BAB II METODE PERANCANGAN
|
|
- Herman Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka terdapat tiga permasalahan sehubungan dengan perancangan batik tulis dengan sumber ide tanaman buah kakao. Pertama, mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan indah bahwa penelitian tersebut terbatas pada penggunaan satu fiksasi pada satu kain, sedangkan perancangan ini akan memadukan tiga fiksasi (tawas, kapur, tunjung) dalam satu kain dengan sistem tumpangan. Kedua, pengolahan visual batik bertemakan hasil perkebunan di Karangayar. Tanaman buah kakao yang juga merupakan salah satu hasil perkebunan daerah Karanganyar, masih belum terolah visualnya sebagai motif batik. Mengingat banyak sekali teknik pengolahan visual yang bisa diterapkan, terlebih pengolahan visual untuk motif batik. Teknik pengolahan visual yang bisa diterapkan diantaranya, naturalis, stilasi, distorsi, abstraksi dan juga dekoratif. Ketiga, proses viualisasi dengan melakukan pendalaman mengenai bentuk visual dari tanaman kakao yang meliputi buah, batang, daun, dan bunga. B. Strategi Penyelesaian Masalah Strategi pemecahan masalah diperlukan untuk mempermudah mengatasi masalah yang muncul berkaitan dengan perancangan batik bersumber ide tanaman buah kakao dengan pewarnaan alami dari kulit buah kakao. Strategi yang 21
2 22 ditempuh untuk memecahkan masalah adalah dengan melakukan pengumpulan data dari berbagai macam sumber. Data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan proses batik, proses pewarnaan alami, macam-macam cara penggambaran dalam ornamen, sumber ide motif batik di Karanganyar, dan tanaman buah kakao. Penulis melakukan pemecahan masalah mulai dari survei, studi pustaka, wawancara dengan pengrajin batik yang menggunakan zat pewarna alami, studi visual, studi bahan, studi teknik, studi proses produksi yang berhubungan dengan batik dan uji coba. Konsep perancangan tekstil batik dengan mengambil sumber ide tanaman buah kakao sebagai pengembangan motifnya menjadi hal utama yang harus dipahami. Motif yang dibuat haruslah mencakup tanaman buah kakao yaitu mencakup batang, daun, bunga, dan buah. Visual motif akan dilakukan dengan penggambaran dekoratif, dimana penggambaran ini dapat mengimbangi selera pemakai ataupun perancang. Penggambaran dekoratif bersifat bebas dan pada saat orang mencari sudut lain tanpa ada ikatan, saat ini penggambaran dekoratif banyak mengarah pada karya-karya tekstil, sehingga cocok diterapkan pada proyek perancangan ini. Perancangan batik tulis ini difungsikan untuk kebutuhan tekstil pakaian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, motif batik harus sesuai dengan sumber ide, kedua, bahan yang digunakan haruslah nyaman dan memiliki daya serap tinggi. Perancangan batik dengan sumber ide tanaman buah kakao tidak akan terlepas dari teknik pewarnaan yang akan digunakan untuk mewujudkannya. Teknik pewarnaan menggunakan sistem tumpangan, yaitu fiksator pertama (tawas), kemudian ditumpangi fiksator kedua (kapur), dan tumpangan terakhir
3 23 dengan fiksator tunjung. Tahapan yang harus diperhatikan dalam teknik batik tulis meliputi proses persiapan hingga finishing. Pemilihan bahan merupakan hal yang penting dalam proses perancangan. Dibutuhkan data mengenai material apa saja yang dapat digunakan dalam proses batik. Adapun, cara penulis mendapatkan informasi diperlukan pemahaman yang lebih lanjut mengenai bermacam-macam serat kain. Pencarian informasi bisa dilakukan dengan uji coba kain (uji coba dari Indah). Sesuai hasil uji coba jenis kain yang cocok untuk digunakan pada teknik batik dengan pewarnaan alami adalah kain dengan daya serap yang tinggi. Berdasarkan informasi yang diperoleh, kain yang tepat pada perancangan ini adalah kain sutera. Proses produksi merupakan proses yang paling menentukan dalam mewujudkan sebuah karya. Diperlukan pemahaman untuk mempersempit kemungkinan kegagalan pada saat melakukan proses produksi. Proses produksi ini meliputi eksplorasi teknik produksi yang akan mempengaruhi eksekusi teknik pengerjaan sesuai dengan konsep. Proses produksi ini akan diperkuat dengan uji coba dan riset, selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap konsumen mengenai produk yang benar-benar mereka butuhkan. Mewujudkan perancangan ini ada beberapa tahapan yang harus dilalui antara lain: pembuatan desain, perintangan malam, pewarnaan, pelorodan malam, hingga menjadi kain batik yang siap digunakan.
4 24 C. Pengumpulan Data Pembuatan hasil karya atau produk yang baik dan dapat sesuai dengan sasarannya diperlukan ada data-data yang mampu mendukungnya. Teknik pengumpulan data digunakan antara lain sebagai berikut : Studi Pustaka, Studi Proses Produksi, Studi Pasar, Wawancara, dan Studi Data Visual. Beberapa sumber yang terkait dalam penciptaan ini untuk memperkuat data yang sudah ada. Berdasarkan pengumpulan data tersebut, maka data-data yang berkaitan dengan perancangan dalam proyek ini antara lain sebagai berikut : 1. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data-data atau dokumen serta arsip yang digunakan sebagai pelengkap data, dengan teknik ini informasi serta data bisa dijabarkan secara menyeluruh. Penulis memperoleh literatur dan hasil riset dari Siti Narsito Wulan yang berjudul Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Kulit Kakao Sebagai Sumber Zat Pewarna, pengkaji dari Indah Permata Ayuningtyas yang berjudul Kajian Kulit Buah Kakao Sebagai Pewarna Alami pada Tekstil. dan buku Hendri Suprapto yang berjudul Penggunaan Zat Pewarna Alami untuk Batik. Pustaka yang digunakan sebagai pelengkap data antara lain, tanaman kakao dari buku Wartoyo Suwadi Pudjogunarto berjudul Agronomi Tanaman Kakao, desain permukaan dari buku Nanang Rizali yang berjudul Tinjauan Desain Tekstil, serat sutera, dan cara penggambaran dari buku Guntur berjudul Ornamen Sebuah Pengantar. 2. Studi Proses Produksi Studi proses produksi ini merupakan proses pemecahan masalah pada teknik yang akan digunakan studi proses produksi merupakan sebuah gambaran
5 25 hasil pengamatan terhadap teknik tekstil yang akan digunakan dalam pembuatan proses produksi. Hasil pengumpulan data berdasarkan studi proses produksi. Dalam studi proses produksi ini untuk mendapatkan data data yang berhubungan dengan proses pembuatan produksi batik, baik dari teknik, pewarnaan dan bahan yang di gunakan. a. Sentra Batik Mahkota, Sayangan Kulon No. 9, Laweyan, Solo, proses pembuatan batik tulis dan batik cap. Zat pewarna alami yang digunakan di Batik Mahkota adalah gambir, kayu tingi, indigo dan kayu secang. Fiksator menggunakan tawas, kapur, dan tunjung. Teknik pewarnaan dengan dicelup, pencelupan dilakukan hingga intensitas warna yang diinginkan tercapai yaitu sekitar kali pencelupan. Untuk menampilkan warna yang lebih cerah, Batik Mahkota membuat variasi warna dari bahan alam dan membubuhkan sedikit pewarna kimia. Bahan yang digunakan katun atau sutera. b. Sentra Batik Morinda, Jalan Kusmanto No. 100 Pokoh Baru, Karanganyar. Teknik yang digunakan Batik Morinda yaitu batik tulis, zat pewarna alami yang digunakan adalah pencampuran ekstrak kayu tingi dan kayu secang, kayu tegeran, kayu jambal. Fiksator menggunakan tawas, kapur, dan tunjung. Pencelupan yang dilakukan sebanyak 6-10 kali, sampai mencapai warna yang diinginkan. Selesai pencelupan (kain diangin-anginkan hingga kering) baru dilakukan fiksasi tahapan pertama tawas kemudian ditutup dengan malam, kemudian fiksasi kedua kapur (tutup malam), dan fiksasi tahap terakhir tunjung, kemudian dilorod. Di Morinda produk yang diproduksi mayoritas menggunakan bahan sutera.
6 26 c. Sentra Batik Dewi Ratih milik ibu Wartitik desa Jantran RT. 26 / RW. 05 Pilang Masaran Sragen. Sentra batik Dewi Ratih ini terdapat proses pembuatan batik cap, batik tulis, dan printing. Pewarnaan yang digunakan adalah menggunakan pewarnaan sintetis yaitu indigosol, remasol dan naftol. Untuk pewarnaan alam menggunakan tingi, mahoni, jalawe, dan juga teger dengan fiksator kapur dan tunjung. Teknik yang digunakan adalah tutup celup. Pencelupan di sini tidak ditentukan berapa banyaknya hanya dilihat intensitas warna yang dicapai, bila dirasa cukup langsung dilakukan fiksasi, bila warna yang dhasilkan kurang pekat akan dilakukan pencelupan kembali. 3. Studi Pasar a. Observasi di wisma batik Bimo Suci yang beralamatkan di Baturan Raya No.9 Karanganyar Solo, dari hasil observasi tersebut dapat dijelaskan bahwa batik yang dijual kebanyakan motif flora yang mengambil tema lingkungan alam sekitar. Kain tersebut dijual dengan kisaran harga > Rp ,00. Gambar 8. Motif Flora Karya Batik Bimo Suci (Foto: Dini Kusumaningtyas, 2015) Gambar 9. Motif Bunga Kombinasi Karya Batik Bimo Suci (Foto: Dini Kusumaningtyas, 2015) b. Observasi di sentra Batik Morinda, Jalan Kusmanto No. 100 Pokoh Baru, Karanganyar, dari observasi di Morinda dijelaskan tentang pewarnaan alami
7 27 yang dipakai dan pemasaran produk. Kain yang dijual disana dengan kisaran harga > Rp ,00. Gambar 10. Motif Geometri, Pewarna Kayu Tingi Karya Batik Morinda (Foto: Dini Kusumaningtyas, 2015) Gambar 11. Motif Geometri, Pewarna Indigo Karya Batik Morinda (Foto: Dini Kusumaningtyas, 2015) c. Observasi di Koperasi Wahyu Sari yang beralamat di Seberan RT 01/06 Girilayu, Matesih, Karanganyar. Motif yang ada biasanya menggunakan tema dari hasil potensi alam, seperti duku, durian, dan manggis. Kain tersebut dijual dengan kisaran harga > Rp ,00 d. Observasi di toko souvenir Astana Giri Bangun beralamat di Girilayu, Matesih, Karanganyar, menjual berbagai macam kerajinan khas Karanganyar seperi kain batik, kaos, tas, dompet dan pakain jadi > Rp , Wawancara Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data di lapangan dengan melakukan tanya jawab mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi. a. Wawancara dengan salah satu petani kakao yaitu Bapak Subur. Dalam wawancara pembahasan yang difokuskan tentang hasil panen kakao, dan bagaimana pemanfaatan kulit kakao di sana.
8 28 b. Wawancara dengan Bapak Yuli, beliau adalah perajin yang bekerja dibagian pewarnaan di Batik Morinda. Beliau menjelaskan tentang proses pewarnaan alami yang diterapkan di sana, mulai dari jenis pewarna alami yang digunakan hingga fiksator yang digunakan. c. Wawancara dengan Bapak Daryoni, beliau adalah ketua Koperasi Wahyu Sari. Beliau menjelaskan dan menggambarkan bagaimana motif-motif yang ada di Karanganyar khususnya daerah Girilayu. Beliau juga menjelaskan motif batik yang banyak digemari oleh masyarakat, yaitu motif batik yang unik dengan perpaduan warna yang menarik. 5. Studi Data Visual Hasil gambar dan dokumen yang telah diperoleh dari buku, foto-foto produk perusahaan, contoh-contoh produk yang dapat menunjang dan dapat di jadikan contoh atau referensi untuk menguatkan ide dalam perancangan Tugas Akhir. Data yang diperoleh berawal dari data visual mengenai desain produk, warna dan motif. Data visual didapatkan dari studi pustaka, studi pasar dan katalog -katalog produk dari produsen yang terkait dengan permasalahan yang ada. Gambar 12. Motif Kencar-kencar Pewarna Mahoni & Motif Mahkota Raja Pewarna Remasol Sumber:
9 29 Gambar 13. Motif Monumen Tri Darma (Foto: Dini Kusumaningtyas, 2015) Gambar 14. Motif Durian Gambar 15. Motif Manggis (Foto: Dini Kusumaningtyas, 2015) (Foto: Dini Kusumaningtyas, 2015) Gambar 16. Motif Belimbing, Gambar 17. Motif Kelopak Bunga, Pewarna Kayu Tingi Pewarna Kayu Secang (Foto: Dini Kusumaningtyas, 2015) (Foto: Dini Kusumaningtyas, 2015)
10 30 A. Uji Coba Kegiatan uji coba dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana perancangan motif batik bersumber ide tanaman buah kakao dengan pewarnaan alami kulit buah kakao. Melalui desain, teknik, bahan, dan pewarnaan yang digunakan. Selain itu juga dapat meminimalisir kegagalan dalam proses produksi. Berikut ini adalah beberapa macam uji coba yang sudah dilakukan. Antara lain uji coba visual, uji coba pemalaman, dan pewarnaan. Uji coba pewarnaan dilakukan untuk menemukan variasi warna dalam satu kain difiksasi dengan dua atau tiga fiksator, dimana dalam penelitian Indah Permata belum dilakukan. Penelitian yang dilakukan Indah Permata yaitu, dalam satu kain menggunakan satu fiksator. Table 3. Hasil eksplorasi visual motif dari tanaman buah kakao No. Tanaman Buah Kakao Hasil Uji Coba Visual 1 Buah kakao utuh
11 31 2 Buah kakao dibelah secara horizontal 3 Buah kakao dibelah secara vertikal 4 Tekstur dalam kulit buah kakao
12 32 5 Bunga tanaman buah kakao 6 Daun tanaman buah kakao
13 33 Tabel 4. Hasil Pewarnaan Kulit Buah Kakao dengan Teknik Batik Setelah Dilorod, dalam Penelitian yang Dilakukan Sebelumnya No. Jenis Fiksator Hasil Keterangan 1 Tawas Warna coklat ke merah muda (lebih tua) 2 Kapur Warna coklat ke merah 3 Tunjung Warna coklat tua ke hijauan (Sumber: Indah Permata Ayuningtyas, 2014:45-46) Uji coba pemalaman dan pewarnaan menggunakan kain sutra 656, sebelum proses pewarnaan kulit buah kakao pada tekstil diawali dengan proses mordanting pada tekstil. Tujuannya memasukkan unsur logam ke dalam serat, supaya dapat bereaksi dengan zat pewarna. Prosesnya dengan melarutkan tawas dengan air mendidih di atas nyala api. Kain sebelumnya dibasahi dengan air, kemudian dimasukkan ke dalam larutan mordant sambil diaduk, dididihkan
14 34 selama 1 jam, selanjutnya panci diangkat dan dibiarkan selama 24 jam. Kain diangkat, dikeringkan serta disetrika. Bahan yang digunakan untuk mordan kain sutera adalah : Tawas : 20 gram Air Kain : 3 liter : 2 meter Zat pewarna alami dihasilkan dari ekstrak kulit buah kakao dimana takaran yang digunakan yaitu 1 kg kulit kakao direbus dengan 8 liter air selama 1 jam lalu didiamkan selama 1 hari, kemudian disaring. Pencelupan dilakukan sebanyak 6 kali masing-masing pencelupan lamanya 10 menit, kemudian kain dikeringkan di tempat yang teduh. Kain-kain yang telah selesai dicelup, kemudian dimasukkan dalam larutan fiksasi selama 3 menit, selanjutnya dicuci bersih dan dijemur di tempat yang teduh. Untuk menghasilkan tiga warna pada kain perlu melakukan penetupan malam pada fiksasi pertama. Fiksasi pertama yang dilakukan adalah fiksasi yang menghasilkan warna muda (dicuci bersih, jemur, temboki), fiksasi ke dua warna medium (dicuci bersih, jemur, temboki), dan fiksasi terakhir warna tua (dicuci bersih, jemur), kemudian dilorod. Komposisi bahan fiksasi yang digunakan adalah : Tawas : 70 gram/ liter (dilarutkan dengan air panas) Kapur : 50 gram/ liter (dilarutkan dengan air dingin) Tunjung : 50 gram/ liter (dilarutkan dengan air dingin) Larutan-larutan tersebut diendapkan selama 24 jam. Selanjutnya larutan tawas bisa langsung digunakan, tetapi larutan fiksasi kapur dan tunjung diambil larutan beningnya.
15 35 Tabel 5. Uji Coba Pewarnaan Ekstrak Kulit Buah Kakao pada Kain Sutra Sesudah Difiksasi dan Sesudah Dilorod No. Jenis Fiksator Hasil Keterangan 1 Tawas Warna coklat ke merah muda 2 Kapur Warna coklat muda 3 Tunjung Warna coklat ke hijau 4 Dua fiksasi dengan sistem tumpangan (Tawas dan Kapur) Warna coklat muda
16 36 5 Dua fiksasi dengan sistem tumpangan (Tawas dan Tunjung) Warna coklat ke hijau (lebih muda) 6 Dua fiksasi dengan sistem tumpangan (Kapur dan Tunjung) Warna coklat ke hijauan (lebh tua) 7 Tiga fiksasi dengan sistem tumpangan (Tawas, Kapur, dan Tunjung) Warna coklat ke hijauan tua 8 Tiga fiksasi diterapakan dalam bentuk motif dengan sistem tumpangan (Tawas, Kapur, dan Tunjung) - Tawas menghasikan warna coklat kea rah merah muda yang terdapat pada motif kelopak bunga, batang, dan biji kakao. - Tawas dan kapur menghasilkan warna coklat muda sebagai background.
17 37 - Tawas, kapur, dan tunjung menghasilkan warna coklat ke hijauan yang terdapat pada motif daun, putik, dan buah kakao. B. Gagasan Awal Perancangan Gagasan awal perancangan karya ini adalah pewarnaan alami kulit buah kakao yang diambil dari penelitian Indah Permata Ayuningtyas yaitu Kajian Kulit Buah Kakao Sebagai Pewarna Alami Pada Tekstil. Konsep ini dipilih karena adanya fenomena gerakan kembali ke alam yang menuntut akan produk aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan, terutama di kalangan negara maju. Ini merupakan sebuah fenomena yang sangat menarik. Untuk teknik yang digunakan adalah teknik batik tulis. Teknik ini dipilih karena goresan-goresan lebih ekspresif sehingga tidak akan ada goresan yang sama dalam setiap pengulangannya. Adapun kain yang dipakai adalah kain sutera. Kain ini dipilih karena bisa menyerap warna dengan baik. Selain itu, juga sifat seratnya lebih kuat daripada kain primissima. Visual coraknya mengarah pada bentuk lereng, lung-lungan, dan semenan. Pewarnaan batik menggunakan kulit buah kakao dengan fiksasi tawas, kapur dan tunjung, sehingga mencapai intensitas warna yang berbeda karena perbedaan dari fiksatornya. Penggambaran motif mengarah pada penggambaran dekoratif dengan menerapkan repeat satu dan setengah langkah dengan komposisi all over.
BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL
digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh dengan
Lebih terperinciPERANCANGAN BATIK TULIS DENGAN PEWARNAAN ALAMI KULIT BUAH KAKAO PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR
PERANCANGAN BATIK TULIS DENGAN PEWARNAAN ALAMI KULIT BUAH KAKAO PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco
21 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan, terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco
Lebih terperinciA. Bagan Pemecahan Masalah
39 BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis Permasalahan Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan menggunakan potensi alam
Lebih terperinciTEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY
TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY Pendahuluan Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan
Lebih terperinciBayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu
EKSPLORASI WARNA ALAM MENGGUNAKAN KULIT BATANG, AKAR, DAUN DAN BUAH DARI TANAMAN MANGROVE (RHIZOPORA STYLOSA) SEBAGAI PEWARNA BATIK DENGAN PENGGUNAAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR Bayu Wirawan D. S.
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kembang Telekan Kembang Telekan (Tagetes Erecta L) Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) Tanaman ini sering ditanam di halaman rumah dan taman-taman
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN A.
BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian
Lebih terperinciBAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri
BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna
Lebih terperinciSENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSES PEMBUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. MENGOLAH KAIN (PERSIAPAN ALAT DAN
Lebih terperinciPEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA
PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA Oleh: Widihastuti Staf Pengajar Prodi Teknik Busana FT UNY widihastuti@uny.ac.id Pendahuluan Tanaman alpukat
Lebih terperinciSENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY
SENI KERAJINAN BATIK Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY Pengertian Batik Pengertian batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup
Lebih terperinciALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciA. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna
BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul, pertama mencari data tentang motif Parijoto yang terkait dengan hasil alam kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik pada dasarnya adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik pada dasarnya adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara menahan pewarna (malam/lilin). Teknik ini merupakan salah satu tahapan pencapaian dalam
Lebih terperinciMembuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar
MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu dianalisa, yaitu : Dalam merancang batik, perlu pemahaman tentang metode perancangan
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan
Lebih terperinciKEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)
MAKALAH PENDAMPING KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02) ISBN : 978-979-1533-85-0 LIMBAH GERGAJI KAYU SUREN (Toona sureni Merr.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK TULIS (PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan
BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Bahan Bahan yang Digunakan a. Buah mangrove jenis Rhizophora stylosa diperoleh dari daerah Pasar Banggi, Rembang b. Air diperoleh dari Laboratorium Aplikasi Teknik
Lebih terperinciPENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN
PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN Enggar Kartikasari enggar.kartikasari@yahoo.com Dosen Prodi PKK JPTK UST Abstrak Penelitian ini secara umum untuk mengetahui pengaruh
Lebih terperinciPENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR
PKMP-3-10-1 PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR Kharomi Trismawati, Very Setyabakti, Cahyaning Wuri Rosetyo Program
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang
15 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang motif dengan sumber ide Dewi Sinta dalam cerita pewayangan Ramayana melalui
Lebih terperinci2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil, maka semakin
Lebih terperinciPENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN
31 PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN The Effect Extraction Method and Fixation of Natural Dyes to Color Fastness on Cotton Fabric Titiek
Lebih terperinciBAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan
BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa
Lebih terperinciEmy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)
KUALITAS ACASIA NILOTICA L (DAUN ONCIT) SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY) ABSTRAK Tujuan penelitian ini antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat menciptakan nuansa keindahan saat diaplikasikan pada sebuah objek ataupun benda. Dengan
Lebih terperinciPengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik
Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik Beauty Suestining Diyah D. *), Susinggih Wijana,Danang Priambodho Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik
43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara
Lebih terperinciPENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN
P u j i l e s t a r i, P e n g a r u h E k s t r a k s i Z a t W a r n a A l a m... 1 PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN The Effect Extraction
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA
DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY
Lebih terperinciTitiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta
53 OPTIMASI PENCELUPAN KAIN BATIK KATUN DENGAN PEWARNA ALAM TINGI (Ceriops tagal) DAN INDIGOFERA Sp. Batik Fabric Dyeing Process Optimization Using Natural Dyes Tingi (Ceriops tagal) and Indigofera Sp.
Lebih terperinciDian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.
PENGARUH PERBEDAAN CARA EKSTRAKSI dan BAHAN FIKSASI BAHAN PEWARNA LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN BATIK Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S Bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan batik di Indonesia sangat pesat hal ini dapat dilihat dari banyaknya industri batik yang ada di Indonesia. Saat ini di Indonesia terdapat 19 daerah sentra
Lebih terperinciproduk batik fractal
produk batik fractal 01 02 Pemakai Batik Fractal adalah konsumen yang mencintai batik dan menghargai proses pem-buatan batik sebagai craft fashion,mengutamakan kualitas pakaian dengan gaya batik modern.
Lebih terperinciBAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain
BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik
Lebih terperinciBAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN
35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabelvariabel
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif eksperimen dimana mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabelvariabel tersebut
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan maka ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan motif kekayaan bahari menjadi sebuah motif batik bergaya doodle.
Lebih terperinciTitiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta
25 PENGARUH SUHU EKSTRAKSI WARNA ALAM KAYU SECANG (Caesalpinia sappan Linn) DAN GAMBIR (Uncaria gambir) TERHADAP KUALITAS WARNA BATIK Extraction Temperature Effect of Secang (Caesalpinia sappan Linn) and
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA
LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN RISET UNGGULAN KEMITRAAN (RUK) TAHUN ANGGARAN 2005 PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA 1
Lebih terperinciBAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan
BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif
Lebih terperinciPOTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN
Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 2 (1): 62-70, 2016 POTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN Vita Kumalasari Stikes Surya Global
Lebih terperinciPENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL
PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN. tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar.
KUESIONER PENELITIAN Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe pilihan. Pada tipe pilihan berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar. A. Pertanyaan Umum
Lebih terperinciTEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK
TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK Oleh: Bandi Sobandi 1. Fungsi Warna dalam Seni Kriya Warna alam berasal dari tumbuhan, binatang, tanah, dan batu-batuan yang diolah sedemikian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROPAGUL KERING TANAMAN BAKAU (Rhizophora spp.) SEBAGAI PEWARNA ALAM DENGAN TEKNIK CELUP RINTANG
e-proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 1029 PENGEMBANGAN PROPAGUL KERING TANAMAN BAKAU (Rhizophora spp.) SEBAGAI PEWARNA ALAM DENGAN TEKNIK CELUP RINTANG Wildah Nur Halizah Universitas
Lebih terperinciBATIK DARI INDONESIA
BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Mata Kuliah Kriya Tekstil dan Batik III Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya Tekstil dan Batik II. Mata kuliah Kriya Tekstil
Lebih terperinciPENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya.
2 PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya. Semula batik hanya dikenal di lingkungan keraton di Jawa
Lebih terperinciKRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009
KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA
PEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA Emi Erawati, Risky Patria Sari, dan Sri Hidayati Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciPENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN
Lebih terperincie-journal. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Mei 2014, Hal 65-70
PENGARUH FREKUENSI PENCELUPAN PEWARNAAN KULIT POHON MAHONI TERHADAP HASIL JADI BATIK PADA BAHAN RAJUT Irma Mardhita Sari Mahasiswa S1 Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Dhiarla_frdaus@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT
372 PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT Zahra Fona 1, Syafruddin 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe,
Lebih terperinciTEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN
ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Proses perancangan Bahan dasar Serat katun Tali katun Pewarnaan Simpul Eksplorasi Hasil eksplorasi terpilih Perancangan produk Proses produksi KARYA Proses perancangan 42
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hal pengembangan produk dan juga pengenalan. produk kurang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Toko Batik Morinda merupakan salah satu penghasil batik natural color berdiri sejak tahun 2000 dan sudah menghasilkan berbagai macam produksi batik. Toko Batik
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. masalah utama. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Analisis permasalahan berguna untuk memudahkan dalam pemecahan masalah utama. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang
Lebih terperinciBASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)
FINAL TEST BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) GRADE 7 2011/2012 1. Konsep PTD adalah PGBU, yaitu... a. Pikir, Gambar, Buat, Ulangan b. Palu, Gergaji, Baut, Ulir c. Pikir, Gambar, Buat, Uji d. Pikir, Gabung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Batik Girli Di Sragen Sebagai Desa Wisata Yang Berkelanjutan. 1.1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) adalah Pengembangan Kawasan Batik Girli Di Sragen Sebagai Desa Wisata Yang Berkelanjutan.
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN
DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN Judul : Keluarga Nelayan Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2005 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara: Pameran Karya Seni Rupa tingkat Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan tradisi yang memiliki latar belakang kuat dengan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala bidang dan bentuk kebudayaan maupun kehidupan sehari-hari.
Lebih terperinciPemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna kain PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN
Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN Budi Defri Kurniawati Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya bdefri@gmail.com
Lebih terperinciPEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK
PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK Kasmudjo dan Panji Probo Saktianggi Bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Jl. Agro No.1 Bulaksumur, Yogyakarta
Lebih terperinciAgus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta
93 PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGEMBAN PADA PEWARNAAN ALAM BATIK KAIN CAMPURAN CHIEF VALUE OF COTTON (CVC) Carrier Concentration Effect on Natural Color Batik Mixed Fabric Chief Value of Cotton (CVC) Agus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit jagung dan bulu ayam merupakan contoh limbah hasil pertanian dan peternakan yang jumlahnya sangat melimpah. Tanaman jagung dapat tumbuh hampir diseluruh daratan
Lebih terperinciKerajinan Batik Tulis
Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai Negara yang memiliki iklim tropis, Indonesia banyak menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat yang bisa dibuat menjadi bahan baku kerajinan.
Lebih terperinciDesain dan Mutu Kria ( Kerajinan Tangan) Eceng Gondok Drs Yaya Sukaya,M.pd Nip
Desain dan Mutu Kria ( Kerajinan Tangan) Eceng Gondok Drs Yaya Sukaya,M.pd Nip 131944917 Jurusan pedidikan Seni Rupa,FPBS Universitas Pendidikan Indonesia 2002 Makalah Desain dan mutu Kerajinan Eceng Gondok
Lebih terperinciA. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat
A. Penggunaan Siapa yang tidak kenal dengan selai? Bahan pelengkap dalam menyantap roti atau singkong rebus ini memiliki rasa yang manis dan terbuat dari buah segar. Tak hanya itu, variasi rasa dari selai
Lebih terperinciBAB II. Metodologi Perancangan
BAB II Metodologi Perancangan A. Orisinalitas Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya dan tidak akan indah atau menarik di lihat tanpa mempertimbangkan prinsipprinsip desain.
Lebih terperinciPENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)
Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu
Lebih terperinciAPLIKASI ZAT WARNA ALAM PADA TENUNAN SERAT DOYO UNTUK PRODUK KERAJINAN Application Natural Dyestuff On Woven Fibers Doyo For Handicraft Product
45 APLIKASI ZAT WARNA ALAM PADA TENUNAN SERAT DOYO UNTUK PRODUK KERAJINAN Application Natural Dyestuff On Woven Fibers Doyo For Handicraft Product Dana Kurnia Syabana *, Yudi Satria, Retno Widiastuti Balai
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman
Lebih terperinciHO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK
HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK Tentang Batik Cap ISTILAH BATIK (SII.0041-74) Cara pelekatan lilin batik Tulis Adalah bahan kain tekstil hasil pewarnaan menurut corakcorak khas Indonesia, dengan menggunakan
Lebih terperinciUJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN
UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN RIZKI AMALIA PUTRI Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya amalovelyc3@gmail.com
Lebih terperinciBAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis
29 BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis yang eksklusif, dengan merancangmotif dari sumber ide cerita pewayangan Dewi Sinta melalui teknik batik
Lebih terperinciPanduan Wawancara. Indikator Pertanyaan
Indikator Pertanyaan Panduan Wawancara Knowledge (pengetahuan) 1. Mengapa anda tertarik terhadap pembuatan motif batik semarangan? 2. Dari mana anda mendapatkan ide tersebut? 3. Ikon-ikon kota Semarang
Lebih terperinciPENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA
PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA Oleh Nurida C.S., Harti, Inti Nahari, Saino, dan Yoyok Susatyo Abstrak Pelatihan proses pembuatan
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Literatur Didapat dari macam-macam buku baik cetak maupun
Lebih terperinciMOTIF DAN PEWARNAAN BATIK TULIS DI DUSUN GIRILOYODESAWUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
MOTIF DAN PEWARNAAN BATIK TULIS DI DUSUN GIRILOYODESAWUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Kasus di Industri Batik Sri Kuncoro) ALIFA HADAF PROGRAM STUDI
Lebih terperinciAPLIKASI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN SECARA PRE-MORDANTING.
ISSN 1907-9850 APLIKASI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN SECARA PRE-MORDANTING Manuntun Manurung Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran
Lebih terperinciPENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU
PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU A.Ign. Kristijanto 1 dan Hartati Soetjipto 1 Prodi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Kegiatan Industri Batik Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Representasi Industri Batik Dalam Pengelolaan Lingkungan (Studi Kasus Pada Masyarakat Industri Batik Di Desa Pilang
Lebih terperinciUjian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII
Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII 1. Batik berasal dari kata amba dan tik yang berarti... a. Menggambar, titik c. Menulis, garis b. Menulis, titik d. Menggambar, garis 2.
Lebih terperinciDosen Program Studi Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan 2) Program Studi D3 Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan
85 STUDI PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ZAT FIKSASI TERHADAP KUALITAS WARNA KAIN BATIK DENGAN PEWARNA ALAM LIMBAH KULIT BUAH RAMBUTAN (Nephelium lappaceum) Study on Effect of Fixation Substance Types and
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BAHAN BAKU Analisis bahan baku bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan pada penelitian utama. Parameter yang digunakan untuk analisis mutu
Lebih terperinciTANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA
TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana
Lebih terperinciIII. METODE PENCIPTAAN
III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Pada fokus permasalahan, yakni bagaimana mengembangkan batik kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki memunculkan
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Berikut adalah hasil karya Tugas Akhir Jessy Jasmine Fitria Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB dengan judul EKSPLORASI TEKNIK
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA
BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA A. Perusahaan Batik UD. Al- Mubarok 1. Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan Batik UD. Al- Mubarok Awal
Lebih terperinci