BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI"

Transkripsi

1 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada pengujian adsorpsi dan nilai energi listrik optimal yang dapat dihasilkan dari pembuatan baterai katoda udara berbasis arang tempurung kelapa. 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI Arang tempurung kelapa yang sudah dilakukan aktivasi akan mengalami penurunan berat, dikarenakan pada proses penyaringan berlangsung. Dimana pada proses penyaringan, arang tempurung kelapa akan menempel pada kertas saring, zat-zat pengotor yang ada pada arang tempurung kelapa akan hilang, dan permukaan karbon menjadi bersih dan lebih luas. Arang aktif adalah arang yang dimurnikan yaitu konfigurasi atom karbonnya dibebaskan dari ikatan dengan unsur lain serta pori-porinya dibersihkan dari unsur lain atau kotoran, sehingga permukaan karbon atau pusat aktif menjadi bersih dan lebih luas. Keluasan pusat aktif ini menentukan efektifitas kegunaannya sebagai adsorben (penyerap) cairan maupun gas (Putra, 2016). Proses penyaringan berlangsung 2 kali penggantian kertas saring, hal ini bertujuan agar arang tempurung kelapa bebas dari bahan larutan NaOH yang digunakan sebagai media aktivator. Apabila bahan larutan kimia masih menempel pada arang, akan mengakibatkan tertutupnya pori-pori pada arang.

2 40 Proses pencucian karbon aktif setelah aktivasi bertujuan untuk mendapatkan karbon yang lebih murni. Hal ini disebabkan masih adanya hasil reaksi antara activating agent dan karbon, maupun sisa activating agent yang terdapat didalamnya. Maka hasil proses aktivasi tersebut harus dicuci terlebih dahulu hingga ph pada air netral. Jika tidak maka hasil tersebut akan menutup atau tersimpan dalam pori-pori karbon aktif yang dihasilkan. Hasil reaksi ini menutup pori-pori yang terbentuk sehingga saat proses pengkuran luas permukaan dikhawatirkan tidak maksimal (Miranti, 2012). Sehingga saat pembuatan katoda udara berlangsung, akan terjadi kurangnya udara yang masuk pada katoda udara dan mengakibatkan kurang optimalnya tegangan dan arus listrik yang dihasilkan pada pengaplikasian baterai alumunium udara. Berikut ini adalah Gambar dimana arang tempurung kelapa menempel pada kertas saring. Gambar 4.1 Arang tempurung kelapa menempel pada kertas saring Berikut ini adalah jumlah persentase penurunan berat arang tempurung kelapa yang menempel pada kertas saring setelah aktivasi dalam proses penyaringan berlangsung:

3 41 Berat akhir Berat awal x 100% 5,1073 Gr 6,0000 Gr x 100% = 0,85 Gr x 100% = 85% Dari hasil penurunan berat arang tempurung kelapa dapat di analisis sebanyak 0,8927 gram (15%) arang tempurung kelapa menempel pada kertas saring, dan telah hilangnya zat-zat pengotor pada arang tempurung kelapa. Sehingga permukaan arang menjadi bersih dan lebih luas. Secara garis besar, ada tiga tahap pembuatan karbon aktif, yaitu proses dehidrasi, karbonisasi, dan aktivasi. Ketiga proses ini bertujuan untuk membentuk pori-pori pada karbon agar mendapatkan luas permukaan besar (Miranti, 2012). 4.3 ANALISIS PENGUJIAN ADSORPSI ARANG AKTIF MENGGUNAKAN METODE VISUAL Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan. Semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Sifat arang aktif paling penting adalah daya serap. Vladimir (1974) mengatakan adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu adsorbat pada permukaan adsorben. Adsorbat adalah suatu senyawa terlarut (molekul, atom atau ion) yang dapat diserap, sedangkan adsorben adalah zat yang menyerap. Adsorben

4 42 yang sering digunakan untuk menurunkan kosentrasi logam berat adalah arang aktif, karena lebih mudah didapatkan secara komersial. Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan yang terjadi pada suatu bidang permukaan. Saat dua fasa saling berkontak komposisi fasa yang dekat dengan daerah batas fasa akan berbeda dengan yang terdapat pada bulk fasa tersebut. Mousir (2014) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi antara lain: Jenis adsorben Jenis zat yang diadsorpsi (adsorbat) Luas permukaan adsorben Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbat) Temperatur Untuk mengetahui keunggulan arang aktif tempurung kelapa dari beberapa variasi konsentrasi NaOH 0,1, 0,5, 1, 2, 3, dan 4 molaritas yang digunakan untuk aktivasi. Dilakukan pengujian dengan metode sederhana untuk adsorpsi penyerapan warna pada air dengan variasi tetap arang aktif 5 gram, air 100 ml, pewarna (betadine) 10 tetes dan dilihat sifat penyerapan nya selama 15 menit, 45 menit dan 75 menit. Data hasil Gambar 4.2 dan 4.3 pengujian adsorpsi (penyerapan) warna pada air selama 75 menit. Variasi larutan NaOH 1 molaritas untuk aktivasi arang tempurung kelapa mempunyai sifat penyerapan yang paling baik dibandingkan dengan aktivasi arang tempurung kelapa dengan variasi larutan NaOH lainnya. Seperti ditunjukkan pada Gambar pengujian berikut:

5 43 (a) (b) (c) (d) (a) (b) (c) (d) (a) (b) (c) (d) 15 menit 45 menit 75 menit Gambar 4.2 (a) Arang tempurung kelapa tanpa dilakukan aktivasi (b) kosentrasi larutan NaOH 0,1 molaritas, (c) kosentrasi larutan NaOH 0,5 molaritas, (d) kosentrasi larutan NaOH 1 molaritas (a) (b) (c) (d) (a) (b) (c) (d) (a) (b) (c) (d) 15 menit 45 menit 75 menit Gambar 4.3 (a) Kosentrasi larutan NaOH 1 molaritas, (b) kosentrasi larutan NaOH 2 molaritas, (c) kosentrasi larutan NaOH 3 molaritas, (d) kosentrasi larutan NaOH 4 molaritas Berdasarkan gambar diatas, aktivasi dengan konsentrasi < 1 molaritas larutan NaOH masih belum mampu untuk membersihkan zat pengotor yang ada pada arang tempurung kelapa dan kurangnya pembentukkan struktur pori pada arang tempurung kelapa sehingga hasil pengujian adsorpsi menjadi kurang optimal. Sementara itu aktivasi dengan konsentrasi > 1 molaritas akan menyebabkan rusak nya luas permukaan pada arang, sehingga dapat mengurangi daya adsorpsi.

6 44 Berikut ini adalah grafik pengujian daya adsorpsi dari beberapa variasi konsentrasi larutan terhadap waktu. Pengujian Adsorpsi Waktu (menit) ,1 M 0,5 M 1 M 2 M 3 M 4 M Kosentrasi Larutan Gambar 4.4 Grafik hasil pengujian daya adsorpsi pada arang aktif tempurung kelapa Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulandari dkk (2015). Mengatakan bahwa semakin tinggi kosentrasi NaOH, maka semakin menurun persentase daya adsorpsi. Pengujian daya adsorpsi maksimum dihasilkan dengan larutan aktivator 1% sebesar 80,87%. Gambar 4.5 Hasil pengujian kadar air karbon aktif dengan aktivator NaOH (Sumber: Wulandari, 2015)

7 45 Rachmani, dkk (2014). Mengatakan bahwa bertambahnya konsentrasi pada aktivasi menggunakan activating agent NaOH akan menyebabkan lebih banyak reaksi reduksi dan oksidasi yang akan merusak permukaan bahan baku sehingga membentuk mikropori dan mesopori yang lebih banyak pada karbon aktif. 4.4 ANALISIS PERBANDINGAN HASIL PENGUJIAN ADSORPSI ARANG SEBELUM DILAKUKAN AKTIVASI DAN SESUDAH AKTIVASI Putra (2016) mengatakan bahwa hasil pengujian adsorpsi arang impor buatan Filipina mempunyai sifat penyerapan yang paling baik dibandingkan dengan arang tempurung kelapa lokal dan arang tempurung kelapa penjernih air aquarium. Arang tempurung kelapa impor buatan Filipina memiliki sifat adsorpsi yang paling optimal. Bisa dilihat pada gambar 4.6. (a) (b) (c) (a) (b) (c) (a) (b) (c) 2 Jam 4 Jam 6 Jam Gambar 4.6 (a) arang tempurung kelapa buatan lokal, (b) arang tempurung kelapa impor buatan Filipina, (c) arang tempurung kelapa penjernih air aquarium (Sumber: Putra, 2016) Dari hasil penelitian pengujian adsorpsi pada arang yang belum diaktivasi dapat dianalisis. Bahwa arang yang belum diaktivasi mampu menjernihkan air selama 360 menit dibandingkan dengan arang yang sudah teraktivasi mampu menjernihkan air selama 75 menit. Hal ini membuktikkan jika ada terjadinya perubahan struktur pori pada arang tempurung kelapa dan hilangnya zat pengotor pada arang yang dilakukan proses aktivasi, sehingga dapat menyerap warna lebih cepat. Berikut ini adalah grafik pengujian daya adsorpsi dari perbandingan arang tanpa aktivasi dan arang yang sudah dilakukan aktivasi:

8 46 Pengujian Adsorpsi Waktu (menit) Sebelum Aktivasi 75 Setelah Aktivasi Gambar 4.7 Grafik perbandingan pengujian daya adsorpsi pada arang tempurung kelapa sebelum aktivasi dan setelah aktivasi 4.5 ANALISIS DATA HASIL PENGUJIAN BATERAI ALUMUNIUM UDARA TERHADAP PENAMBAHAN VARIASI KATALIS Dari hasil pengujian baterai alumunium udara dalam pembuatan katoda udara terlihat pada gambar 4.8 skema baterai alumunium udara jenis baterai koin dari arang aktif tempurung kelapa menggunakan komposisi 1 gram arang aktif, 0,7 gram arabic gum sebagai binder, penambahan variasi katalis MnO2 1%, 5%, 10%, dan 20% dan 24 µl larutan elektrolit KOH 4 M disuntikkan pada tissue. Anoda yang digunakan pada baterai alumunium dari kaleng bekas minuman ringan (pocari sweat). Adapun hasil pengujian pengukuran melalui proses elektrokimia dengan alat multitester atau AVO meter (ampere volt ohm) didapatkan hasil berupa potensial tegangan dan arus. Gambar 4.8 Skema baterai alumunium udara jenis baterai koin

9 47 Dari hasil pengujian baterai alumunium udara menggunakan variasi katalis MnO2 1%, 5%, 10%, dan 20% maka didapat nilai rata-rata potensial tegangan yang optimal dari penambahan katalis 10% yaitu sebesar 1,27 V. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Nilai rata-rata potensial tegangan dan arus yang dihasilkan Variasi Katalis Tanpa katalis Katalis 1% Katalis 5% Katalis 10% Katalis 20% Pengujian Sample Tegangan (V) Arus (ma) Pengujian 1 1,06 V 0,55 ma Pengujian 2 1,07 V 0,35 ma Pengujian 3 1,01 V 0,40 ma Pengujian 1 1,03 V 0,43 ma Pengujian 2 1,09 V 0,44 ma Pengujian 3 1,02 V 0,50 ma Pengujian 1 1,02 V 0,55 ma Pengujian 2 1,08 V 0,35 ma Pengujian 3 1,23 V 0,40 ma Pengujian 1 1,31 V 0,30 ma Pengujian 2 1,39 V 0,60 ma Pengujian 3 1,13 V 0,36 ma Pengujian 1 1,14 V 0,40 ma Pengujian 2 0,97 V 0,18 ma Pengujian 3 0,92 V 0,11 ma Nilai Rata-Rata V ma 1,04 V 0,43 ma 1,04 V 0,45 ma 1,11 V 0,43 ma 1,27 V 0,42 ma 1,01 V 0,23 ma Syarat utama baterai mampu menghasilkan tegangan dari beda potensial kedua elektroda dan arus listrik. Beda potensial terjadi karena perbedaan banyaknya jumlah elektron yang di produksi dari proses elektrokimia. Sedangkan arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan-pergerakan elektron yang diproduksi dari reaksi elektrokimia.

10 48 Dari hasil pengujian baterai alumunium udara maka dapat dianalisis bahwa adanya pengaruh penambahan katalis pada pembuatan katoda. Penambahan katalis yang terlalu banyak akan mengalami penurunan tegangan dan arus listrik yang dihasilkan, disebabkan karna penggunaan katalis yang terlalu banyak akan mempercepat laju reaksi kimia sehingga akan membentuk endapan oksida lebih cepat dari ion logam anoda. Yang akan mengakibatkan tertutup nya pori-pori dari karbon pada katoda, sehingga oksigen dari udara tidak dapat masuk kedalam sistem baterai. Berikut ini adalah gambar logam yang sudah teroksidasi: (a) (b) Gambar 4.9 (a) Logam anoda belum teroksidasi, (b) logam anoda sudah teroksidasi Menurut (Yugang, 2013) ion logam dari anoda bergerak melalui elektrolit dan bereaksi dengan ion O2 2- atau O 2- yang diperoleh dari reaksi reduksi O2 oleh katalis pada permukaan katoda udara untuk membentuk suatu endapan oksida dari ion logam anoda. O2 yang terlibat dalam sistem baterai logam udara berasal dari udara yang masuk melalui poripori karbon pada yang terdapat pada katoda. Menurut (Jang dkk, 2011) endapan oksida dapat menutupi pori-pori dari karbon pada katoda, sehingga oksigen dari udara tidak dapat masuk kedalam sistem baterai logam udara. Kondisi ini akan menyebabkan turunnya densitas energi baterai logam udara, karena reaksi elektrokimia dalam sistem baterai terhambat.

11 DATA HASIL PENGUJIAN ARUS LISTRIK BATERAI ALUMUNIUM UDARA VARIASI KATALIS TERHADAP WAKTU Hasil pengujian arus listrik baterai alumunium udara menggunakan variasi katalis terhadap waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit didapatkan hasil data seperti yang terlihat pada tabel 4.2. Dari hasil pengujian secara elektrokimia pada baterai alumunium udara diperoleh arus yang optimal pada menit 15 yaitu sebesar 0,45 ma dan akan menurun pada menit selanjutnya. Hal ini disebabkan terjadinya korosi pada logam anoda dengan elektrolit, sehingga produksi ion untuk menghasilkan elektron berkurang setiap menit nya, masalah lainnya yaitu berkurangnya komposisi elektrolit cair yang digunakan karena sudah dikonsumsi untuk menghasilkan arus pada awal proses elektrokimia berjalan. Pada penambahan katalis 20% arus yang dihasilkan kecil dibanding dengan tanpa katalis, katalis 1%, 5%, dan 10%. Hal ini disebabkan karena penambahan katalis 20% akan mempercepat laju reaksi kimia sehingga akan membentuk endapan oksida lebih cepat dari ion logam anoda, yang akan mengakibatkan produksi ion pada logam untuk menghasilkan elektron berkurang, dan akan menutupi pori-pori pada karbon di katoda. hal ini disebabkan karena ukuran partikel arang berbentuk serbuk dengan ditambahkan katalis yang cukup banyak. Sehingga udara sulit untuk dapat masuk kedalam katoda. Berikut ini adalah Gambar ilustrasi pori-pori tertutup katalis: Karbon berpori Katalis Gambar 4.10 katalis menutupi pori-pori pada karbon

12 50 Apabila arus listrik pada baterai alumunium udara sudah menurun maka baterai dapat di recharge kembali dengan menambahkan elektrolit. Sehingga arus pada baterai dapat kembali seperti semula. Berikut ini adalah tabel dan grafik pengaruh pengujian arus terhadap waktu: Tabel 4.2 Pengaruh pengujian arus listrik terhadap waktu Variasi Katalis Arus (ma) 15 Menit 30 Menit 45 Menit 60 Menit Tanpa Katalis 0,43 ma 0,23 ma 0, 14 ma 0,09 ma Katalis 1 % 0,45 ma 0,33 ma 0,12 ma 0,09 ma Katalis 5 % 0,43 ma 0,24 ma 0,22 ma 0,09 ma Katalis 10 % 0,42 ma 0,36 ma 0,29 ma 0,23 ma Katalis 20 % 0,23 ma 0,14 ma 0,07 ma 0,04 ma Arus (ma) Pengujian Arus Terhadap Waktu Waktu (menit) Tanpa katalis Katalis 1% Katalis 5% Katalis 10% Katalis 20% Gambar 4.11 Grafik pengujian arus terhadap waktu

13 51 Berikut ini adalah Gambar 4.12 grafik pengujian voltametri siklik yang digunakan untuk mengetahui bahwa adanya unsur katalis MnO2 yang dicampurkan pada katoda dan mengetahui mekanisme reaksi dari proses oksidasi-reduksi: ARUS (A) GRAFIK KATALIS katalis 1 % katalis 5% katalis 10% katalis 20 % POTENSIAL (V) Gambar 4.12 Grafik pengujian voltametri siklik Berdasarkan Gambar grafik pengujian voltametri siklik diatas menunjukkan pada pengujian katalis 10% puncak oksidasi terbentuk lebih cepat yaitu pada potensial tegangan 0,47 V dan besar arus 7,51x10-5, dibandingkan dengan pengujian 1% pada potensial tegangan 0,51 V dan besar arus 7,40x10-5, pengujian 5% pada potensial tegangan 0,72 V dan besar arus 8,81x10-5, sedangkan pengujian 20% puncak oksidasi tidak terlihat dikarenakan banyaknya katalis dapat menghambat perpindahan elektron. Puncak reduksi pengujian 1% pada potensial tegangan 0,77 V dan besar arus 4,45x10-5, pengujian 5% pada potensial tegangan 0,75 V dan besar arus 4,80x10-5, pengujian 10% pada potensial tegangan 0,70 V dan besar arus 5,19x10-5, pengujian 20% puncak reduksi tidak terlihat dikarenakan tidak adanya perpindahan elektron yang terjadi. Puncak arus pengujian 1% sebesar 2,46x10-4, pengujian 5% sebesar 1,78x10-4, pengujian 10% sebesar 3,28x10-4, pengujian 20% sebesar 8,23x10-5. Hal ini sesuai dengan data Tabel 4.2, dimana katalis 10% arus yang dihasilkan lebih besar dibanding yang lainnya. Dan katalis 20% mengalami penurunan arus.

14 ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TEGANGAN DAN ARUS VARIASI KATODA ARANG SEBELUM AKTIVASI DAN SETELAH AKTIVASI Berikut ini merupakan Tabel perbandingan nilai tegangan dan arus variasi katoda arang sebelum aktivasi dan setelah aktivasi: Tabel 4.3 Nilai rata-rata tegangan dan arus menggunakan katoda arang tempurung kelapa lokal sebelum aktivasi (Putra, 2016) Variasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa Lokal Tempurung Kelapa Impor Buatan Filipina Tempurung Kelapa Penjernih Air Aquarium Komposisi (gram) Tegangan (V) Arus (ma) Harga Optimal V ma Putra (2016) mengatakan bahwa hasil pengujian baterai alumunium udara dalam pembuatan katoda udara jenis baterai koin dari beberapa jenis arang yaitu arang tempurung kelapa lokal, arang tempurung kelapa impor buatan Filipina dan arang penjernih air aquarium menggunakan variasi komposisi 0,198 gram, 0,196 gram, 0,194 gram, katalis 0,002 gram, konsentrasi elektrolit NaCl 4,5% 0,1 ml dengan menggunakan anoda baterai alumunium dari kaleng bekas minuman ringan didapatkan nilai tegangan dan arus yang optimal dengan komposisi arang sebesar 0,198 gram.

15 53 Tabel 4.4 Nilai rata-rata tegangan dan arus menggunakan katoda arang tempurung kelapa lokal sesudah aktivasi Variasi Katalis Tanpa katalis Katalis 1% Katalis 5% Katalis 10% Katalis 20% Pengujian Sample Tegangan (V) Arus (ma) Pengujian 1 1,06 V 0,55 ma Pengujian 2 1,07 V 0,35 ma Pengujian 3 1,01 V 0,40 ma Pengujian 1 1,03 V 0,43 ma Pengujian 2 1,09 V 0,44 ma Pengujian 3 1,02 V 0,50 ma Pengujian 1 1,02 V 0,55 ma Pengujian 2 1,08 V 0,35 ma Pengujian 3 1,23 V 0,40 ma Pengujian 1 1,31 V 0,30 ma Pengujian 2 1,39 V 0,60 ma Pengujian 3 1,13 V 0,36 ma Pengujian 1 1,14 V 0,40 ma Pengujian 2 0,97 V 0,18 ma Pengujian 3 0,92 V 0,11 ma Nilai Rata-Rata V ma 1,04 V 0,43 ma 1,04 V 0,45 ma 1,11 V 0,43 ma 1,27 V 0,42 ma 1,01 V 0,23 ma Dari data kedua Tabel di atas dapat dianalisis bahwa arang tempurung kelapa lokal yang sudah dilakukan aktivasi telah terjadi kenaikan nilai tegangan dan arus listrik yang dihasilkan pada baterai alumunium udara. Besar nilai tegangan rata-rata yang dihasilkan pada katoda arang yang sudah teraktivasi yaitu sebesar 1,27 V, arus optimal yang dihasilkan sebesar 0,45 ma. Sedangkan besar nilai rata-rata yang dihasilkan pada katoda arang sebelum aktivasi sebesar 0,85 V, arus optimal yang dihasilkan sebesar 0,16 ma. Hal ini disebabkan karena tingkat adsorpsi oksigen pada arang yang sudah teraktivasi untuk masuk kedalam katoda udara semakin meningkat, sehingga proses elektrokimia di dalam sistem baterai akan optimal, serta adanya penambahan katalis yang akan mempercepat laju reaksi kimia di dalam sistem baterai.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Penelitian dengan judul desain dan pembuatan baterai alumunium udara menggunakan variasi karbon aktif menggunakan proses elektrokimia untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 29 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan-tahapan yang jelas disusun secara sistematis dalam proses penelitian. 3.2 DIAGRAM ALIR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup penting di setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Menurut Darmawan 2004, perancangan itu terdiri dari serangkaian kegiatan yang beruntun, karena itu disebut sebagai proses perancangan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metodologi penelitian berisi tentang metode-metode pembahasan yang dipakai dalam menyelesaikan tugas akhir, proses kerja pengambilan data, serta diagram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab IV ini akan menjelaskan kajian dari efek fotoinisiator yang akan mempengaruhi beberapa parameter seperti waktu pemolimeran, kelarutan poly tetrahydrofurfuryl

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Sampel Buatan Pada prosedur awal membuat sampel buatan yang digunakan sebagai uji coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Landiana Etni Laos, Arkilaus Selan Prodi Pendidikan Fisika STKIP Soe, Nusa Tenggara Timur E-mail: etni.laos@yahoo.com Abstrak. Karbon aktif merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar merupakan masalah yang sering terjadi dan umum di Indonesia. Masalah ini adalah salah satu masalah yang berdampak pada masyarakat, karena permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Aliran Udara Kipas terhadap Penyerapan Etilen dan Oksigen Pada ruang penyerapan digunakan kipas yang dihubungkan dengan rangkaian sederhana seperti pada gambar 7.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI Oleh: Ni Made Ayu Yasmitha Andewi 3307.100.021 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.Ir. Wahyono Hadi, M.Sc JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab hasil dan pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil preparasi bahan dasar karbon aktif dari tempurung kelapa dan batu bara, serta hasil karakterisasi luas permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER *Bambang Yunianto, Dwi Septiani Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa Rosita Idrus, Boni Pahlanop Lapanporo, Yoga Satria Putra Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam + 6 adsorpsi sulfur dalam solar juga dilakukan pada AZT2 dan AZT2.5 dengan kondisi bobot dan waktu adsorpsi arang aktif berdasarkan kadar sulfur yang terjerap paling tinggi dari AZT1. Setelah proses adsorpsi

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Desinfeksi merupakan salah satu proses dalam pengolahan air minum ataupun air limbah. Pada penelitian ini proses desinfeksi menggunakan metode elektrokimia yang dimodifikasi

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air Erlinda Sulistyani, Esmar Budi, Fauzi Bakri Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Arang Aktif Arang adalah bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan yang mengandung unsur karbon. Sebagian besar dari pori-porinya masih tertutup dengan

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA

LEMBAR AKTIVITAS SISWA LEMBAR AKTIVITAS SISWA No SOAL & PENYELESAIAN 1 Pada elektrolisis leburan kalsium klorida dengan elektroda karbon, digunakan muatan listrik sebanyak 0,02 F. Volume gas klorin yg dihasilkan di anode, jika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan suatu bahan pokok yang sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN DAN PEMBUATAN BATERAI ALUMUNIUM UDARA MENGGUNAKAN VARIASI KARBON AKTIF

TUGAS AKHIR DESAIN DAN PEMBUATAN BATERAI ALUMUNIUM UDARA MENGGUNAKAN VARIASI KARBON AKTIF TUGAS AKHIR DESAIN DAN PEMBUATAN BATERAI ALUMUNIUM UDARA MENGGUNAKAN VARIASI KARBON AKTIF Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konsep molaritas. 2. Memahami definisi dan faktor-faktor

Lebih terperinci

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 1. Dari beberapa unsur berikut yang mengandung : 1. 20

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMRODUKSI GAS BROWN SEBAGAI BAHAN BAKAR DENGAN METODE ELEKTROLISIS

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMRODUKSI GAS BROWN SEBAGAI BAHAN BAKAR DENGAN METODE ELEKTROLISIS PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMRODUKSI GAS BROWN SEBAGAI BAHAN BAKAR DENGAN METODE ELEKTROLISIS P E S E R T A T A : M. F A R I D R. R. ( 2 4 0 8 1 0 0 0 3 6 ) D OSEN P E M BIM B IN G I : D R. I R T

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Analisis Sifat Fisiko Kimia Tempurung Kelapa Sawit Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah biomassa yang berbentuk curah yang dihasilkan

Lebih terperinci

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA Disusun oleh : Faiz Afnan N 07 / XII IPA 4 SMA NEGERI 1 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 I. Praktikum ke : II ( Kedua ) II. Judul Praktikum : Beda

Lebih terperinci

Handout. Bahan Ajar Korosi

Handout. Bahan Ajar Korosi Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 32 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Data Eksperimen dan Perhitungan Eksperimen dilakukan di laboratorium penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, ITB. Eksperimen dilakukan dalam rentang waktu antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI Tanggal : 06 April 2014 Oleh : Kelompok 3 Kloter 1 1. Mirrah Aghnia N. (1113016200055) 2. Fitria Kusuma Wardani (1113016200060) 3. Intan Muthiah Afifah (1113016200061)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Produksi Gas Oksigen Melalui Proses Elektrolisis Air Laut Sebagai Sumber Energi Ramah Lingkungan

Produksi Gas Oksigen Melalui Proses Elektrolisis Air Laut Sebagai Sumber Energi Ramah Lingkungan Produksi Gas Oksigen Melalui Proses Elektrolisis Air Laut Sebagai Sumber Energi Ramah Lingkungan Oleh: Anindita Hardianti (3307100015) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wahyono Hadi, MSc Ruang lingkup

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA Elektrokimia merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, negara yang sangat subur tanahnya. Pohon sawit dan kelapa tumbuh subur di tanah Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN C8 STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Veronika Yuli K. Alumni Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Aluminum Foil 99,9% Pemotongan Sampel Degreasing dengan NaOH Pembuatan sampel anodisasi Anodisasi 150 ml H 2 SO 4 3M + 150 ml H 2 C 2 O 4 0,5M

Lebih terperinci

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan. PETA KONSEP LAJU REAKSI Berkaitan dengan ditentukan melalui Waktu perubahan Dipengaruhi oleh Percobaan dari Pereaksi Hasil reaksi Konsentrasi Luas Katalis Suhu pereaksi permukaan menentukan membentuk mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat telah memaksa riset dalam segala bidang ilmu dan teknologi untuk terus berinovasi. Tak terkecuali teknologi dalam bidang penyimpanan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4 : 2 (November 2015) 11-19 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ic.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Kebutuhan energi dalam kehidupan makin meningkat, sementara sumber energi yang tak dapat terbarukan menjadi makin berkurang. Oleh karena itu perlu

Lebih terperinci

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA 2015-2016 Siswa mampu memahami, menguasai pengetahuan/ mengaplikasikan pengetahuan/ menggunakan nalar dalam hal: Struktur Atom Sistem Periodik Unsur Ikatan Kimia (Jenis Ikatan)

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2 Bab IV Pembahasan Atom seng (Zn) memiliki kemampuan memberi elektron lebih besar dibandingkan atom tembaga (Cu). Jika menempatkan lempeng tembaga dan lempeng seng pada larutan elektrolit kemudian dihubungkan

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq

Lebih terperinci

PERCOBAAN IV ANODASI ALUMINIUM

PERCOBAAN IV ANODASI ALUMINIUM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN IV ANODASI ALUMINIUM NAMA : RACHMA SURYA M NIM : H311 12 267 KELOMPOK/REGU : III (TIGA)/VII (TUJUH) HARI/TANGGAL PERCOBAAN : RABU/23 OKTOBER 2013 ASISTEN : HASMINISARI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 lapisan (N) dengan melihat spektrum difraksinya. Persamaan yang digunakan dalam penentuan ciri fisika-kimia diatas adalah: 2d sin L L c 002 a 100 N L K / cos K / cos Ket : d = Jarak antar lapisan (nm)

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI Landiana Etni Laos 1*), Masturi 2, Ian Yulianti 3 123 Prodi Pendidikan Fisika PPs Unnes, Gunungpati, Kota Semarang 50229 1 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

DAYA HANTAR LISTRIK 1. Tujuan Percobaan 2. Dasar Teori

DAYA HANTAR LISTRIK 1. Tujuan Percobaan 2. Dasar Teori DAYA HANTAR LISTRIK 1. Tujuan Percobaan 1. Menentukan daya hantar listrik dari berbagai larutan 2. Menentukan pengaruh konsentrasi larutan terhadap daya hantar listriknya. 2. Dasar Teori Larutan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup penting di setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak terlepas hampir semua

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI

Lebih terperinci

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112) TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI112) NAMA : Tanda Tangan N I M : JURUSAN :... BERBAGAI DATA. Tetapan gas R = 0,082 L atm mol 1 K 1 = 1,987 kal mol 1 K 1 = 8,314 J mol 1 K 1 Tetapan Avogadro = 6,023 x 10

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

laut tersebut dan dapat di gunakan sebagai energi alternatif [3].

laut tersebut dan dapat di gunakan sebagai energi alternatif [3]. STUDI PERFORMANCE BATERE AIR LAUT YANG MENGGUNAKAN ELEKTRODA KARBON AKTIF UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK Warih Budisantoso Program Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Email : wareh_pl@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tekanan gas Dari hasil eksperimen sebanyak 27 kali dalam rentan waktu satu menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut : No Luas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1 Juni 10 ISSN : 1979-5858 EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA Hery Setyobudiarso (Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh:

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh: JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh: 1. Rahma Tia (1113016200044) 2. Diana Rafita. S (1113016200051) 3. Agus Sulistiono (1113016200052) 4. Siti Fazriah (1113016200062) Kelompok 4

Lebih terperinci