BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN"

Transkripsi

1 INDIKATOR PEMBANGUNAN KABUPATEN CILACAP TAHUN 2015 BBADAN N PPEERREENCANAA AN N PPEEMBANG GU UN NAN D DA AEERAH KKABUPATEN N CIILACAP i

2 INDIKATOR PEMBANGUNAN KABUPATEN CILACAP TAHUN 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, yang senantiasa memberikan limpahan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua, sehingga penyusunan Buku Indikator Pembangunan Kabupaten Cilacap Tahun 2015 dapat diselesaikan. Buku Indikator Pembangunan disusun untuk mendukung dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Cilacap. Buku ini memuat data/informasi secara series dari tahun dan juga beberapa data tahun 2015 yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cilacap dengan dukungan dari SKPD Kabupaten Cilacap, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Cilacap serta dapat menambah kelengkapan data bagi para pengguna atau peneliti. Kami berharap di tahun berikutnya, kelengkapan dan validasi data dapat semakin ditingkatkan, terutama datadata yang dihimpun oleh SKPD, dan kepada SKPD yang belum memberikan kontribusi data, agar dapat memberikan kontribusinya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini, kami sampaikan terima kasih, terutama kepada BPS Kabupaten Cilacap atas kerjasamanya dan kepada SKPD Kabupaten Cilacap yang telah memberikan dukungan data yang diperlukan. Untuk itu, saran dan masukannya sangat kami harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan di tahun berikutnya. Cilacap, Oktober 2015 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN CILACAP Drs. Indro Cahyono, MM Pembina Utama Muda NIP i

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tujuan Sumber Data Konsep dan Definisi... 3 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Kondisi Geografis Pemerintahan Kependudukan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Rasio Jenis Kelamin dan Rasio Ketergantungan Penduduk Potensi Wilayah Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Rakyat Peternakan Perikanan BAB III PENDIDIKAN 3.1. Partisipasi Sekolah Kemampuan Membaca dan Menulis Ratarata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah BAB IV KESEHATAN 4.1. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Penolong Kelahiran Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pemberian Immunisasi ii

5 BAB V BAB VI BAB VII 4.5. Angka Kesakitan Lamanya Sakit dan Penanganan Kesehatan Kunjungan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Keluarga Berencana... PERUMAHAN 5.1. Kondisi Bangunan Tempat Tinggal Luas Lantai Jenis Lantai Jenis Dinding Jenis Atap Fasilitas Tempat Tinggal Sumber Penerangan Fasilitas Air Minum Sumber Air Minum Jarak Sumber Air Minum ke Pembuangan Kotoran Fasilitas Tempat Buang Air Besar Jenis Kloset Tempat Pembuangan Akhir Tinja... POLA KONSUMSI DAN PENDAPATAN PENDUDUK 6.1. Pola Konsumsi Pola Konsumsi Makanan Pola Konsumsi Non Makanan Pendapatan Penduduk Pemerataan Pendapatan Berdasarkan Teori Gini Ratio Berdasarkan Kriteria Bank Dunia Berdasarkan Indeks Williamson... KEMISKINAN 7.1. Perkembangan Penduduk Miskin Perubahan Garis Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan 7.4. Data Kemiskinan Mikro iii

6 BAB VIII BAB IX BAB X BAB XI 7.5. Keluarga Sejahtera... KETENAGAKERJAAN 8.1. Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Penduduk yang Bekerja Pekerja Menurut Kelompok Umur Pekerja Menurut Pendidikan Pekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Upah Minimum Kabupaten... PEREKONOMIAN DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 9.1. Struktur Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan Perkapita Incremental Capital Output Ratio (ICOR) 9.4. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Pembiayaan Pembangunan Nilai Tukar Petani (NTP)... INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Umum Capaian IPM... PARIWISATA DAN PERHUBUNGAN Pariwisata Perhubungan Panjang Jalan Angkutan Darat, Angkutan Udara dan Angkutan Laut iv

7 BAB XII BAB XIII POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN Politik Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pemilu DPRD Kabupaten Pemilihan Umum Kepala Daerah Hukum Keamanan... KESIMPULAN v

8 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Jumlah Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Tingkat Pendidikan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Penyebaran Penduduk di Kabupaten Cilacap Tahun Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Cilacap Tahun Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Cilacap Tahun (hektar) Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Cilacap Tahun Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran di Kabupaten Cilacap Tahun Banyaknya Pohon Yang Dipanen dan Produksi Buahbuahan di Kabupaten Cilacap Tahun Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Cilacap Tahun Populasi Ternak di Kabupaten Cilacap Tahun Populasi Unggas di Kabupaten Cilacap Tahun Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kabupaten Cilacap Tahun Produksi dan Nilai Produksi Ikan dan Udang di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Cilacap Tahun Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Cilacap Tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Cilacap Tahun vi

9 Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Partisipasi Sekolah di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk 10 tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk Buta Huruf Usia 10 + dan 15 + di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk Buta Huruf Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Cilacap Tahun Ratarata Lama Sekolah (MYS) dan Harapan Lama Sekolah (EYS) Penduduk Berusia 15 ke Atas di Kabupaten Cilacap Tahun Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Cilacap Tahun Jumlah Dokter, Bidan dan Perawat pada Puskesmas di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Persalinan Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Balita yang pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Balita Umur 0 4 Tahun Menurut Frekuensi Immunisasi dan Jenis Immunisasi di Kabupaten Cilacap Tahun Sepuluh Besar Penyakit Berdasarkan Laporan dari Puskesmas di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Dalam Satu Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk dengan Keluhan Kesehatan Tertentu Selama Sebulan Terakhir di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk Menurut Lamanya Hari Sakit Selama Sebulan Terakhir di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Sebulan Terakhir Menurut Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Cilacap Tahun vii

10 Jumlah dan Persentase Peserta KB Baru dan Aktif Menurut Jenis Alat Kontrasepsi di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah yang Ditempati di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah yang Ditempati di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Lantai Terluas Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Dinding Terluas Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Atap Terluas Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Air Minum di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Jarak Sumber Air Minum Ke Tempat Penampungan Kotoran/Tinja Terdekat di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Tempat Buan Air Besar di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Kloset di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Rumahtangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Pengeluaran Perkapita Penduduk Menurut Penggunaan di Kabupaten Cilacap Tahun (persen)... Pola Konsumsi Makanan di Kabupaten Cilacap Tahun (persen) viii

11 Pola Konsumsi Non Makanan di Kabupaten Cilacap Tahun (persen)... Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Kabupaten Cilacap Tahun (rupiah)... Pemerataan Pendapatan Penduduk Menurut Indeks Gini dan Kriteria Bank Dunia di Kabupaten Cilacap Tahun Hasil Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten Cilacap Tahun Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Cilacap Tahun Garis Kemiskinan di Kabupaten Cilacap Tahun Pengeluaran per Kapita dan Persentase per Bulan di Kabupaten Cilacap Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Cilacap Tahun Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) menurut Status Kemiskinan dan Kecamatan di Kabupaten Cilacap Hasil PSE Tahun Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 menurut Status Kemiskinan dan Kecamatan di Kabupaten Cilacap... Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 menurut Status Kemiskinan dan Kecamatan di Kabupaten Cilacap... Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Program Raskin di Kabupaten Cilacap Tahun Jumlah Rumah Tangga Hasil Pemutakhiran Basis Data Terpadu(PBDT 2015) Kabupaten Cilacap (Angka Sementara) Jumlah Keluarga Hasil Pentahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas (PUK) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun ix

12 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Angkatan Kerja (15 Tahun +) Menurut Jenis Kelamin, di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun Penduduk Usia kerja, Angkatan Kerja dan TPAK di Kabupaten Cilacap Menurut Jenis Kelamin Tahun Angkatan Kerja, Pencari Kerja dan TPT di Kabupaten Cilacap Menurut Jenis Kelamin Tahun Angkatan Kerja, Pekerja dan TKK di Kabupaten Cilacap Menurut Jenis Kelamin Tahun Persentase Penduduk usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun Upah Minimum Kabupaten Cilacap Tahun (rupiah per bulan) Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Cilacap Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dengan Migas, Tahun (persen)... Struktur Ekonomi Kabupaten Cilacap Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Minyak (persen)... Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cilacap Tahun (persen) Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cilacap Tahun Tanpa Minyak (persen)... Pendapatan Perkapita Tanpa Migas di Kabupaten Cilacap Tahun x

13 PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan , PMTB dan Nilai ICOR Kabupaten Cilacap.. Indeks Harga Konsumen Kabupaten Cilacap dirinci Per Bulan Tahun Indeks Harga Konsumen Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Dirinci Menurut Bulan Tahun 2015 (Tahun 2012 = 100).. Laju Inflasi Kabupaten Cilacap Dirinci Per Bulan Tahun Laju Inflasi Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Dirinci Menurut Bulan Tahun 2015 (persen)... Indeks Harga Konsumen Kabupaten Cilacap Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun Pendapatan Daerah Kabupaten Cilacap dirinci Menurut Jenis Pendapatan Tahun Anggaran (rupiah)... Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Cilacap dirinci Menurut Jenis Pendapatan Tahun Anggaran (persen)... Rasio Jenis Pendapatan Terhadap Total Pendapatan Daerah Kabupaten Cilacap Dirinci Menurut Jenis Pendapatan Tahun Anggaran (persen)... Belanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran (rupiah) Pembiayaan Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran (rupiah).. Nilai Tukar Petani Jawa Tengah Tahun 2014 (tahun 2012=100)... Perubahan NTP Jawa Tengah, Desember (tahun 2012=100) Perbandingan NTP pada Akhir Desember Tahun (tahun tahun dasar 2007=100, tahun tahun dasar=2012)... Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM... Status Pembangunan Manusia... Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Cilacap Tahun Komponen Pembentuk Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cilacap Tahun xi

14 Banyaknya Pengunjung Obyek Wisata di Kabupaten Cilacap tahun Banyaknya Hotel/Losmen, Kamar dan Tempat Tidur di Kabupaten Cilacap Tahun Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan, Kondisi Jalan dan Kelas Jalan di Kabupaten Cilacap Tahun Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Obyek Pajak di DPPAD Propinsi Jawa Tengah UP3AD Kabupaten Cilacap Tahun Banyaknya Lalu Lintas Pesawat Terbang dan Penumpang Melalui Pelabuhan Udara Tunggul Wulung Cilacap Tahun Arus Kapal Dalam Negeri dan Luar Negeri Melalui Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap Tahun Jumlah Penduduk yang Terdaftar dan Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Cilacap.. Jumlah Penduduk yang Terdaftar dan Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Cilacap... Jumlah Perolehan Suara Sah Anggota DPRD Kabupaten Cilacap dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 menurut Partai Politik... Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi yang Diperoleh di Masingmasing Dapil pada Pemilu Jumlah Perolehan Kursi Anggota DPRD Kabupaten Cilacap Pada Pemilu Jumlah Perkara dan Terdakwa yang Diselesaikan oleh Pangadilan Negeri Cilacap Tahun Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Cilacap yang Dikeluarkan Selama Tahun 2014/ Banyaknya Kejadian Kriminalitas menurut Jenis Kriminalitas di Kabupaten Cilacap Tahun Banyaknya Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Cilacap Tahun xii

15 DAFTAR GRAFIK Grafik Halaman Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Cilacap Tahun Distribusi Persentase Pengeluaran Penduduk menurut Penggunaan di Kabupaten Cilacap, Tahun Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Kabupaten Cilacap Tahun (rupiah)... Struktur Ekonomi ADHK Dengan Migas Kabupaten Cilacap Tahun Struktur Ekonomi ADHK Tanpa Migas Kabupaten Cilacap Tahun Ratarata Pertumbuhan Ekonomi per Tahun Kabupaten Cilacap Tahun (persen) xiii

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah bertujuan memberdayakan daerah agar lebih mandiri dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa sendiri. Maka bagi Pemerintah Daerah, Otonomi Daerah bukan hanya sekedar suatu peluang (opportunity), tetapi juga suatu tantangan yang harus dihadapi secara cerdas. Penerapan otonomi daerah membawa konsekuensi bagi Pemerintah Daerah untuk lebih mampu menyusun kebijakan yang dapat mengakomodir aspirasi masyarakat, disamping harus mampu meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat serta lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Kabupaten Cilacap telah menetapkan visi sebagai arah pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cilacap Tahun , yaitu : "Menjadi Kabupaten Cilacap yang Sejahtera secara Merata". Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Cilacap merumuskan 6 (enam) misi sebagai berikut: 1. Pengembangan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Perwujudan Demokratisasi dan Peningkatan Kualitas Penyelenggara Pemerintahan yang Bersifat Entrepreneur, Profesional dan Dinamis Mengedepankan Prinsip Good Governance dan Clean Government. 3. Peningkatan dan Perbaikan Layanan Pendidikan dan Pelatihan, Peningkatan Derajat Kesehatan Individu dan Masyarakat. 4. Pengembangan Perekonomian yang Bertumpu pada Pengembangan Potensi Lokal dan Regional Melalui Sinergi FungsiFungsi Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Pariwisata, Perdagangan, Industri dan dengan Penekanan pada Peningkatan Pendapatan Masyarakat dan Penciptaan Lapangan Kerja. 1

17 5. Pemberdayaan Masyarakat dan Seluruh Kekuatan Ekonomi Daerah, Terutama Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta Koperasi, Membangun dan Mengembangkan Pasar bagi Produk Lokal. 6. Pemerataan dan Keseimbangan Pembangunan Secara Berkelanjutan Untuk Mengurangi Kesenjangan Antar Wilayah dengan Tetap Memperhatikan Aspek Lingkungan Hidup dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam Secara Rasional, Efektif dan Efisien. Untuk merealisasikan misi pembangunan di atas, telah dilaksanakan berbagai pogram/kegiatan di setiap bidang/sektor. Untuk mengetahui tingkat pencapaian program/kegiatan yang dijalankan maka diperlukan informasi atau indikator untuk mengukurnya. Informasi juga sangat menunjang fungsi perencanaan sebagai salah satu aspek penting dalam manajemen pembangunan. Berdasarkan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan kebutuhan informasi kuantitatif yang menyangkut potensi, situasi sosial ekonomi wilayah, ketersediaan modal ekonomi, sosial dan kultural serta ketersediaan sarana dan prasarana menjadi keharusan. Publikasi Indikator Pembangunan Kabupaten Cilacap merupakan salah satu upaya menyajikan informasi statistik yang memuat kondisi wilayah dan situasi sosial ekonomi masyarakat, serta merupakan refleksi dari berbagai program/kegiatan yang telah dijalankan, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu dasar perumusan kebijakan dalam menetapkan target pembangunan yang terukur Tujuan Penyusunan Indikator Pembangunan Kabupaten Cilacap Tahun 2015 bertujuan : 1. Untuk mengetahui gambaran tentang hasilhasil pembangunan di Kabupaten Cilacap, terutama indikatorindikator pembangunan bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat. 2. Melengkapi informasi yang diperlukan dalam perencanaan dan perumusan kebijakan terutama untuk mencapai targettarget pembangunan yang lebih terukur. 2

18 1.3. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penulisan publikasi ini adalah : 1. Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap. 2. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Lembaga di Kabupaten Cilacap untuk data sekunder. 3. Badan Pusat Statistik untuk data hasil pengolahan dan surveisurvei (Susenas, Sakernas, PDRB, dll) Konsep dan Definisi Untuk memudahkan pemanfaatan publikasi ini, disertakan penjelasan istilah dan uraian teknis sebagai berikut: 1. Wilayah administrasi adalah wilayah administrasi yang sudah memiliki dasar hukum yang sah menurut Kementrian Dalam Negeri. 2. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asalusul dan adat isitiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 32 Tahun 2004). 3. Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang Lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004). 4. Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. 5. Rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau bangunan sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Rumah tangga biasanya terdiri dari bapak, ibu, dan anak. 6. Laju pertumbuhan penduduk adalah ratarata tahunan laju perubahan jumlah penduduk di suatu daerah selama periode waktu tertentu. 7. Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk di suatu daerah dibagi dengan luas daerah tersebut, biasanya dinyatakan sebagai penduduk per km 2. 3

19 8. Angka harapan hidup pada waktu lahir (e 0 ) adalah perkiraan lama hidup ratarata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. 9. Ratarata lama sakit adalah ratarata jumlah hari yang dijalani oleh penduduk yang menderita sakit. 10. Angka melek huruf dewasa adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. 11. Angka Harapan Sekolah adalah lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. 12. Ratarata lama sekolah adalah ratarata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. 13. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. APM selalu lebih rendah dibanding APK karena pembilangnya lebih kecil sementara penyebutnya sama. APM membatasi usia murid sesuai dengan usia sekolah, jenjang pendidikan sehingga angkanya lebih kecil. APM merupakan indikator yang menunjukkan proporsi penduduk yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan dan berusia sesuai dengan usia sekolah jenjang pendidikannya. 14. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka ini memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu. APK biasanya diterapkan untuk menerima pendidikan SD (usia sekolah dasar, 712 tahun), SLTP (usia sekolah lanjutan tingkat pertama, 1315 tahun), dan SLTA (usia sekolah lanjutan tingkat atas, 1618 tahun). 15. Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu. 16. Keluhan kesehatan, keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan baik karena penyakit akut, penyakit kronis, kriminal atau hal lain. Keluhan kesehatan dapat berupa panas, batuk, pilek, asma/napas sesak/cepat, 4

20 diare/buangbuang air, sakit kepala berulang, sakit gigi, dan keluhan lainnya adalah keluhan karena penyakit lain seperti campak, telinga berair, sakit kuning/liver, kejangkejang, pikun, termasuk juga gangguan kesehatan akibat hal lainnya seperti kecelakaan/musibah, bencana alam, tidak nafsu makan, sulit buang air besar, sakit kepala karena demam, sakit kepala bukan berulang, gangguan sendi, tuli, katarak, sakit maag, perut mules, masuk angin, tidak bisa kencing, bisul, sakit mata, dan keluhan fisik karena menstruasi atau hamil. 16. Sakit, suatu kondisi dimana seseorang mengalami keluhan kesehatan sehingga tidak dapat melakukan kegiatan secara normal (bekerja, sekolah, kegiatan seharihari) sebagaimana biasanya. 17. Berobat jalan, kegiatan atau upaya penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempattempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah. 18. Ratarata Lama Sakit (RLS), jumlah oranghari penduduk yang menderita sakit dibagi jumlah penduduk yang sakit. Indikator ini menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang dialami penduduk. Semakin besar RLS semakin tinggi tingkat intensitas penyakit yang diderita penduduk dan semakin besar kerugian yang dialami. 19. Angka kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan merupakan ratarata jumlah kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan; karena seseorang yang mengeluh sakit dapat mengunjungi fasilitas kesehatan lebih dari satu kali. 20. Penolong kelahiran pertama, penolong langsung kepada seorang ibu yang akan melahirkan, sejak awal proses kelahiran. 21. Penolong kelahiran terakhir, penolong langsung kepada seorang ibu yang melahirkan, sampai dengan keluarnya bayi yang disertai keluarnya plasenta. 22. Proses kelahiran, proses lahirnya janin dari dalam kandungan ke dunia luar, dimulai dengan tandatanda kelahiran (rasa mules yang berangsurangsur makin sering, makin lama dan makin kuat, disertai keluarnya lendir, darah dan air ketuban), lahirnya bayi, pemotongan tali pusat dan keluarnya plasenta. 5

21 23. Ratarata lama pemberian ASI, perbandingan jumlah bulan dalam pemberian ASI dibandingkan jumlah bayi yang diberi ASI. 24. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab, seperti menunggu panen, pegawai yang sedang cuti dan sejenisnya. Selain itu, juga termasuk angkatan kerja adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari/mengharap pekerjaan, orang yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan dan orang yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja atau dengan kata lain pengangguran. 25. Bukan angkatan kerja adalah kelompok penduduk yang selama seminggu yang lalu mempunyai kegiatan yang tidak termasuk dalam angkatan kerja, seperti : sekolah yaitu mereka yang kegiatan utamanya sekolah, mengurus rumah tangga yaitu mereka yang kegiatan utamanya mengurus rumah tangga atau membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah dan lainnya yaitu mereka yang sudah tidak dapat melakukan kegiatan seperti yang termasuk dalam kategori sebelumnya, seperti sudah lanjut usia, cacat jasmani, cacat mental atau lainnya. 26. Bekerja adalah kegiatan ekonomi dengan menghasilkan barang atau jasa yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tidak dibayar yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi. 27. Pengangguran terbuka meliputi penduduk yang sedang mencari pekerjaan, penduduk yang sedang mempersiapkan suatu usaha, penduduk yang merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, penduduk yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. 28. Mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan pada suatu periode waktu. 29. Mempersiapkan usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha yang baru, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai dibayar maupun tidak dibayar. 6

22 30. Angka beban tanggungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk usia 1564 tahun di suatu daerah pada waktu tertentu. 31. Tingkat Partistipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah ukuran yang menggambarkan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. 32. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah ukuran yang menunjukkan besarnya penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran yang dihitung dari perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. 33. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundangundangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk sendiri maupun keluarganya (Berdasarkan Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota Tahun 2013). 34. Upah Minimum (UM) adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap (Berdasarkan Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota Tahun 2013). Dalam penentuan Upah Minimum Kabupaten (UMK), di Kabupaten Cilacap dibagi menjadi tiga wilayah yaitu : 1. Wilayah Kota terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Cilacap Utara, Cilacap Tengah, dan Cilacap Selatan 2. Wilayah Timur terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kecamatan Kesugihan, Maos, Sampang, Binangun, Nusawungu, Kroya dan Adipala. 3. Wilayah Barat terdiri dari 14 Kecamatan Jeruklegi, Kawunganten, Bantarsari, Gandrungmangu, Sidareja, Cipari, Kedungreja, Patimuan, Karangpucung, Cimanggu, Majenang, Wanareja, Dayeuhluhur, dan Kampunglaut. 35. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks komposit yang disusun dari tiga indikator yaitu lama hidup yang diukur dengan angka harapan hidup 7

23 ketika lahir, pendidikan yang diukur berdasarkan ratarata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas, dan standar hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP rupiah). Nilai indeks berkisar Garis kemiskinan adalah penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan NonMakanan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan kilokalori per kapita per hari. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditikomoditi non makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. 37. Penduduk miskin adalah Penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. 38. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) adalah merupakan ukuran ratarata kesenjangan pengeluaran masingmasing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh ratarata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. 39. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) adalah memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. 40. Angka Koefisien Gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien gini terletak antara nol dan satu. Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmerataan sempurna. 41. Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah rumah tangga hasil Pendataan Sosial Ekonomi 2005 (PSE05) yang memenuhi 914 kriteria kemiskinan. 42. Rumah Tangga Sasaran (RTS) adalah rumah tangga hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial 2008 (PPLS08) yang setelah dilakukan penghitungan dengan metode PMT (Proxy Mean Test) skornya kurang dari atau sama dengan 1,2 Garis Kemiskinan (GK). 43. Permukiman kumuh merupakan suatu lingkungan permukiman yang tidak sesuai dengan tata ruang, memiliki kepadatan bangunan yang sangat tinggi, kualitas bangunan yang rendah, prasarana lingkungan yang tidak memenuhi 8

24 persyaratan dan rawan sehingga dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni. Estimasi kondisi permukiman kumuh Indonesia didekati dengan menghitung proporsi rumah tangga kumuh perkotaan. Terdapat empat indikator yang digunakan yaitu tidak adanya akses terhadap sumber air minum layak, tidak adanya akses terhadap sanitasi dasar layak, luas minimal lantai hunian per kapita dan daya tahan material hunian. 44. Sumber air minum layak meliputi air minum perpipaan dan air minum nonperpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran dan atau terlindung dari kontaminasi lainnya, yaitu air leding, keran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung, mata air terlindung dan air hujan. 45. Sumber air minum tak layak didefinisikan sebagai sumber air di mana jarak antara sumber air dan tempat pembuangan kotoran kurang dari 10 meter dan atau tidak terlindung dari kontaminasi lainnya, yaitu sumur galian yang tak terlindung, mata air tak terlindung, air yang diangkut dengan tangki/drum kecil, dan air permukaan dari sungai, danau, kolam, dan saluran irigasi/drainase. Air kemasan dianggap sebagai sumber air minum layak hanya jika rumah tangga yang bersangkutan menggunakannya untuk memasak dan menjaga kebersihan tubuh. Di Indonesia penggunaan air kemasan tidak dikategorikan sebagai sumber air minum layak terkait aspek keberlanjutannya. 46. Fasilitas sanitasi layak didefinisikan sebagai sarana yang aman, higienis, dan nyaman, yang dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak dengan kotoran manusia. Fasilitas sanitasi yang layak mencakup kloset dengan leher angsa, toilet guyur (flush toilet) yang terhubung dengan sistem pipa saluran pembuangan atau tangki septik, termasuk jamban cemplung (pit latrine) terlindung dengan segel slab dan ventilasi, serta toilet kompos. 47. Fasilitas sanitasi tidak layak meliputi toilet yang mengalir ke selokan, saluran terbuka, sungai, atau lapangan terbuka, jamban cemplung tanpa segel slab, wadah ember, dan toilet gantung. 48. Daya tahan material hunian diklasifikasikan berdasarkan bahan penyusun atap berupa ijuk/rumbia dan lainnya, dinding terluas berupa bambu dan lainnya, dan lantai terluas berupa tanah. 9

25 49. Rumah kumuh didefinisikan sebagai rumah tangga dengan kondisi yang minimal memenuhi dua dari tiga kriteria klasifikasi tersebut. 50. Luas lantai bangunan tempat tinggal adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan seharihari (sebatas atap). Bagianbagian yang digunakan bukan untuk keperluan seharihari tidak dimasukkan dalam perhitungan luas lantai seperti lumbung padi, kandang ternak, lantai jemur (hamparan semen) dan ruangan khusus untuk usaha (misalnya warung). Untuk bangunan bertingkat, luas lantai adalah jumlah luas lantai dari semua tingkat yang ditempati. 51. Sumber air minum adalah sumber air minum utama (volume air terbanyak) yang digunakan oleh rumah tangga. Sumber air minum dapat berasal dari air dalam kemasan bermerk, air isi ulang, leding meteran, leding eceran, sumur bor/pompa, sumur terlindung, sumur tak terlindung, mata air terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, air hujan dan lainnya. 52. Pompa adalah air tanah yang cara pengambilannya dengan tangan, pompa listrik, atau kincir angin, termasuk sumur artesis (sumur pantek). 53. Sumur adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali. Cara pengambilannya dengan menggunakan gayung atau ember, baik dengan maupun tanpa katrol. 54. Mata air adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya. 55. Kriteria keluarga menurut BKKBN terdiri dari Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III) dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS IIIPlus). 51. Keluarga miskin menurut BKKBN adalah Keluarga Pra Sejahtera (PraKS) dan Keluarga Sejahtera I ( KS I). Ada lima indikator yang harus dipenuhi agar suatu keluarga dikategorikan sebagai Keluarga Sejahtera I, yaitu : 1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai agama yang dianut masingmasing. 2. Seluruh anggota keluarga pada umumnya makan 2 kali sehari atau lebih. 3. Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda di rumah, sekolah, bekerja dan bepergian. 10

26 4. Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah. 5. Bila anak sakit atau PUS (Pasangan Usia Subur) ingin mengikuti KB pergi ke sarana/petugas kesehatan serta diberi cara KB modern. Keluarga PraSejahtera adalah keluargakeluarga yang tidak memenuhi salah satu dari lima indikator tersebut. 11

27 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1.Kondisi Geografis Luas wilayah Kabupaten Cilacap tercatat Ha (termasuk Pulau Nusakambangan seluas Ha). Secara geografis terletak diantara 108 o o Garis Bujur Timur dan 7 o 30 7 o Garis Lintang Selatan. Sedangkan secara topografi, Kabupaten Cilacap berada pada ketinggian antara meter di atas permukaan laut. Di bagian selatan wilayah Kabupaten Cilacap yang membatasi Segara Anakan dan Samudra Hindia terdapat Pulau Nusakambangan yang memanjang dari arah barat ke timur dengan jarak kurang lebih 30 kilometer. Wilayah Kabupaten Cilacap mempunyai topografi yang beragam, namun kondisi topografi ratarata merupakan dataran rendah. Secara administratip Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24 kecamatan yang terdiri dari 269 desa dan 15 kelurahan. Luas yang ada terdiri dari hektar (30,27 persen) lahan sawah, hektar (28,10 persen) lahan bukan sawah dan hektar (41,63 persen) lahan bukan pertanian. Kecamatan terluas adalah kecamatan Wanareja ( hektar), sedangkan kecamatan terjauh dari ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Dayeuhluhur (107 km) Pemerintahan Pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak orang dengan rincian pejabat esselon II sebanyak 35 orang, pejabat esselon III sebanyak 193 orang, pejabat esselon IV sebanyak 765 orang dan pejabat esselon V sebanyak 83 orang. Formasi pejabat eselon IV yang tersedia adalah jabatan, sehingga masih ada 15 jabatan yang belum terisi oleh pejabat struktural. Jumlah PNS tahun 2015 seluruhnya sebanyak orang yang terdiri dari PNS lakilaki sebanyak orang dan PNS perempuan sebanyak orang. Menurut tingkat pendidikan sebagian besar PNS berpendidikan S1. 12

28 Tabel 2.1 Jumlah Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun Jabatan Struktural (1) (3) (4) (5) (5) Esselon II Esselon III Esselon IV Esselon V Jumlah Sumber : Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Cilacap Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Tingkat Pendidikan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA D1/D D D4/S S Total Sumber :Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Cilacap. 2.3.Kependudukan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Cilacap menurut hasil registrasi penduduk pada akhir tahun 2014 mencapai jiwa yang terdiri dari lakilaki jiwa dan perempuan jiwa. Pertumbuhan penduduk tahun 2014 sebesar 0,35 persen, Angka Kelahiran Kasar (CBR) sebesar 11,4 artinya terjadi kelahiran 13

29 hidup sebanyak 11 per penduduk. Sementara Angka Kematian Kasar (CDR) sebesar 5,95 artinya terjadi kematian sebanyak 6 per penduduk. Grafik 2.1. Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Cilacap P e r t u m b u h a n 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0,5 0,38 0,35 0,26 0, T a h u n Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Distribusi penduduk menurut kecamatan, memperlihatkan Kecamatan Majenang adalah yang paling banyak penduduknya yaitu sebesar jiwa (7,20 persen), diikuti Kecamatan Gandrungmangu sebesar jiwa (5,94 persen) kemudian Kecamatan Kroya sebesar jiwa (5,86 persen). Sedangkan yang berpenduduk paling kecil adalah Kecamatan Kampunglaut, yaitu sebesar jiwa (0,97 persen). Bila jumlah penduduk dibandingkan dengan luas wilayah maka dikenal suatu ukuran yaitu kepadatan penduduk. Ukuran ini dapat digunakan sebagai langkah awal guna memperoleh gambaran tentang kemampuan wilayah dalam memberikan daya tampung dan daya dukung terhadap penduduk yang ada. Bertambahnya penduduk menyebabkan kepadatan penduduk juga meningkat, yaitu dari 825 jiwa/km 2 pada tahun 2012 menjadi 827 jiwa/km 2 pada tahun Seperti tahun sebelumnya, penduduk yang terpadat berada di Kecamatan Cilacap Selatan (8.581 jiwa/km 2 ). Sementara itu Kecamatan Kampunglaut yang luasnya 6,8 persen dari total luas kabupaten Cilacap hanya dihuni 117 jiwa/km 2. Sebagai catatan sebagian besar wilayah Kampung Laut bukanlah tanah dataran yang 14

30 ideal untuk dijadikan tempat tinggal tetapi merupakan rawarawa, hutan bakau dan perairan. Tabel 2.3 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Penyebaran Penduduk di Kabupaten Cilacap Tahun 2013 Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Kepadatan Penyebaran (Km 2 ) Penduduk Jiwa/Km 2 (%) (1) (2) (3) (4) (5) 01. Dayeuhluhur 185, , Wanareja 189, , Majenang 138, , Cimanggu 167, , Karangpucung 115, , Cipari 121, , Sidareja 54, , Kedungreja 71, , Patimuan 75, , Gandrungmangu 143, , Bantarsari 95, , Kawunganten 117, , Kampunglaut 146, , Jeruklegi 96, , Kesugihan 82, , Adipala 61, , Maos 28, , Sampang 27, , Kroya 58, , Binangun 51, , Nusawaungu 61, , Cilacap Selatan 9, , Cilacap Tengah 22, , Cilacap Utara 18, ,95 Jumlah 2138, ,00 Tahun , Tahun , Tahun , Sumber : BPS Kabupaten Cilacap. 15

31 Rasio Jenis Kelamin dan Rasio Ketergantungan Penduduk Besar kecilnya rasio jenis kelamin di suatu daerah dipengaruhi oleh : a. Sex Ratio at Birth. Kelahiran bayi lakilaki lebih banyak daripada bayi perempuan. b. Pola Mortalitas antara penduduk lakilaki dan penduduk perempuan. Jika kematian lakilaki lebih besar dari pada jumlah kematian perempuan maka rasio jenis kelamin semakin kecil. c. Pola migrasi antara penduduk lakilaki dan penduduk perempuan. Jika suatu daerah sex ratio > 100 berarti di daerah tersebut lebih banyak penduduk lakilaki. Jika sex ratio < 100 berarti lebih banyak penduduk perempuan. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di tahun 2014 menunjukkan jumlah penduduk lakilaki sedikit lebih banyak dibanding penduduk perempuan, yang diindikasikan dengan angka rasio jenis kelamin sebesar 100,4. Terdapat 10 (sepuluh) kecamatan yang jumlah penduduk perempuan lebih banyak (rasio jenis kelaminnya di bawah 100) yaitu Kecamatan Dayeuhluhur, Kecamatan Wanareja, Kecamatan Majenang, Kecamatan Karangpucung, Kecamatan Sidareja, Kecamatan Patimuan, Kecamatan Gandrungmangu, Kecamatan Kawunganten, Kecamatan Maos dan Kecamatan Kroya. 16

32 Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 Kecamatan Lakilaki Perempuan Lk + Pr RJK (1) (2) (3) (4) (5) 01. Dayeuhluhur ,6 02. Wanareja ,2 03. Majenang ,6 04. Cimanggu ,8 05. Karangpucung ,4 06. Cipari ,2 07. Sidareja ,2 08. Kedungreja ,2 09. Patimuan ,3 10. Gandrungmangu ,7 11. Bantarsari ,2 12. Kawunganten ,6 13. Kampunglaut ,3 14. Jeruklegi ,9 15. Kesugihan ,0 16. Adipala ,5 17. Maos ,7 18. Sampang ,5 19. Kroya ,5 20. Binangun ,6 21. Nusawaungu ,4 22. Cilacap Selatan ,2 23. Cilacap Tengah ,8 24. Cilacap Utara ,7 Jumlah ,4 Tahun ,4 Tahun ,3 Tahun ,4 Sumber : BPS Kabupaten Cilacap 17

33 Dari umur penduduk dapat diketahui pula angka rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 51,57 persen, yang berarti tiap 100 orang usia produktif harus menanggung 52 orang usia non produktif. Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Cilacap Tahun Kelompok Umur (1) (2) (3) (4) (5) Rasio Ketergantungan 54,97 55,17 51,99 51,57 Sumber : BPS Kabupaten Cilacap 2.4. Potensi Wilayah Luas wilayah Kabupaten Cilacap terbagi dalam dua bagian yaitu lahan sawah seluas Ha atau 30,17 persen, lahan bukan sawah seluas Ha atau 27,96 persen dan Ha atau 41,87 persen merupakan lahan bukan pertanian. Lahan sawah terdiri dari : irigasi tehnis, irigasi setengah tehnis, irigasi sederhana, irigasi desa/non PU, tadah hujan, lebak polder dan lainnya. Lahan bukan sawah terdiri dari : pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, tegal/kebun, ladang/huma, penggembalaab/padang rumput, lahan sementara tidak diusahakan, ditanami pohon/hutan rakyat, perkebunan, tambak, kolam/empang. Lahan bukan pertanian terdiri dari : rumah, bangunan dan halaman sekitar; hutan negara; rawarawa; Lainnya (jalan,sungai, danau, lahan tandus, dll.) 18

34 Tabel 2.6 Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Cilacap Tahun (Hektar) No. Jenis Penggunaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Lahan Sawah : Irigasi Tehnis Irigasi Setengah Tehnis Irigasi Sederhana Irigasi Desa / Non PU Tadah Hujan Pasang Surut Lebak Polder dan Lainnya Lahan Bukan Sawah : Pekarangan yg ditanami tanaman pertanian Tegal / Kebun Ladang / Huma Penggembalaan / Padang Rumput Sementara tidak diusahakan Ditanami Pohon / hutan rakyat Perkebunan Tambak Kolam / Empang / Lahan Bukan Pertanian : Rumah, bangunan dan halaman sekitar Hutan Negara Rawarawa Lainnya (jalan,sungai, danau, lahan tandus, dll.) *) *) * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Total Luas Lahan Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap ** Data tidak tersedia; * Termasuk irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan non PU Pertanian Tanaman Pangan Sektor pertanian tanaman pangan meliputi tanaman padi sawah, padi gogo, ketela pohon, jagung, ketela rambat, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. 19

35 Produksi padi sawah tahun 2014 tercatat sebesar ton dengan luas panen hektar. Produksi padi gogo ton dengan luas panen hektar. Luas panen tanaman jagung hektar dan produksinya mencapai ton. Tanaman ketela pohon berproduksi sebesar ton dengan luas panen hektar. Produksi ketela rambat di tahun 2014 sebanyak ton dengan luas panen 239 Ha. Produksi kedelai sebesar ton dengan luas panen hektar, tanaman kacang tanah di tahun 2014 berproduksi sebanyak ton dengan luas panen hektar. Sementara produksi kacang hijau sebesar ton dengan luas panen hektar. Dari delapan komoditas ada tiga komoditas yang mengalami kenaikan produksi yaitu padi gogo, kedelai, dan kacang hijau dikarenakan luas tanamnya bertambah. Kenaikan ketiga komoditas tersebut karena ada kenaikan luas panen yaitu untuk padi gogo luas panen tahun 2013 seluas hektar naik menjadi hektar, kedelai dengan luas hektar di tahun 2013 menjadi hektar dan kacang hijau dengan luas hektar di tahun 2013 naik menjadi hektar di tahun Jenis Tanaman Pangan 1. Padi sawah 2. Padi gogo 3. Jagung Tabel 2.7 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Cilacap Tahun Luas panen (Ha) Produksi (ton) *) *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 4. Ketela pohon 5. Ketela rambat 6. Kedelai 7. Kacang tanah 8. Kacang hijau Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap *) Angka Sementara periode JanuariApril 2015, Hasil Crop Cutting Survey BPS Kab. Cilacap

36 Jenis tanaman sayuran yang banyak ditanam oleh para petani antara lain : kacang panjang, cabe, tomat, terong, ketimun, kangkung dan bayam. Jika di tahun 2013, cabe adalah komoditas yang produksinya paling banyak dan diikuti oleh kangkung, di tahun 2014 komoditas yang paling banyak produksinya adalah kangkung disusul oleh cabe. Tabel 2.8 Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran di Kabupaten Cilacap Tahun Luas panen (Ha) Produksi (ton) Jenis Tanaman Sayuran (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Kacang panjang 2. Cabe 3. Kangkung 4. Bayam 5. Terong 6. Ketimun 7. Tomat Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap Produksi buahbuahan di Kabupaten Cilacap tahun 2014 yang cukup dominan adalah pisang. Total produksinya mencapai kuintal, disusul oleh produksi rambutan yang mencapai kuintal, kemudian pepaya dengan produksi mencapai kuintal. 21

37 Tabel 2.9 Banyaknya Pohon Yang Dipanen dan Produksi Buahbuahan Jenis Tanaman Sayuran 1. Alpukat 2. Mangga 3. Rambutan 4. Duku (langsat) 5. Jeruk siam 6. Belimbing 7. Manggis 8. Nangka 9. Durian 10. Jambu biji 11. Sirsak 12. Melinjo 13. Sawo 14. Pepaya 15. Pisang 16. Nanas 17. Salak 18. Sukun 19. Petai 20. Jengkol 21. Jambu air di Kabupaten Cilacap Tahun Banyaknya pohon yang dipanen Produksi (kw) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap

38 Perkebunan Rakyat Jenis tanaman perkebunan rakyat tahun 2014 di Kabupaten Cilacap antara lain : kelapa dalam, kelapa deres, aren, cengkeh, kopi, jambu mete, sereh wangi, kakao, lada, karet, kapulogo, dan pala. Tabel 2.10 Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Cilacap Tahun Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Produksi (ton) Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Kelapa Dalam 2. Kelapa Deres 3. Aren 4. Karet 5. Lada 6. Sereh Wangi 7. Kakao 8. Pala 9. Jarak Pagar 10. Kapulogo 11. Cengkeh 12. Kopi 13. Nilam 14. Tembakau Iris , ,50 203, ,80 36,40 307,00 51,20 27,90 8,40 134, ,50 249,30 37,00 73, , ,5 196, ,80 44,85 207,00 61,18 29, ,50 224,27 11,00 23, , ,50 195, ,80 44, ,18 34,90 263, ,50 220,27 12,50 37, ,57 354, ,61 25,03 33,77 37,45 6,92 0,39 32,07 358,84 159,76 57,74 59, , , ,59 8,62 0,41 30,86 5,74 131,93 80,44 13,21 18, , , ,35 8,64 0,40 30,33 6,69 125,42 78,98 15,47 22,89 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cilacap Peternakan Jenisjenis ternak besar dan kecil yang diusahakan di Kabupaten Cilacap antara lain : sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing, domba, kuda, babi, dan kelinci. Dari jenisjenis tersebut, kambing, domba dan sapi potong adalah yang paling dominan diternakkan oleh masyarakat. Masingmasing : ekor untuk kambing, ekor domba dan ekor untuk sapi potong, sedangkan jenis ternak yang lain relatif kecil. 23

39 Tabel 2.11 Populasi Ternak di Kabupaten Cilacap Tahun (ekor) Jenis Ternak (1) (2) (3) (4) (5) 1. Sapi perah 2. Sapi potong 3. Kerbau 4. Kambing 5. Domba 6. Kuda 7. Babi 8. Kelinci Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap Dalam usaha peternakan unggas di Kabupaten Cilacap terdapat beberapa jenis unggas antara lain : ayam kampung, ayam ras petelor, itik, angsa, itik manila, burung puyuh, serta ayam ras pedaging. Pada tahun 2014 populasi unggas yang mengalami kenaikan adalah ayam ras pedaging, sedangkan jenis unggas lainnya relatif stabil atau mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun Tabel 2.12 Populasi Unggas di Kabupaten Cilacap Tahun (ekor) Jenis Unggas (1) (2) (3) (4) (5) 1. Ayam kampung 2. Ayam ras petelor 3. Itik 4. Angsa 5. Itik manila 6. Puyuh 7. Ayam ras pedaging Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap 24

40 Perikanan Data tentang perikanan, khususnya tentang produksi penangkapan ikan menunjukkan bahwa nilai produksi yang terbesar adalah penangkapan ikan di laut, disusul oleh nilai produksi budidaya ikan di air tawar/kolam, penangkapan ikan di tambak, penangkapan ikan di sungai, penangkapan ikan di genangan air serta penangkapan ikan di rawa. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumber Daya Segara Anakan Kabupaten Cilacap, menunjukkan untuk produksi penangkapan ikan di laut sebesar ,436 ton dengan nilai produksi besar Rp , produksi budidaya air tawar (kolam) sebesar 4.443,962 ton dengan nilai produksi Rp , penangkapan ikan di air payau (tambak) dengan produksi sebesar 1.903,087 ton dengan nilai produksi Rp , penangkapan ikan di perairan umum sungai sebesar 905,04 ton dengan nilai produksi Rp , penangkapan ikan di genangan air dengan produksi sebesar 122,529 ton dengan nilai produksi Rp dan penagkapan ikan di perairan umum rawa sebesar 87,440 ton dengan nilai produksi Rp Tabel 2.13 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Perairan Produksi (ton) Nilai ( Rp) Air payau (tambak) 2. Laut 3. Air tawar (kolam) (1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 4. Perairan umum (rawa) 5. Genangan air 6. Perairan umum (sungai) 1.106, , ,242 79, , , , , ,208 67, , Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap 1.903, , ,962 87, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,707 25

41 Sedangkan data dari KUD Mino Saroyo Cilacap, produksi ikan dan udang ,85 kg dengan nilai produksi sebesar Rp , yang terdiri dari produksi ikan ,49 kg dengan nilai produksi Rp dan produksi udang sebanyak ,36 kg dengan nilai produksi Rp Tabel 2.14 Produksi dan Nilai Produksi Ikan dan Udang di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 Ikan Udang Bulan Produksi (Kg) Nilai Produksi Produksi Nilai Produksi (Rp) (Kg) (Rp) (1) (4) (5) (7) (8) 1. Januari 2. Februari 3. Maret 4. April 5. M e i 6. Juni 7. Juli 8. Agustus 9. September 10. Oktober 11. November 12. Desember , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah , , Tahun , , Tahun , , Tahun , , Sumber : KUD Mino Saroyo Cilacap 26

42 BAB III PENDIDIKAN Pendidikan merupakan hak asasi manusia dan hak setiap warga negara untuk dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran maksimal pada tingkat pendidikan dasar. Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan dan sekaligus menjadi investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk mendukung keberlangsungan pembangunan bangsa. Pendidikan telah diyakini sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa yang sangat penting untuk mewujudkan warga negara yang handal, profesional, dan berdaya saing tinggi. Pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and character building yang sangat menentukan perjalanan dan regenerasi suatu bangsa. Pendidikan anak sejak dini sangat penting untuk meningkatkan pembangunan politik, sosial, spiritual, emosi, dan intelektual anak yang perkembangannya sangat cepat dan merupakan dasar untuk pengembangan selanjutnya Partisipasi Sekolah Berdasarkan tabel 3.1, di tahun 2014, Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD/MI/Paket A sebesar 113,17 persen, SMP/MTs/Paket B sebesar 83,97 persen dan SMA/MA/Paket C sebesar 82,63 persen. Jenjang Tabel 3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Di Kabupaten Cilacap Tahun *) L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) SD/MI ,91 111,59 111, SMP/MTs ,24 84,51 84, SMA/MA ,06 83,82 79, Sumber : Susenas, *) Angka Sementara 27

43 Jika dilihat menurut jenis kelamin untuk jenjang pendidikan baik SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B, APK lakilaki lebih tinggi dibandingkan APK perempuan, sedangkan untuk jenjang pendidikan SMA/MA/Paket C, APK perempuan lebih tinggi dibandingkan APK lakilaki. APK SD/MI lakilaki sebesar 115,07 persen dan perempuan sebesar 111,07 persen, APK SMP/MTs/Paket B lakilaki sebesar 84,27 persen dan perempuan sebesar 83,66 persen. Untuk tingkat SMA/MA/Paket C, APK lakilaki sebesar 78,04 persen dan perempuan 88,11 persen. Jenjang Tabel 3.2 Angka Partisipasi Murni (APM) Di Kabupaten Cilacap Tahun L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) SD/MI ,11 94,97 97, SMP/MTs ,74 67,40 70, SMA/MA ,13 58,51 59, Sumber : Susenas Angka Partisipasi Murni (APM) cenderung semakin menurun sejalan dengan meningkatnya jenjang pendidikan, APM untuk jenjang SD/MI/Paket A sebesar 97,80 persen, sedangkan jenjang di atasnya lebih rendah masingmasing sebesar 73,31 persen untuk SMP/MTs/Paket B, dan 63,48 persen untuk SM/MA/Paket C. Kecenderungan penurunan APM pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi konsisten dengan kecenderungan pada APS dan APK (tabel 3.3 dan tabel 3.1). Pada usia pendidikan dasar kelompok umur 712 tahun, APS lakilaki hanya sedikit lebih rendah dibandingkan APS perempuan. Di kelompok umur 1315, APS lakilaki lebih tinggi dibandingkan APS perempuan, sementara pada kelompok umur 1618 APS perempuan sedikit lebih tinggi dibanding APS lakilaki Secara umum perbedaan APS pada masingmasing kelompok umur untuk lakilaki dan perempuan tidaklah terlalu jauh, dapat dikatakan bahwa partisipasi sekolah relatif seimbang atau dengan kata lain kesetaraan partisipasi pendidikan antara lakilaki dan perempuan telah berimbang. 28

44 Kelompok Umur Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Cilacap Tahun L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) ,09 98,24 97,67 100,00 98,64 99, , ,82 85,51 88,57 87, ,64 73,14 73,82 73, Sumber : Susenas Kesetaraan gender perlu diperjuangkan agar anak lakilaki dan anak perempuan diberi hak sama untuk pendidikan, hak untuk mendapat pekerjaan, dan hak untuk mendapatkan posisi yang layak dalam masyarakat. Pendidikan dimaksudkan untuk memberi kesempatan untuk pengembangan potensi dan kemampuan serta pengembangan pribadi anak terutama untuk pengembangan kemampuan kecakapan hidup dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Penduduk Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 dari hasil Susenas, seperti yang terlihat pada tabel 3.4 menunjukkan bahwa persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 7,00 persen, sedangkan yang masih sekolah sebesar 25,52 persen dan yang sudah tidak bersekolah lagi sebesar 67,48 persen. 29

45 Tabel 3.4. Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Partisipasi Sekolah di Kabupaten Cilacap Tahun Partisipasi Sekolah (1) (2) (3) (4) (5) 1. Tidak/Belum pernah Sekolah 2. Masih Sekolah 3. Tidak Sekolah Lagi 5,93 17,94 76,13 8,04 23,57 68,39 7,59 24,71 67,70 7,00 25,52 67,48 Kab. Cilacap 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Tabel 3.5. Persentase Penduduk 10 tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan di Kabupaten Cilacap Tahun Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (1) (2) (3) (4) (5) 1. Tidak/Belum pernah Sekolah 2. Tidak/Belum Tamat SD 3. Tamat SD/Sederajat 4. Tamat SLTP/Sederajat 5. Tamat SLTA/Sederajat 6. Tamat PT 5,93 25,13 34,60 18,54 12,71 3,09 6,12 24,84 34,08 19,99 11,30 3,67 4,91 26,00 32,17 19,15 14,35 3,42 5,14 24,50 34,38 19,47 13,67 2,84 Kab. Cilacap 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas SDM, semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Tabel 3.5 menyajikan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang tamat SD/sederajat, SLTP/sederajat, dan SLTA/sederajat berturutturut adalah sebesar 34,38 persen; 19,47 persen, dan 13,67 persen. Sementara itu, persentase penduduk yang tamat Perguruan Tinggi hanya sebesar 2,84 persen. 30

46 3.2. Kemampuan Membaca dan Menulis Persentase penduduk yang tidak bisa baca dan tulis yang berusia 15 tahun ke Atas menurut kelompok umur dan jenis kelamin hasil Susenas 2013 adalah : Tabel 3.6 Persentase Penduduk Buta Huruf Usia 10+ dan 15+ di Kabupaten Cilacap tahun Usia L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) ,52 11,21 8,37 3,82 10,30 7,06 3,84 9,15 6, ,35 12,80 9,58 4,42 11,15 8,03 4,43 10,21 7,35 Sumber : Susenas Dari tabel tersebut terlihat bahwa persentase penduduk 15 tahun ke atas yang tidak bisa baca dan tulis mencapai 7,35 persen, sedangkan untuk yang berusia 10 tahun ke atas sebesar 6,50 persen. Tingginya angka buta huruf pada kelompok usia 15 tahun ke atas ini dipengaruhi oleh kelompok usia tahun. Persentase penduduk tahun yang buta huruf sebesar 7,55 persen dari seluruh penduduk 15 tahun ke atas yang buta huruf. Kelompok Umur Tabel 3.7 Persentase Penduduk Buta Huruf menurut Kelompok Umur di Kabupaten Cilacap tahun L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) ,52 0,81 1,20 0,87 0, ,65 1, ,21 1,13 1,17 0,99 0, ,69 0,36 0,72 0,34 1,25 0, ,98 1,93 1,46 0,39 0,19 1,98 1, ,09 1,47 1,77 3,05 1,57 1,34 0, ,12 15,72 12,04 5,54 8,64 6, ,89 7,55 Sumber : Susenas 31

47 Dari Tabel 3.6, persentase penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang buta huruf (9,15 persen) lebih tinggi dibandingkan persentase penduduk lakilaki usia 10 tahun ke atas yang buta huruf (3,84 persen). Gambaran serupa terlihat secara umum pada kelompok 15 tahun ke atas dan 45 tahun ke atas. Persentase penduduk perempuan yang buta huruf cenderung lebih besar dari lakilaki. Kondisi ini sekaligus menggambarkan bahwa taraf pendidikan perempuan belum setara dengan lakilaki Ratarata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah Salah satu indikator tunggal lainnya untuk menggambarkan tingkat pendidikan masyarakat adalah ratarata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas. Ratarata lama sekolah penduduk 25 tahun ke atas merupakan cerminan tingkat pendidikan penduduk secara keseluruhan. Ratarata lama sekolah (mean years of schooling) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal ratarata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Perhitungan lama sekolah dilakukan tanpa memperhatikan apakah seseorang menamatkan sekolah lebih cepat atau lebih lama dari waktu yang telah ditentukan. Penetapan usia penghitungan ratarata lama sekolah mulai usia 25+ merupakan perubahan dari metode penghitungan sebelumnya yang menggunakan batasan usia 15+. Sesuai dengan target pemerintah melalui program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan sejak tahun 1994, ratarata lama sekolah penduduk diharapkan dapat mencapai sebesar 9 tahun (pendidikan dasar), yaitu minimal tamat jenjang pendidikan dasar atau tamat SMP. Namun demikian, tampak bahwa program tersebut masih belum mencapai sasaran yang diharapkan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.8 bahwa ratarata lama sekolah penduduk Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 baru mencapai 6,93 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa secara ratarata pendidikan penduduk usia 15 tahun ke atas baru mencapai kelas 1 SMP (kelas VII), yaitu baru mencapai jenjang tamat Sekolah Dasar. Indikator lain yang digunakan untuk menggambarkan tingkat pendidikan masyarakat sekaligus merupakan komponen dari penghitungan IPM dengan metode baru adalah harapan lama sekolah (Expected Years of Schooling/EYS), yang didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan 32

48 oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Harapan lama sekolah (HLS) dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang. HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. Di tahun 2014 Angka HLS adalah sebesar 12,17, artinya seorang anak yang dilahirkan di tahun 2014 diharapkan dapat menempuh pendidikan selama 12 tahun. Tabel 3.8 RataRata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling/MYS) dan Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling/EYS) Penduduk Berusia 15 ke Atas (dalam tahun) di Kabupaten Cilacap tahun Tahun MYS *) EYS (1) (2) (3) ,71 6,74 6,77 6,80 6,93 11,09 11,18 11,39 11,89 12,17 Sumber : Susenas, *) Perubahan metode penghitungan 33

49 BAB IV KESEHATAN Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai UndangUndang Dasar 1945, amandemen kedua pasal 34 ayat (3) menetapkan : Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan umum yang layak. Di era otonomi daerah amanat amandemen dimaksud mempunyai makna penting bagi tanggung jawab Pemerintah Daerah sebagai sub sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap masyarakat, dan Pemerintah Daerah dituntut dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang layak, tanpa ada diskriminasi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 23 Pasal 3 Tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan bahwa tujuan jangka panjang pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara Indonesia agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya sebagai bagian dari indikasi kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan secara khusus telah dilakukan langkahlangkah melalui beberapa program, baik sektoral kesehatan maupun lintas sektor. Upaya tersebut antara lain melalui peningkatan dan penyempurnaan sarana dan prasarana kesehatan, dengan mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang bermutu, mudah dan terjangkau bagi seluruh golongan masyarakat, antara lain melalui Puskesmas keliling, penugasan dokter/bidan di seluruh desa/kelurahan, perbaikan gizi keluarga, peningkatan kesehatan gizi ibu dan anak, imunisasi maupun penyediaan fasilitas air bersih. Agar pembangunan kesehatan dapat berhasil dengan baik, maka dibutuhkan data statistik yang akurat sebagai faktor penunjang dalam pembangunan kesehatan. Data statistik diperlukan untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan di bidang kesehatan serta untuk memantau dan menilai hasilhasilnya. 34

50 4.1. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Efektivitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang memadai, tenaga kesehatan yang cukup dan profesional, serta kemudahan penduduk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada akhir tahun 2014 di Kabupaten Cilacap terdapat 38 Puskesmas yang tersebar di setiap kecamatan, atau satu puskesmas ratarata melayani penduduk. Dari 38 Puskesmas, 16 diantaranya telah dilengkapi pelayanan rawat inap. Keadaan ini tentu sangat membantu masyarakat, terutama bagi pasien yang penanganan sakitnya harus memerlukan rawat inap. Jumlah rumah sakit umum di Kabupaten Cilacap ada 7 Rumah Sakit Umum (RSU), 28 Rumah Bersalin/Rumah Sakit Bersalin (RSB)/Rumah Sakit Anak (RSA). Lima RSU terletak di eks Kotip Cilacap (RSUD Cilacap, RS Aprillia, RS Pertamina, RS Islam Fatimah dan RS Santa Maria), dan satu RSUD Majenang serta satu di Kecamatan Kroya yaitu RS Aghisna Medika. Tabel 4.1 Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Cilacap Tahun Sarana Kesehatan (1) (2) (3) (4) (5) 1. Rumah Sakit Umum (RSU) 5 2. RB/RSB / RSA Puskesmas Puskesmas Pembantu Posyandu Apotik Sumber : Dinas Kesekatan Kabupaten Cilacap, Hanya RSB saja. Upaya mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat ditunjang pula dengan tersedianya sarana kesehatan lain seperti Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Posyandu. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap menyebutkan pada akhir tahun 2014 di Kabupaten Cilacap terdapat 73 Pustu dan Posyandu. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, jumlah dokter umum yang bekerja di Puskesmas pada tahun 2014 sebanyak 59 orang, dokter gigi 22 orang, perawat umum 475 orang, perawat gigi 28 orang dan bidan sebanyak 696 orang *)

51 Dengan banyaknya jumlah tenaga kesehatan yang ada di masingmasing puskesmas diharapkan akan dapat melayani masyarakat yang memerlukan pengobatan ke puskesmas. Tabel 4.2 Jumlah Dokter, Bidan dan Perawat pada Puskesmas di Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Tenaga Kesehatan (1) (2) (3) (4) (5) 1. Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Umum Perawat Gigi Bidan Sumber : Dinas Kesekatan Kabupaten Cilacap 4.2. Penolong Kelahiran Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) salah satunya adalah dengan meningkatkan pertolongan kelahiran oleh tenaga medis dan meningkatkan pelayanan neonatal, karena dapat memengaruhi keselamatan ibu dan bayinya. Penolong kelahiran yang ideal adalah tenaga medis karena mereka telah menerapkan proses persalinan yang memenuhi standar kesehatan. Disamping itu upaya peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk harus disertai dengan upaya peningkatan penyediaan pelayanan persalinan oleh tenaga medis. Pemerintah maupun masyarakat telah berupaya meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan, selain mengurangi insiden kematian bayi dan kematian maternal melalui penyediaan pelayanan persalinan. Upaya penting lain dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat adalah peningkatan tersedianya penolong kelahiran oleh tenaga medis. Penolong kelahiran secara langsung sangat mempengaruhi derajat kesehatan ibu dan anak pada tahuntahun pasca kelahiran. Proses persalinan akan lebih aman jika dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan atau tenaga paramedis lainnya) dan tenaga non kesehatan yang sudah terlatih dibandingkan dengan tenaga non kesehatan yang sifatnya masih tradisional seperti dukun bersalin, karena jika kemungkinan komplikasi akibat adanya 36

52 gangguan kelahiran dapat terdeteksi lebih dini untuk selanjutnya segera ditangani, sehingga akan memperkecil resiko kematian maternal. Kementerian Kesehatan RI sejak bulan April 2011 meluncurkan program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Tujuan Jampersal adalah meningkatkan akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB. Salah satu bantuan yang diharapkan dari tenaga Dukun Bersalin adalah dalam rangka menolong proses kelahiran. Dalam proses kelahiran ada dua tahap pertolongan, yaitu tahap awal dan tahap akhir. Tahap awal adalah saat dimana ibu dibawa pertama kali untuk pertolongan kelahiran, sedangkan tahap akhir adalah saat dimana bayi lahir. Tabel 4.3 Persentase Persalinan menurut Penolong Kelahiran Kabupaten Cilacap Tahun Penolong Kelahiran Proses Kelahiran Pertama Proses Kelahiran Terakhir (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Dokter 13,16 18,88 19,09 16,31 19,21 22,19 Bidan 70,38 64,75 76,68 76,66 68,51 70,48 Tenaga Medis Lain 0,53 0,53 Dukun Bersalin 16,15 16,37 3,70 7,03 12,28 6,80 Famili 0,30 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Dibandingkan tahun 2013, pada tahun 2014 persentase persalinan untuk proses kelahiran pertama oleh Dukun Bersalin mengalami penurunan yaitu dari 16,37 persen menjadi 3,70 persen. Untuk penolong kelahiran oleh Bidan naik dari 64,75 persen tahun 2013 menjadi 76,68 persen pada tahun 2014, sedangkan penolong kelahiran oleh Dokter mengalami kenaikan dari 18,88 persen pada tahun 2013 menjadi 19,09 persen pada tahun Dari hasil Susenas tahun 2014 proses kelahiran pertama maupun 37

53 kelahiran terakhir tidak ada yang ditolong oleh famili, tetapi ada 0,53 persen yang ditolong oleh tenaga medis lain. Secara keseluruhan proses kelahiran pertama yang ditolong oleh Tenaga Medis (Dokter, Bidan, dan Tenaga Medis lain) mengalami kenaikan dari 83,63 persen pada tahun 2013 menjadi 96,3 persen pada tahun Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber gizi yang paling baik untuk bayi. Selain mudah dicerna, murah, dan mudah didapat, ASI mempunyai kandungan zatzat yang sangat diperlukan oleh bayi seperti DHA (Docosahexaenoic Acid) dan Collostrum yang sangat barmanfaat untuk perkembangan selsel otak dan daya tahan tubuh bayi. Salah satu faktor penting untuk perkembangan anak adalah pemberian ASI. ASI merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan. Selain itu ASI mengandung zat penolak/pencegah penyakit (antibodi) serta dapat memberikan kepuasan dan mendekatkan hati ibu dan anak sebagai sarana menjalin hubungan kasih saying. Banyak ibuibu yang telah menyadari pentingnya ASI bagi bayi serta menyadari bahwa salah satu kodratnya sebagai seorang ibu adalah menyusui anaknya. Ada dua aspek penting dalam pemberian ASI yang direkomendasikan. Pertama pemberian ASI sebaiknya diberikan kepada anak hingga usia 2 tahun untuk kemudian disapih (penghentian pemberian ASI), dan kedua sebaiknya selama 6 bulan pertama usia anak diberikan ASI tanpa makanan tambahan (ASI eksklusif). Tabel 4.4 menunjukkan distribusi balita menurut lamanya disusui. Hasil pengolahan Susenas 2014 menunjukkan bahwa ratarata lama pemberian ASI balita di Kabupaten Cilacap sekitar 64,11 persen disusui selama 12 bulan ke atas, yang disusui kurang dari satu tahun tercatat sekitar 35,89 persen. Masih banyaknya anak yang diberi ASI kurang dari satu tahun besar kemungkinan disebabkan makin banyaknya kaum wanita (ibu si anak) yang saat ini mempunyai peran ganda, disamping sebagai ibu rumah tangga juga melakukan kegiatan ekonomi sebagai pekerja. 38

54 Lamanya Disusui (bulan) Tabel 4.4 Persentase Balita yang pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Sumber : Susenas 10,10 18,14 24,17 23,42 24, Pemberian Immunisasi 15,88 13,64 21,86 23,82 24,80 12,85 16,00 23,07 23,61 24,47 22,17 16,01 17,32 17,45 27,05 11,20 12,88 22,92 22,59 30,41 17,14 14,57 19,89 19,81 28,59 21,39 17,46 19,52 14,83 26,80 17,96 14,75 22,22 17,69 27,38 19,74 16,15 20,82 16,20 27,09 Selain melalui pemberian Air Susu Ibu, pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara melakukan imunisasi kepada Balita. Berdasarkan program pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan tentang Program Pengembangan Imunisasi (PPI) menganjurkan agar semua anak mendapatkan imunisasi terhadap enam jenis penyakit utama anak yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio dan campak. Sesuai dengan pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO), anak dinyatakan telah diimunisasi lengkap bila telah mendapatkan satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT, tiga kali imunisasi Polio, dan satu kali imunisasi Campak. Secara umum persentase Balita yang pernah mendapat imunisasi lengkap cukup tinggi, yaitu di atas 75,00 persen untuk semua jenis imunisasi (BCG, DPT, Polio, dan Campak/Morbili), sedangkan Balita yang telah mendapatkan imunisasi DPT, Polio dan Hepatitis B minimal 3 kali masingmasing sebesar 80,01 persen, 82,16 persen, dan 74,24 persen. 39

55 Jenis imunisasi Tabel 4.5 Persentase Balita Umur 0 4 Tahun menurut Frekuensi Imunisasi dan Jenis Imunisasi di Kabupaten Cilacap Tahun Frekuensi Imunisasi *) *) *) (1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) BCG 2,65 3,06 3,96 97,35 96,94 96,04 DPT 6,64 8,13 6,56 7,71 7,79 7,59 7,39 9,02 5,85 78,26 75,05 80,01 Polio 6,03 7,92 5,39 5,63 6,50 6,36 7,06 5,83 6,09 81,29 79,75 82,16 Campak/Morbili 20,27 24,21 22,93 79,73 75,79 77,07 Hepatitis B 8,42 10,49 8,16 12,25 10,69 13,64 10,79 7,08 3,96 68,54 71,75 74,24 Sumber : Susenas 2013 *) 2014 Cakupan imunisasi wajib terakhir terlihat sangat signifikan pada imunisasi BCG dan Campak/Morbili, yaitu sebesar 96,04 persen untuk BCG dan 77,07 persen untuk imunisasi Campak/Morbili. Tingginya cakupan imunisasi BCG dapat dimaklumi, karena pada umumnya pemberian imunisasi BCG dilakukan pada saat bayi yang baru lahir dan masih dalam perawatan medis Angka Kesakitan Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk adalah angka kesakitan. Berdasarkan angka kesakitan tahun 2014 yang diperoleh dari 38 Puskesmas, seperti tahun sebelumnya penyakit pada saluran pernapasan bagian atas masih menduduki peringkat pertama pada 10 besar angka kesakitan di Kabupaten Cilacap, yaitu sebanyak kasus (36,77 persen). 40

56 Tabel 4.6 Sepuluh Besar Penyakit Berdasarkan Laporan dari Puskesmas Jenis Penyakit di Kabupaten Cilacap Tahun Jumlah Persentase Jumlah Persentase (1) (2) (3) (4) (5) 1. Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas 2. Nasopharingtis Akuta (Common Cold) 3. Gastritis 4. Hypertensi 5. Myalgia 6. Penyakit kulit alergi 7. Diare (termasuk tersangka kolera) 8. Penyakit lain pada susunan otot & jaringan ikat 9. Bronkhitis 10. Penyakit lain pasca sistim pencernaan 11. Chepalgia 12. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal ,88 10,49 11,35 7,85 8,82 7,38 4,16 4,34 4,35 4, ,77 12,96 11,11 7,37 9,08 6,46 4,36 3,63 4,61 3,64 J u m l a h , ,00 Catatan data yang kosong tidak termasuk 10 besar penyakit. Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Angka kesakitan ditunjukkan oleh banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu. Untuk seseorang yang mengalami dua keluhan pada saat yang bersamaan dihitung satu untuk masingmasing keluhan. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, pada tabel 4.7 menunjukkan besarnya penduduk yang mempunyai keluhaan kesehatan dalam sebulan menurut jenis keluhan kesehatan. Banyaknya penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu sebesar 37,27 persen. Pada tahun 2014 ada tiga jenis keluhan yang paling banyak dialami penduduk adalah panas, batuk, dan sakit kepala berulang, dengan persentase penderita masingmasing adalah sebagai berikut : panas (10,15 persen), batuk (9,68 persen), dan pilek (7,33 persen). 41

57 Tabel 4.7 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Dalam Satu Bulan Terakhir Menurut Jenis kelamin, Kabupaten Cilacap Tahun Tahun L P L + P (1) (2) (3) (4) Sumber : Susenas 30,74 31,78 32,03 35,40 31,94 31,28 31,40 39,16 31,33 32,03 31,72 37,27 Berdasarkan hasil Susenas 2014, persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan mengalami sedikit kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya untuk beberapa jenis penyakit yaitu panas mengalami kenaikan dari 8,24 persen di tahun 2013 menjadi 10,15 persen di tahun 2014, asma/sesak nafas mengalami kenaikan dari 1,84 persen di tahun 2013 menjadi 2,31 persen di tahun 2014, sakit gigi dari 2,71 persen naik menjadi 3,00 persen, dan lainnya (campak, dll) mengalami kenaikan dari 58,24 persen di tahun 2013 menjadi 59,64 persen di tahun Tabel 4.8 Persentase Penduduk dengan Keluhan Kesehatan Tertentu Selama Sebulan Terakhir, Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Keluhan Kesehatan (1) (2) (3) (4) (5) Panas 7,20 9,22 8,24 10,15 Batuk 10,89 8,92 10,49 9,68 Pilek 6,82 7,18 7,74 7,33 Asma/Napas Sesak 2,22 1,78 1,84 2,31 Diare/Buang2 Air 3,78 3,07 2,66 1,64 Sakit Kepala Berulang 13,47 14,46 8,08 6,24 Sakit Gigi 4,24 4,47 2,71 3,00 Lainnya (Campak, dll) 51,37 50,91 58,24 59,64 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas 42

58 4.6. Lamanya Sakit dan Penanganan Kesehatan Tabel 4.9 menunjukkan distribusi penduduk yang sakit yaitu yang mempunyai keluhan kesehatan sampai mengakibatkan pekerjaan, sekolah, atau kegiatan seharihari terganggu selama sebulan yang lalu menurut lamanya hari sakit. Menurut hasil Susenas 2014 sekitar 96,67 persen dari penduduk yang sakit, mengalaminya selama kurang dari 4 hari, sedangkan yang mengalaminya antara 47 hari sebesar 2,30 persen. Dibandingkan tahun 2013, yang mengalami sakit antara 830 hari mengalami penurunan dari 1,21 persen (2013) menjadi 1,03 persen (2014). Tabel 4.9 Persentase Penduduk menurut Lamanya Hari Sakit Selama Sebulan Terakhir Kabupaten Cilacap Tahun Lamanya Hari Sakit (1) (2) (3) (4) (5) < 4 hari 95,19 94,91 95, hari 3,64 3,72 3,36 2, hari 0,26 0,33 0,46 0, hari 0,23 0,24 0,16 0, hari 0,69 0,80 0,59 0,42 Sumber : Susenas 4.7. Kunjungan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di Kabupaten Cilacap berbagai upaya kesehatan telah dilakukan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, antara lain meliputi upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan, kesehatan khusus maupun upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit. Beberapa indikator untuk mengukur pelaksanaan upaya kesehatan adalah dengan melihat jumlah kunjungan penduduk yang berobat jalan selama sebulan yang lalu ke fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat/cara berobat. 43

59 Tabel 4.10 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Sebulan Terakhir menurut Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun Fasilitas Pelayanan Kesehatan (1) (2) (3) (4) (5) RS Pemerintah 3,97 2,37 2,79 2,17 RS Swasta 0,79 2,21 2,67 1,84 Praktek Dokter/Poliklinik 23,13 26,41 28,76 26,51 Puskesmas/Puskesmas pembantu 20,54 15,65 22,42 18,77 Praktek Tenaga Kesehatan 48,22 50,92 40,98 44,75 Praktek Tradisional 2,66 1,10 1,28 3,68 Dukun Bersalin 0,00 0,00 0,00 0,24 Lainnya 0,71 1,34 1,10 2,03 Sumber : Susenas Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Distribusi pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan disajikan pada tabel Fasilitas kesehatan yang relatif banyak dimanfaatkan penduduk untuk berobat jalan adalah Praktek Tenaga Kesehatan mencapai sekitar 44,75 persen disusul kunjungan ke Praktek dokter/poliklinik dan Puskesman/Puskesmas Pembantu masingmasing sebesar 26,51 persen dan 18,77 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 maka jumlah kunjungan ke Praktek Dokter/Poliklinik mengalami penurunan dari 28,76 persen menjadi 26,51 persen di tahun Tingginya persentase kunjungan masyarakat ke Praktek Tenaga Kesehatan disebabkan karena masyarakat sudah beranggapan bahwa obat yang diberikan dari Praktek Tenaga Kesehatan harganya murah dan waktu berobat tidak mengganggu aktivitas rutin. Sementara itu kunjungan ke Puskesmas/Pustu mengalami penurunan yaitu dari 22,42 persen tahun 2013 menjadi 18,77 persen pada tahun

60 4.8. Keluarga Berencana Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak pasang. Pelayanan terhadap akseptor KB baru sebanyak pasang dari perkiraan permintaan masyarakat (PPM) sebanyak pasang, dengan partisipasi pria sebesar 2,98 persen. Jumlah peserta KB aktif sebanyak pasang atau sebesar 73,45 persen dari total PUS (dengan partisipasi pria sebesar 3,89 persen). Akseptor KB baru sebagian besar menggunakan kontrasepsi Non MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yaitu sebanyak pasang (82,01 persen), dengan jenis paling diminati adalah Suntik mencapai pasang (50,54 persen). Untuk kontrasepsi MKJP, jenis yang paling banyak digunakan akseptor baru adalah IUD, yaitu sebanyak pasang. Kontrasepsi Non MKJP juga merupakan kontrasepsi yang disukai oleh akseptor KB aktif, dengan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang digunakan akseptor baru, yaitu sebesar 75,40 persen ( pasang). Jenis kontrasepsi yang paling banyak diminati yaitu Implant untuk MKJP dan suntik untuk non MKJP. Tabel 4.11 Jumlah dan Persentase Peserta KB Baru dan Aktif Menurut Jenis Alat Kontrasepsi di Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Kontrasepsi Peserta KB Baru Peserta KB Aktif Peserta KB Baru Peserta KB Aktif Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1. MKJP , , , ,60 a. IUD , , , ,88 b. MOP/MOW 816 1, , , ,14 c. Implant , , , ,58 2. Non MKJP , , , ,40 a. Suntik , , , ,.11 b. Pil , , , ,00 c. Kondom , , , ,29 Jumlah , , , ,00 Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Cilacaps 45

61 BAB V PERUMAHAN Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia selain kebutuhan sandang dan pangan. Di dalam rumah, manusia dididik mengenal lingkungannya, sehingga berkembang menjadi manusia yang berkepribadian. Dalam kehidupan bermasyarakat, tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar sebagai bagian dari kualitas kehidupan dan kesejahteraan manusia. Sebagai tempat untuk saling berinteraksi antar anggota keluarga, rumah memiliki fungsi yang sangat luas, bukan sekedar sebagai tempat berlindung, melainkan juga memiliki fungsi yang berkaitan dengan aspek kesehatan, pendidikan, kenyamanan dan estetika. Keadaan/kondisi rumah seringkali dapat menggambarkan keadaan status sosial ekonomi penghuninya. Salah satu cara melihat tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari kondisi dan fasilitas tempat tinggal Kondisi Bangunan Tempat Tinggal Tempat tinggal yang ideal tentunya dalam kondisi yang baik, cukup luas, terbuat dari bahanbahan bangunan yang bermutu baik dan memenuhi syarat kesehatan. Pada saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tetapi fungsinya sebagai tempat tinggal lebih menonjol. Bahkan rumah sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan status simbol dan juga menunjukkan identitas pemiliknya. Di Kabupaten Cilacap kondisi bangunan tempat tinggal cukup beragam. Kondisi bangunan dapat dilihat dari luas lantai, jenis lantai, jenis dinding dan jenis atap Luas Lantai Luas lantai yang dimaksud disini adalah luas lantai yang biasanya ditempati dan digunakan untuk keperluan seharihari. Bagianbagian yang tidak digunakan untuk keperluan seharihari misalnya lumbung padi, kandang ternak dan tempat jemuran tidak dimasukkan dalam perhitungan. Pada tahun 2014, di Kabupaten Cilacap sekitar 80,20 persen rumah tangga tinggal dalam bangunan dengan luas lantai yang berukuran 50 meter persegi ke atas (tabel 5.1). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Cilacap sudah menempati bangunan tempat tinggal yang memenuhi salah satu syarat rumah 46

62 layak. Menurut WHO (World Health Organization), salah satu kriteria rumah sehat ialah rumah tempat tinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 meter persegi. Tabel 5.1 Persentase Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah yang Ditempati di Kabupaten Cilacap Tahun Luas Lantai (m2) (1) (2) (3) (4) (5) < >= 150 Sumber : Susenas 22,73 63,92 11,98 1,37 21,31 61,78 13,67 3,25 21,97 62,12 11,31 4,60 19,80 62,90 13,34 3,96 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Bila mengacu luas lantai bangunan yang digunakan pihak perusahaan pengembang (developer), berdasarkan hasil pengolahan Susenas tahun 2014 tercatat bahwa sekitar 87,77 persen ( m 2 = 9,43 persen dan >= 54 m 2 = 78,34 persen) rumah tangga menempati bangunan tempat tinggal dengan luas lantai 45 meter persegi ke atas (tabel 5.2). Tabel 5.2 Persentase Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah yang Ditempati di Kabupaten Cilacap Tahun Luas Lantai (m2) (1) (2) (3) (4) (5) < >= 54 Sumber : Susenas 1,03 3,90 6,84 11,75 76,49 1,53 4,64 6,48 10,89 76,46 1,64 3,95 6,33 11,76 76,32 1,06 4,71 6,46 9,43 78,34 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 47

63 Jika dilihat dari ratarata luas lantai yang dihuni per rumah tangga di Kabupaten dari hasil Susenas 2014 sebesar 76,53 meter persegi (total luas lantai dibagi jumlah rumah tangga) atau ratarata 20,86 meter persegi per orang (total luas lantai dibagi jumlah penduduk). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Cilacap sudah memenuhi salah satu syarat rumah layak, dimana menurut buku Petunjuk Praktis Rumah Sehat yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya, luas lantai minimal per orang adalah 9 meter persegi. Ukuran ini juga sesuai dengan SK bersama Menteri PUTL dan Menteri Keuangan tahun 1993 mengenai persyaratan rumah murah, dimana lantai minimal harus 45 meter persegi untuk keluarga yang terdiri dari 5 orang. Sedikit berbeda menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah tinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 meter persegi Jenis Lantai Syarat lain untuk memenuhi kategori rumah sehat adalah apabila jenis lantai terluas bukan tanah. Semakin tinggi kualitas jenis lantai bangunan tempat tinggal dimungkinkan semakin baik dan sehat kondisi tempat tinggalnya yang sekaligus memberikan indikasi semakin baiknya kesejahteraan rumah tangga. Tabel 5.3 Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Lantai Terluas Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Lantai Terluas Bangunan Bukan Tanah Tanah Sumber : Susenas (1) (2) (3) (4) (5) 84,23 15,77 83,34 16,66 85,33 14,67 85,38 14,62 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Pada tabel 5.3, terlihat bahwa 85,38 persen rumah tangga di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 memiliki jenis lantai bangunan terluas bukan tanah yang meliputi jenis lantai marmer/keramik, ubin/tegel, semen/bata, kayu, bambu dan lainnya, secara persentase mengalami sedikit peningkatan dibandingkan 48

64 dengan tahun sebelumnya (85,33 persen). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga sudah menyadari manfaat lantai selain tanah bagi kesehatan lingkungan dalam rumah tangga Jenis Dinding Dinding bangunan tempat tinggal yang terbuat dari tembok akan memberi rasa aman bagi penghuninya, bila dibandingkan bangunan yang terbuat dari kayu atau bambu. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan pada daerah tertentu cenderung menggunakan dinding bukan tembok. Hal ini disebabkan oleh kondisi alam akan ketersediaan kayu sehingga memilih kayu dari pada tembok untuk dinding rumah. Tabel 5.4 Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Dinding Terluas Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Dinding Terluas Bangunan (1) (2) (3) (4) (5) Tembok 73,06 73,54 74,10 73,81 Kayu 7,75 7,29 5,89 9,33 Bambu 18,15 18,72 19,58 16,29 Lainnya 0,26 0,45 0,44 0,56 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Pada tabel 5.4, hampir 74 persen rumah tangga di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 menempati bangunan tempat tinggal berdinding tembok. Bila dibandingkan tahuntahun sebelumnya, mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 angka ini relatif stabil, dimana rumah tangga yang menempati bangunan tempat tinggal berdinding tembok masingmasing, 73,06 persen (2011), dan 73,54 persen (2012). Sementara itu jumlah rumah yang berdinding bambu mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 19,58 persen menjadi 16,29 persen di tahun Penggunaan kayu sebagai dinding bangunan tercatat 49

65 sebesar 9,33 persen pada tahun 2014, kemudian persentase penggunaan dinding lainnya (kalsiboard dan lainnya) sebagai dinding bangunan sebesar 0,56 persen Jenis Atap Selain luas lantai, jenis lantai dan jenis dinding, jenis atap bangunan juga menggambarkan kondisi bangunan tempat tinggal. Seperti halnya dengan jenis bahan bangunan lain yang digunakan untuk keperluan suatu bangunan, faktor budaya dan lingkungan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi dalam pemilihan jenis atap bangunan tempat tinggal. Pada tahun 2014, di Kabupaten Cilacap sebagian besar bangunan tempat tinggal beratapkan genteng yaitu sebesar 80,82 persen (tabel 5.5). Tabel 5.5 Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Atap Terluas Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Atap Terluas Bangunan Beton Genteng Sirap/Kayu Seng Asbes Lainnya Sumber : Susenas (1) (2) (3) (4) (5) 1,06 81,29 0,09 8,34 9,13 0,09 1,48 81,00 0,13 7,01 10,38 1,30 83,24 0,26 3,99 11,13 0,07 1,55 80,82 4,64 12,91 0,07 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Penggunaan atap bangunan yang banyak digunakan selain genteng adalah atap asbes, yaitu 12,91 persen dari jumlah rumah tangga di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 dan cenderung mengalami peningkatan. Disusul atap yang terbuat dari seng sebesar 4,64 persen. 50

66 5.2. Fasilitas Tempat Tinggal Rumah selain berfungsi sebagai tempat berlindung dari terik matahari dan hujan, juga merupakan tempat berkumpulnya seluruh anggota rumah tangga. Sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya seluruh anggota rumah tangga, rumah haruslah memenuhi berbagai syarat kesehatan dan kenyamanan, seperti antara lain cukup penerangan, terpenuhinya kebutuhan air dan tersedianya berbagai fasilitas lain. Ketersediaan fasilitas tempat tinggal, sumber penerangan dan sumber air minum dapat dijadikan indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga. Fasilitas perumahan yang lengkap akan memberikan dampak positif terhadap kesehatan, sehingga kesejahteraan dapat menjadi lebih baik. Selama kurun waktu tahun di Kabupaten Cilacap, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik (PLN/Perusahaan Listrik Negara dan non PLN) sebagai sumber penerangan cenderung mengalami peningkatan. Pada Tabel 5.6, tercatat sekitar 98,96 persen pada tahun 2011 menjadi 99,62 persen pada tahun 2014 rumah tangga di Kabupaten Cilacap menggunakan listrik sebagai sumber penerangan Sumber Penerangan Pada tahun 2014, di Kabupaten Cilacap persentase rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan listrik yang dikelola oleh PLN tercatat sebesar 99,62 persen dari total rumah tangga. Bila dibandingkan tahuntahun sebelumnya, pengguna listrik PLN berkisar 99 persen, dimana tahun 2011 sampai dan tahun 2014 persentasenya masingmasing sekitar 98,96 persen, 99,57 persen, 99,26 persen dan 99,62 persen. Dari angka tersebut menunjukkan adanya peningkatan perluasan jaringan listrik PLN di wilayah Kabupaten Cilacap, dimana hampir 100 rumah tangga telah terjangkau oleh penerangan listrik PLN. Kondisi sebaliknya dialami rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan selain listrik. Selama kurun waktu yang sama persentasenya cenderung turun, dari sebesar 0,89 persen rumah tangga pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,38 persen pada tahun Keadaan ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Cilacap masih terdapat sekitar 0,38 persen rumah tangga yang masih menggunakan sumber penerangan non listrik. 51

67 Tabel 5.6 Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Cilacap Tahun Sumber Penerangan Bangunan (1) (2) (3) (4) (5) Listrik PLN Listrik Non PLN Non Listrik 98,96 0,15 0,89 99,57 0,43 99,26 0,33 0,41 99,62 0,38 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Fasilitas Air Minum Ukuran kesejahteraan rumah tangga selanjutnya dapat dilihat dari penggunaan fasilitas air minum, apakah digunakan sendiri, secara bersama atau umum. Pada umumnya penggunaan fasilitas air minum sendiri lebih menjamin kesehatan, kebersihan, kenyamanan dan keleluasaan penggunaannya. Pada tabel 5.7, tercatat sebesar 72,79 persen rumah tangga di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 menggunakan fasilitas air minum sendiri. Ada sedikit peningkatan dibanding tahun 2013, dimana rumah tangga yang menggunakan fasilitas air minum sendiri semula 72,48 persen pada tahun 2013 menjadi 72,79 persen pada tahun 2014 Sedangkan sisanya 27,21 persen rumahtangga masih menggunakan fasilitas air minum secara bersama, ataupun umum. 52

68 Tabel 5.7 Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Air Minum di Kabupaten Cilacap Tahun Fasilitas Air Minum (1) (2) (3) (4) (5) Sendiri 70,19 60,97 72,48 72,79 Bersama 27,03 26,70 24,87 24,72 Umum 1,82 2,37 2,47 2,49 Tidak ada 0,96 9,96 0,18 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Sumber Air Minum Utama Selain ketersediaan sumber penerangan listrik, kebutuhan air bagi manusia bukan hanya soal kuantitas tetapi juga kualitas. Karena itu asal sumber air harus menjadi perhatian masyarakat agar air yang dikonsumsi tidak mengganggu kesehatannya. Air minum yang diperoleh dari sungai, sumur gali tak terlindung, air hujan, dan mata air tak terlindung pada umumnya kualitasnya kurang baik, karena sumbersumber tersebut lebih berpotensi untuk tercemar. Berbeda dengan air minum yang bersumber dari sumur gali terlindung, sumur pompa dan PDAM (ledeng) yang sudah ada upaya proteksi terhadap pencemaran. Data Susenas di Kabupaten Cilacap menyebutkan pada tahun 2014 rumah tangga yang memperoleh air dari sumber yang memenuhi persyaratan kesehatan (air dalam kemasan, air isi ulang, ledeng, sumur gali terlindung, sumur pompa, mata air terlindung) mencapai 95,03 persen, mengalami peningkatan dibanding tahun 2013 yang tercatat sebesar 89,53 persen. Di Kabupaten Cilacap, pada tahun 2014 persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum utama yang berasal dari ledeng sebesar 9,46 persen (tabel 5.8). Secara persentase rumah tangga yang menggunakan ledeng/pam sebagai sumber air minum mengalami kenaikan dibanding tahun 2013 yang tercatat 7,63 persen. Peningkatan ini kemungkinan karena semakin luasnya jangkauan instalasi PDAM Kab. Cilacap. Sementara itu jumlah rumah tangga pengguna air kemasan/air isi ulang relatif tidak banyak berubah, dimana tercatat 12,54 persen 53

69 rumah tangga menggunakan air kemasan/air isi ulan. Pemilihan air minum kemasan/air isi ulang dimungkinkan karena masyarakat menilai lebih praktis, yaitu tidak perlu ada proses memasak dan bisa langsung diminum. Pada tahun 2014, sebesar 58,33 persen rumah tangga di Kabupaten Cilacap menggunakan sumber air minum dari sumur, baik sumur terlindung atau sumur tak terlindung. Untuk rumah tangga yang menggunakan air hujan, sungai dan lainnya sebagai sumber air minum masih ada sekitar 0,13 persen. Fasilitas sumber air minum yang digunakan sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Cilacap adalah sumur terlindung. Tabel 5.8 Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum Utama di Kabupaten Cilacap Tahun Sumber Air Minum Utama (1) (2) (3) (4) (5) Air dalam kemasan/isi ulang Ledeng Pompa Sumur terlindung Sumur tak terlindung Mata air terlindung Mata air tak terlindung Air hujan, Sungai,Lainnya 4,39 12,45 15,35 53,18 5,22 6,66 2,05 0,70 9,83 7,51 13,73 52,77 6,03 4,06 5,73 0,35 12,69 7,63 14,31 49,72 4,46 5,18 5,67 0,34 12,54 9,46 12,95 54,43 3,90 5,65 0,95 0,13 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Jarak Sumber Air Minum ke Penampungan Kotoran Selain air ledeng, air sumur dan pompa juga merupakan sumber air minum yang bersih. Namun bila jarak sumur atau pompanya ke tempat penampungan kotoran limbah padat/cair manusia kurang dari 10 meter, maka air tersebut jadi kurang sehat. Persyaratan kesehatan menyebutkan jarak sumber air minum dengan tempat pembuangan kotoran manusia sekurangkurangnya 10 meter. 54

70 Pada tabel 5.9, sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Cilacap telah menggunakan sumber air minum dengan jarak sumber air minum ke tempat penampungan kotoran yang relatif aman, yaitu berjarak lebih dari atau sama dengan 10 meter, yaitu mencapai 72,47 persen. Dengan demikian kondisi ini tetap mencerminkan sebagian besar rumah tangga mengetahui dan menyadari akan pentingnya memperhatikan jarak sumber air minum ke penampungan kotoran/tinja terdekat yang memenuhi persyaratan kesehatan yang tentunya berpengaruh pada tingkat kesehatan dan kebersihan air pompa, air sumur dan mata air. Namun penyuluhan kesehatan tetap harus ditingkatkan lagi mengingat masih ada sekitar 20,47 persen bangunan sumber air minum berjarak kurang dari 10 meter dari tempat pembuangan air besar. Tabel 5.9 Persentase Rumahtangga Menurut Jarak Sumber Air Minum Ke Tempat Penampungan Kotoran/Tinja Terdekat di Kabupaten Cilacap Tahun Jarak Sumber Air Minum Ke Tempat Penampungan Kotoran/ Tinja Terdekat (meter) (1) (2) (3) (4) (5) Kurang dari 10 24,31 21,80 22,10 20,47 Lebih dari atau sama dengan 10 67,33 68,14 69,45 72,47 Tidak Tahu 8,35 10,06 8,45 7,06 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Fasilitas Tempat Buang Air Besar Fasilitas tempat buang air besar juga merupakan pertimbangan utama bagi seseorang dalam memilih tempat tinggal. Pada tahun 2014 rumah tangga di Kabupaten Cilacap yang menggunakan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri sebesar 75,58 persen. Selama periode mengalami peningkatan yaitu semula sebesar 70,04 persen pada tahun 2011 menjadi sebesar 76,37 persen pada tahun 2013 (tabel 5.10). Pada tahun 2014 mengalami sedikit penurunan menjadi 75,58 persen. 55

71 Di Kabupaten Cilacap, masih ada sekitar 11,29 persen rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat buang air besar secara bersama dan sekitar 1,07 persen menggunakan fasilitas umum. Bahkan masih ada sebesar 12,07 persen rumah tangga tidak mempunyai fasilitas tempat buang air besar di dalam bangunan tempat tinggalnya. Diharapkan pada tahuntahun mendatang persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas tempat buang air besar akan semakin bertambah, karena keberadaan fasilitas tempat buang air besar merupakan salah satu penunjang sanitasi (kebersihan lingkungan).. Tabel 5.10 Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Cilacap Tahun Fasilitas Tempat Buang Air Besar (1) (2) (3) (4) (5) Sendiri 70,04 73,44 76,37 75,58 Bersama 13,93 11,02 10,82 11,29 Umum 1,29 1,46 1,88 1,07 Tidak ada 14,74 14,09 10,93 12,07 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Jenis Kloset Jenis tempat pembuangan air besar (kloset) juga dipakai sebagai salah satu syarat tempat tinggal yang sehat. Dilihat dari sisi sanitasi lingkungan, seseorang cenderung akan menggunakan tempat pembuangan air besar jenis leher angsa, yang lebih menjamin kesehatan, kenyamanan dan kebersihan penggunanya. Pada tahun 2014, di Kabupaten Cilacap persentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar (kloset) berbentuk leher angsa sebesar 76,49 persen, ada kenaikan dari 75,03 persen pada tahun 2013 (tabel 5.11). Penggunaan jenis kloset terbesar kedua adalah jenis cemplung/cubluk sebesar 8,11 persen pada tahun 2014, angka ini turun bila dibandingkan tahun 56

72 sebelumnya. Untuk jenis kloset berbentuk plengsengan tercatat sebesar 2,88 persen dan rumah tangga yang tidak menggunakan kloset sebesar 0,44 persen. Tabel 5.11 Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Kloset di Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Kloset (1) (2) (3) (4) (5) Leher angsa Plengsengan Cemplung/cubluk Tidak pakai Tidak menggunakan fasilitas tempat BAB 69,57 1,95 10,32 3,42 14,74 72,66 2,05 8,66 2,54 14,09 75,03 2,80 9,60 1,65 10,92 76,49 2,88 8,11 0,44 12,07 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Tempat Pembuangan Akhir Tinja Fasilitas/perlengkapan bangunan tempat tinggal penting lainnya adalah tempat pembuangan akhir tinja, karena sangat berhubungan erat dengan sumber air minum yang menunjang kesehatan pemakainya. Salah satu syarat yang harus dipenuhi agar tempat pembuangan akhir tinja dikatakan baik dan sehat adalah bila tempat pembuangan akhir tinja berbentuk tangki septik. Pada tabel 5.12, tercacat bahwa pada tahun 2014 persentase rumah tangga di Kabupaten Cilacap yang menggunakan fasilitas tempat pembuangan akhir tinja berupa tangki/spal, yaitu sekitar 70,15 persen. Selama kurun waktu tahun kondisinya cenderung meningkat. Selain berupa tangki, sekitar 11,12 persen rumah tangga menggunakan tempat pembuangan akhir tinja di kolam/sawah dan sekitar 11,94 persen berupa lobang tanah. Kondisi ini perlu dirubah, karena bila membuang kotoran/tinja pada lobang tanah akan beresiko terkontaminasinya lingkungan termasuk sumber air bawah tanah dari bakteri yang ditimbulkan oleh kotoran. Keadaan ini menunjukkan sebagian rumah tangga masih ada yang belum menyadari pentingnya memiliki fasilitas tersebut 57

73 atau belum mampu membuat tempat pembuangan akhir tinja yang baik, demi terjaminnya kesehatan rumah tangga. Tabel 5.12 Persentase Rumahtangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kabupaten Cilacap Tahun Tempat Pembuangan Akhir Tinja (1) (2) (3) (4) (5) Tangki/SPAL Kolam/sawah Sungai/danau/laut Lobang tanah Pantai/tanah lapang/kebun Lainnya 60,76 14,04 10,40 14,40 0,29 0,12 65,48 13,15 8,90 10,46 1,20 0,31 67,43 11,09 9,91 11,40 0,06 0,12 70,15 11,12 6,02 11,94 0,09 0,68 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas 58

74 BAB VI POLA KONSUMSI DAN PENDAPATAN PENDUDUK 6.1. Pola Konsumsi Ratarata pengeluaran penduduk per kapita sebulan dapat dijadikan sebagai cermin tingkat pendapatan per kapita sebulan. Penggunaan data pengeluaran ini disebabkan oleh sulit dan kurang akuratnya data pendapatan. Hasil Susenas 2014 menunjukkan bahwa ratarata pengeluaran penduduk per kapita sebulan di Kabupaten Cilacap adalah rupiah. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar rupiah per kapita sebulan. Kenaikan ini dimungkinkan karena naiknya harga berbagai jenis kebutuhan pokok penduduk atau karena ada penduduk yang pendapatannya meningkat secara signifikan. Grafik 6.1 Distribusi Persentase Pengeluaran Penduduk Menurut Penggunaan di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 Makanan 49,70% Non Makanan 50,30% Sumber : Susenas Dari gambar 6.1 terlihat bahwa pada tahun 2014, sebesar 49,70 persen pengeluaran penduduk di Kabupaten Cilacap digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan, sedangkan sisanya sebesar 50,30 persen dikeluarkan untuk kebutuhan non makanan. Persentase pengeluaran untuk kebutuhan makanan selama kurun waktu cenderung lebih tinggi dari pengeluaran non makanan. Tetapi pada kurun waktu pola pengeluaran penduduk sudah mulai bergeser dari yang sebelumnya sebagian besar untuk pengeluaran makanan, pada tahun 2013 dan 2014 sebagian besar pengeluaran digunakan untuk non makanan. Perubahan pendapatan seseorang akan 59

75 berpengaruh pada pergeseran pola pengeluaran. Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang non makanan pada umumnya tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang non makanan atau ditabung. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan. Kebutuhan makanan memang merupakan kebutuhan utama, sehingga pada tahun kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan ini akan lebih besar. Namun kebutuhan ini mempunyai titik jenuh, sehingga pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi, pengeluaran akan dialihkan ke kebutuhan lain. Dengan demikian semakin tinggi pendapatan seseorang, pengeluaran untuk bukan makanan semakin besar. Tabel 6.1 Persentase Pengeluaran Perkapita Penduduk Menurut Penggunaan di Kabupaten Cilacap Tahun (persen) Tahun Makanan Non Makanan (1) (2) (3) ,93 44, ,09 47, ,42 47, ,90 53, ,70 50,30 Sumber : Susenas Oleh karena itu persentase pengeluaran makanan dan non makanan dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan seseorang biasanya pengeluaran non makanannya akan semakin besar, kelebihan pendapatannya akan dialihkan untuk kebutuhan tersier seperti rekreasi, membeli kendaraan, alatalat elektronik dan sebagainya. 60

76 Pola Konsumsi Makanan Masih besarnya konsumsi untuk makanan menandakan bahwa sebagian besar penduduk masih mementingkan kebutuhan pokok. Hal ini dapat dimaklumi karena kondisi perekonomian kita yang masih rendah mengakibatkan pendapatan penduduk yang rendah dan melonjaknya harga kebutuhan hidup. Konsumsi makanan penduduk Kabupaten Cilacap mencapai rupiah atau 49,70 persen dari total pengeluaran. Tabel 6.2 Pola Konsumsi Makanan di Kabupaten Cilacap Tahun (persen) Jenis Pengeluaran (1) (2) (3) (4) (5) 1. Padipadian 18,35 18,31 16,90 17,01 2. Umbiumbian 0,48 0,47 0,37 0,44 3. Ikan/udang/cumi/kerang 3,44 3,71 3,75 3,46 4. Daging 2,69 3,53 2,91 3,10 5. Telur dan susu 5,93 5,84 6,08 5,94 6. Sayursayuran 9,94 8,57 9,55 8,78 7. Kacangkacangan 3,65 3,74 3,27 3,49 8. Buahbuahan 4,34 3,79 3,80 3,87 9. Minyak dan Lemak 4,42 4,11 3,35 3, Bahan Minuman 11. Bumbubumbuan 12. Konsumsi lainnya 13. Makanan dan Minuman Jadi 14. Tembakau dan Sirih 4,45 2,28 2,09 26,26 11,67 3,55 1,76 2,14 26,78 13,71 3,87 1,61 1,73 27,85 14,96 3,72 1,77 1,69 27,28 15,90 Sumber : Susenas Dari total pengeluaran makanan, sebesar 17,01 persennya digunakan untuk konsumsi padipadian. Pengeluaran konsumsi makanan yang relatif besar lainnya adalah konsumsi makanan / minuman jadi dan tembakau masingmasing sebesar 27,28 persen dan 15,90 persen dari total pengeluaran konsumsi makanan. Sedangkan pengeluaran konsumsi makanan yang paling sedikit adalah konsumsi umbiumbian yaitu 0,44 persen. 61

77 Pola Konsumsi Non Makanan Semakin tinggi pendapatan, maka relatif semakin tinggi pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan non makanan. Hal ini terjadi pada masyarakat modern yang kebutuhan sekunder bahkan tersier sudah mulai terpenuhi. Pengeluaran untuk konsumsi non makanan penduduk Kabupaten Cilacap sebesar rupiah atau 50,30 persen dari total pengeluaran. Dari seluruh pengeluaran non makanan tersebut yang digunakan untuk keperluan perumahan dan fasilitas rumahtangga sebesar 34,30 persen. Besarnya pengeluaran untuk keperluan perumahan dapat dimaklumi, karena pengeluaran ini merupakan salah satu kebutuhan pokok selain pangan dan sandang. Kebutuhan pokok lain yaitu untuk aneka barang dan jasa menggunakan porsi terbanyak yaitu sebesar 37,39 persen dari total pengeluaran non makanan yang yang mencakup beberapa hal antara lain pengeluaran kesehatan, pendidikan, dan lainnya yang meliputi perawatan kecantikan, transportasi dan jasa lainnya. Pengeluaran yang relatif besar lainnya adalah pengeluaran untuk barang tahan lama yaitu mencapai 16,11 persen. Tabel 6.3 Pola Konsumsi Non Makanan di Kabupaten Cilacap Tahun (persen) Jenis Pengeluaran (1) (2) (3) (4) (5) 1. Perumahan dan Fasilitas Rumahtangga 34,52 38,61 31,21 34,30 2. Aneka Barang dan Jasa 39,39 35,84 37,24 37,39 3. Pakaian,Alas kaki dan Tutup Kepala 3,53 5,84 5,74 6,17 4. Barang Tahan Lama 13,57 13,06 20,21 16,11 5. Pajak, Pungutan dan Asuransi 2,98 2,86 3,01 2,89 6. Keperluan Pesra dan Upacara/Kenduri 3,01 3,79 2,59 3,13 Sumber : Susenas 62

78 6.2. Pendapatan Penduduk Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Pendapatan adalah penerimaan berupa uang maupun barang yang diterima atau dihasilkan. Namun disadari, bahwa informasi pendapatan ini tidak seperti yang diharapkan, dimana banyak responden cenderung memberikan informasi pendapatan yang tidak sebenarnya. Oleh sebab itu, data pendapatan sendiri diperkirakan dari data pengeluaran dengan asumsi bahwa pengeluaran masyarakat merupakan gambaran dari pendapatan mereka. Pengeluaran rumah tangga sebulan adalah ratarata biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi dua kelompok yaitu konsumsi makanan dan bukan/non makanan (perumahan, aneka barang dan jasa, pendidikan, kesehatan, pakaian, barang tahan lama, pajak dan asuransi, dan keperluan untuk pesta dan upacara). Konsumsi tersebut tanpa memperhatikan asal barang (membeli, hasil sendiri atau pemberian) dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi / pengeluaran untuk keperluan usaha rumah tangga atau diberikan kepada pihak lain. Setiap tahun pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Cilacap terus bertambah. Berdasarkan hasil Susenas 2014 pegeluaran per kapita per bulan sebesar rupiah yang terdiri dari pengeluaran makanan sebesar rupiah dan non makanan sebesar rupiah. Pengeluaran tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 ( rupiah per kapita) atau meningkat sebesar 0,24 persen. Tabel 6.4 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan di Kabupaten Cilacap Tahun (rupiah) Tahun Makanan Non Makanan Jumlah (1) (2) (3) (4) Sumber : Susenas 63

79 Grafik 6.2 Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Kabupaten Cilacap Tahun (rupiah) ,38 45,62 55,93 52,09 52,42 44,07 47,91 47,58 46,90 53,10 Makanan Non Makanan Pemerataan Pendapatan Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidaklah cukup hanya dengan menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi atau peningkatan pendapatan saja, tetapi harus disertai pula perhatian terhadap upaya pemerataan pendapatan Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa disertai pola pembagian pendapatan yang lebih merata berakibat terjadinya ketimpangan tinggi antara golongan penduduk berpenghasilan tinggi dengan penduduk berpenghasilan rendah, atau hasil pembangunan hanya akan memperkaya mereka yang sudah kaya, sedangkan yang miskin semakin miskin. Sebaliknya mementingkan pembagian pendapatan yang merata tanpa disertai peningkatan pertumbuhan ekonomi maka akan lebih tepat disebut sebagai memeratakan kemiskinan bukan memeratakan kemakmuran. Memang suatu kemustahilan bila penduduk suatu daerah mempunyai pendapatan yang sama, karena besarnya pendapatan seseorang tergantung pula pada umur, jenis kelamin, pendidikan, keahlian, jenis pekerjaan, kepemilikan modal, dan sebagainya. Ini berarti ketimpangan pendapatan akan selalu ada, tetapi ketimpangan rendah adalah yang diharapkan agar sesuai pula dengan harapan bahwa hasilhasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Berdasarkan Teori Gini Ratio Untuk mengetahui tingkat pemerataan pendapatan dapat dilihat dari beberapa indikator, salah satunya adalah Gini Ratio (GR). Nilai GR berada 64

80 antara 0 sampai dengan 1. Bila GR mendekati nol menunjukkan ketimpangan rendah atau tingkat pemerataannya semakin baik. Sebaliknya bila GR mendekati satu menunjukkan ketimpangan tinggi atau tingkat pemerataanya semakin buruk. Oshima menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah pola pengeluaran suatu masyarakat ada pada ketimpangan taraf rendah, sedang atau tinggi. Untuk itu ditentukan kriteria sebagai berikut : a. Ketimpangan taraf rendah, bila GR < 0,35 b. Ketimpangan taraf sedang, bila GR antara 0,35 0,5 c. Ketimpangan taraf tinggi, bila GR > 0,5 Dari hasil Susenas 2014, Gini Ratio di Kabupaten Cilacap tercatat sebesar 0,3438 yang berarti tingkat ketimpangan rendah. Gini ratio menurun dibandingkan tahun 2013 yag tercatat sebesar 0,3700 yang berarti tingkat ketimpangan sedang (tabel 6.5). Adanya perubahan angka Gini Rasio mengindikasikan adanya perubahan distribusi pendapatan penduduk. Penurunan angka Gini ratio ini mengindikasikan bahwa distribusi pendapatan penduduk sedikit mengalami perbaikan, secara umum dikatakan tingkat pemerataan pendapatan di tahun 2014 lebih baik dibandingkan tahun Tabel 6.5 Pemerataan Pendapatan Penduduk Menurut Indeks Gini dan Kriteria Bank Dunia di Kabupaten Cilacap Tahun Kriteria Bank Dunia Tahun Gini Ratio 40 % I 40 % II 20 % III (1) (2) (3) (4) (5) , ,01 37,62 36, , ,23 35,66 43, , ,08 33,32 45, , ,75 32,92 47, *) 0, ,25 34,96 44,79 Sumber : Susenas, *) Angka tahun 2014 adalah angka sangat sementara 65

81 Bila dilihat dari ratarata pengeluaran per kapita per bulan di Kabupaten Cilacap selama tahun (tabel 6.4), nampak ada peningkatan yaitu dari rupiah ke rupiah. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan pendapatan pada suatu kelompok masyarakat tertentu Berdasarkan Kriteria Bank Dunia Ketidakmerataan pembagian pendapatan juga dapat dilihat berdasarkan kriteria dari Bank Dunia. Ukuran ini membagi penduduk dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu 40 persen berpendapatan rendah, 40 persen berpendapatan sedang, dan 20 persen berpendapatan tinggi. Kriteria ketimpangan diukur berdasarkan bagian pendapatan yang diterima kelompok penduduk yang berpendapatan rendah, yaitu : Kurang dari 12 persen : ketimpangan tinggi 12 sampai 17 persen : ketimpangan sedang Lebih dari 17 persen : ketimpangan rendah Berdasarkan Kriteria Bank Dunia tingkat pemerataan pendapatan di Kabupaten Cilacap menunjukkan hasil yang sama. Dari hasil Susenas 2014 (tabel 6.5) menunjukkan, bahwa 40 persen penduduk berpendapatan rendah di Kabupaten Cilacap ternyata sudah menerima 20,25 persen dari total pendapatan. Angka ini sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2013 yaitu sebesar 19,75 persen. Hal ini berarti bahwa distribusi pendapatan di Kabupaten Cilacap menggambarkan ketimpangan rendah atau tingkat pemerataan yang cukup baik dan menunjukkan pemerataan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya Berdasarkan Indeks Williamson Ketimpangan antar wilayah dapat dilihat dengan menggunakan Indeks Ketimpangan Regional (Regional Inequality) yang dinamakan Indeks Ketimpangan Williamson. Dari perhitungan angka Indeks Ketimpangan Williamson dapat diketahui tingkat ketimpangan. Angka indeks semakin kecil menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil dengan kata lain semakin merata, sedangkan bila semakin besar atau semakin jauh dari nol maka menunjukkan ketimpangan yang semakin besar atau dengan kata lain semakin melebar. 66

82 Dari hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 6.6 di bawah ini : Tabel 6.6 Hasil Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten Cilacap Tahun T a h u n Indeks Williamson (1) (2) , , , , ,5329 Jumlah 2,5741 Ratarata 0,5148 Sumber : BPS Kabupaten Cilacap Dari tabel di atas menunjukkan adanya Indeks Ketimpangan yang cenderung menurun. Dari angka tersebut menunjukkan bahwa antar kecamatan di Kabupaten Cilacap selama periode termasuk kategori ketimpangan rendah. Tetapi jika dibandingkan dengan periode yang mempunyai ratarata nilai Indeks Williamson sebesar 0,5044 secara umum dikatakan bahwa tingkat pemerataan mengalami sedikit penurunan, hal ini sejalan dengan angka yang ditunjukkan oleh Gini Rasio. 67

83 BAB VII KEMISKINAN Salah satu agenda nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan salah satu sasaran pokoknya adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran. Data kemiskinan dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain : Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), Badan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BAPERMAS PP, PA dan KB), dan dinas/instansi yang lain. Namun karena pendekatan metode pengumpulan datanya berbeda, angka yang diperoleh pun dapat berbeda meskipun dalam kondisi waktu dan wilayah yang sama. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan kilokalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padipadian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacangkacangan, buahbuahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di pedesaan. 68

84 Kemiskinan juga dapat dilihat dari sisi kesenjangan pengeluaran dengan menggunakan angka Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), yaitu merupakan ukuran ratarata kesenjangan pengeluaran masingmasing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks semakin jauh dari ratarata pengeluaran penduduk dan garis kemiskinan. Selanjutnya untuk melihat gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin digunakan angka Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Angka ini menunjukan semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin Perkembangan Penduduk Miskin Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode menunjukkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun (tabel 7.1). Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Cilacap sebesar orang (18,11 persen) menurun menjadi orang di tahun 2014 atau sebesar 14,36 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Tahun 2013 yang berjumlah orang (15,24 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebanyak orang atau turun 5,19 persen. Tabel 7.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Cilacap Tahun Tahun JumlahPendudukMiskin Persentase Penduduk (orang) Miskin (1) (2) (3) *) ,11 17,15 15,92 15,24 14,36 Sumber : Kemiskinan Makro Susenas, *) Angka sangat sementara 7.2. Perubahan Garis Kemiskinan Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tahun 2013, Garis 69

85 Kemiskinan Kabupaten Cilacap naik sebesar 6,91 persen, yaitu dari rupiah per kapita per bulan pada tahun 2012 menjadi rupiah per kapita per bulan pada tahun Tabel 7.2 Garis Kemiskinan di Kabupaten Cilacap Tahun Tahun Garis Kemiskinan (rupiah) (1) (2) *) Sumber : Kemiskinan Makro Susenas, *) Data belum tersedia Komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa di Kabupaten Cilacap peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pengeluaran untuk membiayai makanan sebesar 49,70 persen, sedangkan pengeluaran untuk membiayai komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan) hanya sebesar 50,30 persen. Tabel 7.3 Pengeluaran per Kapita dan Persentase per Bulan di Kabupaten Cilacap Tahun Tahun Makanan Bukan Makanan Total Rupiah Persentase Rupiah Persentase Rupiah Persentase (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ,93 52,09 52,42 46,90 49, ,07 47,91 47,58 53,10 50, ,00 100,00 100, Sumber : Kemiskinan Makro Susenas 70

86 7.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode , Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten Cilacap terus mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 2,22 di tahun 2012 menjadi 2,06 pada tahun Demikian pula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,50 menjadi 0,45 pada periode yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa ratarata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Tahun Tabel 7.4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Cilacap Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (1) (2) (3) Sumber : Kemiskinan Makro Susenas *) Data belum tersedia 7.4. Data Kemiskinan Mikro 3,05 2,59 2,22 2,06 *) Data kemiskinan yang diperoleh dari Susenas adalah data kemiskinan yang bersifat makro. Untuk kepentingan yang lebih spesifik yaitu untuk penajaman program pengurangan angka kemiskinan oleh berbagai Kementerian / Lembaga, BPS mendapat tugas untuk mengumpulkan data kemiskinan yang bersifat mikro melalui Pendataan 0,81 0,60 0,50 0,45 *) 71

87 Sosial Ekonomi Penduduk (PSE05), Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS 08), PPLS 2011 dan yang terbaru adalah PBDT (Pemutakhiran Basis Data Terpadu) Dari kegiatan PSE05 diperoleh data Rumah Tangga Miskin (RTM) yaitu rumah tangga yang memenuhi 9 14 kriteria kemiskinan. Adapun kriteria variabel kemiskinan rumah tangga yang digunakan adalah sebagai berikut : No. Variabel Kemiskinan Kriteria Kemiskinan 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8 m2 per kapita 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal Tanah/bambu/kayu murahan 3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal Bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plester 4. Fasilitas tempat buang air besar Tidak punya/bersama rumah tangga lain 5. Sumber penerangan rumah tangga Bukan listrik 6. Sumber air minum Sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan 7. Bahan bakar untuk memasak seharihari Kayu bakar/arang/minyak tanah 8. Konsumsi daging/ayam per minggu Tidak pernah/satu kali seminggu 9. Pembelian pakaian baru setiap anggota rumah tangga dalam setahun 10. Frekuensi makan dalam sehari untuk setiap anggota rumah tangga 11. Kemampuan membayar untuk berobat ke Puskesmas/Poliklinik 12. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga Tidak pernah membeli/ satu stel Satu kali/dua kali makan sehari Tidak mampu berobat Petani dengan luas lahan < 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerja lain dengan pendapatan rumah tangga < , rupiah per bulan 13. Pendidikan kepala rumah tangga Tidak sekolah/tidak tamat SD/tamat SD 14. Pemilikan asset/harta bergerak/harta tidak bergerak Tidak mempunyai tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai > , rupiah, seperti sepeda motor, emas perhiasan, ternak, kapal/perahu motor, atau barangmodal lainnya 72

88 Klasifikasi Status Kemiskinan Rumah Tangga : Kriteria Karakteristik miskin = Karakteristik miskin = Karakteristik miskin = 9 10 Status Kemiskinan Sangat miskin Miskin Hampir miskin Berdasarkan hasil PSE05, jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Cilacap tahun 2005 sebanyak rumah tangga atau menempati urutan ketiga terbesar di Jawa Tengah setelah Kabupaten Brebes ( rumah tangga) dan Kabupaten Banyumas ( rumah tangga). 73

89 Tabel 7.5 Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) menurut Status Kemiskinan dan Kecamatan di Kabupaten Cilacap Hasil PSE Tahun 2005 No. Kecamatan Sangat Miskin Miskin Hampir Miskin Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) Dayeuhluhur Wanareja Majenang Cimanggu Karangpucung Cipari Sidareja Kedungreja Patimuan Gandrungmangu Bantarsari Kawunganten Kampunglaut Jeruklegi Kesugihan Adipala Maos Sampang Kroya Binangun Nusawungu Cilacap Selatan Cilacap Tengah Cilacap Utara Kab. Cilacap Sumber : PSE05 Pada tahun 2008 pemerintah telah membuat kebijakan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebagai akibat dari kenaikan harga minyak mentah di 74

90 pasar internasional. Dampak kenaikan harga BBM ini adalah kenaikan harga kebutuhan pokok seharihari yang berpengaruh besar kepada daya beli masyarakat, khususnya penduduk miskin. Untuk menjaga daya beli rumah tangga miskin pada tingkat yang sama sebelum kenaikan harga BBM, pemerintah memutuskan untuk memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada Rumah Tangga Sasaran (RTS) pada tahun 2008 melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun Program BLT tahun 2008, pada dasarnya merupakan program jaring pengaman sosial, yang sifatnya hanya sementara dan bertujuan : a. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, b. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi, dan c. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama. Program BLT, adalah program pemberian bantuan langsung berupa uang tunai sejumlah tertentu kepada RTS yang mencakup rumah tangga sangat miskin, miskin, dan hampir miskin. Dengan menggunakan database RTSBLT tahun 2005 / 2006 yang telah diverifikasi secara terbatas pada tahun 2007 di wilayah cakupan Program Keluarga Harapan, BPS menyerahkan database tersebut kepada PT. Pos Indonesia untuk selanjutnya dibuatkan kartu dan kupon BLT tahun Penyerahan kartu dan kupon BLT oleh PT. Posindo pada RTS didahului dengan verifikasi terbatas untuk meneliti tentang: (i) kelayakan RTS, (ii) nama dan alamat penerima, (iii) RTS pemilik Kartu BLT ganda. Kebijakan pengentasan kemiskinan yang dibuat pemerintah Indonesia terbagi dalam 3 klaster, yaitu: Klaster1 Program Bantuan dan Perlindungan Sosial dengan sasaran rumah tangga miskin, Klaster2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dengan sasaran pemberdayaan kelompok masyarakat, dan Klaster3 Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil berupa program bantuan permodalan dan bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program BLT termasuk dalam Klaster1 bersama dengan program bantuan beras untuk orang miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau yang sebelumnya dikenal sebagai Askeskin untuk gratis perawatan kesehatan gratis, 75

91 Program Beasiswa untuk siswa miskin, serta Program bantuan untuk kelompok rentan sosial lainnya. Pelaksanaan program Bantuan dan Perlindungan Sosial mensyaratkan tersedianya database rumah tangga sasaran yang berisi informasi tentang rumah tangga beserta informasi pokok tentang anggota rumahtangga. Pada tahun 2008 BPS melakukan pemutakhiran (updating) data basis RTS BLT. Pemutakhiran data tersebut dilaksanakan melalui kegiatan Pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2008 yang disingkat PPLS08. Tujuan kegiatan PPLS08 adalah : a. Memperbarui database RTS, yaitu untuk mendapatkan daftar nama dan alamat RTS : Membuang data rumahrumah tangga penerima BLT 2005 yang sudah meninggal dunia tanpa ahli waris yang berada pada rumah tangga yang sama. Membuang data rumahrumah tangga penerima BLT 2008 yang tidak layak sebagai sasaran program karena status ekonominya sudah tidak miskin lagi. Memasukkan data rumahrumah tangga sasaran baru, baik mereka adalah rumah tangga yang sebelumnya telah tercatat tetapi pindah tempat tinggal atau mereka yang belum pernah tercatat sama sekali. b. Memperbarui informasi tentang kehidupan sosial ekonomi RTS khususnya tentang kualitas tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan kepala rumah tangga. c. Menambah data anggota rumah tangga sasaran dengan informasi nama, umur, jenis kelamin, status sekolah dan pekerjaan anggota rumah tangga dan informasi tambahan tentang kondisi perumahan. Data yang dikumpulkan dalam kegiatan PPLS 2008 adalah : a. Keterangan rumah tangga: luas lantai, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas tempat buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, jenis bahan bakar untuk memasak, frekuensi membeli daging/ayam/susu, frekuensi makan, jumlah pakaian 76

92 yang biasa dibeli, kemampuan berobat, lapangan pekerjaan utama, pendidikan Kepala Rumah Tangga (KRT), dan kepemilikan aset. b. Keterangan sosial ekonomi Anggota Rumah Tangga (ART) yaitu nama, hubungan dengan kepala rumah tangga, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, status perkawinan, kepemilikan tanda pengenal, kecacatan, pendidikan, dan kegiatan ekonomi ART yang berumur 5 tahun dan lebih. Hasil pendataan PPLS08 adalah hasil pendataan lapangan yang sudah diolah lebih lanjut dengan metode Proxy Mean Test (PMT). PMT digunakan untuk memprediksi pengeluaran rumah tangga yang merupakan satusatunya variabel yang sejauh ini digunakan untuk mendefinisikan kemiskinan absolut secara langsung (berdasarkan variabel nonmoneter), untuk membangun mekanisme yang seragam dalam pengukuran statistik. Langkah selanjutnya setelah PMT adalah validasi lapangan untuk memastikan kelayakan akhir sebagai RTS PPLS08. Rumah Tangga Sasaran (RTS) hasil pendataan PPLS08 yang setelah dilakukan penghitungan dengan metode PMT (Proxy Mean Test) skornya kurang dari atau sama dengan 1,2 Garis Kemiskinan (GK). RTS hasil PPLS 2008 terdiri dari RTS sangat miskin, miskin, dan hampir miskin. 77

93 Tabel 7.6 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 menurut Status Kemiskinan dan Kecamatan di Kabupaten Cilacap No. Kecamatan Sangat Miskin Miskin Hampir Miskin Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) Dayeuhluhur Wanareja Majenang Cimanggu Karangpucung Cipari Sidareja Kedungreja Patimuan Gandrungmangu Bantarsari Kawunganten Kampunglaut Jeruklegi Kesugihan Adipala Maos Sampang Kroya Binangun Nusawungu Cilacap Selatan Cilacap Tengah Cilacap Utara Kab. Cilacap Sumber : PPLS08 Perlindungan sosial merupakan bagian dari strategi tiga jalur (triple track strategy) pembangunan pemerintah Indonesia saat ini. Berbagai program bantuan dan perlindungan sosial pemerintah seperti Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH) dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) ditujukan 78

94 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah. Untuk memenuhi kebutuhan basis data terpadu yang dapat digunakan untuk programprogram tersebut pada tahun , pemerintah melalui Badan Pusat Statistik mengumpulkan data rumah tangga/keluarga sasaran melalui Pendataan Program Perlindungan Sosial 2011 (PPLS 2011). PPLS 2011 merupakan kegiatan pendataan rumah tangga untuk program bantuan dan perlindungan sosial yang keempat setelah Pendataan Sosial Ekonomi 2005 (PSE05), Survei Pelayanan Dasar Kesehatan dan Pendidikan 2007 (SPDKP07) dan PPLS08. Berbeda dengan pendataan program perlindungan sosial sebelumnya, tujuan utama PPLS 2011 akan menghasilkan rumah tangga dan keluarga sasaran yang jauh lebih besar, yaitu 40 persen rumah tangga sasaran kelompok menengah ke bawah (secara nasional). Data yang dihasilkan akan menjadi Basis Data Terpadu untuk Program Bantuan dan Perlindungan Sosial, seperti Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin), Program Beasiswa, dan lainlain. Untuk mendapatkan 40 persen rumah tangga dan keluarga sasaran, Kegiatan PPLS 2011 akan mendata sebanyak 45 persen rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terbawah. Daftar nama rumah tangga yang akan didata terdiri dari: a. 40 persen data rumah tangga yang diperkirakan memiliki pengeluaran perkapita terendah berdasarkan perkiraan pengeluaran rumah tangga dari data hasil Sensus Penduduk (SP) b. 5 persen sisanya akan diperoleh dari implementasi metode konsultasi dengan penduduk menengah ke bawah, hasil penyisiran, data dari PPLS 2008 serta daftar tunggu (waiting list) PKH dari Kementrian Sosial Republik Indonesia. Untuk mempermudah pengguna memahami data dan menentukan sasaran program, dikembangkanlah kategorisasi dalam mengklasifikasikan Rumah Tangga Sasaran (RTS) oleh BPS, yaitu : 1) Sangat Miskin, adalah mereka yang konsumsi per kapita per bulan berada di bawah 0,8 x Garis Kemiskinan (GK); 79

95 2) Miskin, adalah mereka yang konsumsi per kapita per bulan berada di antara 0,8 GK dan 1 GK; 3) Hampir Miskin, adalah mereka yang konsumsi per kapita per bulan berada di antara 1 GK dan 1,2 GK; 4) Rentan Miskin, adalah mereka yang konsumsi per kapita per bulan berada di antara 1,2 GK dan 1,6 GK. 80

96 Tabel 7.7 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 menurut Status Kemiskinan No. Kecamatan Sangat Miskin dan Kecamatan di Kabupaten Cilacap Miskin Hampir Miskin Rentan Miskin Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Dayeuhluhur Wanareja Majenang Cimanggu Karangpucung Cipari Sidareja Kedungreja Patimuan Gandrungmangu Bantarsari Kawunganten Kampunglaut Jeruklegi Kesugihan Adipala Maos Sampang Kroya Binangun Nusawungu Cilacap Selatan Cilacap Tengah Cilacap Utara Kab. Cilacap Sumber : PPLS11 81

97 Untuk mengurangi sebagian beban pengeluaran rumah tangga Pemerintah Pusat menyelenggarakan Program Raskin yaitu berupa bantuan beras bersubsidi kepada rumah tangga berpendapatan rendah. Rumah tangga yang menerima beras Raskin selanjutnya disebut Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTSPM). Tahun 2012, Program Raskin menyediakan beras bersubsidi kepada RTSPM dengan kondisi sosial ekonomi terendah (kelompok miskin dan rentan miskin). Untuk tujuan yang lebih praktis, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) memperkenalkan pendekatan relatif dalam mengkategori kelompok kemiskinan agar lebih fokus pada segmen populasi terbawah. Penetapan RTSPM Program Raskin 2013 didasarkan pada Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial. Semua rumah tangga yang masuk dalam Basis Data Terpadu diperingkat berdasarkan status kesejahteraannya dengan menggunakan indeks kesejahteraan yang obyektif dan spesifik untuk setiap kabupaten/kota. Sesuai dengan pagu nasional Raskin, TNP2K mengidentifikasi sekitar 15,5 juta rumah tangga yang paling rendah tingkat kesejahteraannya dari Basis Data Terpadu. Dengan demikian mereka yang didata pada PPLS 2011 tidak serta merta menjadi RTSPM. Pagu raskin untuk kabupaten Cilacap mengacu pada sebaran jumlah RTSPM yang paling rendah tingkat kesejahteraannya dari Basis Data Terpadu sebagaimana dijelaskan di atas. RTS PM di Kabupaten Cilacap untuk tahun 2015 seperti tersebut pada tabel di bawah (kolom 11) : 82

98 Tabel 7.8 Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Program Raskin di Kabupaten Cilacap Tahun *) 2012 **) No. Kecamatan RTS PPLS08 RTS PPLS08 RTS PPLS11 RTS PPLS11 RTS PPLS11 RTS PPLS11 (1) (2) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Dayeuhluhur Wanareja Majenang Cimanggu Karangpucung Cipari Sidareja Kedungreja Patimuan Gandrungmangu Bantarsari Kawunganten Kampunglaut Jeruklegi Kesugihan Adipala Maos Sampang Kroya Binangun Nusawungu Cilacap Selatan Cilacap Tengah Cilacap Utara Kab. Cilacap Sumber : PPLS08 dan PPLS 2011 Keterangan : *) Januari s.d Juni 2012 menggunakan data PPLS 2008 **) Juli s.d Desember 2012 menggunakan data PPLS 2011 Pemutakhiran data rumah tangga calon penerima manfaat programprogram pengentasan kemiskinan kembali dilakukan di tahun 2015, melalui kegiatan PBDT (Pemutakhiran Basis Data Terpadu) Metode pelaksanaan PBDT 2015 melibatkan partisipasi aktif masyarakat melalu Forum Konsultasi Publik (FKP), dimana pada pelaksanaan FKP ini masyarakat yang diwakili oleh pengurus wilayah (Kadus, Ketua RW, 83

99 Ketua RT) melakukan identifikasi keberadaan rumah tangga sasaran pada basis data PPLS2011 dan basis data program pengentasan kemiskinan lainnya (seperti BSM, Jamkesmas dsb), serta mengusulkan tambahan rumah tangga sasaran baru jika masih ada warganya yang belum terdaftar di basis data tersebut. Hasil sementara pelaksanaan PBDT 2015 adalah seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 7.9. Jumlah Rumah Tangga Hasil Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT 2015) Kabupaten Cilacap ( Angka Sementara) Kecamatan Jumlah RTS hasil PPLS 2011 Jumlah RTS hasil PBDT 2015 (1) (2) (3) [010] DAYEUHLUHUR [020] WANAREJA [030] MAJENANG [040] CIMANGGU [050] KARANGPUCUNG [060] CIPARI [070] SIDAREJA [080] KEDUNGREJA [090] PATIMUAN [100] GANDRUNGMANGU [110] BANTARSARI [120] KAWUNGANTEN [121] KAMPUNG LAUT [130] JERUKLEGI [140] KESUGIHAN [150] ADIPALA [160] MAOS [170] SAMPANG [180] KROYA [190] BINANGUN [200] NUSAWUNGU [710] CILACAP SELATAN [720] CILACAP TENGAH [730] CILACAP UTARA JUMLAH Sumber : PBDT 2015 Jumlah rumah tangga pada BDT (Basis Data Terpadu) 2015 hasil pemutakhiran tercatat , meningkat dari basis data PPLS 2011 yang tercatat rumah tangga. Perlu dipahami bahwa peningkatan jumlah rumah tangga pada BDT 2015 bukanlah 84

100 berarti peningkatan rumah tangga miskin, tetapi BDT 2015 ini mencakup juga rumah tangga rumah tangga non miskin tetapi rentan miskin, sekitar 5560 persen rumah tangga dengan kemampuan ekonomi terbawah dicakup oleh kegiatan PBDT ini Keluarga Sejahtera Data kemiskinan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas, PP, PA dan KB) Kabupaten Cilacap menggunakan pendekatan kriteria kesejahteraan, yang penghitungannya didasarkan dari hasil pendataan keluarga. Dalam pendataan tersebut keluarga dikelompokkan dalam 5 tahapan yaitu : keluarga pra sejahtera (Pra KS), keluarga sejahtera I (KS I), keluarga sejahtera II (KS II), keluarga sejahtera III (KS III) dan keluarga sejahtera III plus (KS III+). Selanjutnya keluarga dikatakan miskin bila masih berada dalam tahapan pra keluarga sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I alasan ekonomi. 85

101 Kecamatan 1. Dayeuhluhur 2. Wanareja 3. Majenang 4. Cimanggu 5. Karangpucung 6. Cipari 7. Sidareja 8. Kedungreja 9. Patimuan Tabel 7.10 Jumlah Keluarga Hasil Pentahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 Keluarga Pra Sejahtera Kaluarga Sejahtera I II III III+ (1) (2) (3) (4) (5) (6) 10. Gandrungmangu 11. Bantarsari 12. Kawunganten 13. Kampunglaut 14. Jeruklegi 15. Kesugihan 16. Adipala 17. Maos 18. Sampang 19. Kroya 20. Binangun 21. Nusawungu 22. Cilacap Selatan 23. Cilacap Tengah 24. Cilacap Utara Jumlah Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Cilacap 86

102 BAB VIII KETENAGAKERJAAN 8.1. Penduduk Usia Kerja Dalam perencanaan pembangunan, data mengenai ketenagakerjaan memegang peranan penting. Tanpa tenaga kerja tidaklah mungkin program pembangunan dapat dilaksanakan. Ketersediaan data ketenagakerjaan yang semakin lengkap dan tepat akan memudahkan pemerintah dalam membuat rencana pembangunan mengingat jumlah dan komposisi tenaga kerja selalu mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Menurut hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2014 persentase Penduduk Usia Kerja (PUK) perempuan di Kabupaten Cilacap tercatat sekitar 50,34 persen dari total penduduk usia kerja di Kabupaten Cilacap. Persentase tersebut lebih tinggi bila dibanding dengan penduduk usia kerja lakilaki yang tercatat sekitar 49,66 persen, dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,66 persen yang berarti bahwa untuk setiap 100 orang PUK perempuan sebanding dengan sekitar 99 orang PUK lakilaki. Tabel 8.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas (PUK) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun Tahun Lakilaki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) ,57 50,43 100, ,90 50,10 100, ,70 50,30 100, ,70 50,30 100, ,66 50,34 100,00 Sumber : Sakernas 8.2. Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Penduduk usia kerja dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Berdasarkan jenis kegiatannya, angkatan kerja meliputi 87

103 kegiatan bekerja dan pengangguran, sedangkan bukan angkatan kerja mencakup kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya Angkatan Kerja U r a i a n Angkatan kerja pada dasarnya menunjuk pada kelompok penduduk yang berada pada pasar kerja, yaitu penduduk yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Dalam hal ini terdiri dari mereka yang bekerja dan menganggur. Berdasarkan data Sakernas tahun 2014 tercatat bahwa dari sekitar penduduk usia kerja (penduduk usia 15 tahun ke atas) di Kabupaten Cilacap, terdapat sekitar jiwa (63,24 persen) merupakan angkatan kerja. Terdapat perbedaan yang cukup mencolok pada jumlah angkatan kerja menurut jenis kelamin, dimana jumlah angkatan kerja lakilaki lebih banyak 1,72 kali dibandingkan angkatan kerja perempuan. Angkatan kerja lakilaki sejumlah jiwa (63,52 persen) sedangkan angkatan kerja perempuan berjumlah jiwa atau sekitar 36,48 persen dari total angkatan kerja. Tabel 8.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Sumber : Sakernas Selanjutnya bila diamati menurut kelompok umur, persentase terbesar dari angkatan kerja berada pada kelompok umur 2554 tahun yang mencapai 67,86 persen. Sedangkan pada kelompok umur 1524 tahun terdapat sekitar 11,37 persen dari total angkatan kerja dan 20,77 persen berumur 55 tahun ke atas. Keadaan ini didasarkan pada kondisi bahwa untuk penduduk usia kerja berumur 88

104 1524 tahun, dimungkinkan cenderung masih melanjutkan pendidikan sehingga sedikit yang masuk dalam golongan angkatan kerja, sedangkan penduduk usia kerja berumur 55 tahun ke atas dimungkinkan sudah merupakan usia pensiun dan tidak bekerja lagi sehingga sedikit yang masuk dalam golongan angkatan kerja. Golongan Umur Tabel 8.3 Persentase Angkatan Kerja (15 Tahun +) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) ,53 68,85 17,61 14,61 70,20 15,19 13,93 69,34 16,73 20,65 58,57 20,78 18,68 60,13 21,19 19,66 59,35 20,99 11,40 67,44 2,16 11,32 68,60 20,08 11,37 67,86 20,77 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Sakernas Bukan Angkatan Kerja Jumlah penduduk bukan angkatan kerja tahun 2014 tercatat sebanyak orang, atau 36,76 persen dari jumlah penduduk usia kerja, terdiri dari 8,94 persen penduduk yang sekolah, 22,35 persen penduduk yang mengurus rumah tangga dan 5,47 persen penduduk yang mempunyai kegiatan lainnya. Penduduk bukan angkatan kerja perempuan didominasi oleh penduduk yang mengurus rumah tangga. Dari 27,27 persen penduduk bukan angkatan kerja perempuan, lebih dari tiga per empat bagian (21,34 persen) mempunyai kegiatan mengurus rumah tangga dan sisanya (5,93 persen) terdiri dari mereka yang bersekolah dan mempunyai kegiatan lainnya. Sedangkan untuk penduduk lakilaki, kegiatan mengurus rumah tangga justru merupakan bagian terkecil. Dari 9,50 persen penduduk bukan angkatan kerja lakilaki hanya 1,01 persen yang mempunyai kegiatan mengurus rumah tangga, yang sedang bersekolah sekitar 5,41 persen dan 3,07 persen mempunyai kegiatan lainnya. 89

105 Tabel 8.4 Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Kegiatan L P L + P L P L + P L P L + P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Angkatan Kerja Bekerja Mencari Pekerjaan Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rmtg Lainnya 41,50 39,09 2,40 8,20 4,08 0,53 3,59 23,94 22,91 1,03 26,36 2,25 21,03 3,08 65,44 62,01 3,43 34,56 6,33 21,56 6,67 40,44 37,46 2,97 9,27 3,29 0,94 5,04 25,98 24,47 1,51 24,31 2,40 19,36 2,56 66,42 61,93 4,49 33,58 5,68 20,30 7,60 40,17 37,60 2,57 9,50 5,41 1,01 3,07 23,07 22,06 1,01 27,27 3,53 21,34 2,40 63,24 59,66 3,57 36,76 8,94 22,35 5,47 Total PUK 49,70 50,30 100,00 49,70 50,30 100,00 49,66 50,34 100,00 Sumber : Sakernas 8.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) terhadap jumlah penduduk usia kerja. TPAK di Kabupaten Cilacap tahun 2014 tercatat sebesar 63,24 persen. Hal ini berarti bahwa dari 100 orang penduduk usia kerja, sekitar 63 orang termasuk angkatan kerja. Atau dapat diartikan dari orang penduduk usia kerja sekitar 632 orang diantaranya aktif secara ekonomi. Pengamatan menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa TPAK lakilaki jauh lebih besar dari pada TPAK perempuan, masingmasing sebesar 80,88 persen dan 45,83 persen. 90

106 Tabel 8.5 Penduduk Usia kerja, Angkatan Kerja dan TPAK di Kabupaten Cilacap Menurut Jenis Kelamin Tahun Uraian L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Pddk Usia Kerja Angkatan Kerja TPAK , , , , , ,24 Sumber : Sakernas Tingkat pengangguran terbuka (TPT) memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. TPT dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja, dinyatakan dalam persentase. TPT di Kabupaten Cilacap tahun 2014 tercatat sebesar 5,65 persen yang berarti bahwa dari 100 orang angkatan kerja terdapat sekitar 6 orang yang menganggur. Bila dilihat menurut jenis kelamin, TPT lakilaki lebih tinggi dari pada TPT perempuan, tercatat masingmasing sebesar 6,39 persen dan 4,37 persen. Tabel 8.6 Angkatan Kerja, Pencari Kerja dan TPT di Kabupaten Cilacap Menurut Jenis Kelamin Tahun Uraian L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Angkatan Kerja Pengangguran TPT , , , , , , , , ,65 Sumber : Sakernas Tingkat kesempatan kerja (TKK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang bekerja atau sementara tidak bekerja di suatu wilayah. TKK diukur sebagai persentase jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja. 91

107 Tabel 8.7 Angkatan Kerja, Pekerja dan TKK di Kabupaten Cilacap Menurut Jenis Kelamin Tahun Uraian L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Angkatan Kerja Bekerja TKK 92,72 92,41 92,60 92,65 94,17 93,24 93,61 95,63 94,35 Sumber : Sakernas Di Kabupaten Cilacap, TKK tahun 2014 sebesar 94,35 persen, berarti bahwa dari 100 orang angkatan kerja, sekitar 94 orang mempunyai kegiatan bekerja atau sementara tidak bekerja selama seminggu yang lalu. Pengamatan berdasarkan jenis kelamin, TKK lakilaki sedikit lebih kecil dibanding TKK perempuan, yaitu masingmasing sebesar 93,61 persen lakilaki dan 95,63 persen perempuan Penduduk yang Bekerja Penduduk yang bekerja tahun 2014 merupakan bagian dari penduduk yang aktif secara ekonomi sekitar 59,66 persen dari total penduduk usia kerja (PUK) Pekerja Menurut Kelompok Umur Penduduk yang bekerja pada umumnya didominasi oleh penduduk berumur tahun yang merupakan usia prima (prime age) atau penduduk yang dinilai masih produktif. Tabel 8.8 memberikan informasi bahwa penduduk Kabupaten Cilacap usia 15 tahun ke atas yang bekerja, sekitar 69,36 persennya merupakan penduduk berusia 2554 tahun, 21,90 persen merupakan penduduk usia di atas 55 tahun yang masih bekerja dan sekitar 8,74 persen merupakan penduduk usia 1524 tahun. Faktor ekonomi diduga berperan dalam meningkatnya persentase penduduk yang bekerja pada usia sekolah maupun usia pensiun. 92

108 Golongan Umur Tabel 8.8 Persentase Penduduk usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Cilacap Tahun L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) ,73 71,37 18,90 11,86 72,05 16,09 10,51 71,62 17,87 11,07 68,99 19,54 13,90 70,60 15,50 12,19 69,63 18,19 8,88 68,69 22,43 8,49 70,51 21,00 8,74 69,36 21,90 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Sakernas Pengamatan berdasarkan proporsi penduduk yang bekerja usia 2554 tahun menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa proporsi penduduk perempuan yang bekerja sedikit lebih besar dibandingkan penduduk lakilaki, yakni 70,51 persen berbanding 68,69 persen. Hal yang sebaliknya terjadi pada kelompok umur 55+ tahun, dimana proporsi penduduk lakilaki yang bekerja pada usia 55+ tahun lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi penduduk perempuan yaitu masingmasing sebesar 22,43 persen dan 21,00 persen Pekerja Menurut Pendidikan Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Jika kualitas sumber daya manusia meningkat maka diharapkan dapat mengolah sumberdaya alam yang tersedia di negeri ini. Selain itu juga diharapkan agar nantinya dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik. Secara umum, semakin tinggi pendidikan seseorang maka status sosialnya cenderung lebih baik dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Ditinjau dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk yang bekerja di Kabupaten Cilacap tahun 2014 mayoritas mempunyai latar belakang pendidikan SD, tercatat 65,61 persen. Pendidikan tinggi (Diploma/Universitas ke Atas) masih merupakan bagian terkecil dari penduduk bekerja, yakni 4,83 persen. 93

109 Pengamatan menurut jenis kelamin, penduduk perempuan yang bekerja mempunyai tingkat pendidikan yang lebih rendah dibanding lakilaki. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya persentase perempuan bekerja yang berpendidikan tidak/tamat SD yang mencapai 67,17 persen, sedangkan pada lakilaki sekitar 64,70 persen, serta tingginya persentase penduduk lakilaki bekerja berpendidikan menengah dibandingkan penduduk perempuan bekerja. Tabel 8.9 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Kabupaten Cilacap Tahun Tingkat Pendidikan L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) SD 63,24 71,48 66,25 62,74 72,75 66,69 64,70 67,17 65,61 SMP 19,21 10,90 16,17 18,44 15,32 17,21 18,39 15,09 17,17 SMA/SMK 13,31 11,51 12,65 14,63 7,29 11,73 12,68 11,89 12,39 Dipl/Univ 4,25 6,10 4,93 4,19 4,64 4,37 4,23 5,85 4,83 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Sakernas Pekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Kontribusi sektor lapangan kerja dalam penyerapan tenaga kerja digunakan untuk mengetahui andil setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perubahan kontribusi sektor dalam menyerap tenaga kerja dalam suatu kurun waktu tertentu memberikan gambaran perubahan struktur perekonomian daerah. Dari tabel 8.10 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Cilacap di Tahun 2014 bekerja pada sektor pertanian yaitu mencapai 34,72 persen dari total penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja. Sektor lain yang juga banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan (18,79 persen) dan industri pengolahan (17,47 persen). 94

110 Sektor sektor lainnya (pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air; konstruksi; angkutan, pergudangan dan komunikasi; dan keuangan) menyerap sekitar 13,81 persen. Sementara sektor jasa menyerap tenaga kerja sebesar 12,02 persen. Pengamatan menurut jenis kelamin, proporsi penduduk lakilaki yang bekerja pada sektor pertanian sekitar 35,97persen sedangkan proporsi penduduk perempuan yang bekerja di sektor yang sama sekitar 32,60 persen. Kondisi yang terjadi pada sektor perdagangan proporsi penduduk perempuan yang bekerja di sektor perdagangan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi penduduk lakilaki yang bekerja di sektor yang sama, yaitu masingmasing sebesar 27,54 persen dan 13,65 persen. Tabel 8.10 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Cilacap Tahun Lapangan Pekerjaan Utama L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1. Pertanian 33,38 33,70 33,49 35,60 27,23 32,29 35,97 32,60 34,72 2. Industri Pengolahan 19,01 26,81 21,86 20,92 29,35 24,25 15,66 20,56 17,47 3. Perdagangan 15,02 25,20 18,73 13,91 26,30 18,81 13,65 27,54 18,79 4. Jasa Kemasyarakatan 11,28 12,66 11,78 17,85 3,08 12,02 13,64 17,88 15,21 5. Lainnya 21,32 1,64 14,13 11,71 14,04 12,63 21,08 1,42 13,81 Sumber : Sakernas Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,0 0 Demikian halnya pada sektor industri, proporsi penduduk perempuan yang bekerja pada sektor ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan lakilaki, yaitu sebesar 20,56 persen berbanding 15,66 persen. 95

111 8.5. Upah Minimum Kabupaten Salah satu hak yang harus diterima oleh pekerja/buruh/karyawan adalah menerima upah atau balas jasa, agar standar kebutuhan hidup layak baik secara fisik, non fisik, dan sosial dapat dipenuhi. Untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja, pemerintah menetapkan perlindungan pengupahan bagi pekerja dengan penetapan Upah Minimum atas dasar hidup layak untuk dirinya sendiri beserta keluarganya. Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap. Tujuan ditetapkannya upah minimum adalah sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot, mengurangi kesenjangan upah terendah dan tertinggi, dan meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah. Kabupaten Cilacap merupakan satusatunya kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki tiga angka Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), yaitu untuk Wilayah Kota, Wilayah Timur, dan Wilayah Barat. Wilayah Kota meliputi kecamatan Cilacap Utara, Cilacap Tengah, dan Cilacap Selatan. Wilayah Timur meliputi kecamatan Kesugihan, Maos, Sampang, Binangun, Nusawungu, Kroya, dan Adipala. Sedangkan Wilayah Barat meliputi kecamatan Jeruklegi, Kawunganten, Kampunglaut, Bantarsari, Gandrungmangu, Sidareja, Cipari, Kedungreja, Patimuan, Karangpucung, Cimanggu, Majenang, Wanareja, dan Dayeuhluhur. Upah Minimum Kabupaten Cilacap tahun 2015 ditetapkan berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah Nomor : 560/85 Tahun 2014, tanggal 20 November 2014 tentang Upah Minimum pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 yang berlaku mulai 01 Januari 2015 sebagai berikut : 96

112 Tabel 8.11 Upah Minimum Kabupaten Cilacap Tahun (rupiah per bulan) Wilayah Kenaikan 2014 ke 2015 (persen) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Wilayah Kota Wilayah Timur Wilayah Barat Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja,dan Transmigrasi Kabupaten Cilacap ,40 23,08 15,79 Kenaikan UMK Kabupaten Cilacap tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 untuk Wilayah Kota, Wilayah Timur dan Wilayah Barat masingmasing sebesar 14,40 persen, 23,08 persen dan 15,79 persen. 97

113 BAB IX PEREKONOMIAN DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi pendapatan. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan kemampuan untuk mengelola potensi ekonomi dan sumber daya yang dimiliki agar dapat dikembangkan secara optimal. Di sisi lain pemahaman secara mendalam terhadap corak dan pola perekonomian suatu daerah menjadi suatu keharusan dalam penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi agar kebijakan ekonomi yang diterapkan dapat disesuaikan dengan kondisi daerah yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan informasi atau indikator ekonomi yang salah satunya dapat diperoleh dari angkaangka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Struktur Ekonomi Tabel 9.1 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Cilacap Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dengan Minyak Tahun (persen) Lapangan Usaha *) (1) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perush 9. Jasajasa ,79 1,35 51,36 0,35 2,19 24,01 2,51 2,15 3,30 12,76 1,40 49,89 0,37 2,31 24,98 2,61 2,30 3,38 12,59 1,46 49,10 0,38 2,39 25,55 2,67 2,37 3,49 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00, Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap, *) Angka Sementara 98

114 Selama lima tahun terakhir ( ), struktur ekonomi Kabupaten Cilacap berdasarkan PDRB ADH Konstan 2000 dengan minyak tidak mengalami pergeseran, dimana sektor yang memberikan andil besar di luar sektor Industri Pengolahan adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menempati posisi ke dua dan sektor Pertanian pada posisi ke tiga, adapun sektorsektor lain kontribusinya kisaran 3 persen atau kurang. Apabila dilihat PDRB Kabupaten Cilacap tanpa minyak, dalam kurun waktu lima tahun terakhir sumbangan terbesar adalah sektor Pertanian. Tabel 9.2 memperlihatkan bahwa tahun 2014 sektor Pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Cilacap yaitu sebesar 28,49 persen. Sektor lainnya yang memberikan sumbangan terbesar setelah sektor Pertanian adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Industri Pengolahan masingmasing memberikan sumbangan sebesar 22,17 persen dan 20,46 persen. Sektor Listrik dan Air Bersih memberikan sumbangan terkecil atas pembentukan PDRB Kabupaten Cilacap, yaitu sebesar 0,86 persen. Tabel 9.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Cilacap Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Minyak (persen) Sektor *) (1) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perush 9. Jasajasa 32,30 3,12 19,24 0,81 4,95 21,10 5,76 5,01 7,71 31,34 3,15 19,59 0,80 5,09 21,38 5,88 5,04 7,74 30,36 3,20 19,93 0,82 5,19 21,61 5,97 5,11 7,82 29,40 3,23 20,24 0,84 5,31 21,87 6,01 5,31 7,78 28,49 3,3 20,46 0,86 5,42 22,17 6,05 5,36 7,89 J u m l a h : 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap *) Angka sementara 99

115 Grafik 9.1 : Struktur Ekonomi ADHK Dengan Migas Kab. Cilacap Tahun 2014 Grafik 9.2: Struktur Ekonomi ADHK Tanpa Migas Kab. CilacapTahun 2014 Keuangan 2,37% Jasajasa 3,49% Pertanian 12,59% Keuangan 5,36% Jasajasa 7,78% Pertanian 28,49% Komunikasi 2,67% Penggalian 1,46% Angkutan 6,05% Penggalian 3,30% Perdaganga n 24.98% Bangunan 2,39% Listrik 0,37% Industri 49,10% Perdagangan 22,17% Bangunan 5,42% Listrik 0,86% ndustri 20,46% 9.2. Pertumbuhan Ekonomi Tabel 9.3. menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi tanpa minyak di Kabupaten Cilacap selama kurun waktu 5 tahun ( ). Pada tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cilacap sebesar 5,30 persen. Tahun 2011 tumbuh sebesar 5,27 persen, tahun 2012 sebesar 5,47 persen, tahun 2013 sebesar 5,50 persen, dan tahun 2014 mencapai 5,09 persen. Laju pertumbuhan ekonomi dengan minyak tahun 2014 sebesar 3,27 persen. Laju pertumbuhan ini lebih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 yang tumbuhh sebesar 2,41 persen. Laju pertumbuhan ekonomi dengan migas Kabupaten Cilacap sangat dipengaruhi oleh produksi industri minyak, dimana kontribusi industri minyak terhadap PDRB secara total mempunyai andil yang cukup besar (49,10 persen). Tabel 9.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cilacap Tahun (persen) T a h u n Dengan Minyak Tanpa Minyak (1) (2) (3) *) 4,41 4,07 3,03 2,41 3,27 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap *) Angka sementara 5,30 5,27 5,47 5,50 5,09 100

116 Grafik 9.3 : Ratarata Pertumbuhan Ekonomi per Tahun Kab. Cilacap Tahun ,00 5,30 4,41 5,27 5,47 5,50 5,09 Pertumbuhan (%) 4,00 2,00 4,07 3,03 2,41 3,27 Dg. Minyak Tnp. Minyak 0, T a h u n Secara sektoral, pertumbuhan (tanpa migas) tertinggi terjadi pada sektor listrik dan air bersih (7,38 persen) dan terendah sektor pertanian (1,85 persen). Hampir semua sektor pertumbuhan ekonominya tidak sebesar tahun sebelumnya, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami peningkatan pertumbuhan dari 6,71 persen menjadi 7,07 persen. Tabel 9.4 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cilacap 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan Tahun Tanpa Minyak (persen) Sektor *) 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi (1) (3) (4) (5) (6) (7) 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perush 9. Jasajasa 3,98 6,80 5,17 2,63 8,27 6,03 6,46 6,56 5,36 2,15 6,30 7,15 3,80 8,15 6,66 7,44 5,87 5,76 2,16 7,09 7,29 7,78 7,72 6,63 7,12 6,83 6,54 2,18 6,71 7,16 8,39 7,90 6,77 6,32 9,62 4,97 1,85 7,07 6,24 7,38 7,24 6,53 5,67 6,14 6,61 PDRB Total 5,30 5,27 5,47 5,50 5,09 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap *) Angka sementara 101

117 9.3. Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah. Perkembangan pendapatan perkapita di Kabupaten Cilacap ADHB tanpa minyak menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, pendapatan perkapita Kabupaten Cilacap sebesar ,72 rupiah, mengalami kenaikan sebesar 9,05 persen. Pendapatan perkapita ADHK tanpa minyak sebesar ,39 rupiah dengan pertumbuhan 4,80 persen. Tahun Tabel 9.5 Pendapatan Perkapita Tanpa Migas di Kabupaten Cilacap Tahun Pendapatan Perkapita Pertumbuhan (persen) ADHB ADHK ADHB ADHK (1) (2) (3) (4) (5) *) , , , , ,72 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap *) Angka sementara , , , , ,39 10,48 10,35 9,68 11,79 9,05 4,79 4, ,13 4, Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Salah satu metode yang dikembangkan untuk menghubungkan pertumbuhan faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi adalah dengan melihat ICOR. Konsep ICOR pada awalnya dikembangkan oleh Sir Ray Harrod dan Evsey Domar yang kemudian lebih dikenal dengan nama Harod Domar Model. Pada intinya teori ini menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan stok kapasitas produksi dan kemampuan masyarakat dalam menghasilkan output. Semakin tinggi peningkatan stok kapasitas produksi (ΔK) semakin tinggi pula tambahan output (ΔY) yang dapat dihasilkan (Boediono, 1982). Sayangnya, ICOR hanya menggunakan satu faktor produksi capital, padahal ada faktor lain yang dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi, misalnya tenaga kerja dan peningkatan produktivitas. Meskipun demikian, banyak studi menunjukkan bahwa 102

118 pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan modal, sehingga penggunanan ICOR untuk menghubungkan pertumbuhan ekonomi dengan penggunaan faktor produksi dapat dipertanggung jawabkan (Hera Susanti, dkk, 2000). ICOR dihitung dengan menggunakan formula: ICOR = dimana : PMTB PDRB t = Pembentukan Modal Tetap Bruto = Produk Domestik Regional Bruto = tahun ke t Tabel 9.6. PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan 2010, PMTB dan Nilai ICOR Kabupaten Cilacap Tahun PDRB Atas Dasar Harga Konstan (2010=100) PMTB Perubahan Inventor ICOR 2010 *) , , , *) , , ,03 3, *) , , ,97 6, *) , , ,79 6, **) , , ,81 4,82 Keterangan : Penghitungan PMTB menyertakan perubahan inventori *) Angka Revisi, **) Angka Sementara Hasil penghitungan ICOR Kab. Cilacap tahun 2015 adalah 4,82. Secara umum dikatakan bahwa untuk menaikkan PDRB sebesar 1 unit produksi diperlukan investasi 4,82 unit produksi Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Kemajuan pembangunan dapat dilihat melalui beberapa indikator. Dalam pembangunan khususnya pembangunan ekonomi, indikator yang digunakan diantaranya adalah perkembangan laju inflasi. Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa ini 103

119 berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup masyarakat, perubahan nilai aset dan kewajiban serta nilai kontrak/transaksi bisnis. Inflasi yang merupakan indikator pergerakan antara permintaan dan penawaran di pasar riil juga terkait erat dengan perubahan tingkat suku bunga, produktivitas ekonomi, nilai tukar rupiah dengan valuta asing, indeksasi anggaran dan parameter ekonomi makro lain. Oleh karena itu, masyarakat, pelaku bisnis, kalangan perbankan, anggota parlemen, dan pemerintah sangat berkepentingan terhadap perkembangan inflasi. Keberhasilan pembangunan tersebut perlu diukur dengan alat yang sesuai/tepat. Guna memenuhi harapan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah menyajikan data statistik Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Laju Inflasi. Dalam penghitungan IHK tahun menggunakan tahun dasar 2007 atau IHK tahun 2007 = 100, sedangka IHK tahun 2014 dan 2015 telah menggunakan tahun dasar 2012 (tahun 2012=100). IHK Kota Cilacap bulan September 2015 tercatat 123,42 menggambarkan bahwa tingkat perubahan indeks harga secara umum dibandingkan keadaan 2012 telah mengalami kenaikan sebesar 23,42 persen. Tabel di bawah ini menampilkan IHK tahun 2011 sampai dengan IHK bulan September Tabel 9.7 Indeks Harga Konsumen Kabupaten Cilacap Dirinci Per Bulan Tahun ( menggunakan tahun dasar 2007, menggunakan tahun dasar 2012) Bulan 2011 (2007=100) 2012 (2007=100) 2013 (2007=100) 2014 (2012=100) 2015 (2012=100) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Januari Februari 123,48 123,33 130,19 130,54 138,29 139,07 112,90 113,54 120,87 120,73 Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 122,98 122,46 123,01 123,81 124,62 125,82 126,42 126,45 127,36 128,24 130,32 130,49 131,25 132,20 133,64 135,14 135,50 135,80 136,07 136,70 139,92 138,84 139,39 140,60 145,60 146,97 146,35 146,91 147,13 148,14 113,36 113,26 113,63 114,85 116,38 116,99 117,07 117,29 119,07 121,18 120,74 120,76 121,33 121,85 123,06 123,35 123,42 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 104

120 Perkembangan IHK bulanan tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, menunjukkan bahwa selama kurun waktu 4 tahun kenaikan Indeks Harga Konsumen di Kota Cilacap cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Keadaan ini juga menjadi indikasi bahwa angka inflasi yang terbentuk juga mengalami kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Bila dibandingkan dengan IHK Jawa Tengah dan Nasional, IHK di Kota Cilacap tahun 2015 pergerakannya cenderung lebih cepat (tabel 9.8). Tabel 9.8 Indeks Harga Konsumen Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional dirinci Menurut Bulan Tahun 2015 (persen) (Tahun 2012 = 100) Bulan Cilacap Jawa Tengah Nasional (1) (2) (3) (4) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 120,87 120,73 120,74 120,76 121,33 121,85 123,06 123,35 123,42 118,19 117,45 117,65 117,85 118,45 119,18 120,27 120,61 120,42 118,71 118,28 118,48 118,91 119,50 120,14 121,26 121,73 121,67 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap Perkembangan Laju Inflasi bulanan di tahun 2015 sampai dengan bulan Spetember 2015, menunjukkan bahwa selama kurun 9 (sembilan) bulan laju inflasi di Kota Cilacap dari bulan ke bulan cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Hanya di bulan Januari dan Februari saja terjadi keadaan deflasi dimana deflasi yang tercatat masingmasing 0,26 persen di bulan Januari dan 0,12 di bulan Februari (tabel 9.9). 105

121 Tabel 9.9 Laju Inflasi Kabupaten Cilacap Dirinci Per Bulan Tahun (persen) ( menggunakan tahun dasar 2007, menggunakan tahun dasar 2012) Januari Bulan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2011 (2007=100) 2012 (2007=100) 2013 (2007=100) 2014 (2012=100) 2015 (2012=100) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1,36 0,12 0,29 0,43 0,45 0,65 0,66 0,96 0,48 0,02 0,72 0,69 1,78 0,27 0,17 0,13 0,58 0,72 1,09 1,12 0,26 0,22 0,20 0,46 1,17 0,56 0,61 0,77 0,39 0,87 3,56 0,94 0,42 0,39 0,15 0,68 0,79 0,57 0,16 0,09 0,33 1,07 1,33 0,52 0,07 0,19 1,52 1,77 0,26 0,12 0,01 0,02 0,47 0,43 0,99 0,24 0,06 Inflasi Tahun Kalender 5,27 6,87 8,37 8,19 1,85 *) Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap *) Sampai bulan September 2015 Inflasi tahun kalender di tahun 2015 sampai dengan bulan September 2015 tercatat sebesar 1,85 persen. Di tahun 2015 (tahun dasar 2012=100) inflasi tahun kalender tercatat 8,19 persen. Diperkirakan inflasi tahun kalender 2015 akan lebih kecil dibandingkan inflasi tahun kalender 2014 karena sampai bulan September 2015 inflasi tahun kalender 2015 tercatat baru sebesar 1,85 persen. Apabila dibandingkan dengan perkembangan laju inflasi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional maka laju inflasi Kota Cilacap pada tahun 2015 berada di atas laju inflasi Provinsi Jawa Tengah tetapi masih dibawah laju inflasi Nasional yakni sebesar 1,85 persen (sampai dengan September 2015), sementara laju inflasi Jawa Tengah dan Nasional tercatat masingmasing 1,54 persen dan 2,24 persen (tabel 9.9). Angka inflasi Cilacap pada tahun ini relatif tidak terlalu tinggi dan kemungkinan akan berada dibawah angka inflasi tahun Tetapi perlu menjadi perhatian para pengambil kebijakan karena menunjukkan ratarata kenaikan harga barang dan jasa di Cilacap lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah. 106

122 Inflasi tertinggi di Kota Cilacap pada tahun 2015 sampai dengan bulan September 2015 tercatat 0,99 persen yang terjadi pada bulan Juli Tingginya inflasi di bulan Juli 2015 kemungkinan besar karena adanya kenaikan permintaan barangbarang karena pada bulan tersebut bertepatan dengan Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Selain itu ada kecenderungan pada saat menjelang hari raya para pedagang akan menaikan harga untuk menaikkan pendapatan mereka. Selain itu pada saat menjelang hari raya pengusaha angkutan juga diizinkan untuk menaikkan tarif transportasi dalam ambang batas yang diijinkan oleh instansi terkait, sehingga turut memberikan andil pada kenaikan inflasi. Tabel 9.10 Laju Inflasi Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional dirinci Menurut Bulan Tahun 2015 (persen) (Tahun 2012=100) Bulan Cilacap Jawa Tengah Nasional (1) (2) (3) (4) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 0,26 0,12 0,01 0,02 0,47 0,43 0,99 0,24 0,06 0,35 0,62 0,16 0,17 0,51 0,61 0,92 0,29 0,15 0,24 0,36 0,17 0,36 0,49 0,54 0,93 0,39 0,05 Inflasi Tahun Kalender *) 1,85 1,54 2,24 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap, *) Sampai bulan September 2015 Dari sisi kelompok pengeluaran, IHK terdiri dari : (1) kelompok bahan makanan; (2) kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; (3) kelompok perumahan, bahan bakar, listrik dan air; (4) kelompok sandang; (5) kelompok kesehatan; (6) kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga; dan (7) kelompok transport, komunikasi 107

123 dan jasa keuangan. Pada tahun 2015 (sampai dengan bulan September 2015) hampir seluruh kelompok mengalami perubahan angka indeks yang sebagaimana tercantum pada tabel 9.10, Dari 7 (tujuh) kelompok komoditas, 4 (empat) kelompok komoditas perubahan indeksnya berada di atas IHK umum (kondisi sampai dengan Bulan September 2015) yaitu kelompok bahan makanan yang indeksnya tercatat 124,74 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan indeks 131,34 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dengan indeks 123,60 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan indeks 125,34 persen. Tabel 9.11 Indeks Harga Konsumen Kabupaten Cilacap Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun ( menggunakan tahun dasar 2007, menggunakan tahun dasar 2012) Bahan Makanan Kelompok Pengeluaran Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, bahan bakar, listrik dan air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olah raga Transport, komunikasi dan jasa keuangan 2012 (2007=100) 2013 (2007=100) 2014 (2012=100) 2015 *) (2012=100) (1) (2) (3) (4) (5) 147,61 148,47 133,53 164,80 129,84 125,61 108,06 164,47 159,05 143,48 170,50 133,16 129,67 124,18 123,41 125,58 121,42 106,46 108,68 114,43 129,81 124,74 131,34 123,60 109,74 112,66 117,84 125,34 IHK Umum 136,70 148,14 121,18 123,42 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap *) Sampai dengan bulan September Pembiayaan Pembangunan Pendapatan Daerah Kabupaten Cilacap (APBD) tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 terlihat cenderung meningkat dari ,70 rupiah di tahun 2012 naik menjadi ,00 rupiah di tahun 2013 dan pada tahun 2014 pendapatan daerah Kabupaten Cilacap menjadi sebesar ,65 rupiah. 108

124 Tabel 9.12 Pendapatan Daerah Kabupaten Cilacap dirinci Menurut Jenis Pendapatan Tahun Anggaran (rupiah) Uraian (1) (2) (3) (4) 1. Pendapatan Asli Daerah 1.1. Pajak Daerah , , , Retribusi Daerah , , , Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan , , , Lainlain ,65 Jumlah Pendapatan Asli Daerah , , ,65 2. Dana Perimbangan 2.1. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak , , , Dana Alokasi Umum , , , Dana Alokasi Khusus , , ,00 Jumlah Dana Perimbangan , , ,00 3. Lainlain Pendapatan yang Sah 3.1. Pendapatan Hibah 0,00 0, , Dana Darurat 0,00 0,00 0, Bagi Hasil , , , Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus , , , Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya , , ,00 Jumlah Lainlain Pendapatan Yang Sah , , ,00 Jumlah Pendapatan , , ,65 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap 109

125 Peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Cilacap dipengaruhi oleh masingmasing jenis pendapatan yang membentuk total pendapatan daerah. Salah satu unsur pembentuk pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD yang terkumpul selama tahun 2012 sebesar ,70 rupiah. Dana ini meningkat menjadi ,70 rupiah di tahun 2013 dan meningkat kembali pada tahun 2014 menjadi ,65 rupiah atau naik sebesar 34,25 persen dibanding PAD tahun Peningkatan PAD terbesar dalam kurun waktu terjadi pada tahun 2013 sebesar 41,61 persen, hal ini didukung oleh besarnya pos pajak daerah yang meningkat sebesar 76,51 persen. Tabel 9.13 Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Cilacap dirinci Menurut Jenis Pendapatan Tahun Anggaran (persen) Uraian (1) (2) (3) (4) 1. Pendapatan Asli Daerah 1.1. Pajak Daerah 1.2. Retribusi Daerah 1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 1.4. Lainlain Jumlah Pendapatan Asli Daerah 2. Dana Perimbangan 2.1. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 2.2. Dana Alokasi Umum 2.3. Dana Alokasi Khusus Jumlah Dana Perimbangan 3. Lainlain Pendapatan yang Sah 3.1. Pendapatan Hibah 3.2. Dana Darurat 3.3. Bagi Hasil 3.4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 3.5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Lainlain Pendapatan Yang Sah 8,84 10,03 19,12 21,08 14,13 17,72 20,62 14,13 17,05 40,68 24,59 24,11 13,35 76,51 21,09 20,01 51,13 41,61 24,18 13,19 23,39 10,78 3,80 42,73 55,33 32,33 2,36 3,35 38,56 78,26 34,25 16,23 7,83 1,89 5,99 > ,42 3,43 44,53 14,79 Jumlah Pendapatan 9,35 18,35 11,60 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap (diolah) 110

126 DAU merupakan transfer dana dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah guna mengatasi kesenjangan fiskal baik secara vertikal maupun horisontal. Kebutuhan DAU suatu daerah diukur dari variabel kebutuhan fiskal yang meliputi : jumlah penduduk, luas wilayah, indikator kemiskinan, indeks kemahalan konstruksi (IKK), dan variabel potensi daerah yang meliputi antara lain : PDRB sektor industri jasa, bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak. Dari Tabel 9.12 dan 9.13 terlihat penerimaan DAU tahun 2014 sebesar ,00 rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 7,83 persen dibandingkan DAU tahun Tabel 9.14 Rasio Jenis Pendapatan Terhadap Total Pendapatan Daerah Kabupaten Cilacap dirinci Menurut Jenis Pendapatan Tahun Anggaran (persen) Uraian (1) (3) (4) (5) 1. Pendapatan Asli Daerah 1.1. Pajak Daerah 3,61 5,39 4, Retribusi Daerah 2,54 1,70 1, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 0,40 0,41 0, Lainlain 4,41 5,63 9,00 Jumlah Pendapatan Asli Daerah 10,97 13,13 15,79 2. Dana Perimbangan 2.1. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 5,83 3,74 2, Dana Alokasi Umum 59,01 56,44 54, Dana Alokasi Khusus 4,89 5,10 4,65 Jumlah Dana Perimbangan 69,74 65,28 62,00 3. Lainlain Pendapatan yang Sah 3.1. Pendapatan Hibah 0,00 0,00 0, Dana Darurat 0,00 0,00 0, Bagi Hasil 5,63 4,94 5, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 11,92 14,38 13, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 1,74 2,28 2,95 Jumlah Lainlain Pendapatan Yang Sah 19,29 21,59 22,21 Jumlah Pendapatan 100,00 100,00 100,00 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap(diolah) 111

127 Dari Tabel 9.14 terlihat rasio PAD terhadap APBD tahun 2014 sebesar 15,79 persen. Rasio PAD terhadap APBD merupakan salah satu indikator yang mencerminkan kemandirian suatu daerah dalam membiayai pembangunan. Sumbangan utama PAD berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah masingmasing memberikan kontribusi sebesar 4,71 persen dan 1,57 persen. Belanja Daerah tahun 2014 sebesar ,00 rupiah yang terdiri dari belanja tidak langsung sebesar ,00 rupiah (61,72 persen) dan belanja langsung sebesar ,00 rupiah (38,28 persen). Pada belanja langsung sebagian besar terserap untuk belanja modal (49,08 persen) dan untuk belanja barang dan jasa sebesar 41,15 persen dan sisanya untuk belanja pegawai (9,77 persen). Sedangkan pada belanja tidak langsung sebagian besar terserap untuk belanja pegawai (85,60 persen). Dengan belanja daerah di tahun 2014 sebesar ,00 rupiah maka terjadi surplus sebesar ,65 rupiah. Tabel 9.15 Belanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran (rupiah) Jenis Belanja (1) (2) (3) (4) 1. Belanja Tidak Langsung 1.1. Belanja Pegawai 1.2. Belanja Bunga 1.3. Belanja Subsidi 1.4. Belanja Hibah 1.5. Belanja Bantuan Sosial 1.6. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota 1.7. Belanja Bantuan Keuangan , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa & Parpol 1.8. Belanja Tidak Terduga 2. Belanja Langsung 2.1. Belanja Pegawai 2.2. Belanja Barang dan Jasa 2.3. Belanja Modal , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 Jumlah Belanja Daerah , , ,00 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap 112

128 Dengan jumlah pendapatan sebesar ,65 rupiah dan jumlah belanja daerah sebesar ,00 rupiah terjadi surplus sebesar ,65 rupiah. Tidak adanya penerimaan pembiayaan daerah pada tahun 2014 ini, sementara disisi lain ada pengeluaran pembiyaan daerah sebesar ,00 rupiah menyebabkan pembiayaan netto mengalami minus ,00 rupiah. Sehingga terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Tahun 2014 sebesar ,65 rupiah. Tabel 9.16 Pembiayaan Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran (rupiah) Jenis Pembiayaan (1) (3) 1. SURPLUS/DEFISIT , , ,65 2. Penerimaan Pembiayaan Daerah , , Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya , , Pencairan dana cadangan , Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 1.4. Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah 1.5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman 1.6. Penerimaan piutang daerah 2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah , , , Pembentukan dana cadangan , Penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah , , , Pembayaran pokok utang , , , Pemberian pinjaman daerah , , Pengadaan dana talangan 3. Pembiayaan netto (1 2) , , ,00 4. Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan , , ,65 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap (diolah) 113

129 9.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) dengan Indeks Harga Yang Dibayarkan Petani (Ib) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumahtangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan penambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Angka NTP yang disajikan pada publikasi ini adalah angka NTP Provinsi Jawa Tengah. Ada dua alasan mengapa yang disajikan angka NTP Jawa Tengah : 1. BPS Kabupaten Cilacap belum menghitung NTP tersendiri dikarenakan nilai konsumsi dasar tidak tersedia dan belum dilakukan survei, 2. Asumsi bahwa kondisi perekonomian di Kabupaten Cilacap tidak jauh berbeda dengan Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil pemantauan hargaharga di pedesaan di wilayah Jawa Tengah pada bulan Januari sampai Desember 2014 (tabel 9.16), NTP di Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuasi yang cukup variatif. Perubahan kenaikan NTP tertinggi terjadi pada bulan September 2014 yakni sebesar 0,74 persen, naik dari 100,41 di Bulan Agustus 2014 menjadi 101,15 di Bulan September. Sementara itu di Bulan Desember 2014 terjadi perubahan terendah atau terjadi penurunan sebesar 0,76 persen dari 101,32 di Bulan November menjadi 100,55 di Bulan Desember. 114

130 Tabel 9.17 Nilai Tukar Petani Jawa Tengah Tahun 2014 (Tahun 2012 = 100) No. Bulan It Ib NTP Perubahan NTP (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 111,20 110,91 110,80 110,28 110,46 111,54 112,04 112,49 113,90 114,84 116,03 117,95 109,64 110,21 110,49 110,30 110,45 111,16 111,80 112,03 112,60 113,17 114,51 117,30 101,42 100,63 100,28 99,98 100,00 100,34 100,22 100,41 101,15 101,48 101,32 100,55 *) 0,78 0,35 0,30 0,02 0,34 0,12 0,19 0,74 0,33 0,16 0,76 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, *) Perubahan tahun dasar, tidak bisa dibandingkan Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani. Dari indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Ib terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu kelompok Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dan kelompok Biaya Produksi dan Pembentukan Barang Modal (BPPBM). Kelompok IKRT dibagi menjadi 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yang terdiri dari bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta transportasi dan komunikasi. Perubahan indeks harga konsumsi rumah tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Sedangkan kelompok BPPBM terdiri dari bibit, obatobatan dan pupuk, sewa lahan, pajak dan lainnya, transportasi, penambahan barang modal serta upah buruh tani. 115

131 No. Tabel 9.18 Perubahan NTP Jawa Tengah Desember 2014 September 2015 (NTPTahun 2012 = 100) Rincian Desember 2014 September 2015 Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) (5) I. II. III. Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani 1. Konsumsi Rumahtangga a. Bahan Makanan b. Makanan Jadi c. Perumahan d. Sandang e. Kesehatan f. Pendidikan, rekreasi dan olahraga g. Transportasi dan Komunikasi 2. BPPBM a. Bibit b. Obatobatan dan Pupuk c. Sewa Lahan, pajak dan lainnya d. Transportasi dan Komunikasi e. Penambahan barang modal f. Upah Buruh Tani Nilai Tukar Petani Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah 117,95 117,30 121,01 131,26 111,08 115,12 114,69 110,05 107,17 124,06 111,97 111,24 107,22 110,36 133,78 112,38 113,54 100,55 121,75 119,95 124,31 135,06 115,67 119,38 119,74 112,82 110,02 121,99 113,78 113,70 108,91 113,69 127,04 114,18 117,01 101,50 3,22 2,26 2,73 2,90 4,13 3,70 4,40 2,52 2,66 1,67 1,62 2,21 1,58 3,02 5,04 1,60 3,06 0,94 Apabila dilihat perkembangan nilai NTP pada periode , pada akhir tahun 2011 NTP tercatat sebesar 106,62, sedikit mengalami penurunan menjadi 106,37di tahun 2012 dan kembali meningkat menjadi 106,72 di tahun Pada periode dengan menggunakan tahun dasar 2012, NTP pada akhir tahun 2014 tercatat 100,55 dan meningkat menjadi 101,50 pada bulan September

132 Tabel 9.19 Perbandingan NTP pada Akhir Desember Tahun ( menggunakan Tahun 2007 = 100, menggunakan tahun dasar 2012) Tahun NTP Perubahan (%) (1) (2) (3) *) 2015 **) 106,62 106,37 106,72 100,55 101,50 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah *) NTP akhir Desember 2014 **) NTP akhir September ,23 0,32 0,86 0,94 Dari tabel diatas terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun yaitu telah terjadi kenaikan NTP sebesar 3,39 persen pada akhir tahun 2011, turun 0,23 persen pada akhir tahun 2012, dan pada akhir tahun 2013 terjadi kenaikan lagi sebesar 0,32 persen. Pada periode Januari 2014 sampai dengan September 2015 terjadi penurunan NTP sebesar 0,86 (periode Januari 2014Desember 2014) sedangkan pada periode Desember 2014 sampai dengan September 2015 terjadi kenaikan NTP sebesar 0,94 persen. Dengan kenaikan NTP tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan penghasilan petani di tahun

133 BAB X INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Umum Akhirakhir ini hasilhasil pembangunan dirasakan terdapat suatu kesenjangan (gap) yang cukup besar antara pembangunan fisik dan pembangunan di bidang manusia. Padahal keberhasilan pembangunan dibidang manusia juga akan menguatkan sendisendi perekonomian secara meyeluruh, karena pembangunan manusia yang baik mempunyai side efect ke berbagai bidang. Side effect yang dimaksud adalah efek penyebaran yang ditimbulkan dari suatu kegiatan yang berdampak pada kegiatan lain karena kegiatan tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain, misalnya keberhasilan dibidang pendidikan akan meningkatkan pendapatan masyarakat. United Nation Development Programe (UNDP) memberikan ukuran keberhasilan pembangunan dibidang manusia melalui Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indexs) atau IPM. IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai ratarata sederhana dari Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Standar Hidup Layak yang tertuang dalam Paritas Daya Beli. IPM juga merupakan indikator yang memperlihatkan keberhasilan layanan pemerintah dibidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi dan sebagai salah satu ukuran kinerja daerah. IPM adalah indikator yang mencerminkan keberhasilan Pemerintah atas layanan dasar di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yeng terdiri atas 3 indeks, yaitu 1. Indeks harapan hidup, sebagai perwujudan dimensi umur panjang dan sehat (longevity) 2. Indeks pendidikan, sebagai perwujudan dimensi pengetahuan (knowledge) 3. Indeks standar hidup layak, sebagai perwujudan dimensi hidup layak (decent living) Indeks Harapan Hidup Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penghitungannya, yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Besarnya nilai maksimum dan minimum telah disepakati oleh semua negara (175 negara) sebagai standar UNDP. 118

134 Indeks pendidikan Dalam penghitungan indeks pendidikan dengan metode baru menggunakan dua indikator, yaitu : angka harapan lama sekolah (Expected Years of Schooling/EYS) yang digunakan untuk menggantikan angka melek huruf (AMH) dan ratarata lama sekolah (Mean Years of Schooling / MYS). Ratarata lama sekolah adalah ratarata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani atau sedang menjalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Angka harapan lama sekolah (HLS) dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. Indeks standar hidup layak Perhitungan IPM metode baru tidak lagi menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita untuk penghitungan indeks standar hidup layak tetapi menggunakan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. PNB dianggap lebih menggambarkan pendapatan masyarakat suatu wilayah. Dalam penerapannya penghitungannya indeks standar hidup layak dihitung menggunakan pengeluaran per kapita dari hasil Susenas. Untuk menghitung nilai dari masingmasing indeks pembentuk IPM, UNDP telah menetapkan batas minimum dan batas maksimum sebagai berikut : Tabel 10.1 Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM (Menggunakan Metode Baru) Komponen IPM Satuan Nilai Maksimum Nilai Minimum Catatan (1) (2) (3) (4) (5) Angka Harapan Hidup Tahun Standar UNDP Angka Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling/EYS) Tahun 18 0 Standar UNDP Ratarata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling /MYS) Tahun 15 0 Standar UNDP Standar hidup layak, dihitung berdasarkan pengeluaran per kapita disesuaikan Rupiah * ** (Rp ) (Rp) Menggunakan pengeluaran per kapita Sumber : Konsep, Metode & Tehnik Penghitungan IPM metode baru BPS,

135 Keterangan : * Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di TolikaraPapua ** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025 Berdasarkan skala internasional capaian IPM dapat dikategorikan menjadi seperti tabel dibawah ini : Sumber : BPS Capaian IPM Nilai IPM Tabel 10.2 Status Pembangunan Manusia Status Pembangunan Manusia (1) (2) IPM < IPM < IPM < 80 IPM 80 Rendah Menengah Bawah Menegah Atas Tinggi Pembangunan manusia merupakan model pembangunan yang menurut United Nations Development Programme (UNDP) ditujukan untuk memperluas pilihanpilihan yang dapat ditumbuhkan melalui upaya pemberdayaan penduduk. Walaupun pada dasarnya, pilihan tersebut tidak terbatas dan terus berubah, tetapi dalam konteks pembangunan, pemberdayaan penduduk ini dicapai melalui upaya menitikberatkan pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat kesehatan, pengetahuan dan keterampilan agar dapat digunakan untuk mempertinggi dalam kegiatan produktif, sosial budaya dan politik. Menurut hasil perhitungan hasil Susenas (tabel 10.4), pada tahun 2014 IPM Kabupaten Cilacap sebesar 67,25 masih dibawah IPM Jawa Tengah (68,78) dan secara provinsi berada peringkat 21. Selama periode 2010 hingga 2014, nilai IPM Kabupaten Cilacap meningkat sekitar 3,07. Indeks kesehatan pada tahun 2010 di Kabupaten Cilacap mencapai 80,69 yang ditunjukkan dengan angka harapan hidup sebesar 72,45 tahun. Pada tahun 2014, indeks tersebut meningkat menjadi 81,23 yang ditunjukkan dengan angka harapan hidup sebesar 72,80 tahun. 120

136 Sementara itu indeks pendidikan pada tahun 2010 mencapai 50,20 yang terdiri dari angka harapan sekolah (EYS) sebesar 58,67 persen (10,46 tahun) dan ratarata lama sekolah mencapai 41,73 persen (6,26 tahun). Indeks ini pun pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 55,68 yang terdiri dari angka harapan sekolah (EYS) sebesar 68,17 persen (12,27 tahun) dan ratarata lama sekolah mencapai 43,20 persen (6,48 tahun). Angka ini belum mencapai target pemerintah yang dicanangkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Tahun Tabel 10.3 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cilacap Tahun (penghitungan dengan metode baru) Indeks Harapan Hidup (X1) Indeks Pendidikan (X2) EYS MYS Rata Rata Indeks Pengeluaran (X3) IPM (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) ,69 80,85 81,00 81,15 81,23 Sumber : Badan Pusat Statistik 58,67 59,50 63,00 66,56 68,17 41,73 41,80 41,87 42,87 43,20 50,20 50,65 52,43 54,71 55,68 66,02 67,02 67,61 67,96 68,02 64,18 64,73 65,72 66,80 67,25 Indeks pengeluaran yang menunjukkan kemampuan daya beli secara perlahan mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni pada tahun 2010 baru sebesar rupiah (indeks sebesar 66,02) menjadi rupiah (indeks sebesar 68,02) pada tahun Maka secara keseluruhan, Indeks Pembangunan Manusia yang dihasilkan dari ketiga indeks tersebut menghasilkan nilai IPM sebesar 67,25 persen pada tahun 2014 yang berarti menunjukkan peningkatan dari tahuntahun sebelumnya, yaitu 66,80 persen pada tahun 2013; 65,72 persen pada tahun 2012 dan 64,73 persen di tahun Pencapaian hasil IPM merupakan hasil pencapaian jangka waktu yang panjang. Peningkatan IPM pada prisipnya merupakan perubahan pola pikir manusia, yaitu perubahan untuk semakin berperilaku hidup bersih dan sehat 121

137 (bidang kesehatan), peningkatan intelektual (bidang pendidikan) dan peningkatan kemampuan bersaing secara ekonomi (bidang ekonomi). Meningkatnya indikatorindikator IPM ini secara umum karena adanya programprogram pembangunan yang telah dijalankan oleh Pemerintah Daerah dan mendapat dukungan seluruh lapisan masyarakat. Meskipun demikian, dilihat dari kenaikannya masih cukup rendah sehingga masih diperlukan kebijakan dan program yang dapat segera meningkatkan angka IPM tersebut. Tahun Tabel 10.4 Komponen Pembentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Angka Harapan Hidup (tahun) Kabupaten Cilacap Tahun Angka Harapan Sekolah (Tahun) Ratarata Lama Sekolah (Tahun) Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (000 Rp) IPM (persen) Peringkat IPM Provinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ,45 72,55 72,65 72,75 72,80 10,56 10,71 11,34 11,98 12,27 6,26 6,27 6,28 6,43 6, ,18 64,73 65,72 66,80 67, Prov Jateng ,88 12,17 6, ,78 Sumber : Susenas 122

138 BAB XI PARIWISATA DAN PERHUBUNGAN Pariwisata Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan peran pariwisata dalam kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja serta kesempatan berusaha guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Upaya yang dilakukan adalah melalui pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan daerah. Sepanjang tahun 2014, kegiatan pariwisata di beberapa obyek wisata Kabupaten Cilacap cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang terindikasikan dengan meningkatnya jumlah pengunjung wisatawan domestik di obyek wisata yang ada di Kabupaten Cilacap. Penurunan pengunjung wisatawan hanya terjadi di empat obyek wisata yaitu Pantai Sodong, Wana Wisata Selok, Pantai Sedayu dan Pantai Jetis. Pada tahun 2014 pengunjung obyek wisata yang mengalami kenaikan cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya diantaranya adalah Curug Cimendaway yang meningkat 173,40 persen dari 500 orang menjadi orang, Pantai Karangpakis meningkat 115,06 persen dari orang menjadi orang, Curug Giriwangi meningkat 83,83 persen menjadi orang. Sedangkan obyek wisata yang memperoleh kunjungan wisatawan terbanyak dan juga mengalami penambahan yang jumlah kunjungan yang cukup tinggi di tahun 2014 ini adalah THR Teluk Penyu dengan jumlah wisatawan orang meningkat 25,77 persen dari tahun 2013 yang tercatat orang, Pantai Widarapayung dengan jumlah wisatawan orang meningkat 48 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat orang dan Benteng Pendhem dengan jumlah wisatawan orang atau meningkat 27,80 persen dari tahun 2013 yang tercatat Penurunan jumlah wisatawan terjadi di Pantai Sodong yang turun 16,09 persen menjadi orang, Wana Wisata Selok turun 11,90 persen menjadi orang, Pantai Sedayu turun 34,71 persen menjadi orang dan Pantai Jetis yang turun sebanyak 19,54 persen menjadi orang. Sebagian besar obyek wisata di Kabupaten Cilacap adalah obyek wisata pantai atau berlokasi di dekat pantai seperti THR Teluk Penyu dan Benteng Pendhem. 123

139 Secara keseluruhan di tahun 2014 ini jumlah pengunjung obyek wisata di Kabupaten Cilacap mengalami peningkatan 26,41 persen menjadi orang dibanding tahun 2013 yang tercatat orang. Tetapi yang perlu mendapat perhatian pada tahun ini tidak ada kunjungan wisatawan mancanegara ke obyek wisata komersial di Cilacap. Diharapkan pada tahuntahun mendatang semua obyek wisata yang ada di Kabupaten Cilacap mengalami peningkatan jumlah wisatawan. Selain itu diharapkan juga peningkatan wisatawan bukan hanya berasal dari wisatawan domestik saja tetapi juga dari wisatawan mancanegara. Tabel 11.1 Banyaknya Pengunjung Obyek Wisata di Kabupaten Cilacap tahun Obyek wisata 1. THR Teluk Penyu Wisatan Mancanegara (Wisman) Wisatawan Nusantara (Wisnus) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Benteng Pendem Air Panas Cipari Pantai Widara Payung Pantai Ketapang Indah Pantai Sodong Wisata Wana Selok Pantai Sedayu Pantai Jetis Pantai Karang Pakis Pantai Srandil Pantai Bunton Pantai Menganti Curug Cimendaway J u m l a h Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Cilacap 124

140 Sebagai penunjang pariwisata, di Kabupaten Cilacap tersedia akomodasi 49 hotel dan losmen yang terdiri 12 hotel berbintang dan 37 hotel non bintang. Jumlah tersebut tersebar di delapan kecamatan yaitu Kecamatan Majenang, Sidareja, Kesugihan, Sampang, Kroya, Cilacap Selatan, Cilacap Tengah dan Cilacap Utara, dimana jumlah hotel/losmen terbanyak ada di Kecamatan Cilacap Selatan. Untuk hotel berbintang tersedia 573 kamar dan 934 tempat tidur atau ratarata per hotel memiliki 48 kamar dan 78 tempat tidur. Sedangkan untuk hotel melati tersedia 747 kamar dan tempat tidur atau ratarata per hotel melati memiliki 19 kamar dan 26 tempat tidur. Tabel 11.2 Banyaknya Hotel/Losmen, Kamar dan Tempat Tidur di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 Hotel/Losmen Kamar Tempat Tidur Kecamatan Bintang Non Bintang Non Bintang Non Bintang Bintang Bintang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Majenang 2. Sidareja 3. Kesugihan 4. Sampang 5. Kroya 6. Cilacap Selatan 7. Cilacap Tengah 8. Cilacap Utara Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap Perhubungan Panjang Jalan Salah satu prasarana transportasi yang penting untuk menunjang kegiatan perekonomian adalah jalan. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas 125

141 penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Pada tahun 2011 panjang jalan di Kabupaten Cilacap adalah 1.181,173 km dengan kondisi jalan yang bervariasi. Menurut kelas jalan seluruhnya termasuk jalan kelas III C. Tabel 11.3 Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan, Kondisi Jalan dan Kelas Jalan Kriteria Jalan I. Jenis Permukaan a. Di aspal b. Kerikil c. Tanah d. Tidak diperinci Jumlah II. Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak berat Jumlah III. Kelas Jalan a. Kelas I b. Kelas II c. Kelas III d. Kelas III A e. Kelas III B f. Kelas III C g. Tidak diperinci Jumlah di Kabupaten Cilacap Tahun Panjang Jalan (Km) Tw 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.181, , , , , , , , ,173 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Cilacap 1.181, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,173 Jalan yang kondisinya baik pada kondisi Triwulan ada sepanjang 618,317 km atau sekitar 52,35 persen. Angka ini meningkat dibanding kondisi 126

142 tahun 2014 yang tercatat 612,447 km (51,85 persen). Diharapkan pada tahuntahun mendatang persentase jalan yang berkondisi baik akan semakin tinggi. Jalan dengan kondisi sedang pada triwulan tercatat sepanjang 168,047 km, jalan dengan kondisi rusak sepanjang 183,567 km dan yang rusak berat sepanjang 211,243 km Angkutan Darat, Angkutan Udara dan Angkutan Laut Pada tahun 2014 jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Cilacap sebanyak unit, yang terdiri dari kendaraan jenis sedan, jeep dan sejenisnya sebanyak unit, sementara itu jumlah bus, minibus dan sejenisnya sebanyak 568 unit, jumlah truk, pick up, tanki, tronton sebanyak unit, sedangkan jumlah kendaraan alatalat berat sebanyak 41 unit, dan yang terbanyak adalah jumlah sepeda motor/scooter yang tercatat sejumlah unit atau 92,29 persen dari seluruh kendaraan bermotor yang ada. Secara keseluruhan jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Cilacap naik sekitar 11,23 persen dari tahun sebelumnya, yaitu dari unit menjadi unit. Tabel 11.4 Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Obyek Pajak di DPPAD Propinsi Jawa Tengah UP3AD Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Kendaraan Bermotor (1) (2) (3) (4) (5) 1. Sedan, Jeep, Station Wagon, Minibus, Bemo dan Sejenisnya (plat hitam/a1) Sedan, Jeep, Station Wagon, Minibus, Bemo dan Sejenisnya (plat kuning/a2) Bus, Minibus dan Sejenisnya (plat hitam/b1) Bus, Minibus dan Sejenisnya (plat kuning/b2) Truck, Pick Up, Tanki, Tronton (plat hitam/c1) Truck, Pick Up, Tanki, Tronton (plat kuning/c2) Alatalat berat (D) Sepeda motor, Scooter dan lainlain (E) Jumlah

143 Sumber : DPPAD Propinsi Jawa Tengah UP3AD Kabupaten Cilacap Kabupaten Cilacap juga memiliki sarana perhubungan udara yaitu Bandara Tunggul Wulung. Frekuensi penerbangan di Bandara Tunggul Wulung pada tahun 2014 ini meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 tercatat ada pesawat yang datang dan yang berangkat, dengan jumlah penumpang yang tercatat masingmasing penumpang datang dan penumpang berangkat. Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat ini naik menjadi di tahun 2014 tetapi sayangnya kenaikan ini tidak diikuti dengan kenaikan jumlah penumpang yang justru turun menjadi penumpang datang dan penumpang berangkat. Kenaikan frekuensi penerbangan di tahun 2014 mencapai ini mencapai 35,58 persen, sementara penurunan jumlah penumpang berangkat sekitar 6,83 persen dan penurunan datang sekitar 8,70 persen. Diharapkan di tahuntahun mendatang kenaikan frekuensi penerbangan juga akan diikuti oleh kenaikan jumlah penumpang yang berangkat ataupun datang. Tabel 11.5 Banyaknya Lalu Lintas Pesawat Terbang dan Penumpang Melalui Pelabuhan Udara Tunggul Wulung Cilacap Tahun U r a i a n (1) (2) (3) (4) (5) Pesawat terbang a. Berangkat b. Datang Penumpang a. Berangkat b. Datang Sumber : Pelabuhan Udara Tunggul Wulung Kabupaten Cilacap Banyaknya kunjungan kapal ke Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap pada tahun 2014 tercatat sebanyak kapal, jumlah ini menurun dibanding jumlah kunjungan kapal tahun 2013 yang tercatat sebanyak unit. Dari kunjungan kapal pada tahun 2014 tersebut 247 merupakan jenis pelayaran luar negeri dan sisanya sebanyak merupakan jenis pelayaran dalam negeri. Dari kapal 128

144 yang berkunjung ke Pelabuhan Tanjung Intan membawa sebanyak ton gross register Ton (GRT) yang terdiri ton berasal dari GRT kapal arus luar negeri dan dari kapal dalam negeri sebanyak ton GRT. Walaupun jumlah kunjungan kapal di tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012, tetapi volume barang yang masuk ke pelabuhan Tanjung Intan mengalami peningkatan yang cukup besar dari GRT menjadi GRT atau meningkat sebesar 148,06 persen. Tabel 11.6 Arus Kapal Dalam Negeri dan Luar Negeri Melalui Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap Tahun U r a i a n (1) (2) (3) (4) (5) Dalam Negeri a. Unit Kapal b. Gross Register Ton (GRT) Luar Negeri a. Unit Kapal b. Gross Register Ton (GRT) T o t a l a. Unit Kapal b. Gross Register Ton (GRT) Sumber : PT. (Persero) PELINDO III Cabang Tanjung Intan 129

145 BAB XII POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN Politik Bab ini menyajikan gambaran umum mengenai kegiatan politik di Kabupaten Cilacap. Informasi politik yang disajikan mencakup : pemilu presiden dan wakil presiden, pemilu DPRD Kabupaten Cilacap, dan pemilu Kepala Daerah (pilkada) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan pasal 4 UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Presiden dibantu oleh satu orang wakil presiden merupakan pemegang kekuasaan pemerintahan. UndangUndang Dasar juga menyatakan bahwa calon presiden dan calon wakil presiden harus Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai presiden dan wakil presiden. Calon presiden dan calon wakil presiden diusulkan dalam satu pasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR. Pasangan calon terpilih adalah pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50 persen dari jumlah suara dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih setengah jumlah provinsi di Indonesia. 130

146 Tabel 12.1 Jumlah Penduduk yang Terdaftar dan Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Cilacap Uraian Jumlah (1) (2) 1. Terdaftar Menggunakan Hak Pilih Suara Sah Suara Tidak Sah Tidak Menggunakan Hak Pilih Sumber :Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Cilacap Pemilu DPRD Kabupaten Pasal 207 UndangUndang nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyatakan bahwa daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota adalah kecamatan atau gabungan kecamatan. Mengenai alokasi jumlah DPRD kabupaten/kota diatur dalam pasal 26 Undangundang tersebut. Jumlah suara sah dan tidak sah pada pemilu legislatif 2014 untuk memilih anggota DPRD Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut : Tabel 12.2 Jumlah Penduduk yang Terdaftar dan Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Cilacap Uraian Jumlah (1) (2) 1. Terdaftar Menggunakan Hak Pilih Suara Sah Suara Tidak Sah Tidak Menggunakan Hak Pilih Sumber : Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Cilacap 131

147 Sedangkan perolehan suara sah anggota DPRD Kabupaten Cilacap dalam Pemilu legislatif 2014 menurut partai politik peserta pemilu 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 12.3 Jumlah Perolehan Suara Sah Anggota DPRD Kabupaten Cilacap dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 menurut Partai Politik Nama Partai Politik Jumlah (1) (2) 1. Partai Nasdem Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Partai Golongan Karya (Golkar) Partai Gerinda Partai Demokrat (PD) Partai Amanat Nasional (PAN) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) 11. Partai Bulan Bintang (PBB) 12. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Total Suara Sah Sumber : Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Cilacap 132

148 Daerah Pemilihan (Dapil) untuk memilih anggota DPRD Kabupaten Cilacap ditetapkan sebanyak 6 Daerah Pemilihan, dengan jumlah kursi terbanyak terdapat di Dapil VI. Tabel 12.4 Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi yang Diperoleh di Masingmasing Dapil pada Pemilu 2014 Dapil Kecamatan Jumlah Kursi (1) (2) (3) I II III IV V VI Adipala, Kroya, Nusawungu, Binangun Maos, Sampang, Kesugihan, Jeruklegi Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, Cilacap Utara Kawunganten, Gandrungmangu, Bantarsari, Karangpucung, Kampunglaut Sidareja, Cipari, Kedungreja, Patimuan Cimanggu, Majenang, Wanareja, Dayeuhluhur J u m l a h 50 Sumber : Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Cilacap Penduduk Kabupaten Cilacap jumlahnya lebih dari satu juta jiwa, maka sesuai ketentuan jumlah kursi anggota DPRD kabupaten sebanyak 50 kursi. Berdasarkan hasil perolehan suara di setiap daerah Pemilihan, dari 12 Partai Politik di Kabupaten Cilacap yang mengajukan nama calon anggota DPRD, diperoleh hasil hanya 8 Partai Politik yang calonnya dapat duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Cilacap. Tiga Partai Politik yang mendapatkan kursi terbanyak adalah : PDIP dan Partai Golkar yang masingmasing mendapatkan jumlah kursi sebanyak 9 kursi dan Partai Gerindra yang mendapatkan 7 Kursi. 133

149 Tabel 12.5 Jumlah Perolehan Kursi Anggota DPRD Kabupaten Cilacap Pada Pemilu 2014 Partai Politik Dapil I Dapil II Dapil III Dapil IV Dapil V Dapil VI Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Partai Nasdem 0 2. PKB PKS PDIP Partai Golkar Partai Gerinda Partai Demokrat PAN PPP Partai HANURA 11. PBB 12. PKPI Jumlah Sumber : Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Cilacap Pemilihan Umum Kepala Daerah Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu tahap pencapaian baru dalam perkembangan demokrasi di Indonesia. Melalui mekanisme tersebut paling tidak secara prosedural kedaulatan politik benarbenar berada di tangan rakyat. Melalui Pilkada secara langsug, rakyat menentukan sendiri para pemimpin eksekutif daerah tanpa keterlibatan dan intervensi DPRD. Format pilkada secara langsung didasarkan pada Undang Udang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selain itu, pemerintah juga menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang (Perpu) menyusul keluarnya Keputusan Mahkamah Konstitusi atas permohonan judicial review sejumlah KPUD atas UU tersebut. Sebagai operasionalisasi dari UndangUndang nomor 32 tahun 2004 dan Perpu, 134

150 pemerintah menertibkan Peraturan Pemerintah (PP) No.6 tahun 2005 yang kemudian diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun Berkaitan dengan pencalonan, berbagai regulasi tentang pilkada tersebut mengatur bahwa pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah hanya dapat diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang perolehan kursi atau suaranya minimal 15 persen. Pada mulanya hanya partai atau gabungan partai yang memperoleh suara/kursi minimal 15 persen di DPRD saja yang berhak mengajukan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah, namun kemudian dibuka juga bagi gabungan partai yang berada di luar parlemen lokal tersebut. Mengenai mekanisme pencalonan, ayat 1, 3, dan 5 pasal 37 Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2005 secara berturutturut mengatur bahwa: Partai politik atau gabungan partai politik hanya dapat mengusulkan 1 (satu) pasangan calon; Partai politik atau gabungan partai politik sebelum menetapkan pasangan calon wajib membuka kesempatan yang seluasluasnya bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat untuk dilakukan penyaringan sebagai bakal calon; Proses penyaringan bakal calon sebagaimana dimaksud ayat (3), dilakukan secara demokratis dan transparan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam parpol atau gabungan parpol. Aspirasi publik yang menginginkan adanya calon perseorangan atau independen kemudian dilegalisasi dengan keluarnya putusan Mahkamah Kostitusi yang membuka peluang untuk calon independen untuk turut maju ke kancah pemilihan kepala daerah secara langsung. Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Cilacap untuk Periode Jabatan diikuti oleh dua pasang calon, yaitu : 1. Hj. Novita Wijayanti, SE, MM dan H. Muhammad Muslich, S.Sos, MM. 2. H. Tato Suwarto Pamuji dan H. Akhmad Edi Susanto, S.T. 135

151 12.2. Hukum Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Cilacap Periode Jabatan yang dilaksanakan pada tanggal 9 September 2012 dengan jumlah pemilih sebanyak orang. Pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak orang (62,89 persen), dengan perolehan suara sah sebanyak suara, dan tidak sah suara. Hasil perolehan pasangan calon yaitu : 1. Hj. Novita Wijayanti, SE, MM dan H. Muhamad Muslich, S.Sos, MM = suara 2. H. Tato Sowarto Pamuji dan H. Akhmad Edi Susanto, S.T = suara. Pembangunan di bidang hukum dapat menciptakan sistem dan produk hukum yang mengayomi dan memberikan landasan kegiatan hukum bagi masyarakat. Sebagai bagian dari upaya penegakan hukum di Kabupaten Cilacap, Pengadilan Negeri Cilacap telah menyelesaikan sejumlah perkara selama tahun Jumlah terdakwa yang telah diselesaikan oleh Pengadilan Negeri Cilacap selama tahun 2014 sebanyak 721 perkara dengan jumlah terdakwa sebanyak Sementara sampai dengan triwulan 1 tahun 2015 jumlah perkara yang diselesaikan Pengadilan Negeri Cilacap adalah sebanyak 174 perkara dengan jumlah terdakwa sebanayk 611 orang. Tabel 12.6 Jumlah Perkara dan Terdakwa yang Diselesaikan oleh Pengadilan Negeri Cilacap Tahun Tahun Perkara Terdakwa (1) (2) (3) *) Sumber : BPS, Cilacap Dalam Angka, *) Kondisi JanuariMaret 136

152 Dalam rangka menciptakan ketertiban hukum yang memberikan jaminan kepada masyarakat untuk mendapatkan perlindungan serta kepastian hukum, dibentuk aturan tertulis berupa PERDA (Peraturan Daerah). Selama Tahun 2014/2015 (sampai dengan bulan Februari) di Kabupaten Cilacap telah dikeluarkan sebanyak 27 perda, 5 perda diantaranya (tahun 2015) belum dapat diundangkan. Tanggal Tabel 12.7 Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Cilacap Nomor PERDA yang Dikeluarkan Selama Tahun 2014 Tentang (1) (2) (3) 27 Januari Januari Februari Februari Februari Februari Februari Juni Juni Juni Juni Juni Juni Juni Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus Des Des /2014 2/2014 3/2014 4/2014 5/2014 6/2014 7/2014 8/2014 9/ / / / / / / / / / / / / /2014 Pembinaan dan Pengelolaan Warung Internet Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Perubahan Atas Peraturan daerah Kabupaten Cilacap Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Cilacap Perubahan Atas Peraturan daerah Kabupaten Cilacap Nomor 4 Tahun 2012 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah di Kabupaten Cilacap Perusahaan Daerah Cahaya Husada Kabupaten Cilacap Pembebasan Biaya Pendidikan Dasar Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Kabupaten Cilacap Prosedur Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Cilacap Tata cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan, dan Tanda Daftar Industri Wajib Daftar Perusahaan Surat Izin Usaha Perdagangan Izin Lokasi Pengelolaan Pasar Desa di Kabupaten Cilacap Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2013 Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 5 Tahun 2010 tentang Penyertaan Modal Daerah Kabupaten Cilacap dalam rangka Pendirian Perusahaan Daerah (PD) Kawasan Industri Cilacap Pendirian Perusahaan Daerah Serba Usaha Kabupaten Cilacap Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Bidang Bidang Kesehatan di Kabupaten Cilacap Jaminan Kesehatan Daerah Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2014 Penyertaan Modal Daerah Kabupaten Cilacap Kepada Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2014 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2015 Sumber : BPS, Cilacap Dalam Angka 137

153 12.3. Keamanan Rasa aman merupakan kebutuhan bagi setiap orang, namun terjadinya berbagai jenis tindak kriminalitas menjadikan kita harus tetap waspada. Kejadian pencurian masih mendominasi jenis kriminalitas di wilayah Kabupaten Cilacap, yaitu jumlahnya mencapai 185 kasus (51,68 persen). Di sisi lain perlu menjadi keprihatin bersama, mengingat narkoba telah ikut mewarnai tindak kriminalitas di Cilacap, yaitu selama tahun 2014 sebanyak 46 kasus. Kebakaran juga cukup tinggi frekuensi kejadiannya, selama tahun 2014 terjadi 45 peristiwa kebakaran. Kejadian kriminalitas lain yang cukup menonjol adalah kenakalan remaja yang tercatat 49 kasus. Tabel 12.8 Banyaknya Kejadian Kriminalitas menurut Jenis Kriminalitas di Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Kriminalitas (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pencurian dengan pemberatan Pencurian kendaraan bermotor Pencurian dengan kekerasan Pembunuhan 3 5. Penganiayaan berat Kebakaran Narkotika Uang palsu Perkosaan Kenakalan Remaja 0 49 Total Sumber : Polres Cilacap Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di tahun 2014 tercatat orang, mengalami penurunan diabndingkan tahun sebelumnya yang tercatat orang. Secara rinci dari jumlah korban kecelakaan lalu lintas sebanyak orang tersebut adalah menderita luka ringan, 47 luka berat dan 12 orang meninggal dunia. 138

154 Tabel 12.9 Banyaknya Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Cilacap Tahun Jenis Kriminalitas Jumlah kecelakaan 2. Rincian kecelakaan : Meninggal dunia Luka berat Luka ringan 3. Jumlah korban (1) (2) (3) (4) (5) 4. Jumlah kerugian (.000 rupiah) Keterangan : *) Data tidak tersedia Sumber : Polres Cilacap *) *) *) *) *) *) 139

155 BAB XIII KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan analisa data Indikator Pembangunan Kabupaten Cilacap Tahun 2013 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak jiwa dengan pertumbuhan sebesar 0,35 persen, Angka Kelahiran Kasar (CBR) sebesar 11,4, Angka Kematian Kasar (CDR) sebesar 5,95 dan kepadatan penduduk mencapai 830 jiwa/km 2. Produksi padi sawah sebesar ton dengan luas panen hektar, perikanan laut sebanyak ,436 ton dengan nilai produksi sebesar ,577 juta rupiah, dan produksi perikanan air tawar (kolam) sebesar 4.443,962 ton dengan nilai produksi ,514 juta rupiah. 2. Secara umum Angka Partisipasi Murni (APM) untuk jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK meningkat, kualitas penduduk dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan menunjukkan keadaan yang belum memuaskan. Sekitar 64,02 persen penduduk berumur 10 tahun ke atas berpendidikan SD ke bawah, dimana tahun 2013 jumlah penduduk yang berpendidikan SD ke bawah masih mencapai 63,08 persen. Ratarata lama sekolah mencapai 6,93 tahun sedikit meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 6,80 tahun. Artinya ratarata pendidikan penduduk usia 15 tahun ke atas baru mencapai jenjang kelas 1 SMP/MTs Sederajat. Peningkatan ratarata lama sekolah memang tidak dapat dicapai dalam waktu yang singkat perlu jangka waktu yang cukup lama untuk meningkatkannya. 3. Upaya mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat ditunjang dengan tersedianya 38 Puskesmas yang tersebar di setiap kecamatan, atau satu puskesmas ratarata melayani penduduk, 16 diantaranya telah dilengkapi pelayanan rawat inap. Disamping itu terdapat Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak 73 dan buah Posyandu. 4. Penolong proses kelahiran oleh tenaga medis (dokter dan bidan) mencapai 92,67 persen. Ratarata lama pemberian ASI balita sekitar 64,11 persen disusui selama 12 bulan ke atas, yang kurang dari satu tahun sekitar 35,89 persen. Secara umum persentase Balita yang pernah mendapat imunisasi lengkap cukup tinggi, yaitu di 140

156 atas 75,00 persen untuk jenis imunisasi (BCG, DPT, Polio, Campak/Morbili). Untuk Hepatitis B cakupan imunisasi mencapai 74,24 persen. 5. Jumlah akseptor KB baru tahun 2014 sebanyak peserta, akseptor KB aktif pasang. Akseptor KB baru maupun akseptor KB aktif sebagian besar menggunakan kontrasepsi Non MKJP, yaitu sebanyak pasang (82,01 persen) untuk akseptor baru dan sebanyak pasang (75,40 persen) peserta aktif, dengan jenis paling diminati adalah Suntik baik untuk akseptor baru maupun peserta aktif. 6. Secara umum kualitas rumah penduduk menunjukkan kondisi rumah layak. Indikasinya adalah sekitar 80,20 persen rumah tangga tinggal dalam bangunan dengan luas lantai yang berukuran 50 meter persegi ke atas, rumah dengan jenis lantai bangunan terluas bukan tanah sebesar 85,38 persen, 73,81 persen bangunan tempat tinggal berdinding tembok, tempat tinggal beratapkan genteng sebesar 80,82 persen, rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan listrik yang dikelola oleh PLN sebesar 99,62 persen. Kualitas rumah kaitannya dengan fasilitas sanitasi sudah bagus, ditunjukkan dengan banyaknya rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat pembuangan akhir tinja berupa tangki sekitar 70,15 persen. 7. Pola konsumsi penduduk di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 tidak terlalu jauh berbeda dengan tahun 2013, tahun 2013 persentase terbesar berupa pengeluaran non makanan, pada tahun 2014 ini persentase pengeluaran non makanan juga lebih besar dibanding makanan yaitu mencapai 50,30, sedangkan persentase pengeluaran makanan mencapai 49,70 persen. Sebagian besar konsumsi makanan digunakan untuk konsumsi padipadian (17,01 persen), konsumsi makanan/minuman jadi (27,28 persen), tembakau dan sirih (15,90 persen), sedangkan konsumsi non makanan sebagian besar digunakan untuk keperluan perumahan dan fasilitas rumahtangga sebesar 34,30 persen dan aneka barang dan jasa sebesar 37,39 persen. Pendapatan penduduk yang dihitung berdasarkan pendekatan pengeluaran adalah sebesar sebesar rupiah per kapita per bulan. Berdasarkan ukuran Gini Ratio dan Kriteria Bank Dunia tingkat pemerataan pendapatan penduduk Kabupaten Cilacap di tahun 2014 sedikit lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, artinya tingkat ketimpangannya sedikit berkurang. 141

157 8. Tingkat ketimpangan pemerataan pendapatan penduduk Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 sedikit mengalami penurunan yang ditunjukkan oleh angka gini rasio yang turun dari 0,3700 menjadi 0,3438. Fakta tersebut juga diperkuat dengan hasil perhitungan pemerataan pendapatan berdasarkan kriteria bank dunia dimana pendapatan yang diperoleh golongan masyarakat 40 persen berpendapatan rendah mengalami kenaikan dari 19,75 persen di tahun 2013 menjadi 20,25 persen di tahun Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode menunjukkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. Garis Kemiskinan Kabupaten Cilacap tahun 2013 sebesar rupiah per kapita per bulan. Indeks Kedalaman Kemiskinan tahun 2013 sebesar 2,06 lebih rendah dibandingkan tahun 2012 (2,22). Demikian pula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,50 (tahun 2012) menjadi 0,45 pada tahun Jumlah angkatan kerja di tahun 2014 sebanyak jiwa, dengan TPAK sebesar 63,24 persen. TPAK lakilaki jauh lebih besar dari pada TPAK perempuan, masingmasing sebesar 80,88 persen dan 45,83 persen. Jumlah pengangguran sebanyak atau TPT 5,65 persen. Penduduk yang bekerja mayoritas mempunyai latar belakang pendidikan <=SD yaitu 65,61 persen dan sebagian besar bekerja di sektor pertanian yaitu 34,72 persen. 11. Upah Minimum Kabupaten (UMK) Cilacap tahun 2015 untuk Wilayah Kota sebesar rupiah, Wilayah Timur rupiah dan Wilayah Barat rupiah. 12. Sumbangan terbesar PDRB Kabupaten Cilacap tahun 2014 atas dasar harga konstan tanpa minyak adalah sektor Pertanian yaitu sebesar 28,49 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 mencapai 5,09 persen sedikit lebih rendah bila dibandingkan tahun 2013 yang tumbuh sebesar 5,50 persen. 13. Angka ICOR Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 4,82 turun dari dari tahun 2013 yang sebesar 6,70. Angka tersebut dapat diartikan bahwa untuk menaikkan PDRB sebesar 1 unit produksi diperlukan investasi sebesar 3,97 unit produksi. Artinya tingkat efisiensi bertambah. 142

158 14. Inflasi tahunan di tahun 2015 (sampai dengan bulan September 2015) sebesar 1,85 persen lebih tinggi dari inflasi tahunan Propinsi Jawa Tengah (1,54 persen) tetapi lebih rendah dari inflasi tahunan Nasional (2,24 persen) untuk periode yang sama. 15. Kontribusi Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Pendapatan Daerah tahun anggaran 2014 sebesar 54,54 persen, sedangkan sumbangan PAD terhadap Pendapatan Daerah sebesar 15,79 persen. Belanja Daerah tahun anggaran 2014 diperuntukan belanja tidak langsung sebesar 61,72 persen dan belanja langsung sebesar 38,28 persen. 16. Indeks Pembangunan Manusia sebagai salah satu indikator kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Cilacap dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 IPM Kabupaten Cilacap (dihitung dengan metode baru) tercatat 67,25 meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 66, Kunjungan wisatawan ke Cilacap di tahun 2014 tercatat wisatawan mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 26,41 persen dibanding tahun Kedepan diharapkan jumlah kunjungan wisatawan dapat kembali meningkat untuk memberikan tambahan pendaoatan untuk Kabupaten Cilacap. Sebagai penunjang kegiatan wisata, di Kabupaten Cilacap tersedia sebanyak 49 hotel/losmen yang terdiri dari 11 hotel bintang dan 38 hotel non bintang. 18. Pada tahun 2015 (akhir triwulan 1) panjang jalan di Kabupaten Cilacap adalah 1.181,173 km dengan kondisi jalan baik sepanjang 618,317 km (52,35 persen), kondisi sedang sepanjang 168,047 km (14,23 persen), kondisi rusak sepanjang 183,567 km (15,54 persen) dan yang rusak berat sepanjang 211,243 km (17,88 persen). 19. Frekuensi penerbangan di Bandara Tunggul Wulung pada tahun 2014 ini meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya. Tetapi peningkatan frekuensi penerbangan ini tidak dibarengi peningkatan jumlah penumpang yang mengalami penurunan sebesar 6,83 persen (penumpang berangkat) dan 8,70 persen penumpang datang. 20. Tingkat pertisipasi pemilih dalam Pilpres ataupun Pemilu Legislatif tidak telalu menggembirakan, dari pemilih yang terdaftar di KPU hanya 65,27 persen saja yang 143

159 menggunakan hak pilihnya pada Pilpres 2014 dan 65,33 persen pada Pemilu Legislatif Rendahnya partisipasi pemilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya kemungkinan antara lain disebabkan karena mereka yang terdaftar tersebut secara domisili, atau tempat bekerja mereka berada di luar Kabupaten Cilacap, hanya saja mereka masih terdaftar sebagai warga Cilacap. 21. Partai Politik yang memperoleh Kursi Anggota DPRD terbanyak di Kabupaten Cilacap adalah Partai PDIP dan Golkar masing sebanyak 9 kursi. Sedangkan 4 partai tidak mempunyai perwakilan di DPRD yaitu Partai Nasdem, Partai HANURA, PBB dan PKPI. 22. Selama tahun 2014/2015 jumlah Peraturan Daerah yang diterbitkan sebanyak 22 Peraturan Daerah. Selain itu sampai Maret 2015 ada 5 Perda 2015 yang belum dapat di Undangkan. 23. Selama tahun 2014 jenis kriminalitas yang paling banyak adalah pencurian (185 kasus). Sedangkan jumlah perkara dan terdakwa yang diselesaikan selama periode JanuariMaret 2015 di Pengadilan Negeri Cilacap sebanyak 174 perkara dengan jumlah terdakwa sebanyak 611 orang. 144

160 Publikasi Indikator Pembangunan Kabupaten Cilacap 2015, terdiri dari : BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII BAB VIII BAB IX BAB X BAB XI BAB XII BABA XIII : PENDAHULUAN : GAMBARAN UMUM KABUPATEN CILACAP : PENDIDIKAN : KESEHATAN : PERUMAHAN : POLA KONSUMSI DAN PENDAPATAN PENDUDUK : KEMISKINAN : KETENAGAKERJAAN : PEREKONOMIAN DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA : PARIWISATA : POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN : KESIMPULAN

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP ; PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Cilacap, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kab. Cilacap. SUBIYANTO, S.Si NIP

Sekapur Sirih. Cilacap, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kab. Cilacap. SUBIYANTO, S.Si NIP Sekapur Sirih Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan salah satu agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan, pada tahun 2010

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KAB UPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Cilacap Selatan berada dipusat kota Cilacap

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia,

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia, KATA PENGANTAR Dengan niat yang tulus, segala bentuk kebijakan, program dan kegiatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan dengan harapan semoga gerak langkah kita selalu diberkahi

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 62 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 62 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 62 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 1158 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENYEDIAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (RAD AMPL)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM DAFTAR TABEL GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis Tabel 1.1.1. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat Di Kabupaten Subang, 6 Tabel 1.1.2. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Kemiringan Lereng Di Kabupaten

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,02 6,23 6,07 6,45 6,33 6,63 5,89** 2 PDRB Per Kapita (Harga Berlaku) Rp. Juta

Lebih terperinci

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap* Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap* Sebagai Kabupaten dengan wilayah administrasi terluas di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap menyimpan potensi sumberdaya alam yang melimpah. Luas Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENYEDIAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015-2019 BUPATI LUMAJANG,

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 119 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN BADAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012-2017 NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SATUAN 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Tebo

RPJMD Kabupaten Tebo Halaman Tabel 2.1 Topografi Kabupaten Tebo II-3 Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Tebo II-4 Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tebo Tahun 2000- II-6 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

Realisasi Tahun ,9 64,25 61,59 105,6 103,3 100,9 100,4 100,3 104,86 108,42

Realisasi Tahun ,9 64,25 61,59 105,6 103,3 100,9 100,4 100,3 104,86 108,42 No. Capaian Kinerja Urusan Pendidikan Dinas P Dan K Kab. Cilacap Realisasi Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1. Angka rata-rata lama sekolah 6,27 6,28 6,43 6,48 6,58 6,9 7,03 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENYEDIAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (RAD AMPL) KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2015-2019 BUPATI TANGGAMUS,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA ASKI DAERAH PENYEDIAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (RAD-AMPL) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015-2019

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan Puji dan Syukur yang tak terhingga atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 telah selesai disusun dan menjadi

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti Surat

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

PENJABAT BUPATI OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN PENJABAT BUPATI OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN PENJABAT BUPATI OGAN ILIR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENYEDIAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN OGAN ILIR

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Miskin Kabupaten Pati Tahun Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun

DAFTAR TABEL. Miskin Kabupaten Pati Tahun Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun DAFTAR TABEL Tabel. 2.1. Perbandingan Penduduk Kabupaten Pati dan Prov Jateng Tahun 2007- II 8 Tabel. 2.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan & Atas Dasar Harga II 8 Berlaku Kabupaten Pati Tahun 2007- Tabel.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENYEDIAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2016-2019

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3. Hubungan Antar-Dokumen Perencanaan... I-6 1.4. Maksud

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM LUAS WILAYAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2015... 1 STATISTIK GEOGRAFIS PROVINSI JAMBI... 2 NAMA IBUKOTA KAB/KOTA DAN JARAK KE IBUKOTA PROVINSI MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2015... 3 JUMLAH

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENYEDIAAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2015-2019 BUPATI BARITO KUALA,

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

METODOLOGI. 3. Cakupan Imunisasi Lengkap, Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik RI (BPS RI)

METODOLOGI. 3. Cakupan Imunisasi Lengkap, Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik RI (BPS RI) 28 METODOLOGI Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang berasal dari berbagai instansi terkait. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015 DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017 MISI I : MEWUJUDKAN TATA RUANG WILAYAH KE DALAM UNIT UNIT OPERASIONAL YANG TEPAT DARI SISI EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN KEAMANAN NEGARA 1 Meningkatnya

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Per-Kecamatan di Kabupaten Sintang Tahun... Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun 2010... Jumlah Kebutuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci