Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha : Sukirman S.
|
|
- Sukarno Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL PROSES PENYEMPURNAAN MENGKERET (KREPING) PADA KAIN KAPAS DAN RAYON VARIASI KONSENTRASI NaOH, WAKTU KONTAK DAN JARAK MOTIF Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha Dosen Asisten : Sukirman S.ST : Desiriani Witri S.ST SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2013
2 PROSES PENYEMPURNAAN MENGKERET (KREPING) PADA KAIN KAPAS DAN RAYON VARIASI KONSENTRASI NaOH, WAKTU KONTAK DAN JARAK MOTIF I. MAKSUD DAN TUJUAN 1.1 Maksud Memberikan efek mengkeret (kreping) pada kain dengan menggunakan zat kimia 1.2 Tujuan Mengetahui dan membandingkan efek kreping yang dilakukan pada bahan kapas dan rayon. Mengetahui hasil pencelupan yang dilakukan pada kain yang telah dilakukan proses penyempurnaan krep II. TEORI DASAR Penyempurnaan Kreping Yang dimaksud dengan penyempurnaan kreping adalah membuat kain menjadi tidak rata (berkeriput). Benang dengan puntiran tinggi memiliki kecenderungan besar untuk terbuka dan puntirannya bila dibebaskan dari penahanya, akan tetapi bila kedua ujung benang tersebut dipegang, sehingga pembukaan puntiran tidak dapat berlangsung sempurna, lalu saling didekatkan maka akan terbentuk gelungan-gelungan (loops) kecil di sepanjang benang akibat dari gaya torsional benang yang semula bertahan dan kemudian terbebaskan saat kedua ujung benang didekatkan. Kecenderungan pembukaan puntiran pada benang atau energi torsionalnya sangat ditentukan oleh derajat puntirannya, sehingga semakin tinggi puntiran suatu benang maka semakin besar pula kecenderungannya untuk terbuka dari puntiran. Pada benang yang terbuat dari serat hidrofil kecenderungan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh sifat penggelembungannya pada pembasahan, semakin besar penggelembungan seratnya semakin besar pula kecenderungan benang untuk terbuka dari puntirannya. Penggelembungan serat yang terjadi pada pembasahan mengakibatkan mengkeret kain kearah lebarnya, akan tetapi karena pembukaan puntiran benang tertahan oleh pinggiran kain, maka energi puntiran benang beralih dan terpakai untuk membentuk gelungan-gelungan seperti yang telah dijelaskan diatas. Mengingat bahwa benang pada kain tersusun dalam suatu anyaman tertentu maka pembentukan gelungan tidak dapat berlangsung sempurna sehingga menimbulkan suatu efek gelombang atau riak pada permukaan kain yang dikenal dengan istilah krep (crepe). Dengan demikian prinsip penyempurnaan krep adalah mengkeret benang dengan puntiran tinggi dan kecenderungan untuk terbuka dari puntirannya, serta didasarkan pada sifat penggelembungan serat. Berdasarkan prinsip ini
3 maka serat dengan penggelembungan besar di dalam air sangat baik begi pembuatan benang ataupun krep. Selulosa yang diregenerasi banyal dipilih untuk proses ini karena penggelembungannya yang besar didalam air (dalam keadaan basah serat rayon memiliki volume dua kali daripada volumenya dalam keadaan kering absolut). Penyempurnaan Krep untuk Rayon Konstruksi yang paling umum untuk kain krep adalah benang krep untuk pakan dan normal untuk lusi, dengan pergantian arah puntiran setiap dua helai benang pakan. Syarat lain yang harus dipenuhi untuk memperoleh krep yang merata dipandang dari efeknya maupun kerapatannya adalah dimungkinkannya pergerakan benang pada kain selama proses. Proses kreping sebaiknya tidak dilakukan bersamaan dengan pemasakan. Larutan sabun dan suhu tinggi pada proses pemasakan akan menyebabkan struktur lain menjadi lebih terbuka sehingga tercipta ruang yang lebih besar bagi benang untuk membentuk gelungan dan menghasilkan efek krep yang kasar dan cenderung tidak rata. Untuk mencegah timbulnya bekas kusut (crease marks) maka kain harus dikerjakan dalam bentuk lebar. Ada beberapa cara penanganan kain dalam proses kreping, yaitu cara : 1. rangka bintang 2. lipatan buku 3. loop 4. kontinyu kerataan dan kehalusan krep pada dasarnya sangat ditentukan oleh struktur benang, kain, konsentrasi dan suhu larutan. Benang dengan puntiran tinggi yang terbuat dari filamen kasar dan menggunakan kanji ringan (soft size) biasanya akan menghasilkan krep kasar bila dikerjakan dalam larutan dengan konsentrasi dan suhu tinggi. Sedangkan krep halus dapat diperoleh dari benang puntiran rendah yang terbuat dari filamen dengan kanji berat (hard size) dan menggunakan larutan dengan konsentrasi dan suhu rendah. Penyempurnaan Krep untuk Kapas Pada dasarnya terdapat 2 cara untuk membuat kain krep kapas, yaitu sebagai berikut : 1. Membuat kain dengan benang-benang krep atau yang mempunyai antihan tinggi. Pada cara ini efek krep yang terjadi tergantung dari relaksasi dari antihan benang. 2. Penggunaan zat kimia yang dapat menyebabkan penggelembungan serat kapas. Pembuatan kain krep kapas cara pertama sama seperti pada cara pembuatan kain krep pada rayon. Hasil proses kreping melalui penggelembungan setempat tidak menampakkan efek riak seperti yang diperoleh dari penggunaan benang puntiran tinggi, meskipun demikian ada kesamaan hal dalam efek mulur seperti yang biasa ditemui pada struktur krep. Pembentukan krep dengan cara ini lebih
4 merupakan hasil proses kimia dengan menggunakan zat penggembung (swelling agent) seperti soda kostik, asam sulfat, seng klorida. Penggembungan setempat melalui teknik pencapan (pencapan langsung maupun rintang) merupakan prinsip dari pembuatan krep dengan mengguanakan zat kimia. Pada perendaman dalam air serat pada bagian yang mengandung soda kostik akan menggelembung dan mengkeret, serta menyebabkan bagian kain lainnya kusut, sehingga menimbulkan efek berkerut-kerut pada permukaan kain. Penyempurnaan Krep untuk Serat Sintetik Kain dari serat campuran dapat memberikan efek krep yang khas. Efek krep yang terkenal pada kain yang dibuat dari benang-benang filamen yang dibuat dengan bulk yarns (benang yang mengkeret) atau dengan false-twisting yarns (benang dengan antihan palsu). Efek yang diperoleh pada permukaan kain dapat seperti kulit, pasir atau bintik-bintik bulu, yang dalam hal ini tergantung dari kwalitas benang dan motif dari embossing kalander. III. PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan Bahan : kain kapas, kain rayon, kain polyester/kapas, kain polyester/ rayon Alat alat : Pengaduk Gelas ukur 500 ml Screen Kertas Rakel Neraca Cangkir 3.2 Resep dan Fungsi Zat Resep penyempurnaan kreping Pengental (tapioca) : 4 % NaOH 30 % : 400 9/L NaOH 20 % Invadin MC : 1 ml/l Waktu : 20, 25, 30
5 Resep pencelupan dengan zat warna reaktif Zat warna reaktif dingin : 1 % NaCl : 20 g/l Na 3 CO 3 : 10 g/l Zat pembasah : 1 g/l Volt (1 : X) : 1 : 20 Fungsi Zat - NaOH 30% dan 20% berfungsi sebagai pemberi efek kreping pada bahan. - Pengental (tapioca) berfungsi sebagai pengental yang tahan terhadap alkali kuat, dan membuat larutan kreping menjadi pasta yang siap dicapkan untuk mendapatkan motif kreping yang sesuai dengan kasa. - Pembasah tahan alkali berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan serat, sehingga zatzat dapat masuk kedalam bahan. - Zat warna reaktif dingin berfungsi untuk memberikan warna secara merata pada bahan dan untuk mengetahui hasil penyempurnaan kreping yang telah dicelup dengan zat warna reaktif. - Na 2 SO 4 berfungsi untuk menanbah penyerapan zat warna reaktif pada bahan. - Na 2 CO 3 berfungsi memperbesar kelarutan zat warna dalam larutan celup dan zat anti kesadahan dalam air celupan, serta menetralkan asam-asam hasil dari reaksi yang terdapat pada larutan celup. Memfiksasi zat warna dan membentuk ikatan Kovalen. 3.3 Cara Kerja - Dibuat pengental dari tapioca dan NaOH, diatur banyaknya pengental agar didapat pasta pengental yang baik - Bahan dicap dengan pasta tersebut, dan didiamkan selama 20, 25, 30 menit - Bahan dibilas dengan air panas sampai kandungan NaOH yang ditandai dengan pegangan licin hilang - DInetralkan kandungan kebasaan kain dengan dimasukan ke dalam larutan asam cuka CH 3 COOH - Kain di cuci dengan air dingin sampai bersih - Kain di angin-angin sampai kering - Selanjutnya ditimbang kain dan dilanjutkan pada proses pencelupan kain hasil krepping dengan zat warna reaktif dingin.
6 - Bahan yang sudah dicelup ditunggi sampai kering dan di evaluasi kekerutan bahan dan pengaruhnya terhadap penyerapan zat warna. 3.4 Diagram Alir Pembuatan Pasta Pencetakan pasta ke bahan Didiamkan 20', 25' dan 30' Pembilas bahan dengan air dingin Penetralan dengan asam asetat Pencelupan evaluasi 3.5 Perhitungan Bahan Bahan yang digunakan untuk proses penyempurnaan efek mengkerut ini adalah dibuat dalam bentuk pasta yang terdiri dari NaOH, Pengental tapioca dan balace. Berikut adalah komposisi kandungan pastanya a. Pasta induk NaOH 20 % Tapioca : 4/100x500 = 20 gram NaOH : 20/100 x 500 = 100 gram Air : = 380 gram b. Pasta induk NaOH 30 % Tapioka : 4/100x500 = 20 gram NaOH : 30/100 x 500 = 150 gram Air : = 330 gram
7 c. Larutan Celup ZW. Reaktif Dingin Berat total : 155,8 gram Vlot 1:20 : 20 x BB = 3116 liter ZW reaktif dingin 1% : 1/ 100 x 1,558 = gram NaCl 10 g/l : 10/1000 x 3116 = 31,16 gram Na2CO3 2 g/l : 2/1000 x 3116 = 6,232 gram Air : 3077,05 liter 3.6 Data Percobaan IV. PEMBAHASAN Praktiukum kali ini adalah penyempurnaan untuk menghasilkan efek mengkerut pada kain. Kain yang digunakan adalah kain dari serat kapas dan rayon viskosa. Pada prinsipnya cara kimia ini adalah dengan cara menggembungkan serat kapas sehingga diperoleh mengkeret yang besar dan akan timbul efek gelombang yang diinginkan. Sedang untuk bahan yang digunakan untuk menghasilkan efek kerut ini adalah Natrium Hidroksida secara tidak merata sesuai dengan motif yang digunakan. Pemakaian motifnya pun diatur sedemikian rupa
8 sehingga menghasilkan kerut yang teratur. Dan motif yang digunakan pada praktiku kali ini adalah motif semi blok. Kemudian besarnya efek kerut yang dihasilkan bisa diatur dengan memvariasikan konsentrasi Natrium Hidroksida, waktu kontak dengan natrium hidroksida, jenis serat serta. Sedang untuk mengukurnya diukur dengan cara melihat hasil dari efek keriput (krep) dan ketuaan warna motif (pada bagian yang dicap NaOH). Indikator dari pengukuran sendiri adalah dengan dibuat grade penilaian dari angka Semakin tinggi nilai maka semakin baik hasil pengukurannya, begitu juga sebaliknya. Berikut adalah pembahasan dari hasil penyempurnaan kreping. a. Pengaruh waktu kontak, konsentrasi NaOH dan jarak motif terhadap efek kerutan 10 Pengaruh waktu kontak NaOH dan Konsentrasi terhadap efek kerut pada kain kapas dan rayon motif semi blok 0,5 cm ke 1 cm (A) dan semi blok 1 cm ke 1 cm (B) Konsentrasi 20 % Kapas A Konsentrasi 30 % Kapas A Konsentrasi 20 % Kapas B Konsentrasi 30 % Kapas B Konsentrasi 20 % Rayon A Konsentrasi 30 % Rayon A Konsentrasi 20 % Rayon B Konsentrasi 30 % Rayon B Menit 25 Menit 30 Menit Pada grafik diatas jika membandingkan antara konsentrasi NaOH pada kapas terlebih dahulu. Terlihat bahwa kapas yang diberikan NaOH berkonsentrasi 30% lebih tinggi nilai kekerutannya
9 dibandingkan dengan nilai pada kapas yang diberikan NaOH 20%. Ini berarti semakin tinggi konsentrasinya NaOH maka akan semakin tinggi nilai kekerutannya. Hal ini adanya sifat penggelumbungan pada penampang melintang serat kapas oleh NaOH. Dengan sifat penggembungan yang ditimbulkannya, dimana pada konsentrasi tinggi efek penggelembungan akan meningkat, ketika penampang melintangnya bertambah besar sedangkan volume serat tetap, maka kain akan menjadi mengkeret. Ketika bagian yang diberi kontak dengan NaOH mengkeret maka akan timbul gaya tarik menarik antar benang sehingga bagian yang tarik menarik tersebut akan meningkat tetalnya sedangkan bagian yang tidak akan membentuk gelombang. Banyaknya efek gelombang yang timbul tergantung dari gaya menariknya, semakin besar gaya tariknya (mengkeret) maka semakin jelas pula efek gelombang yang nampak. Namun ketika dilihat kembali nilai efek kekerutan dari kain kapas yang waktu kontaknya 30 menit, nilainya dari 25 menit. Padahal pada kain kapas yang waktu kontaknya 20 menit mengalami kenaikan pada waktu kontak 25 menit. Walaupun yang turun adalah pada jenis kapas (A) yaitu kapas yang diberikan motif semi block 0,5 cm ke 1cm. Hal ini mungkin bisa diasumsikan bahwa pasta NaOH yang diberikan mengalami kejenuhan. Dan jika asumsi ini benar maka kita bisa menyimpulkan waktu kontak yang optimum untuk penyempurnaan kreeping ini adalah selama 25 menit. Tapi ini harus dilakukan penelitian lebih lanjut, dikarenakan hasil ini didapatkan hanya dari satu kali praktikum percobaan dengan variable uji yang sedikit. Terlepas dari masalah itu, ada hal menarik lagi dari grafik diatas. Yaitu,pada kapas B nilai efek kekerutan selalu lebih kecil daripada kapas A. Kapas A sendiri adalah kapas yang diberi NaOH dengan motif semi block 0,5 cm ke 1 cm, sedangkan kapas B 1 cm ke 1 cm. Hal ini mungkin bisa disebabkan oleh jarak antara kain yang terkena NaOH dengan yang tidak berbeda. Dari literature yang didapatkan bahwa, efek kerut juga dipengaruhi oleh jarak motif semi blok. Jika perbedaan jaraknya lebih besar maka akan menimbulkan kerut yang lebih sedikit. Hal ini disebabkan efek kerut akan kalah dengan sifat mulur kain. Kemudian untuk kain rayon, relative tidak begitu kelihatan efek kerut yang dihasilkan. Disebabkan karena adanya perbedaan penampang melintang rayon dengan kapas. Penampang melintang kapas berbentuk ginjal, sehingga jika ada kontak dengan NaOH akan menggelembung. Penggelembungan serat yang terjadi pada pembasahan mengakibatkan mengkeret kain kearah lebarnya, akan tetapi karena pembukaan puntiran benang tertahan oleh pinggiran kain, maka
10 energi puntiran benang beralih dan terpakai untuk membentuk gelungan-gelungan. Mengingat bahwa benang pada kain tersusun dalam suatu anyaman tertentu maka pembentukan gelungan tidak dapat berlangsung sempurna sehingga menimbulkan suatu efek gelombang. Tetapi rayon tidak, rayon berbentuk bergerigi. b. Pengaruh waktu kontak, konsentrasi NaOH dan jarak motif terhadap ketuaan warna Konsentrasi 20 % Kapas A Konsentrasi 30 % Kapas A Konsentrasi 20 % Kapas B Konsentrasi 30 % Kapas B Konsentrasi 20 % Rayon A Konsentrasi 30 % Rayon A Konsentrasi 20 % Rayon B Konsentrasi 30 % Rayon B Menit 25 Menit 30 Menit Untuk menyimpulkan bahwa hasil peyempurnaan kreping bagus, tidak cukup hanya melihat dari kekerutaanya saja. Ketahanan kekerutan tersebut dalam proses pencelupannya pun harus diperhitungkan. Oleh karena itu, selain menganalisa kekerutan, kamipun menganalisa hasil dari proses pencelupannya berupa ketuaan warna. Ketuaan warna sendiri salah satu factor yang sangat memepengaruhinya adalah penyerapan zat warna pada kain. Dari literature, kami menemukan bahwa kenaikan penyerapan zat warna sebanding lurus dengan konsentrasi NaOH. Data diatas juga cenderung menunjukan demikian, terlepas dari adanya sedikit penurunan pada waktu kontak 25 menit. Tapi pada saat waktu 30 menit naik kembali. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya daya serap kain kapas setelah digelembungkan oleh NaOH. Penambahan daya serap kain pada kain diakibatkan oleh adanya perubahan bentuk penampang serat yang menjadi semakin bulat setelah proses merserisasi karena adanya reorientasi rantai-rantai molekul selulosa menyebabkan deretnya lebih kristalin dan sejajar dan teratur.
11 Sehingga gugus hidroksil yang dapat diakses (accesable) oleh zat warna menjadi lebih mudah / lebih terjangkau. Sedangkan untuk rayon, ini lebih disebabkan oleh daya serap rayon yang lebih tinggi dari pada kapas. Sehingga rayon mampu menyerap zat warna reaktif dingin dengan lebih banyak sehingga mengakibatkan rayon terlihat lebih tua warna nya daripada yang kapas. V. KESIMPULAN Kenaikan konsentrasi NaOH berbanding lurus dengan lamanya waktu kontak antara NaOh dengan kapas untuk menghasilkan efek kerut. Jarak motif semi block mempengaruhi efek kerut yang dihasilkan Kain kapas lebih mengkerut daripada kain rayon Waktu kontak dengan NaOH yang paling optimum adalah selama 25 menit Konsentrasi NaOH berbanding lurus dengan ketuaan warna yang dihasilkan VI. DAFTAR PUSTAKA Soeparman, Dkk, Teknologi Penyempurnaan Tekstil, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, Muchsinin, penyempurnaan kreping kain kapas100% variasi konsentrasi kostik soda dan waktu proses Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, bandung, Susyami dkk bahan ajar praktek teknologi penyempurnaan kimia Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung. 2005
12
PENYEMPURNAAN PELEMASAN PADA KAIN KAPAS, T/C, T/C DAN POLYESTER MENGGUNAKAN SILICON N-150 & SILICON AMZ-9 VARIASI KONSENTRASI SILICON.
PENYEMPURNAAN PELEMASAN PADA KAIN KAPAS, T/C, T/C DAN POLYESTER MENGGUNAKAN SILICON N-150 & SILICON AMZ-9 VARIASI KONSENTRASI SILICON. Boby Fansha Graha (07k40015), Fani Miftah Rizkiyah (10020054), Jakariya
Lebih terperinciPENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN ANTI API DAP DAN NICCA Fi NONE P205 PADA KAIN KAPAS, T/C, T/R dan POLIESTER
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN ANTI API DAP DAN NICCA Fi NONE P205 PADA KAIN KAPAS, T/C, T/R dan POLIESTER Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha 10020067
Lebih terperinciPENYEMPURNAAN TAHAN KUSUT PADA KAIN KAPAS DENGAN KNITEX LE VARIASI KONSENTRASI DAN PENAMBAHAN RESIN PELEMAS SILIKON AMZ-9
PENYEMPURNAAN TAHAN KUSUT PADA KAIN KAPAS DENGAN KNITEX LE VARIASI KONSENTRASI DAN PENAMBAHAN RESIN PELEMAS SILIKON AMZ-9 Prihatini (07k40015), Jakariya Nugraha (10020067), Mahasiswa Jurusan Kimia Tekstil,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan
Lebih terperinciKISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENYEMPURNAAN KAIN
KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENYEMPURNAAN KAIN No Kompetensi Utama Kompetensi Inti Guru (KI) Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi
Lebih terperinciSERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS)
SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS). SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) Pengertian serat. SERAT adalah suatu benda yang berbanding panjang diameternya sangat besar sekali. asal serat bahan tekstil
Lebih terperinciZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK
ABSTRAK Zat warna untuk kain katun terdiri dari zat warna Alami (Natural Dyes) dan zat warna Sintetis (Synthetic Dyes). Zat warna alam terdiri dari akar, batang, kulit, buah, dan bunga. Sedangkan zat warna
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR DIAGRAM.. DAFTAR BAGAN...
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR DIAGRAM.. DAFTAR BAGAN.... i ii iii iv vii viii ix x xi BAB
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA
PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Spektrometer serapan atom ( Perkin-Elmer tipe Aanalyst 100 ) - Tungku karbon ( Perkin-Elmer
Lebih terperinciKISI- KISI SOAL UKG TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN TEKSTIL (2015)
KISI- KISI SOAL UKG TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN TEKSTIL (2015) 1. Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 1.1. Memahami
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,
PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. 2. Dasar teori
Lebih terperinciBAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL
digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8
34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya
Lebih terperinciREAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas piala, neraca analitik, gelas ukur, penangas air, wadah (baskom), dan sudip. Alat-alat yang digunakan
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1
Lebih terperinciPERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL
144 LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL KELAS/KELOMPOK : KETUA KELOMPOK : ANGGOTA : UPI #PENDIDIKAN KIMIA AULIA WAHYUNINGTYAS #0706475 TUJUAN PERCOBAAN 1.
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan
3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2
Lebih terperinciGambar Rangkaian Alat pengujian larutan
LARUTAN ELEKTROLIT DAN BUKAN ELEKTROLIT Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokan senyawa yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Jika suatu senyawa dilarutkan dalam air dapat menghantarkan
Lebih terperinciBAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG. bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski sebesar
BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG A. Profil Perusahaan PT. Cemara Agung PT. Cemara Agung merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN Disusun oleh Nama : Cinderi Maura Restu NPM : 10060312009 Shift / kelompok : 1 / 2 Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2012 Tanggal Laporan :
Lebih terperinciINOVASI MOTIF JUMPUTAN. Eustasia Sri Murwati dan Suryawati Ristiani
INOVASI MOTIF JUMPUTAN Eustasia Sri Murwati dan Suryawati Ristiani Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7. Telp (0274) 546111. Fax.543582.Yogyakarta 55166. Email: eustasiabbkb@gmail.com
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator Esensial
KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 MATA PELAJARAN JENJANG : TEKNIK TEKSTIL : SMA/MA SMK/MAK KOMPETENSI PEDAGOGI No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator
Lebih terperinciBab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang
32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas
Lebih terperinciAtas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan
Lebih terperinciTEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN
ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciJason Mandela's Lab Report
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.
BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. Sendok 2. Ember 3. Pipet 2 buah 4. Pengaduk 5. Kertas ph Secukupnya 6. Kaca arloji 2 buah 7. Cawan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan
Lebih terperinciPENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA
Lebih terperinciMODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan
MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit
Lebih terperincikimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran
KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Fanny Siti Khoirunisa NRP : 123020228 Kel / Meja : H / 10 Asisten :
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN
III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian peralatan proses pembuatan faktis yang terdiri dari kompor listrik,panci, termometer, gelas
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah
BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan 5.1.1 Alat yang digunakan Tabel 3.1 Alat yang digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Sendok
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BAHAN BAKU Analisis bahan baku bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan pada penelitian utama. Parameter yang digunakan untuk analisis mutu
Lebih terperinciResin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:
DASAR TEORI Resin penukar ion ( ion exchange) yang merupakan media penukar ion sintetis pertama kali dikembangkan oleh Adam dan Holmes. Penemuan ini membuka jalan pembuatan resin hasil polimerisasi styrene
Lebih terperinciPENCELUPAN KAIN T/C DENGAN ZAT WARNA DISPERSI-BEJANA METODA 2 BATH 2 STAGE CONITUE VARIASI NaCl dan SUHU THERMOSOL. Kiki Bayu Murti
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCELUPAN III PENCELUPAN KAIN T/C DENGAN ZAT WARNA DISPERSI-BEJANA METODA 2 BATH 2 STAGE CONITUE VARIASI NaCl dan SUHU THERMOSOL Disusun Oleh : Kiki Bayu Murti 0702007 Noerma
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinciINDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC
INDUSTRI PULP DAN KERTAS 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC 1 A. BAHAN BAKU Selulosa (terdapat dalam tumbuhan berupa serat) Jenis-jenis selulosa : 1. α-selulosa untuk pembuatan kertas 2. β-selulosa
Lebih terperinciModul 1 Analisis Kualitatif 1
Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH
LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES
II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,
BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat utama yang digunakan dalam penelitian pembuatan pulp ini adalah digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA NAMA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C4 07 017 KELOMPOK PROGRAM STUDI JURUSAN : II : PENDIDIKAN KIMIA : PENDIDIKAN MIPA ASISTEN PEMBIMBING
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen
23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang
Lebih terperinciAgus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta
93 PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGEMBAN PADA PEWARNAAN ALAM BATIK KAIN CAMPURAN CHIEF VALUE OF COTTON (CVC) Carrier Concentration Effect on Natural Color Batik Mixed Fabric Chief Value of Cotton (CVC) Agus
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil identifikasi sampel
Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 36 Lampiran 2. Gambar tumbuhan jerami padi ( a ) ( b ) Keterangan : a. Pohon padi b. Jerami padi 37 Lampiran 3. Gambar serbuk, α-selulosa, dan karboksimetil selulosa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67
BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI
PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI I. CAPAIAN PEMBELAJARAN Praktikan mampu menetapkan kadar CH3COOH (asam asetat) dan asam cuka (HCl) menggunakan prinsip reaksi asam-basa. II.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian
Lebih terperinciDAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii v vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah...
Lebih terperinciPemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi
Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni Faridah, Anwar Fuadi ABSTRAK Kertas seni banyak dibutuhkan oleh masyarakat, kertas seni yang dihasilkan dapat digunakan sebagai kertas
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KERTAS DARI SELULOSA NATA BERBAHAN BAKU TAPIOKA
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KERTAS DARI SELULOSA NATA BERBAHAN BAKU TAPIOKA Disusun Oleh : Adhitiyan Basuki Indra Damendra I8312001 I8312024 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KETAHANAN TARIK DAN KETAHANAN SOBEK KERTAS SENI Hasil penelitian tentang kertas yang terbuat dari bulu ayam dan kulit jagung diperoleh data hasil pengujian ketahanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan
LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan 1 Persiapan bahan baku 2 Proses Hidrolisis Melarutkan 100 gr kulit pisang yang telah halus
Lebih terperinciI. Tujuan. Dasar Teori
I. Tujuan 1. Merangkai rangkaian listrik yang digunakan dalam proses pewarnaan alumunium dalam proses anodizing dengan benar. 2. Dapat menghitung konsentrasi asam sulfat yang digunakan dalam proses pewarnaan
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) OLEH : NAMA : HANIFA NUR HIKMAH STAMBUK : A1C4 09001 KELOMPOK ASISTEN : II (DUA) : WD. ZULFIDA NASHRIATI LABORATORIUM
Lebih terperinciASAM, BASA DAN GARAM
ASAM, BASA DAN GARAM Larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Dalam suatu larutan, jumlah pelarut lebih banyak dibandingkan jumlah zat terlarut. Penggolongan larutan dapat juga
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu penelitian akan dilakukan selama 6 (enam) bulan. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pusat Bioamterial dan Bank Jaringan Rumah Sakit Umum
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium
Lebih terperinciPEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 13
Lebih terperinciASAM, BASA, DAN GARAM
ASAM, BASA, DAN GARAM Standar Kompetensi : Memahami klasifikasi zat Kompetensi Dasar : Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat A. Sifat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat
Lebih terperinciPADA BENANG POLIESTER UNTUK KAIN SONGKET PALEMBANG. Luftinor. Abstrak
PADA BENANG POLIESTER UNTUK KAIN SONGKET PALEMBANG THE USE OF DISPERSE DYES OF HIGH TEMPERATUR SYSTEM FOR POLYESTER YARN PALEMBANG SONGKET Luftinor Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang e-mail:
Lebih terperinciMembuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar
MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini
Lebih terperinciPercobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM
Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM TUJUAN Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan dan menggunakan berbagai alat gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Mengatur nyala pembakar Bunsen
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU
PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,
Lebih terperinciEmisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer
Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS Penyusun : Muhammad Fadli (1301782) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida Serlin Oktavia Ade Amelia NST Dosen :1.Dra. Bayharti, M.Sc 2. Miftahul Khair, S.si
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,
Lebih terperinciSoal-Soal. Bab 4. Latihan. Laju Reaksi. 1. Madu dengan massa jenis 1,4 gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r. 5. Diketahui reaksi:
Bab Laju Reaksi Soal-Soal Latihan. Madu dengan massa jenis, gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r = 80) sebanyak 35 % b/b. Kemolaran glukosa dalam madu adalah... 0,8 M (D),7 M,8 M (E) 3,0 M, M. Untuk membuat
Lebih terperinci