Daftar Pustaka. Cillifs N.J., Englewood, Encyclopedia of Textiles, USA: Prentice Hall, Inc. 2 nd

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daftar Pustaka. Cillifs N.J., Englewood, Encyclopedia of Textiles, USA: Prentice Hall, Inc. 2 nd"

Transkripsi

1 Daftar Pustaka Cillifs N.J., Englewood, Encyclopedia of Textiles, USA: Prentice Hall, Inc. 2 nd Edition. Dwiyanto, Djoko dan D.S. Nugrahani Perubahan Konsep Gender dalam Seni Batik Tradisional Pedalaman dan Pesisiran djoko dwiyanto.pdf G&C, Merriam Co Webster s Revised Unabridge Dictionary. Massachussets- USA: Springfield Publishers. Hasanudin Batik Pesisiran: Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri pada Ragam Hias Batik. Bandung: PT Kiblat Buku Utama Disertasi Kajian Media (Bahan dan Proses) pada Batik Praklasik di Pesisiran Pulau Jawa (Studi Kasus: Batik Pekalongan). Bandung: Institut Teknologi Bandung. La Barthe, J Elements of Textiles. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. Moncrieff, R. W Man Made Fibres. London: Heywood Books. Pawitan, Zakiah Penerapan Ragam Hias Etnik Indonesia pada Kain Corduroy dengan Berbagai Teknik Tekstil. Laporan Tugas Akhir Kriya Tekstil. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

2 Poerwardarminta Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka SII-Institut Teknologi Tekstil Diktat Kumpulan Praktikum Proses Kimia Tekstil. Bandung: ITT. Tortora, Phyllis G Understanding Textiles. New York: Macmillan Publishing Co., Inc., London: Collier Macmillan Publisher. Websites Gedog, Pertahankan Warna Alami.htm Batik di Jawa Timur.htm Batik Gedok Tuban.htm

3

4 LAMPIRAN

5 Lampiran 1. JADWAL KEGIATAN BULAN/MINGGU KE- TAHAP SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII Penetapan Judul Definisi, Survei Lapangan * Bab I Eksplorasi, Pencarian Data * Bab II P1 (29) Analisa Da ta X * III Seleksi Data X X X P2 (3) Kesimpulan Sementara Implementasi Data-- Desain, Aplikasi Desain Pembuatan Produk * Bab IV Finishing Produk, Kesimpulan, Evaluasi * Kesimpulan PK (3) K(9) S (17-18)

6 Lampiran 2. KAIN SESER KAIN SESER WARING A B C Tetal lusi 17/cm tetal pakan 17/cm Tetal pakan 11/cm Tetal lusi 11/cm Tetal pakan 16/cm Tetal lusi 12/cm KAIN SESER GEDOKAN Seser putihan Seser lowo Hitungan sisir 500 Hitungan sisir 500

7

8 1 KAIN SESER GEDOGAN KAIN SESER WARING Contoh Seser putih Seser lowo a b c BENANG Bahan dasar Kapas, di Tuban ada 2 jenis: polyester putih (Gossypium hirsutum L.) coklat (lowo) ----warna coklat yang dihasilkan tergantung panas/ kuat cahaya matahari saat penjemuran == sangat panas coklat tua == kurang panas lebih muda (suhu rata-rata saat musim kemarau di Kerek, Tuban, Teknik pembuatan Handspun (pintal tangan)

9 2 Rabaan (tekstur) Lembut, permukaan tidak rata, tebal, membal karena sifat kapas yang mengembang masih terasa (akibat kekuatan tarikan pada saat pemintalan yang tidak sekuat alat pintal mesin), a. Halus, licin, padat, tipis b. tekstur halus, tidak licin, padat, lebih tebal c. tekstur halus, licin, padat, tipis Kilau Proses Pemintalan (Nganteh) Benang yang belum dimasak permukaan agak keriting, lembut Benang yang sudah dimasak agak kasar, kaku seperti dikanji, permukaan lurus Tidak berkilau Penyiangan Pemisahan kapas dari biji dan daun, Disobek-sobek agar mudah mengembang a. agak berkilau b. tidak berkilau c. berkilau

10 3 Kapas yang sudah bersih dikibas-kibas dengan bantuan sebatang bambu (betok) agar mengembang Digulung pada alas kayu dengan betok kapas gulung berbentuk silinder panjang (pusoh)

11 4 Pemintalan (nganteh) ungker (benang panjangtipis hasil pintalan, yang melingkar pada ujung jarum bambu kecil dari alat pintal) Nama bagian alat pintal: a. Jontrok Roda pintal b. Kisi Jarum bambu kecil Benang dibentang pada frame berbentuk huruf I berkait Layout bentangan seperti segiempat sehingga disebut likasan kothak STRUKTUR KAIN Teknik Tenun Tenun

12 5 Jenis Tenunan Polos (1-1) Polos (1-1) Kerapatan Hitungan tradisional sisir 600 (kain tenun gedok biasa sisir 1000) Beberapa jenis kerapatan: a. Sangat rapat (untuk benih udang, pakan, ikan yang sangat kecil) b. Cukup renggang (untuk udang yang lebih besar) c. Cukup renggang (setara dengan jenis b namun dengan kualitas yang lebih rendah) Jarak antarpakan/ lusi 1 mm a. 0,1 mm b. 0,5 mm c. 0,5 mm Alat Tenun Gedogan (ATG) Alat tenun Gedog atau Gendongan tidak memiliki perbedaan mendasar dalam desain alat maupun struktur tenunan yang dihasilkan. Menurut Djadin Djamaludin, perbedaan keduanya terletak dalam ukuran kain yang dihasilkan dan sisir yang digunakan, tetapi kemungkinan ini adalah perbedaan istilah antardaerah pengguna. Keduanya memiliki backstrap (por) menggunakan tubuh sebagai penyangga kekuatan tarikan pada saat menenun (bodytension loom) Mesin (ATM)

13 6 Bagian- Bagian Alat Tenun gebek tiban kemplongan dumpal/ kemplongan rubuh Teropong (dengan benang yang dibasahi) usek geligen gun liro/penetal sisir sumbi apit (penggulung kain) por Proses Penenunan -- Pengkondisian benang benang yang sudah di-anteh (masih mentah, relatif halus dan permukaannya keriting) dimasak (disekul) bersama beras dibentangkan pada tusoh disikat dengan nasi dikeringkan benang matang (kaku seperti dikanji dan permukaan lurus)

14 7 Persiapan Penenunan benang yang telah dikanji diurai dengan alat ingan Lar ingan (sayap ingan) ingan dipani di-lap (dibeberkan di tanah)

15 8 digulung pada alat tenun (kemplongan) dengan melewatkannya pada sisir (nyusrep/ngurutno) dengan hitungan kerapatan tertentu sesuai jenis kain Penenunan Lama proses: 2 hari Total proses: 3-5 hari Teknik olah yang dikembangk an -Reka tenun dengan struktur dasar tenun polos Tenun kembangan Tenun lurik Tenun intip piyan Tenun kotak -Batik di atas kain polos atau kain kembangan Tidak ada Fungsi Dulu : - jaring ikan - kain penutup mayat (semacam kain kafan) Sekarang stola, selendang Jaring untuk kegiatan perikanan (biasanya di tambak udang/ikan) Pengembangan Berbagai selendang untuk dijual di pasar cenderamata dan pameran Hanya sebagai jaring ikan, udang, dan pakan ikan Diproduksi di Awal: rumah-rumah nelayan (pekerjaan sampingan u/ kebutuhan) Kini: ada koordinasi (yang menampung hasil pekerjaan dari rumah-rumah) pabrik

16 9 Berkembang di (masyarakat pengguna) Daerah Penenunan: Margorejo, Jurorejo, Kedungrejo, Gaji, Kajoran; Kec. Kerek, Tuban Saat ini hanya dikenal di kawasan Kerek dan sekitarnya, Merambah ke luar propinsi Bali (cenderamata dan kebutuhan upacara Galungan sudah dibatik) Jakarta (interior) lewat pameran Hampir tak dikenal di kalangan masyarakat umum Tuban Di semua daerah yang berbasis ekonomi perikanan (survei: Palang (Tuban), Paciran & Brondong (Lamongan), Rembang, Tanjung Priok (Jakarta)) SIFAT Daya Serap Daya serap terhadap warna Dapat menyerap berbagai zat warna (sifat katun) dengan baik Agak sulit menyerap zat warna Daya serap terhadap air Sangat menyerap air Tidak menyerap air Kekuatan Relatif kuat (terutama setelah dimasak dengan beras) Tidak mudah putus/sobek Elastisitas Pengaruh Lipatan Dapat kembali ke bentuk semula Mempertahankan bentuk Kelenturan Lentur, tidak kokoh, Lentur saat ditekuk, Dapat membentuk bangun kaku/kokoh setelah disemat (bisa dimanfaatkan untuk membuat bangun kubah dan bangun yang tersusun atas lipatan-lipatan berujung runcing) Daya tahan terhadap Panas Panas logam Tahan cocok dibatik dengan cap Tidak tahan (langsung meleleh) tidak dapat dibatik dengan cap dapat dibatik dengan canting dalam motif

17 10 terbatas cukup tahan dengan proses pelorodan dengan kompor minyak tanah Steaming Tidak terpengaruh Pembentukan tekstur cepat dan baik Penyolderan Berlubang dengan warna gosong kehitaman di tepiannya Meninggalkan tapak gosong coklat dan lubang Langsung berlubang, lubang mudah meluas Meninggalkan lubang tanpa gosong di tepiannya Api lilin Berlubang atau gosong kecoklatan Langsung berlubang (lubang mudah meluas) jika kain menyentuh api Kain berjarak 4-5 cm dari api kain mengkerut dengan pusat tarikan bagian kain yang tepat di atas api Kain berjarak 3-4 cm dari api, ditarik cepat kain mengkerut mengikuti arah tarikan garis-garis utama mengikuti lajur tarikan, dengan garis kerut membentuk sudut siku-siku dengan garis utama Warna Pewarnaan Warna dasar putih dan lowo (coklat) Variasi berbagai macam warna hasil celupan Pewarna yang biasa dipakai (Kerek) Naftol Warna dasar putih susu dan putih agak mengilat (warna dasar benang) Saat ini sudah tersedia waring aneka warna untuk mempermudah mengenali jaring pada kegiatan penangkapan ikan Pewarnaan tradisional dengan serbuk kayu tingi (pewarna alam) Warna coklat kemerahan Warna agak transparan (tidak dapat menyerap dengan baik)

18 11 Kini sudah tersedia waring berwarna dari pabrik Percobaan Pewarnaan zat warna indigosol dan direct dapat menyerap warna dengan baik Zat warna direct menyerap warna samar, walau berbeda dengan yang diserap katun (zat warna campuran biru toska dan merah, katun menyerap warna merah marun sedangkan waring menyerap warna keunguan) Zat warna indigosol menyerap warna samar Pandangan tentang. Literatur Pandangan Masyarakat Pengertian Kain Seser Kain TENUN polos dengan struktur renggang, terdapat celah/jarak antara benang pakan dan lusi maupun antarpakan dan antarlusi sehingga struktur tenunan jelas terlihat, berbentuk kotak-kotak kain yang dibuat dengan teknik apapun (tenun, rajut [knitting], maupun makramé [knotting], berfungsi sebagai jaring ikan, dengan struktur renggang, terdapat celah antarbenang sehingga struktur tenun/rajut/macramé jelas terlihat dan kain tampak transparan Yang Termasuk Kain Seser Kesimpulan (melihat irisan keduanya) 1. kain dengan teknik tenun 2. tenun polos berstruktur renggang anyaman benang jelas terlihat 3. kain tampak transparan ruang di belakang kain dapat terlihat/berbayang seser gedogan seser jaring ikan (waring) Fungsi kesimpulan Berpegang pada literatur, yakni kain seser gedokan dan seser waring Baik kain seser gedokan maupun seser waring jaring ikan Seser gedokan penutup mayat (Nanik, Kerek)

19 12 Waring jaring ikan kesimpulan Pemakaian kain seser gedokan sebagai jaring mungkin terikat pada waktu, dan akhirnya ditinggalkan melihat bahan katun pintalan tangan yang kurang kuat, ditambah kekuatan teknik tenun yang kalah dibandingkan teknik pembuatan jala nelayan lain seperti makramé. Penggunaan kain seser gedokan sebagai penutup mayat dimungkinkan oleh keadaan masa itu yang belum mengenal kain kafan produksi pabrik. Pada masa ini, nilai fungsional kain seser gedokan memang sudahhilang dan tergantikan oleh seser plastik Citra kain seser gedokan Masyarakat kurang mengakui kain seser gedokan karena dianggap kasar Kain seser gedokan memang tidak terkenal di ibukota Tuban dan Lamongan, tetapi malah terkenal di luar propinsi seperti Bali dan Jakarta dengan nama tenun Tuban Nama kain tenun gedok (termasuk seser) Tenun Tuban, Batik Tuban Di Tuban tidak dikenal tenun gedok Nama spesifik tenun Kerek Batik Tuban terbagi lagi atas beberapa daerah/sentra yang masing-masing punya cirri sendiri: Kerek, Bongkol (Merakurak), dan Sembiring (Karangloh). Ada pula batik Lamongan dekat Tuban, batik Sendangduwur Nama Tuban dipakai atas anjuran pemerintah provinsi untuk keperluan promosi pariwisata di luar kota (sumber: Nanik N. Ningsih) kesimpulan Untuk mempermudah identifikasi, dalam penelitian dan pembahasan akan dipakai nama spesifik Seser Gedok/ Tenun Kerek

20 Kain Seser Pengertian Kain dengan susunan tenun jarang (jarak antar pakan/lusi cukup renggang), biasanya digunakan untuk menangkap ikan, terutama pada lingkungan nelayan. Kain seser tradisional, terutama di daerah produsen tenun tradisional seperti Tuban, dibuat dengan alat tenun gedogan, dari bahan benang katun pintal-tangan. Seiring waktu, masyarakat biasa menggunakan kain seser dari bahan modern, misalnya plastik. Kain jaring ini juga dinamakan kain seser. Ada dua jenis kain seser plastik berdasarkan kerapatannya, yakni kain yang sangat rapat dan halus (dipakai untuk ikan kecil) dan kain yang lebih renggang dan kasar (dipakai untuk ikan yang lebih besar seperti bandeng) Umumnya kain seser tidak bermotif, terkait dengan sifatnya yang sangat fungsional. Akan tetapi, seiring waktu, beberapa inovasi mulai dikembangkan. Contohnya adalah kain selendang gedogan yang dibuat dengan tenunan renggang, mengambil ide dari kain jaring nelayan tersebut. Kain yang dibuat Uswatun, seorang pengusaha batik Tuban, ini ternyata banyak digemari. Contoh lain adalah kain seser yang direka apik dengan teknik jumputan. (

21 Kain Tenun Tuban Kain tenun Tuban yang khas adalah kain tenun gedogan, dibuat dengan alat tenun gedog. Alat tenun ini dinamakan demikian terkait dengan bunyi yang dihasilkan (dog, dog) setiap kali alat penetal bekerja. Menurut Hassanuddin (2001), bangsa Indonesia sejak dahulu telah mengenal ata tenun sederhana yangd apat dibongkar-pasang dan dipindah-pindah, disebut alat tenun gendong. Alat ini hanya terdiri atas beberapa komponen pokok: penggiulung lusi, penggulung kain, pengangkat lusi, pembuka gilir, penetal, dan gendongan. Pada alat tenun belakangan, pengangkat lusi dan pembuka gilir diganti dnegan gun pengangkat lusi, ditambah serit atau sisir. Alat ini umumnya hanya digunakan untuk membuat kain sepanjang tiga meter. Awalnya, alat tenun hanya memiliki susunan lusi saja. Ada dua cara gulungan lusi, yakni gulungan malar (kontinu) mengelilingi penggulung lusi dan penggulung kain, dan gulungan terpotong yang salah satu ujungnya ditambatkan pada penggulung lusi sedangkan ujung lainnya ditambatkan pada penggulung kain. Sementara itu, benang pakan digulungkan pada alat kumpar. Kumparan ini akan dilintangkan melalui sela himpunan benang lusi yang diangkat oleh pengangkat lusi, kemudian ditetalkan oleh alat penetal. Jalinan benang membentuk kain terbentuk berkat skema lintang-balik terus-menerus seiring dengan terangkat-turunnya sela himpunan benang lusi oleh pembuka gilir. Kain tenun khas Tuban berciri:

22 a. Tersusun atas jalinan benang kapas murni hasil pintal-tangan. Struktur benang ini relatif lebih tebal dan tidak rata b. Karena faktor alat tenun yang masih sederhana dan benang yang tebal dan tidak rata, struktur tenunan cukup renggang c. Berdasarkan kerenggangannya dapat dibagi menjadi bahan kain tenun (untuk dibatik atau sudah bermotif lurik) dan kain seser (tenunannya lebih renggang, untuk menangkap ikan) Kapas yang dibutuhkan pembatik sekecamatan Kerek sekitar satu ton per bulan. Harga kapas saat ini berkisar antara Rp hingga Rp per kilogram. Setiap 1,5 kilogram kapas jika ditenun menghasilkan selembar batik berukuran 2,5 meter dengan lebar 85 sentimeter. Salah satu spesies kapas yang hanya ada di Tuban menghasilkan bahan kapas berwarna alami kecoklatan, sehingga tak perlu lagi diwarnai untuk menghasilkan warna krem kecoklatan alami. (batikindonesiainfo) kain tenun talenan, bawah: sleret

23 Motif Batik Tuban Marla Marlett: Textiles BATIK Jawa Timur yang paling khas adalah batik Tuban. Proses pembatikan di Tuban vertikal dan merupakan satu kesatuan (integrated), dalam artian bahan kain yang digunakan untuk membatik dipintal langsung dari kapas. Jadi gulungan kapas dipintal menjadi benang, lalu ditenun, dan setelah jadi selembar kain lalu dibatik. Batik ini kemudian disebut batik gedog. Dalam buku Batik Fabled Cloth of Java karangan Inger McCabe Elliot dikatakan, sebenarnya batik Tuban mirip dengan batik Cirebon pada pertengahan abad ke-19. Kemiripan ini terjadi pada penggunaan benang pintal dan penggunaan warna merah dan biru pada proses pencelupan. Namun, ketika Kota Cirebon mengalami perubahan dramatis dan diikuti dengan perubahan pada batiknya, batik Tuban tetap seperti semula. Warna tipikal: cenderung nila, agak kegelap-gelapan Bahan pewarna: Mengkudu (Morinda citrifolia), indigo (indigofera) dan kayu tegeran (Cundria Javanese)

24 proses pelorodan Menurut Uswatun Hasanah, salah seorang pembatik gedog dari Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Tuban, batik gedog sebenarnya hampir punah. Ini disebabkan orang sudah tidak suka lagi memintal benang. Namun sekarang batik gedog sudah mulai menggeliat. Itu karena pembatik Tuban mulai menyadari bahwa batiknya unik dan cocok dengan selera masyarakat kelas menengah atas, termasuk turis mancanegara. Batik Tuban merupakan produk komunitas pesisiran. Penghasil utama batik Tuban adalah di desa Gaji, Kedungrejo, Margorejo, Karanglo dan Temayang di Kecamatan Kerek.Di Tuban terdapat sekitar pembatik yang tersebar di lima desa yakni Margorejo, Karangloh, Jurorejo, Kedungrejo dan Gaji. Khusus batik gedog pusatnya di Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Tuban. Pembatik umumnya mendapat ilmu membatik dari ibu mereka. Membatik bukan pekerjaan utama melainkan sebagai pekerjaan sambilan kaum perempuan di desa batik. Saat musim tanam dan panen, tidak ada seorang pun mengerjakan batik karena semua memilih turun ke sawah.

25 (batik Indonesia info) Kehadiran pengepul batik dari luar Tuban, dengan tawaran harga lebih tinggi membuat pembatik memilih untuk menjual batik kepada pengepul. Jika perajin kuat terutama dalam modal, segala rayuan pengepul bisa ditepis. Salah satu langkah menghadang kehadiran pengepul di desa itu adalah dengan terus memberdayakan pembatik di desa dan memperkuat pemasaran. Menurut pengakuan Uswatun sebagai juragan batik Desa Karangrejo, hasil karya perajin di desa tersebut dibeli dengan harga tinggi, dilego ke pasar bebas tanpa perantara dengan harga antara Rp hingga Rp per lembar sedangkan kaus Rp Rp Keuntungan besar tidak menjadi prioritas utama, yang terpenting perajin konsisten dan tidak meninggalkan profesi sebagai pembatik. Tata Warna Batik Tuban (potret intisari/eiko.htm) 1. putihan (latar putih corak biru atau hitam), 2. bang-rod (latar putih corak merah), 3. pipitan (latar putih dengan corak merah dan biru), dan 4. irengan (latar biru tua atau hitam, corak putih); Ragam hias pada batik sarat perlambangan, dan dapat dikaitkan dengan lam kultur masyarakat Jawa yang bersifat Kejawen. Masyarakat Jawa melihat bahwa keselarasan di alam telah tercipta. Keselarasan ini menempatkan jagad gedhe dan jagad cilik pada posisi masing-masing. Gangguan terhadap jagad cilik akan mengganggu keselarasan kosmos secara keseluruhan. Fenomena ini menyebabkan penjagaan keselarasan menjadi penting. Salah satu sikap yang dinilai mengganggu keselarasan adalah pengubahan terhadap pakem. Pakem merupakan warisan nenek moyang yang harus

26 dijaga. Ketidakmampuan menjaga pakem, diasumsikan sebagai keetidakmampuan menguasai jagad cilik. Fenomena tersebut menyebabkan setiap aktivitas manusia selalu berhubungan dengan jagad gedhe yang pada gilirannya berhubungan dengan zat Allah. Kriteria etis atau estetis selalu berakhir pada kedekatannya dengan zat Allah. Konsep-konsep tentang dunia yang bersumber dari agama Hindu/Budha mengalami penyesuaian dengan konsep-konsep dalam Islam. Kelahiran dunia pada masa prasejarah diyakini sebagai perpaduan antara dunia atas dan dunia bawah. Bendabenda bekal kubur yang ditemukan, khususnya di Jawa Timur memperlihatkan ragam hias yang mengindikasikan simbol-simbol tentang dunia atas. Dunia atas merupakan alam para dewa dan roh. Simbol-simbol yang muncul pada masing-maing tingkat dunia pada karya kerajinan divisualisasikan melalui ragam hias. Wujud-wujud di alam digunakan sebagai ungkapan simbolisnya. Pada ragam hias kawasan pesisiran didominasi bentuk flora. Pada konteks ini jenis tumbuhannya tidak terlalu dipentingkan mengingat yang diutamakan pada ragam hias pesisiran adalah stilasi bentuk-bentuk alamiah, menjadi pola-pola yang cenderung geometris. Bentuk-bentuk ragam hias fauna telah mengalami stilasi sehingga mengaburkan bentuk realisnya. Jenis fauna yang terdapat pada ragam hias batik antara lain merak dan burung Srigunting. Munculnya wujud burung dalam ragam hias, baik di pedalaman maupun di pesisiran mengindikasikan kedekatan masyarakat Jawa terhadap simbolisme yang berhubungan dengan fauna tersebut. Burung dalam simbolisme prasejarah menjadi simbol pelepasan roh. Pada mitologi Hindu simbol burung dikaitkan dengan dengan wujud burung garuda. Kepercayaan terhadap burung sebagai kendaraan menuju alam arwah atau alam roh tetap bertahan hingga masa Islam, walaupun menggunakan simbolsimbol dalam agama Islam. Makna simbolis pada ragam hias yang berkaitan dengan konsep-konsep Kejawen lebih dominan pada ragam hias kawasan pedalaman dibanding dengan kawasan pesisiran, walaupun sebagian besar simbol-simbol tersebut telah mengalami penyesuaian dengan kondisi setempat. Jika penjabaran prinsip keselarasan pada ragam hias batik pedalaman diwujudkan melalui perpaduan antara pola geometris dan non

27 geometris, batik pesisiran mewujudkannya melalui pola geometris yang menghasilkan pola berulang dan tanpa batas. (RUDI IRAWANTO, tesis Magister ITB, Fenomena Kejawen Dalam Ragam Hias Flora dan Fauna pada Kerajinan Tradisional di Jawa Timur) Beberapa jenis motif: 1. Panjiori 2. kenongo uleren 3. panji krentil Batik motif panji krentil berwarna nila justru dinyakini bisa menyembuhkan penyakit (Uswatun, batik Indonesia info)

28 4. panji serong 5. panji konang Tiga motif batik terakhir dahulu kala konon hanya dipakai pangeran. 6. karang lo 7. ganggeng

29 8. manukan

30 9. gaji 10. bongkol

31 11. bongkol primis 12. iris

32 13. kembang seser 14. Sumber: batik Indonesia info.htm, Welcome to Tuban Art.htm

33 STT Tekstil Kumpulan Praktikum Proses KImia Tekstil Penghilangan kanji Benang lusi kain tenun biasanya dikanji untuk menambah kekuatan agar permukaan benang licin dan tahan gesekan dan tarikan. Pemilihan jenis kanji yang dipakai ditentukan oleh jenis serat. Setelah benang menjadi kain, kanji dihilangkan supaya tidak mengganggu proses berikutnya. Pada serat kapas untuk batik gedokan Kerek, digunakan kanji dari beras (nasi). Jenis kanji ini mudah dilepaskan, yakni dengan direndam dalam air selama satu malam (12 jam) atau dimasak. Beras termasuk dalam golongan kanji pati. Yang termasuk dalam golongan ini, selain beras, adalah tapioca, kanji, jagung, sagu, kanji terigu, kanji kentang, dan modifikasi kanji (dekstrin). Biasanya digunakan untuk kapas dan rayon staple. Selama pemakaian perlu pengontrolan kelembapan. Efisiensi pertenunan tinggi tetapi sukar dihilangkan. Ditambahkan gom alam seperti tragakan, akasia, gom arab, dll untuk pembakaran pada pati. Menambah daya lekat pati. Lentur dan menarik air Untuk filament rayon, asetat, nylon, polyester menggunakan resin (poliakrilat, polivinil alcohol, stirena maleat,dll). mudah hilang dalam pemasakan Penghilangan kanji dengan perendaman, asam, alkali, enzim, dan zat pengoksidasi. Untuk pati, menggunakan asam kuat yang dapat menghidrolisasi pati menjadi glukosa sehingga larut dalam air.. dibilas bersih dan dinetralkand engan alkali lemah encer, untuk mencegah kerusakan serat oleh sisa asam yang tertinggal Resep HCl pekat atau H2SO ml/l. direndam dalam air bersuhu 30 C selama 1 ½-2 jam Bahan dicuci, kemudian diteteskan larutan iod dalam kalium iodide. Biru masih ada pati Ungu pati telah berubah menjadi dekstrin dan gula mout Cokelat pati telah menjadi glukosa Proses selesai ungu atau coklat Pemasakan kapas Kandungan 1. lemak, minyak, malam 0,5-1 % 2. protein, zat yang mengandung nitrogen 1-2,8 g 3. pektina, pektosa 0,4-1% 4. pigmen alam, mineral, resin 3-5 g 5. air 6-9 % zat no 1-3 hilang, beserta sebagian no 4 pemasakan menurunkan berat 7 %, dengan caustic soda 38* Be 10 cc/l

34 natrium hidroksida kristal 4-5 g/l pembasah 2 cc/l natrium karbonat 1 g/l perbandingan larutan 1:20 atau 1:30 waktu 1-2 jam, 90 * C (meniddih) dicuci dengan air panas atau dengan natrium karbinat 2-3 g/l deterjen 2-4 g/l waktu 1 jam suhu perbandingan larutan 1:20 1: 30 dicuci dengan air panas lantas air dingin serat sintetik umumnya telah dimurnikan pada saat pembuatan. Keberadaan lemak atau zat lain yang menempel biasanya ditambahkan, sehingga pemasakan sekadar menghilanggkan zat tambahan kebanyakan tidak tahan alkali kuat, sehingga cukup dengan alkali lemah (natrium karbonat) 1-2 g/l dan detergen 1-2 cc/l pada suhu C dalam waktu mwnit pencelupan selulosa dengan zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air sifat tahan cuci kilau yang baik mengadakan reaksi kimia dengan selulosa dalam suasana alkali larut dalam air karena ada asam yang ditimbulkan, jika terlalu lama dibiarkan akan terhidrolisa sehingga menurunkan kereaktifannya, dipercepat dengan adanya alkali. Pencegahan dengan penambahan alkali pada pencelupan, ½ jam sebelum pencelupan berakhir 2 golongan Zat warna reaktif panas Zat warna reaktif dingin Nama: Procion (ICI), Cibracon (Ciba Geigy), Drimaren (SAndoz), Levafi Pencapan langsung serat poliamida dengan zat warna disperse-reaktif Molekul zat warna disperse reaktif mengandung gugus reaktif tetapi tidak mengandung gugus pelarut, sehingga dapat bereaksi dengan gugus amida (-NH-) yang terdapat dis epanjang rantai molekul nylon maupun gugus amino (NH2) yang terdapat pada ujungujung rantai molekul sehingga menghasilkan tahan luntur warna terhadap pencucian yang tinggi. Resep g zat warna disperse reaktif didispersikan dalam g air

35 10 g asam asetat glacial, suspensi diaduk dalam 600 g pengental mengandung 50 g narium asetat 10 g natrium klorat 20 g perminal KB Total 1000 g Cara pengecapan urutan Waktu (menit) Suhu (C) Alat Zat pembantu pencapan Kasa cap pengeringan 100 Ruang pengering penguapan Mesin penguap Pembilasan 20 Pencuci bentuk lebar penyabunan Pencuci bentuk lebar 2 g/l Lissapol ND Pencelupan poliamida dengan zat warna dispers Dapat diselup dengan zat warna disperse dan yang biasa untuk pencelupan kapas. Biasanya dengan zat dispers, asam, kompleks logam, mordan, reaktif Peranan ph larutan sangat menentukan, biasanya 4-7 (tergantung jenis zat warna) dan harus dijaga tetap konstan Resep Zat warna x % Zat pendispersi 0,3-0,5 g/l Zat anti busa 0,1-0,5 ml/l Suhu 100 C Waktu 1 jam Zat warna dibuat pasta dengan air dingin, bila perlu ditambah zat penispersi. Dilarutkan dalam air hangat hingga terdispersi sempurna Dicelup (zat pendispersid an anti busa) C 10menit Larutan zat warna dilasukkan, 10 menit Suhu dianikkan hingga mendidih, 30 menit Bahan dicuci, disabun, dinbilas

36 Skema 0 zat pendispersi, anti busa datar (40-60 C) 10 menit zat warna, datar Naik 100 C 35 menit, datar hingga 60 menit turun Pencelupan Poliamida dengan zat warna reaktif Resep Zat warna reaktif dingin x % Garam glauber g/l Soda abu 0,5-2 g/l Suhu 60 % C Waktu 1 jam Prosedur Pasta dengan air dingin, dilarutkan dengan air hangat hingga larut sempurna Zat warna dimasukkan pada larutan celum (mengandung garam glauber ) suhu kamar Bahan yang telah dimasak, celu 10 menit Suhu dianikkan hingga 60 C, tambahkan soda abu, 60 menit Dicuci, disabun, dibilas Skema Zat warna reaktif, garam glauber 30 c Selma 10 menit, Naik hingga 60 c hingga 25 mneit, tambahkan natrium karbonat Pasif 85 menit turun

37 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Jenis Kelamin : Waridah Muthi ah : Perempuan Tempat dan Tanggal Lahir : Bekasi, 24 Desember 1985 Agama Alamat : Islam : Kp. Buaran no. 14 RT. 002/02 Lambangsari Tambun Bekasi No. Telepon : Riwayat Pendidikan 1. RA El Nur El Kaysyaf, Tambun, Bekasi, tahun SDN Bumi Bekasi Baru I, Bekasi Timur, tahun SLTPN 1 Tambun, Bekasi, tahun SMUN 3 Bandung, tahun terdaftar sebagai mahasiswa Institut Teknologi Bandung, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Program Studi Kria Tekstil, tahun

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. KESIMPULAN Dari hasil tinjauan data, baik data teoritis maupun data lapangan, dan hasil eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: a. Kain seser adalah

Lebih terperinci

WARIDAH MUTHI AH NIM KRIA TEKSTIL DOSEN PEMBIMBING: KAHFIATI KAHDAR, S.Sn., M.A. ALBERTA HARYUDANT, S.Sn, M.A.

WARIDAH MUTHI AH NIM KRIA TEKSTIL DOSEN PEMBIMBING: KAHFIATI KAHDAR, S.Sn., M.A. ALBERTA HARYUDANT, S.Sn, M.A. PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR STRATA I EKSPLORASI KAIN SESER UNTUK PRODUK FASHION KR-40ZJ WARIDAH MUTHI AH NIM. 17203020 KRIA TEKSTIL DOSEN PEMBIMBING: KAHFIATI KAHDAR, S.Sn., M.A. ALBERTA HARYUDANT, S.Sn,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi masyarakat yang menghuni kawasan pesisir, laut adalah sumber penghidupan. Dengan keberadaan

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

Batik Tulis TradBatik Tradisional Tuban

Batik Tulis TradBatik Tradisional Tuban Batik Tulis TradBatik Tradisional Tuban Keberadaan profesi pengrajin batik tulis tradisional sekarang ini hampir-hampir merupakan pekerjaan yang telah banyak ditinggalkan oleh banyak orang, karena ketrampilan

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA 3.6 Proses Pengambilan Serat Kapuk Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang waktu 2 atau 3 pekan, yang pertama kalinya biasanya

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang

Lebih terperinci

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK ABSTRAK Zat warna untuk kain katun terdiri dari zat warna Alami (Natural Dyes) dan zat warna Sintetis (Synthetic Dyes). Zat warna alam terdiri dari akar, batang, kulit, buah, dan bunga. Sedangkan zat warna

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha : Sukirman S.

Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha : Sukirman S. LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL PROSES PENYEMPURNAAN MENGKERET (KREPING) PADA KAIN KAPAS DAN RAYON VARIASI KONSENTRASI NaOH, WAKTU KONTAK DAN JARAK MOTIF Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha

Lebih terperinci

Tabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk. Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air. Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120 " 1.

Tabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk. Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air. Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120  1. Tabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120 " 1. warna kusam Air Mendidih 2. mudah luntur 3 bungkus 3. bisa diurai 4. bisa dipilin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSES PEMBUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. MENGOLAH KAIN (PERSIAPAN ALAT DAN

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

BAB II. Metodologi Perancangan

BAB II. Metodologi Perancangan BAB II Metodologi Perancangan A. Orisinalitas Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya dan tidak akan indah atau menarik di lihat tanpa mempertimbangkan prinsipprinsip desain.

Lebih terperinci

BATIK DARI INDONESIA

BATIK DARI INDONESIA BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah

Lebih terperinci

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta. PENGARUH PERBEDAAN CARA EKSTRAKSI dan BAHAN FIKSASI BAHAN PEWARNA LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN BATIK Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S Bagian

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran Tuesday, 22 September 2009 21:05 Last Updated Tuesday, 22 September 2009 21:14 Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran Berbagai macam hidangan disajikan di Hari Raya Lebaran, tidak ketinggalan

Lebih terperinci

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS)

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS). SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) Pengertian serat. SERAT adalah suatu benda yang berbanding panjang diameternya sangat besar sekali. asal serat bahan tekstil

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KETAHANAN TARIK DAN KETAHANAN SOBEK KERTAS SENI Hasil penelitian tentang kertas yang terbuat dari bulu ayam dan kulit jagung diperoleh data hasil pengujian ketahanan

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY SENI KERAJINAN BATIK Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY Pengertian Batik Pengertian batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka terdapat tiga permasalahan sehubungan dengan perancangan batik tulis dengan sumber ide tanaman buah kakao.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Bahan Bahan yang Digunakan a. Buah mangrove jenis Rhizophora stylosa diperoleh dari daerah Pasar Banggi, Rembang b. Air diperoleh dari Laboratorium Aplikasi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini komunikasi modern, pendidikan, serta proses modernisasi telah membawa banyak dampak. Terutama pada perubahanperubahan dalam masyarakat dan kebudayaan

Lebih terperinci

Kerajinan Fungsi Hias

Kerajinan Fungsi Hias Kerajinan Fungsi Hias KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pembuatan

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA. Pengadaan Tutup Kepala TA. 2015

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA. Pengadaan Tutup Kepala TA. 2015 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA Pengadaan Tutup Kepala TA. 2015 SPESIFIKASI TOPI RIMBA BRIMOB DAN SPN 1. BENTUK/DESAIN Bentuk/desain Topi

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Literatur

DAFTAR PUSTAKA. Literatur DAFTAR PUSTAKA Literatur 1. Le Brass, Jean, Introduction To Rubber, Hart Publishing Company,Inc., New York City, 1965. 2. Latif, S.M, Karet, Vorkink-Van Hoeve, Bandung, 1950. 3. Pageone, Design secrets:

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENYEMPURNAAN KAIN

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENYEMPURNAAN KAIN KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENYEMPURNAAN KAIN No Kompetensi Utama Kompetensi Inti Guru (KI) Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

Teknik dasar BATIK TULIS

Teknik dasar BATIK TULIS Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO. Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo

ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO. Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo Trifandi Lasalewo Jurusan Teknik Industri - Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

Alat dan Teknik Rekarakit Nusantara

Alat dan Teknik Rekarakit Nusantara ALAT DAN TEKNIK REKARAKIT NUSANTARA 101 Alat dan Teknik Rekarakit Nusantara A. RINGKASAN Dalam bab terdahulu kita telah mempelajari berbagai pengetahuan tentang teknik rekalatar, alat, dan bahan, beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber Daya Alam dan memanfaatkannya lebih lanjut untuk kesejahteraan rakyatnya. Hasil alam yang mampu

Lebih terperinci

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu Netty Juliana Abstrak Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menciptakan kreasi baru ragam hias Gorga Desa Naualau namun tidak menghilangkan bentuk aslinya. Ornamen

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Literatur Didapat dari macam-macam buku baik cetak maupun

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Teori Tema Desain Penekanan tema desain pada projek Pusat Pengembangan Kerajinan Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG. bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski sebesar

BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG. bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski sebesar BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG A. Profil Perusahaan PT. Cemara Agung PT. Cemara Agung merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN Judul : Keluarga Nelayan Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2005 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara: Pameran Karya Seni Rupa tingkat Nasional

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN Disusun oleh Nama : Cinderi Maura Restu NPM : 10060312009 Shift / kelompok : 1 / 2 Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2012 Tanggal Laporan :

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI KARYA AKHIR. Konsep dalam perancangan karya akhir dibuat setelah eksperimen dan

BAB V DESKRIPSI KARYA AKHIR. Konsep dalam perancangan karya akhir dibuat setelah eksperimen dan BAB V DESKRIPSI KARYA AKHIR 5.1 Konsep Karya Akhir Konsep dalam perancangan karya akhir dibuat setelah eksperimen dan eksplorasi. Karena hasil eksperimen dan eksplorasi dapat memberikan gambaran visual

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Filamen Sutera Beberapa atribut yang berperan pada penentuan kualitas filamen sutera diantaranya panjang filamen, bobot filamen, tebal filamen, persentase bobot filamen, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar.

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kulit jagung merupakan bagian tanaman yang melindungi biji jagung, berwarna hijau muda saat masih muda dan mengering pada pohonnya saat sudah tua. Tongkol jagung merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu EKSPLORASI WARNA ALAM MENGGUNAKAN KULIT BATANG, AKAR, DAUN DAN BUAH DARI TANAMAN MANGROVE (RHIZOPORA STYLOSA) SEBAGAI PEWARNA BATIK DENGAN PENGGUNAAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR Bayu Wirawan D. S.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT: -Potong ayam menjadi 2 bagian atau belah membujur dadanya dan tekan hingga terbuka lebar. -Lumuri bumbu halus hingga rata

CARA MEMBUAT: -Potong ayam menjadi 2 bagian atau belah membujur dadanya dan tekan hingga terbuka lebar. -Lumuri bumbu halus hingga rata (Resep 1).. Serba Ayam Ayam Tulang Lunak 1 ekor ayam 50 g gula Jawa, sisir halus 1 sdm air asam Jawa kental 2,5 liter air kelapa 5 lembar daun salam 4 cm lengkuas, memarkan minyak goreng Bumbu, haluskan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat menciptakan nuansa keindahan saat diaplikasikan pada sebuah objek ataupun benda. Dengan

Lebih terperinci

INOVASI MOTIF JUMPUTAN. Eustasia Sri Murwati dan Suryawati Ristiani

INOVASI MOTIF JUMPUTAN. Eustasia Sri Murwati dan Suryawati Ristiani INOVASI MOTIF JUMPUTAN Eustasia Sri Murwati dan Suryawati Ristiani Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7. Telp (0274) 546111. Fax.543582.Yogyakarta 55166. Email: eustasiabbkb@gmail.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit Lampiran 1 DIAGRAM ALIR A. Pembuatan Kerupuk Puli 1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit Nasi dicampur bumbu (50 g bawang putih + 40 g garam + 20 g gula + 20 g merica + NaHCO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

II. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Desain motif batik pada bed sheet memang sudah tersedia di pasaran, namun sangat terbatas sekali jumlahnya. Setelah diamati desain motif batik pada bed sheet yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Judul yang dipilih sebagai Tugas Akhir adalah Eksplorasi Serat Kapuk

BAB II KAJIAN TEORITIS. Judul yang dipilih sebagai Tugas Akhir adalah Eksplorasi Serat Kapuk BAB II KAJIAN TEORITIS 2.5 Definisi Judul Judul yang dipilih sebagai Tugas Akhir adalah Eksplorasi Serat Kapuk Sebagai Bahan Baku Tekstil. Pengertian dan cakupan dari judul diatas dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci