BIDANG F TEKNOLOGI MATERIAL DAN POLIMER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIDANG F TEKNOLOGI MATERIAL DAN POLIMER"

Transkripsi

1

2 BIDAG F TEKLGI MATERIAL DA PLIMER F-1. F-. Peningkatan Mutu Produk Kerajinan Kayu Melalui Proses Pengeringan Dengan ven ukundayanto dan Dwi uheryanto, Balai Besar Kerajinan dan Batik, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen Peridustrian Republik Indonesia, Jl Kusumanegara o. Telp ( , 546, 546; Fax. ( , dwilasmin@yahoo.com Performance (Unjuk Kerja Mesin Ekstrusi Twin crew Untuk Pembuatan Material Wood Komposit Berbasis Pada Polimer Polipropilen Hendro at etijo Tomo, aeful Rochman, Heru antoso, Wawas wathatafrijiah, Balai Pengkajian Teknologi Polimer, BPP Teknologi, Puspiptek, isauk, Tangerang, Telp : 01(5803, Fax : 01(56005, satsetijo@yahoo.com F-3 Depolimerisasi Kitosan Dengan Menggunakan Pereaksi H Bambang rijanto (1, Masduki (, Purwantiningsih (, (1 Pusat Pengkajian dan Penerapan,Teknologi Farmasi dan Medika-BPPT,Jl. MH Thamrin o 8 Jakarta, telp ( , fax ( , ( Departemen Kimia, FMIPA, Institut Pertanian Bogor F-4 Kinerja Benzotriazol &,5 Dimercapto-1,3,4-Thiadiazole ebagai Inhibitor Korosi Pada Pelumas intetik Ester Poligliserol-Estolida Asam leat Dicky Dermawan, Muhammad Edi, Fajar Pranata,Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi, Institut Teknologi asional,jl. PHH Mustafa o. 3 Bandung 4014, d@itenas.ac.id F-5 Pembuatan Bahan Gelasir Dari Pasir Pantai, angkang Telur Ayam Dan Boraks Dian Anggraini dan Haryanto,Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UM,Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan urakarta 510,Telp ext 4 Fax F-6 Fabrikasi Kompon Karet Dan Karakterisasinya utikno dan. Hindarto, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas egeri emarang (UE, Jl. Raya ekaran, Kampus ekaran Gunungpati, emarang, 509, Telp. : ( , smadnasri@yahoo.com F- Pembuatan Urea-Formaldehid Resin ebagai Bahan Perekat Kayu Wahyuni, rining Peni, andra Gunawan, Jurusan Teknik Kimia, ekolah Tinggi Teknologi asional Yogyakarta, Jalan Babarsari, Yogyakarta, 5581, Telp. ( ; Fax. ( ; yuni_mt@lycos.com F-8 Pembuatan Karbon Aktif Dari emikokas Dengan Aktivasi Uap Air Dan Reaktor Unggun Tetap. uprapto dan..ingrum, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Jl. Jend. udirman 63, Bandung, Fax. ( ; slamets@tekmira.esdm.go.id

3 PRIDIG EMIAR AIAL REKAYAA KIMIA DA PRE 005 I : KIERJA BEZTRIAZL &,5 DIMERAPT-1,3,4- THIADIAZLE EBAGAI IHIBITR KRI PADA PELUMA ITETIK ETER PLIGLIERL-ETLIDA AAM LEAT Dicky Dermawan, Muhammad Edi, Fajar Pranata Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi, Institut Teknologi asional Jl. PHH Mustafa o. 3 Bandung d@itenas.ac.id Abstrak Penelitian ini mengkaji kinerja bahan-bahan aktif inhibitor korosi benzotriazol dan,5 dimerkapto-1,3,4-thiadiazole (DMTD pada suatu sampel pelumas sintetik ester poligliserol estolida asam oleat (EPG yang memenuhi spesifikasi viskositas pelumas mesin AE 50. Diuji metode penggunaan aditif, yaitu sebagai senyawa yang dibuat berturut-turut menurut U. Patent untuk benzotriazol dan menurut U. Patent untuk DMTD, serta sebagai produk persenyawaan langsung dengan EPG. Interaksi inhibitor korosi dengan bahan antiwear dipelajari melalui penggunaan dibutil fosfit. Efektivitas bahan aktif diuji pada konsentrasi 0,01% dan 0,05%. Pengujian efektivitas dilakukan dengan merendam logam-logam Fe, u, n dan Pb, masingmasing dengan luas permukaan 8 in dalam 40 gram sampel yang dicampur dengan 1 ml bahan korosif asam formiat 90% selama 5 hari pada suhu 100 o. Laju korosi dan perubahan tampilan logam digunakan sebagai parameter efektivitas inhibitor. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa pada semua variasi percobaan yang dilakukan, semua aditif berhasil menurunkan laju korosi rata-rata dari 0 mg/in.hari menjadi hanya 5,8 mg/in.hari, serta mampu memperbaiki tampilan logam uji. Produk persenyawaan langsung antara benzotriazol dengan EPG menunjukkan kinerja yang paling baik. Interaksi antagonistik antara inhibitor korosi dengan bahan antiwear belum tampak nyata. Peningkatan konsentrasi dari 0,01% ke 0,05% sangat signifikan pengaruhnya pada peningkatan efektivitas. Kata kunci: benzotriazol; DMTD; ester poligliserol estolida asam oleat; inhibitor korosi Pendahuluan Pengembangan bahan-bahan oleokimia terbaharukan menjadi bahan dasar pelumas sintetik berupa ester poligliserol dari campuran asam oleat dengan estolidanya yang kami lakukan telah berhasil memenuhi beberapa kriteria pelumas yang baik, diantaranya telah memenuhi standar karakteristik Dirjen Migas o. 041/K/34/DDJM/1988 dengan beberapa keunggulan komparatif dibandingkan dengan pelumas mesin otomotif komersial, baik yang berbasis mineral oil maupun sintetik, seperti indeks viskositas dan flash pointnya yang sangat tinggi. ungguhpun demikian, masih banyak sifat dan karakteristik lain yang masih perlu dipelajari dan ditingkatkan. alah satu diantaranya adalah kemampuannya dalam memberikan perlindungan pada permukaan logam yang dilumasi dari ancaman korosi. Lingkungan korosif pada permukaan logam yang dilumasi dapat berasal dari sifat internal pelumasnya, (sifat korosif yang dimiliki oleh bahan-bahan yang dikandung pelumas yang digunakan maupun diakibatkan oleh sifat eksternal yang ditimbulkan oleh kondisi operasi mesin. Pada pelumas ester poligliserol estolida asam oleat terkandung gugus karboksilat yang berasal dari sisa asam oleat dan estolidanya yang tak terkonversikan, yang secara formal tercermin dalam hasil analisis bilangan asamnya. Keberadaan ion H ini dapat mengakibatkan korosi pada permukaan logam yang dilumasinya. Masalah ini diperburuk dengan adanya gas hasil pembakaran yang bersifat korosif, misalnya senyawa belerang yang berasal dari bahan bakar yang digunakan, kandungan air, oksigen, serta temperatur tinggi. F-4-1

4 Dicky Dermawan, Muhammad Edi, Fajar Pranata Perlindungan terhadap korosi umumnya dilakukan dengan menambahkan zat aditif inhibitor korosi ke dalam formulasi pelumas. Efektivitas inhibitor korosi dipengaruhi oleh konsentrasi dan kompatibilitas pencampurannya dengan bahan dasar pelumasnya. Umumnya inhibitor korosi cukup efektif bila digunakan pada konsentrasi rendah. Inhibitor korosi memberikan perlindungan terhadap korosi dengan cara adsorpsi kimia pada permukaan logam membentuk lapisan tipis berupa ikatan logam heteroatom amin (--, tio (--, fosfo (-P-, atau eter (-- yang melindungi logam dari korosi sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1 (Rozenfeld, Inhibitor korosi berinteraksi secara antagonistik dengan antiwear agent yang bekerja dengan mekanisme sama (Mortier, 199. Gambar 1 Lapisan Pelindung Korosi Pada Permukaan Logam Umumnya bahan aktif inhibitor korosi memiliki kelarutan yang sangat rendah dalam bahan dasar pelumas, karena itu biasanya digunakan setelah disenyawakan dengan bahan lain untuk meningkatkan kelarutannya. Misalnya, Gemmill (1980 dalam U Pat memaparkan disklosur tentang inhibitor korosi berupa hasil persenyawaan bahan aktif benzotriazol dengan oksazolin. chmitt (1980, dalam U Pat , menyarankan penggunaan bahan aktif dimercapto thiadiazole (DMTD yang disenyawakan dengan asam oleat. Reaksi-reaksi yang terlibat dalam kedua rujukan ini ditunjukkan pada Gambar. 3 ( ( Asam leat H H H Etanolamin - H 3 ( ( ksazolin 3 ( ( ksazolin H Benzotriazol (a 3 ( ( 3 ( H( H H 3 ( H( H Asam leat DMTD 3 ( H( H ( 3 ( 3 ( H( ( 3 ( Asam leat (b Gambar Reaksi-reaksi Pembuatan Inhibitor Korosi: (a U Pat (b U Pat Tampak pada Gambar bahwa reaksi-reaksi yang terlibat pada prinsipnya mempersenyawakan bahan aktif dengan ikatan rangkap yang dikandung senyawa hidrokarbon rantai panjang. truktur semacam ini sebenarnya juga dimiliki struktur ester poligliserol estolida asam oleat (EPG, sehingga terdapat kemungkinan bahwa kedua bahan aktif, yaitu benzotriazol dan DMTD, dapat disenyawakan langsung dengan EPG membentuk senyawa larut yang secara internal memiliki sifat sebagai inhibitor korosi (Gambar 3. Tentu saja, persenyawaan langsung dapat pula terjadi dengan sisa molekul estolida dan asam oleat yang tidak teresterifikasikan pada proses pembuatan EPG. Reaksi yang terakhir ini akan membentuk struktur yang serupa dengan yang ditunjukkan pada Gambar. F-4-

5 Kinerja Benzotriazol &,5 Dimercapto-1,3,4-Thiadiazole ebagai Inhibitor Korosi Pada Pelumas intetik Ester Poligliserol-Estolida Asam leat Metode Penelitian Bahan & Variasi Percobaan Pada penelitian ini dipelajari kinerja bahan-bahan aktif inhibitor korosi benzotriazol dan,5 dimerkapto- 1,3,4-thiadiazole (DMTD pada suatu sampel pelumas sintetik ester poligliserol estolida asam oleat (EPG yang memenuhi spesifikasi viskositas pelumas mesin AE 50 (Tabel 1. Diuji metode penggunaan aditif, yaitu sebagai senyawa yang dibuat berturut-turut menurut U. Patent untuk benzotriazol yang selanjutnya disebut benzotriazol eksternal (Gambar a dan menurut U. Patent untuk DMTD, yang selanjutnya disebut DMTD eksternal (Gambar b, serta sebagai produk persenyawaan langsung dengan EPG (Gambar 3a, yang selanjutnya disebut benzotriazol internal dan Gambar 3b, yang selanjutnya disebut DMTD internal. H H H Benzotriazol H (a DMTD (b H H H Gambar 3 Persenyawaan Langsung Bahan Aktif Inhibitor Korosi dengan: (a Benzotriazol (b,5-dimercapto-1,3,4-thiadiazole Efektivitas bahan aktif diuji pada level konsentrasi, yaitu 0,01% dan 0,05%. Interaksi inhibitor korosi dengan bahan antiwear dipelajari melalui penggunaan dibutil fosfit. ecara statistik, variasi percobaan digolongkan sebagai 4 factorial design dengan 4 variasi (jenis bahan aktif, metode penggunaan, konsentrasi bahan aktif, dan pengaruh bahan antiwear dibutil fosfit pada level. Pengujian dilakukan dengan ulangan. Tabel 1 ifat-sifat Kimia Fisik EPG yang digunakan o ifat ilai 1 Bilangan asam (ATM D ,5 mg KH/g Densitas (0 o 0,9589 g/ml 3 Indeks Bias 1,455 4 Viskositas pada 40 o (ATM D ,0 ct 5 Viskositas pada 100 o (ATM D ,66 ct 6 Indeks viskositas (ATM D Pour point ATM D-9-1 o 8 Total Acid umber (ATM D-664 3, mg KH/g Uji dan Penilaian Kinerja Pengujian efektivitas aditif dilakukan dengan menggunakan metode ALE 64-9 yang dimodifikasi (atriana, 198. EPG sebanyak 40 gram yang dicampur dengan 1 ml bahan korosif asam formiat 90% dimasukkan ke dalam tabung uji berisi empat logam uji yaitu Fe, u, n, dan Pb, masing-masing dengan luas permukaan 8 in. Tabung uji tersebut dimasukkan ke dalam oven yang suhunya dijaga 100 selama 5 hari. Penambahan asam formiat dimaksudkan untuk menambah korosivitas bahan sebagai kontribusi pengaruh eskternal akibat kontak dengan blow by gas pada keadaan operasi mesin. Laju korosi dan perubahan tampilan H F-4-3

6 Dicky Dermawan, Muhammad Edi, Fajar Pranata logam digunakan sebagai parameter efektivitas inhibitor. Tampilan terburuk yang diperoleh pada logam uji tanpa penambahan aditif secara sembarang diberi nilai 4, harga 0 diberikan pada penampilan logam-logam sebelum diuji. Hasil dan Pembahasan Pengaruh Penambahan Asam Formiat ebagaimana diharapkan, penambahan asam formiat pada EPG memberikan kontribusi yang cukup berarti pada peningkatan laju korosi bahan uji (Tabel. Akan tetapi tampak bahwa kontribusi sifat internal EPG lebih dominan terhadap laju korosi. Fenomena yang sama rupanya juga terjadi pada pelumas mesin otomotif komersial yang digunakan sebagai pembanding. Tambah bahwa sekalipun secara internal korosivitas EPG lebih rendah daripada MXP, penambahan asam formiat pada EPG mengakibatkan peningkatan laju korosi yang lebih tinggi. Dengan kata lain, EPG memberikan perlindungan korosi yang lebih buruk daripada MXP. Tabel Pengaruh Asam Formiat Bahan Laju Korosi, mg/(in.hari Fe u n Pb Rata-rata EPG tanpa asam formiat EPG asam formiat MXP* MXP* asam formiat * Pelumas mesin otomotif komersial, bukan nama sebenarnya Kinerja Aditif ecara Umum Hasil uji dengan penambahan asam formiat sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa formulasi yang dilakukan secara keseluruhan berhasil memberikan perlindungan terhadap korosi. Hal ini ditunjukkan oleh menurunnya laju korosi dari 0 mg/(in.hari menjadi rata-rata hanya 5,8 mg/(in.hari. ecara kualitatif terjadi pula perbaikan pada tampilan permukaan logam. ecara rata-rata kinerja benzotriazol sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan DMTD. Metode penggunaan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap kinerja bahan aktif. Dengan demikian, aplikasi kedua bahan aktif pada EPG dapat dilakukan tanpa terikat pada klaim kedua patent. Keuntungan lain dari metode penggunaan secara internal adalah kemudahannya dari aspek praktis. Hasil analisis lain menunjukkan preferensi pada penggunaan benzotriazol: penggunaan benzotriazol secara internal memberikan kinerja rata-rata yang lebih baik daripada penggunaan secara eksternal yang menjadi klain U Pat ; akan tetapi hasil yang berlawanan terjadi pada penggunaan DMTD (Tabel 4. Interaksi antagonistik yang diduga terjadi dengan bahan antiwear dibutil fosfit nampaknya belum tampak secara signifikan. Peningkatan konsentrasi aditif dari 0,01% menjadi 0,05% memberikan perbaikan yang signifikan pada laju korosi (Tabel 3, tetapi hampir tidak ada pengaruhnya terhadap tampilan permukaan logam uji. Memperhatikan laju korosi rata-rata yang sedemikian rendah [hanya 3,8 ±.1 mg/(in.hari] pada aplikasi benzotriazol internal (Tabel 4, maka penggunaan benzotriazol pada konsentrasi rendah (0,01% dipandang sangat memadai. Tabel 3 Pengaruh Variabel Utama Variabel Percobaan Laju Korosi (mg/in.day Tampilan Permukaan Rata-rata tanpa aditif 0 ± 3, 4 ± 0 Rata-rata dengan aditif 5,8 ± 1,8,8 ± 0,4 Benzotriazol 5.0 ± ± 0.4 DMTD 6. ± ± 0.4 Internal 6.0 ±. 3 ±0.4 Eksternal 5.6 ± 4. 3 ±0.4 Tanpa antiwear 5. ±.03 3 ± 0.3 Dengan antiwear 6.0 ± ± 0.5 Konsentrasi 0,01%.4 ±..9 ± 0.5 Konsentrasi 0,05% 4. ±.3.8 ± 0.3 F-4-4

7 Kinerja Benzotriazol &,5 Dimercapto-1,3,4-Thiadiazole ebagai Inhibitor Korosi Pada Pelumas intetik Ester Poligliserol-Estolida Asam leat Tabel 4 Pengaruh Jenis dan Metode Penggunaan Aditif Jenis Bahan Aktif & Metode Aplikasi Laju Korosi (mg/in.hari Rata-rata tanpa aditif 0 ± 3, Benzotriazol internal 3.8 ±.1 Benzotriazol eksternal 6. ± 4.6 DMTD internal 8.3 ±.4 DMTD eksternal 5.1 ± 3.8 Tabel 5 menunjukkan kinerja benzotriazol internal pada keempat logam uji secara individual. Tampak bahwa efektivitas tertinggi diperoleh pada u yang memberikan penurunan laju korosi mencapai kisaran 94% - 9%. Penurunan laju korosi pada logam-logam uji lain berada pada kisaran 69% hingga 83%. atu-satunya keunggulan DMTD eksternal dibandingkan kinerja benzotriazol internal adalah perlindungannya yang lebih baik terhadap Fe yang memberikan penurunan laju korosi mencapai kisaran 83% - 88% (Tabel 5. Tabel 5 Kinerja Benzotriazol Internal Logam Konsentrasi Laju Korosi (mg/in.hari Tampilan Permukaan Rata-rata 0,00% 0 ± 3, 4 Rata-rata 0,01% 4.5 ±.3 3 ± 0.5 Rata-rata 0,05% 3.1 ± ± 0.4 0,00% 18,8 4 Fe 0,01% 5.8 ± ± 0.0 0,05% 4.0 ± ± 0.0 0,00% 16,8 4 u 0,01% 1.0 ± ± 0.4 0,05% 0.5 ± ± 0.5 0,00% 0, 4 n 0,01% 5.0 ± ± 0.0 0,05% 3.4 ± ± 0.0 0,00% 4,3 4 Pb 0,01% 6.0 ± ± 0.0 0,05% 4.5 ± ± 0.0 Logam Tabel 5 Kinerja DMTD Eksternal Konsentrasi Laju Korosi (mg/in.hari Tampilan Permukaan Rata-rata 0,00% 0 ± 3, 4 ± 0 Rata-rata 0,01% 5.3 ± ± 0. Rata-rata 0,05% 4.9 ± ± 0.5 0,00% 18,8 4 Fe 0,01%.3 ± ± 0.4 0,05% 3. ± ± 0.4 0,00% 16,8 4 u 0,01% 1. ± ± 0.4 0,05% 1.1 ± ± 0.4 0,00% 0, 4 n 0,01%.0 ± ± 0.0 0,05% 6. ± ± 0.0 0,00% 4,3 4 Pb 0,01% 10.4 ±..5 ± 0.0 0,05% 8.6 ± ±0. F-4-5

8 Dicky Dermawan, Muhammad Edi, Fajar Pranata Kesimpulan dan aran Upaya menurunkan laju korosi pada logam uji dan penampilan logam uji dalam lingkungan pelumas ester sintetik poligliserol estolida asam oleat (EPG yang dilakukan dengan cara penambahan aditif pada penelitian ini telah berhasil menurunkan laju korosi dan memberikan perbaikan pada tampilan permukaan logam-logam uji Fe, u, n, dan Pb hingga mencapai taraf sangat memuaskan. Pada kasus yang dipelajari, secara umum formula aditif benzotriazol internal dinilai memberikan hasil yang paling memuaskan. Khusus untuk perlindungan logam Fe, DMTD eksternal menunjukkan kinerja yang lebih baik. Keberhasilan penelitian ini perlu dipandang sebagai kemajuan yang cukup berarti bagi upaya penggunaan EPG sebagai bahan alternatif pelumas mesin otomotif. ungguhpun demikian, masih perlu dilakukan banyak studi untuk mengungkap dan memperbaiki sifat-sifat kimia fisik lainnya yang berkaitan dengan kinerja bahan alternatif terbaharukan ini; diantaranya yang terpenting adalah studi formulasi bagi peningkatan ketahanan oksidasi serta peningkatan ketahanan permukaan gesek terhadap kerusakan akibat aus. ifat antagonistik inhibitor korosi dengan antiwear agent menyarankan penggunaan inhibitor korosi pada konsentrasi serendah mungkin agar diperoleh perlindungan terhadap korosi yang cukup baik tanpa dampak negatif terhadap efektivitas antiwear agent yang digunakan. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini dapat dilaksanakan atas dukungan dana dari Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan asional melalui Hibah Bersaing XI. Daftar Pustaka Mortier, R.M. & rszulik,.t., (199, hemistry and Technology of Lubricant, nd ed., Blackie Academic & Professional. Gemmill, Jr., (1980, Reaction Product of leic Acid and,5-dimercapto-1,3,4-thiadiazole, U Patent o. 4,193,88 chmitt, K.D. & Bridger, R.F., (1980, il-oluble Adducts of Benzotriazole and xazolines, U Patent o. 4,4,1 atriana, M.J. (ed., (198, ynthetic il and Lubricant Additives Advances ince 199, oyes Data orporation, ew Jersey Rozenfeld I.L., (1981, orrosion Inhibitor, McGraw-Hill Book o. ew York F-4-6

KARAKTERISTIK ESTER POLIGLISEROL DARI ESTOLIDA & ASAM OLEAT SEBAGAI BAHAN DASAR PELUMAS MESIN OTOMOTIF

KARAKTERISTIK ESTER POLIGLISEROL DARI ESTOLIDA & ASAM OLEAT SEBAGAI BAHAN DASAR PELUMAS MESIN OTOMOTIF PRSIDING SEMINAR NASINAL REKAYASA KIMIA DAN PRSES 2004 ISSN : 1411-4216 KARAKTERISTIK ESTER PLIGLISERL DARI ESTLIDA & ASAM LEAT SEBAGAI BAHAN DASAR PELUMAS MESIN TMTIF Dicky Dermawan 1, A. Zainal Abidin

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MINYAK LUMAS BIOBASED: FORMULASI DENGAN ASHLESS ANTIWEAR AGENT

PENGEMBANGAN MINYAK LUMAS BIOBASED: FORMULASI DENGAN ASHLESS ANTIWEAR AGENT PENGEMBANGAN MINYAK LUMAS BIOBASED: FORMULASI DENGAN ASHLESS ANTIWEAR AGENT Dicky Dermawan 1, Dyah Setyo Pertiwi, Ahmad Siddik, Sayd Rachadiyan Pahlevi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE 1* Sukmawati, 2 Tri Hadi Jatmiko 12 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

PEMBUATAN PELUMAS MESIN OTOMOTIF DARI BAHAN TERBAHARUKAN

PEMBUATAN PELUMAS MESIN OTOMOTIF DARI BAHAN TERBAHARUKAN SEMINAR NASINAL TEKNIK KIMIA INDNESIA 2006 ISBN 979-97893-0-3 Palembang, 19-20 Juli 2006 bersamaan dengan Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2006 (Undip), Soehadi Reksowardojo 2006 (ITB), Fundamental

Lebih terperinci

PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN

PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN ABSTRAK Meri Suhartini dan Rahmawati

Lebih terperinci

ESTER PROPILENA DIOLEAT SEBAGAI PRODUK DOMESTIK MINYAK LUMAS DASAR SINTETIK UNTUK OLI OTOMOTIF. Roza Adriany

ESTER PROPILENA DIOLEAT SEBAGAI PRODUK DOMESTIK MINYAK LUMAS DASAR SINTETIK UNTUK OLI OTOMOTIF. Roza Adriany ESTER PROPILENA DIOLEAT SEBAGAI PRODUK DOMESTIK MINYAK LUMAS DASAR SINTETIK UNTUK OLI OTOMOTIF Roza Adriany Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS rozaa@lemigas.esdm.go.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak bebas dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada sampel CPO {Crude Palm Oil) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I Ujicoba peralatan penyulingan minyak sereh wangi sistem uap pada IKM bertujuan untuk memanfaatkan potensi sereh wangi;menyebarluaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR NASKAH PUBLIKASI ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR Tugas Akhir ini disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Minyak nabati merupakan cairan kental yang berasal dari ekstrak tumbuhtumbuhan. Minyak nabati termasuk lipid, yaitu senyawa organik alam yang tidak

Lebih terperinci

Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan

Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan III.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini secara garis besar meliputi beberapa tahap, yaitu penyiapan aditif penurun titik tuang,

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

contoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi

contoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi MATA DIKLAT : KIMIA TUJUAN : 1. Mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan, alam dan sekitarnya. 2. Siswa memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, pelumas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mesin. Pelumas dibutuhkan mesin untuk melindungi komponen-komponen mesin dari keausan. Prinsip dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menipisnya cadangan minyak bumi, masalah lingkungan yang terus memburuk (global warming), dan ketidakstabilan energi menyebabkan manusia harus mencari

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET Dwi Ardiana Setyawardhani*), Sperisa Distantina, Hayyu Henfiana, Anita Saktika Dewi Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan banyak sekali produk turunan dari minyak sawit yang dapat menggantikan keberadaan minyak

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH :

LAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH : LAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH : Pandu Hary Muckti 0931010043 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Rancangan penelitian yang dijalankan untuk memberikan alternatif sintesis pelumas dasar bio melalui proses esterifikasi asam lemak (asam karboksilat) berkatalis heterogen

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas telah muncul sebagai salah satu logam yang paling mahal dengan mencapai harga tinggi di pasar internasional. Kenaikan harga emas sebanding dengan peningkatan permintaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, negara yang sangat subur tanahnya. Pohon sawit dan kelapa tumbuh subur di tanah Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan REFRIGERAN & PELUMAS Persyaratan Refrigeran Persyaratan refrigeran (zat pendingin) untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut : 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi adalah suatu proses perusakan logam, dimana logam akan mengalami penurunan mutu (degradation) karena bereaksi dengan lingkungan baik itu secara kimia atau elektrokimia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katalis Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis meningkatkan laju reaksi dengan energi aktivasi Gibbs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI Pardi Satriananda ABSTRACT Ethyl ester and gliserol produce by reacting coconut

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu produk utama pertanian Indonesia. Usaha agribisnis di bidang ini (terutama minyak sawit) telah memberikan kontribusi bagi perekonomian negara,

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH Futri Wulandari 1*), Erlina 1, Ridho Akbar Bintoro 1 Esmar Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu bahan akibat berinteraksi dengan lingkungan yang bersifat korosif. Proses korosi adalah

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Memasuki era globalisasi sektor industri mengalami perkembangan pesat, termasuk didalamnya perkembangan sub sektor industri kimia. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan kemajuan jaman, pembangunan di segala bidang harus semakin diperhatikan. Salah satu jalan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai sendi kehidupan manusia karena merupakan fasilitas yang sangat vital dalam mendukung pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Variabel Terhadap Warna Minyak Biji Nyamplung Tabel 9. Tabel hasil analisa warna minyak biji nyamplung Variabel Suhu (C o ) Warna 1 60 Hijau gelap 2 60 Hijau gelap

Lebih terperinci

Pengaruh Katalis H 2 SO 4 pada Reaksi Epoksidasi Metil Ester PFAD (Palm Fatty Acid Distillate)

Pengaruh Katalis H 2 SO 4 pada Reaksi Epoksidasi Metil Ester PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 6(1) Januari 7: 7 74 ISSN 141-7814 Pengaruh Katalis H S 4 pada Reaksi Epoksidasi Metil Ester PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) Mersi Suriani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Charles Goodyear menemukan karet yang tervulkanisasi dengan menggunakan sulfur, sudah timbul keinginan peneliti untuk proses ban karet bekas agar dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM. Irvan Kaisar Renaldi 1

PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM. Irvan Kaisar Renaldi 1 PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM Irvan Kaisar Renaldi 1 1 Departemen Teknik Material, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING Aris Kurniawan dan Haryanto Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL Pada awal penelitian ini, telah diuji coba beberapa jenis bahan pengental yang biasa digunakan dalam makanan untuk diaplikasikan ke dalam pembuatan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate

PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate Lik Anah Pusat Penelitian Kimia LIPI Jalan Cisitu Sangkuriang, Bandung 40135 Telp. : (022)

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang PENDAHULUAN Latar Belakang Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang berasal dari pabrik pulp dengan proses kimia. Larutan ini sebagian besar mengandung lignin, dan sisanya terdiri

Lebih terperinci

PEMBUATAN RESIN PHENOL FORMALDEHYDE SEBAGAI PREKURSOR UNTUK PREPARASI KARBON BERPORI

PEMBUATAN RESIN PHENOL FORMALDEHYDE SEBAGAI PREKURSOR UNTUK PREPARASI KARBON BERPORI JURNAL TEKNOLOGI & INDUSTRI Vol. 3 No. 1; Juni 2014 ISSN 2087-6920 PEMBUATAN RESIN PHENOL FORMALDEHYDE SEBAGAI PREKURSOR UNTUK PREPARASI KARBON BERPORI Pengaruh Jenis Phenol dalam Pembuatan Resin Terhadap

Lebih terperinci

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan yang terjadi pada suatu material bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu penyebabnya adalah korosi. Korosi adalah suatu kerusakan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dikembangkan sensor infra red untuk mendeteksi sisa umur pelumas. Beberapa sumber sinar sensor yang digunakan adalah lampu LED near infra red komersial,

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi utama pelumas (oli) adalah mencegah terjadinya friksi dan keausan (wear) antara dua bidang atau permukaan yang bersinggungan, memperpanjang usia pakai mesin, dan fungsi

Lebih terperinci

Stoikiometri. OLEH Lie Miah

Stoikiometri. OLEH Lie Miah Stoikiometri OLEH Lie Miah 1 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KARAKTERISTIK MATERI KESULITAN BELAJAR SISWA STANDAR KOMPETENSI Memahami hukum-hukum dasar Kimia dan penerapannya dalam perhitungan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS 36.000 TON/TAHUN Oleh : SISKAWATI DYAH SULISTYA UTAMI Dosen Pembimbing : Dr. Ir. H. Ahmad M. Fuadi, M.T. Hamid

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PELUMAS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN ESTER BORAT

PENGEMBANGAN PELUMAS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN ESTER BORAT Pengembangan Pelumas Ramah Lingkungan dengan Ester Borat (Dicky Dermawan, dkk) PENGEMBANGAN PELUMAS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN ESTER BORAT Dicky Dermawan 1, Jono Suhartono 2 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri leokimia leokimia adalah bahan kimia yang dihasilkan dari minyak dan lemak, yaitu yang diturunkan dari trigliserida menjadi bahan oleokimia. Secara industri, sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bidang yang dapat menunjang perkembangan negara Indonesia adalah bidang industri, terutama industri kimia. Namun industri kimia dalam negeri masih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na + BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK Ariestya Arlene*, Steviana Kristanto, Ign Suharto Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia Hukum Dasar Perhitungan Kimia - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR10KIM0801 Version : 2016-11 halaman 1 01. Pernyataan yang paling sesuai tentang hukum Lavoisier (A) Jumlah

Lebih terperinci

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA Nama : M.Isa Ansyori Fajri NIM : 03121003003 Shift : Selasa Pagi Kelompok : 3 PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA Korosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Perkembangan tersebut diikuti dengan meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari,Nani Wahyuni Dosen Tetap Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

contoh-contoh sifat meteri Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia

contoh-contoh sifat meteri Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia MATA DIKLAT : KIMIA TUJUAN : 1. Mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan, alam dan sekitarnya. 2. Siswa memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menunjang

Lebih terperinci

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2! BAB 7 STOKIOMETRI A. Massa Molekul Relatif Massa Molekul Relatif (Mr) biasanya dihitung menggunakan data Ar masing-masing atom yang ada dalam molekul tersebut. Mr senyawa = (indeks atom x Ar atom) Contoh:

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu penyiapan aditif dan analisa sifat-sifat fisik biodiesel tanpa dan dengan penambahan aditif. IV.1 Penyiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Kualitas minyak mentah dunia semakin mengalami penurunan. Penurunan kualitas minyak mentah ditandai dengan peningkatan densitas, kadar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN Tugas Akhir / 28 Januari 2014 PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN IBNU MUHARIAWAN R. / 1409100046

Lebih terperinci

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 231-236 Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina Samsul Bahri Program Studi Teknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Kandungan CO 2 Sebelum dan Sesudah Pemurnian Perbedaan Kandungan CO 2 melalui Indikator Warna Pengambilan contoh biogas yang dianalisis secara kuantitatif sehingga didapatkan

Lebih terperinci