UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA, S.Farm ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker BHATA BELLINDA, S.Farm ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii

3 iii

4 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Bhata Bellinda, S.Farm NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 17 Januari 2014 iv

5 KATA PENGANTAR Penulis panjatkan syukur kepada Allah Tritunggal Maha Kudus yang telah memberikan penyertaan, serta kasih karunianya yang selalu setia mendampingi dan menuntun selama proses pengerjaan penyusunan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk periode 17 Juni s.d 30 Agustus Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Profesi Apoteker untuk dapat memperoleh gelar Apoteker dan merupakan sarana untuk memperluas wawasan mahasiswa Program Profesi Apoteker dibidang industri. 1. Lutfhi Zarkasyi, S.Farm., Apt selaku pembimbing dari PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk atas kesempatan, dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA, serta telah merelakan waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan bimbingan, saran, perhatian, serta nasehat kepada penulis selama proses pengerjaan laporan; 2. Drs Mahdi Jufri M.Si sebagai Dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing dari Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama melaksanakan PKPA dan menyusun tugas akhir 3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Pj.S. Dekan Fakultas Farmasi sampai dengan 20 Desember Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. 5. Drs. M. Sumarno, Apt. sebagai Plant Director PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Yang telah mengizinkan, memberikan fasilitas,serta kesempatan yang diberikan selama pelaksanaan PKPA; 6. Seluruh manager dan karyawan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk khususnya Value Stream Cream, yang telah memberikan bantuan dan perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi atas didikan dan bantuannya selama perkuliahan di pendidikan profesi apoteker. v

6 8. Papa, mama, dan kak Abi yang telah memberikan doa dan semangat untuk menyelesaikan perkuliahan di pendidikan profesi apoteker. 9. Seluruh teman-teman Apoteker UI Angkatan 77 yang telah berjuang bersamasama melaksanakan PKPA untuk mendapatkan gelar apoteker. 10. Seluruh pihak yang telah membantu penulisan laporan PKPA yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Saya menyadari laporan PKPA ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Semoga apa yang saya sajikan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi perkembangan peranan profesi Apoteker di pemerintahan pada umumnya. Keterbatasan pada dasarnya dapat menjadi sumber pelajaran bagi perkembangan berikutnya dan kesempatan adalah titik awal perjuangan untuk menjadi lebih baik. Jakarta, Januari 2014 Penulis vi

7 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Bhata Bellinda, S.Farm NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas Jenis karya : Farmasi : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI 30 AGUSTUS 2013 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 17 Januari 2014 Yang menyatakan (Bhata Bellinda, S.Farm.) vii

8 ABSTRAK Nama : Bhata Bellinda, S. Farm. Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Jalan Raya Bogor Km 38. Periode 17 Juni 30 Agustus 2013 Industri Farmasi adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dengan cara meningkatkan kuantitas dan kualitas obat yang akan di produksi. Semua obat-obatan yang di produksi dan akan beredar harus dapat dijamin keamanan, khasiat, dan mutunya. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan suatu pedoman yang meliputi seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya, yaitu Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Semua industri farmasi wajib menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan pada periode 17 Juni 30 Agustus 2013 di PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. guna memberikan perbekalan bagi para calon Apoteker untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama masa kuliah secara praktis dan langsung kepada pengawasan mutu obat di Industri Farmasi. Kegiatan PKPA tersebut bertujuan untuk membandingkan penerapan ketentuan CPOB dengan implementasi di Industri Farmasi, khususnya pada PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di Industri Farmasi terutama sebagai penanggung jawab produksi, pemastian mutu, dan pengawasan mutu. Kata kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., CPOB, Titik Kritis Proses, Manajemen Risiko Mutu xii + 76 halaman : 17 lampiran Daftar Pustaka : 5 ( ) viii

9 ABSTRACT Name : Bhata Bellinda, S. Farm Study Program : Pharmacist Profession Judul :. Report of Pharmacist Internship Program at PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Jalan Raya Bogor Km Juni 30 Agustus 2013 Period Pharmaceutical Industry is the place to meet the needs of public health by increasing the quantity and quality of the drug to be in production. All drugs are in production and will be circulated to be guaranteed safety, efficacy, and quality. To achieve this we need a guideline that covers all aspects of production and quality control in order to ensure the drug is made consistently, meeting the requirements set out and in accordance with their intended use, namely the Good Manufacturing Practice ( GMP ). All GMP pharmaceutical industry shall apply in all aspects and activities of a series of drug manufacturing. Work Practice Pharmacist ( PKPA ) conducted during the period 17 June to 30 August 2013 in the PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. to provide supplies for prospective pharmacists to apply the knowledge they have learned during the course in a practical and direct the quality control of drugs in the Pharmaceutical Industry. The PKPA activities aimed to compare the application of the provisions of the implementation of GMP in Pharmaceutical Industry, particularly in PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.dan understand the duties and responsibilities of pharmacists in the Pharmaceutical Industry is mainly in charge of production, quality assurance, and quality control. Key Words xii + 76 pages :. Pharmacist Internship Program, PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, GMP, Critical Point Process, Quality Risk Management. : 17 appendixes Bibliography : 5 ( ) ix

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... v HALAMAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR LAMPIRAN.... xii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan BAB 2 TINJAUAN UMUM Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Aspek aspek CPOB Kompetensi Apoteker Praktisi Industri BAB 3 TINJAUAN KEGIATAN PT. Taisho Pharmaceutical Internasional PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Value Stream Departemen Quality Operation Departemen Plant Logistic Departemen Technical Service Departemen Maintenance Engineering dan EHS Lean Continuous Improvement and Training (LCT) 53 BAB 4 PEMBAHASAN Managemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan x

11 4.5 Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Obat dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi 73 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Lampiran 2 Struktur Organisasi Value Stream Liquid.. 78 Lampiran 3 Struktur Organisasi Value Stream Cream Lampiran 4 Struktur Organisasi Value Stream Diamond Lampiran 5 Struktur Organisasi Departemen Quality Operation Lampiran 6 Struktur Organisasi Departemen Plant Logistic Lampiran 7 Ruang timbang di Warehouse Lampiran 8 Label Identifikasi Material di Warehouse Lampiran 9 Penyimpanan Packaging Material di Warehouse Lampiran 10 Struktur Organisasi ME-EHS Lampiran 11 Diagram HVAC Lampiran 12 Alur Pengolahan Purified Water (PW) Lampiran 13 Limbah Padat Hasil Reject Produk disimpan dalam Storage Room Lampiran 14 Pengolahan Limbah Cair secara Kimiawi Lampiran 15 Pengolahan Limbah secara Biologis Lampiran 16 Pengolahan Penjernihan Limbah (clarifier unit) Tahap Akhir Lampiran 17 Struktur Organisasi Lean Continuous Improvement and training xii

13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri farmasi merupakan salah satu industri yang turut berpartisipasi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui perannya dalam bidang pembuatan dan pengembangan sediaan obat. Obat adalah komoditi khusus yang memerlukan perlakuan khusus mulai dari bahan baku sampai proses kemasannya karena aktivitas obat yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia. Sehingga industri farmasi memiliki moral dan tanggung jawab sosial dalam menghasilkan produk obat yang memenuhi standar mutu, khasiat, dan keamanan. Oleh karenanya, industri farmasi menjadi salah satu industri yang dikontrol dan diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) baik dalam segi perizinan, produksi, peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan. Industri farmasi harus memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam melakukan produksi obat jadi. CPOB tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 dijelaskan sebagai suatu pedoman pembuatan obat yang baik dan benar diseluruh aspek kegiatan produksi bertujuan untuk memastikan bahwa sifat maupun mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan secara konsisten sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). Penerapan CPOB antara satu industri farmasi dengan industri farmasi lainnya dapat berbeda dikarenakan perbedaan fasilitas pendukung yang dimiliki tiap industri. Sehingga peran penting Apoteker dalam industri farmasi adalah memastikan obat yang dihasilkan bermutu, aman dan berkhasiat. Kedudukan Apoteker diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu sehingga seorang Apoteker dituntut untuk memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam 1

14 2 mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya secara professional agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul di industri farmasi. Calon Apoteker perlu mendapat bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai agar memenuhi standar kompetensi yang diperlukan. Salah satu cara untuk mencapainya adalah melalui kegiatan praktek kerja profesi di industri farmasi. Oleh karena itu, bekerja sama dengan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Pada PKPA ini mahasiswa bertugas untuk mengamati dan mempelajari langsung kegiatan-kegiatan yang terjadi dari kedatangan raw material hingga menjadi produk jadi yang dapat dipasarkan yang dilaksanakan di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia.. Pelaksanaan praktek kerja berlangsung dari tanggal 17 Juni 2013 hingga 30 Agustus Melalui praktek kerja ini, diharapkan mahasiswa calon Apoteker dapat memperoleh manfaat dan ilmu sebanyak mungkin yang dapat diaplikasikan saat terjun dalam dunia kesehatan. 1.2 Tujuan a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai CPOB dalam segala aspek pada industri farmasi terutama penerapan CPOB di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab Apoteker dalam industri farmasi khususnya di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

15 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat meliputi seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Setiap industri farmasi wajib memiliki izin industri farmasi dari Direktur Jenderal. Wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan harus memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Persyaratan lain untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010): a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas. b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat. c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. f. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB. g. Pengajuan permohonan persetujuan prinsip untuk pendirian usaha industri farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal. Permohonan persetujuan prinsip dilakukan oleh industri Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri, harus memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan prinsip 3

16 4 diberikan setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari kepala BPOM. h. Setiap industri farmasi wajib melakukan farmakovigilans. Bila industri farmasi menemukan obat dan atau bahan obat hasil produksinya yang tidak memenuhi standar dan atau persyaratan keamanan, khasiat/keamanan dan mutu, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Persyaratan pada poin (a) dan (b) tidak diperlukan bagi pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010). Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap berproduksi sesuai persyaratan CPOB. Izin industri farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010). Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, industri farmasi dapat mengajukan permohonan izin industri farmasi. Permohonan izin industri farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan sebagai berikut: a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi. b. Surat Persetujuan Penanaman Modal untuk Industri Farmasi dalam rangka Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri. c. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan. d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya. e. Fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari kepala dinas kesehatan provinsi. g. Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan. h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir.

17 5 i. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu. j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu dari pimpinan perusahaan. k. Fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masingmasing apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu. l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang kefarmasian. Persyaratan registrasi obat dalam negeri menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 sebagai berikut: a. Registrasi obat produksi dalam negeri hanya dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki izin industri farmasi yang dikeluarkan oleh Menteri. b. Industri farmasi yang dimaksud tersebut harus memenuhi persyaratan CPOB. c. Pemenuhan persyaratan CPOB yang dimaksud dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang dikeluarkan oleh Kepala Badan. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama Industri Farmasi yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri farmasi yang menghasilkan obat atau bahan obat dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010). Industri farmasi wajib menyampaikan laporan industri kepada Direktorat Jenderal BPOM mengenai kegiatan usahanya setiap 6 bulan, meliputi jumlah dan

18 6 nilai produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan dan setiap 1 tahun untuk laporan lengkapnya (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010). Jika industri farmasi melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010, dapat dikenakan sanksi administratif berupa (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010) : a. Peringatan secara tertulis. b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu. c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu. d. Penghentian sementara kegiatan. e. Pembekuan izin industri farmasi atau pencabutan izin industri farmasi. 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012) Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi farmasi dewasa ini mengakibatkan berbagai perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta persyaratan CPOB. Hal ini sesuai dengan filosofi yang akan berubah mengikuti perkembangan atau teknologi dalam bidang farmasi. Demikian pula perkembangan penerapan CPOB di Indonesia. CPOB pertama keluar pada tahun Pada tahun 1989, Petunjuk Operasional Penerapan CPOB diterbitkan agar pedoman tersebut dapat diterapkan secara efektif diindustri farmasi. Dalam perkembangannya, CPOB 1988 direvisi pada tahun 2001 lalu direvisi kembali pada tahun Karena kedinamisan tersebut, CPOB tahun 2006 pun kembali direvisi di tahun Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. Pada prinsipnya, CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan

19 7 dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Persyaratan dasar dari CPOB adalah: a. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan. b. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi. c. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk: personil yang terkualifikasi dan terlatih; bangunan dan sarana dengan luas yang memadai; peralatan dan sarana penunjang yang sesuai; bahan, wadah dan label yang benar; prosedur dan instruksi yang disetujui; tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai. d. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia. e. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar. f. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi. g. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang mudah diakses. h. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap mutu obat. i. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran. j. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan pengulangan kembali keluhan.

20 8 Pelanggaran terhadap ketentuan Pedoman CPOB dapat dikenai sanksi administratif sebagai berikut: a. Peringatan secara tertulis. b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu. c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu. d. Penghentian sementara kegiatan. e. Pembekuan Sertifikat CPOB/CPBBAOB. f. Pencabutan Sertifikat CPOB/CPBBAOB. g. Rekomendasi pencabutan izin industri farmasi. 2.3 Aspek-aspek CPOB (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012) Berdasarkan pedoman CPOB tahun 2012, aspek CPOB meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi. Berikut ini adalah 12 aspek CPOB tersebut, yaitu : Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu Kebijakan Mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang

21 9 didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya. Unsur dasar manajemen mutu adalah: a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya. b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu. Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal hendaklah diberikan kepada kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan pengembangan produk. Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat hendaklah memastikan bahwa: a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memperhatikan persyaratan CPOB. b. Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan CPOB diterapkan. c. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan. d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan awal dan pengemas yang benar. e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-proses lain serta dilakukan validasi.

22 10 f. Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, pengkajian dokumen pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi, dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir. g. Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu, dan pelulusan produk. h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin, produk disimpan, didistribusikan, dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat. i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu. j. Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan. k. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki, dan dicatat. l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu produk. m. Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui. n. Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan. Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.

23 11 Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif. Manajemen risiko mutu hendaklah memastikan bahwa: a. Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses, dan pada akhirnya terkait pada perlindungan pasien. b. Tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya. Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan

24 12 kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat. Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung

25 13 maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari peralatan. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan : a. Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan. b. Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil yang tidak berkepentingan masuk. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan: a. Penerimaan bahan. b. Karantina barang masuk. c. Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas. d. Penimbangan dan penyerahan bahan atau produk. e. Pengolahan. f. Pencucian peralatan. g. Penyimpanan peralatan. h. Penyimpanan produk ruahan. i. Pengemasan. j. Karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir. k. Pengiriman produk. l. Laboratorium pengawasan mutu Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah

26 14 kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk. Desain dan konstruksi peralatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai dengan tujuannya. b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. c. Bahan yang diperlukan untuk peng-operasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi. d. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat. e. Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. f. Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran. g. Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk. h. Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar. i. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan.

27 15 j. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah disimpan. k. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat. l. Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung hendaklah diberlakukan bagi semua personil yang memasuki area produksi, baik karyawan purnawaktu, paruhwaktu atau bukan karyawan yang berada di area pabrik, misal karyawan kontraktor, pengunjung, anggota manajemen senior dan inspektur. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau disterilisasi.

28 16 Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasikan terhadap berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program tersebut hendaklah mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene, dan pakaian pelindung personil. Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan pengawasan. Program higiene hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi pelatihan. Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Merupakan suatu kewajiban bagi industri agar tersedia instruksi yang memastikan bahwa keadaan kesehatan personil yang dapat memengaruhi mutu produk diberitahukan kepada manajemen industri. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan personil secara berkala. Petugas pemeriksa visual hendaklah menjalani pemeriksaan mata secara berkala. Semua personil hendaklah menerapkan higiene perorangan yang baik. Hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiene perorangan. Semua personil yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah memerhatikan tingkat higiene perorangan yang tinggi. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses, dan obat jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan risiko. Semua personil hendaklah diperintahkan dan didorong untuk melaporkan kepada atasan langsung tiap keadaan (pabrik, peralatan atau personil) yang menurut penilaian mereka dapat merugikan produk. Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk. Personil hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana mencuci tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Untuk tujuan itu perlu dipasang poster yang sesuai. Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area

29 17 produksi, laboratorium, area gudang, dan area lain yang mungkin berdampak terhadap mutu produk Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti : penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan, dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu dan diberi penandaan dengan data yang diperlukan. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat, dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu. Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi. Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti penerimaan bahan awal. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan pada kondisi seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara teratur untuk memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok. Pemeriksaan hasil nyata dan rekonsiliasi jumlah hendaklah dilakukan sedemikian untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan. Pengolahan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadi kecampurbauran ataupun kontaminasi silang. Produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba atau pencemaran lain pada tiap tahap pengolahan. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan pada penanganan bahan yang

30 18 sangat aktif atau menyebabkan sensitisasi. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahapan proses produksi. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna sering kali sangat membantu untuk menunjukkan status (misal: karantina, diluluskan, ditolak, bersih, dan lain-lain). Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat lain untuk transfer produk dari satu ke tempat lain telah terhubung dengan benar. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan. Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu. Akses ke fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil yang berwenang. Pada umumnya pembuatan produk nonobat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan dengan peralatan untuk produk obat Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi, dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.

31 19 Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian Pengawasan Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan. Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab, antara lain adalah: a. Membuat, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu. b. Menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk. c. Memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk. d. Memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk. e. Ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis, dan dicatat di mana perlu. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian Pengawasan Mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif.

32 20 Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin serta pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain: a. Personalia. b. Bangunan termasuk fasilitas untuk personil. c. Perawatan bangunan dan peralatan. d. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi. e. Peralatan. f. Pengolahan dan pengawasan selama-proses g. Pengawasan Mutu. h. Dokumentasi. i. Sanitasi dan higiene. j. Program validasi dan revalidasi. k. Kalibrasi alat atau sistem pengukuran. l. Prosedur penarikan kembali obat jadi. m. Penanganan keluhan. n. Pengawasan label. o. Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan. Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program yang telah disusun untuk memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip Pemastian Mutu. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh personil perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat. Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu)

33 21 kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur inspeksi diri. Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah mencakup semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi dan bila memungkinkan saran untuk tindakan perbaikan. Pernyataan dari tindakan yang dilakukan hendaklah dicatat. Hendaklah ada program penindak-lanjutan yang efektif. Manajemen perusahaan hendaklah mengevaluasi baik laporan inspeksi diri maupun tindakan perbaikan bila diperlukan Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk. Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat. Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa produk atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran yang dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan. Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf

34 22 yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi penarikan kembali. Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan jika perlu, untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali. Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tiap saat. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk dicatat yang mencakup rincian mengenai asal usul keluhan dan diselidiki secara menyeluruh dan mendalam. Kepala bagian Pengawasan Mutu dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut. Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka dipertimbangkan untuk memastikan apakah bets lain juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan ulang dari bets yang cacat diselidiki. Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan mengenai suatu produk dilakukan tindak lanjut mencakup tindakan perbaikan bila diperlukan, penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan, dan tindakan lain yang tepat. Catatan keluhan dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan perhatian dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena

35 23 hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk, dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya: pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Metode instruksi ditulis dengan bahasa yang jelas, tidak bermakna ganda, dan dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia; merupakan kewajiban dari suatu industri untuk memiliki instruksi dari setiap tahapan proses yang jelas dan terperinci. Laporan berisi ringkasan hasil yang diperoleh. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir. Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji, dan didistribusikan dengan cermat. Bagian dokumen pembuatan dan hendaklah sesuai dengan dokumen persetujuan izin edar yang relevan. Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang sesuai dan diberi wewenang. Isi dokumen hendaklah tidak bermakna ganda; judul, sifat dan tujuannya hendaklah dinyatakan dengan jelas. Penampilan dokumen hendaklah dibuat rapi dan mudah diperiksa. Dokumen hasil reproduksi hendaklah jelas dan terbaca. Reproduksi dokumen kerja dari dokumen induk tidak boleh menimbulkan kekeliruan yang disebabkan proses reproduksi. Dokumen hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja.

36 24 Dokumen hendaklah tidak ditulistangan; namun, bila dokumen memerlukan pencatatan data, maka pencatatan ini hendaklah ditulis-tangan dengan jelas, terbaca, dan tidak dapat dihapus. Hendaklah disediakan ruang yang cukup untuk mencatat data. Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan pada dokumen hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal; perubahan hendaklah memungkinkan pembacaan informasi semula. Di mana perlu, alas an perubahan hendaklah dicatat. Pencatatan hendaklah dibuat atau dilengkapi pada tiap langkah yang dilakukan dan sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang signifikan mengenai pembuatan obat dapat ditelusuri. Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal daluwarsa produk jadi. Data dapat dicatat dengan menggunakan sistem pengolahan data elektronis, cara fotografis atau cara lain yang dapat diandalkan, namun prosedur rinci berkaitan dengan sistem yang digunakan hendaklah tersedia, dan akurasi catatan hendaklah diperiksa. Apabila dokumentasi dikelola dengan menggunakan metode pengolahan data elektronis, hanya personil yang diberi wewenang boleh memasukkan atau memodifikasi data dalam komputer dan hendaklah perubahan dan penghapusannya dicatat; akses hendaklah dibatasi dengan menggunakan kata sandi (password) atau dengan cara lain, dan hasil entri dari data kritis hendaklah diperiksa secara independen. Catatan bets yang disimpan secara elektronis hendaklah dilindungi dengan transfer pendukung (back-up transfer) menggunakan pita magnet, mikrofilm, kertas atau cara lain. Adalah sangat penting bahwa data selalu tersedia selama kurun waktu penyimpanan Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

37 25 Kontrak tertulis hendaklah dibuat meliputi pembuatan dan/atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi adalah segala kegiatan pembuktian dan pendokumentasian bahwa sebuah sistem dan atau alat sudah terpasang dan berfungsi secara benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kualifikasi merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum validasi. Kualifikasi terdiri dari Kualifikasi Desain (KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO), dan Kualifikasi Kinerja (KK). CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data sebagai berikut: a. Kebijakan validasi. b. Struktur organisasi kegiatan validasi. c. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan, dan proses yang akan divalidasi. d. Format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan. e. Pengendalian perubahan.

38 26 f. Acuan dokumen yang digunakan Kompetensi Apoteker Praktisi Industri (World Health Organization, 1997) Peran apoteker dalam industri farmasi yang digariskan oleh WHO yang dikenal dengan istilah seven star pharmacist meliputi: Care Giver Apoteker harus menjadi pemberi pelayanan. Bentuk pelayanan yang diberikan dalam industri farmasi berupa informasi obat, efek samping obat, teknologi dalam pembuatan obat, regulasi obat, dan informasi analitis mengenai hal yang berhubungan dengan obat kepada dokter, sejawat, dan profesi kesehatan lain. Dalam memberikan pelayanan, apoteker harus mampu berinteraksi dengan individu dan kelompok dalam lingkungan industri seperti registrasi, formulasi pengawasan mutu, penjaminan mutu, produksi, maupun di luar industri seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam registrasi dan pengawasan mutu obat, Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kefarmasian Decision Maker Apoteker mendasarkan pekerjaanya pada ketepatan, keefikasian dan biaya yang efektif dan efisien terhadap seluruh penggunaan sumber daya misalnya pengendalian bahan awal dan obat jadi, alokasi dana yang sesuai dengan kebutuhan, operasi mesin-mesin produksi, prosedur yang tepat dalam memproduksi obat, pemanfaatan sumber daya manusia dan strategi yang tepat dalam memasarkan dan memperkenalkan obat kepada masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut kemampuan dan keterampilan apoteker perlu diukur untuk kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam penentuan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan Communicator Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam berhubungan dengan masyarakat maupun praktisi kesehatan lain. Oleh karena itu, oleh karena itu ia

39 27 harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik. Komunikasi tersebut meliputi komunikasi verbal, nonverbal, mendengar dan kemampuan menulis dengan menggunakan bahasa sesuai kebutuhan Leader Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan Manager Apoteker harus mampu mengelola seluruh sumber daya yang ada di industri farmasi dan dapat mengakumulasikannya untuk meningkatkan kinerja industri dari waktu ke waktu Life Long Learner Belajar terus-menerus dan melakukan interaksi yang baik dengan rekanrekan sejawat di industri farmasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Teacher Bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dunia industri kepada sejawat apoteker dalam praktek kerja lapangan, dalam seminar mengenai aspek-aspek industri farmasi, dan lain-lain.

40 BAB 3 TINJAUAN KEGIATAN 3.1. PT. Taisho Pharmaceutical Internasional PT. Taisho Pharmaceutical didirikan pada tanggal 12 Oktober 1912 dan didirikan di Bunkyo Ward di Tokyo, Jepang pada 5 Mei 1928 untuk pembuatan obat OTC dengan formulasi yang berbeda. Taisho berkomitmen untuk berperan dalam kesehatan masyarakat dengan atau tanpa peresepan. Sosok kunci pada perusahaan ini adalah Shoji Uehara yang kemudian ditunjuk sebagai pimpinan perusahaan. Taisho memproduksi obat-obat resep maupun OTC selain produk bermanfaat lainnya. Produk Taisho untuk peresepan yang terkenal adalah antibiotik klaritromisin dengan nama paten Clarith & Tomiron, antibiotik lainnya dan Ancaron untuk pengobatan aritmia. Obat-obat OTC Taisho yang populer diantaranya adalah makanan/minuman kesehatan yang kaya nutrisi (Lipovitan-D, Livita), rangkaian makanan untuk penggunaan kesehatan khusus, Pabron-adalah obat untuk pilek, pengobatan gastrointestinal Kanpro Ichoyaku, Colac-yang efektif untuk sistem pencernaan, dan RiUp efektif bekerja untuk gangguan kebotakan pada pria. PT. Taisho Pharmaceutical telah menandatangani kerjasama dengan Toyama Chemical untuk menjual produk-produknya. Taisho memahami dengan baik makanan apa yang ideal dikonsumsi oleh orang-orang di sekitar, oleh sebab itu Taisho membuat berbagai minuman dan makanan kesehatan kaya gizi yang mencakup berbagai merek populer seperti Zena, Lipovitan dan Livita. Disamping berkecimpung dalam bisnis penyediaan obat, perusahaan juga selalu fokus pada kegiatan pengobatan penyakit yang berkaitan dengan SSP, diabetes, imunologi, alergi dan berbagai penyakit menular. Setelah lebih dari sembilan dekade, Taisho berhasil menjaga eksistensinya dalam pasar kesehatan global dan telah dipercaya oleh konsumen seluruh dunia. 28

41 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Sebelum Taisho Pharmaceutical masuk ke Indonesia, pabrik ini dulunya adalah milik perusahaan Squibb yang berdiri pada 8 juli 1970 sebagai perusahaan modal asing yang diberi nama PT. Squibb Indonesia. Pada tahun 1991 perusahaan Squibb di seluruh dunia bergabung dengan perusahaan Bristol yang sebelumnya telah bergabung bersama perusahaan Mead Johnson dan berubah nama menjadi PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia (BMSI). Seluruh saham PT. BMSI selanjutnya dibeli oleh PT. Taisho Pharmaceutical pada tahun 2009, dan namanya pun berubah menjadi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Struktur organisasi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. terdapat pada lampiran 1. Pabrik PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia berlokasi di Jl. Raya Bogor Km 38, Cilangkap-Cimanggis, Depok, Jawa Barat 16958, Indonesia. Sedangkan kantor pusat terletak di Wisma Tamara Lt. 10, Jl. Jend. Sudirman Kav. 24, Jakarta Pabrik PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memiliki luas lahan m 2 meliputi bangunan kantor, kantin, mushola, dan bangunan pabrik yang terdiri dari area proses (grey area), area pengemasan (black area), laboratorium QC, gudang (warehouse), area teknik mesin, gudang bahan mudah terbakar, dan sarana pengolahan air dan limbah. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia mempunyai visi, yaitu menghasilkan produk yang excellent, dapat memperoleh hasil yang efektif dan kompetitif, dan selalu menjamin kualitas mutu demi memenuhi kebutuhan customer. Produksi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia dibagi menjadi tiga value stream, yaitu Value Stream Liquid, Value Stream Cream, dan Value Stream Diamond. Value stream adalah suatu sistem yang membagi pekerjaan agar lebih terfokus pada masing-masing pekerjaan di masing-masing value stream. Value stream mengatur perencanaan produksi untuk memenuhi permintaan pasar khusus untuk masing-masing produk, dengan data permintaan dan kebutuhan bahan baku maupun bahan pengemas yang berasal dari Plant Logistic. Plant Logistic merupakan departemen yang mengatur semua perencanaan penjualan, pembelian dan juga penyimpanan untuk semua produk. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memproduksi produk jadi untuk

42 30 wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Myanmar, dan Hongkong. Seluruh penyalur di provinsi-provinsi di Indonesia menyediakan produk-produk yang dibuat di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia menerima toll manufacturing dari PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma Value Stream Setiap value stream dipimpin oleh seorang manager yang membawahi seorang supervisor dan seorang scheduler. Scheduler bertugas mengatur semua perencanaan produksi. Supervisor bertanggung jawab langsung pada manager untuk mengatur, mengontrol dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, bahan baku setengah jadi atau jadi dan mesin-mesin produksi di dalam wilayah tanggung jawabnya guna memaksimalkan efisiensi, meminimalkan biaya dan menghasilkan bahan setengah jadi/jadi yang memenuhi standar kebutuhan pelanggan. Jadi, supervisor bertugas untuk menjamin seluruh proses produksi sesuai dengan standar operasional yang berlaku dan memenuhi persyaratan CPOB serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Supervisor membawahi line leader mixing dan packaging, foreman, bagian IPC (In Process Control), dan teknisi Value Stream Liquid Pada value stream Tempra, foreman mixing membawahi operator dispensing dan operator mixing serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan dispensing dan mixing berjalan dengan lancar. Foreman packaging membawahi operator CVC line dan operator KapsAll line, serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan packaging berjalan dengan lancar. Struktur organisasi Value Stream Liquid tersaji dalam Lampiran 2. Varian produk liquid antara lain Tempra Syrup Grape Flavor,Strawberry Flavor, Mango Flavor, Blueberry Flavor and Strawberry Flavor.

43 Value Stream Cream Pada Value Stream Cream, foreman processing membawahi operator dispensing dan operator mixing serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan dispensing dan mixing berjalan dengan lancar. Line leader packaging membawahi operator filling dan operator cartoning, serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan packaging (filling dan cartoning) berjalan dengan lancar. Line leader dan foreman bertanggung jawab langsung kepada supervisor. Struktur organisasi value stream cream tersaji dalam Lampiran 3. Selain itu, terdapat seorang scheduler yang bertugas untuk merencanakan produksi dalam beberapa bulan kedepan. Schedule biasanya dibuat untuk 3 bulan kedepan. Untuk dapat merencanakan produksi, seorang scheduler berarti harus dapat merencanakan produk yang akan diproduksi (sesuai pesanan baik lokal maupun ekspor dan forecasting) dan waktu produksi serta material apa saja yang dibutuhkan untuk produksi tersebut. Setelah itu nantinya akan diperoleh monthly production plan dan detail (weekly) production schedule. Varian produk cream, antara lain Counterpain Cream, Counterpain Cool, dan Counterpain Plus Value Stream Diamond Sama seperti dua value stream yang lain, value stream ini dipimpin oleh seorang kepala bagian (manager) yang membawahi langsung production foreman. Production Foreman membawahi foreman processing dan line leader packaging. Foreman processing membawahi langsung operator dispensing dan operator mixing serta bertugas untuk memastikan bahwa kegiatan dispensing dan mixing berjalan dengan lancar. Sedangkan line leader packaging membawahi langsung senior packer dan packer. Struktur organisasi value stream diamond terlampir dalam Lampiran 4. Produk yang dihasilkan oleh value stream diamond antara lain multivitamin, serta produk-produk toll in dari PT. Janssen Cilag divisi pharma antara lain krim dan serbuk anti jamur Departemen Quality Operation Quality Operational Department terdiri dari tiga seksi yaitu seksi Quality

44 32 Control (QC), seksi Quality Assurance (QA), dan Training. Ketiga bagian tersebut dikepalai oleh seorang manager yang bertanggung jawab pada manager Quality Operation. Struktur organisasi Quality Operation tersaji dalam Lampiran Quality Control (QC) Bagian Quality Control memiliki tugas antara lain : a. Melakukan pengujian terhadap bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi serta menyimpan sampel pertinggal. stabilitas produk. b. Mengajukan data lengkap ke QA untuk menolak atau meluluskan setiap bets bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi. c. Melakukan analisa terhadap sampel pertinggal dari obat yang dikomplain jika diperlukan. d. Mengadakan uji stabilitas. e. Melakukan penanganan reference standard. f. Melakukan pemantauan rutin untuk ruang produksi dan sistem penunjang (air, compresor, dan kualitas udara). g. Melakukan analisa untuk kegiatan validasi proses, pembersihan, dan sistem penunjang. Ruangan dalam QC terdiri dari laboratorium kimia, laboratorium mikrobiologi, ruang instrumen, ruang timbang, lemari asam, ruang cuci, dan ruang administrasi. Kegiatan yang dilakukan dalam laboratorium fisika-kimia QC adalah melakukan analisa sampel secara kimia (antara lain: pengukuran assay, ph, disolusi, dan disintegrasi) dan pemeriksaan secara fisika (uji secara visual terhadap warna, bau, rasa, dan particle size). Dalam laboratorium mikrobiologi dilakukan uji potensi vitamin, uji kontaminasi mikroba terhadap bahan baku dan produk jadi (pewarnaan gram, uji biokimia, morfologi kimia) dan pemantauan lingkungan, meliputi pemantauan air dan pemantauan area produksi.

45 33 Pemeriksaan air dilakukan berdasarkan pembagian jenis air, yaitu: a. Deep well water (air sumur) dilakukan setiap satu bulan sekali. b. City water (air PDAM) dilakukan setiap satu bulan sekali. c. Process water (air yang diberi perlakuan dengan menambahkan chlorine dan akan diproses menjadi cold water atau hot water) dilakukan setiap satu bulan sekali. d. Cold water adalah air dari process water yang hanya digunakan untuk membersihkan peralatan dan mesin di area produksi atau di area QC. e. Hot water (air dari process water yang mengalami proses pemanasan dan digunakan untuk membersihkan peralatan dan mesin di area produksi) dilakukan setiap satu bulan sekali. f. Purified water adalah air yang dihasilkan melalui proses yang sesuai (deionisasi) dilakukan setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan. Pemantauan kondisi pada area produksi dilakukan dengan berbagai metode, antara lain: a. Pemaparan Cawan Petri yang dilakukan pada area kerja (work level) saat operasional dan atau saat tidak ada aktivitas (at rest) minimal 1 kali sebulan. b. Pemantauan Udara yang dilakukan pada grey area minimal 1 kali sebulan. c. Compress Dry Air (Sistem Udara Kering Bertekanan) adalah semua mesin atau peralatan dan instrumen yang digunakan dalam pemampatan dan pembersihan udara tekanan yang telah ditentukan. Pemeriksaan terhadap Compress Dry Air dilakukan setiap bulan. d. Particle Monitoring yang bertujuan untuk mengetahui kualitas udara dengan cara memantau jumlah partikel pada suatu ruangan. e. Swab Test untuk memantau kontaminasi dan mengetahui jumlah mikroorganisme yang terdapat pada permukaan suatu peralatan ataupun ruangan. Alat yang harus diperiksa antara lain alat baru dari pemasok dan kontak langsung dengan produk, alat yang kontak langsung dengan produk dan mengalami reparasi di luar area manufacturing (grey area) dan/atau di luar area pabrik, alat yang sedang dalam proses cleaning validation.

46 34 Sedangkan ruangan yang harus diperiksa adalah: a. Bagian ruangan Class E dan Class F yang tercemar oleh suatu mikroorganisme (dinding, lantai, langit-langit). b. Bila status kebersihan grey area meragukan. Misalnya: setelah perbaikan ruangan/bagian ruangan, Air Handling Unit (AHU) dimatikan dalam waktu yang cukup lama. Hasil analisis semua bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, produk obat, uji stabilitas, air, dan pemantauan mikroba di ruangan produksi yang tidak memenuhi persyaratan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Out of Internal/Alert limit (OAL), apabila hasil analisa berada di luar spesifikasi internal atau alert limit yaitu spesifikasi yang telah ditetapkan perusahaan. b. Out of Official Specification (OOS), apabila hasil analisa berada diluar spesifikasi yang tercantum dalam farmakope atau yang telah ditetapkan oleh Badan POM Quality Assurance (QA) Seksi Quality Assurance (QA) atau bagian pemastian mutu memegang peranan penting dalam proses pembuatan obat yang baik. QA bertugas membuat kebijakan mutu dan memastian mutu obat yang diproduksi agar senantiasa memenuhi standar mutu sesuai dengan tujuan penggunaannya. Bagian ini bertanggung jawab dalam memastikan bahwa sistem yang berjalan dalam melakukan produksi obat telah sesuai ketentuan, mulai dari bahan awal, kondisi lingkungan produksi, proses produksi, pengemasan, peralatan yang digunakan, dokumentasi, validasi serta inspeksi diri. Disamping itu QA juga bertugas dalam meluluskan atau menolak produk jadi. Produk jadi akan ditolak bila berdasarkan hasil pemeriksaan QC tidak memenuhi persyaratan atau terjadi penyimpangan saat proses produksi. Bagian QA dipimpin oleh seorang QA Manager yang membawahi bagian GMP Compliance, QA inspector, APR, batch record review; document control; validation & qualification; registration. Bagian GMP Compliance bertugas melaksanakan audit (internal dan eksternal) dan melakukan investigasi terkait

47 35 alert, deviasi dan keluham yang terjadi. Bagian ini juga bertugas untuk melakukan pemeriksaan IPO (Inspeksi Pra Operasional) yang meliputi pemeriksaan kondisi ruangan, aliran udara dan memverifikasi hasil produksi. Apabila terjadi keluhan dari pelanggan yang dilaporkan oleh bagian marketing, QA staff akan mendaftarkan keluhan tersebut ke dalam database complaint untuk kemudian diinformasikan kepada departemen terkait. Bagian ini bertanggung jawab dalam memastikan bahwa sistem yang berjalan dalam melakukan produksi obat telah sesuai ketentuan, mulai dari bahan yang digunakan (berasal dari approved vendor dan sudah di-release), kondisi lingkungan produksi (HVAC, AHU, magnehelic, suhu, Rh), proses pengolahan, proses pengemasan, peralatan yang digunakan, dan dokumentasi. Tinjauan produk tahunan (APR) merupakan bagian dari tugas QA juga. Kegiatan ini dilakukan untuk memonitor dan menilai seluruh rangakaian kegiatan dalam menghasilkan produk selama setahun. Selain itu bagian ini juga bertugas untuk melakukan kajian catatan bets yaitu melakukan pemeriksaan kesesuian MI (Manufacturing Instruction) dengan yang dilakukan pada proses produksi. Disamping itu terdapat fungsi document control untuk memastikan bahwa dokumen yang digunakan di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, merupakan dokumen yang valid. Dokumen yang hendak didistribusikan harus disetujui, ditanda tangani dan diberi tanggal dan nomor dokumen terlebih dahulu oleh personel yang sesuai dan mempunyai wewenang agar dapat dikatakan valid. Di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., validasi perlu dilakukan untuk setiap peralatan dan proses produksi. Prosedur pembersihan juga harus di validasi untuk konfirmasi efektivitas prosedur tersebut. Validasi juga perlu dilakukan jika terdapat perubahan baik perubahan mayor maupun minor, untuk memastikan bahwa perubahan tersebut tidak mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan sehingga mutu produk tetap sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Kegiatan validasi yang dilakukan oleh subdepartemen ini antara lain : a. Validasi proses (Process Validation) Validasi proses adalah validasi yang dilakukan terhadap proses suatu produk, mulai dari penimbangan (dispensing) hingga pencetakan (compressing)

48 36 untuk sediaan solid atau hingga pengemasan primer (primary packaging) untuk sediaan semisolid dan liquid. Validasi proses lengkap (full validation) dilakukan sebelum produk dipasarkan, dilakukan terhadap 3 batch pertama yang dihasilkan. Validasi ulang (full revalidation) dilakukan jika terdapat perubahanperubahan pada formula, supplier atau pemasok bahan baku, ukuran bets, proses pembuatan, lokasi pembuatan, dan alat yang digunakan. Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi prospektif). Validasi prospektif dilakukan terhadap tiga bets berurutan pada skala produksi. Setelah validasi selesai dan sukses, bets validasi dapat dijual. Dalam keadaan tertentu, jika hal tersebut tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Untuk validasi konkurent juga dilakukan terhadap tiga bets berurutan dan tiap bets dapat dijual sebelum validasi selesai. Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif). Pada umumnya validasi retrospektif memerlukan data dari sepuluh sampai tiga puluh bets berurutan untuk menilai konsistensi proses, namun jumlah bets yang lebih sedikit dimungkinkan bila dapat dijustifikasi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). Perlu atau tidaknya dilakukan validasi serta jumlah batch validasi tergantung pada jenis perubahan dan dampaknya terhadap status validasi dan registrasi obat. Sebagai contoh, menurut Peraturan Kepala BPOM No. HK tahun 2011 jika terjadi perubahan pabrik bahan aktif dipersyaratkan untuk dilakukan tiga batch validasi prospektif. Sedangkan untuk perubahan pabrik bahan baku pembantu dipersyaratkan dilakukan satu batch validasi konkurent. b. Validasi pembersihan alat (Cleaning Validation) Validasi pembersihan alat dilakukan untuk membuktikan bahwa prosedur pembersihan alat secara konsisten dan reprodusibel dapat menghilangkan residu bahan aktif, bahan pembersih, dan mikrobiologi (jika perlu). Validasi pembersihan mencakup pemeriksaan visual, pengujian residu bahan aktif dan bahan pembersih (uji kimia) serta pemeriksaan residu mikroba (uji

49 37 mikrobiologi) jika diperlukan. Sampling untuk pengujian dan pemeriksaan umumnya dilakukan dengan metode swab. Metode bilas dipilih sebagai alternatif jika metode swab tidak dapat digunakan (untuk bagian-bagian yang sulit terjangkau). Validasi pembersihan alat dilakukan pada setiap peralatan non-dedicated dan dedicated yang kontak dengan produk. Alat-alat yang dimaksud di sini mencakup semua peralatan produksi dan pengemasan primer di area produksi, termasuk area dispensing. Peralatan dedicated adalah peralatan yang digunakan untuk memproduksi satu produk dengan satu potensi. Peralatan non-dedicated peralatan yang digunakan untuk memproduksi dua atau lebih produk dengan zat aktif yang berbeda atau satu produk yang memiliki dua atau lebih potensi. Selama proses validasi, alat harus dikarantina dan tidak boleh digunakan sampai diperoleh hasil pemeriksaan yang memenuhi syarat. Jika hasil pengujian dan pemeriksaan dari QC memenuhi syarat, subdepartemen validation akan menginformasikan bahwa alat sudah dapat digunakan dan selanjutnya dibuat laporan validasi pembersihan. Laporan validasi pembersihan ini berlaku sebagai informasi resmi dan terdokumentasi tentang status keberhasilan atau kegagalan validasi pembersihan. c. Kualifikasi Kualifikasi merupakan segala kegiatan pembuktian dan pendokumentasian bahwa suatu sistem dan atau alat sudah terpasang dan berfungsi secara benar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kualifikasi dibagi menjadi empat melipuiti Kualifikasi Desain, Instalasi, Operasional dan Kinerja. Kualifikasi Kinerja bertujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang digunakan dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Kualifikasi Kinerja atau PQ baru dapat dilakukan setelah kualifikasi instalasi (Instlatation Qualification/IQ) dan kualifikasi operasional (Operational Qualification/OQ). Di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., IQ dan OQ dilakukan oleh departemen Maintenance, Engineering & Environment, Health and Safety (ME & EHS). PQ dapat tergabung dalam validasi proses sehingga tidak ada SOP (Standard Operating Prosedure) ataupun laporan khusus

50 38 tentang PQ mesin- mesin produksi. Untuk mesin-mesin pengemas yang tidak termasuk dalam validasi proses, dilakukan kualifikasi pengemasan Training Bagian ini bertugas untuk menyiapkan modul training untuk karyawan baru berupa Job Function Training (JFT) dan GMP refreshment untuk karyawan lama setiap dua kali dalam satu tahun. Training karyawan baru meliputi training tentang GMP;Halal; Environment, Health, and Safety (EHS); dan Continuous Improvement (CI). Selain karyawan baru, mahasiswa yang melaksanakan PKPA di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, juga mendapatkan pelatihan mengenai GMP dan EHS sebelum mulai melaksanakan kegiatan PKPA. Training diberikan oleh personel yang telah terkualifikasi. Pada setiap akhir training, akan dilakukan evaluasi terhadap personel yang mengikuti training berupa test tertulis (wajib dilakukan untuk karyawan baru; dapat dilakukan untuk karyawan lama), observasi atau diskusi (untuk karyawan lama). Personel pada level di bawah foreman harus memiliki score hasil evaluasi 80. Sedangkan personel pada level di atas foreman harus memiliki score hasil evaluasi 90. Bila score yang diperoleh berada di bawah score yang telah ditetapkan tersebut, maka karyawan tersebut harus mengikuti training ulang Departemen Plant Logistic (PL) Departemen Plant Logistic bertugas untuk menerima dan menyimpan material inventori, mengatur kestabilan persediaan, dan mengkoordinasi serta merencanakan produk baru. Aktifitas yang dilakukan pada departemen ini adalah planning dan monitoring. Planning yang dilakukan meliputi, material roadiness(raw material and packaging material), dan levelling-desk on hand dimana berpengaruh terhadap cost inventory&warehouse capacity. Pada proses perencanaan ini harus memuat kuantitas yang ingin diorder (forecast) yang berpatokan terhadap Master Production Schedule (MPS) dan Material Requipment Planning (MRP). MPS ini dapat digunakan sebagai panduan untuk menentukan Monthly Schedule (Scheduler Value Stream). Sementara MRP

51 39 digunakan sebagai panduan dalam menentukan Purchase Request lalu dilakukan Purchase Order oleh Warehouse. Semua aktivitas tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem nomer kode yang terhubung dengan sistem komputer online, yaitu dengan menggunakan sistem BPCS (Bussiness Planing Control System) AS400. Struktur organisasi Plant Logistic tersaji dalam Lampiran 6. Departemen Plant Logistic memiliki tiga seksi yaitu: Warehouse (Gudang) Sesuai CPOB 2012, gudang yang dimiliki oleh PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan bahan dan produk dengan rapi dan teratur, bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu yang telah ditetapkan. Selain itu,di dalam gudang penerimaan dan pengiriman dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan. Alur proses penerimaan bahan baku dan bahan pengemas primer dibagian gudang diawali dengan penerimaan material beserta dokumen terkait oleh petugas penerimaan barang. Petugas penerimaan kemudian melakukan pengecekan terhadap barang yang akan diterima, meliputi pengecekan kesesuaian surat jalan dengan surat pesanan, nama material, jumlah yang akan diterima, kondisi barang (bersih/kotor, rusak/tidak) serta kondisi segel pengaman. Pengecekan dilakukan dua kali oleh orang yang berbeda (second checker). Jika hasil pengecekan sesuai, maka petugas membuat receiving report (RC) empat rangkap dimana rangkap pertama diserahkan pada capacity planning, rangkap kedua untuk arsip QA, rangkap ke tiga untuk QA dispotion, dan rangkap ke empat untuk arsip gudang. petugas gudang kemudian menempatkan material pada area terpisah dan memasukan data status karantina secara komputerisasi. Pada saat karantina, departemen QC akan mencetak perintah untuk melakukan sampling, kemudian lembar sampling diteruskan kepada inspektor. Hasil sampling dikirim ke laboratorium untuk diperiksa baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologi (jika perlu). Jika material sesuai dengan spesifikasi, maka petugas QA akan mengganti status karantina (H) menjadi status approved (A)

52 40 secara komputerisasi yang terhubung pada sistem BPCS. Jika material tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, maka petugas QA akan menetapkan status reject pada material dan material tersebut akan dipindahkan ke lokasi terpisah untuk dikembalikan. Pengeluaran barang dari gudang menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) secara komputerisasi berdasarkan expired date material dari QC. Bahan baku yang akan dikeluarkan, akan ditimbang sesuai perintah SO yang dikeluarkan oleh Plant Logistic tiap value stream. Selanjutnya bahan baku dan kemasan primer akan dikirim ke setiap line produksi untuk dilakukan proses produksi. Jika terjadi kelebihan bahan yang dikirim atau terjadi pembatalan SO, maka bagian produksi akan mengeluarkan RS (Returned slip) kepada bagian gudang dan mengirim kembali bahan tersebut. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memiliki 4 sistem gudang yang terhubung langsung dengan area produksi, yaitu gudang RM (Raw material), gudang PM (Packaging Material), gudang FG (Finish Good), dan Gudang RJ (Rejected). Setiap material yang disimpan di gudang diberi label identifikasi material seperti yang tersaji dalam Lampiran 7. a. Gudang RM (Raw material) Gudang RM merupakan tempat penyimpanan dan penerimaan bahan baku dan bahan pengemas primer. Penerimaan barang raw material harus dilakukan prosedur pengecekan. Barang yang sudah diperiksa baru boleh masuk ke dalam gudang RM. Gudang RM terdiri dari beberapa ruang penyimpanan yang dibedakan berdasarkan suhunya, antara lain temperatur ruang (>25-30 o C), ruang suhu sejuk (15-25 o C atau AC room) dan ruang dingin (2-8 o C). Penyimpanan barang di gudang menggunakan sistem nomer kode yang terhubung dengan sistem komputer online menggunakan sistem BPCS (Bussiness Planing Control System) AS400. Pada ruang temperatur sejuk atau AC room terdapat lemari khusus untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti: alkohol, eter, isopropil alkohol dan lain-lain. Didalam gudang raw material penyimpanan dipisahkan berdasarkan value stream masing- masing (raw material tempra, raw material diamond, raw material counterpain). Dalam proses penyimpanannya raw material yang akan disimpan memiliki persyaratan

53 41 tersendiri, yakni raw material tidak boleh melebihi dari batas pallet yang tersedia, tingginya tidak boleh melebihi tinggi rak, berat tidak boleh melebihi dari 500 kg, dan penyusunannya harus kuat. b. Gudang PM (Packaging Material) Gudang PM adalah tempat menyimpan bahan pengemas sekunder, termasuk brosur dan label. Sama seperti bahan baku dan bahan pengemas, penerimaan barang bahan pengemas sekunder juga harus dilakukan prosedur pengecekan. Barang yang sudah diperiksa baru boleh masuk ke dalam gudang PM. Pengeluaran bahan pengemas sekunder dari gudang PM dilakukan berdasarkan SO (Shop Order) yang dikeluarkan. Bahan pengemas sekunder seperti master Box, dus, brosur dan label tersebut kemudian akan dikirim ke setiap line produksi berdasarkan SO (Shop order) tersebut. Gudang PM selalu dalam keadaan terkunci untuk mencegah penyalahgunaan packaging material yang belum terpakai. Khusus untuk penyimpanan label, disimpan dalam ruang suhu sejuk atau ruangan suhu C. Sama halnya seperti raw material, proses penyimpanannya pada packaging material juga memiliki persyaratan tersendiri, yaitu penyimpanan tidak boleh melebihi dari batas pallet yang tersedia, tingginya tidak boleh melebihi tinggi rak, berat tidak boleh melebihi dari 500 kg, penyusunannya harus kuat, dan lokasi penyimpanan, dalam dua lots tidak boleh dalam satu lokasi. c. Gudang FG (Finished Good) Gudang FG adalah gudang untuk menyimpan produk jadi yang sudah di release oleh QA yang ditujukan untuk penjualan. Alur masuk produk ke gudang dimulai dengan perhitungan FG per pallet oleh bagian produksi, kemudian diterimanya DN (Delivery Note) merupakan dokumen bukti pengiriman produk dari departemen produksi. Bagian Gudang FG juga akan memeriksa kesesuaian antara DN dengan quantity produk yang ada. Kemudian bagian gudang FG akan menulis di dalam logbook quantity dan logbook batch, jika sudah sesuai maka produk akan dipindahkan kedalam gudang baik secara fisik maupun secara sistem komputerisasi. Selama proses pemindahan itu,

54 42 produk masih dalam status karantina sambil menunggu hasil pemeriksaan QC. Jika hasil memenuhi persyaratan maka status produk tersebut adalah approve, sedangkan jika tidak memenuhi persyaratan maka statusnya adalah reject. Selanjutnya produk akan dipindahkan ke lokasi sesuai status yang ditetapkan oleh QA. Alur keluar barang dimulai dengan mengecek keberadaan SO (Shop Order) yang berasal dari Plant Logistic atau Marketing untuk mengetahui jenis order, jumlah item, dan waktu pengiriman. Selanjutnya dilakukan registrasi reservasi, y a i t u d e n g a n m e m buat packing list merupakan tahap persiapan untuk menyesuaikan kebutuhan quantity dengan ukuran container yang akan digunakan. Setelah itu akan dibuat picker, merupakan dokumen resmi yang akan disesuaikan dengan packing list, dokumen ini yang akan dimasukkan kedalam sistem. Selanjutnya, registrasi reservasi dicetak dan dilakukan penyimpanan produk yang diminta sesuai SO. Kemudian dilakukan loading dimana produk yang telah disiapkan dimasukan ke dalam mobil angkutan sambil dilakukan konfirmasi dengan memeriksa kesesuaian produk list muat barang dan berita acara loading barang. Setelah semua selesai container di seal dan dilakukan konfirmasi dari pihak gudang bahwa barang yang masuk telah sesuai. Setelah itu, pihak gudang akan menginformasikan ke finance untuk melakukan proses billing. Setelah diperiksa kesesuaiannya, kemudian dapat dibuat surat pengantar barang keluar (SPBK) atau Surat Pengantar Delivery Product (SPDP) berdasarkan list muat barang. Hasil print out SPDP/SPBK yang telah disahkan oleh pihak finance, manager gudang, dan sequrity, tersebut kemudiaan diserahkan kepada sopir ekspedisi, diparaf sehingga produk yang dipesan tersebut siap diantarkan. Setelah dokumen lengkap ditandatangani, maka dilakukan pelepasan container. SPDP/SPBK yang asli diserahkan ke Departemen Finance paling lambat satu hari setelahnya. d. Gudang RJ (Rejected) Gudang RJ adalah tempat barang-barang status reject untuk dikembalikan

55 43 atau dimusnahkan, baik bahan baku, pengemas, maupun produk jadi, gudang ini terpisah dengan yang lain dan dikunci Production Planning Inventory Control (PPIC) Departemen PPIC dipimpin oleh seorang Supervisor yang bertanggung jawab kepada Plant Logistic Manager, yang memiliki tugas sebagai berikut: a. Menyelenggarakan koordinasi internal dengan departemen yang terkait untuk menjaga kestabilan persediaan barang dan kelancaran proses distribusi. b. Membuat inventory forecast untuk setiap item barang sesuai dengan target atau kebutuhan departemen pemasaran. c. Menyusun organisasi kerja dan menetapkan alokasi tenaga kerja yang dibutuhkan. d. Menyiapkan struktur sistem dan mekanisme kerja serta peralatan pendukung. e. Menyusun anggaran operasional departemen. f. Menyelenggarakan pengelolaan gudang yang meliputi kegiatan receiving staging/pallet storage dan shipping sesuai sistem dan ketentuan yang berlaku. g. Melakukan pengawasan setiap persediaan barang melalui mekanisme stock. h. Mengikuti dan melaksanakan program pelatihan yang diselenggarakan perusahaan. i. Memberikan pelatihan dan bimbingan kerja kepada bawahannya serta melakukan pengawasan dan teguran kepada setiap karyawan yang melakukan kesalahan kerja. j. Memelihara disiplin kerja setiap karyawan dan menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan kerja serta secara berkala melaksanakan penilaian prestasi kerja bawahannya. k. Membina hubungan kerja yang baik dengan berbagai pihak untuk ikut serta menciptakan suasana kerja yang kondusif dan dinamis. l. Memberikan usulan/ide kepada atasan dalam usaha meningkatkan

56 44 kualitas dan kuantitas kerja. m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan secara lisan maupun tertulis oleh atasan atau direksi. n. Menangani keluhan distributor mengenai pengiriman barang, keadaan barang rusak atau expired dan hal-hal terkait dengan masalah distributor. o. Menyiapkan perjanjian kerjasama dengan Perusahaan Expedisi. p. Melakukan evaluasi berkala mengenai kinerja expedisi yang meliputi kecepatan dan ketepatan waktu, keamanan dan keutuhan jumlah barang serta tarif yang diberlakukan. q. Melakukan koordinasi untuk produk Toll Manufacturing Out New Product Planning & Shipment Coordinator New Product Planning & Shipment Coordinator memiliki tugas sebagai berikut: a. Melakukan koordinasi pengiriman produk. b. Penjadwalan item produk baru.. c. Mengkoordinasi validasi prosses produk baru. d. Mencari supplier baru sebagai alternative vendor. e. Efisiensi desain kemasan baru Departemen Technical Service Technical Service (TS) adalah suatu departemen yang ada di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia yang bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis yang berkaitan dengan proses produksi. Di bawah departemen ini terdapat 2 subdepartemen, yaitu Manufacturing Technology dan Packaging Development. Masing-masing sub departemen tersebut merupakan suatu tim yang terdiri dari satu orang atau lebih spesialis yang bertanggung jawab langsung kepada TS manager Manufacturing Technology Manufacturing Technology adalah suatu bagian yang bertugas melakukan pengembangan produk baru. Bagian ini hampir menyerupai departemen

57 45 Research and Development dan dipegang oleh satu atau lebih spesialis dengan latar belakang pendidikan apoteker. Akan tetapi di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia merupakan perusahaan afiliasi dimana formula produk baru berasal dari Taisho Pharmaceutical pusat, maka formula yang ada sudah baku dan tidak boleh diubah-ubah. Tugas sub departemen ini adalah melakukan evaluasi terhadap formula dan metode yang ada dapat diterapkan atau tidak, bagaimana ketersediaan bahan bakunya, bagaimana cara memproduksinya, hingga pengemasannya. Hasil yang didapat dengan formula yang sama seringkali tidak sesuai dengan keinginan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perbedaan atau perubahan manufacturer atau vendor bahan baku, perbedaan merk dan jenis peralatan yang digunakan, dan tidak dijelaskannya proses teknis dengan rinci pada formula yang diberikan, seperti kecepatan pengadukan, dan lain-lain. Setelah produk tersebut dianalisa, maka akan dilakukan perhitungan Production Cost dan Cost of Good Sold (COGS). Bila COGS tidak diterima maka proses pengembangan dihentikan, sedangkan bila COGS diterima maka proses pengembangan dilanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu: a. Jika diperlukan mesin baru maka dilakukan kualifikasi mesin b. Menentukan strategi validasi pembersihan c. Permintaan sampel material untuk keperluan trial bila material tidak tersedia dalam inventori. d. Kualifikasi metode analisa sebelum metoda analisa tersebut digunakan untuk merilis produk komersial. e. Pengembangan bahan pengemas bila diperlukan desain bahan kemas baru. Kemudian Manufacturing Technologist akan menyiapkan protokol trial dan melakukan trial produksi pada: a. Skala laboratorium untuk memberi gambaran karakteristik produk. b. Skala pilot dengan menggunakan peralatan yang memiliki prinsip kerja yang sama dengan yang akan digunakan untuk proses produksi skala

58 46 komersil pada kondisi sesuai dengan persyaratan GMP. c. Skala komersil bila diperlukan untuk menentukan parameter yang lebih optimal. Hasil dari trial skala pilot (setelah dikemas ke dalam kemasan primer yang akan dipasarkan) digunakan sebagai sampel uji stabilitas produk sebelum dipasarkan. Setelah hasil uji stabilitas dikaji oleh Stability Group untuk ditentukan waktu kadaluarsanya maka bagian registrasi akan mendaftarkan produk jadi ini ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Setelah didapatkan nomor registrasi, dilakukan validasi proses sediaan farmasi dan bets komersil dapat diproduksi setelah mendapat persetujuan Packaging Development Bahan pengemas (kemasan) memegang peranan penting dalam penentuan nilai jual suatu produk terutama untuk produk-produk OTC. Kemasan juga diperlukan dalam registrasi produk baru ke BPOM. Hal-hal yang terkait dengan pengembangan kemasan dilakukan oleh bagian sub departemen Packaging Development. Di dalam sub departemen ini terdapat dua bagian, yaitu Artwork Development dan Packaging Technology. Tugas utama dari sub departemen ini adalah mengembangkan kemasan, meliputi penentuan nomor kode, pembuatan kemasan yang baru atau perubahan serta perancangan barcode pada kemasan. Perubahan kemasan antara lain berupa perubahan dimensi atau ukuran kemasan, perubahan jenis material, perubahan desain (teks, tampilan, warna, dan lain-lain). Hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan kemasan, antara lain perubahan registrasi BPOM, perubahan desain dari bagian marketing, penyesuaian dengan spesifikasi mesin, dan perubahan atau alternatif material, perubahan mesin dari supplier. Selain bertugas mengembangkan kemasan, subdepartemen ini juga bertanggung jawab untuk membuat master dokumen pengemasan, dokumen spesifikasi dan daftar bahan pengemas, membuat surat perintah pemusnahan kemasan dengan nomor kode lama, memasukkan data kemasan dan dokumen terkait ke dalam sistem packaging database, serta menyimpan artwork atau desain kemasan asli.

59 Departemen Maintenance Engineering dan EHS Maintenance Engineering and EHS Department atau biasa disebut Departemen ME & EHS adalah salah satu departemen penting yang menunjang proses di dalam industri farmasi. Departemen ini berfungsi sebagai penunjang fasilitas, peralatan, sarana penunjang, pengembangan sistem atau proses, mengatur atau merencanakan proyek serta lingkungan, kesehatan, dan keselamatan untuk semua departemen yang terdapat di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Struktur organisasi ME-EHS dapat dilihat pada Lampiran Maintenance and Engineering Secara umum, kegiatan maintenance mencakup perencanaan dan penyediaan peralatan-peralatan diproduksi dan laboratorium QC seperti perencanaan dan penyediaan mesin baru, penanganan mesin baru, administrasi spare part, serta kalibrasi dan kualifikasi. Untuk mesin-mesin yang telah ada dilakukan trouble shooter (perbaikan mesin-mesin yang mengalami masalah kecil saat running), repair (perbaikan mesin-mesin yang mengalami masalah saat running yang menyebabkan kerusakan serius), Development and Improvement (memodifikasi bagian mesin, performance upgrade, improvisasi sistem kerja mesin), spare part (penyediaan suku cadang untuk mesin-mesin produksi), dan preventive maintenance (perawatan berkala untuk mencegah terjadinya kerusakan pada mesin). Preventive Maintenance (PM) meliputi pengecekan oleh teknisi saat jadwal PM, penambahan bagian-bagian mesin, pengecekan bagian-bagian mesin. Untuk perawatan berkala dibagi menjadi 3 tipe yaitu: a. Tipe A : Perawatan berkala yang dilakukan setiap empat bulan sekali, b. Tipe B : Perawatan berkala yang dilakukan setiap delapan bulan sekali, c. Tipe C : Perawatan berkala yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Untuk mesin-mesin baru dilakukan tahap-tahap berikut; Commisioning yaitu pemastian mesin sesuai dengan permintaan, Kualifikasi, antaralain: Installation Qualification dan Operational Qualification, Rekualifikasi, dan Verifikasi.

60 Occupancy Occupancy merupakan salah satu bagian di departemen ME & EHS di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. yang berfungsi menyediakan fasilitasfasilitas di industri farmasi. Fasilitas yang tersedia antara lain: bangunan, drainase, konstruksi, sanitary, gardener, dan pest control Utility Utility merupakan bagian yang menyediakan fasilitas penunjang, seperti pengolahan air, electrical, steam, HVAC (Heating Ventilating Air Conditioning), LAN, telephone line, boiler, compressor, generator set, dan lain-lain. HVAC adalah sistem yang mendistribusikan udara yang dirancang sesuai dengan kriteria yang diinginkan parameternya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, velocity, dan ukuran partikel karena hal ini merupakan sesuatu yang bersifat kritis yang dapat mempengaruhi kondisi pembuatan obat secara baik dan benar. Skema instalasi HVAC tersaji dalam Lampiran 9. Sistem HVAC terdiri dari beberapa sistem, yaitu : a. AHU (Air Handling Unit) berfungsi untuk mendistribusikan udara untuk setiap ruangan. b. Chiller berfungsi untuk mengkondisikan temperatur yang didistribusikan AHU c. Heating Coil (Hot Water Distribution) berfungsi untuk mengkondisikan RH (Relative Humidity). d. Ducting yang berfungsi sebagai saluran udara. e. Filter yang berfungsi untuk menyaring udara. Kombinasi diatas dapat diatur untuk mendapatkan suhu, kelembapan dan ukuran partikel yang sesuai. Water distribution system di indusri farmasi umumnya terdiri dari : a. Portable Water System yaitu suatu sistem yang menyediakan fasilitas air untuk keperluan toilet, penyiraman tanaman, pembersihan bagian-bagian non produksi. b. Process Water System yaitu suatu sistem yang menyediakan fasilitas air

61 49 untuk keperluan produksi seperti pencucian mesin, pencucian ruangan c. Purified Water System yaitu suatu sistem yang menyediakan fasilitas purified water yang digunakan untuk keperluan produksi seperti bahan dasar, pencampuran raw material, pencucian peralatan produksi. Dalam PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, sebelum diolah menjadi portable water, pada raw water dilakukan penyaringan menggunakan sand filter dan catridge filter. Pada tahap ini air sudah dapat digunakan untuk sarana kamar mandi/toilet. Untuk menjadi portable water, air disaring lagi menggunakan sand filter dan melalui tahap Reverse osmosis, yaitu teknik pembuatan air murni yang dapat menurunkan hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air. Reverse osmosis terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron). Setelah itu, dilakukan penambahan antiscalant sehingga dapat digunakan untuk pencucian peralatan, ruangan, cuci tangan, dan lain-lain. Kemudia air ditambahkan dengan NaOCl, disaring menggunakan zeolite filter, carbon filter dan softener, kemudian ditambahkan NaOH untuk meningkatkan ph air sesuai spesifikasi. Kemudian air ditampung dan diolah melalui tahap catridge filter serta reverse osmosis, dan disterilisasi menggunakan sinar UV serta dilakukan deionisasi (electrodeionization), sehingga menjadi purified water. Purified water system juga dilengkapi dengan looping system sehingga memungkinkan air tersebut disirkulasi selama 24 jam. Alur pengolahan purified water secara garis besar tergambar dalam Lampiran Project Project merupakan bagian yang mengatur, merancang, menyeleksi project- project baru atau modifikasi. Ruang lingkup dari project meliputi Budgetting (pembiayaan), Schedulling (penjadwalan), Planning (perencanaan), dan Project Execution (Eksekusi project) Environment, Health and Safety Comittee PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dalam menjalankan bisnis bertekad untuk menjaga lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja para

62 50 karyawan, kontraktor, pelanggan serta masyarakat dengan cara yang aman serta ramah lingkungan. Oleh karena itu dibentuk suatu komite yang bertanggung jawab dalam menangani lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja yaitu EHS committee. EHS (Environment, Health and Safety) adalah sistem pengelolaan kualitas lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan keselamatan pekerja maupun lingkungan pabrik secara umum. Program yang dijalankan pada EHS committee antara lain: a. Total Recordable Case Risk (TRCR), yaitu tingkat resiko kasus yang terekam. Kasus yang dilaporkan merupakan kasus mayor, yaitu kasus-kasus yang membuat pekerja harus dirawat oleh dokter. b. Day Away from Work Case Risk (DAWCR) yaitu tingkat kasus yang menyebabkan pekerja meninggalkan pekerjaannya. c. EHS comittee meeting yaitu pertemuan bulanan untuk mendiskusikan kasus- kasus dan program-program yang dilakukan oleh EHS committee. d. Self Inspection Program (SIP), yaitu program inspeksi diri yang dilakukan oleh EHS untuk mengidentifikasi proses atau temuan yang berpotensi menimbulkan bahaya. Pada SIP ini akan dibuat daftar pertanyaan yang mencakup tentang penanganan dan penyimpanan bahan kimia, pencegahan kebakaran dan persiapan keadaan gawat darurat, alat pelindung diri, kepatuhan terhadap prosedur, keadaan botol gas bertekanan, peralatan listrik dan perawatan, ruangan kerja, incinerator dan pengolahan limbah. e. Near miss, yaitu keadaan hampir celaka. Near miss yang dialami oleh karyawan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia harus dilaporkan kepada EHS committee. Near miss perlu didokumentasikan untuk menghindari terjadinya kecelakaan dalam tingkat yang lebih parah. f. Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja serta pemelihaaraan lingkungan hidup. Kegiatan pelatihan diberikan oleh kordinator tiap departemen dibantu oleh karyawan dari departemen tersebut. g. Komunikasi yaitu pembahasan mengenai kebijakan EHS di tiap

63 51 departemen melalui kegiatan safety talk yang dilakukan tiap bulan. Bentuk komunikasi lain yang dilakukan EHS yaitu menyediakan informasi tentang kebijakan EHS di tempat yang mudah dibaca oleh semua karyawan misalnya di majalah dinding tiap departemen. h. Kualitas dari hasil keluaran Waste Water Treatment Plant (WWTP) di bawah standar kelas I yaitu EHS menetapkan nilai COD kurang dari 100 ppm dan nilai BOD kurang dari 75 ppm. i. Mengurangi biaya pembuangan limbah dengan cara mengurangi limbah yang dihasilkan sehingga limbah yang ditampung akan berkurang. j. Konservasi air dengan meningkatkan kemungkinan penggunaan air hasil pengolahan WWTP untuk toilet dan pertamanan. EHS committee juga bertanggung jawab dalam pengelolaan limbah yang meliputi penyimpanan sementara, pengambilan, pengolahan, pengemasan, pemberian label, penyimpanan hingga pembuangan dan/atau pemusanahan semua sampah atau limbah yang terdapat di area PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Setiap limbah harus mempunyai penandaan limbah kemudian dilakukan pemisahan berdasarkan bentuknya, yaitu bahan kemas atau bahan baku. Tiap bahan baku juga dibedakan lagi berdasarkan bentuknya padat atau cairan serta berdasarkan jenisnya yaitu bahan berbahaya dan beracun (B3) atau non B3. Penanganan limbah non B3 yaitu dikembalikan ke suppplier (jika status bahan direject oleh QC), dijual atau dihancurkan di incinerator. Limbah B3 dapat dikembalikan ke supllier (jika status bahan direject oleh QC), dijual atau dikirim ke perusahaan pengolah limbah bersertifikat (PPLI). Persyaratan penanganan limbah adalah sebagai berikut: a. Pekerja harus memakai alat pelindung diri yang sesuai. b. Semua limbah yang dihasilkan oleh setiap departemen ditampung di tempat penampungan awal yang disediakan dengan benar dan aman, serta diberi label. c. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang telah dikemas harus diberi label yang sesuai kemudian disimpan di ruang B3 storage room, lama penyimpanan tidak boleh lebih 90 hari.

64 52 d. Tempat limbah diberi penandaan yang menunjukkan kelompok limbah. Penanganan limbah yang menjadi tanggung jawab EHS committee antara lain: a. Waste Water Treatment Plant (WWTP) WWTP untuk pengolahan limbah cair dari proses pencucian mesin atau peralatan laboratorium, dan limbah cair dari proses USP water. Pengolahan ini dimulai dari pengumpulan limbah dalam tangki pengumpul kemudian limbah dialirkan ke dalam tangki equalisasi untuk mencampur semua limbah yang terkumpul. Pada limbah dilakukan pre-treatment, yaitu dengan penambahan koagulan dan basa (NaOH). Lumpur yang mengendap dipisahkan dari cairan dan dikirim ke PPLI. Bagian limbah cair memiliki nilai COD yang masih tinggi, sehingga dilakukan proses pengolahan selanjutnya menggunakan bakteri aerob. Limbah yang sudah memenuhi syarat COD, BOD dan jumlah bakteri kemudian dikumpulkan dalam penjernihan limbah (clarifier unit). Pada proses penjernihan limbah ini dilakukan pendiaman selama 2 hari dan endapan dikumpulkan. Bagian cairan dimasukkan dalam penyaringan dan dialirkan melalui karbon untuk menghilangkan bau. Limbah cair yang sudah bersih dan telah memenuhi syarat COD dan BOD kemudian dialirkan ke sungai. Pemantauan kualitas air limbah dilakukan setiap bulan. b. Pengolahan limbah oleh Perusahaan Pengolah Limbah bersertifikat (PPLI) Semua limbah yang diolah PPLI ini merupakan limbah yang tergolong B3 seperti produk kembalian atau produk reject anti kanker, limbah campuran asam, basa, pelarut organik, raw material reject yang tergolong bahan berbahaya atau beracun (B3), produk ruahan dalam jumlah besar, limbah berbahaya lainnya seperti pacahan termometer, material mengandung asbes, pereaksi padat dari laboratorium, solar atau pelumas bekas. c. Pengolahan limbah oleh dinas kebersihan Pengolahan limbah oleh dinas kebersihan untuk limbah domestik, limbah botol-botol bekas yang sudah dibersihkan, abu sisa pembakaran insinerator. d. Penimbunan limbah

65 53 Penimbunan hanya diperbolehkan untuk rumput dan daun Lean Continuous Improvement and Training (LCT) Lean Continuous Improvement and Training (LCT) merupakan departemen yang langsung berada di bawah Plant Director. Struktur organisasi LCT dapat dilihat pada Lampiran 11. LCT melakukan perbaikan secara terusmenerus dengan menyusun dan mengatur proses perbaikan operasional yang berkesinambungan dalam pengembangan proses atau sistem. Tujuan LCT adalah peningkatan kualitas produk agar lebih baik (cepat, akurat, mudah, murah, aman, kualitas) sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain dan memberikan keuntungan kepada perusahaan, karyawan, dan pelanggan; memperbaiki kesalahan kerja; menjadi sarana penerapan ide-ide dari technical operation; serta membangun budaya kepemimpinan dan pertanggungjawaban. Pelaksanaan LCT meliputi perencanaan, perbaikan, improvement, dan review kondisi pada saat ini. Lean Continuous Improvement and Training (LCT) memiliki langkah perbaikan dalam berbagai aspek yang dilaksanakan secara rutin dan dilakukan di seluruh bagian terkecil di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Kegiatan dimulai dari inovasi strategi, penentuan area improvement, membuat tim khusus yang dikenal dengan nama Small Group Activity (SGA). Setiap kelompok SGA akan membuat proposal perbaikan terkait bagiannya masing-masing dan melakukan penelitian serta perbaikan, kemudian mengevaluasi hasil dari perbaikan tersebut. Setelah melakukan kegiatan tersebut, hasil perbaikan akan dipersentasikan oleh masing- masing grup. Kemudian dilaksanakan review terhadap perbaikan yang dilakukan.

66 BAB 4 PEMBAHASAN PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam pengoperasian. Cara Pembuatan Obat yang Baik oleh industri farmasi di Indonesia mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh Badan POM. PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk harus menerapkan semua aspek yang ada di CPOB untuk dapat memperoleh izin produksi (registrasi) dan dapat memasarkan produknya di Indonesia. Aspek-aspek CPOB yang harus diterapkan di industri farmasi adalah manajemen mutu, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan terhadap keluhan obat, penarikan obat yang beredar dan obat kembalian, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, dokumentasi, serta kualifikasi dan validasi. Semua aspek CPOB ini harus dipenuhi oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk untuk menghasilkan produk yang aman, berkhasiat, dan berkualitas Manajemen Mutu Manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan dengan benar diperlukan agar obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Mutu produk dibangun ke dalam produk (built in quality) yang dilakukan terhadap semua aspek pembuatan obat. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, telah menerapkan aspek manajemen mutu yang meliputi pengawasan dan pemastian mutu berdasarkan CPOB. Seluruh bahan (bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan dan produk jadi), seluruh proses serta peralatan yang digunakan selama proses produksi terjaga kualitasnya dengan penerapan sistem pengawasan dan pemastian mutu yang memadai. Contoh pelaksanaan manajemen mutu yang dilakukan oleh PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk yaitu: a. Bahan awal yang digunakan harus diuji terlebih dahulu oleh bagian QC 54

67 55 dan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Setelah disetujui oleh bagian QC, seluruh bahan baku, bahan pengemas, bahan ruahan dan obat jadi harus mendapat persetujuan dari QA sebelum produk tersebut dapat digunakan untuk tahapan selanjutnya maupun sebelum produk jadi diluluskan untuk dijual ke pasaran. b. Bahan awal yang digunakan adalah bahan yang berkualitas. Pemasok bahan awal yang bekerjasama dengan perusahaan merupakan pemasok yang telah dibuktikan sistem manajemen dan kualitas kinerjanya. c. Seluruh peralatan yang digunakan baik untuk produksi, analisis hingga sarana pendukung dalam pabrik selalu dikontrol apakah perlatan tersebut masih memenuhi persyaratan untuk digunakan. Misalnya dengan melakukan proses kualifikasi, validasi, pembersihan, dan kalibrasi. d. Prosedur dalam melakukan suatu pekerjaan tertulis dengan jelas dalam bentuk SOP, MI (Manufacturing Instruction), dan PI (Packaging Instruction), WI (Warehouse Instruction). Sehingga pekerjaan tersebut senantiasa dilakukan dengan cara yang sama oleh setiap orang. e. Personil yang bekerja di pabrik harus terkualifikasi terlebih dahulu sebelum melakukan pekerjaannya. Proses kualifikasi dilakukan melalui penilaian program pelatihan. f. Semua proses pengerjaan yang dilakukan selalu terdokumentasi sebagai bukti pelaksaan GMP ( Kerjakan apa ditulis dan tulis apa yang sudah dikerjakan ). Dokumentasi ini diperlukan sebagai dasar penelusuran jika terdapat suatu penyimpangan atau kesalahan. g. Selama proses produksi dan pengemasan produk, QA inspector akan mengawasi dan memastikan bahwa produksi berjalan sesuai prosedur yang sudah ditentukan. QA inspector juga akan memeriksa kelengkapan catatan pengolahan bets Personalia Personil yang bekerja di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. adalah personil yang terkualifikasi dan memenuhi beberapa persyaratan, seperti pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, memiliki tingkat

68 56 pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta sehat fisik dan mental. Personil disetiap departemen diberi tanggung jawab sesuai dengan kapasitasnya. Setiap bidang pekerjaan memiliki job description masing-masing yang jelas dan rinci. Penerapan CPOB pada aspek personalia di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. antara lain adalah adanya personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Setiap karyawan baru di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk harus mengikuti GMP training, EHS training, HALAL training dan Job Function Training terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. GMP training tidak hanya dilaksanakan pada awal masuk, tetapi secara berkala 3 bulan sekali yang wajib diikuti oleh semua personil yang pekerjaannya terkait mutu produk, misalnya bagian produksi. Karyawan yang membutuhkan keahlian khusus diberikan pelatihan khusus untuk pemahaman teori dan pelaksanaan kualifikasi untuk pemahaman cara prakteknya. Contoh kegiatannya adalah training SGA (Small Group Activity), pelatihan untuk analis di laboratorium QO Departement atau operator mesin di Manufacturing Department, pelatihan tambahan seperti EHS (Environtment, Health, and Safety) yang kegiatannya mencakup pelaksanaan simulasi kebaran, pelatihan P3K, pelatihan keselamatan kerja, dan lain-lain. Pelatihan yang diadakan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Ini dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan. Pelatihan juga diberikan kepada peserta atau mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) sebelum memulai kegiatan di PT Taisho Pharmaceutical Indonesia. Pelatihan untuk peserta PKPA meliputi GMP training, EHS training, dan HALAL training. Personil atau pengunjung yang tidak mendapat pelatihan tidak diperbolehkan masuk ke dalam area produksi dan laboratorium QO. Bila tidak dapat dihindarkan, mereka dapat masuk dengan pengawasan dan diberi penjelasan terlebih dahulu, terutama mengenai pakaian pelindung dan higiene. Salah satu cara yang diterapkan PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk untuk menghindari orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam area produksi dan laboratorium QO adalah dengan adanya akses finger-scan

69 57 sebagai kunci untuk masuk ruangan Bangunan dan Fasilitas PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia terdiri dari Bangunan dan fasilitas yang memiliki desain, ukuran, dan konstruksi serta letak strategis yang sesuai dengan kebutuhan produksi. Kondisi bangunan dan fasilitasnya pun terawat dengan baik. Ruangan-ruangan dibuat terpisah dan masing-masing dirancang untuk setiap satu proses dan produk, untuk mencegah kontaminasi silang dan mencapai efisiensi kerja. Bangunan dan fasilitas dibersihkan dan disinfeksi sesuai prosedur tertulis yang rinci dengan catatan pembersihan dan disinfeksi disimpan. Desain dari dinding bangunan berbentuk lengkungan sehingga mudah untuk pembersihan, sanitasi dan perawatan. Selain itu, perlindungan dari adanya serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain (pest control system) juga diberikan disetiap bangunan dan fasilitas yang ada di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia. Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban, dan ventilasi diatur dengan baik pada bangunan dan fasilitas agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan. Bangunan di Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dibagi menjadi dua kelas, yaitu Class E dan Class F yang dipisahkan oleh ruang penyangga (air lock). Class E meliputi area dispensing, mixing, dan filling (packaging primer), sedangkan Class F meliputi packaging sekunder, laboratorium dan gudang. Ruang produksi di Class E juga terpisah antara produk semisolid-liquid dan solid. Ruangan ini dipisahkan oleh ruang penyangga (airlock) karena adanya perbedaan kelembaban untuk produk semisolid-cair dan solid. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu bahaya kebakaran, diamankan sedemikian rupa dengan menjaga agar area tersebut tetap bebas (keep clean area). Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai barrier terhadap pencemaran silang selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan.

70 58 Sarana pendukung yang terdapat di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. diantaranya ruang istirahat, mushola, dan kantin yang terletak terpisah dengan area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Terdapat pula ruang loker untuk karyawan pria dan wanita untuk menyimpan barang-barang, dan gowning room untuk mengganti pakaian kerja dan membersihkan diri. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah. Toilet disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses serta tidak berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Selain itu terdapat pula bengkel perbaikan dan perawatan peralatan (Engineering Workshop) yang terletak terpisah dari area produksi Peralatan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. menggunakan peralatan pembuatan obat dengan desain dan bentuk yang sesuai dengan fungsinya, ukuran yang memadai, telah terkualifikasi, dan mudah dalam pembersihan serta perawatan. Permukaan peralatan yang bersentuhan langsung dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi terbuat dari stainless steel sehingga tidak menimbulkan reaksi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian produk diluar batas yang ditentukan. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia memiliki beberapa peralatan yang digunakan khusus untuk produksi tiap line masing-masing value stream agar tidak terjadi kontaminasi silang. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa, dan mencatat diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai dengan program dan prosedur yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi selalu didokumentasikan dan disimpan dengan baik. Pemeriksaan dan kalibrasi serta pendokumentasiannya dilakukan oleh Maintenance Engineering dan EHS Departement. Peralatan yang digunakan diletakan dengan rapi dan diberi penandaan sesuai fungsinya dengan nomor identitas yang jelas. Pipa tidak langsung menempel ke tembok dan diberi penandaan yang jelas untuk menunjukan isi

71 59 dan arah aliran. Mesin diletakkan sedemikian rupa agar mempermudah pekerjaan dan pergerakan operator. Setiap mesin dan peralatan memiliki log book yang memuat data: kapan mesin digunakan, siapa yang menggunakan, digunakan untuk produk apa dan nomor bets berapa, kapan mesin dibersihkan, siapa yang membersihkan, bagaimana cara pembersihannya. Mesin dan peralatan yang telah dibersihkan dan dikeringkan, diberi label penandaan (label status kebersihan) yang menandakan mesin itu sudah bersih dan siap pakai untuk proses produksi selanjutnya Sanitasi dan Higiene Sanitasi dan higiene mencakup higiene perorangan, sanitasi bangunan dan fasilitas, serta pembersihan dan sanitasi peralatan. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. selalu memperhatikan sanitasi dan higiene agar selalu berada dalam tingkat sanitasi dan kebersihan yang tinggi sehingga mutu produk yang dihasilkan tetap bersih dan higienis. Penerapan sanitasi dan higiene di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia mencakup: a. Pemeriksaan kesehatan setiap tahun dilakukan terhadap setiap karyawan tetap PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Personil yang mengidap penyakit atau luka terbuka dilarang untuk bekerja di area produksi. b. Penerapan personal hygiene oleh setiap karyawan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk seperti mencuci tangan sebelum masuk ke ruang produksi, memakai pakaian produksi dengan benar, tidak memakai perhiasan dan make up berlebihan ketika masuk ke ruang produksi, dan lain-lain. c. Setiap perpindahan area, misal dari Class E ke Class F, personil diwajibkan mengganti pakaiannya atau menggunakan pakaian pelindung khusus tambahan, termasuk penutup kepala dan penutup sepatu untuk mencegah kontaminasi dari Class F ke Class E yang lebih bersih. d. Sentuhan langsung dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan tidak diperbolehkan sehingga operator diwajibkan mengenakan sarung tangan ketika bekerja. Sarung tangan ketika bekerja di suatu

72 60 ruangan juga tidak boleh di bawa ke ruangan lain untuk menghindari kontaminasi silang. e. Tidak boleh membawa makanan/minuman dan merokok di dalam ruang produksi. Kegiatan-kegiatan ini hanya dapat dilakukan di ruanganruangan tertentu, seperti kantin atau pantry untuk makan dan minum dan tempat khusus merokok yang disediakan oleh PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia yang berada dekat parkir motor. f. Setiap ruangan di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia dilengkapi dengan sistem ventilasi yang sesuai dan terdapat toilet, tempat cuci serta sarana pembersihan lainnya dalam jumlah yang memadai dan mudah ditemukan di area PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia. g. Kegiatan housekeeping dilakukan secara rutin untuk menjaga kebersihan dan kerapian ruangan di luar area produksi. Pembersihan ruangan produksi juga dilakukan setiap kali selesai proses pengolahan. Ada 3 jenis pembersihan ruangan di area produksi: 1) Cleaning A, yaitu pembersihan secara menyeluruh baik ruangan, mesin, maupun peralatan yang dilakukan setelah masa cleaning holding time habis. 2) Cleaning B, yaitu pembersihan pada campaign batch, yakni pembersihan mesin dan peralatan yang dilakukan setelah 1 bets selesai diproses dan akan memproses bets selanjutnya dengan produk yang sama. 3) Cleaning C, yaitu pembersihan secara menyeluruh baik ruangan, mesin, maupun peralatan setelah masa Cleaning A habis. h. Setiap mesin dan peralatan yang digunakan untuk produksi selalu dibersihkan setelah penggunaan. Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-pindah dilakukan di ruangan terpisah dari ruangan pengolahan. Sama seperti ruangan di area produksi, ada 3 jenis pembersihan peralatan produksi, yaitu: Cleaning A, Cleaning B dan Cleaning C Produksi Produksi di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia selalu dilaksanakan

73 61 sesuai prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang berlaku untuk menjamin produksi senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi dilaksanakan oleh operator yang terkualifikasi dan diawasi oleh personil yang kompeten, mulai dari line leader, foreman, maupun supervisor. CPOB yang diterapkan pada tahapan produksi di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia antara lain dalam hal: a. Pengadaan, penimbangan, penyerahan bahan awal. Pengadaan bahan awal yang terdiri dari bahan baku dan bahan pengemas dibeli dari agen atau supplier yang telah dievaluasi dan disetujui oleh QA agar dipastikan mutunya selalu terjaga. Tata cara penerimaan bahan awal yaitu periksa dokumen pengiriman, periksa keutuhan kemasan, bersihkan wadah luar, beli label identitas (identification material), letakkan di area karantina, pemeriksaan sampel bahan awal oleh QC. Bahan awal disimpan di gudang (warehouse) yang luas dan selalu dijaga kebersihannya. Ruang penyimpanan bahan awal diklasifikasikan berdasarkan sifat tiap bahan awal, yaitu ruang khusus bahan yang mudah terbakar, temperatur ruang (> C), ruang suhu sejuk ( C atau AC Room) dan ruang dingin (2-8 0 C/ cool room). Ruang penyimpanan bahan awal juga dikendalikan cahaya dan kelembabannya. Pengeluaran bahan awal dari gudang menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out), artinya bahan awal yang digunakan terlebih dahulu yang datangnya awal dan masa expirednya yang lebih cepat. Pada area penyerahan bahan awal (stage in), hanya bahan-bahan yang telah dikeluarkan Shop Order saja yang ditempatkan di daerah penyerahan berupa airlock yang menghubungkan antara ruang penimbangan dengan area gudang. Bahan-bahan yang akan ditimbang diletakan di pallet. Satu pallet hanya untuk bahan-bahan dari satu bets. Hasil penimbangan diletakkan di dalam wadah stainless steel yang kemudian dibungkus dengan plastik yang diikat kencang dan diletakkan pada pallet di area penyerahan (stage out) untuk proses pengolahan.

74 62 Dokumen yang harus dilengkapi setelah proses penimbangan adalah SO (Shop Order), MI (Manufacturing Instruction), summary dispensing report, dan label (label kebersihan, dispensing label tiap cointaner). b. Validasi proses Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan, harus dibuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin dan proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dengan cara validasi proses. Adanya perubahan yang berarti dalam proses, peralatan, atau bahan juga harus dilakukan validasi ulang untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu. c. Pencegahan pencemaran silang Pencemaran silang dalam proses produksi harus dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misalnya produksi tiap sediaan atau proses yang berbeda dilakukan di dalam ruang yang terpisah, tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara yang memisahkan area grey dan black, memakai pakaian pelindung yang sesuai dengan area dimana produk yang berisiko tinggi terhadap pencemaran silang di proses, melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif, pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat. d. Sistem penomoran bets/lot Sistem penomoran bets menjelaskan tahun dan bulan pembuatan serta nomor bets dan lot produk tertentu. Contoh sistem penomoran bets di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia adalah sebagai berikut: 3H : tahun 2013 H : bulan kedelapan (Agustus) 428 : nomor bets 1 : nomor lot e. Pengolahan Masing-masing ruangan di area produksi hanya digunakan untuk

75 63 pembuatan 1 (satu) bets produk. Di dalam ruang pembuatan produk tersebut tidak boleh terdapat produk lain, walaupun merupakan produk yang sama yang hanya berbeda bets. Terdapat Work in Process (WIP) Room sebagai area penyerahan produk ruahan yang selanjutnya akan dikemas primer. Kondisi lingkungan di area pengolahan dipantau dan dikendalikan sehingga selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Kondisi lingkungan yang diperhatikan antara lain Air Handling Unit (AHU) dan tekanan udara ruangan yang dipantau pagi hari dan siang hari. Sebelum kegiatan pengolahan dimulai, operator mempersiapkan jalur pengolahan untuk memastikan bahwa area pengolahan dan peralatan bersih serta bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengolahan yang akan dilakukan. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa sebelum digunakan. Sebelum digunakan, baik ruangan, mesin, dan peralatan dinyatakan bersih secara tertulis pada label kebersihan untuk masing- masing ruangan, mesin, dan peralatan. Pada setiap ruangan yang sedang digunakan untuk pengolahan harus dilengkapi dengan label In Process yang menyatakan nama produk yang sedang diolah, nomer bets, dan kuantitasnya. Semua kegiatan pengolahan dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis, yaitu Manufacturing Instruction (MI). Setiap terjadinya penyimpangan dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada line leader, foreman, supervisor, bahkan section head bila perlu. Semua produk antara dan ruahan diberi label dengan benar dan dikarantina sampai diluluskan oleh bagian Pengawasan Mutu dan diberi label H (Hold) sedangkan apabila telah diluluskan diberi label A (Approved). Semua pengawasan selama proses yang dipersyaratkan dicatat dengan akurat pada saat pelaksanaannya. Penyimpanan produk dalam proses harus mengikuti ketentuan batas waktu maupun kondisi yang telah ditetapkan. f. Pengemasan Pengemasan dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan, dan mutu produk akhir yang dikemas.

76 64 Semua kegiatan pengemasan dilaksanakan sesuai dengan Packaging Instruction dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur Pengemasan Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta bebas dari produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan. g. Pengembalian Bahan awal, produk ruahan, produk jadi, bahan pengemas dari sisa proses dikembalikan ke gudang penyimpanan dihitung dan didokumentasikan. Setiap bahan yang dikembalikan, diberi label return of material yang berisi antara lain: nama produk, nomor bets, proses yang telah berlangsung, jumlah yang dikembalikan serta tanda tangan dan paraf operator. h. Pengawasan selama proses Terdapat prosedur tertulis yang menjelaskan teknik pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk yang dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Pemastian Mutu (QA Manager) dan hasilnya didokumentasikan. Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada awal, tengah, dan akhir proses oleh personil yang terkualifikasi. Hasil pengujian/inspeksi selama proses hendaklah dicatat dan dokumen tersebut hendaklah menjadi bagian dari catatan bets. i. Pengiriman dan pengangkutan Bahan obat dan obat diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga keutuhannya dan kondisi penyimpanan terjaga. Catatan pengiriman menyatakan minimal tanggal pengiriman, nama dan alamat pengirim, uraian tentang produk, kondisi pengangkutan dan penyimpanan. Catatan pengiriman harus terdokumentasi dengan rapih. Semua catatan mudah diakses dan tersedia apabila diminta. Bagian pengiriman dan pengangkutan di bawah

77 65 pengawasan bagian gudang (warehouse). 4.7 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu bertujuan untuk menjamin bahwa kualitas produk yang dihasilkan selalu memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, baik pada saat sebelum, saat, dan setelah dilakukan proses produksi. Pengawawan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium tetapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Kegiatan yang dilaksanakan di laboratorium pengawasan mutu (Quality Control) harus berpedoman pada Good Laboratory Practice (GLP) sehingga laboratorium kimia dan mikrobiologi dapat dirancang dengan baik serta dilengkapi dengan peralatan yang memadai untuk menunjang pemeriksaan kemasan, bahan awal, produk ruahan, maupun produk jadi. Beberapa ruang untuk masing-masing kegiatan yang berbeda terdapat di dalam laboratorium diantaranya, ruang untuk laboratorium kimia, laboratorium mikrobiologi, ruangan instrumen, ruangan timbang, lemari asam, ruang cuci, ruang stabilitas, dan ruang administrasi. Ruang lingkup kerja pengawasan mutu yang dilakukan yaitu kualifikasi, kalibrasi, dan maintenance alat laboratorium; penanganan reference standard; program uji stabilitas; validasi metode analisis; dan pengujian sampel bahan baku dan bahan pengemas; serta monitoring program air dan lingkungan Kualifikasi, kalibrasi, dan maintenance alat laboratorium Terdapat tiga level dalam kualifikasi alat laboratorium, yaitu level 1 untuk alat yang tidak perlu dikualifikasi dan dikalibrasi, contohnya shaker; level 2 untuk alat yang perlu dikalibrasi, contohnya timer, termometer, penggaris; dan level 3 untuk alat yang perlu dikualifikasi dan dikalibrasi, contohnya HPLC, GC, dan AAS. Kalibrasi dan maintenance alat laboratorium dilakukan periodik setiap enam bulan sekali oleh vendor dan departemen ME Penanganan reference standard Baku pembanding, pereaksi kimia, media perbenihan, dan peralatan harus

78 66 dikontrol dengan baik untuk menunjang hasil analisis yang akurat. Baku pembanding ditangani oleh penanggung jawab reference standard. Sumber reference standard yang digunakan berasal dari Sigma dan Adrich. Hal yang perlu tertera pada wadah baku pembanding diantaranya nama standar, kode, nomor lot, potensi atau kadar, tanggal pembuatan, tanggal daluarsa, dan kondisi penyimpanannya. Penyimpanan baku pembanding disesuaikan dengan kondisi penyimpanan masing-masing. Pengujian bahan baku, produk ruahan dan produk jadi dilakukan berdasarkan testing standard sedangkan pengujian bahan kemas berdasarkan purchase specification yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Pengontrolan untuk bahan kimia dimulai dengan pemberian label yang mencantumkan identitas, tanggal dibuat, serta tanggal kadaluwarsanya. Penyimpanan bahan kimia dan pereaksi disesuaikan dengan kondisi penyimpanan masing-masing Program Uji Stabilitas Pengujian stabilitas dilakukan pada produk yang sudah beredar (post market stability) untuk memantau produk selama masa edar dan menentukan bahwa produk tetap atau dapat diperkirakan akan tetap, memenuhi spesifikasinya selama di pasaran dan tiap satu bets produk per tahun. Jenis uji stabilitas yang dilakukan adalah uji stabilitas dipercepat (accelerated stability) dan jangka panjang (long term stability). Kondisi uji stabilitas mengikuti ASEAN guideline. Bagian pengawasan mutu juga bertugas menangani pengujian stabilitas retain sampel yang bertujuan untuk pembuktian kestabilan produk jika ada keluhan dari konsumen Validasi Metode Analisis Tujuan validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan bahwa metode analisis sesuai tujuan penggunaannya yang menghasilkan hasil uji yang tepat dan konsisten. Metode analisis yang berasal dari buku standar (compendial) hanya dilakukan verifikasi, sedangkan metode analisis non compendial dilakukan validasi dengan memperhatikan parameter akurasi, presisi, spesifitas, batas deteksi, batas kuantifikasi, linearitas, dan ruggedness.

79 Pengujian sampel bahan baku dan bahan pengemas. Secara umum, jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus n + 1 untuk bahan baku yang lebih dari 3 wadah. Jika kurang dari 3 wadah, semua wadah harus disampling. Sampel yang diuji dilakukan di dalam sampling room di bawah sampling booth. Jumlah sampel yang diambil dari wadah (container) berdasarkan Masterlist Quantity Sampling Raw Material PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Monitoring Program Air dan Lingkungan. Pengawasan kualitas air dilakukan terhadap purified water, portable dan hot water, serta process water. Pengawasan purified water dilakukan setiap hari untuk memeriksa kualitas dan kondisi purified water yang didistribusikan, tiap minggu untuk memeriksa kualitas dan kondisi tempat penyimpanan purified water (storage tank), dan tiap bulan untuk memeriksa kualitas dan kondisi purified water ditempat pemakaiannya seperti di lab dan area produksi grey. Parameter yang diuji adalah kejernihan, TPC, Pseudomonas, TOC, dan kondutivitas. Pengawasan terhadap portable dan hot water dilakukan tiap sebulan sekali untuk memeriksa kualitas dan kondisi di tempat pemakaiannya. Parameter yang diuji adalah TPC, Coliform, dan Pseudomonas. Pengawasan process water dilakukan untuk memeriksa kualitas dan kondisi sumber air untuk purified water, portable water dan hot water yang berasal dari air sumur dan air PAM. 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi Diri Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi semua aspek produksi dan pengendalian mutu memenuhi atau tidak memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri merupakan langkah yang diperlukan dalam suatu industri untuk meninjau kembali sarana, prasarana, dan seluruh tata kerja pabrik yang mungkin dapat berpengaruh pada jaminan mutu. Perbaikan dapat terus-menerus dilakukan terhadap berbagai kelemahan yang mungkin timbul dengan adanya inspeksi diri. Inspeksi diri juga bertujuan untuk mengetahui cacat kritis, berdampak kecil, berdampak besar sehingga langkah-langkah pencegahan dan perbaikan cacat tersebut dapat segera ditentukan.

80 68 Inspeksi diri adalah kegiatan penilaian yang dilakukan secara reguler, sistematis, dan objektif. Reguler diartikan sebagai kegiatan rutin, terdapat jadwal pelaksanaan inspeksi diri dalam jangka waktu tertentu untuk menjamin tercapainya kesesuaian secara kontinyu. Selain itu, inspeksi juga harus dilakukan secara sistematis yakni terdapat langkah-langkah pengerjaan yang jelas dan daftar hal-hal yang harus diperiksa untuk mendapatkan standar inspeksi yang seragam. Objektif artinya inspeksi dilakukan oleh seseorang yang tidak terkait dengan departemen yang sedang diperiksa. Inspeksi diri harus dilakukan oleh suatu tim auditor yang kompeten serta memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis maupun praktis. Laporan inspeksi diri mencakup hasil, penilaian, kesimpulan dan usulan tindakan perbaikan. Hasil dari inspeksi diri ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan baru, agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang kembali. Inspeksi dilakukan terhadap semua departemen yang terdapat di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. minimal 1 kali per tahun dan dilaporkan oleh QA. Pelaksanaan inspeksi dilakukan oleh suatu tim yang minimal terdiri dari 2 orang yang dipimpin oleh personil dari divisi QA dan anggotanya dari departemen yang diinspeksi, orang tersebut harus kompeten dan bersifat independen. Tindakan perbaikan dan pencegahan akan dilakukan oleh departemen yang bersangkutan jika pada saat inspeksi ditemukan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan penerapan CPOB Audit Mutu Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit yang dilakukan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. bersifat eksternal yang dilakukan oleh Badan POM dan PT. Janssen Cilag Indonesia). Selain itu, PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. juga melakukan audit terhadap pihak luar (vendor audit), yaitu pihak bahan pemasok dan distributor yang bekerja sama dengan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. agar produk yang dihasilkan tetap memenuhi standar yang ada.

81 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Obat dan Produk Kembalian Keluhan terhadap produk obat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan yang menyangkut efek samping obat dan menyangkut keluhan teknis kualitas obat. Keluhan terhadap obat dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang berhubungan dengan kegiatan produksi. Keluhan dari luar perusahaan dapat berasal dari dokter, pasien, apoteker, rumah sakit atau klinik, pemerintah (BPOM), distributor, dan media massa. Semua keluhan yang berasal dari luar perusahaan, ditangani oleh bagian marketting yang akan menyaring keluhan tersebut. Kemudian, laporan keluhan dikirim ke bagian QA disertai dengan contoh obatnya. Apabila penyebab keluhan telah diketahui, maka akan dibuat laporan dan dikirimkan ke bagian marketting agar dapat disampaikan kepada customer. Berdasarkan hasil investigasi dapat dilakukan tindakan perbaikan sebagai tindakan pencegahan sementara jika diperlukan atau tindakan lain yang tepat. Penarikan kembali produk merupakan proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets tertentu dari peredaran dikarenakan adanya produk obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu atas dasar pertimbangan munculnya efek samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Penarikan obat jadi ini dapat dilakukan atas keinginan produsen (misal karena kestabilan obat tidak baik) atau keinginan badan POM. Masalah kualitas yang terjadi harus segera diberitahukan kepada QA Section Head, selanjutnya dilakukan pengkajian ulang apabila masalah tersebut berpotensi menyebabkan penarikan produk. QA Section Head kemudian segera melaporkan kepada manajer QO dan direktur Tecnical Operation jika ada potensi penarikan produk. Bila dianggap berpotensi terjadinya penarikan produk, maka harus segera diadakan investigasi untuk mengetahui uraian mengenai produk, bets-bets terkait sumber produk serta rincian masalah yang berpotensi penarikan produk tersebut. QO manager akan melaporkan masalah ini ke headquarter Taisho pharmaceutical International, kemudian akan dibentuk PRC (Product Review Committee). PRC selanjutnya akan mengkaji ulang semua informasi yang ada, bila dianggap perlu dilakukan penarikan maka PRC akan membentuk PAC

82 70 (Product Action Committee) untuk melakukan aktivitas penarikan ulang. PAC akan menginformasikan hal ini ke bagian marketing yang kemudian akan memberitahukan penarikan produk kepada BPOM dan distributor sesuai dengan tingkat distribusi produk yang akan ditarik tersebut. Produk yang dikembalikan akan diterima oleh bagian warehouse dan dibuat laporan penerimaan produk yang dikembalikan. Produk tersebut kemudian akan dimusnahkan dan dibuat berita acara pemusnahannya, PAC kemudian akan melaporkan hasil penarikan tersebut kepada PRC. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluarsa atau alasan lain, misalnya karena kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Dalam penanganan produk kembalian, QA bertanggung jawab untuk memeriksa kondisi fisik produk kembalian dan dokumen yang menyertainya, menyaksikan dan membuat berita acara proses pemusnahan, membuat label hold untuk produk re-stock atau label reject untuk produk expired, defective dan damage Dokumentasi Setiap kegiatan dan proses yang dilakukan di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. selalu didokumentasikan dengan baik. Setiap dokumen yang ada di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. telah didesain, disiapkan dan dikaji sedemikian rupa serta didistribusikan dengan cermat ke seluruh bagian yang berkepentingan. Dokumen yang hendak didistribusikan harus disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal terlebih dahulu oleh personel yang sesuai dan mempunyai wewenang agar dapat dikatakan valid. Seluruh dokumen, selain tersedia dalam bentuk hard copy juga terdapat dalam bentuk soft copy dan disimpan oleh personel yang berkepentingan. Dalam dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan, tidak boleh ada kolom kosong, tetapi harus diberi tanda NA (Not Applicable) dan setiap perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan dokumen (koreksi penulisan) sebaiknya dihindari, tetapi jika terpaksa maka harus diberi paraf dan tanggal. Perubahan tersebut juga harus memungkinkan pembacaan informasi semula (tidak dihilangkan). Pengkajian dokumen juga hendaklah dilakukan karena setiap dokumen

83 71 memiliki life cycle. Pengkajian ulang tersebut dilakukan oleh QA Document Controler. Setiap perubahan yang dilakukan harus dicantumkan dalam histori yang terdapat dalam dokumen hasil revisi. Dokumen yang ada di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. untuk pedoman dalam melaksanakan kegiatan telah meliputi semua dokumen penting yang dipersyaratkan CPOB, antara lain : TS (Testing Standard) yang berisi spesifikasi masing-masing bahan dan produk, MI (Manufacturing Instruction) dan PI (Packaging Instruction) yaitu prosedur pengolahan dan pengemasan induk, Batch record yang isinya meliputi catatanpengolahan bets dan pengemasan bets. Setiap batch record produk disertai dengan dokumen lengkap yang terdiri dari SO (Shop Order) hingga Lab Report yang menyatakan bahwa bets tersebut lulus pengujian sehingga dapat dirilis. Selain dokumen tersebut, ada pula SOP (Standard Operating Procedure) untuk prosedur umum selain produksi, misal SOP validasi pembersihan alat-alat, WI (Working Instruction) untuk prosedur praktis, misal WI pembersihan dan pengoprasian mesin Mixing; GM (General Methode) yang berisi metode-metode baku untuk pengujian di laboratorium, dan lain lain. Pendokumentasian lain yang dilakukan adalah pendokumentasian kegiatan artinya setiap kalinya selesai melakukan kegiatan, hasilnya dilaporkan dalam bentuk antara lain: log book, lab report, raw data hasil analisa (misal print out hasil penimbangan), label kebersihan, sampling form, dan lain-lain. Adanya kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi selama proses produksi dilaporkan, diinvestigasi dan didokumentasikan dalam bentuk laporan penyimpangan (terkait produk) atau isu EHS (terkait kecelakaan kerja) Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak Salah satu perusahaan farmasi yang memiliki kontrak dengan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. memiliki kontrak dengan yaitu PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma. Adanya kontrak tertulis antara PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dengan PT. Janssen Cilag Indonesia dengan jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban antara pemberi kontrak dan penerima kontrak, meliputi pembuatan dan analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait yang sesuai dengan izin edar untuk produk tersebut. Di

84 72 dalam kontrak tersebut, PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma diizinkan untuk melakukan audit kepada PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Contoh produk PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma yang diproduksi oleh PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. adalah serbuk anti jamur Pemberi Kontrak Dalam menilai kompetensi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma bertanggung jawab untuk melakukan audit apakah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk telah melaksanakan tugas dan pemastian mutu sesuai prinsip dan pedoman CPOB diikuti. PT. Janssen Cilag Indonesia menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. untuk melaksanakan pekerjaan kontrak sesuai izin edar dan persyaratan legal lain. PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. memenuhi spesifikasi yang ditetapkan atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Penerima Kontrak PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. telah mempunyai gedung dan peralatan yang memadai, pengetahuan dan pengalaman, serta personil yang kompeten untuk melakukan tugas yang diberikan oleh PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma dengan baik. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. juga telah memiliki sertifikat CPOB, maka pembuatan obat berdasarkan kontrak ini dapat dilakukan Kontrak Kontrak dibuat antara PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma dan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak yang berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu produk. Pada kontrak diuraikan secara jelas penanggung jawab pengadaan, pengujian, dan pelulusan bahan, produksi, dan pengendalian mutu, termasuk

85 73 pengawasan selama proses, dan penanggung jawab pengambilan sampel dan fungsi analisis. Kontrak juga memuat izin PT. Janssen Cilag Indonesia divisi pharma untuk menginspeksi sarana PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. merupakan subjek untuk diinspeksi oleh Otoritas Pengawasan Obat (OPO) Kualifikasi dan Validasi Sebagai salah satu satu industri farmasi, PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk telah menerapkan kualifikasi dan validasi dalam setiap kegiatannya. Kualifikasi dilakukan untuk memastikan alat maupun ruangan yang digunakan memenuhi standar spesifikasi atau tidak. Penilaian dapat dilakukan dengan mengevaluasi dokumen kalibrasi alat dan catatan pemeliharaan sehingga tidak perlu dilakukan rekualifikasi jika alat masih memenuhi spesifikasi dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Installation Qualification (IQ) dan Operational Qualification (OQ) di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. dilakukan oleh Departemen Maintenance and Engineering, sementara Performance Qualification (PQ) dilakukan oleh Validation Specialist setelah IQ dan OQ selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Setiap sistem dan peralatan yang ada di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. telah terkualifikasi. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. memiliki bagian tersendiri yang khusus mengurus validasi, yaitu validation yang dibawahi oleh TS (Technical Service) Department. Seluruh kegiatan validasi di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. memiliki perencanaan yang tertuang dalam bentuk Validation Master Plan. Protokol validasi tersedia untuk setiap validasi maupun kualifikasi dan setiap kali selesai melakukan validasi dibuat laporan yang mengacu pada protokol tersebut. Validasi yang dilakukan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., meliputi validasi proses atau pengemasan, validasi pembersihan, validasi metode analisis dan validasi sistem komputerisasi. Validasi tersebut dilakukan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk.validasi proses lengkap (Full Validation) dilaksanakan sebelum produk dipasarkan (validasi prospektif). Setiap perubahan dalam proses yang sedang berjalan akan dievaluasi, baik berupa Confirmation Study ataupun Acceptance Trial (validasi

86 74 konkuren). Validasi pembersihan (Cleaning Validation) dilakukan untuk setiap prosedur pembersihan alat yang digunakan dalam produksi. Selain validasi pembersihan, ada juga Campaign Study untuk menilai jumlah maksimum campaign yang dapat digunakan pada proses produksi rutin dan Dirty Holding Time Study untuk menilai lama maksimum alat boleh dalam keadaan kotor. Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan, dan proses termasuk proses pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi sebelumnya masih berlaku. Evaluasi proses yang telah tervalidasi akan dibuat dalam bentuk laporan Validation Assestment. Jika hasil laporan Validation Assestment menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam proses yang dapat mempengaruhi mutu produk, maka akan dilakukan validasi ulang.

87 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan yang dilakukan selama PKPA di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk., dapat disimpulkan bahwa: a. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. telah menerapkan aspek CPOB dengan baik yang meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higienis, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali obat dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi. b. Peran dan tanggung jawab apoteker di PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. ditempatkan di posisi-posisi strategis seperti manager/head of value stream dan supervisor di departemen Produksi, maupun investigator di departemen Quality Operational yang terdiri dari bagian Pemastian Mutu dan bagian Pengawasan Mutu, staf ahli di departement Technical Service, serta staf di departemen Regulatory. 5.2 Saran a. Penerapan aspek CPOB di PT Taisho Pharmaceutical sudah baik dan harus tingkatkan. b. Sebaiknya mahasiswa peserta PKPA dapat terlibat langsung di semua departemen yang menjadi tanggung jawab utama Apoteker dalam industri farmasi. 75

88 DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehaan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2011 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. World Health Organization. (1997). The Role of Pharmacist in The Health Care System. Report of A Third WHO Consultative Group on The Role. Vancouver, Canada. 76

89 LAMPIRAN

90 77 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Technical Operation Director Lean Continous Improvement and Training Manager Production Advisor Technical Operation Assistance Regulatory Affairs Manager Value Stream Liquid Manager Value Stream Cream Manager Value Stream Diamond Manager Quality Operation Manager ME - EHS Manager Technical Service Manager Plant Logistic Manager QA Manager QC Section Head - Product Facility - Utility - Occupancy - EHS - New Product Development - Package Development - Manufacturing Technology - Warehouse - New ProCom - PPIC - Sales and Operation Planning

91 78 Lampiran 2. Struktur Organisasi Value Stream Liquid Lampiran 3. Struktur Organisasi Value Stream Cream Value Stream Cream Manager Production Supervisor Scheduler Foreman Processing Foreman Packaging Line Leader

92 79 Lampiran 4. Struktur Organisasi Value Stream Diamond

93 80 Lampiran 5. Struktur Organisasi Departemen Quality Operation

94 81 Lampiran 6. Struktur Organisasi Departemen Plant Logistic Lampiran 7. Ruang timbang di Warehouse

95 82 Lampiran 8. Label Identifikasi Material di Warehouse

96 83 Lampiran 9. Penyimpanan Packaging Material di Warehouse

97 84 Lampiran 10. Struktur Organisasi ME-EHS Lampiran 11. Diagram HVAC

98 85 Lampiran 12. Alur Pengolahan Purified Water (PW)

99 Lampiran 13. Limbah Padat Hasil Reject Produk disimpan dalam StorageRoom 86 Lampiran 14. Pengolahan Limbah Cair secara Kimiawi

100 87 Lampiran 15. Pengolahan Limbah secara Biologis Lampiran 16. Pengolahan Penjernihan Limbah (clarifier unit) Tahap Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK 7 2013, No.122 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK PENDAHULUAN PRINSIP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017 INDUSTRI No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi -Pemenuhan CPOB -Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.06.11.5629 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

BAB 1 MANAJEMEN MUTU

BAB 1 MANAJEMEN MUTU Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 BAB 1 MANAJEMEN MUTU PRINSIP Industri obat tradisional harus membuat obat tradisional sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.393, 2011 BADAN POM. Obat Tradisional. Pembuatan. Persyaratan Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.06.11.5629

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.382, 2014 KEMENHAN. Peralatan Kesehatan. Lembaga Farmasi TNI. Standardisasi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.794, 2014 KEMEN KP. Obat Ikan. Cara Pembuatan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2014 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT IKAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK BAB 1

PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK BAB 1 Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisioanl Yang Baik (CPOTB) PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GALENIUM PHARMASIA LABORATORIES JALAN RAYA BOGOR KM 51,5 CIMANDALA BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI LANDSON PT. PERTIWI AGUNG JALAN DDN SUKADANAU CIKARANG BARAT BEKASI PERIODE 9 SEPTEMBER-7 NOVEMBER 2014 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK TBK. JL. TB. SIMATUPANG NO. 8 PASAR REBO JAKARTA TIMUR PERIODE 3 FEBRUARI 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

Lebih terperinci

Industri farmasi yang sudah mendapat sertifikat CPOB, nantinya akan dikelompokkan menjadi 5 group : Pathological, dimana pada kelompok ini, pemenuhan

Industri farmasi yang sudah mendapat sertifikat CPOB, nantinya akan dikelompokkan menjadi 5 group : Pathological, dimana pada kelompok ini, pemenuhan QUIZ Apa saja aspek yg perlu diperhatikan pada bagian Bangunan dan Fasilitas dalam CPOB? Sebut dan jelaskan kelas2 berdasarkan tk.kebersihannya! Sebut dan jelaskan klasifikasi industri berdasarkan kepatuhannya

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS PLANT JL. RAYA BOGOR KM 32 DEPOK JAWA BARAT (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS PLANT JL. RAYA BOGOR KM 32 DEPOK JAWA BARAT (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS PLANT JL. RAYA BOGOR KM 32 DEPOK JAWA BARAT (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015) PERIODE XLV DISUSUN OLEH: JEMMY KURNIAWAN, S.Farm. 2448715124

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

PERIODE XLV. Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA, S. Farm. NPM

PERIODE XLV. Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA, S. Farm. NPM LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (07 SEPTEMBER 2015 13 OKTOBER 2015) PERIODE XLV Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRIWULANTYA,

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : KONSEP DASAR PENGAWASAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ACTAVIS INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 12 AGUSTUS 2 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER HERDIYANTI

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JL. MANIS RAYA KM 8,5 GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. AVENTIS PHARMA JAKARTA Disusun Oleh : Handi Hendra, S. Farm. NIM 103202016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL MEI 2017)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL MEI 2017) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL 2017 12 MEI 2017) PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: REYNANDA VIOLINA AGUS DAMAYANTI., S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 6 JANUARI MARET 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 6 JANUARI MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 6 JANUARI 2014 7 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER INDAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 18 JULI 16 SEPTEMBER 2011

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: CINDY HERIYANTI. H, S. Farm. (NPM: 2448715105) PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK DI UNIT

Lebih terperinci

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (10 APRIL 2017 12 MEI 2017) PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (18 APRIL 2016 27 MEI 2016) PERIODE XLVI DISUSUN OLEH: DANIEL ADIARTHA S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan. No.721, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Nina Octaviana, S.Farm 083202134 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES JL. Dr. SETIABUDHI KM 12,1 LEMBANG BANDUNG 1 AGUSTUS 27 SEPTEMBER 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES JL. Dr. SETIABUDHI KM 12,1 LEMBANG BANDUNG 1 AGUSTUS 27 SEPTEMBER 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES JL. Dr. SETIABUDHI KM 12,1 LEMBANG BANDUNG 1 AGUSTUS 27 SEPTEMBER 2016 PERIODE XLVII DISUSUN OLEH: MARIA FENNI KIOEK, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INTERBAT JL. HR. MOCHAMAD MANGUNDIPROJO NO. 1 BUDURAN-SIDOARJO (31 AGUSTUS 23 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INTERBAT JL. HR. MOCHAMAD MANGUNDIPROJO NO. 1 BUDURAN-SIDOARJO (31 AGUSTUS 23 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INTERBAT JL. HR. MOCHAMAD MANGUNDIPROJO NO. 1 BUDURAN-SIDOARJO (31 AGUSTUS 23 OKTOBER 2015) PERIODE XLV DISUSUN OLEH : RIZKA MUHITA PUTRIE, S.Farm 2448715137

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2016 BPOM. Industri Kosmetika Gol. B. Higiene Sanitasi. Dokumen. Penerapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB Disampaikan oleh: Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik & PKRT Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IKATAN APOTEKER INDONESIA Tangerang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AZMAH

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman masyarakat semakin sadar bahwa akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting untuk

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.34.11.12.7542 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT

Lebih terperinci