Gambar IV-1 Tahap penerapan kerangka kerja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar IV-1 Tahap penerapan kerangka kerja"

Transkripsi

1 44 Bab IV Penerapan Kerangka Kerja Penyelarasan Bisnis dan TI IV.1 Tahap Penerapan Kerangka Kerja Bab 4 menjelaskan penerapan kerangka kerja penyelarasan yang telah dikembangkan. Penerapan kerangka kerja bertujuan untuk menjelaskan tahapan dalam menerapkan kerangka kerja dalam organisasi. Sebagaimana telah dijelaskan di Bab 3, kerangka kerja terdiri dari 4 (empat) proses penyelarasan, yaitu integrasi strategi, penurunan strategi, integrasi operasional, dan evaluasi penyelarasan. Tahapan penerapan kerangka kerja melingkupi penerapan keempat proses penyelarasan tersebut beserta keterkaitannya. Tahapan utama penerapan kerangka kerja meliputi penilaian tingkat kematangan penyelarasan, evaluasi penyelarasan, dan pengembangan strategi penyelarasan (Gambar IV-1). (1) Penilaian tingkat kematangan penyelarasan Penilaian tingkat kematangan penyelarasan merupakan tahap penerapan kerangka kerja yang menyediakan dasar bagi proses ke-4 kerangka kerja, yaitu evaluasi penyelarasan. Metode yang digunakan dalam penilaian tingkat kematangan penyelarasan adalah metode yang diadaptasi dari Lutman. Metode Delphi 3 (tiga) putaran digunakan dalam pengumpulan data. Keluaran dari tahap ini adalah nilai/tingkat kematangan keempat proses penyelarasan beserta detil nilai kematangan ukuran keempat proses penyelarasan tersebut. Penilaian tingkat kematangan penyelarasan (Bab IV.3) Evaluasi penyelarasan (Bab IV.4) Pengembangan strategi penyelarasan (Bab IV.5) Gambar IV-1 Tahap penerapan kerangka kerja

2 45 (2) Evaluasi penyelarasan Tahap evaluasi penyelarasan merupakan penerapan proses ke-4 dari kerangka kerja. Evaluasi penyelarasan difokuskan pada identifikasi dan analisis kelemahan penyelarasan bisnis dan TI di organisasi. Nilai/tingkat kematangan penyelarasan yang dihasilkan dari tahap sebelumnya menjadi dasar dalam identifikasi dan analisis kelemahan proses-proses penyelarasan. Kelemahan-kelemahan tersebut dikelompokkan kedalam beberapa kelompok prioritas perbaikan. Daftar prioritas perbaikan merupakan dasar untuk mengembangkan strategi perbaikan penyelarasan. (3) Pengembangan strategi penyelarasan Tahap pengembangan strategi penyelarasan merupakan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi. Tahap ini difokuskan pada pengembangan tindakan-tindakan mendasar dalam memperbaiki penyelarasan pada 4 (empat) proses dalam kerangka kerja penyelarasan. Daftar prioritas perbaikan yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya dijadikan acuan dalam merumuskan strategi-strategi perbaikan penyelarasan. IV.2 Objek Studi Kasus Penerapan kerangka kerja penyelarasan dilakukan melalui studi kasus di Universitas Islam Bandung (Unisba). Latar belakang pemilihan institusi pendidikan tinggi sebagai objek studi kasus adalah peningkatan intensitas penerapan TI dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi. Peran institusi pendidikan tinggi sebagai pusat pengembangan pengetahuan semakin membutuhkan peran TI dalam pengelolaan pengetahuannya. Unisba sebagai penyelenggara pendidikan tinggi tidak terlepas dari kebutuhan tersebut. Hal ini dibuktikan Unisba melalui pengembangkan sistem informasi pendidikan secara intensif sebagai bagian dari Program Hibah Kompetetisi Institusi (PHKI) DIKTI mulai tahun Peningkatan intensitas TI di Unisba menimbulkan kebutuhan akan tata kelola TI agar peran dan pemanfaatan TI dapat memberikan nilai kepada institusi secara optimal. Sebagai faktor utama dalam tata kelola TI, maka penyelarasan TI di Unisba seharusnya mulai diperhatikan.

3 46 IV.3 Penilaian Tingkat Kematangan Penyelarasan IV.3.1 Metode Delphi dalam Penilaian Penilaian tingkat kematangan penyelarasan TI menggunakan ukuran-ukuran dari keempat proses penyelarasan dalam kerangka kerja. Ukuran-ukuran penyelarasan yang dimaksud terdiri dari 6 kriteria, yaitu komunikasi, kompetensi/pengukuran nilai, tata kelola, kemitraan, lingkup dan arsitektur TI dan sumber daya manusia. Setiap kriteria direpresentasikan oleh beberapa atribut dengan jumlah keseluruhan adalah 37 atribut untuk keenam kriteria (Lampiran A). Bagian penting dari penilaian adalah dilakukannya penilaian dari tim yang terdiri dari pengelola bisnis dan pengelola TI. Konvergensi dari konsensus tingkat kematangan dan diskusi yang terjadi sangat bernilai dalam memahami masalah dan kesempatan yang perlu ditindaklanjuti untuk meningkatkan penyelarasan bisnis dan TI. Penilaian kematangan penyelarasan TI menggunakan metode Delphi. Pemilihan metode ini terkait dengan dengan karakteristiknya, yaitu sebuah metode untuk menstrukturkan proses komunikasi dalam grup sehingga efektif bagi individu dalam kesatuan grup untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan lintas disiplin. Selain itu, metode Delphi menyediakan umpan balik secara berulang yang memungkinkan responden merevisi jawaban sehingga akan meningkatkan tingkat kesepekatan/konsensus di antara responden dalam grup. IV.3.2 Pengumpulan Data Sebuah grup responden dibentuk dari 4 (empat) orang yang terdiri dari dua ahli pengelolaan bisnis/instistusi dan dua ahli pengelolaan TI Unisba, yaitu : (1) Kepala Badan Penjaminan Mutu (BPM) Unisba (2) Koordinator Penyempurnaan Tata Kelola Unisba (3) Kepala Pusat Pengolahan Data (Puslahta) Unisba (4) Koordinator Pengembangan Sistem Informasi Pendidikan Unisba.

4 47 Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh responden dan didukung dengan wawancara terhadap mereka untuk mendapatkan alasan penilaian. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu kuesioner A dan kuesioner B. (1) Kuesioner A (Lampiran B) berisi daftar kriteria dan atribut penyelarasan yang harus divalidasi oleh responden untuk mendapatkan ukuran penyelarasan yang sesuai bagi objek yang dinilai. (2) Kuesioner B (Lampiran C) berisi daftar pertanyaan untuk setiap atribut dan menyediakan pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan dalam bentuk pernyataan bertingkat dengan ranah a sampai dengan e yang bersesuaian dengan tingkat kematangan 1 sampai dengan 5. Pengisian kuesioner oleh setiap responden dilakukan secara terpisah (berbeda waktu dan tempat). Responden mengisi kuesioner dalam 3 (tiga) putaran. (1) pertama, responden diminta untuk memberikan umpan balik terhadap daftar kriteria dan atribut penyelarasan TI yang telah didefinisikan dari studi literatur dengan mengisi kuesioner A. Responden diberikan kesempatan untuk menilai kesesuaian kriteria dan atribut tersebut jika diterapkan di Unisba, dan untuk memberikan komentar lainnya terkait dengan kriteria atau atribut tersebut. Fokus dari putaran pertama adalah untuk validasi daftar kriteria dan atribut sebagai ukuranukuran penyelarasan TI di Unisba. (2) kedua, responden diminta untuk menilai tingkat kematangan penyelarasan untuk setiap atribut penyelarasan pada ranah nilai atau tingkat 1 sampai dengan 5 dengan mengisi kuesioner B. Tujuan dari putaran kedua adalah mendapatkan kesepakatan awal pada tingkat kematangan penyelarasan. Hasil penilaian pada putaran kedua adalah berupa rata-rata nilai kematangan untuk setiap atribut dan kriteria, nilai kematangan proses-proses penyelarasan, nilai kematangan penyelarasan secara keseluruhan, dan Tingkat Kesepakatan dari putaran kedua. Hasil tersebut diberitahukan kepada responden sebagai acuan bagi mereka untuk merevisi penilaian pada putaran ketiga.

5 48 (3) ketiga, responden diminta untuk mengevaluasi nilai atau tingkat penyelarasan yang dihasilkan pada putaran kedua dan diberikan kesempatan untuk merevisi penilaiannya dengan mengisi kuesioner B sekali lagi. Tujuan utama dari putaran ketiga adalah mendapatkan tingkat kesepakatan/konsensus yang lebih besar dari grup responden. Hasil penilaian pada putaran ketiga merupakan revisi dari hasil penilaian pada putaran kedua dengan Tingkat Kesepakatan yang lebih besar dari putaran kedua. Tingkat Kesepakatan ini menunjukkan derajat kepercayaan terhadap hasil penilaian. IV.3.3 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan melalui 3 (tiga) tahap sebagai tindak lanjut dari setiap putaran dalam pengumpulan data. (1) Tahap pertama, setiap atribut dan kriteria yang telah divalidasi dan dikomentari oleh responden dalam kuesioner A disusun dan dirumuskan kembali. Kriteria dan atribut yang dinilai sesuai oleh sebagian besar responden ditetapkan sebagai ukuran penyelarasan yang valid. Sedangkan kriteria dan atribut yang dinilai tidak sesuai oleh sebagian besar responden akan dekeluarkan dari daftar ukuran yang valid. Setiap ukuran (atribut) yang valid dijadikan sebagai kata kunci dari setiap pertanyaan dalam kusioner B. (2) Tahap kedua, data yang dihasilkan dari kuesioner B pada putaran kedua diolah untuk mendapatkan nilai kematangan setiap atribut, nilai kematangan setiap proses penyelarasan, nilai kematangan penyelarasan secara menyeluruh, dan Tingkat Kesepakatan untuk putaran pertama. Nilai kematangan atribut dihitung dengan merata-ratakan semua nilai yang diberikan oleh responden terhadap atribut tersebut. Nilai kematangan proses penyelarasan dihitung dengan merata-ratakan nilai kematangan semua atribut yang menjadi ukuran proses tersebut. Nilai kematangan penyelarasan dihitung dengan merata-ratakan nilai kematangan semua atribut. Nilai kematangan penyelarasan tidak dihitung dengan merata-

6 49 ratakan nilai kematangan semua proses penyelarasan, karena terdapat beberapa atribut yang dipakai bersama sebagai ukuran kinerja beberapa proses penyelarasan yang berbeda. Tingkat kesepakatan dihitung berdasarkan Rumus Tingkat Kesepakatan (Gambar II-10). Interpretasi terhadap tingkat kesepakatan mengacu kepada ketentuan ranah tingkat kesepakatan minimum dan maksimum (Gambar II-11). Hasil pengolahan data pada putaran kedua dipublikasikan kepada responden untuk dijadikan dasar bagi responden dalam menjawab setiap pertanyaan dalam kuesioner B di putaran ketiga. Hasil pengolahan data yang dipublikasikan tersebut terutama adalah nilai kematangan setiap atribut, karena setiap atribut tersebut bersesuaian dengan satu pertanyaan dalam kuesioner B. (3) Tahap ketiga, data yang dihasilkan dari kuesioner B pada putaran ketiga diolah seperti pengolahan tahap kedua. Hasil pengolahan tahap ketiga dianalisis dan diambil beberapa kesimpulan terutama terhadap nilai akhir kematangan penyelarasan dan tingkat kesepakatan yang dicapai. IV.3.4 Hasil Penilaian dan Analisis Data dan hasil pengolahan data tahap pertama, tahap kedua, dan tahap ketiga ditunjukkan masing-masing secara lengkap dalam lampiran (Lampiran D, Lampiran E, Lampiran F). Hasil pengolahan data penilaian tingkat kematangan penyelarasan TI di Unisba meliputi nilai kematangan atribut penyelarasan, nilai kematangan kriteria penyelarasan, nilai kematangan proses-proses penyelarasan, nilai kematangan penyelarasan dan tingkat kesepakatan (1) Nilai kematangan atribut penyelarasan Ringkasan hasil pengolahan data untuk hasil validasi atribut dan nilai kematangan atribut ditunjukkan dalam Tabel IV-1. Hasil putaran pertama, seluruh atribut yang dikonfirmasikan kepada responden dalam kuesioner A dinyatakan sesuai semua. Seluruh responden berpendapat bahwa kriteria dan atribut penyelarasan yang ditanyakan adalah sesuai dan dapat digunakan untuk menilai tingkat kematangan penyelarasan TI di Unisba.

7 50 Tabel IV-1 Validasi atribut dan nilai kematangan atribut No. Atribut ke-1 ke-2 ke-3 1 Pemahaman bisnis oleh TI Sesuai Pemahaman TI oleh bisnis Sesuai Pembelajaran organisasi Sesuai Tipe dan kemudahan akses/komunikasi Sesuai Penyebaran pengetahuan Sesuai Keluasan/efektifitas hubungan Sesuai Ukuran kinerja TI Sesuai Ukuran kinerja bisnis Sesuai Ukuran berimbang Sesuai Kesepakatan Tinglat Layanan (SLA) Sesuai Benchmarking Sesuai Penilaian/kaji ulang secara formal Sesuai Perbaikan berkesinambungan Sesuai Perencanaan strategi bisnis Sesuai Perencanaan strategi TI Sesuai Struktur pelaporan/organisasi Sesuai Pengendalian anggaran Sesuai Pengelolaan investasi TI Sesuai Steering Commitee Sesuai Proses prioritas Sesuai Persepsi bisnis terhadap nilai TI Sesuai Peran TI dalam perencanaan strategi bisnis Sesuai Pencapaian, Risiko, penghargaan/sanksi Sesuai Pengelolaan program TI Sesuai Tipe hubungan/kepercayaan Sesuai Dukungan bisnis Sesuai Tradisional, pendukung/pemicu, eksternal Sesuai Pendefinisian standar Sesuai Integrasi arsitektur Sesuai Transparansi arsitektur, fleksibilitas Sesuai Inovasi, enterpreneurship Sesuai Letak kepercayaan Sesuai Gaya manajemen Sesuai Kesiapan berubah Sesuai Pertukaran karir Sesuai Pendidikan, pelatihan lintas bidang Sesuai Sosial, politik, lingkungan Sesuai Hasil putaran kedua, nilai kematangan atribut bervariasi antara 1 sampai dengan 3, yaitu : 20 atribut mempunyai nilai kurang dari 2, 15 atribut antara nilai 2 dan 3, dan 2 atribut yang mempunyai nilai 3 atau lebih. Dua

8 51 atribut yang mempunyai nilai kematangan 3 atau lebih adalah pemahaman bisnis oleh TI (1) dan perencanaan strategi bisnis (14). Hasil putaran ketiga, nilai kematangan atribut secara bervariasi antara 1 sampai dengan 3, yaitu : 15 atribut mempunyai nilai kurang dari 2, 21 atribut antara nilai 2 dan 3, dan 1 atribut yang mempunyai nilai 3. Nilai kematangan beberapa atribut mengalami peningkatan ke tingkat 2 setelah adanya konfirmasi hasil putaran kedua. Atribut yang konsisten mempunyai nilai kematangan 3 adalah pemahaman institusi oleh TI. Nilai kematangan ini didukung oleh kenyataan bahwa Puslahta sebagai fungsi TI di Unisba telah berperan cukup lama dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di Unisba. Peran tersebut terutama terletak pada Kepala Puslahta yang telah membangun dan memelihara sistem informasi akademik sejak awal pendirian Puslahta sampai sekarang. Beberapa atribut lainnya yang mendekati tingkat kematangan 3 adalah pemahaman TI oleh institusi, perencanaan strategi institusi, dukungan institusi, dan diklat lintas bidang. Nilai kematangan atribut-atribut tersebut didukung oleh kenyataan bahwa Unisba sedang menjalankan PHKI termasuk dalam bidang perbaikan dan pengembangan sistem informasi pendidikan. Pelaksanaan program ini membutuhkan komitmen dan keterlibatan langsung para pimpinan institusi. Oleh karena itu, para pimpinan institusi mulai memahami dan medukung pengembangan peran TI di Unisba. (2) Nilai kematangan kriteria penyelarasan Ringkasan hasil pengolahan data untuk nilai kematangan kriteria penyelarasan pada dasarnya merupakan agregat dari nilai kematangan atribut-atribut (ditunjukkan dalam Tabel IV-2). Hasil putaran kedua, nilai kematangan kriteria penyelarasan dibawah nilai 3 semua. Kriteria yang mempunyai nilai dibawah 2 adalah kompetensi/pengukuran nilai, cakupan dan arsitektur TI, dan SDM. Sedangkan, kriteria yang mempunyai nilai antara 2 dan 3 adalah komunikasi, tata kelola, dan kemitraan. Hasil

9 52 putaran ketiga, nilai kematangan kriteria penyelarasan dibawah nilai 3 semua. Variasi kategori hasil putaran ketiga yang sama dengan hasil putaran kedua. Tabel IV-2 Nilai kematangan kriteria penyelarasan Kriteria Penyelaraan ke-1 ke-2 ke-3 Komunikasi Kompetensi/pengukuran nilai Tata kelola Kemitraan Cakupan dan Arsitektur TI Sumber Daya Manusia Hasil kematangan kriteria-kriteria penyelerasan di atas didukung oleh kenyataan bahwa Unisba masih menghadapi permasalahan umum SDM, arsitektur sistem dan teknologi informasi yang belum terintegrasi, serta belum adanya mekanisme formal dan standar dalam pengukuran pemanfaatan TI. Sedangkan kedekatan dan sistem kekeluargaan yang sangat kental di Unisba mendukung kematangan yang lebih baik dalam komunikasi, tata kelola, dan kemitraan. (3) Nilai kematangan proses-proses penyelarasan Ringkasan hasil pengolahan data untuk nilai kematangan proses-proses penyelarasan ditunjukkan dalam Tabel IV-3. Tabel tersebut merupakan agregat dari nilai kematangan proses, kriteria dan atribut penyelarasan yang nilai akhirnya secara lengkap ditunjukkan dalam Tabel IV-4 dan Tabel IV-5. Hasil putaran kedua, nilai kematangan proses-proses penyelarasan di bawah nilai 3 semua. Proses yang mempunyai nilai dibawah 2 adalah integrasi operasional dan evaluasi penyelarasan. Sedangkan, proses yang mempunyai nilai antara 2 dan 3 adalah integrasi strategi dan penurunan strategi. Hasil putaran ketiga, nilai kematangan proses-proses penyelarasan dibawah nilai 3 semua. Variasi kategori hasil putaran ketiga yang sama dengan hasil putaran kedua.

10 53 Tabel IV-3 Nilai kematangan proses-proses penyelarasan Proses Penyelaraan ke-1 ke-2 ke-3 Integrasi strategi Penurunan strategi Integrasi operasional Evaluasi penyelarasan Kinerja proses integrasi strategi dan penurunan strategi sangat terkait dengan komunikasi vertikal dan horisontal, serta proses-proses tata kelola di level strategis. Nilai kematangan proses integrasi strategi dan penurunan strategi telah diindikasikan dengan nilai kematangan komunikasi, tata kelola, dan kemitraan yang berada pada tingkat 2. Kinerja kedua proses tersebut masih berada pada tingkat kematangan 2 sehingga menjadi wilayah potensial untuk ditingkatkan. Kinerja proses integrasi operasional dan evaluasi penyelarasan masih berada pada tingkat kematangan di bawah 2. Nilai kematangan kedua proses ini diindikasikan dengan nilai kematangan kriteria kompetensi/pengukuran nilai, cakupan dan arsitektur TI, dan SDM yang berada pada tingkat dibawah 2. Oleh karena itu, kinerja proses integrasi operasional dan evaluasi penyelarasan menjadi wilayah potensial dan prioritas untuk diperbaiki. Nilai akhir kematangan proses-proses penyelarasan beserta kriteria dan atributnya didapatkan berdasarkan hasil penilaian pada putaran ketiga sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel IV-4 dan Tabel IV-5. Tabel IV-4 Kematangan proses, kriteria dan atribut penyelarasan Proses Kriteria No. Atribut Nilai Akhir Integrasi Strategi (2.3) Komunikasi (2.4) 1 Pemahaman bisnis oleh TI Pemahaman TI oleh bisnis Pembelajaran organisasi Tipe dan kemudahan akses/komunikasi Penyebaran pengetahuan Keluasan/efektifitas hubungan 1.5

11 54 Tabel IV-5 Kematangan proses, kriteria dan atribut penyelarasan (lanjutan) Proses Kriteria No. Atribut Nilai Akhir Integrasi Strategi (2.3) Penurunan Strategi (2.3) Integrasi Operasional (1.8) Evaluasi Penyelarasan (1.7) Tata kelola (2.3) Komunikasi (2.1) Tata kelola (2.4) Kompetensi/ pengukuran nilai (1.7) Kemitraan (2.0) Cakupan dan arsitektur TI (1.7) Sumber Daya Manusia (1.9) Kompetensi/ pengukuran nilai (1.7) 14 Perencanaan strategi bisnis Perencanaan strategi TI Struktur pelaporan/organisasi Pengendalian anggaran Pengelolaan investasi TI Steering Commitee Proses prioritas Pembelajaran organisasi Tipe dan kemudahan akses/komunikasi Penyebaran pengetahuan Keluasan/efektifitas hubungan Perencanaan strategi bisnis Perencanaan strategi TI Struktur pelaporan/organisasi Ukuran kinerja TI Ukuran kinerja bisnis Ukuran berimbang Kesepakatan Tinglat Layanan (SLA) Benchmarking Penilaian/kaji ulang secara formal Perbaikan berkesinambungan Persepsi bisnis terhadap nilai TI Peran TI dalam perencanaan strategi bisnis Pencapaian, Risiko, penghargaan/sanksi Pengelolaan program TI Tipe hubungan/kepercayaan Dukungan bisnis Tradisional, pendukung/pemicu, eksternal Pendefinisian standar Integrasi arsitektur Transparansi arsitektur, fleksibilitas Inovasi, enterpreneurship Letak kepercayaan Gaya manajemen Kesiapan berubah Pertukaran karir Pendidikan, pelatihan lintas bidang Sosial, politik, lingkungan Ukuran kinerja TI Ukuran kinerja bisnis Ukuran berimbang Kesepakatan Tinglat Layanan (SLA) Benchmarking Penilaian/kaji ulang secara formal Perbaikan berkesinambungan 2.3

12 55 (4) Nilai kematangan penyelarasan dan tingkat kesepakatan Ringkasan hasil pengolahan data untuk nilai kematangan penyelarasan TI secara keseluruhan di Unisba merupakan agregat dari nilai kematangan keempat proses penyelarasan (ditunjukkan dalam Tabel IV-6). Hasil putaran kedua, nilai kematangan penyelarasan TI di Unisba adalah 1,9 dengan tingkat kesepakatan 0,67. Hasil putaran ketiga, nilai kematangan penyelarasan TI di Unisba adalah 2,0 dengan tingkat kesepakatan 0,73. Tabel IV-6 Nilai kematangan penyelarasan dan Tingkat Kesepakatan ke-1 ke-2 ke-3 Nilai kematangan penyelarasan Tingkat Kesepakatan (ranah 0 s.d. 1) Hasil penilaian di atas didukung oleh konvergensi kesepakatan grup responden di putaran ketiga dalam menilai tingkat kematangan penyelarasan TI di Unisba. Peningkatan tingkat kesepekatan ini menjadi kelebihan penggunaan Metode Delphi dalam penilaian penyelarasan TI. Tingkat kesepakatan pada putaran ketiga mendekati tingkat kesepakatan maksimum (tingkat kesepakatan minimum = 0, tingkat kesepakatan maksimum = 1). Jika ranah tingkat kesepakatan dipilah menjadi 3 bagian (rendah, cukup, dan tinggi), maka tingkat kesepakatan antar responden dalam grup dikategorikan tinggi (Gambar IV-2). Tingkat kesepakatan ini menjadi derajat kepercayaan dalam penilaian tingkat kematangan penyelarasan TI di Unisba. 0 Tidak ada Unisba Rendah 0,33 Cukup 0,67 0,73 Tinggi kesepakatan penuh Gambar IV-2 Tingkat Kesepakatan penyelarasan Unisba 1 Kesepakatan

13 56 (5) Interpretasi tingkat kematangan penyelarasan TI di Unisba Berdasarkan hasil penilaian putaran ketiga, maka tingkat kematangan penyelarasan di Unisba adalah pada tingkat 2. Jika mengacu pada standar kematangan penyelarasan Luftman, maka kematangan penyelarasan TI Unisba berada pada tingkat committed process. Secara umum, tingkat kematangan tersebut menunjukkan adanya komitmen dari Unisba untuk memulai penyelarasan antara bisnis dan TI. Unisba juga mulai memahami dan mengakui manfaat TI dalam menjalankan berbagai kegiatan institusi. Hal tersebut mengindikasikan adanya proses-proses penyelarasan di beberapa unit/fungsi, walaupun prosesnya belum diintegrasikan di tingkat institusi. Selanjutnya, pada tingkat ini kinerja proses-proses penyelarasan secara umum adalah sebagai berikut : (a) Proses integrasi strategi bekerja pada tingkat komunikasi horizontal atau pemahaman antara institusi dan dan fungsi TI yang masih terbatas, serta tata kelola yang bersifat taktik di tingkat unit. (b) Proses penurunan strategi bekerja pada tingkat komunikasi vertikal antar tingkatan pengelola baik institusi atau pun fungsi TI yang masih terbatas, serta tata kelola yang bersifat taktik di tingkat unit. (c) Proses integrasi operasional bekerja pada tingkat kompetensi/pengukuran nilai yang berfokus pada efisiensi biaya di tingkat fungsi, kemitraan mulai memandang TI sebagai asset dan enabler proses, cakupan dan arsitektur TI bersifat transaksional, serta kemapuan SDM yang berbeda di setiap fungsi/unit. (d) Peroses evaluasi penyelarasan bekerja pada tingkat kompetensi/pengukuran nilai yang berfokus pada efisiensi biaya TI di tingkat fungsi/unit.

14 57 IV.4 Evaluasi Penyelarasan Tindak lanjut hasil dan analisis tingkat kematangan penyelarasan adalah evaluasi penyelarasan yang bertujuan untuk identifikasi kelemahan dan menentukan prioritas perbaikan. Berdasar kerangka kerja penyelarasan, proses evaluasi penyelarasan memberikan penjelasan dan konsekwensi pada keempat proses penyelarasan. Hasil penilaian penyelarasan menunjukkan kinerja dari setiap proses penyelarasan dalam bentuk nilai kematangan sebagaimana telah ditunjukkan dalam Tabel IV-3. Berdasarkan analisis sebelumnya maka hasil evaluasi keselarasan dapat dibagi dalam 2 (dua) prioritas perbaikan. Prioritas ke-1 adalah proses penyelarasan beserta atribut-atributnya yang mempunyai nilai kematangan di bawah 2. Prioritas ke-2 adalah proses penyelarasan beserta atribut-atributnya yang mempunyai nilai kematangan antara 2 dan 3. Atribut yang mempunyai nilai kematangan 3 atau diatasnya tidak diprioritaskan untuk diberikan tindakan perbaikan, tetapi cukup dipertahankan saja sambil menunggu peningkatan tingkat kematangan atributatribut yang mempunyai nilai kematangan dibawahnya. Prioritas perbaikan ditunjukkan dalam Tabel IV-7. Prioritas pertama perbaikan penyelarasan terkonesntrasi pada proses integrasi operasional dan evaluasi penyelarasan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja kedua proses tersebut relatif lebih lemah terhadap kedua proses penyelarasan lainnya. Evaluasi penyelarasan di Unisba secara umum adalah sebagai berikut : (1) Kelemahan utama dari proses integrasi strategi terletak pada atribut keluasan/efektivitas hubungan horisontal. (2) Kelemahan utama dari penurunan strategi terletak pada atribut keluasan/efektivitas hubungan vertikal. (3) Kelemahan utama dari proses integrasi operasional terletak pada beberapa atribut yang tersebar di dalam kriteria kompetensi/pengukuran nilai, kemitraan, cakupan dan arsitektur TI, dan sumber daya manusia. (4) Kelemahan utama dari proses evaluasi penyelarasan terletak pada beberapa atribut dalam kriteria kompetensi/pengukuran nilai.

15 58 Tabel IV-7 Prioritas perbaikan penyelarasan TI Unisba Proses Penyelaraan Integrasi strategi Penurunan strategi Integrasi operasional Evaluasi penyelarasan Prioritas ke-1 Keluasan/efektifitas hubungan Keluasan/efektifitas hubungan Ukuran kinerja TI Ukuran kinerja institusi Ukuran berimbang Persepsi institusi terhadap nilai TI Peran TI dalam perencanaan strategi institusi Pencapaian, Risiko, penghargaan/sanksi Pengelolaan program TI Tradisional, pendukung/pemicu, eksternal Pendefinisian standar Integrasi arsitektur Letak kepercayaan Gaya manajemen Pertukaran karir Ukuran kinerja TI Ukuran kinerja institusi Ukuran berimbang Prioritas ke-2 Pemahaman TI oleh institusi Pembelajaran organisasi Tipe dan kemudahan akses/komunikasi Penyebaran pengetahuan Perencanaan strategi bisnis Perencanaan strategi TI Struktur pelaporan/organisasi Pengendalian anggaran Pengelolaan investasi TI Steering committee Proses prioritas Pembelajaran organisasi Tipe dan kemudahan akses/komunikasi Peneyebaran pengetahuan Perencanaan strategi bisnis Perencanaan strategi TI Struktur pelaporan/organisasi Pembelajaran organisasi Benchmarking Penilaian/kaji ulang secara formal Perbaikan berkesinambungan Tipe hubungan/kepercayaan Dukungan bisnis Transparansi arsitektur, fleksibilitas Inovasi, entrepreneurship Kesiapan berubah Pendidikan, pelatihan lintas wilayah Sosial, politik, lingkungan Pembelajaran organisasi Benchmarking Penilaian/kaji ulang secara formal Perbaikan berkesinambungan

16 59 IV.5 Strategi Penyelarasan Bagian yang paling penting dari penilaian dan evaluasi penyelarasan adalah pembuatan rekomendasi untuk menindaklanjuti kelemahan-kelemahan yang ada. Kelemahan-kelemahan penyelarasan di Unisba yang telah dirumuskan dalam pembahasan sebelumnya memerlukan strategi-strategi perbaikan yang diharapkan dapat bekerja secara mendasar dalam meningkatkan tingkat kematangan penyelarasan bisnis dan TI di organisasi tersebut. Hasil evaluasi akan menjadi dasar dalam mengembangkan strategi-strategi untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja keempat proses penyelarasan dengan mempertimbangkan prioritas perbaikan dan kelemahan-kelemahan utama setiap proses. Pengembangan strategi penyelarasan mengacu kepada prioritas perbaikan untuk keempat proses penyelarasan. Strategi perbaikan penyelarasan dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok, yaitu strategi perbaikan dan strategi peningkatan. Strategi perbaikan adalah usaha-usaha mendasar untuk memperbaiki kelemahankelemahan penyelarasan pada prioritas ke-1 supaya setara terlebih dahulu dengan prioritas ke-2. Sedangkan strategi peningkatan adalah usaha-usaha mendasar selanjutnya untuk meningkatkan nilai kematangan penyelarasan secara seimbang. Strategi peningkatan penyelarasan dikembangkan dengan target kematangan penyelarasan pada tingkat 3. Strategi perbaikan direkomendasikan untuk dijalankan terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan strategi peningkatan. Hal ini disebabkan karena kelemahan-kelemahan pada prioritas ke-1 harus terlebih dahulu ditingkatkan menjadi setara pada tingkat kematangan 2. Kemudian, strategi peningkatan diharapkan dapat meningkatkan kematangan penyelarasan secara seimbang dari tingkat 2 menjadi tingkat 3. Strategi perbaikan dan peningkatan penyelarasan di Unisba meliputi keempat proses penyelarasan sebagaimana ditunjukkan Gambar IV-3. (1) Strategi perbaikan dan peningkatan proses integrasi strategi Pada tahap awal, strategi perbaikan proses integrasi strategi adalah melalui peningkatan keluasan/efektivitas hubungan horisontal. Strategi ini dilakukan melalui peningkatan media dan prosedur dalam berinteraksi

17 60 antara pengelola institusi dengan fungsi TI. Unisba diharapkan mulai menggunakan media-media elektronik dalam berinterkasi seperti telepon, , sms. Selain itu, prosedur dan media interaksi diharapkan sudah dibakukan, seperti melalui rapat rutin dan media/fasilitas elektronik yang sudah disediakan oleh institusi. Bahkan, Unisba diharapkan membakukan prosedur dalam berinteraksi seluruh staf dan dengan rekanan-rekanan diluar institusi dengan media interkasi yang sudah dibakukan. Tahap selanjutnya, strategi peningkatan yang dijalankan adalah peningkatan komunikasi horisontal secara menyeluruh antara pengelola institusi dengan pengelola fungsi TI dan Unisba diharapkan sudah mulai menerapkan tata kelola TI. Tingkat Kematangan 3 Peningkatan komunikasi horisontal antara institusi dan fungsi TI dan penerapan Tata Kelola TI Peningkatan komunikasi vertikal di antara tingkatan manajemen dan penerapan Tata Kelola TI Peningkatan kompetensi/pengukur an nilai, kemitraan, cakupan dan arsitektur TI, dan SDM Peningkatan kompetensi/pen gukuran nilai Tingkat Kematangan 2 Unisba sekarang Perbaikan keluasan/ efektifitas hubungan horisontal Perbaikan keluasan/efektif itas hubungan vertikal Perbaikan kompetensi/pengukur an nilai, kemitraan, cakupan dan arsitektur TI, dan SDM pada hal-hal yang diprioritaskan Perbaikan kompetensi/pen gukuran nilai pada hal-hal yang diprioritaskan Integrasi Strategi Penurunan Strategi Integrasi Operasional Evaluasi Penyelarasan Gambar IV-3 Strategi perbaikan dan peningkatan penyelarasan

18 61 (2) Strategi perbaikan dan peningkatan proses penurunan strategi Pada tahap awal, strategi perbaikan proses penurunan strategi adalah melalui peningkatan keluasan/efektivitas hubungan vertikal. Strategi ini dilakukan melalui peningkatan media dan prosedur dalam berinteraksi di antara tingkatan manajemen. Usaha-usaha peningkatan keluasan/ efektivitas hubungan pada arah vertikal sama halnya dengan arah horisontal, yaitu penekanan pada pembakuan media dan prosedur. Tahap selanjutnya, strategi peningkatan yang dijalankan adalah peningkatan komunikasi vertikal secara menyeluruh di antara tingkatan manajemen mulai dari pimpinan/pengelola sampai dengan operasional, dan Unisba diharapkan sudah mulai menerapkan tata kelola TI. (3) Strategi perbaikan dan peningkatan proses integrasi operasional Strategi perbaikan dan peningkatan proses integrasi operasional adalah melalui peningkatan kompetensi/pengukuran nilai, kemitraan, cakupan dan arsitektur TI, dan Sumber Daya Manusia. Adapun hal-hal yang menjadi prioritas dalam usaha-usaha perbaikan di tahap awal adalah : (a) Peningkatan pada penggunaan ukuran kinerja TI, ukuran kinerja institusi, dan ukuran berimbang. (b) Peningkatan persepsi institusi terhadap nilai TI, peran TI dalam perencanaan strategi institusi, aspek pencapaian, risiko dan penghargaan/sanksi, pengelolaan program TI, dan kemampuan sistem informasi utama yang ada. (c) Peningkatan dalam pendefinisian standar dan integrasi arsitektur. (d) Peningkatan letak kepercayaan, gaya manajemen, pertukaran karir. (4) Strategi perbaikan dan peningkatan proses evaluasi penyelarasan Strategi perbaikan dan peningkatan proses evaluasi penyelarasan adalah khusus melalui peningkatan kompetensi/pengukuran nilai. Prioritas usahausaha perbaikan di tahap awal adalah adalah peningkatan dalam penggunaan ukuran kinerja TI, ukuran kinerja institusi, dan ukuran berimbang. Sedangkan di tahap selanjutnya adalah peningkatan secara seimbang dengan hal lainnya, yaitu pembelajaran organisasi, benchmarking, penilaian/kaji ulang secara formal, dan perbaikan berkesinambungan.

19 62 IV.6 Ringkasan Hasil Penerapan Kerangka Kerja Penerapan kerangka kerja meliputi tahapan tiga utama, yaitu penilaian tingkat kematangan penyelarasan, evaluasi penyelarasan, dan pengembangan strategi penyelarasan. Tahapan penerapan kerangka kerja menghasilkan keluaran berupa nilai/tingkat kematangan penyelarasan, prioritas perbaikan, dan strategi penyelarasan bagi organisasi. Ketiga tahapan penerapan merupakan tahapan utama yang dapat dijalankan di setiap organisasi. Namun demikian, alat/metode yang digunakan di setiap tahapan dapat disesuaikan. Berdasarkan studi kasus di Unisba, kerangka kerja terbukti menyediakan tahapan dan struktur proses yang jelas dalam penyelarasan bisnis dan TI. Penerapan kerangka kerja di Unisba menghasilkan nilai/tingkat kematangan keempat proses penyelarasan dan Tingkat Kematangan penyelarasan secara keseluruhan dari organisasi tersebut pada saat ini. Hasil ini menyediakan dasar untuk evaluasi dan pengembangan strategi penyelarasan secara terstruktur selanjutnya. Penerapan kerangka kerja di Unisba belum mengukur efektivitas keempat proses penyelarasan karena proses-proses tersebut belum diterapkan secara nyata. Namun demikian, keluaran dari penerapan kerangka kerja dalam penelitian ini sudah menyediakan titik awal (baseline) dan struktur bagi Unisba untuk merencanakan dan menjalankan strategi dan usaha-usaha penyelarasan. Di akhir program, efektivitas dari kerangka kerja dapat diukur dan dievaluasi. Hasil studi kasus di Unisba memberikan peluang penerapan kerangka kerja di organisasi lain. Penerapan di organisasi lain dan dengan karakteristik yang berbeda akan membutuhkan penyesuaian. Penyesuaian tersebut berpeluang terjadi di lapisan tengah dari kerangka kerja, seperti penjabaran proses-proses penyelarasan, alat/metode penyelarasan, metode penilaian penyelarasan, penambahan/pengurangan kriteria dan atribut penyelarasan. Namun demikian, metode Delphi direkomendasikan untuk digunakan sebagai metode dalam penilaian kematangan karena dapat meningkatkan akurasi hasil penilaian kematangan penyelarasan melalui mekanisme maksimasi tingkat kesepakatan.

Gambar III-1 Tahap pengembangan kerangka kerja penyelarasan

Gambar III-1 Tahap pengembangan kerangka kerja penyelarasan 24 Bab III Pengembangan Kerangka Kerja Penyelarasan Bisnis dan TI III.1 Tahap Pengembangan Kerangka Kerja Pengembangan kerangka kerja penyelarasan meliputi beberapa tahapan. Tahap awal pengembangan adalah

Lebih terperinci

Gambar II-1 Tahap tinjauan pustaka

Gambar II-1 Tahap tinjauan pustaka 6 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Tahap Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tahap awal dalam pelaksanaan penelitian. Tahap tinjauan pustaka terdiri dari tiga tahapan utama sebagaimana ditunjukkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bisnis global mengandalkan Teknologi Informasi (TI) untuk meningkatkan keunggulan kompetetif, produktivitas, dan kemampuan organisasi untuk berubah [16]. Penciptaan

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESELARASAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI DAN STRATEGI BISNIS DENGAN MODEL LUFTMAN (STUDI KASUS : AMIK XYZ)

PENGUKURAN KESELARASAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI DAN STRATEGI BISNIS DENGAN MODEL LUFTMAN (STUDI KASUS : AMIK XYZ) PENGUKURAN KESELARASAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI DAN STRATEGI BISNIS DENGAN MODEL LUFTMAN (STUDI KASUS : AMIK XYZ) Dicky Pratama STMIK GI MDP Dqpratama@stmik-mdp.net Abstrak Keselarasan strategi teknologi

Lebih terperinci

EVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD

EVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD 9 AGUSTUS 201 1 EVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD Dalam rangka pelaksanaan evaluasi kelembagaan pemerintah pada Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, sesuai permenpan dan RB Nomor 7 Tahun 2011

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dalam industri yang berbasis teknologi, inovasi sangat diperlukan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI 5.1 Rancangan Audit Sistem Informasi Rancangan audit sistem informasi dapat dilihat dari skor rata-rata dilakukan perhitungan pada bab sebelumnya dari nilai

Lebih terperinci

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

Framework Penyusunan Tata Kelola TI Bab IV Framework Penyusunan Tata Kelola TI Dalam bab ini akan dibahas tahapan-tahapan dalam penyusunan tata kelola TI Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Terdapat beberapa tahapan dalam penyusunan tata kelola

Lebih terperinci

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5 Dimensi Kelembagaan Perencanaan Kebijakan 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Kelembagaan Aplikasi Infrastruktur 1 KONSEP KELEMBAGAAN 2 Pembentukan Organisasi: Elemen-Elemen Utama Elemen-elemen yang perlu

Lebih terperinci

2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20

2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20 No.154, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN

Lebih terperinci

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

Menimbang. Mengingat. Menetapkan PENGADILAN NEGERI SIBOLGA KELAS II Jin. Padangsidempuan Nomor 06 Kota Sibolga,Telp/Fax. 0631-21572 Website: www.pengadilan Negeri-sibolga.go.id Email: Pengadilan Negerisibolga@gmail.com KEPUTUSAN KETUA

Lebih terperinci

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR Outline Latar Belakang Perumusan masalah Batasan masalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang ABSTRAK Arsitektur enterprise merupakan suatu upaya memandang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan sistem informasi telah melewati 3 era evolusi model yang membawa perubahan bagi keselarasan antara strategi bisnis dengan strategi SI/TI, untuk setiap organisasi

Lebih terperinci

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP OLEH : AGUNG DAMARSASONGKO, S.H., M.H. DASAR HUKUM PP No. 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) PERGUB BANTEN No. 47 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2018

KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2018 KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2018 KATEGORI ORGANISASI MENENGAH DAN BESAR JASA Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi Badan Standardisasi Nasional Gedung BPPT I Lantai 11 Jl. MH Thamrin No. 8

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD Kelas : LMA3 Andy Gracia 1701498540 Junaidy 1701498534

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Penyelenggaraan Pemerintahan

Lebih terperinci

Chapter 3. Andi Dwi Riyanto, M.Kom

Chapter 3. Andi Dwi Riyanto, M.Kom Chapter 3 * A. Tujuan Perencanaan dan Formulasi Strategi SI/TI B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan SI/TI C. Model Proses Perencanaan Strategi SI/TI D. Framework Proses Perencanaan SI/TI E.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2018 Kata Pengantar RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1 ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1 Angga Pratama Teknik Informatika, Universitas Malikussaleh Jl. Cot Tengku Nie Reuleut Muara Batu, Aceh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa beberapa materi yang ada di kamus kompetensi saat ini tidak terdapat pada materi yang ada dalam form penilaian saat ini sehingga perlu

Lebih terperinci

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Penulisan bab IV ini ditujukan untuk menjelaskan tahapan perancangan arsitektur KMS melalui studi kasus serta menjelaskan tahapan perumusan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM PELAKSANAAN PHK BERBASIS INSTITUSI TEMA A, B, dan C TAHUN 2009

PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM PELAKSANAAN PHK BERBASIS INSTITUSI TEMA A, B, dan C TAHUN 2009 PROGRAM HIBAH KOMPETISI BERBASIS INSTITUSI PERGURUAN TINGGI 2009 PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM PELAKSANAAN PHK BERBASIS INSTITUSI TEMA A, B, dan C TAHUN 2009 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini secara umum berisi tentang paparan latar belakang diadakannya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA PENYELARASAN BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN PENILAIAN KEMATANGAN Studi Kasus : Universitas Islam Bandung

KERANGKA KERJA PENYELARASAN BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN PENILAIAN KEMATANGAN Studi Kasus : Universitas Islam Bandung KERANGKA KERJA PENYELARASAN BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN PENILAIAN KEMATANGAN Studi Kasus : Universitas Islam Bandung TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR PENGADILAN NEGERI BOGOR KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

4 menginvestasikan waktu dan uang untuk mengembangkan dan memelihara kualitas website mereka, karena saat ini website mungkin menjadi salah satu alat

4 menginvestasikan waktu dan uang untuk mengembangkan dan memelihara kualitas website mereka, karena saat ini website mungkin menjadi salah satu alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia melakukan interaksi dengan sesama agar dapat menjaga keberlangsungan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017)

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017) Lampiran I Pengumuman Nomor : 12 /PANSEL.KOMINFO/KP.03.01/03/2018 Tanggal : 4 Maret 2018 STANDAR KOMPETENSI (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

Lebih terperinci

dilingkungan UNM pada umumnya gaya kepemimpinan yang diterapkan cendemng membentahukan dan menjajakan kepada dosen. Gaya kepemimpinan ini dapat

dilingkungan UNM pada umumnya gaya kepemimpinan yang diterapkan cendemng membentahukan dan menjajakan kepada dosen. Gaya kepemimpinan ini dapat BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian. maka secara umum dapat disimpulkan bahwa peranan gaya kepemimpinan pimpinan UNM dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Bab V Penutup. V.1 Kesimpulan

Bab V Penutup. V.1 Kesimpulan 135 Bab V Penutup V.1 Kesimpulan Setelah dilakukan proses pengolahan data dan analisis terhadap hasil penelitian pada Divisi TI dan beberapa Divisi/Fungsional lain di PT. Pos Indonesia, maka dapat ditarik

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM

BAB 2 IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM BAB 2 IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM 4.1 Organisasi Pelaksana Kegiatan Program Hibah Kompetisi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dokter (PHK-PKPD) di FK UNEJ dikelola oleh satu tim yang dipimpin oleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Atas dasar hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Atas dasar hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Atas dasar hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan penghitungan data tentang peran mitra strategis menunjukkan bahwa peran Mitra Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kancah internasional. Kemajuan PT berimbas pada kemajuan dunia ekonomi,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kancah internasional. Kemajuan PT berimbas pada kemajuan dunia ekonomi, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendidikan Tinggi (PT) merupakan elemen penting dalam pendidikan di sebuah negara dan menjadi tolak ukur kemajuan pendidikan suatu negara di kancah internasional. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Strategi Definisi strategi secara umum adalah rencana tindakan atau kebijaksanaan yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan. Dan menurut beberapa ahli, strategi adalah arah dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 43 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengelolaan SDM yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan audit operasional atas fungsi SDM di

Lebih terperinci

Gambaran Transisi Menuju Standar Akuntansi Pemerintah dalam Penerapan PPK- BLUD

Gambaran Transisi Menuju Standar Akuntansi Pemerintah dalam Penerapan PPK- BLUD Gambaran Transisi Menuju Standar Akuntansi Pemerintah dalam Penerapan PPK- BLUD Dadang Kurnia, Ak., MBA., CA., CGAP., QIA Ketua IAI - KASP 1 Jakarta, 19 Oktober 2017 REGULASI BLU/BLUD Paket UU Keuangan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Yth. Direksi Manajer Investasi di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal... Peraturan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan dan cita-cita bangsa yang diamanatkan dalam undang-undang. Apapun bentuk organisasinya, fungsi,

Lebih terperinci

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KERJA SAMA OMBUDSMAN RI DAN STAKEHOLDERS PENGANTAR

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KERJA SAMA OMBUDSMAN RI DAN STAKEHOLDERS PENGANTAR KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KERJA SAMA OMBUDSMAN RI DAN STAKEHOLDERS KUESIONER PERWAKILAN OMBUDSMAN ID Responden (diisi oleh Ombudsman RI) 2017- Yth. Ibu/Bapak. PENGANTAR Saat ini Ombudsman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan pendidikan, fungsi pendidikan dan pelatihan merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Lebih terperinci

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014 PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014 PERINGKAT DEFINISI PERINGKAT INDIVIDUAL Peringkat Komposit 2 Penerapan good corporate governance di PT Bank Syariah Bukopin

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-37PJ/2010 TENTANG : KEBIJAKAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL POLITEKNIK LP3I JAKARTA TAHUN 2016 ii iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv Bab I Penjelasan Umum... 2 A. Definisi dan

Lebih terperinci

B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA

B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN AGAMA RI SEKRETARIAT JENDERAL BIRO ORGANISASI DAN TATALAKSANA TAHUN 2006 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya)

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) Agus Hermanto [9112205310] Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Hari Ginardi, M.Kom PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pelaksanaan kegiatan di KJM telah menerapkan unsur-unsur SPI di dalamnya. Hal

BAB V PENUTUP. pelaksanaan kegiatan di KJM telah menerapkan unsur-unsur SPI di dalamnya. Hal BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Dengan melihat kembali hasil analisis investigasi pada unit KJM-UGM, dari hasil wawancara dengan pimpinan diperoleh informasi bahwa dalam pelaksanaan kegiatan di KJM telah

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL KINERJA PELAKSANAAN RENOP No. Revisi 00

MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL KINERJA PELAKSANAAN RENOP No. Revisi 00 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 85081 1dari5 1. TUJUAN a. Menetapkan standard kepastian monitoring dan evaluasi internal kinerja pelaksanaan rencana operasional. b. Memberikan kepastian

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia 1 Analisis Jabatan Badan Pelaksana 1. Atasan Langsung 2. Tanggung Jawab 3A. Hasil Kerja Pokok Majelis Pemangku Kepentingan Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Pengembangan,

Lebih terperinci

DEWAN PENDIDIKAN TINGGI DPT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEWAN PENDIDIKAN TINGGI DPT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEWAN PENDIDIKAN TINGGI DPT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Kerangka Acuan Site Visit dalam Proses Seleksi Program Hibah Kompetisi berbasis Institusi proses seleksi 2009 (untuk pengusul) Latar belakang

Lebih terperinci

Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 24 April 2015 BUPATI BANYUWANGI, Ttd. H. ABDULLAH AZWAR ANAS

Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 24 April 2015 BUPATI BANYUWANGI, Ttd. H. ABDULLAH AZWAR ANAS 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG SINERGITAS PELAKSANAAN PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DALAM LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. teoritis seperti disebutkan dalam Bab 2, variabel-variabel yang dipergunakan

BAB III METODE PENELITIAN. teoritis seperti disebutkan dalam Bab 2, variabel-variabel yang dipergunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran teoritis seperti disebutkan dalam Bab 2, variabel-variabel yang dipergunakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan yang semakin kompetitif dalam dunia pendidikan terutama bagi Akademi yang dikelola oleh masyarakat (Swasta), menuntut pihak pengelola untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2009 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2009 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.74.3496 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Manfaat Investasi TI, Val IT Framework 2.0, Aplikasi Metatrader 4.0, Business Case, Portofolio Investasi TI.

ABSTRAK. Kata Kunci : Manfaat Investasi TI, Val IT Framework 2.0, Aplikasi Metatrader 4.0, Business Case, Portofolio Investasi TI. PENGGUNAAN VAL IT FRAMEWORK 2.0 UNTUK MENGUKUR PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI APLIKASI METATRADER 4.0 (ONLINE TRADING) PADA PERUSAHAAN SEKURITAS ONLINE Oleh : Rani Puspita Dhaniawaty, Yeffry

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ANGGARAN SEKOLAH

PENGELOLAAN ANGGARAN SEKOLAH PENGELOLAAN ANGGARAN SEKOLAH Inovasi yang saat ini tumbuh menitikberatkan pada aspek kurikulum dan administrasi pendidikan. Hal tersebut merupakan bagian dari praktek dan teori keuangan, termasuk penganggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Chevron merupakan salah satu perusahaan energi terintegrasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Chevron merupakan salah satu perusahaan energi terintegrasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Chevron merupakan salah satu perusahaan energi terintegrasi yang terbesar di dunia serta perusahaan Amerika terbesar dalam bidang perusahaan energi. Selain

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2018

KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2018 KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2018 KATEGORI ORGANISASI PENDIDIKAN Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi Badan Standardisasi Nasional Gedung BPPT I Lantai 11 Jl. MH Thamrin No. 8 Jakarta 10340

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar No.924, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan dapat mempermudah

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. perlindungan yang diberikan kepada karyawan. usaha distributor sparepart kendaraan bermotor, khususnya ban.

BAB 5 PENUTUP. perlindungan yang diberikan kepada karyawan. usaha distributor sparepart kendaraan bermotor, khususnya ban. BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan pada pembahasan bab sebelumnya dapat ditarik suatu simpulan bahwa manajemen sumber daya manusia sudah melaksanakan aktivitasaktivitas yang menjadi tanggung jawabnya

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Paparan hasil penelitian sebagaimana terdapat dalam bab IV telah memberikan gambaran yang utuh terkait implementasi SMM ISO di UIN Maliki Malang. Berikut disajikan beberapa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116 KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I No. COM/002/00/0116 Tanggal Efektif 4 Januari 2016 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri keuangan merupakan

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM & LAPORAN TAHUNAN PELAKSANAAN PHK BERBASIS INSTITUSI TEMA A, B, dan C TAHUN 2008

PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM & LAPORAN TAHUNAN PELAKSANAAN PHK BERBASIS INSTITUSI TEMA A, B, dan C TAHUN 2008 PROGRAM HIBAH KOMPETISI BERBASIS INSTITUSI PERGURUAN TINGGI PANDUAN PENULISAN LAPORAN INTERIM & LAPORAN TAHUNAN PELAKSANAAN PHK BERBASIS INSTITUSI TEMA A, B, dan C TAHUN 2008 Direktorat Jenderal Pendidikan

Lebih terperinci

Tata Kelola Teknologi Informasi

Tata Kelola Teknologi Informasi MODUL PERKULIAHAN Modul ke: 01Fakultas FASILKOM Tata Kelola Teknologi Informasi KONSEPTUALISASI TATA KELOLA TI Agus Hamdi.S.Kom,MMSI Program Studi Teknik Informatika KONSEPTUALISASI TATA KELOLA TI NILAI

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode positivisme dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif, artinya dengan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 TENTANG INTERNAL AUDIT CHARTER (PIAGAM AUDIT INTERNAL) PT ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) 1. VISI, MISI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH SALINAN WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi (TI) pada awalnya hanya dimanfaatkan untuk menyelesaikan proses-proses manual yang terjadi pada suatu organisasi. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.23,2016 Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAHAN DAERAH.Penyusunan, Standar Operasional Prosedur, Penyelenggaraan Pemerintahan. BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN STANDAR

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN LAPORAN PROYEK PERUBAHAN Peningkatan Ketertiban dan Kecepatan Proses Administrasi Perjalanan Dinas serta Kemudahan Akses Informasi Status Proses Administrasi Perjalanan Dinas melalui Penyusunan POS dan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba No.723, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Penyusunan SOP. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Lebih terperinci