Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengembangan Perumahan Pengembangan perumahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengembang secara mandiri maupun bersama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosialnya dengan cara mengembangkan lahan dan bangunan rumah untuk ditempati sendiri atau ditempai oleh pihak lain (Byrne, 1996). Rumah merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan (UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman). Sarana perumahan dapat berupa sarana olah raga, sarana pendidikan, rumah ibadah, sarana kesehatan, dan sebagainya. Sedangkan prasarana perumahan terdiri dari jalan, saluran drainase, jembatan, utilitas air bersih, utilitas listrik, dan lain-lain. Pada umumnya perumahan yang ditawarkan oleh pengembang terdiri dari tiga kelas yang dibedakan berdasarkan kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana perumahan (Sastra, dkk, 2006), yaitu sebagai berikut: 1. Perumahan sederhana, yaitu jenis perumahan yang memiliki sarana dan prasarana yang masih sangat minim. Hal ini dikarenakan pengembang tidak dapat menaikkan harga jual perumahan seperti pada perumahan menengah dan mewah, dimana harga sarana dan prasarana perumahan dibebankan kepada konsumen. Perumahan kelas sederhana pada umumnya hanya dilengkapi dengan prasarana yang berupa jaringan jalan, saluran drainase, utilitas air bersih, serta utilitas listrik. 2. Perumahan menengah, yaitu jenis perumahan yang memiliki sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Selain tersedianya prasarana yang lebih baik, perumahan kelas menengah juga dilengkapi dengan sarana yang lebih lengkap, seperti sarana kesehatan, pendidikan, sosial kemasyarakatan, serta sarana umum lainnya. 6

2 3. Perumahan mewah, yaitu jenis perumahan yang memiliki sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Selain dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang sudah sangat lengkap dan lebih baik, perumahan ini juga dilengkapi dengan ketersediaan ruang terbuka yang mendukung kegiatan informal bagi para penghuninya. II.1.1. Proses Pengembangan Perumahan Menurut Byrne (1996), proses pengembangan perumahan secara umum dibagi menjadi tiga tahapan utama, yaitu tahap akuisisi, tahap produksi atau tahap konstruksi, dan tahap disposal. Tahap akuisisi terdiri dari kegiatan akuisisi lahan dan perizinan. Tahap produksi atau tahap konstruksi terdiri dari kegiatan desain dan pelaksanaan konstruksi perumahan. Sedangkan tahap disposal terdiri dari kegiatan penyewaan atau penjualan rumah. Menurut Santoso (2000), proses pengembangan perumahan terdiri dari tahap persiapan, tahap produksi, dan tahap penjualan. Tahap persiapan terdiri dari kegiatan akuisisi lahan, pengurusan perizinan, perencanaan, serta studi kelayakan. Tahap produksi terdiri dari pelaksanaan konstruksi prasarana, pelaksanaan konstruksi sarana, serta pelaksanaan konstruksi unit-unit rumah. Sedangkan tahap penjualan terdiri dari kegiatan promosi dan pemasaran untuk penjualan rumah. Berdasarkan penjelasan diatas, secara umum proses pengembangan perumahan dapat digambarkan sebagai berikut: TAHAP AKUISISI 1. Akuisisi lahan 2. Perizinan 3. Studi Kelayakan TAHAP PRODUKSI 1. Desain 2. Pelaksanaan konstruksi prasarana 3. Pelaksanaan konstruksi sarana 4. Pelaksanaan Konstruksi unit-unit rumah TAHAP DISPOSAL Penjualan unit-unit rumah Gambar II.1. Proses Pengembangan Perumahan 7

3 Tahap akuisisi terdiri dari kegiatan akuisisi lahan, pengurusan perizinan untuk pengembangan lahan, serta studi kelayakan pengembangan perumahan bagi pengembang. Tahap produksi terdiri dari kegiatan desain perumahan serta pelaksanaan konstruksi perumahan. Pelaksanaan konstruksi perumahan terdiri dari pelaksanaan konstruksi prasarana, sarana, serta unit-unit rumah. Sedangkan tahap disposal meliputi kegiatan penjualan unit-unit rumah. II.1.2. Pelaksanaan Konstruksi Perumahan Perumahan dapat berupa unit-unit rumah tinggal yang dikembangkan diatas lahan secara horizontal (landed house) atau hunian bertingkat yang dikembangkan diatas lahan secara vertikal (Hendrickson, 1989). Pelaksanaan konstruksi perumahan pada perumahan kelas menengah dan mewah pada umumnya bersifat custom-built project, dimana pelaksanaan konstruksi perumahan dilakukan sesuai dengan permintaan dari konsumen, yaitu pemilik rumah. Pada tahap pelaksanaan konstruksi perumahan, pengembang mengadakan hubungan kerjasama dengan penyedia barang dan jasa profesional yang bergerak di bidang industri konstruksi dalam usahanya mewujudkan perumahan untuk dijual kepada konsumennya, dalam hal ini adalah pemilik rumah. Penyedia barang dan jasa tersebut terdiri dari konsultan desain perumahan serta kontraktor perumahan. Seperti pelaksanaan konstruksi bangunan lainnya, pelaksanaan konstruksi perumahan juga menuntut pengerjaan dengan keahlian yang khusus sehingga menuntut adanya keahlian tertentu atau spesialisasi. Dengan karakteristik tersebut, kegiatan konstruksi perumahan menjadi terfragmentasi. Hal ini menyebabkan terjadinya pembagian pekerjaan konstruksi perumahan menjadi paket-paket pekerjaan yang melibatkan banyak pelaku dengan spesialisasi masing-masing serta tingkat spesialisasi yang tinggi. Dengan demikian terdapat banyak kontraktor yang melaksanakan setiap paket pekerjaan konstruksi perumahan. Keseluruhan kontrakor tersebut disebut sebagai kontraktor perumahan, yang terdiri dari 8

4 kontraktor yang melaksanakan konstruksi prasarana perumahan, sarana perumahan, serta unit-unit rumah. II.2 Konsep Rantai Pasok Rantai pasok merupakan keterlibatan jaringan organisasi mulai dari hubungan hulu (upstream) hingga ke hilir (downstream), dalam proses dan kegiatan yang berbeda untuk menghasilkan layanan dan jasa yang bernilai hingga sampai kepada konsumen terakhir (Vrijhoef, 1999). Dalam rantai pasok, terjadi aliran produk yang berupa barang dan jasa, dari pemasok paling awal hingga konsumen paling akhir. Sebaliknya, dalam rantai pasok juga terjadi aliran informasi dan aliran kas, mulai dari konsumen paling akhir hingga ke pemasok paling awal (Pujawan, 2005). Konsep rantai pasok pertama kali diperkenalkan oleh perusahaan otomotif Jepang melalui sistem Just In Time pada Sistem Produksi Toyota. Tujuan utama diterapkannya sistem ini adalah untuk mengurangi sistem inventori secara signifikan dan mengatur hubungan antara para pemasok dengan lini produksi menjadi semakin efektif. Melalui mekanisme tersebut, perusahaan Toyota berhasil mengurangi pemborosan yang terjadi di perusahaan dan melakukan perubahan paradigma perusahaan otomotif secara radikal hingga mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Hubungan kerjasama antara pemasok paling awal hingga konsumen paling akhir dalam suatu rantai pasok akan memberikan dampak yang signifikan terhadap efisiensi dan produktifitas pelaksanaan kegiatan itu sendiri. Untuk itu hubungan kerjasama antar pelaku yang terlibat dalam rantai pasok harus diatur dengan tepat, yaitu melalui desain pola rantai pasok yang tepat. Dengan desain pola rantai pasok yang tepat, diharapkan setiap pelaku rantai pasok memberikan kontribusi yang besar bagi efisiensi dan produktivitas pelaksanaan kegiatannya. 9

5 II.2.1. Rantai Pasok Pengembangan Perumahan Rangkaian kegiatan yang terjadi dalam rantai pasok pengembangan perumahan sejalan dengan rangkaian kegiatan ekonomi, dimana terdapat produsen yang memasok barang dan jasa kepada konsumen. Pada saat yang sama terjadi aliran kas atau aliran uang dari kegiatan pasokan tersebut. Pelaku yang selalu memberikan aliran uang kepada produsen sehingga memungkinkan berjalannya rantai pasok adalah konsumen. Dengan demikian semua proses rantai pasok pada akhirnya harus bisa memberikan nilai (value) kepada konsumen akhir. Berdasarkan deskripsi di atas, maka rantai pasok yang terjadi pada kegiatan pengembangan perumahan harus memberikan nilai kepada pemilik rumah sebagai konsumen akhir dari rantai pasok tersebut. Rangkaian kegiatan ekonomi yang terjadi pada rantai pasok pengembangan perumahan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar II.2 Rangkaian Kegiatan Ekonomi Pada Rantai Pasok Pengembangan Perumahan (Sumber: Sukirno, 1996) Keterlibatan berbagai pelaku dalam proses dan kegiatan yang berbeda untuk menghasilkan perumahan hingga sampai kepada pemilik rumah sebagai konsumen paling akhir membentuk rantai pasok pengembangan perumahan. Berdasarkan aliran barang dan jasa serta aliran informasi dari setiap pelaku yang terlibat pada kegiatan pengembangan perumahan, rantai pasok pengembangan perumahan dapat digambarkan seperti berikut ini: 10

6 Gambar II.3. Konfiguransi Umum Rantai Pasok Pengembangan Perumahan (Sumber: Vrijhoef dan Koskela, 1999) Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa rantai pasok pengembangan perumahan terbentuk karena adanya keterlibatan berbagai pelaku, mulai dari pemilik rumah, pengembang, konsultan desain, kontraktor perumahan, serta pemasok dan subkontraktor. Pemilik rumah memiliki peran dalam pembentukan rantai pasok pengembangan perumahan, karena inisiatif adanya kegiatan pengembangan perumahan berawal dari adanya kebutuhan pemilik terhadap rumah. Pemilik rumah merupakan konsumen paling akhir dari rantai pasok pengembangan perumahan, karena setelah kegiatan pengembangan perumahan selesai dilaksanakan, rumah akan diserahkan kepada pemilik untuk digunakan. Pengembang merupakan pelaku dalam rantai pasok pengembangan perumahan yang diserahi wewenang oleh pemilik rumah untuk mengembangkan rumah beserta sarana dan prasarananya sesuai dengan kriteria kebutuhan pemilik rumah. Karena pada umumnya lingkup bisnis pengembang hanya pada bidang penjualan perumahan, maka pekerjaan desain dan pelaksanaan konstruksi perumahan diserahkan kepada konsultan dan kontraktor perumahan. Desain perumahan ditetapkan oleh konsultan desain. Konsultan desain dapat berasal dari divisi dalam organisasi pengembang itu sendiri atau berasal dari luar organisasi pengembang. Desain perumahan kelas menengah pada umumnya telah mengakomodasi kebutuhan pemilik sebagai konsumen akhir dari kegiatan pengembangan perumahan. 11

7 Untuk pekerjaan konstruksi perumahan, pengembang menyerahkan pelaksanaannya kepada kontraktor. Pengembang memberikan wewenang yang besar kepada kontraktor dalam hal pengadaan barang dan jasa yang diperlukannya untuk pelaksanaan konstruksi perumahan. Pengadaan barang dan jasa untuk kontraktor berasal dari pemasok, baik pemasok langsung maupun pemasok tidak langsung. Pemasok langsung adalah penyedia barang dan jasa yang memberikan pasokan barang dan jasanya langsung kepada kontraktor. Sedangkan pemasok tidak langsung adalah penyedia barang dan jasa yang memberikan pasokan barang dan jasanya kepada pemasok barang dan jasa langsung untuk kontraktor. II.2.2. Rantai Pasok Konstruksi Perumahan Semakin tingginya tuntutan terhadap efisiensi dan produktivitas telah mendorong perusahaan untuk lebih fokus pada bisnis intinya, dan menyerahkan aktifitas pendukungnya kepada pelaku lain diluar perusahaan tersebut. Pada kegiatan konstruksi yang memiliki tingkat fragmentasi yang tinggi, tuntutan terhadap efisiensi dan produktivitas menyebabkan terpecah-pecahnya kegiatan konstruksi menjadi paket-paket pekerjaan sehingga menuntut pengerjaan oleh pelaku tertentu dengan tingkat keahlian tertentu. Pelaku-pelaku yang terlibat pada pelaksanaan konstruksi saling berhubungan dan membentuk suatu pola hubungan yang menempatkan satu pihak sebagai salah satu mata rantai dalam suatu rangkaian rantai proses produksi yang menghasilkan produk konstruksi, yang disebut rantai pasok konstruksi (Capo, dkk, 2004) Keterlibatan berbagai pelaku dalam rantai pasok konstruksi berkaitan dengan aliran informasi serta aliran barang dan jasa dari pemasok paling awal hingga pemilik produk konstruksi yang menjadi konsumen paling akhir. Gambaran konseptual rantai pasok pengadaan barang dan jasa untuk pelaksanaan suatu kegiatan konstruksi dapat digambarkan seperti Gambar II.4. Gambar tersebut menunjukkan kompleksitas dari rantai pasok yang terjadi pada pelaksanaan konstruksi, dimana rantai pasok konstruksi terbentuk dari banyak 12

8 pelaku atau organisasi yang saling memiliki ketergantungan dalam pengadaan barang dan jasa untuk pelaksanaan konstruksi. Gambar II.4 Gambaran Konseptual Rantai Pasok Konstruksi (Sumber: O Brien dkk, 2002) Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi, aliran barang dan jasa terpusat kepada kontraktor, karena kontraktor bertindak sebagai pelaku utama pelaksana pekerjaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pemilik. Para pelaku yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa bagi kontraktor untuk pelaksanaan konstruksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar II.5 Aliran Barang dan Jasa Pada Pelaksanaan Konstruksi (Sumber: Toruan, 2005) Berdasarkan gambaran konseptual rantai pasok konstruksi pada Gambar II.4 serta aliran barang dan jasa yang terjadi pada pelaksanaan konstruksi seperti ditunjukkan pada Gambar II.5, maka rantai pasok pelaksanaan konstruksi dapat digambarkan seperti ditunjukkan pada Gambar II.6. 13

9 Pemasok Material Konsultan Desain Pemasok Peralatan Konstruksi Kontraktor Pemilik Pemasok Material Pemasok Peralatan Konstruksi PemasokTenaga Kerja Subkontraktor Konsultan Pengawas PemasokTenaga Kerja Gambar II.6 Rantai Pasok Pelaksanaan Konstruksi Gambar diatas sejalan dengan konsep pelaku-pelaku yang terlibat dalam rantai pasok pelaksanaan konstruksi bangunan gedung, yang dikemukakan oleh Susilawati (2005). Rantai pasok yang terjadi pada pelaksanaan konstruksi bangunan gedung terbentuk karena adanya kerjasama dari pemilik yang juga berperan sebagai pemberi tugas pelaksanaan konstruksi, kontraktor sebagai pelaksana konstruksi, serta penyedia barang dan jasa bagi kontraktor, yang terdiri dari subkontraktor, pemasok material, pemasok peralatan, dan pemasok tenaga kerja. Gambar II.7 Pola Umum Rantai Pasok Pelaksanaan Konstruksi Gedung (Sumber: Susilawati, 2005). 14

10 Pada pelaksanaan konstruksi perumahan, pelaku-pelaku yang terlibat membentuk suatu pola hubungan yang disebut rantai pasok konstruksi perumahan. Pada perumahan yang dibangun dengan sistem pesanan, seperti perumahan kelas menengah dan kelas mewah, terjadi aliran informasi yang berasal dari pemilik rumah kepada pemasok langsung hingga pemasok paling awal. Sebaliknya terjadi aliran barang dan jasa yang dimulai dari pemasok paling awal hingga konsumen paling akhir yaitu pemilik rumah. Aliran barang dan jasa serta informasi dalam rantai pasok konstruksi perumahan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar II.8 Rantai Pasok Konstruksi Perumahan (Sumber: Ribeiro) Aliran informasi dalam rantai pasok konstruksi perumahan berawal dari pemilik rumah yang disampaikan kepada pengembang. Informasi tersebut berkaitan dengan kebutuhan atau kriteria mutu yang diharapkan oleh pemilik rumah. Selanjutnya informasi yang berasal dari pemilik rumah diterjemahkan oleh pengembang menjadi spesifikasi yang disampaikan kepada kontraktor. Spesifikasi tersebut menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh kontraktor dalam pelaksanaan konstruksi perumahan. Spesifikasi tersebut menjadi persyaratan bagi pemasok yang memberikan aliran barang dan jasa untuk kontraktor. Selain terjadinya aliran informasi, dalam rantai pasok konstruksi perumahan juga terjadi aliran barang dan jasa. Aliran barang dan jasa berasal dari pemasok paling awal. Pada Gambar II.8, aliran barang dan jasa berawal dari pemasok atau subkontraktor yang disampaikan kepada kontraktor untuk pelaksanaan konstruksi perumahan. Setelah pelaksanaan konstruksi perumahan selesai dilaksanakan, 15

11 kontraktor melakukan serah terima perumahan kepada pengembang. Jika perumahan yang diserahkan oleh kontraktor memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pengembang, selanjutnya perumahan tersebut diserahkan kepada konsumennya yaitu pemilik rumah untuk ditempati. II.2.3. Pelaku Rantai Pasok Konstruksi Perumahan Telah dikemukakan sebelumnya bahwa rantai pasok pelaksanaan konstruksi terdiri dari banyak pelaku yang memberikan aliran barang dan jasa serta aliran informasi untuk pelaksanaan konstruksi itu sendiri. Pada pelaksanaan konstruksi perumahan, para pelaku yang terlibat dan membentuk rantai pasok konstruksi perumahan terdiri dari: 1. Pemilik Rumah Pemilik rumah memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan rantai pasok pada pelaksanaan konstruksi perumahan, karena inisiatif pelaksanaan konstruksi berasal dari pemilik dan akan berakhir kepada pemilik ketika produk (perumahan) tersebut selesai diproduksi (Vrijhoef, 1999). 2. Pengembang Pengembang terlibat dalam setiap tahapan pengembangan perumahan, mulai dari tahap akuisisi, tahap konstruksi, hingga tahap disposal perumahan. Pada tahap konstruksi, pengembang dapat terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan konstruksi perumahan. Besarnya keterlibatan pengembang ditentukan oleh lingkup pekerjaan konstruksi yang dilaksanakannya. Besarnya keterlibatan pengembang juga ditunjukkan dengan adanya intervensi dalam penunjukan langsung pihak yang terlibat pada pelaksanaan konstruksi perumahan, seperti penunjukan langsung subkontraktor atau pemasok bagi kontraktor. Pada kegiatan pengembangan perumahan, pengembang mengatur hubungan kontrak untuk pekerjaan desain, pelaksanaan konstruksi, pengaturan pendanaan, hingga penjualan perumahan yang telah selesai dibangun. 16

12 3. Kontraktor Perumahan Kontraktor perumahan merupakan pelaku rantai pasok yang memberikan layanan pelaksanaan konstruksi perumahan berdasarkan perencanaan teknis dan spesifikasi yang sudah disepakati dengan pengembang. Kontraktor perumahan terdiri dari kontraktor yang melaksanakan konstruksi prasarana perumahan, sarana perumahan, serta unit-unit rumah. Saat ini banyak organisasi yang berperan sebagai kontraktor, mulai dari perusahaan individu hingga perusahaan besar. Lingkup pekerjaan yang ditawarkan oleh kontraktor juga sangat bervariasi, mulai dari lingkup pekerjaan yang sangat sempit hingga keseluruhan lingkup pekerjaan konstruksi pada suatu proyek konstruksi. Kontraktor dibedakan berdasarkan tugas-tugasnya. General contractor atau kontraktor utama bertugas mengkoordinasikan semua pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi. Sedangkan kontraktor spesialis melaksanakan tugas sesuai dengan spesialisasinya. Biasanya kontraktor spesialis bertindak sebagai subkontraktor bagi kontraktor utama pada suatu proyek konstruksi. Kontraktor spesialis juga dapat berupa pemasok material atau peralatan utama. Pemasok material dan peralatan biasanya bertindak sebagai installation contractor. Beberapa pemasok melakukan pekerjaan pemasangan di lokasi proyek (on site installation) untuk memenuhi persyaratan dan spesifikasi kontrak. Semakin banyak dan besar bagian struktur yang dipabrikasi di luar lokasi (off site), maka perbedaan antara kontraktor spesialis dengan pemasok material menjadi semakin sulit dibedakan. Installation contractor memiliki peran yang signifikan dalam proyek konstruksi karena bertanggung jawab dalam pengadaan material dan peralatan, yang akan mempengaruhi kualitas, biaya, dan waktu penyelesaian proyek. 4. Subkontraktor dan Pemasok Subkontraktor dan Spesialis Subkontraktor adalah penyedia jasa konstruksi yang mengadakan hubungan kontrak dengan kontraktor utama untuk melaksanakan beberapa bagian dari 17

13 pekerjaan kontraktor utama. Penggolongan subkontraktor berdasarkan jenis aktifitasnya dibedakan menjadi subkontraktor pada aktifitas dasar, subkontraktor pada pekerjaan yang membutuhkan teknik khusus, serta subkontraktor pada pekerjaan khusus dan yang berkaitan dengan material khusus. Berdasarkan sumber daya yang diberikan, subkontraktor dibedakan menjadi subkontraktor yang memberikan jasa pelaksanaan saja (labor-only subcontractor); subkontraktor yang memberikan sumber daya berupa pekerja dan material; subkontraktor yang memberikan sumber daya yang berupa pekerja, material, dan perencanaan (design); serta subkontraktor yang memberikan sumber daya berupa pekerja, material, perencanaan (design), dan jasa pemeliharaan. Sedangkan specialist trade contractor dibedakan menjadi dua, yaitu kontraktor spesialis (specialist contractor) yang memberikan jasa perencanaan (design service) bagi item yang diproduksi dan dipasang pada konstruksi bangunan; dan trade contractor, yang melaksanakan pekerjaan dengan skill tertentu dalam konstruksi bangunan, tanpa melakukan perencanaan. Untuk keperluan penelitian ini, maka terminologi subkontraktor akan dipakai untuk pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor tertentu yang hanya memerlukan material, alat, dan pekerja, dan tidak menuntut perencanaan (design engineering), serta kebutuhan teknologi tinggi. Adapun spesialis, selain memiliki kelebihan didalam jenis pekerjaan yang ditanganinya, juga memiliki kemampuan teknologi tertentu, kemampuan finansial, serta knowledge tertentu yang spesifik, yang didukung oleh skill pekerjanya. Subkontraktor Tenaga Kerja Pemasok tenaga kerja yang menyediakan jasa kepada kontraktor untuk mengkonversikan material menjadi intermediate product disebut mandor. Mandor bertindak sebagai labor only subcontractor dengan berbagai keahlian yang spesifik dan tingkat keahlian yang berbeda-beda. 18

14 Pemasok dan Manufaktur Konstruksi Terdapat dua jenis pihak yang terlibat dalam aliran material yang dibutuhkan pada suatu proyek konstruksi bangunan, yang terdiri dari: a. Manufaktur konstruksi, yang memproduksi material-material konstruksi dengan mengolah material-material alam hingga menghasilkan komponen bangunan tertentu. b. Pemasok, yang mendistribusikan material yang diperoleh atau peralatan kepada penggunanya. Dari jenis material yang didistribusikan, pemasok dibedakan menjadi pemasok material alam dan pemasok komponen bangunan. Lingkup pemasok adalah menjual material atau peralatan kepada kontraktor, tanpa melaksanakan pekerjaan seperti halnya subkontraktor (Jervis,1988). Namun beberapa pemasok material bangunan saat ini memberikan produknya dengan sistem fabrikasi, sehingga siap untuk dipasang di site konstruksi. Berdasarkan hubungan yang terjadi antar pelaku serta spektrum barang dan jasa yang diberikan oleh setiap pelaku dalam rantai pasok konstruksi, maka penyusunan pola rantai pasok konstruksi dilakukan seperti digambarkan pada Gambar II.9. 19

15 Gambar II.9 Kerangka Dasar Penyusunan Pola Rantai Pasok Konstruksi (Sumber: Susilawati, 2005) 20

16 II.3 Identifikasi Risiko Kontraktor Dalam Rantai Pasok Pengembangan Perumahan Risiko merupakan kemungkinan terjadinya kerugian atau kehilangan yang merupakan hasil dari tidak dapat diperkirakannya dampak suatu ketidakpastian dalam situasi pengambilan keputusan (Hertz, 1983). Sedangkan menurut Porfirio (2003), risiko berkaitan dengan semua situasi yang mempengaruhi nilai perusahaan sehingga menyimpang dari tujuan bisnis. Risiko tidak hanya memungkinkan terjadinya kejadian negatif seperti terjadinya kerugian, tetapi juga dapat mengakibatkan terjadinya kejadian positif. Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa risiko terjadi karena adanya ketidakpastian pada saat pengambilan keputusan yang dapat berdampak pada terjadinya kejadian positif maupun kejadian negatif. Risiko dan ketidakpastian dapat dinilai menggunakan berbagai metode, diantaranya adalah metode probabilitas, metode utility, serta metode simulasi dan analisis sensitivitas. Probabilitas diukur menggunakan skala 0.0 yang menyatakan outcome tidak akan terjadi hingga skala 1.0 yang menyatakan outcome pasti terjadi. Pengukuran probabilitas itu sendiri dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan relative frequency dimana probabilitas diukur berdasarkan eksperimen yang dilakukan berulang kali, serta metode subjective assessment dimana probabilitas diukur berdasarkan pengalaman dari kejadian sebelumnya menurut tingkat keyakinan pihak yang menilai. II.3.1. Proses Identifikasi Risiko Risiko dapat mengakibatkan terjadinya kejadian positif dan kejadian negatif. Untuk memaksimalkan kejadian positif dan meminimalisasi konsekuensi dari kejadian negatif, diperlukan kegiatan manajemen risiko. Manajemen risiko adalah sistem yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi semua risiko sehingga dapat ditetapkan metode penanganan risiko yang tepat. Kerangka kerja manajemen risiko terdiri dari kegiatan identifikasi risiko, klasifikasi risiko, analisis risiko, serta penanganan risiko. Penanganan risiko 21

17 sangat ditentukan oleh sikap pengambil keputusan terhadap risiko. Kerangka kerja manajemen risiko dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar II.10 Kerangka Kerja Manajemen Risiko (Sumber: Flanagan & Norman, 1993). Identifikasi risiko merupakan kegiatan pertama dalam kerangka kerja manajemen risiko. Identifikasi risiko dilakukan untuk menentukan penyebab dan dampak dari risiko. Identifikasi risiko pada proyek konstruksi berkaitan dengan risiko waktu, risiko mutu, serta risiko biaya. Beberapa risiko dapat dikendalikan, sedangkan beberapa risiko lainnya tidak dapat dikendalikan sehingga harus diterima. Risiko yang dapat dikendalikan pada umumnya berasal dari dalam proyek, sedangkan risiko yang tidak dapat dikendalikan pada umumnya berasal dari luar proyek. Penyebab dan dampak dari risiko dapat saling terkait satu sama lain atau tidak saling terkait satu dengan lainnya. Penyebab dan dampak risiko dikatakan saling terkait satu sama lain jika terjadinya satu risiko dapat menyebabkan terjadinya risiko lainnya. Hubungan antara penyebab dan dampak risiko dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar II.11 Hubungan Penyebab dan Dampak Risiko (Sumber: Flanagan & Norman, 1993). 22

18 Alat dan teknik identifikasi risiko proyek dapat berupa checklist, diagram alir (flowchart), dan wawancara langsung dengan berbagai pihak yang terlibat didalam proyek yang sedang ditangani. Hasil akhir dari proses identifikasi risiko adalah berupa penyebab risiko, risiko potensial/dominan, serta gejala risiko. Hasil akhir dari proses identifikasi risiko akan menjadi input untuk kegiatan manajemen risiko selanjutnya Proses identifikasi risiko dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar II.12 Proses Identifikasi Risiko (Sumber: Project Management Institute, 1996). II.3.2. Risiko Pada Kegiatan Pengembangan Perumahan Risiko pada kegiatan pengembangan perumahan berkaitan dengan risiko biaya, risiko waktu, serta risiko mutu. Risiko biaya pada pengembangan perumahan terjadi pada tahap akuisisi, tahap produksi, serta tahap disposal (Flanagan dan Norman, 1993). Pengembang berpotensi mengalami terjadinya risiko biaya pada tahap akuisisi, tahap produksi, serta tahap disposal. Pengembang yang mengembangkan perumahan dengan sistem persediaan memiliki probabilitas kejadian dan dampak risiko biaya yang lebih besar dari pada pengembang yang mengembangkan perumahan berdasarkan sistem pesanan konsumen. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya kepastian tingkat penjualan pada perumahan yang dikembangkan dengan sistem persediaan. Sebaliknya, pada perumahan yang dikembangkan dengan sistem pesanan, tingkat penjualan pengembang memiliki kepastian yang lebih tinggi, karena perumahan dikembangkan sesuai dengan pesanan dari konsumen yang akan menjadi pemilik rumah. Dampak dari terjadinya risiko biaya adalah 23

19 terjadinya penurunan pendapatan dan peningkatan pengeluaran sehingga menurunkan keuntungan pengembang. Pengembang juga berpotensi mengalami terjadinya risiko mutu pada tahap produksi perumahan. Perumahan yang dikembangkan berdasarkan sistem pesanan harus memenuhi kriteria mutu yang ditetapkan oleh pemilik rumah. Kriteria mutu perumahan tersebut meliputi mutu desain, kesesuaian dengan kebutuhan pemilik, mutu material, persyaratan pemeliharaan yang minimum, serta persyaratan ketahanan bangunan /perumahan, (Flanagan dan Norman, 1993). Sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi, kontraktor berpotensi mengalami terjadinya risiko biaya, risiko waktu, serta risiko mutu pada pelaksanaan konstruksi perumahan. Menurut Flanagan dan Norman (1993), risiko biaya bagi kontraktor berkaitan dengan biaya pelaksanaan konstruksi dimana biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor harus lebih kecil dari nilai tender yang telah disetujui antara kontraktor dengan pengembang. Biaya pelaksanaan konstruksi meliputi biaya untuk pengadaan material, peralatan, serta tenaga kerja. Jika biaya total untuk pelaksanaan konstruksi melebihi nilai tender, kontraktor berpotensi mengalami terjadinya penurunan keuntungan. Risiko waktu bagi kontraktor berkaitan dengan masa pelaksanaan konstruksi perumahan yang harus memenuhi jadwal penyelesaian pekerjaan sesuai dengan kesepakatan antara kontraktor dengan pengembang. Risiko waktu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan material, peralatan, serta tenaga kerja untuk pelaksanaan konstruksi perumahan. Sedangkan risiko mutu berkaitan dengan mutu material, mutu tenaga kerja, koordinasi dan komunikasi yang baik antara kontraktor dengan pengembang serta pemasok-pemasoknya. Terjadinya risiko waktu dan risiko mutu pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya risiko biaya bagi kontraktor, yang memberikan dampak terhadap menurunnya keuntungan kontraktor. 24

20 II.3.3. Risiko Kontraktor Dalam Rantai Pasok Pengembangan Perumahan Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa risiko kontraktor dalam rantai pasok pengembangan perumahan terjadi pada tahap pelaksanaan konstruksi perumahan. Risiko yang potensial terjadi pada kontraktor berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa untuk pelaksanaan konstruksi perumahan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak efektif dan memiliki banyak permasalahan. Sebagian besar masalah tersebut diakibatkan oleh rantai pasok yang terjadi pada pelaksanaan konstruksinya. Permasalahan dalam rantai pasok konstruksi terjadi karena adanya hubungan antar pihak yang terlibat didalam rantai pasok itu sendiri (Vrijhoef, 2001). Dalam situasi normal, rantai pasok yang terjadi pada pelaksanaan konstruksi memiliki permasalahan dan pemborosan dalam jumlah yang besar. Sebagian besar masalah dan pemborosan tersebut diakibatkan oleh tahap sebelumnya atau pelaku sebelumnya dari rantai pasok yang ditinjau. Permasalahan dan pemborosan yang terjadi pada rantai pasok konstruksi sebagian besar juga diakibatkan oleh kontrol yang tidak jelas terhadap rantai pasok karena diperlukan kontrol yang saling terkait dari setiap tahap rantai pasok konstruksi (Vrijhoef & Koskela, 1999). Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa risiko kontraktor dalam rantai pasok disebabkan oleh hubungan antara kontraktor dengan penyedia barang dan jasa yang menjadi pemasoknya. Risiko tersebut akan memberikan dampak terhadap menurunnya keuntungan kontraktor perumahan. Semakin tinggi tingkat integrasi vertikal yang terjadi pada rantai pasok, semakin panjang jumlah rantai yang terjadi, sehingga semakin berdampak pada aliran informasi dan produk, harga, bahkan keuntungan bagi kontraktor. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi berbagai risiko bagi kontraktor yang berkaitan dengan pasokan barang dan jasa untuk kontraktor. Fang, dkk (2004) mengidentifikasi berbagai risiko bagi kontraktor yang berkaitan dengan hubungan antara kontraktor dengan pemasok dan subkontraktor dalam pengadaan barang 25

21 dan jasa untuk pelaksanaan konstruksi. Risiko yang diidentifikasi pada penelitian disebabkan oleh: 1. Rendahnya kompetensi subkontraktor dalam hal kemampuan manajemen dan kemampuan teknologi. 2. Mutu material yang tidak baik dari pemasok 3. Pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh subkontraktor dan terjadinya perselisihan antara subkontraktor dengan kontraktor 4. Keterlambatan pasokan material dari pemasok Shen, dkk (2001) mengidentifikasi berbagai risiko pada pelaksanaan konstruksi dengan sistem Joint Ventures. Dalam penelitian ini, risiko bagi kontraktor berkaitan dengan risiko teknis, yaitu risiko yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor. Terkait dengan pengadaan barang dan jasa untuk kontraktor, risiko kontraktor dalam penelitian ini disebabkan oleh: 1. Peralatan berat tidak dapat beroperasi dengan baik 2. Terbatasnya ketersediaan material 3. Rendahnya kualitas material yang dipasok 4. Terbatasnya tenaga kerja terampil 5. Rendahnya kredibilitas dari subkontraktor Smith, dkk (1999) mengidentifikasi risiko yang berkaitan dengan kontraktor untuk penetapan nilai kontingensi. Dalam penelitian ini, risiko kontraktor yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa bagi kontraktor diklasifikasikan sebagai risiko logistik. Risiko logistik bagi kontraktor dalam penelitian ini disebabkan oleh: 1. Keterlambatan pasokan material 2. Kerusakan material Kangari (1995) mengidentifikasi berbagai risiko pada pelaksanaan konstruksi yang dialokasikan sebagai risiko bagi kontraktor. Hasil survei pada penelitian ini menghasilkan berbagai risiko bagi kontraktor yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa untuk kontraktor, dimana risiko tersebut disebabkan oleh: 26

22 1. Rendahnya produktivitas peralatan dan tenaga kerja 2. Terbatasnya ketersediaan material, peralatan, dan tenaga kerja 3. Kerusakan material 4. Perselisihan antar tenaga kerja Berdasarkan hasil identifikasi risiko yang telah dilakukan pada beberapa penelitian diatas, maka daftar penyebab risiko bagi kontraktor dapat disimpulkan seperti terdapat pada Tabel II.1: Tabel II.1. Penyebab Risiko Kontraktor No Penyebab Risiko Fang, dkk (2004) Shen, dkk (2001) Smith, dkk (1999) Kangari, (1995) 1 Rendahnya kualitas material dari pemasok Keterlambatan pasokan material dari pemasok Terbatasnya ketersediaan material bagi kontraktor Terjadinya kerusakan material Rendahnya kemampuan operasional (produktivitas) peralatan Terbatasnya ketersediaan peralatan bagi kontraktor Terbatasnya ketersediaan tenaga kerja terampil Perselisihan antar tenaga kerja Rendahnya kompetensi subkontraktor Pelanggaran kontrak oleh subkontraktor

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rantai pasok merupakan suatu konsep yang awal perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Industri konstruksi mengadopsi konsep ini untuk mencapai efisiensi mutu,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pertumbuhan angka penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Seiring meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan masyarakat terhadap rumah sebagai salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Rumah dan Perumahan Berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain : 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain : 1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rantai pasok merupakan suatu konsep yang awal perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Industri konstruksi mengadopsi konsep ini untuk mencapai efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KINERJA, INTENSITAS DAN BENTUK RANTAI PASOK PADA PROYEK BANGUNAN BERTINGKAT DI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KINERJA, INTENSITAS DAN BENTUK RANTAI PASOK PADA PROYEK BANGUNAN BERTINGKAT DI JAKARTA HUBUNGAN ANTARA KINERJA, INTENSITAS DAN BENTUK RANTAI PASOK PADA PROYEK BANGUNAN BERTINGKAT DI JAKARTA Dian Mustika 1, Jane Sekarsari 2 1 Program Studi Teknik Sipil, FTSP UniversitasTrisakti, Jakarta Email:

Lebih terperinci

Pengaruh Rantai Pasok terhadap Kinerja Kontraktor Bangunan Gedung di Jember. Sutoyo Soepiadhy NRP

Pengaruh Rantai Pasok terhadap Kinerja Kontraktor Bangunan Gedung di Jember. Sutoyo Soepiadhy NRP Pengaruh Rantai Pasok terhadap Kinerja Kontraktor Bangunan Gedung di Jember Latar Belakang Peran industri jasa konstruksi Jaminan hasil pekerjaan dari kontraktor Kinerja kontraktor Keterlibatan berbagai

Lebih terperinci

15. Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 458/KPTS/M/2001 Tentang Perubahan Keputusan Nomor 172/Kpts/M/2001 Tentang Pengadaan

15. Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 458/KPTS/M/2001 Tentang Perubahan Keputusan Nomor 172/Kpts/M/2001 Tentang Pengadaan DAFTAR PUSTAKA 1. Abourizk., Risk and Uncertainty in Construction, http://www.construction.ualberta.ca/papers%20&%20presentations/risk%20 analysis%20and%20management%20-%20sabourizk.pdf., diakses tanggal

Lebih terperinci

BAB IV Analisis Data

BAB IV Analisis Data BAB IV Analisis Data IV.1. Studi Kasus Studi kasus penelitian ini dilakukan pada proyek pengembangan perumahan kelas menengah di wilayah Bandung. Pemilihan perumahan kelas menengah didasarkan pada pertimbangan

Lebih terperinci

14. O Brien, W.J., London, K., Vrijhoef, R., Construction Supply Chain Modeling: A Research Review and Interdisciplinary Research Agenda, 2002,

14. O Brien, W.J., London, K., Vrijhoef, R., Construction Supply Chain Modeling: A Research Review and Interdisciplinary Research Agenda, 2002, DAFTAR PUSTAKA 1. Byrne, Peter., Risk, Uncertainty and Decision Making in Property Development, Second Edition, E & FN Spon, London, 1996. 2. Capo, Lario, Hospitaler (2004), Lean Production in the Construction

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan Analisa rantai pasok proyek pembangunan perumahan di Jambi dapat disimpulkan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada 5 proyek perumahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu, dan sumber daya yang terbatas (Ilmu

Lebih terperinci

POLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA. Manajemen Bisnis Konstruksi

POLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA. Manajemen Bisnis Konstruksi POLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA Manajemen Bisnis Konstruksi ISI PRESENTASI Pendahuluan Tinjauan Pustaka Pola rantai pasok

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI PERUMAHAN TESIS. Oleh : PUTRANESIA THAHA NIM.

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI PERUMAHAN TESIS. Oleh : PUTRANESIA THAHA NIM. PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI PERUMAHAN TESIS Oleh : PUTRANESIA THAHA NIM. 42092200 PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI Steven 1, Richard Ch Ali 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK : Pengadaan material dalam sebuah proyek konstruksi merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 05/PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG

Lebih terperinci

BAB 4 OPERASIONAL 4.1 Legalitas dan Persyaratan Lisensi

BAB 4 OPERASIONAL 4.1 Legalitas dan Persyaratan Lisensi BAB 4 OPERASIONAL 4.1 Legalitas dan Persyaratan Lisensi Membangun sebuah bisnis tentunya membutuhkan banyak persiapan. Selain modal dan sumber daya, hal penting yang perlu dipersiapkan adalah legalitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Studi mengenai supply chain konstruksi yang mendukung perkembangan ke arah konstruksi ramping (lean construction)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Supply Chain Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung

Analisis Kinerja Supply Chain Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Analisis Kinerja Supply Chain Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Andi Maddeppungeng Email: arsitek17@yahoo.com Irma Suryani Rohaesih Yuliatin Abstract. Suatu proyek memiliki item pekerjaan yang banyak.

Lebih terperinci

ABSTRAK IDENTIFIKASI RISIKO KONTRAKTOR DALAM RANTAI PASOK PENGEMBANGAN PERUMAHAN. Oleh Betty Susanti NIM :

ABSTRAK IDENTIFIKASI RISIKO KONTRAKTOR DALAM RANTAI PASOK PENGEMBANGAN PERUMAHAN. Oleh Betty Susanti NIM : ABSTRAK IDENTIFIKASI RISIKO KONTRAKTOR DALAM RANTAI PASOK PENGEMBANGAN PERUMAHAN Oleh Betty Susanti NIM : 25004069 Kegiatan pengembangan perumahan melibatkan banyak pelaku yang saling berhubungan dan membentuk

Lebih terperinci

PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (

PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo ( PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (3107.203.002) 1. Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan yang dihadapi oleh dunia usaha saat ini semakin kompleks, termasuk pula pada sektor jasa konstruksi. Persaingan global antar perusahaan penyedia jasa konstruksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. proyek ini adalah metode kontrak umum (generally contract method), dengan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. proyek ini adalah metode kontrak umum (generally contract method), dengan BAB IV Bab IV Analisis dan Pembahasan ANALISIS DAN PEMBAHASAN Proyek studi kasus adalah proyek konstruksi bangunan gudang yang berfungsi sebagai sarana penyimpanan beras. Proyek gudang ini memiliki kapasitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualifikasi Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2001), definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu. Jadi, kualifikasi

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Penjadwalan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai

Lebih terperinci

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab VI Kesimpulan dan Saran VI. Bab VI Kesimpulan dan Saran VI.1 Kesimpulan Berdasarkan proses pengukuran dan kajian terhadap kinerja supply chain dari empat proyek konstruksi bangunan sebagai studi kasus yang telah dilakukan diperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi biaya dan waktu, dalam pelaksanaan suatu proyek. Salah satu

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi biaya dan waktu, dalam pelaksanaan suatu proyek. Salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen Konstruksi merupakan salah satu aspek penting yang sangat mempengaruhi biaya dan waktu, dalam pelaksanaan suatu proyek. Salah satu aspek yang ditinjau dari kajian

Lebih terperinci

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah penelitian seperti teori mengenai proyek, supply chain dan risiko. Kajian

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah penelitian seperti teori mengenai proyek, supply chain dan risiko. Kajian 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan dilakukakan kajian kepustakaan yang relevan dengan masalah penelitian seperti teori mengenai proyek, supply chain dan risiko. Kajian pustaka berfungsi untuk membangun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja sering digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai suatu hasil yang dicapai terhadap sesuatu. Sehingga kesuksesan suatu perusahaan dapat diukur dari kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dari waktu yang dijadwalkan, dan dengan tercapainya mutu. Dampak dari

BAB I PENDAHULUAN. cepat dari waktu yang dijadwalkan, dan dengan tercapainya mutu. Dampak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan proyek merupakan sasaran utama bagi perusahaanperusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi. Proyek yang dikatakan berhasil merupakan cerminan dari

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian III. Bab III Metodologi Penelitian Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dalam mencari jawaban. Dengan ungkapan lain metodologi adalah pendekatan umum untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pada tahun 1989, perusahaan ini didirikan dengan nama PT. Bhineka

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pada tahun 1989, perusahaan ini didirikan dengan nama PT. Bhineka 61 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pada tahun 1989, perusahaan ini didirikan dengan nama PT. Bhineka Karya Sepakat (BKS). Dengan berjalannya waktu dan perkembangan industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko

Lebih terperinci

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Muhamad Abduh 1, Andri Yanuar Rosyad 2, dan Susman Hadi 2 Abstrak: Kontraktor kecil di Indonesia menjadi bagian penting dari usaha pengembangan

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

KAJIAN POLA RANTAI PASOK PENGEMBANGAN PERUMAHAN TESIS ERY RADYA JUARTI NIM :

KAJIAN POLA RANTAI PASOK PENGEMBANGAN PERUMAHAN TESIS ERY RADYA JUARTI NIM : KAJIAN POLA RANTAI PASOK PENGEMBANGAN PERUMAHAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ERY RADYA JUARTI NIM : 25005004 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari awal hingga akhir suatu proyek. Pelaksanaan proyek konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. dari awal hingga akhir suatu proyek. Pelaksanaan proyek konstruksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan proyek konstruksi saat ini menjadikan suatu proyek semakin kompleks dan rumit, karena dalam proyek yang besar dan kompleks membutuhkan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek membutuhkan berbagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Pada dasarnya yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya manusia. Sehingga pengertian

Lebih terperinci

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya 1 Analisis Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya Shelly Atma Devinta, I Putu Artama Wiguna, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Universitas Indonesia. Pengaruh proses perencanaan..., Leonard, FT UI, 2009

Universitas Indonesia. Pengaruh proses perencanaan..., Leonard, FT UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu proyek, perencanaan biasanya dilakukan untuk memastikan bahwa suatu pekerjaan dilakukan sesuai dengan kualitas yang diinginkan; dalam jangka waktu yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982). 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi resiko: 1. Kejadian yang sering terjadi pada event tertentu atau faktor yang terjad selama proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). 2. Hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegagalan pada Proyek Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proyek Menurut Yamit (2000), setiap pekerjaan yang memiliki kegiatan awal dan memiliki kegiatan akhir, dengan kata lain setiap pekerjaan yang dimulai pada waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengelolaan cash flow proyek, dan tentunya juga cost of money yang akan

I. PENDAHULUAN. dan pengelolaan cash flow proyek, dan tentunya juga cost of money yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkup pengadaan dalam proyek konstruksi yang menempati porsi dengan nilai terbesar akan berpengaruh secara langsung terhadap struktur pendanaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

SHELLY ATMA DEVINTA

SHELLY ATMA DEVINTA SHELLY ATMA DEVINTA 3110100036 DOSEN PEMBIMBING: Cahyono Bintang Nurcahyo ST, MT Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Proyek konstruksi merupakan salah satu jenis proyek yang memiliki potensi risiko relatif tinggi akibat uncertain events yaitu peristiwa-peristiwa tidak pasti

Lebih terperinci

Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung. Susilawati 1) Reini D. Wirahadikusumah 2)

Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung. Susilawati 1) Reini D. Wirahadikusumah 2) Susilawati, Vol. 13 No. Wirahadikusumah. 3 Juli 2006 urnal TEKNIK SIPIL Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Susilawati 1) Reini D. Wirahadikusumah 2) Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Antara lain disebabkan adanya peluang kerja dari sektor industri dan perdagangan.

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala yang sudah diperhitungkan maupun kendala yang di luar perhitungan. Kendalakendala tersebut diantaranya

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

Peran Saluran Pemasaran

Peran Saluran Pemasaran MENGELOLA SALURAN PEMASARAN M a n a j e m e n P e m a s a r a n bab 16 1 Peran Saluran Pemasaran Keputusan perusahaan mengenai saluran distribusi akan langsung mempengaruhi setiap keputusan pemasaran yang

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG 3.1. Deskripsi LINC WAREHOUSE CIKARANG 3.1.1. Data Proyek Nama Proyek Lokasi Perencana Owner : LINC Warehouse Cikarang : Jababeka 7, Cikarang, Jawa

Lebih terperinci

FASILKOM UNSIKA MATERI KULIAH MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek Dalam Proyek

FASILKOM UNSIKA MATERI KULIAH MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek Dalam Proyek FASILKOM UNSIKA MATERI KULIAH MANAJEMEN PROYEK Manajemen Proyek Dalam Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perencanaan pembuatan proyek sebuah sistem, diperlukan berbagai macam komponen yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL BAB II TINJAUAN PUTAKA. RIIKO DALAM PROYEK KONTRUKI MERUPAKAN PROBABILITA KEJADIAN YANG MUNCUL 5 BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses tersebut terdapat tahapan pelaksanaan pekerjaan yang melibatkan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. proses tersebut terdapat tahapan pelaksanaan pekerjaan yang melibatkan sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek konstruksi khususnya proyek gedung bertingkat bersifat unik, dalam proses tersebut terdapat tahapan pelaksanaan pekerjaan yang melibatkan sejumlah sumber daya

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR RISIKO PEMBANGUNAN JEMBATAN BATU RUSA II DI KOTA PANGKALPINANG

ANALISA FAKTOR RISIKO PEMBANGUNAN JEMBATAN BATU RUSA II DI KOTA PANGKALPINANG Seminar Nasional Teknik Sipil V Tahun 015 UMS ISSN : 59-977 ANALISA FAKTOR RISIKO PEMBANGUNAN JEMBATAN BATU RUSA II DI KOTA PANGKALPINANG Syafran Noferi Manajemen Proyek Konstruksi Program Pasca Sarjana,

Lebih terperinci

BIAYA TRANSPORTASI MATERIAL BESI BETON PADA PROYEK KONSTRUKSI

BIAYA TRANSPORTASI MATERIAL BESI BETON PADA PROYEK KONSTRUKSI Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 BIAYA TRANSPORTASI MATERIAL BESI BETON PADA PROYEK KONSTRUKSI Pathurachman, Muhamad Abduh, Biemo W. Soemardi dan Reini D. Wirahadikusumah

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah Rework in Civil Infrastructure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah Rework in Civil Infrastructure 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Pada penelitian yang disajikan oleh Peter E. D. Love, David J. Edwards, Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah Rework in Civil Infrastructure Projects:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Penelitian dan Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Penelitian dan Gambaran Umum Objek Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia yang sedang dikerjakan

Lebih terperinci

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

Copyright Rani Rumita

Copyright Rani Rumita Strategi Distribusi Topik yang Dibahas Bagaimana sifat saluran pemasaran dan mengapa saluran pemasaran penting? Bagaimana perusahaan saluran berinteraksi dan diatur untuk melakukan pekerjaan saluran? Masalah

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN. 7.1 Kesimpulan. PMA diyakini memiliki manfaat bagi industri domestik karena, spillovers

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN. 7.1 Kesimpulan. PMA diyakini memiliki manfaat bagi industri domestik karena, spillovers 151 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Pengaruh Spillovers Teknologi PMA terhadap TFP Industri Manufaktur PMA diyakini memiliki manfaat bagi industri domestik karena, spillovers

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

ANALISIS CASH FLOW OPTIMAL PADA KONTRAKTOR PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN

ANALISIS CASH FLOW OPTIMAL PADA KONTRAKTOR PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN ANALISIS CASH FLOW OPTIMAL PADA KONTRAKTOR PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN Martho F. Tolangi J.P. Rantung, J.E.Ch. Langi, M. Sibi Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: martho_toex@yahoo.com

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN-II LAPORAN PERKEMBANGAN USAHA (1) Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

KEWIRAUSAHAAN-II LAPORAN PERKEMBANGAN USAHA (1) Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen KEWIRAUSAHAAN-II Modul ke: LAPORAN PERKEMBANGAN USAHA (1) Fakultas Ekonomi Bisnis Oloan Situmorang, ST, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan 1. Pendahuluan 2. Tujuan 3. Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks. Terlebih lagi semakin banyaknya perusahaan konstruksi yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks. Terlebih lagi semakin banyaknya perusahaan konstruksi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek konstruksi saat ini memiliki tantangan dan persaingan yang semakin kompleks. Terlebih lagi semakin banyaknya perusahaan konstruksi yang saling bersaing dari

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI. deden08m.com 1

STRUKTUR ORGANISASI. deden08m.com 1 Materi 11 STRUKTUR ORGANISASI deden08m.com 1 LIMA STRUKTUR ORGANISASI TRADISIONAL 1. Struktur Organisasi Sederhana (Simple Organizational Structure) 2. Struktur Organisasi Fungsional 3. Struktur Organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tipe Bangunan Dalam menganalisis faktor penyebab terjadinya Cost Overrun pada proyek konstruksi yang ada di wilayah DKI dan DIY, maka perlu diadakan peninjauan kembali dan pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I MANAGEMENT PROYEK

BAB I MANAGEMENT PROYEK BAB I MANAGEMENT PROYEK PENDAHULUAN Kemajuan dalam kegiatan industri pada bebrapa aspek memerlukan manajemen atau ketelitian serta keamanan yang tinggi dalam rangka memperoleh hasil yang sesuai harapan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimalisasi Biaya dan Waktu Dalam pelaksanaan pembangunan proyek kontruksi sering mengalami keterlambatan akibat berbagai hal yang menyebabkan terjadinya kerugian materi dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 66 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Sinar Mutiara Indah Perusahaan konstruksi CV Sinar Mutiara (SMI) didirikan pada tahun 1970, dengan tujuan utama

Lebih terperinci

BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 104 BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Temuan Dari pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan maka ditemukan 3 faktor risiko dominan yang paling berpengaruh terhadap kinerja kualitas pelaksanaan konstruksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Literatur Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti di Indonesia antara lain: 1. Atmaja (2011), dalam skripsinya

Lebih terperinci

Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi

Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi Modul ke: Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational

Lebih terperinci

Bab IV Studi Kasus. Metode Pengumpulan Data

Bab IV Studi Kasus. Metode Pengumpulan Data IV. Bab IV Studi Kasus Pada bab ini akan dipaparkan hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap beberapa proyek studi kasus. Materi yang akan disampaikan meliputi metode pengumpulan data, keterbatasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang berkualitas. Untuk pengadaannya dilakukan proses pelelangan tender untuk semua proyek

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RANTAI PASOK

PENGELOLAAN RANTAI PASOK PENGELOLAAN RANTAI PASOK Manajemen Rantai Pasokan Manajemen Rantai Pasokan Rantai pasok adalah sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan yang bekerja secara bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan proyek konstruksi merupakan rangkaian dari kegiatan yang saling bergantung antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainya. Perkembangan proyek konstruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci