Gambar III-1 Tahap pengembangan kerangka kerja penyelarasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar III-1 Tahap pengembangan kerangka kerja penyelarasan"

Transkripsi

1 24 Bab III Pengembangan Kerangka Kerja Penyelarasan Bisnis dan TI III.1 Tahap Pengembangan Kerangka Kerja Pengembangan kerangka kerja penyelarasan meliputi beberapa tahapan. Tahap awal pengembangan adalah menentukan pendekatan yang dipakai dalam mengembangkan kerangka kerja untuk menyediakan kerangka pikir yang mendasari tahapan pengembangan selanjutnya. Tahap kedua adalah analisis teori dan parktik penyelarasan yang relevan untuk mengidentifikasi variabel-variabel utama penyelarasan. Kemudian di tahap ketiga variabel-variabel tersebut dikelompokkan kedalam variabel proses dan masukan/keluaran dan ditentukan hubungannya. Tahap keempat adalah pemodelan kerangka kerja penyelarasan yang menjelaskan proses adaptasi model dari SAM, SBITA, dan Guldentops beserta pemodelan hubungan kerangka kerja penyelarasan dengan tata kelola bisnis dan tata kelola TI. Tahap terakhir pengembangan adalah mendefinisikan alat dan ukuran kerangka kerja yang dihasilkan. Garis besar tahapan pengembangan pengembangan kerangka kerja penyelarasan yang akan dijabarkan dalam Bab 3 ditunjukkan dalam Gambar III-1. Pendekatan pengembangan kerangka kerja penyelarasan (Bab III.2) Analisis teori dan identifikasi variabelvariabel utama penyelarasan (Bab III.3) Pengelompokkan variabel-variabel utama penyelarasan dan relasinya (Bab III.4) Pemodelan kerangka kerja penyalarasan (Bab III.5) Pendefinisian alat dan ukuran penyelarasan (Bab III.6, III.7) Gambar III-1 Tahap pengembangan kerangka kerja penyelarasan

2 25 III.2 Pendekatan Pengembangan Kerangka Kerja Berdasarkan pada definisi. penyelarasan merupakan proses yang dinamis. Oleh karena itu, pengembangan kerangka kerja penyelarasan bisnis dan TI menggunakan pendekatan proses yang berkelanjutan. Pengembangan kerangka kerja diarahkan dalam bentuk kumpulan proses terstruktur yang dihubungkan oleh suatu proses umpan balik untuk menyediakan siklus perbaikan berkelanjutan. Kumpulan proses dalam kerangka kerja dibangun berdasarkan masukan-masukan dari teori penyelarasan yang dikaji dalam penelitian. Penggunaan pendekatan proses didasarkan pada peran proses yang merupakan pusat penciptaan nilai. Proses-proses dalam penyelarasan merupakan cara yang efektif untuk mencapai penyelarasan antara bisnis dan TI. Pengembangan kerangka kerja penyelarasan mengacu pada teori-teori dan pendekatan yang sudah diterima secara luas untuk menjamin validitas dari kerangka kerja yang dikembangkan. Mekanisme umum dalam pengembangan kerangka kerja adalah adaptasi dari teori-teori terpilih kedalam model kerangka kerja yang berorientasi masukan-proses-keluaran. Selanjutnya, pendefinisian model penyelarasan bisnis dan TI membutuhkan analisis terhadap batasanbatasan, pemasok masukan (input) dan penerima keluaran (output), serta hubungan antar proses. III.3 Analisis Teori dan Identifikasi Variabel Penyelarasan Tahap awal pengembangan adalah analisis teori-teori terpilih dan identifikasi variabel-variabel utama penyelarasan bisnis dan TI. Penggunaan kata variabel dimaksudkan untuk mewadahi berbagai kata kunci yang digunakan dalam teoriteori tersebut, meliputi istilah wilayah, wilayah proses, aspek, komponen, dan istilah variabel itu sendiri. Sebagaimana telah diulas di Bab 2 Tinjauan Pustaka, beberapa pendekatan penyelarasan bisnis dan TI yang dikaji mempunyai sudut pandang yang berbeda. Setiap teori memberikan fokus pembahasan pada wilayah proses dan tingkat kedetilan yang berbeda. Analisis terhadap teori dan identifikasi variabel-variabel penyelarasan adalah sebagai berikut :

3 26 (1) SAM merupakan konsep pertama yang menggambarkan hubungan bisnis dan TI secara jelas, serta sekaligus menjelaskan variabelvariabel yang harus dipertimbangkan dalam penyelarasan. SAM merupakan model konseptual penyelarasan yang diterima secara luas. Variabel-variabel penyelarasan yang dilingkupi SAM adalah : (a) Penyelarasan strategis, melingkupi penyesuaian strategis dan integrasi fungsional, (b) Integrasi fungsional, melingkupi Integrasi strategis dan integrasi operasional. (c) Integrasi strategis, melingkupi Strategi bisnis dan strategi TI (d) Integrasi operasional, melingkupi proses dan infrastruktur bisnis, proses dan infrastruktur TI. (e) Strategi bisnis, melingkupi cakupan bisnis, kompetensi pembeda, tata kelola bisnis (f) Strategi TI, melingkupi cakupan TI, kompetensi sistem, tata kelola TI (g) Infrastruktur dan proses organisasi, melingkupi infrastruktur aministratif, kemampuan personil, proses bisnis (h) Infrastruktur dan proses TI, melingkupi arsitektur TI, kemampuan personil TI, dan proses-proses TI. Berdasarkan cakupan dan hubungan antar variabelnya, maka variabelvariabel penyelarasan SAM dapat dirumuskan dalam 5 lapisan seperti ditunjukkan dalam Tabel III-1. SAM memberikan masukan dominan dalam pengembangan model penyelarasan. Variabel-variabel penyelarasan dalam SAM beserta relasinya diadaptasi dan dijadikan dasar dalam pengembangan model penyelarasan selanjutnya. (2) Kerangka kerja konsilidasi SBITA (selanjutnya disebut SBITA) merupakan pengembangan terkini dari SAM dan teori-teori penyelarasan lainnya. SBITA melingkupi semua variabel penyelarasan SAM dan ditambah dengan variabel-variabel ukuran penyelarasan (Tabel III-1). SBITA mempunyai kelebihan dari SAM dalam hal menstrukturkan semua variabel yang dilingkupinya. Oleh karena itu,

4 27 struktur hubungan variabel dalam SBITA diadaptasi dan dijadikan dasar untuk menentukan hubungan antar variabel dalam model yang dikembangkan. Selain itu, sebagian besar variabel ukuran dalam SBITA bersesuaian dengan kriteria dan atribut kematangan penyelarasan dari Luftman yang telah diterima secara luas dan valid. Variabel ukuran yang bersesuaian tersebut diadaptasi menjadi ukuranukuran dalam model yang dikembangkan.. (3) Pendekatan Guldentops merumuskan penyelarasan dalam dua perspektif yaitu penyelarasan pada arah vertikal dan horizontal (Tabel III-1). Penyelarasan horisontal bersesuaian dengan integrasi fungsional pada SAM dan SBITA. Sedangkan penyelarasan pada arah vertikal bersesuaian dengan penyesuaian strategi pada SAM dan SBITA. Penyelarasan horisontal dilakukan pada tingkat strategis dan tingkat operasional yang bersesuaian masing-masing dengan integrasi strategi dan integrasi operasional pada SAM dan SBITA. Penyelarasan pada arah vertikal dilakukan melalui proses penurunan strategi dan pengawasan kinerja. Dua variabel ini tidak disediakan oleh SAM/SBITA, sehingga diadaptasi oleh model untuk menyediakan penyelarasan pada arah vertikal. Fokus pendekatan Guldentops bersesuaian dengn pendekatan penyelarasan dari Wyatt-Haines. Wyatt- Haines memandang bahwa fokus penyelarasan meliputi dua wilayah utama, yaitu : (a) Pemetaan strategi bisnis dan strategi TI (strategy mapping) sebagai sebuah proses yang identik dengan penyelarasan pada arah horisontal. (b) Penurunan strategi melalui rentang fungsi dari fungsi TI atas sampai unit individu TI sebagai sebuah proses yang identik dengan penyelarasan pada arah vertikal. (4) Model penilaian kematangan penyelarasan strategis dari Luftman merupakan metode dan sekaligus alat yang telah diterima secara luas sebagai sebuah pendekatan yang valid untuk menilai penyelarasan bisnis dan TI. Metode penilaian dari Luftman bersesuaian dengan

5 28 Tabel III-1 Ringkasan variabel penyelarasan bisnis dan TI SAM SBITA Guldentops Luftman Penyelarasan strategis Penyelarasan strategis Penyesuaian Strategis Integrasi Fungsional Penyesuaian Strategis Integrasi Fungsional Penyelarasan vertikal Penyelarasan horisontal Integrasi Strategi Integrasi Operasional Integrasi Strategi Integrasi Operasional Penyelarasan strategi Penyelarasan operasional Strategi Bisnis Strategi TI Infrastruktur dan proses organisasi Infrastruktur dan proses TI Strategi Bisnis Strategi TI Infrastruktur dan proses organisasi Infrastruktur dan proses TI Cakupan bisnis Kompetensi pembeda Tata kelola bisnis Cakupan TI Kompetensi sistem Tata kelola TI Struktur administratif Proses bisnis Kemampuan personil Arsitektur TI Proses-proses TI Kemampuan personil TI Cakupan bisnis Kompetensi pembeda Tata kelola bisnis Cakupan TI Kompetensi sistem Tata kelola TI Struktur administratif Proses bisnis Kemampuan personil Arsitektur TI Proses-proses TI Kemampuan personil TI Penurunan Strategi Pengawasan kinerja Penilaian Kriteria Luftman + Kebertahanan Keberisikoan Agresivitas, Analisis Fokus jangka panjang Pemantauan Pasar TI Komunikasi kompetensi/ pengukuran nilai tata kelola kemitraan Penggunaan strategis TI lingkup dan Formalitas, administratif Intensitas Profesionalitas,Specialisasi Diferensiasi Vertikal arsitektur sumber manusia daya

6 29 variabel pengawasan kinerja (Tabel III-1). Metode ini dapat digunakan untuk evaluasi penyelarasan. Enam kriteria penyelarasan beserta atributnya diadaptasi menjadi ukuran kinerja model penyelarasan sebagaimana juga telah diadaptasi sebagai ukuran dalam SBITA. Hasil identifikasi variabel-variabel penyelarasan dipetakan dalam tabel ringkasan variabel penyelarasan dalam delapan lapisan yang menunjukkan irisan dan perbedaan variabel yang dilingkupi oleh teori-teori yang dikaji (Tabel III-1). Berdasarkan Tabel III-1 dan analisis sebelumnya, keempat teori yang dikaji mempunyai persamaan/irisan dan perbedaan di beberapa lapisan. Variabelvariabel yang sama atau beririsan menjadi kandidat yang akan diadaptasi kedalam model. Demikian juga, variabel-variabel yang berbeda menjadi kandidat untuk melengkapi model yang dikembangkan. Variabel-variabel penyelarasan yang terpilih dan diadaptasi kedalam model ditunjukkan dalam Tabel III-2. (1) SAM memberikan masukan dominan dalam pengembangan model penyelarasan. Semua variabel penyelarasan dalam SAM (lapisan 1 sampai dengan 5) beserta relasinya diadaptasi dan dijadikan dasar dalam pengembangan model penyelarasan. (2) SBITA bersama SAM memberikan masukan yang dominan dalam pengembangan model, yaitu variabel-variabel penyelarasan beserta relasinya (lapisan 1 sampai dengan 5 dari SAM dan SBITA). SBITA juga secara khusus memberikan masukan variabel ukuran bagi model yang beririsan dengan 6 kriteria penyelarasan dari teori Luftman (lapisan 8). (3) Teori Guldentop memberikan masukan variabel penyelarasan pada arah vertikal yang belum dijelaskan secara khusus oleh ketiga teori yang lainnya, yaitu variabel penurunan strategi dan pengawasan kinerja (lapisan 6 dan 7). Namun demikian, istilah pengawasan kinerja diganti dengan Evaluasi Penyelarasan. Penggantian istilah dimaksudkan untuk memberikan kekhususan sebagai proses penyelarasan yang menyediakan umpan balik secara berkelanjutan.

7 30 Tabel III-2 Ringkasan variabel penyelarasan terpilih SAM SBITA Guldentops Luftman Penyelarasan strategis Penyelarasan strategis Penyesuaian Strategis Integrasi Fungsional Penyesuaian Strategis Integrasi Fungsional Integrasi Strategi Integrasi Operasional Integrasi Strategi Integrasi Operasional Strategi Bisnis Strategi TI Infrastruktur dan proses organisasi Infrastruktur dan proses TI Strategi Bisnis Strategi TI Infrastruktur dan proses organisasi Infrastruktur dan proses TI Cakupan bisnis Kompetensi pembeda Tata kelola bisnis Cakupan TI Kompetensi sistem Tata kelola TI Struktur administratif Proses bisnis Kemampuan personil Arsitektur TI Proses-proses TI Kemampuan personil TI Cakupan bisnis Kompetensi pembeda Tata kelola bisnis Cakupan TI Kompetensi sistem Tata kelola TI Struktur administratif Proses bisnis Kemampuan personil Arsitektur TI Proses-proses TI Kemampuan personil TI Penurunan Strategi Evaluasi Penyelarasan Penilaian Kematangan Penyelarasan komunikasi kompetensi/pengukuran nilai tata kelola kemitraan lingkup dan arsitektur sumber daya manusia komunikasi kompetensi/pengukuran nilai tata kelola kemitraan lingkup dan arsitektur sumber daya manusia

8 31 (4) Teori Luftman memberikan masukkan variabel-variabel ukuran bersama SBITA yang meliputi 6 kriteria kematangan penyelarasan beserta atribut-atributnya (lapisan 8). Selain itu, metode penilaian kematangan penyelarasan dari Luftman diadaptasi sebagai metode dalam proses evaluasi penyelarasan (lapisan 7). III.4 Pengelompokkan Variabel Penyelarasan Untuk mengembangkan model penyelarasan yang berorientasi proses, maka variabel-variabel penyelarasan terpilih dikelompokkan kedalam tiga jenis variabel, yaitu variabel proses, variabel masukan/keluaran, dan variabel ukuran. Pengelompokkan variabel didekati dengan ketentuan dan arahan sebagai berikut : (1) Pengelompokkan kedalam variabel proses didekati dengan kata atau istilah yang berbentuk kata kerja atau yang bermakna kerja. Variabel proses menjadi kandidat proses penyelarasan dalam model dan disimbolkan dengan bentuk kotak. Variabel-variabel yang dikelompokkan kedalam variabel proses adalah : integrasi fungsional, penyesuaian strategis, integrasi strategis, integrasi operasional, penurunan strategi, pengawasan kinerja. (2) Pengelompokkan kedalam variabel masukan/keluaran didekati dengan kata atau istilah yang berbentuk kata benda, atau dinyatakan sebagai komponen dari variabel lainnya. Variabel masukan/keluaran menjadi kandidat keluaran/masukan proses penyelarasan dalam model dan disimbolkan dengan bentuk bulat. Variabel-variabel yang dikelompokkan kedalam variabel masukan/keluaran adalah : strategi bisnis beserta komponennya, strategi TI beserta komponennya, infrastruktur dan proses oganisasi beserta komponennya, infrastruktur dan proses TI beserta komponennya (3) Pengelompokkan kedalam variabel ukuran didasarkan pada pernyataan dari teori asalnya yang mendefisikan variabel tersebut sebagai ukuran atau istilah yang identik dengan ukuran seperti kriteria dan atributnya. Variabel ukuran ini menjadi kandidat ukuran kinerja dari proses-proses penyelarasan dalam model. Variabel-variabel yang dikelompokkan

9 32 kedalam variabel ukuran adalah 6 kriteria Luftman beserta atributnya : Komunikasi, kompetensi/pengukuran nilai, tata kelola, kemitraan, cakupan dan arsitektur TI, sumber daya manusia. Selain pengelompokkan variabel kedalam tiga kategori, hubungan antar variabel juga dianalisis. Analisis hubungan antar variabel diperlukan dalam proses rasionalisasi untuk menghasilkan model yang mudah dipahami. Hubungan antar variabel secara praktis mengacu kepada struktur antar variabel yang digambarkan dalam SBITA. Hubungan antar variabel dinyatakan bahwa satu variabel di kolom kiri merupakan komponen dari variabel yang dinyatakan di kolom paling kanan, atau satu variabel di kolom kiri berhubungan langsung dengan variabel yang dinyatakan di kolom paling kanan. Hasil pengelompokkan variabel dan hubungannya diringkaskan dalam Tabel III-3 dan Tabel III-4. Tabel III-3 Kelompok dan hubungan variabel penyelarasan Variabel Proses Input/ output Ukuran Berhubungan dengan Penyelarasan Strategi - (akar) Penyesuaian strategi penyelarasan strategis Integrasi fungsional penyelarasan strategis Integrasi Strategi integrasi fungsional Integrasi operasional integrasi fungsional Strategi bisnis integrasi strategi Strategi TI integrasi strategi Infrastruktur dan proses integrasi operasional organisasi Infrastruktur dan proses integrasi operasional TI Cakupan bisnis strategi bisnis Kompetensi pembeda strategi bisnis Tata kelola bisnis strategi bisnis Cakupan TI strategi TI Kompetensi sistem strategi TI Tata kelola TI strategi TI

10 33 Tabel III-4 Kelompok dan hubungan variabel penyelarasan (lanjutan) Variabel Proses Input/ output Ukuran Berhubungan dengan Infrastruktur infrastruktur dan proses administratif organisasi Proses bisnis infrastruktur dan proses organisasi Kemampuan personil infrastruktur dan proses organisasi Arsitektur TI infrastruktur dan proses TI Proses TI infrastruktur dan proses TI Kemampuan personil TI infrastruktur dan proses TI Komunikasi Strategi bisnis, strategi TI Kompetensi/pengukuran Infrastruktur dan proses TI nilai Tata kelola Tata kelola TI kemitraan Infrastruktur dan proses organisasi Cakupan dan arsitektur TI Infrastruktur dan proses TI Sumber daya manusia Infrastruktur dan proses organisasi Infrastruktur dan proses TI Penurunan strategi penyelarasan strategi penyelarasan operasional Pengawasan kinerja penyelarasan strategi penyelarasan operasional III.5 Pemodelan Kerangka Kerja Penyelarasan Tabel III-3 dan Tabel III-4 menunjukkan bahwa beberapa variabel merupakan komponen dari variabel lainnya. Varibel-variabel tersebut digambarkan kembali sebagai kesatuan variabel yang melingkupinya. Pengelompokkan dan pemetaan hubungan antar variabel merupakan proses berulang dan bertingkat sampai didapatkan suatu peta hubungan yang melibatkan variabel proses dan variabel masukan/keluaran. Pengelompokkan dan pemetaan meliputi dua tahap.

11 34 (1) Tahap pertama, pengembangan penyelarasan pada arah horisontal mengadaptasi SAM dan SBITA (2) Tahap kedua, pengembangan penyelarasan pada arah vertikal mengadaptasi pendekatan penyelarasan vertikal Guldentops, yaitu proses penurunan strategi dan pengawasan kinerja. Pengembangan proses penurunan strategi diperkuat oleh konsep penurunan strategi dari Wyatt-Hainess. Sedangkan pengembangan proses pengawasan kinerja diperkuat oleh metode penilaian penyelarasan kematangan Luftman. Pengawasan kinerja diganti namanya dengan evaluasi penyelarasan untuk menunjukkan aktivitas utama yang dilakukan didalamnya, yaitu penilaian tingkat kematangan penyelarasan. (3) Tahap ketiga, model penyelarasan dihubungkan dengan wilayah tata kelola bisnis dan tata kelola TI secara keseluruhan. III.5.1 Adaptasi Model SAM dan SBITA Tahap pertama pengembangan model adalah adaptasi model SAM dan SBITA kedalam suatu model berorientasi proses (masukan-proses-keluaran). SAM dan SBITA merupakan model yang valid dan diterima secara luas, sehingga akan menjamin validitas dari model yang dikembangkan. Pengelompokkan dan pemetaan variabel dengan mengadaptasi SAM dan SBITA menghasilkan tiga kelompok hubungan. Kelompok hubungan yang pertama menunjukkan tiga pengelompokkan. Variabel cakupan bisnis, kompetensi pembeda, dan tata kelola bisnis dikelompokkan kedalam variabel strategi TI. Variabel cakupan TI, kompetensi sistem dan tata kelola TI dikelompokkan kedalam variabel strategi bisnis. Kemudian variabel strategi bisnis dan strategi TI dihubungkan dengan variabel proses integrasi strategi. Mengacu pada SAM, hubungan yang terjadi antara strategi bisnis dan strategi TI dengan integrasi strategi adalah hubungan dua arah. Hasil pengelompokkan dan pemetaan yang pertama ini dinamakan model proses integrasi strategi sebagaimana diilustrasikan oleh Gambar III-2. Model proses integrasi strategi bersesuaian dengan penyelarasan strategis dari Guldentops.

12 35 Gambar III-2 Integrasi strategi Kelompok hubungan yang kedua menunjukkan tiga pengelompokkan. Variabel infrastruktur administratif, kemampuan personil, dan proses bisnis dikelompokkan kedalam variabel infrastruktur dan proses organisasi. Variabel arsitektur TI, kemampuan personil TI, dan proses TI dikelompokkan kedalam variabel infrastruktur dan proses TI. Kemudian variabel infrastruktur dan proses organisasi dan infrastruktur dan proses TI dihubungkan dengan variabel proses integrasi operasional. Mengacu pada SAM, hubungan yang terjadi antara infrastruktur dan proses organisasi dan infrastruktur dan proses TI dengan integrasi strategi adalah hubungan dua arah. Hasil pengelompokkan dan pemetaan yang kedua ini dinamakan model proses integrasi operasional sebagaimana diilustrasikan oleh Gambar III-3. Model proses integrasi operasional bersesuaian dengan penyelarasan operasional dari Guldentops.

13 36 Gambar III-3 Integrasi operasional Kelompok hubungan yang ketiga menunjukkan dua hubungan, yaitu integrasi strategi dan integrasi operasional. Kedua hubungan ini menjadi kesatuan hubungan integrasi fungsional sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar III-4. Model proses integrasi fungsional bersesuaian dengan penyelarasan horisontal dari Guldentop. Gambar III-4 Integrasi fungsional

14 37 III.5.2 Adaptasi Proses Penurunan Strategi dan Evaluasi Penyelarasan Bedasarkan model integrasi fungsional dari tahap pertama, proses integrasi strategi dan integrasi operasional masih bersifat bebas. Kedua proses dalam integrasi fungsional bersesuaian dengan penyelarasan horisontal dari Guldentops [13]. SAM dan SBITA menunjukkan bahwa penyelarasan strategis dicapai dengan integrasi fungsional dan penyesuaian strategis. Integrasi fungsional merupakan proses penyelarasan pada arah horisontal, dan penyesuaian strategis merupakan proses penyelarasan pada arah vertikal. Namun sayangnya, SAM dan SBITA belum menjelaskan proses penyelarasan vertikal secara lebih jelas. Oleh karena itu, model proses integrasi strategi dan integrasi operasional harus dilengkapi dengan proses-proses penyelarasan pada arah vertikal. Guldentops menyediakan penyelarasan vertikal melalui proses memberikan arahan dan pengawasan kinerja. Proses memberikan arahan pada dasarnya adalah proses penurunan strategi. Oleh karena itu, proses penurunan strategi diadaptasi kedalam model sebagai proses penyelarasan pada arah vertikal. Pengawasan kinerja merupakan proses penyelarasan pada arah vertikal yang menyediakan proses evaluasi dan umpan balik. Proses ini bersesuaian dengan fokus dari model penilaian penyelarasan Luftman. Oleh karena itu, proses pengawasan kinerja diadaptasi sebagai proses penyelarasan pada arah vertikal dengan pengubahan nama menjadi proses evaluasi penyelarasan. Proses penurunan strategi dan evaluasi penyelarasan diadaptasi dan dihubungkan dengan model integrasi fungsional untuk menyediakan penyelarasan pada arah vertikal. Adaptasi tahap kedua dalam pengembangan model menghasilkan model proses berkelanjutan dalam penyelarasan bisnis dan TI (Gambar III-5). Model ini selanjutnya didefinisikan sebagai kerangka kerja penyelarasan bisnis dan TI. Sampai tahap kedua, kerangka kerja penyelarasan terdiri dari 4 (empat) proses penyelarasan, yaitu integrasi strategi, penurunan strategi, integrasi operasional, dan evaluasi penyelarasan. Proses integrasi strategi dan integrasi operasional merupakan penyelarasan pada arah horisontal, sedangkan proses penurunan strategi dan evaluasi penyelarasan merupakan penyelarasan pada arah vertikal.

15 38 Gambar III-5 Kerangka kerja penyelarasan bisnis dan TI III.5.3 Pengembangan Model Tingkat Tinggi Penyelarasan Pada tingkat yang lebih tinggi, penyelarasan terkait dengan konsep tata kelola bisnis dan tata kelola TI pada cakupan yang lebih luas. Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab 2 Tinjauan Pustaka, definisi tata kelola perusahaan, tata kelola enterprise, dan tata kelola bisnis melingkupi wilayah yang sama. Walaupun Hamaker telah membandingkan perbedaan antara tata kelola perusahaan dengan enterprise [5], tetapi irisan/persamaanya lebih dominan dari perbedaannya. Tatakelola bisnis belum didefinisikan secara standar, tetapi sering dipakai untuk terminologi yang sama dengan tatakelola perusahaan dan tata kelola enterprise. Sedangkan tata kelola TI telah didefinisikan secara formal. Istilah tata kelola bisnis dan tata kelola TI digunakan dalam menggambarkan kerangka kerja penyelarasan pada tingkat yang lebih tinggi. Definisi dan ruang lingkup tata kelola bisnis dan tata kelola TI meliputi wilayah eksternal dan internal, mulai dari perencanaan, pembangunan, implementasi dan evaluasi. Variabel strategi bisnis, infrastruktur dan proses organisasi merupakan

16 39 Gambar III-6 Tata kelola bisnis, penyelarasan, dan tata kelola TI wilayah-wilayah utama yang dilingkupi dalam tata kelola bisnis sebagaimana juga variabel strategi TI, infrastruktur dan proses-proses TI merupakan wilayahwilayah utama yang dilingkupi dalam tata kelola TI. Pada tingkat yang lebih tinggi, kerangka kerja penyelarasan menghubungkan wilayah tata kelola bisnis dan wilayah tata kelola TI sebagaimana diilustrasikan oleh Gambar III-6. III.6 Alat dalam Penyelarasan Bisnis dan TI Berdasarkan model yang dihasilkan, penyelarasan bisnis dan TI menyediakan empat proses strategi yaitu integrasi strategi, penurunan strategi, integrasi operasional, dan evaluasi kinerja penyelarasan. Proses-proses yang disediakan belum dijabarkan pada tingkatan aktivitas dan langkah-langkah penyelarasan. Namun demikian, beberapa alat/metode yang dapat digunakan untuk menerapkan proses-proses penyelarasan, diantaranya adalah Balanced Scorecard (BSC). BSC direkomendasikan sebagai alat untuk mendukung model yang dikembangkan karena BSC telah diterima dan diakui secara luas sebagai metode dan alat yang efektif untuk prioritas strategi, menyelaraskan aktivitas operasional dengan

17 40 strategi, dan memfasilitasi komunikasi dua arah strategi pada lintas organisasi [16]. Metode dan alat yang digunakan untuk mendukung proses-proses penyelarasan bisnis dan TI ditunjukkan dalam Tabel III-5. Tabel III-5 Alat/metode penyelarasan bisnis dan TI Proses Penyelarasan Integrasi strategi Penurunan strategi Integrasi operasional Evaluasi Penyelarasan Alat/Metode BSC Bisnis, BSC TI Metode Penurunan BSC (BSC Cascading) BSC Operasional Bisnis, BSC Operasional TI Model Penilaian Kematangan Penyelarasan Luftman III.7 Ukuran Penyelarasan Bisnis dan TI Ukuran kinerja proses-proses penyelarasan harus didefinisikan untuk menilai efektivitas penyelarasan dan sebagai acuan dalam memberikan tindak lanjut. Ukuran penyelarasan yang digunakan dalam kerangka kerja penyalarasan dinyatakan dalam kriteria dan atribut. (1) Kriteria didefinisikan sebagai perihal yang dapat menjelaskan penyelarasan dan digunakan sebagai ukuran atau pembanding dalam mengevaluasi penyelarasan. (2) Atribut didefinisikan sebagai perihal yang dapat menjelaskan kriteria penyelarasan dan digunakan sebagai ukuran atau pembanding dalam mengevaluasi kriteria penyelarasan. Kriteria dan atribut penyelarasan dari Luftman (secara lengkap ditunjukkan dalam Lampiran A) diadaptasi menjadi ukuran dari proses-proses penyelarasan sebagaimana juga diadaptasi oleh kerangka kerja konsilidasi SBITA untuk proses integrasi strategi dan integrasi operasional. Berdasar kerangka kerja konsilidasi SBITA dan hubungan variabel, kriteria komunikasi dan tata kelola dari Luftman diadaptasi menjadi ukuran dari integrasi strategi, sedangkan kriteria kompetensi/pengukuran nilai, kemitraan, cakupan dan arsitektur, dan SDM diadaptasi menjadi ukuran integrasi operasional.

18 41 Penurunan strategi strategi merupakan proses penyelarasan pada arah vertikal yang membutuhkan komunikasi dan pengaturan organisasinal dalam menurunkan strategi kedalam rencana operasional. Oleh karena itu, penurunan strategi terkait dengan beberapa atribut dalam kriteria komunikasi dan tata kelola, seperti kemudahan akses/komunikasi, pembelajaran organisasi, penyebaran pengetahuan, efektivitas hubungan, struktur organisasi, steering committee, dan proses prioritas. Evaluasi penyelarasan bertujuan untuk memastikan efektivitas penyelarasan. Proses ini merupakan mekanisme umpan balik untuk merevisi kembali penyelarasan peran TI dalam bisnis secara berkesinambungan. Hasil evaluasi penyelarasan memberikan dasar dalam pengambilan tindakan dan inisiatif perbaikan kedepannya. Oleh karena itu, proses evaluasi penyelarasan terkait dengan beberapa atribut dalam kriteria kompetensi/pengukuran nilai, seperti benchmarking, penilaian/kaji ulang formal, dan perbaikan berkesinambungan. Hubungan antara ukuran penyelarasan dengan proses penyelarasan diringkaskan dalam matriks proses-kriteria penyelarasan bisnis dan TI (Tabel III-6). Tabel III-6 Matriks proses-kriteria penyelarasan Penyelarasan Komunikasi Kompetensi/ Tata Kemitraan Cakupan SDM pengukuran kelola dan nilai arsitektur Integrasi strategi Penurunan strategi Integrasi operasional Evaluasi Penyelarasan Ukuran proses penyelarasan dijabarkan secara lebih detil dinyatakan dengan atribut-atribut untuk keempat penyelarasan (Tabel III-7).

19 42 Atribut Tabel III-7 Matriks proses-atribut penyelarasan Integrasi Strategi Penurunan Strategi Integrasi Operasional Evaluasi Penyelarasan Pemahaman bisnis oleh TI Pemahaman TI oleh bisnis Pembelajaran organisasi Tipe dan kemudahan akses/komunikasi Penyebaran pengetahuan Keluasan/efektifitas hubungan Ukuran kinerja TI Ukuran kinerja bisnis Ukuran berimbang Kesepakatan Tinglat Layanan (SLA) Benchmarking Penilaian/kaji ulang secara formal Perbaikan berkesinambungan Perencanaan strategi bisnis Perencanaan strategi TI Struktur pelaporan/organisasi Pengendalian anggaran Pengelolaan investasi TI Steering Commitee Proses prioritas Persepsi bisnis terhadap nilai TI Peran TI dalam perencanaan strategi bisnis Pencapaian, Risiko, penghargaan/sanksi Pengelolaan program TI Tipe hubungan/kepercayaan Dukungan bisnis Tradisional, pendukung/pemicu, eksternal Pendefinisian standar Integrasi arsitektur Transparansi arsitektur, fleksibilitas Inovasi, enterpreneurship Letak kepercayaan Gaya manajemen Kesiapan berubah Pertukaran karir Pendidikan, pelatihan lintas wilayah Sosial, politik, lingkungan

20 43 III.8 Ringkasan Hasil Pengembangan Kerangka kerja Kerangka kerja penyelarasan bisnis dan TI menggunakan pendekatan proses dan dikembangkan melalui adaptasi dari paduan SAM, SBITA, Penyelarasan Vertikal dan Horisontal, dan metode penilaian tingkat kematangan penyelarasan. Teori dan model rujukan tersebut merupakan pendekatan yang valid, terkini dan telah diterima secara luas. Oleh karena itu, kerangka kerja yang dihasilkan juga merupakan model penyelarasan bisnis dan TI yang valid. Kerangka kerja terdiri dari 4 (empat) proses penyelarasan, yaitu integrasi strategi, penurunan strategi, integrasi operasional, dan evaluasi penyelarasan. Keempat proses tersebut membentuk suatu siklus proses yang menyediakan penyelarasan bisnis dan TI secara berkelanjutan. Setiap proses mempunyai ukuran yang dinyatakan dalam tingkat/nilai kematangan dari 6 (enam) kriteria beserta 37 atributnya. Enam kriteria yang digunakan adalah kriteria komunikasi, kompetensi/pengukuran nilai, kemitraan, tata kelola, cakupan dan arsitektur TI, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Selain itu, Tiga proses penyelarasan (integrasi strategi, penurunan strategi, integrasi operasional) dilengkapi dengan alat/metode berbasis Balanced Scorecard (BSC), tetapi belum dirumuskan secara detil dalam penelitian ini. Sedangkan metode penilaian tingkat kematangan penyelarasan digunakan dalam evaluasi penyelarasan. Kerangka kerja menyediakan empat proses utama penyelarasan yang dapat bekerja secara umum bagi setiap organisasi. Keempat proses tersebut seharusnya dapat dijabarkan kembali kedalam proses-proses yang lebih detil dan disesuaikan supaya dapat diterapkan secara efektif di organisasi. Kriteria dan atribut yang digunakan dalam kerangka kerja dapat dikaji lagi dan disesuaikan jika diterapkan di organisasi yang berbeda. Selain itu, alat/metode untuk menjalankan prosesproses utama penyelarasan harus dikembangkan dan dirumuskan terlebih dahulu. Konsep dan metode BSC dapat diadaptasi sebagai alat/metode dalam penyelarasan, misalnya dengan menerapkan Peta Strategi bisnis dan Peta Strategi TI dalam integrasi strategi, Peta/BSC Operasional bisnis dan TI dalam integrasi operasional, serta metode penurunan strategi dalam BSC.

Gambar IV-1 Tahap penerapan kerangka kerja

Gambar IV-1 Tahap penerapan kerangka kerja 44 Bab IV Penerapan Kerangka Kerja Penyelarasan Bisnis dan TI IV.1 Tahap Penerapan Kerangka Kerja Bab 4 menjelaskan penerapan kerangka kerja penyelarasan yang telah dikembangkan. Penerapan kerangka kerja

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bisnis global mengandalkan Teknologi Informasi (TI) untuk meningkatkan keunggulan kompetetif, produktivitas, dan kemampuan organisasi untuk berubah [16]. Penciptaan

Lebih terperinci

Gambar II-1 Tahap tinjauan pustaka

Gambar II-1 Tahap tinjauan pustaka 6 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Tahap Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tahap awal dalam pelaksanaan penelitian. Tahap tinjauan pustaka terdiri dari tiga tahapan utama sebagaimana ditunjukkan

Lebih terperinci

11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi

11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi Information System Strategic Design 11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Sumber :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perencanaan Audit Sistem Informasi Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan beberapa tahap perencanaan audit. Hasil perencanaan audit

Lebih terperinci

Mengenal Balanced Scorecard

Mengenal Balanced Scorecard Mengenal Balanced Scorecard Dewasa ini balanced scorecard secara luas telah digunakan dalam industri, bisnis dan organisasi publik untuk menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA PENYELARASAN BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN PENILAIAN KEMATANGAN Studi Kasus : Universitas Islam Bandung

KERANGKA KERJA PENYELARASAN BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN PENILAIAN KEMATANGAN Studi Kasus : Universitas Islam Bandung KERANGKA KERJA PENYELARASAN BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN PENILAIAN KEMATANGAN Studi Kasus : Universitas Islam Bandung TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai audit Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) pada Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung yang menggunakan

Lebih terperinci

Bab V Penutup. V.1 Kesimpulan

Bab V Penutup. V.1 Kesimpulan 135 Bab V Penutup V.1 Kesimpulan Setelah dilakukan proses pengolahan data dan analisis terhadap hasil penelitian pada Divisi TI dan beberapa Divisi/Fungsional lain di PT. Pos Indonesia, maka dapat ditarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem informasi saat ini berperan penting dalam bisnis dan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem informasi saat ini berperan penting dalam bisnis dan organisasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem informasi saat ini berperan penting dalam bisnis dan organisasi. Melalui teknologi dan sistem informasi organisasi dapat memperoleh keunggulan strategis dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dalam industri yang berbasis teknologi, inovasi sangat diperlukan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Bab III akan dilakukan pembahasan dimulai dengan profil

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Bab III akan dilakukan pembahasan dimulai dengan profil BAB III METODE PENELITIAN Pada Bab III akan dilakukan pembahasan dimulai dengan profil perusahaan, gambaran struktur organisasi, dan dilanjutkan dengan tahapantahapan audit yang akan dilaksanakan. 3.1

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang ABSTRAK Arsitektur enterprise merupakan suatu upaya memandang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah : 19 BAB III METODOLOGI 3.1. Komponen Sebuah Perencanaan Penyusunan sebuah perencanaan terdiri atas beberapa komponen. Pada proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah dalam penulisan tugas akhir ini dibagi dalam beberapa tahap yaitu : 1. Tahap Studi Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP IV.1. Usulan Pelaksanaan Proses-Proses Val IT Berdasarkan hasil pengidentifikasian proses-proses Val IT pada bagian

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pendahuluan BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai hasil studi literatur yang menjadi landasan pembahasan pada bab-bab selajutnya. Persoalan kesesuaian strategi teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sedemikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi proses akses, pengelolaan, dan

Lebih terperinci

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD Banyak organisasi yang mampu merumuskan rencana strategis dengan baik, namun belum banyak organisasi yang mampu melaksanakan kegiatan operasional bisnisnya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya teknologi telekomunikasi di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini adalah di Badan Kepegawaian Daerah Kota Semarang. Terletak pada Jl. Pemuda No. 148 lt.5 Semarang Telp.3586680,

Lebih terperinci

Chapter 3. Andi Dwi Riyanto, M.Kom

Chapter 3. Andi Dwi Riyanto, M.Kom Chapter 3 * A. Tujuan Perencanaan dan Formulasi Strategi SI/TI B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan SI/TI C. Model Proses Perencanaan Strategi SI/TI D. Framework Proses Perencanaan SI/TI E.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat membantu individu maupun perusahaan agar arus informasi berjalan cepat, tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat membantu individu maupun perusahaan agar arus informasi berjalan cepat, tepat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan kecanggihan dunia teknologi yang ada saat ini, tuntutan akan arus informasi yang cepat dan akurat menjadi semakin tinggi. Teknologi Informasi (TI) sangat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung pada sistem informasi yang mereka miliki. yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi (Rong, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. bergantung pada sistem informasi yang mereka miliki. yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi (Rong, 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi informasi, komputer dan telekomunikasi memiliki dampak yang revolusioner dan terstruktur seperti yang telah diduga sebelumnya. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM Latar Belakang Respon penanggulangan HIV dan AIDS yang ada saat ini belum cukup membantu pencapaian target untuk penanggulangan HIV dan AIDS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

Balanced Scorecard : Konsep, Evolusi Perkembangan, dan Dampaknya Terhadap Desain SPPM dan Sistem Penghargaan Berbasis Kinerja

Balanced Scorecard : Konsep, Evolusi Perkembangan, dan Dampaknya Terhadap Desain SPPM dan Sistem Penghargaan Berbasis Kinerja Balanced Scorecard : Konsep, Evolusi Perkembangan, dan Dampaknya Terhadap Desain SPPM dan Sistem Penghargaan Berbasis Kinerja Balanced Scorecard: Konsep, Evolusi Perkembangan dan Dampaknya Terhadap Dunia

Lebih terperinci

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

Framework Penyusunan Tata Kelola TI Bab IV Framework Penyusunan Tata Kelola TI Dalam bab ini akan dibahas tahapan-tahapan dalam penyusunan tata kelola TI Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Terdapat beberapa tahapan dalam penyusunan tata kelola

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Balanced Scorecard, Pengukuran kinerja. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. : Balanced Scorecard, Pengukuran kinerja. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Pos Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara, bergerak di bidang jasa komunikasi pos dan giro yang melayani seluruh lapisan masyarakat. Untuk dapat mencapai keberhasilan jangka panjangnya,

Lebih terperinci

PRAKTEK PENILAIAN RISIKO

PRAKTEK PENILAIAN RISIKO PRAKTEK PENILAIAN RISIKO 1; Pengantar Mengingat bahwa risiko adalah bagian integral dari pencapaian nilai strategis, maka perusahaan tidak berpikiran untuk menghilangkan risiko Sebaliknya, perusahaan ini

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5887 PEMERINTAH DAERAH. Daerah. Perangkat. Pencabutan (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba No.723, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Penyusunan SOP. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESELARASAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI DAN STRATEGI BISNIS DENGAN MODEL LUFTMAN (STUDI KASUS : AMIK XYZ)

PENGUKURAN KESELARASAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI DAN STRATEGI BISNIS DENGAN MODEL LUFTMAN (STUDI KASUS : AMIK XYZ) PENGUKURAN KESELARASAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI DAN STRATEGI BISNIS DENGAN MODEL LUFTMAN (STUDI KASUS : AMIK XYZ) Dicky Pratama STMIK GI MDP Dqpratama@stmik-mdp.net Abstrak Keselarasan strategi teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) bagi suatu organisasi pemerintah merupakan suatu kewajiban sebagai upaya mewujudkan tata kelola system yang modern. RSB

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir PT. Tawada Graha yang menjadi obyek dari tulisan kami menjalankan bisnis mereka secara tradisional. Tidak ada perencanaan strategis jangka panjang yang

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #10 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #10 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #10 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan, komponen, penyimpanan, dan tatakelola arsitektur TOGAF dalam rangka pengembangan dokumen

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian 36 Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan mengacu pada kerangka The Open Group Architecture Framework (TOGAF) yang merupakan kerangka kerja arsitektur di

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR Natalis Sariman Simbolon 1), Febriliyan Samopa ) 1) Magister

Lebih terperinci

Gambar Piramida Penyelarasan Strategi

Gambar Piramida Penyelarasan Strategi Balanced Scorecard Kementerian Keuangan Konsep Balanced Scorecard (BSC) dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton yang berawal dari studi tentang pengukuran kinerja di sektor bisnis pada tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHAPTER 5

DAFTAR ISI CHAPTER 5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 CHAPTER 5 ANOTHER INTERNAL CONTROL FRAMEWORK : CobiT 5.1 Pengantar COBIT... 3 5.2 Kerangka COBIT 4 5.3 Menggunakan COBIT untuk Menilai Pengendalian Intern... 6 5.4 Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan hal-hal yang menjadi harapan masyarakat yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan hal-hal yang menjadi harapan masyarakat yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan hal-hal yang menjadi harapan masyarakat yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka pembangunan di berbagai bidang pun semakin giat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF

RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF Ibrahim 1, Lela Nurpulaela 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Singaperbangsa Karawang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan merancang suatu sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan metode balanced scorecard yang sesuai dengan visi dan misi

Lebih terperinci

Pengantar Analisis Bisnis

Pengantar Analisis Bisnis Modul ke: Pengantar Analisis Bisnis Fakultas FASILKOM Winarsih, S.Si., MMSI Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Sejarah Analisis Bisnis Perkembangan TI memungkinkan organisasi untuk membangun

Lebih terperinci

Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard

Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard Balanced scorecard digunakan dalam hampir keseluruhan proses penyusunan rencana. Tahapan penyusunan rencana pada dasarnya meliputi enam kegiatan berikut: perumusan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Manfaat Investasi TI, Val IT Framework 2.0, Aplikasi Metatrader 4.0, Business Case, Portofolio Investasi TI.

ABSTRAK. Kata Kunci : Manfaat Investasi TI, Val IT Framework 2.0, Aplikasi Metatrader 4.0, Business Case, Portofolio Investasi TI. PENGGUNAAN VAL IT FRAMEWORK 2.0 UNTUK MENGUKUR PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI APLIKASI METATRADER 4.0 (ONLINE TRADING) PADA PERUSAHAAN SEKURITAS ONLINE Oleh : Rani Puspita Dhaniawaty, Yeffry

Lebih terperinci

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

Perencanaan dan Perjanjian Kerja BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kerja 2.1 Rencana Strategis Renstra Bappeda Litbang disusun adalah dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan. Sampai saat ini PT. XYZ masih belum memiliki pendefinisian

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan. Sampai saat ini PT. XYZ masih belum memiliki pendefinisian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Penelitian PT. XYZ adalah sebuah perusahaan dalam bidang jasa fabrikasi sheetmetal. Dimana dalam setiap proses bisnisnya, pengelolaan terhadap data dan informasi

Lebih terperinci

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG 1 Hanif fakhrurroja, S,Si.,M.T. 2 Irvan Akbar Maulana 1 Program Studi Manajemen Informatika STMIK LKPIA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen strategik yang merupakan inovasi yang luar biasa. Balanced Scorecard dapat menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan ke dalam empat perspektif

Lebih terperinci

Strategic Management of IS/IT. Aspek Manajemen IS / IT 11/23/2011. O rganization and R esources Chapter 8. Context of This Session

Strategic Management of IS/IT. Aspek Manajemen IS / IT 11/23/2011. O rganization and R esources Chapter 8. Context of This Session Context of This Session External Business Environment Internal Business Environment Internal IS/IT environment Strategic Management of IS/IT O rganization and R esources Chapter 8 We are here Strategic

Lebih terperinci

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #6 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #6 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #6 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip penyelarasan bisnis dan teknologi informasi sebagai faktor penting pendorong arsitektur

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN KESELARASAN STRATEGI TI DAN BISNIS (STUDI KASUS UNIVERSITAS XYZ)

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN KESELARASAN STRATEGI TI DAN BISNIS (STUDI KASUS UNIVERSITAS XYZ) 33 PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN KESELARASAN STRATEGI TI DAN BISNIS (STUDI KASUS UNIVERSITAS XYZ) Hanhan Maulana Program Studi Teknik Informatika UNIKOM Jl. Dipati Ukur 112-114 Bandung E-mail : hanhan.maulana@gmail.com

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, SALINAN BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

Lebih terperinci

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS Wahyuni, S.Si, MT Dosen Program Studi Sistem Informasi Universitas Komputer Indonesia ABSTRAK Perkembangan TI yang semakin canggih dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

DAMPAK TATA KELOLA TI TERHADAP KESELARASAN TI/BISNIS Titien S. Sukamto

DAMPAK TATA KELOLA TI TERHADAP KESELARASAN TI/BISNIS Titien S. Sukamto DAMPAK TATA KELOLA TI TERHADAP KESELARASAN TI/BISNIS Titien S. Sukamto Pengukuran Performa TI (IT Performance Measurement) Sebelum mulai mengukur keselarasan strategis, penting untuk lebih dahulu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi (TI) pada saat ini berkembang dengan cepat dan mempengaruhi kegiatan usaha manusia dibidang bisnis. Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk kepentingan jangka panjang. Jika perusahaan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk kepentingan jangka panjang. Jika perusahaan tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangPenelitian Dalam perkembangan era globalisasi ini, tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan atau laba yang tinggi, akan tetapi bukan itu tujuan utama satu-satunya

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Langkah-langkah penelitian 3.1.1 Observasi di PT Pertamina Gas Pada tahap ini, dilakukan pengamatan langsung ke Departemen Sumber daya manusia PT Pertamina Gas yang

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No.1675, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Manajemen Risiko. PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Nelly Khairani Daulay

Nelly Khairani Daulay PERANCANGAN CETAK BIRU INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI PADA STMIK MURA LUBUKLINGAU Program Studi Sistem Komputer, STMIK Musi Rawas Lubuklinggau Jl. Jend. Besar Soeharto Kel. Lubuk Kupang Kec. Lubuklinggau

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan Setelah membuat metode penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang dilakukan pada RSUD kota Salatiga. 4.1 Analisis Maturity Level

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Strategis SI/TI (Pertemuan Pertama) Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard)

Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Strategis SI/TI (Pertemuan Pertama) Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard) Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Strategis SI/TI (Pertemuan Pertama) Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard) 1 Pokok Bahasan dalam Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard)

Lebih terperinci

Mengevaluasi luas dan kedalaman struktur organisasi. 1.0 Develop Vision and Strategy (10002)

Mengevaluasi luas dan kedalaman struktur organisasi. 1.0 Develop Vision and Strategy (10002) 1.0 Develop Vision and Strategy (10002) 1.1 Tentukan konsep bisnis dan visi jangka panjang 1.1.1 Menilai lingkungan eksternal ( 10017 ) 1.1.1.1 Menganalisis dan mengevaluasi kompetisi ( 10021 ) 1.1.1.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.... i ii iii iv v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 20 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Tantangan Dasar Desain Organisasi

Tantangan Dasar Desain Organisasi Modul ke: Tantangan Dasar Desain Organisasi Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational Theory, Design,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen 69 Bab IV Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen IV.1 Perancangan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Berdasarkan Perspektif Zachman Pada bab IV, telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai respon dari perkembangan teknologi serta tuntutan masyarakat terhadap peningkatkan pelayanan, transparasi dan efektifitas, pemerintah mulai melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu organisasi dikatakan berhasil apabila visi, misi dan tujuannya tercapai. Untuk dapat mencapainya,

Lebih terperinci

EDISI 12 I BUKU 1. -;;-, = Penerbit. . - ~ Salemba Empat. » Buku Asli Berstiker Hologra m

EDISI 12 I BUKU 1. -;;-, = Penerbit. . - ~ Salemba Empat. » Buku Asli Berstiker Hologra m - analemen Strategis Strategic Management-Formulation,Implementation,and Control EDISI 12 I BUKU 1 -;;-, = Penerbit. - ~ Salemba Empat ~» Buku Asli Berstiker Hologra m Daftar lsi BAGIAN SATU TINJAUAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Teknologi Informasi (TI) tidak hanya diharapkan sebagai perangkat pembantu kegiatan

Teknologi Informasi (TI) tidak hanya diharapkan sebagai perangkat pembantu kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini telah mencapai tahap perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu secara dramatis. Saat ini, Teknologi

Lebih terperinci

BALANCED SCORECARD ROBERT S. KAPLAN DAVID P NORTON

BALANCED SCORECARD ROBERT S. KAPLAN DAVID P NORTON BALANCED SCORECARD ROBERT S. KAPLAN DAVID P NORTON LATAR BELAKANG LINGKUNGAN OPERASI BARU DALAM BISNIS: LINTAS FUNGSI: mengkombinasikan keunggulan spesialisasi keahlian fungsional dengan kecepatan, efisiensi,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Dalam mengembangkan blueprint Sistem Informasi penerapan SNP di Sekolah Menengah Atas, keseluruhan proses yang dilalui harus melalui beberapa tahapan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi I. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi SMM ISO 9001:2000 terhadap penjaminan mutu kinerja sekolah yang dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI 5.1 Rancangan Audit Sistem Informasi Rancangan audit sistem informasi dapat dilihat dari skor rata-rata dilakukan perhitungan pada bab sebelumnya dari nilai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2009 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2009 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.74.3496 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia 1 Analisis Jabatan Badan Pelaksana 1. Atasan Langsung 2. Tanggung Jawab 3A. Hasil Kerja Pokok Majelis Pemangku Kepentingan Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Pengembangan,

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci