional pabrik; 2) biaya tetap berupa kebutuhan tenaga kerja dapat berujud tenaga kerja langsung dan tidak langsung, penyusutan peralatan dan bangunan serta perbaikan dan pemeliharaan bangunan, peralatan dan mesin, kendaraan operasional dan biaya investasi penanganan limbah; 3) biaya variabel berupa kebutuhan bahan baku, kebutuhan tambahan dan kebutuhan variabel dalam operasional; 4) bunga dan angsuran kredit; 5) data pajak pertambahan nilai; 6) data laba rugi dan 7) data aliran kas proyek (cash flow). Penilaian investasi menggunakan pemecahan dengan (1) Metode Nilai Bersih Sekarang (net present value, NPV) merupakan selisih antara keuntungan sekarang dengan biaya sekarang; (2) Metode Indeks Kemampulabaan (profitability index, PI) merupakan rasio antara nilai sekarang arus kas masuk total dengan nilai sekarang total dari investasi inisial; (3) Metode Tingkat Kemampulabaan Internal (internal rate of return, IRR) merupakan nilai tingkat bunga dari seluruh net cash flow sesudah diproyeksikan sekarang terhadap jumlah nilai biaya investasi; (4) Metode Nisbah Biaya dan Manfaat (Net B/C Ratio) merupakan perbandingan nilai keuntungan bersih terhadap biaya bersih; dan (5) Metode Pemulihan Investasi (payback method, PBP) merupakan penilaian investasi yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi atas keuntungan usaha.

10 Data Evaluasi Perencanaan Pengembangan Agroindustri Sapi Potong Data yang digunakan dalam mengevaluasi model perencanaan adalah data kualitatif pendapat pakar menggunakan sistem pakar yang tergabung ke dalam sistem manajemen basis pengetahuan (knowledge base management system, KBMS) mengunakan metoda Fuzzy dengan kaidah IF THEN Rule. Data evaluasi perencanaan yang digunakan adalah data hasil dari analisis strategi pengembangan, teknis perencanaan (pemilihan produk dan lokasi, ketersediaan bahan baku dan perencanaan kapasitas produksi), sumber pembiayaan, nilai bagi hasil dari kepemilikan saham, serta dilengkapi dengan penilaian komitmen dari stakeholder, kelayakan/dampak ekonomi dan kelayakan finansial. Hasil analisia teknis perencanaan tersebut dijadikan sebagai data untuk input parameter, acuan untuk data aturan (rule base) penilaian dan sebagai data untuk merumusan alternatif keputusan evaluasi yang terdapat dalam deskripsi evaluasi. Penilaian untuk evaluasi model perencanaan dilakukan dengan menggunakan software KBMS. Penilaian dapat dilakukan oleh seorang pakar atau beberapa pakar yang berkompeten dan mampu menilai untuk mengevaluasi model perencanaan pengembangan agroindutri sapi potong di Sumatera Barat Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model yang dirancang secara garis besar terdiri dari a) Model Strategi Pengembangan Agroindustri Sapi Potong, b) Model Perencanaan Pengembangan Agroindustri Sapi Potong, dan c) Evaluasi Model Perencanaan Pengembangan Agroindustri Sapi Potong Model Strategi Pengembangan Agroindustri Sapi Potong Model Perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong yang dibangun pada kawasan lumbung ternak merupakan kawasan sentra produksi peternakan sapi potong di kabupaten/kota Sumatera Barat. Alternatif rumusan strategi merupakan hasil penilaian faktor strategis eksternal dan faktor strategis internal yang dirumuskan menggunakan analisis matriks internal eksternal (matriks IE), matriks SWOT dan Matriks Grand Strategy. Metoda Fuzzy-AHP digunakan dalam penentuan strategi prioritas dalam hirarki pola umum pengembangan agroindustri sapi potong di Sumatera Barat. Diagram alir proses perumusan model strategi pengembangan agroindustri sapi potong disajikan pada Gambar 13.

11 Mulai Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal Evaluasi Faktor Eksternal dan Internal IFE dan EFE Matriks Penilaian Faktor Eksternal dan Internal Tidak Sesuai? Penjumlahan Nilai Faktor Internal dan Eksternal Penilaian Bobot dan rating Perhitungan Jumlah dan Bobot Ya Matriks IE, Matriks Grand Strategy, Matriks SWOT Fuzzy-AHP dengan kriteria SFAS Rumusan Alternatif Strategi Strategi Prioritas Gambar 13. Diagram alir perumusan model strategi pengembangan agroindustri sapi potong Model Perencanaan Pengembangan Agroindustri Sapi Potong Model perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong yang dibangun mempertimbangkan kelayakan dari aspek teknis, kondisi pasar, suplai bahan baku, lingkungan fisik dan lingkungan sosial, serta kelayakan dalam biaya investasi dan ekonomi. Cakupan kajian dirangkum di dalam teknis perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong ke dalam model permintaan pasar dan prediksi permintaan produk, model pemilihan produk agroindustri, model perencanaan lokasi pengembangan, dan model perencanaan kapasitas produksi dan merupakan modelmodel utama dalam perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong yang memberikan alternatif sistem pengambilan/penunjang keputusan. Sistem penunjang keputusan merupakan kesatuan dari sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model, dan sistem manajemen basis pengetahuan. Sistem penunjang keputusan dilengkapi dengan model pemilihan pembiayaan pengembangan agroindustri sapi potong dan penyelesaian (resolusi) konflik stakeholders pada pengembangan agroindustri sapi potong. Teknis perencanaan agroindustri sapi potong disajikan sebagai berikut. A. Model Permintaan Pasar dan Prediksi Permintaan Produk. Model permintaan pasar dan prediksi permintaan produk dimasa yang akan datang menggunakan metoda kuantitatif melalui persamaan matematis yang dievaluasi tingkat kesalahan. Prediksi data permintaan pasar dan ketersediaan produk

12 menggunakan program software Statistical Analysis System (SAS), yakni The SAS System for Window v6.12. Beberapa metoda prediksi yang digunakan, yaitu: 1) Exponential Smoothing Method (expo); 2) Stepwise Autoregressive Method (Stepar); dan 3) Winters Exponentially Smoothed Trend-Seasonal Method (winters). Diagram alir proses penentuan prediksi model kelayakan pasar secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 14. Mulai Metoda Prediksi 1. Exponential Smoothing Method (expo), 2. Stepwise Autoregressive Method (Stepar), 3. Winters Exponentially Smoothed Trend- Seasonal Method (winters). Basis data: a. Jumlah konsumen/pengguna b. Kebutuhan per kapita per tahun c. Produksi (penyediaan) produk Basis Data Permintaan Perhitungan: Model Permintaan Total = Jumlah Konsumen x Kebutuhan per kapita, Model Ketersediaan Produk = Produksi produk Permintaan Total Hitung Analisis Statistik MAE, MSE, R 2 Metoda Prediksi Tidak Dipilih Tidak Cetak Hasil Prediksi Periode yang akan datang Metoda Prediksi yang Digunakan Kesalahan Terkecil & R 2 Terbesar? Ya Gambar 14. Diagram alir model prediksi permintaan pasar dan ketersediaan produk B. Model Pemilihan Produk Agroindustri Sapi Potong. Model pemilihan produk agroindustri sapi potong dirancang menggunakan Metoda Perbandingan Eksponensial (MPE) berdasarkan penilaian kriteria dan alternatif produk yang telah direkomendasi, yaitu: 1) potensi pasar, 2) lokasi, 3) bahan baku, 4) sarana produksi, 5) aksesibilitas, 6) dukungan pemerintah, 7) gangguan dan pencemaran lingkungan, 8) peralatan dan alat (teknologi penunjang), dan 10) sumberdaya manusia. Alternatif produk yang sesuai dikembangkan di Sumatera Barat, yaitu: 1) sosis, 2) abon, 3) bakso, 4) dendeng kering, 5) rendang, 6) kerupuk kulit, 7) kulit lapis, 8) kulit sol, 9) tepung tulang, dan 10) pupuk kandang. Diagram alir pemilihan produk agroindustri sapi potong yang akan dikembangkan secara rinci ditunjukkan pada Gambar 15.

13 Mulai Menyusun semua alternatif keputusan Menentukan kriteriakriteria keputusan Penilaian Alternatif dan Kriteria Nilai total atau skor alternatif setiap kriteria dihitung dengan MPE: Total nilai m ( TN1) = ( RKij) j= 1 TKKj Urutan prioritas keputusan pada skor masing-masing alternatif Prioritas keputusan Gambar 15. Diagram alir model pemilihan produk agroindustri sapi potong C. Model Perencanaan Lokasi Agroindustri Sapi Potong. Model perencanaan pemilihan lokasi pengembangan agroindustri sapi potong dirancang pada kawasan sentra peternakan sapi potong yang menjadi lumbung ternak nagari pada delapan kabupaten di Sumatera Barat (Dinas Peternakan Propinsi Sumbar, 2002) sebagai alternatif lokasi pengembangan agroindustri sapi potong, yaitu Kabupaten Lima Puluh Kota, Agam, Sawahlunto Sijunjung (Dharmasraya), Tanah Datar, Solok, Padang Pariaman, Pesisir Selatan dan Kabupaten Pasaman. Pemilihan lokasi ditentukan oleh rating tertinggi dari jumlah rata-rata skor terbobot dari semua faktor yang berpengaruh terhadap alternatif lokasi sebagai dasar pilihan. Diagram alir model perencanaan lokasi ditunjukkan pada Gambar 16. Mulai Penentuan alternatif pilihan lokasi pengembangan agroindustri Penentuan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap alterntif lokasi Menilai skala faktor faktor yang mempengaruhi lokasi pengembangan agroindustri. Skala 1 (sangat rendah) sampai dengan nomor 5 (sangat tinggi) Menilai peringkat faktor-faktor dengan membuat urutan berdasarkan urutan tingkat kepentingan: Urutan tertinggi adalah 1, kemudian 2, dan seterusnya Penghitungan bobot dengan membagi kebalikan urutan dengan total jumlah urutan Menghitung skor terbobot dengan mengalikan bobot dengan skala masing-masing kriteria lokasi Menjumlahkan skor terbobot masing-masing alternatif lokasi Lokasi terpilih dengan jumlah skor tertinggi Gambar 16. Diagram alir model perencanaan lokasi pengembangan agroindustri sapi potong

14 Model perencanaan pemilihan lokasi menggunakan metoda Faktor Peringkat (Factor-Rating Method). Kriteria yang diidentifikasi sebagai faktor yang berpengaruh pada pemilihan lokasi pengembangan agroindustri sapi potong adalah 1) kondisi wilayah belakang (hinterland), 2) lokasi strategis, 3) infrastruktur dan teknologi, 4) ketersediaan jaringan utilitas, 5) masalah lingkungan sosial, 6) ketersediaan sumber daya manusia, 7) jaminan keamanan, 8) pemasok bahan baku, dan 9) kondisi iklim dan topografi. D. Perencanaan Kapasitas Produksi. Model perencanaan kapasitas produksi menggunakan metoda Break Event Point (BEP). Perencanaan kapasitas yang digunakan adalah jumlah output (produk) yang dihasilkan perusahaan tidak mengalami kerugian (di atas kapasitas BEP) berdasarkan asumsi biaya variabel per unit, biaya tetap per tahun dan harga jual per unit. Diagram alir perencanaan kapasitas produksi disajikan pada Gambar 17. Mulai Data-data Produksi: Data Harga Jual Produk (P) per unit Data Variabel cost (Vc) per unit Data Fixed cost (Fc) per tahun Penghasilan total sama dengan biaya total? P x Q = Fc + (Q x Vc) Ya Gunakan kapasitas produksi BEP dan asumsi perubahan kapasitas di atas BEP Kapasitas Tidak Dipilih Tidak Hitung Kuantitas atau Kapasitas Produksi untuk Mencapai Titik Impas: Fc Q = P Vc Kapasitas Produksi yang Digunakan Gambar 17. Diagram alir model perencanaan kapasitas produksi E. Model Pembiayaan Pengembangan Agroindustri Sapi Potong. Model pembiayaan pengembangan agroindustri sapi potong dirancang berdasarkan penilaian pakar terhadap tiga (3) alternatif sumber pembiayaan, yaitu 1) perbankan konvensional, b) perbankan syariah, dan c) pola bagi hasil saduoan menggunakan metoda Fuzzy Investmen Model. Metoda Fuzzy Investmen Model yang digunakan adalah metoda Fuzzy semi numeric.

15 Penilaian terhadap alternatif sumber pembiayaan menggunakan preferensi fuzzy multi person, dibagi kedalam lima (5) label linguistik, yaitu: Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), Sangat Rendah (SR). Tahapan dalam merumuskan model sumber pembiayaan agroindustri secara rinci ditunjukkan pada Gambar 18. Mulai Jumlah Alternatif Jumlah Kriteria Jumlah Skala Label Penilaian Jumlah Pakar Penentuan Bobot Masing-masing Kriteria Menilai skala faktor-faktor yang mempengaruhi objek dengan membubuhkan nomor 1 (sangat rendah) sampai dengan nomor 5 (sangat tinggi). Menilai Peringkat Faktor yang Mempengaruhi Objek Berdasarkan Urutan Tingkat Kepentingan Penentuan Rata-rata Terbobot (Fuzzy Computation) dengan mencari sensor agregasi pakar/responden. Pengembalian bilangan fuzzy ke ekspresi natural digunakan dengan Centre of Grafity (CoG) (Defuzzification) Nilai Tingkat Pembiayaan Pengembangan Agroindustri Gambar 18. Diagram alir model pembiayaan pengembangan agroindustri sapi potong F. Model Resolusi Konflik Stakeholders Resolusi konflik dibangun dalam dua model, yaitu model prioritas resolusi konflik dan model resolusi konflik melalui stakeholders dialogue. Model prioritas resolusi konflik merupakan model yang menghasilkan prioritas untuk penyelesaian (resolusi) konflik yang dapat disebabkan dari pengembangan agroindustri di Sumatera Barat yang masih kuat memegang teguh adat istiadat. 1. Prioritas Resolusi Konflik Penggunaan aset (tanah atau lahan) ulayat untuk tujuan komersil, baik yang dilakukan antara masyarakat maupun oleh pihak lain di Sumatera Barat perlu kejelasan sesuai prinsip adat atau dengan alternatif penyelesaian yang lain, seperti adat diisi limbago dituang yaitu adanya kejelasan pembagian hak dan kewajiban. Penilaian relatif pentingnya suatu komponen resolusi konflik terhadap komponen resolusi lainnya secara rinci ditunjukkan pada Gambar 19.

16 Mulai Susunan Hirarki Perhitungan Eigen Vector pada Setiap Hirarki Matriks Pairwise Comparison Penilaian Berpasangan untuk Setiap Elemen dengan kaidah preferensi fuzzy Penentuan Lokal Prioritas Perhitungan Indeks Konsistensi (CI) Perhitungan Rasio Konsistensi (CR) Perhitungan Indeks Konsisten Gabungan dan Rasio Konsistensi Gabungan Penyusunan Matriks Gabungan Konsisten? Tidak Ya Tidak Konsisten? Ya Pengolahan Vertikal Prioritas Resolusi Konflik Gambar 19. Diagram alir model prioritas resolusi konflik Penyelesaian (resolusi) konflik yang digunakan disesuaikan dengan prioritas resolusi yang dihasilkan untuk disepakati. Pendapat pakar dapat digunakan untuk menentukan prioritas resolusi. Pendekatan Fuzzy-AHP digunakan dalam memprioritaskan resolusi konflik yang terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan hirarki yang telah dirancang, yaitu: fokus, faktor penentu, pelaku/aktor, dan resolusi atau penyelesaiannya. 2. Resolusi Konflik. Model resolusi konflik stakeholders dialogue dirancang untuk mendapatkan nilai kesepakatan bersama dari pihak yang berperkara. Nilai kesepakatan yang diperoleh menggunakan besaran nilai lahan/tanah pemilik hak ulayat yang digunakan pengelola (investor) sebagai keikutsertaan modal investasi pemilik hak selama industri berjalan. Tahapan model resolusi konflik stakeholders disajikan pada Gambar 20.

17 Mulai Identifikasi Kepentingan Investor, Pengusaha Swasta (investor), dan Masyarakat sekitar Kawasan Pemegang Hak Ulayat. Perbedaan Kepentingan Pengusaha Swasta (Investor) dan Masyarakat Sekitar Kawasan atas Kepemilikan Lahan Dialogue: Kesepakatan Menerima Keputusan Prioritas. Proses Iterasi Kompromi Nilai Keputusan Prioritas atas penggunaan Lahan untuk Agroindustri Sapi Potong Berdasarkan kompromi. Nilai Pembagian Keuntungan yang Diterima Pemegang Otoritas Aset Adat (tanah Ulayat): Persentase nilai kesepakatan x Nilai Keuntungan yang diperoleh industri Nilai Anggaran yang perlu Dialokasikan Agroindustri Sapi Potong (industri) Gambar 20. Diagram alir model resolusi konflik stakeholders G. Penilaian Komitmen stakeholders Metoda Fuzzy Multi-Expert Multi-Criteria Decision Making (ME-MCDM) merupakan metoda analisis non numerik digunakan untuk menilai komitmen dalam mengembangkan peternakan sapi potong di Sumatera Barat. Identifikasi alternatif penilaian, yaitu: 1) mengembangkan kawasan sentra produksi peternakan (lumbung ternak), 2) mengembangkan unit usaha kecil, 3) melayani kebutuhan sarana (semen beku dan vaksin) dan sumber daya manusia (SDM), dan 4) penyerahan kewenangan ke kabupaten dan kota dalam rangka mempercepat pembangunan peternakan. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam melakukan penilaian komitmen adalah: 1) kawasan terdiri dari 60 % KK peternak, 2) sosial budaya masyarakat terhadap penguasaan teknologi dan pasar, 3) Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, 4) kepemilikan sapi, 5) pengusahaan ternak secara intensif, 6) akses terhadap permodalan, 7) akses kepada pasar, 8) perizinan investasi dan usaha, 9) pengaturan pemasok dan kebutuhan pangan dan sanitasi bahan asal hewan, 10) pengaturan

18 kemitraan dengan swasta (swasta dan peternak), 11) pemberantasan penyakit hewan menular, 12) pemeliharaan aset peternakan di daerah, 13) pemusnahan bahan asal ternak yang masuk secara illegal. Diagram alir penilaian kriteria-kriteria terhadap alternatif dalam menilai komitmen pengembangan peternakan sapi potong secara rinci ditunjukkan pada Gambar 21. Mulai Jumlah Alternatif Jumlah Kriteria Jumlah Skala Label Penilaian Jumlah Pakar Penilaian Para Pakar Terhadap Alternatif dan Kriteria Perhitungan Iterasi dari Kriteria: V ij = min [Neg (W ak) v V ij(a k)] Perhitungan Negasi Skala Penilaian Neg (W k) = W q-k+1 Pengolahan Alterbatif Berdasarkan IPE dengan Kaidah Fuzzy ME-MCDM Penentuan Bobot Faktor Nilai (W) Q (k) = Int [ 1 + k* (q-1)/r] Penentuan Nilai Gabungan Vi = f(v j) = Max [ Q j Λ b j ] Hasil Akhir Keputusan Alternatif Pembiayaan Pengembangan Agroindustri Gambar 21. Diagram alir model penilaian komitmen stakeholders H. Kelayakan Ekonomi dan Finansial Perancangan implementasi model perencanaan dilakukan sebelum suatu program atau kegiatan dilaksanakan dengan penekanan pada kelayakan ekonomis dan kelayakan finansial. Menurut Nitisemito dan Burhan (1995), evaluasi dari suatu gagasan (model) dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan suatu gagasan dapat diteruskan (diterima) atau ditolak (diteruskan). Kelayakan ekonomi dalam perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong dianalisa menggunakan Metoda Fuzzy Multi-Expert Multi-Criteria Decision Making (ME-MCDM) terhadap aspek ekonomis, yaitu: (1) manfaat (benefits), terdiri atas: a) manfaat langsung (direct benefits), b) manfaat tidak langsung (indirect benefits), dan c) manfaat tidak kentara (intangible benefits), dan (2) biaya tidak langsung (indirect costs). Kriteria penilaian dalam evaluasi kelayakan investasi (finansial) pembangunan agroindustri sapi potong yang digunakan adalah Net Present

19 Value (NPV), Profitability Index (PI), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP). Tahapan model kelayakan ekonomi dan finansial ditunjukkan pada Gambar 22. Mulai Identifikasi kriteria-kriteria kelayakan ekonomi (manfaat dan biaya) Kebutuhan Pasar, Jumlah dalam kapasitas produksi Biaya Tetap : Tenaga kerja, Penyusutan, perbaikan dan pemeliharaan investasi lainnya. Biaya Variabel: Bahan baku dan tambahan dan biaya variabel lainnya. Penilaian pakar terhadap kelayakan ekonomi menggunakan kaedah dan pendekatan metoda Fuzzy Skenario Model Kelayakan Kerjasama (pembagian saham) Agroindustri dengan Pemilik hak ulayat Skenario Model Kelayakan proyek, Waktu Pengembalian Kredit, Umur Proyek, Harga Produk. Evaluasi Perencanaan (Evaluasi Kelayakan) Kelayakan Ekonomis (Kualitatif dan Kuantitatif) Manfaat: Biaya: 1. Langsung 1. Langsung 2. Tidak Langsung 2. Tidak Langsung 3. Tidak Kentara Kelayakan Finansial Hitung : NPV, PI, IRR, Net B/C, PBP, Cash Flow, BEP, Analisis Sensitivitas Perhitungan agregasi Kelayakan Ekonomis Ya Layak? Analisa Kelayakan Investasi Tolak/Perbaiki Pengembangan Agroindustri Sapi Potong Layak Gambar 22. Diagram alir model kelayakan ekonomi dan kelayakan finansial Evaluasi Model Perencanaan Tahap perancangan evaluasi model perencanaan merupakan tahapan terakhir dalam rekayasa model perencanaan. Model evaluasi perencanaan menggunakan metoda Fuzzy dengan kaidah IF THEN Rule di dalam sistem manajemen basis pengetahuan (knowledge base management system, KBMS). Evaluasi model perencanaan secara rinci disajikan pada Gambar 23.

20 Mulai Evaluasi/Perbaikan Model Perencanaan Model Perencanaan Agroindustri Sapi Potong Data-data Evaluasi Perencanaan: Data Hasil Analisis Rumusan Strategi, Data Hasil Analisis Perencanaan pengembangan Agroindustri sapi potong. Hasil Evaluasi sesuai dengan model perencanaan yang diinginkan? Ya Gunakan sebagai Model Perencanaan Pengembangan Agroindustri Sapi Potong Tidak Merancang rumusan masukan (input) parameter evaluasi, aturan (rule base), deskripsi keputusan evaluasi dan melakukan verifikasi dan validasi model dalam sistem dialog pada halaman konsultasi pakar Rekomendasi Model Perencanaan dan Evaluasi Gambar 23. Diagram alir evaluasi model perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong KBMS merupakan akuisisi pendapat pakar ke dalam sistem pakar. Penilaian pakar merupakan acuan dalam evaluasi dari model perencanaan yang telah dihasilkan. Hasil keputusan evaluasi merupakan keputusan setelah dilakukan verifikasi dan validasi terhadap model yang telah dirancang. Keputusan akan memberikan gambaran apakah model yang telah dirancang sesuai dengan yang di harapan/diinginkan atau perlu dilakukan perbaikan. Model KBMS terdiri dari 1) input parameter, merupakan hasil analisis model perencanaan yang dijadikan sebagai masukan model dalam parameter yang akan dievaluasi, 2) deskripsi keputusan evaluasi, 3) masukan/input aturan (rule base) model yang menghasilkan rule base model, 4) aturan (rule base), dan 5) sistem dialog (lembar konsultasi) Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Sistem manajemen basis pengetahuan dihasilkan dari pendapat/pengetahuan pakar dan dimodelkan dalam bentuk data kuantitatif, kualitatif dan informasi. Penyusunan basis pengetahuan digunakan dalam membangun perangkat sistem pakar untuk mengambil keputusan. Sistem pakar merupakan salah satu pemecahan yang potensial penyelesaian secara evolutif dan sistematika berbagai masalah dan

21 dapat diterapkan dalam bidang yang cukup kompleks menggunakan kemampuan seorang atau beberapa orang ahli. Pemanfaatan sistem pakar menurut Marimin (2002) dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah dalam bidang tertentu secara cerdas dan efektif dari suatu sistem komputer yang berbasis pengetahuan dan terpadu di dalam suatu sistem informasi. Sistem pakar tersusun dari beberapa komponen, yaitu: 1) fasilitas akuisisi pengetahuan, 2) sistem berbasis pengetahuan, 3) mesin inferensi, 4) fasilitas untuk penjelasan dan justifikasi, dan 5) penghubung antara pengguna dengan sistem pakar Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog dirancang untuk mengatur dan mempermudah interaksi antara model dalam program komputer dengan pengguna (user) yang menggunakan masukan basis pengetahuan, data, dan pilihan skenario. Keluaran yang dihasilkan berupa informasi dalam bentuk pernyataan yang dilengkapi tabel data. Susunan sistem model perencanaan yang dibangun ditunjukkan pada Gambar 24. Data Eksternal Data Sistem Manajemen Basis Data (DBMS) Sistem Manajemen Basis Model (MBMS) Sistem Manajemen Basis Pengetahuan (KBMS) Data Data 1. Data Pengembangan Hasil Peternakan Sapi Potong 2. Data Faktor Faktor Strategis Pengembangan AI Sapi Potong 3. Data Perencanaan Pengembangan AI Sapi Potong 4. Data Evaluasi Perncanaan 1. Model Strategi Pengembangan AI Sapi Potong 2. Model perencanaan Pengembangan AI Sapi Potong, dan 3. Evaluasi Model Perencanaan Pengetahuan pakar, praktisi, informasi kualitatif dan kuantitatif KBMS Strategi Pengembangan, Perencanaan untuk Evaluasi. Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Manjemen Dialog Pengguna Gambar 24. Susunan sistem model perencanaan dan evaluasinya pada pengembangan agroindustri sapi potong di Sumatera Barat

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian IV. METODA PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Komoditi sapi potong merupakan sumber daya lokal yang sangat potensial dikembangkan di Sumatera Barat. Pengembangan sapi potong di Sumatera

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORITIS

III. LANDASAN TEORITIS III. LANDASAN TEORITIS 3.1. Konsep Pengembangan Kawasan Zen (1999) menyatakan, pengembangan dalam arti development merupakan kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat dilakukan, apa yang mereka miliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

VII. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL

VII. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL VII. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL 7.1. Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mengaktifkan sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model dan sistem manajemen basis

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL III. LANDASAN TEORI 3.1 TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Manajemen Ahli

LANDASAN TEORI Sistem Manajemen Ahli LANDASAN TEORI Sistem Manajemen Ahli Para pengambil keputusan sering dihadapkan pada tantangan baik internal dan eksternal yang semakin komplek. Semakin banyaknya informasi pada satu sisi memberikan keuntungan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

REKAYASA MODEL PERENCANAAN DAN EVALUASINYA PADA PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT FIRMAN NOER TA

REKAYASA MODEL PERENCANAAN DAN EVALUASINYA PADA PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT FIRMAN NOER TA REKAYASA MODEL PERENCANAAN DAN EVALUASINYA PADA PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT FIRMAN NOER TA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka 1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Peluang usaha di bidang peternakan ayam pada saat ini terbilang cukup baik, karena kebutuhan akan daging ayam setiap tahunnya meningkat, sementara produksi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tepung dan biskuit dari tepung kepala ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisda Bta di Bogor merupakan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari tahap pra invetasi pada proyek pembangunan industri

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 PROGRAM UTAMA mangosteen 1.0 Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dalam sebuah paket program bernaman mangosteen 1.0. Model mangosteen

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik pupuk organik PT Agrindo Surya Graha yang berlokasi di jalan PLTP Angkrong, Kampung Sunda Wenang, RT 25/ Rw 11,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pada pembiayaan investasi pola musyarakah, hasil laba operasional usaha dibagi antar investor dengan menggunakan nisbah tertentu. Ketidakpastian tingkat hasil laba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Terkait penulisan skripsi ini, ada beberapa penulis terdahulu yang telah melakukan penelitian yang membahas berbagai persoalan mengenai analisis kelayakan usaha. Adapun skripsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data 19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah potensial penghasil perikanan dan telah menyokong produksi perikanan nasional sebanyak 40 persen, mulai dari budidaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Namun, hal ini tidak sejalan dengan jumlah produk agroindustrinya yang tembus dijual di pasar ekspor.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ii iii iv v vi vii

DAFTAR ISI. ii iii iv v vi vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL..... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI WIJEN (Sesamum indicum L.) Luluk Sulistiyo Budi

RANCANG BANGUN MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI WIJEN (Sesamum indicum L.) Luluk Sulistiyo Budi RANCANG BANGUN MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI WIJEN (Sesamum indicum L.) Luluk Sulistiyo Budi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini penulis menyatakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN AGROINDUSTRI KAKAO BERKELANJUTAN DI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY AHP

ANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN AGROINDUSTRI KAKAO BERKELANJUTAN DI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY AHP ANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN AGROINDUSTRI KAKAO BERKELANJUTAN DI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY AHP Universitas Dharma Andalas Email: dewi.a@unidha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

Nunung Nurhasanah 1 ABSTRACT

Nunung Nurhasanah 1 ABSTRACT PENENTUAN PRIORITAS ALTERNATIF KEBIJAKAN SISTEM PRODUKSI BERDASARKAN PENDEKATAN NON NUMERIC MULTIEXPERTS MULTICRITERIA DECISION MAKING: STUDI KASUS PT X Nunung Nurhasanah 1 ABSTRACT There are so many policy

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Virgeovani Hermawan 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Gambir merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang prospektif, namun hingga saat ini Indonesia baru mengekspor gambir dalam bentuk gambir asalan.

Lebih terperinci

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 32 IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 4.1. Identifikasi Indikator Kelayakan Finansial Pada umumnya ada enam indikator yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan finansial dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI

III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI Menurut Khadariah (986), proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit), atau suatu kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 71 BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 5.1 Konfigurasi Model Rancang bangun model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN dibangun dalam bentuk perangkat lunak dengan nama Pin-KK dengan tiga komponen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci