BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. proyek ini adalah metode kontrak umum (generally contract method), dengan
|
|
- Farida Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV Bab IV Analisis dan Pembahasan ANALISIS DAN PEMBAHASAN Proyek studi kasus adalah proyek konstruksi bangunan gudang yang berfungsi sebagai sarana penyimpanan beras. Proyek gudang ini memiliki kapasitas penyimpanan sebesar ton. Pemilik proyek/owner adalah Perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang logistik pangan. Metoda kontrak yang digunakan pada proyek ini adalah metode kontrak umum (generally contract method), dengan menempatkan manajemen konstruksi profesional sebagai wakil pemilik. Dalam industri konstruksi dikembangkan sepuluh indikator kinerja supply chain yang disusun berdasarkan pada tiga aspek utama lean construction yaitu conversion, flow, dan value. Tabel 4.1. Data Umum Proyek Studi Kasus Proyek Pembangunan Gudang Penggunaan Gudang Pemilik Pola Jaringan Supply Chain Metoda Kontrak Kontraktor Utama Sub Kontraktor Struktur Sub Kontraktor Arsitektur Supplier Nominated Sub Contractor Material disediakan Pemilik Sarana Penyimpanan Beras BUMN Pola Umum Umum Kontraktor X 1 Perusahaan 1 Perusahaan 5 Perusahaan Tidak Ada Tidak Ada IV-1
2 Gambar 4.1. Pengelompokkan indikator penilaian terhadap prinsip lean construction (Sumber : Wirahadikusumah (2006) 4.1. Pola Supply Chain Konstruksi pada Proyek Studi Kasus Pengukuran kinerja supply chain dengan menggunakan indikator-indikator seperti dijelaskan pada Gambar 4.1., dilakukan pada proyek konstruksi bangunan IV-2
3 Gudang di Nusa Tenggara Barat, yaitu Proyek Pembangunan Gudang BULOG Modern Kapasitas Penyimpanan 3500 Ton. Seperti diuraikan pada Tabel 1, Proyek ini dilaksanakan oleh Kontraktor X. Karena beberapa jenis data tidak tersedia dalam bentuk yang langsung dapat digunakan dalam pengukuran, maka proses pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan dokumen kegiatan konstruksi ditambah pula dengan wawancara dengan pihak manajemen proyek. Pengukuran kinerja difokuskan pada lingkup kontraktor utama. Karena lingkup pengamatan dan pengumpulan data diambil selama bulan November 2016 sampai dengan Januari 2017 yang sangat terbatas, pengukuran dibatasi pada pekerjaan - pekerjaan konstruksi baja, pekerjaan pembetonan dan mekanikal elektrikal. Pengadaan material yang diamati meliputi material baja, beton, dan mekanikal-elektrikal. Dengan demikian, melalui suatu analisa deskriptif akan dihasilkan sebagai berikut : Kontraktor X terpilih sebagai kontraktor utama, dan merupakan satu-satunya pihak yang memiliki hubungan kontrak langsung dengan owner. Dengan demikian tentunya Kontraktor X bertanggungjawab penuh atas keseluruhan proyek. Pada proyek ini tidak terdapat nominated subcontractor ataupun nominated supplier, pihak pemilik tidak melakukan intervensi terhadap pengadaan yang dilakukan oleh kontraktor selama masa pelaksanaan. Supply chain konstruksi yang terbentuk merupakan anggota supply chain Kontraktor X, pola supply chain pada proyek ini dijelaskan pada Gambar 4.2. Pola supply chain pada Proyek Pembangunan Gudang ini menggambarkan bentuk yang lebih tradisional. Kontraktor X melakukan sendiri pekerjaan struktur IV-3
4 dikecualikan pekerjaan jalan beton dan drainase, sehingga terdapat hubungan langsung dengan penyedia material, penyedia alat, dan pekerja. Selain itu ada pekerjaan yang disubkontrakkan kepada subkontraktor biasa dan kepada kontraktor spesialis (untuk jenis pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus seperti pekerjaan mekanikal elektrikal). Dalam hal ini, umumnya subkontraktor dan kontraktor spesialis tersebut melakukan pengadaan material, alat dan tenaga kerjanya sendiri. Dengan demikian maka dalam pekerjaan yang disubkontrakkan, pola pasokannya terjadi secara hirarkis (berantai). Gambar 4.2. Pola Supply Chain pada Proyek 4.2. Pengukuran Indikator Kinerja Supply Chain Konstruksi Pengelolaan conversion dalam konteks proyek konstruksi dapat dilakukan dengan mengendalikan dan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya secara hirarkis, sehingga proses produksi dari input menjadi output di proyek konstruksi dapat berjalan dengan baik. IV-4
5 Untuk pengelolaan flow dapat dilakukan dengan meningkatkan sistem perencanaan dan pengendalian proyek. Perencanaan yang baik dapat mengoptimalkan aktivitas proses produksi yaitu fokus pada value adding activities dan mengurangi non value-adding activities. Dengan demikian, flow seluruh pekerjaan menjadi lancar. Penciptaan value yang sesuai dengan keinginan konsumen merupakan prinsip dasar yang melingkupi semua tahapan dalam proses produksi suatu produk. Dalam seluruh tahapan proses produksi, seluruh pihak yang terlibat selayaknya melakukan usaha-usaha ke arah pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan keinginan konsumen. Seperti telah dijelaskan pada Gambar 4.1., terdapat sepuluh indikator yang dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja supply chain pada proyek konstruksi studi kasus. Dengan konsep yang berdasarkan konstruksi ramping tersebut, kesepuluh indikator dapat digunakan dengan definisi dan formulasi sesuai dengan uraian pada Tabel 2. Selanjutnya, pengukuran dilakukan pada proyek konstruksi pembangunan gudang. Pengukuran difokuskan pada pekerjaan struktur dan pekerjaan mekanikalelektrikal. Pengadaan material yang diamati adalah baja, beton dan M/E. Indikatorindikator pada Tabel 4.2. digunakan untuk mengukur dan mendapatkan gambaran mengenai kinerja supply chain di Proyek ini. Hasil pengukuran dijelaskan pada Tabel 4.3. IV-5
6 Tabel 4.2. Bab IV Analisis dan Pembahasan Formulasi Indikator Kinerja Supply Chain Pada Proyek Konstruksi No. Indikator Rumus Penilaian Kuantitatif 1. Intensitas perubahan/revisi Jumlah kejadian revisi terhadap rencana kerja 2. Intensitas kendala selama Jumlah kejadian kendala pelaksanaan pekerjaan 3. Intensitas rapat koordinasi Jumlah seluruh rapat koordinasi antar pihak yang terlibat 4. Intensitas defect pekerjaan (Jumlah kegagalan dalam tes/ Jumlah inspeksi dan tes) x 100% 5. Kinerja supplier dalam (Jumlah kedatangan material memenuhi jadwal pengiriman tidak tepat waktu/ Jumlah material kedatangan material) 6. Waktu tenggang (lead time) (actual lead time - expected antara pemesanan dan lead time)/jumlah kedatangan pengiriman material) x 100% 7. Intesitas kejadian reject (Jumlah kejadian reject/ jumlah material kedatangan material) x 100 % 8. Inventory material (Vol. material di gudang/vol. total material yang dibeli) x 100 % 9. Keikutsertaan subkontraktor Kualitatif (ada/tidak ada di dalam perencanaan keikutsertaannya 10. Intensitas complainst dari owner Jumlah keluhan owner to ke kontraktor dan kontraktor ke kontraktor + jumlah keluhan supplier dari kontraktor to supplier. Sumber : Yuliatin (2015) IV-6
7 Tabel 4.3. Kinerja Supply Chain Pada Proyek Studi Kasus No. INDIKATOR HASIL 1 Intensitas perubahan/revisi terhadap rencana kerja 3 kali 2 Intensitas kendala selama pelaksanaan pekerjaan 5 kali 3a Intensitas rapat koordinasi intern antar pihak yang terlibat 11 kali 3b Intensitas rapat koordinasi ekstern antar pihak yang terlibat 6 kali 4 Intensitas defect pekerjaan 3% 5 Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman material 100% 6 Waktu tenggang (lead time) antara pemesanan dan pengiriman 25% 7 Intensitas kejadian reject material 22% 8 Inventory material 13% 9 Keikutsertaan subkontraktor di dalam perencanaan pelaksanaan Tidak Ada 10a Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor 2 kali 10b Intensitas complaints dari kontraktor kepada supplier 3 kali Seperti telah dijelaskan pada tabel 4.3., hasil diperoleh dari wawancara dengan pihak pihak kontraktor utama dengan formulasi atau rumus seperti pada tabel 4.2. Pengukuran kinerja supply chain ini secara khusus dilakukan dalam konteks pencapaian pelaksanaan proyek yang berdasarkan pada konsep-konsep konstruksi ramping (lean construction). Tiga konsep dasar konstruksi ramping (lean construction) menurut Koskela adalah conversion, flow, dan value. IV-7
8 Konsep Conversion Pengelolaan conversion pada proyek konstruksi diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pelaksanaan proses produksi. Terkait dengan konsep conversion ini terdapat 4 indikator kinerja supply chain (Gambar 4.3.). Hasil pengukuran kinerja terhadap 4 indikator yang mengarah pada konsep conversion menunjukkan bahwa kinerja proyek studi kasus cukup baik. Segala upaya pencapaian konsep conversion telah secara rutin dilakukan sesuai dengan kualitas kerja perusahaan yang telah memiliki prosedur standar kegiatan-kegiatan operasional, termasuk juga kepemilikan sertifikat ISO. Kontraktor menjalankan proses konstruksi sebaik-baiknya dan tidak terpengaruh dengan pola supply chain proyek konstruksi. Perencanaan pelaksanaan konstruksi yang matang sebenarnya sangat dibutuhkan bagi kesuksesan proyek yang meminimalkan penggunaan sumberdaya. Walaupun konsep ini telah disadari oleh pihak kontraktor utama, namun belum diterapkan. Di Indonesia, secara umum hubungan antara kontraktor utama dengan subkontraktor memang belum merupakan hubungan yang bersifat partnership. Konsep Flow Upaya pengelolaan flow adalah mengidentifikasi dan meminimalisasi kegiatan-kegiatan yang tidak menambahkan nilai (non value-adding activities). Indikator-indikator 1, 2, 3, 5, 7, dan 8 menggambarkan upaya-upaya tersebut (Gambar 4.4.). IV-8
9 Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui bahwa telah banyak perhatian dari kedua kontraktor dalam menerapkan konsep flow dalam proses produksi lapangan, terutama terkait dengan kelancaran pasokan material. Kelancaran pasokan material diupayakan dengan pemesanan yang baik (waktu tenggang atau lead time yang cukup), sehingga pemasok dapat memenuhi jadwal pengiriman material dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa kelancaran pasokan material didukung dengan penerapan sistem kontrak payung untuk pengadaan materialmaterial strategis. Dengan kontrak yang bersifat lebih jangka panjang, hubungan antara kontraktor dengan pemasok menjadi lebih baik. Kontraktor mendapatkan material dengan kualitas yang lebih terjamin, serta kontraktor dapat melakukan pengelolaan persediaan (inventory) secara lebih optimal. Kelancaran pasokan material juga diupayakan dengan pengelolaan gudang yang mencakup pemeriksanaan dan pencatatan mendetil setiap kedatangan material sebelum masuk gudang dan setiap pengeluaran material dari gudang. Kemudian, setiap hari pada akhir waktu kerja juga dilakukan pemeriksaan dan pencacatan sisa material oleh petugas gudang. Pada setiap akhir bulan dilakukan pemeriksaan bersama menyeluruh (opname) terhadap ketersediaan material. Jumlah material yang tersimpan di gudang pada akhir bulan diupayakan kurang dari 10% dari nilai pembelian yang dilakukan pada bulan berjalan. IV-9
10 INDIKATOR 4 Intensitas defect pekerjaan INDIKATOR 5 Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman KONTROL DAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN SUMBER DAYA INDIKATOR 7 Intensitas reject material INDIKATOR 9 Keikutsertaan subkontraktor dalam perencanaan pelaksanaan Gambar 4.3. Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Conversion INDIKATOR 1 Intensitas perubahan/revisi terhadap rencana kerja INDIKATOR 2 Intensitas constrainst selama pelaksanaan kerja INDIKATOR 3 Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat INDIKATOR 5 Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman material IDENTIFIKASI DAN MINIMALISASI TERHADAP AKTIFITAS YANG TIDAK MEMBERIKAN TAMBAHAN VALUE (NON VALUE ADDING ACTIVITIES) MINIMALISASI WASTE INDIKATOR 6 Waktu tenggang (lead time) antara pemesanan (order) dengan pengiriman delivery INDIKATOR 7 Intensitas reject material INDIKATOR 8 Inventory Material Gambar 4.4. Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Flow IV-10
11 INDIKATOR 4 Intensitas defect pekerjaan INDIKATOR 10 Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor dan kontraktor ke supplier MEMBERIKAN KEPUASAN TERHADAP KONSUMEN Gambar 4.5. Indikator Kinerja Supply Chain yang Terkait dengan Konsep Value Kontraktor juga mengelola material sisa pelaksanaan konstruksi. Perhitungan kebutuhan dilakukan secara seksama dengan tujuan meminimalkan sisa material. Material sisa yang tidak dapat dihindari, seperti sisa pengecoran beton, potongan-potongan baja/besi, dan M/E dimanfaatkan lagi sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru. Konsep Value Tujuan mendasar semua tahapan dalam proses produksi adalah penciptaan value yang sesuai keinginan konsumen. Value merupakan nilai yang ditentukan oleh konsumen yang merupakan kebutuhan yang harus diterjemahkan secara spesifik yaitu dalam spesifikasi teknis, batas waktu, dan biaya sesuai kontrak. Proses penciptaan value ini didukung oleh proses conversion dan flow yang telah dibahas sebelumnya. Terkait dengan konsep value, terdapat dua indikator yang digunakan seperti dijelaskan pada Gambar 4.5. Kegiatan pengendalian defect (pekerjaan tidak sesuai dengan kualitas dan kuantitas) telah dilakukan dengan baik oleh kontraktor, pemeriksaan mutu pekerjaan dilakukan oleh pengawas internal perusahaan, sehingga setiap defect yang ditemukan langsung diperbaiki. Pemeriksaan kualitas pekerjaan pada proyek IV-11
12 negara biasanya dilakukan secara terpadu pada masa akhir konstruksi, namun demikian pihak kontraktor selalu melakukan pemeriksaan periodik secara mandiri oleh tim pengawas internalnya. Jumlah keluhan dari pemilik kepada kontraktor utama cukup sedikit ditemui, namun tetap saja jika ada keluhan tersebut segera ditangani oleh kontraktor. Pemahaman kontraktor terhadap definisi value masih terbatas pada nilai - nilai yang tertera dalam kontrak. Namun keinginan pihak pemilik tidak seluruhnya dapat disampaikan secara eksplisit dalam dokumen kontrak, sehingga sejak sebelum dimulainya tahap konstruksi perlu dilakukan komunikasi yang baik dengan pemilik untuk mengurangi potensi kegagalan value tersebut. Hal ini terutama penting diupayakan pada proyek - proyek konstruksi yang kompleks Efektifitas penerapan supply chain management pada proyek proyek konstruksi Berdasarkan angket/kuesioner yang telah disebar kepada responden dalam hal ini adalah dari pihak kontraktor utama pada proyek studi kasus ini terdiri dari tingkat kepentingan pelaksanaan dan tingkat kinerja pelaksanaan Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Pekerjaan (sesuai indikator lean construction) Tingkat kepentingan akan mempengaruhi kepuasan responden. Peningkatan kinerja atribut yang dianggap penting akan meningkatkan kepuasan total lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kinerja atribut yang dianggap tidak begitu penting oleh responden. Semakin tinggi nilai yang diperoleh, berarti semakin penting atribut tersebut. IV-12
13 Tabel 4.4. Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Pekerjaan Menurut Responden No. Indikator Nilai Kepentingan 1 Intensitas defect pekerjaan Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman Intensitas reject material Keikutsertaan subkontraktor dalam perencanaan pelaksanaan Intensitas perubahan/revisi terhadap rencana kerja Intensitas constrainst selama pelaksanaan kerja Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat Waktu tenggang (lead time ) antara pemesanan (order ) dengan pengiriman (delivery) 9 Inventory Material Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor dan kontraktor ke supplier Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa ternyata dari tingkat kepentingan, indikator yang menempati urutan terpenting menurut responden yaitu Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor dan kontraktor ke supplier dengan nilai 14,90. Terlihat bahwa pihak kontraktor menggangap sangat penting dalam meminimalisir complaints dari pihak owner karena hal ini mencerminkan kualitas pekerjaan dari kontraktor Tingkat Kinerja Pelaksanaan Pekerjaan (sesuai indikator lean construction) Tingkat kinerja menunjukkan tingkat penilaian terhadap pencapaian hasil pelaksanaan pekerjaan. Semakin tinggi nilai yang diperoleh, maka semakin puas responden terhadap indikator pelaksanaan. IV-13
14 Tabel 4.5. Tingkat Kinerja Pelaksanaan Pekerjaan Menurut Responden No. Dari tabel 4.5. menunjukkan bahwa tingkat kinerja yang paling baik adalah intensitas complaints dari owner kepada kontraktor dengan nilai 12,60. Hal ini menunjukkan komitmen kontraktor dalam menjaga kualitas pekerjaan yang baik. Kemudian ada intensitas reject material dengan nilai 12,50. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kontraktor utama memiliki hubungan yang baik dengan pihak supplier sehingga mendapatkan kepercayaan dalam hal pengiriman dan kualitas material yang baik. Indikator Nilai Kinerja 1 Intensitas defect pekerjaan Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman Intensitas reject material Keikutsertaan subkontraktor dalam perencanaan pelaksanaan Intensitas perubahan/revisi terhadap rencana kerja Intensitas constrainst selama pelaksanaan kerja Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat Waktu tenggang (lead time ) antara pemesanan (order ) dengan pengiriman (delivery) 9 Inventory Material Intensitas complaints dari owner kepada kontraktor dan kontraktor ke supplier Untuk tingkat nilai kinerja paling rendah menurut responden adalah kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman dengan nilai 10,90. Hal ini mengindikasikan bahwa memang terjadi kendala khususnya dalam hal IV-14
15 pengiriman material material besar seperti baja yang memang dikirim langsung dari wilayah pulau Jawa (Surabaya) yang mengakibatkan terjadinya ketidaktepatan waktu sampai pengiriman. IV-15
Bab VI Kesimpulan dan Saran
VI. Bab VI Kesimpulan dan Saran VI.1 Kesimpulan Berdasarkan proses pengukuran dan kajian terhadap kinerja supply chain dari empat proyek konstruksi bangunan sebagai studi kasus yang telah dilakukan diperoleh
Lebih terperinci5.1. Analisa Pengukuran Kinerja Supply Chain Pada Proyek Studi Kasus
BAB V PENERAPAN INDIKATOR KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK STUDI KASUS Pada bab 4 telah coba dikembangkan 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply chain yang didasarkan atas telaah terhadap studi
Lebih terperinciAnalisis Kinerja Supply Chain Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
Analisis Kinerja Supply Chain Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Andi Maddeppungeng Email: arsitek17@yahoo.com Irma Suryani Rohaesih Yuliatin Abstract. Suatu proyek memiliki item pekerjaan yang banyak.
Lebih terperinciV. Bab V Kajian Kinerja Supply Chain Proyek Bangunan Gedung
V. Bab V Kajian Kinerja Supply Chain Proyek Bangunan Gedung Kajian ini dimaksudkan untuk mencari gambaran kinerja supply chain dari masing-masing pola supply chain yang telah teridentifikasi terhadap implementasi
Lebih terperinciBAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
BAB IV PENGEMBANGAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Studi mengenai supply chain konstruksi yang mendukung perkembangan ke arah konstruksi ramping (lean construction)
Lebih terperinciBab IV Studi Kasus. Metode Pengumpulan Data
IV. Bab IV Studi Kasus Pada bab ini akan dipaparkan hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap beberapa proyek studi kasus. Materi yang akan disampaikan meliputi metode pengumpulan data, keterbatasan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 5. Indrajit, R.E, Djokopranoto, R (2003), Konsep Manajemen Supply Chain, PT. Gramedia Pustaka Utama
VII. DAFTAR PUSTAKA 1. Aravechia, Carlos H.M. dan Pires, Silvio R.I., (2000), Supply Chain Performance Evaluation : A Case Study, University off Piracicaba, Sao Paolo, Brazil - http://www.unimep.br 2.
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
III. Bab III Metodologi Penelitian Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dalam mencari jawaban. Dengan ungkapan lain metodologi adalah pendekatan umum untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan
Lebih terperinciBAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA
BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA 3.1. Rancangan Survey 3.1.1. Tujuan survey Survey ini didesain dengan tujuan untuk mengidentifikasi terhadap ketersediaan data primer berupa jenis-jenis data yang dianggap
Lebih terperinciANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN PERUMAHAN
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN PERUMAHAN Mahgrizal Aris Nurwega Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa rizalnurwega@gmail.com Andi Maddeppungeng dan Irma
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain :
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain : 1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KINERJA, INTENSITAS DAN BENTUK RANTAI PASOK PADA PROYEK BANGUNAN BERTINGKAT DI JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KINERJA, INTENSITAS DAN BENTUK RANTAI PASOK PADA PROYEK BANGUNAN BERTINGKAT DI JAKARTA Dian Mustika 1, Jane Sekarsari 2 1 Program Studi Teknik Sipil, FTSP UniversitasTrisakti, Jakarta Email:
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Skema Langkah-langkah Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Skema Langkah-langkah Penelitian Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode studi lapangan, wawancara dan penyebaran kuisioner yang dilakukan di lapangan.
Lebih terperinciJl. Jend. Sudirman Km. 3 Cilegon
ANALISIS KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DENGAN TINJAUAN PADA PEKERJAAN STRUKTUR (STUDI KASUS PROYEK APARTEMEN PARAGON SQUARE) Andi Maddeppungeng 1), Irma Suryani 2), Nikkoo
Lebih terperinciPengaruh Rantai Pasok terhadap Kinerja Kontraktor Bangunan Gedung di Jember. Sutoyo Soepiadhy NRP
Pengaruh Rantai Pasok terhadap Kinerja Kontraktor Bangunan Gedung di Jember Latar Belakang Peran industri jasa konstruksi Jaminan hasil pekerjaan dari kontraktor Kinerja kontraktor Keterlibatan berbagai
Lebih terperinciSTUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI
STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI Steven 1, Richard Ch Ali 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK : Pengadaan material dalam sebuah proyek konstruksi merupakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data pada penelitian ini merupakan data kualitatif-kuantitatif yang nantinya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Jenis data pada penelitian ini merupakan data kualitatif-kuantitatif yang nantinya akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Adapun langkah-langkah
Lebih terperinciANALISIS SUPPLY SYSTEM PADA PROYEK KONSTRUKSI UNTUK MENUJU LEAN CONSTRUCTION TESIS KUNTORO BENNYARDHI D. NIM :
ANALISIS SUPPLY SYSTEM PADA PROYEK KONSTRUKSI UNTUK MENUJU LEAN CONSTRUCTION TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Istitut Teknologi Bandung Oleh : KUNTORO BENNYARDHI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Lingkup suatu proses pengadaan dalam pelaksanaan proyek konstruksi menempati nilai dengan porsi terbesar dari total keseluruhan nilai proyek. Lingkup tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu, dan sumber daya yang terbatas (Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan yang dihadapi oleh dunia usaha saat ini semakin kompleks, termasuk pula pada sektor jasa konstruksi. Persaingan global antar perusahaan penyedia jasa konstruksi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan Analisa rantai pasok proyek pembangunan perumahan di Jambi dapat disimpulkan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada 5 proyek perumahan
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN
53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal
Lebih terperinciBAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK
BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah
Lebih terperinciBAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK
BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Management Proyek Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SUPPLY SYSTEM
BAB V ANALISIS SUPPLY SYSTEM V.1. Analisis terhadap Kegiatan Supply System Yang Terjadi V.1.1. Metoda kontrak Pada proyek besar seperti proyek pembangunan Grand Indonesia metode kontrak yang dipakai adalah
Lebih terperinciPENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (
PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (3107.203.002) 1. Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Factors Influencing Contractor Performance in Indonesia: A Study of Non Value-Adding Activities
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Factors Influencing Contractor Performance in Indonesia: A Study of Non Value-Adding Activities Alwi et al. (2002) melakukan studi mengenai non value adding activities pada
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengembangan Perumahan Pengembangan perumahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengembang secara mandiri maupun bersama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan ekonomi dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waste (Pemborosan) Menurut Al-Moghany (2006), waste bisa diartikan sebagai segala macam kehilangan pada material, waktu dan hasil moneter dari sebuah kegiatan tetapi tidak menambah
Lebih terperinciPOLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA. Manajemen Bisnis Konstruksi
POLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA Manajemen Bisnis Konstruksi ISI PRESENTASI Pendahuluan Tinjauan Pustaka Pola rantai pasok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dewasa ini menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap negara. Proses interaksi antar negara terjadi di berbagai bidang, salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Gambar 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber: Proyek 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ketat dalam dunia bisnis menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif dalam hal memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja
Lebih terperinciKontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Kontraktor Konsultan Perencana Pemilik Konsultan Pengawas Gambar 3.1. Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber:
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU
BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai
Lebih terperinciBAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik Gres Tenan milik Bp. Sardjono Atmomardoyo yang ada di Kampung Batik Laweyan turut andil dalam persaingan dalam hal industri fashion. Mulai dari bakal kain, tas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal
Lebih terperinciMANAJEMEN SUMBER DAYA MATERIAL
MANAJEMEN SUMBER DAYA MATERIAL Ketepatan proses pengiriman barang mempengaruhi jadwal pekerjaan lainnya. Just in Time: pemesanan, pengiriman, serta ketersediaan material saat dilokasi sesuai jadwal yang
Lebih terperinciBAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK
BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama
Lebih terperinciSISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN 3.1. Struktur Organisasi Diagram 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan 3.1.1. Organisasi dan pihak yang terkait Dalam organisasi proyek pembangunan
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN
BAB III METODA PENELITIAN III.1. Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian Metoda penelitian tentang analisis supply system pada proyek konstruksi untuk menuju lean construction ini dimulai dengan melakukan
Lebih terperinciBAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI
BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI 4.1 Definisi Logistic Logistik berasal dari bahasa Yunani Logos yang berarti rangsum, kata, kalkulasi, alasan, cara
Lebih terperinciKajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung. Susilawati 1) Reini D. Wirahadikusumah 2)
Susilawati, Vol. 13 No. Wirahadikusumah. 3 Juli 2006 urnal TEKNIK SIPIL Kajian Pengadaan oleh Kontraktor Pelaksana pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Susilawati 1) Reini D. Wirahadikusumah 2) Abstrak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. produk akhir bagi pihak pengguna jasa konstruksi (Formoso et al, 2002).
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waste (Pemborosan) Waste dapat diartikan sebagai kehilangan atau kerugian berbagai sumber daya, yaitu material, waktu (yang berkaitan dengan tenaga kerja dan peralatan) dan modal,
Lebih terperinciPembahasan Materi #5
1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses
Lebih terperinciKONSEP SISTEM INFORMASI
CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM
Lebih terperinciKajian Sistem Pasokan Berbasis Lean Construction pada Proyek-proyek Konstruksi di Balikpapan
Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10 Kajian Sistem Pasokan Berbasis Lean Construction pada Proyek-proyek Konstruksi di Balikpapan Aqli Mursadin Fakultas Teknik, Universitas Lambung
Lebih terperinciBAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI
BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI 7.1 Pengertian Manajemen Konstruksi Manajemen adalah suatu metode atau teknik untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri konstruksi merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian bangsa, dimana konstribusi industri konstruksi akan meningkat sejalan dengan kemajuan perekonomian
Lebih terperinciBAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifat nya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran
Lebih terperinciBAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK
BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Dalam setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah
Lebih terperinciBAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK
BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi 3.1.1. Organisasi dan Pihak Yang Terkait Dalam organisasi suatu proyek banyak pihak yang terkait dan mempunyai tugas dan wewenang
Lebih terperinciBab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU
Bab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU Sistem Informasi Korporat Terpadu Konsep manajemen supply chain memperlihatkan adanya proses ketergantungan antara berbagai perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru dunia. Pengguna internet telah berlipat ganda dari hari ke hari seperti lompatan kuantum dalam
Lebih terperinciBAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK
BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Pengertian Proyek Menurut Nokes (2007), proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaanya dan waktu selesainya (dan biasanya
Lebih terperinciSTRUKTUR BIAYA PURCHASING BESI BETON PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 STRUKTUR BIAYA PURCHASING BESI BETON PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR Ratno Adi Setiawan 1, Muhamad Abduh 2, Biemo W. Soemardi 3 dan Reini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tipe Bangunan Dalam menganalisis faktor penyebab terjadinya Cost Overrun pada proyek konstruksi yang ada di wilayah DKI dan DIY, maka perlu diadakan peninjauan kembali dan pengelompokan
Lebih terperinciPembahasan Materi #11
1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Konsep, Pengelolaan, Kolaborasi SCM Sistem Informasi Terpadu Tahapan Evolusi Pengembangan Aspek Pengembangan 6623 - Taufiqur Rachman 1 Konsep SCM 3 SCM Memperlihatkan
Lebih terperinciV. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan
V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inventory merupakan salah satu hal yang penting dalam berjalannya proses produksi. Pengendalian inventory merupakan salah satu cara dalam mengendalikan proses produksi
Lebih terperinciPenjelasan ISO 9001:2015 Klausul 4, Konteks Organisasi. Klausul 4.1 Memahami konteks organisasi
/* */ Penjelasan ISO 9001:2015 Klausul 4, Konteks Organisasi Category: ISO 9001 dan TS 16949 Published: Friday, 27 March 2015 04:12 Klausul 4.1 Memahami konteks organisasi Organisasi harus memahami konteks
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik Distribusi fisik dan efektivitas logistik memiliki dampak yang besar pada kepuasan dan biaya perusahaan. Manajemen logistik penting dalam rantai pasokan, tujuan dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian terhadap sejumlah responden di Yogyakarta dan Malang sebanyak 58 responden dengan rincian 31 responden di Yogyakarta dan 27 responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kompleks Thamrin Nine yang merupakan gedung mixed use, berlokasi di Jl Thamrin, Jakarta Pusat dikembangkan oleh PT Putragaya Wahana. Konstruksi terbagi dalam
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan CV. Hikmah Utama adalah sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang Kontraktor Mekanikal dan Elektrikal telah ikut menyumbangkan partisipasinya
Lebih terperinciBab II Studi Literatur
II. Bab II Studi Literatur II.1 Supply Chain di Industri Konstruksi Konsep supply chain pada awalnya berkembang di industri manufaktur. Supply chain adalah suatu jaringan kerjasama dalam menyediakan material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor) menuntut pihak-pihak pelaksana konstruksi meningkatkan mutu dan caracara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya pembangunan fisik (infrastruktur dalam berbagai sektor) menuntut pihak-pihak pelaksana konstruksi meningkatkan mutu dan caracara pelaksanaan proyek
Lebih terperinciBAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Proyek 3.2 Struktur Organisasi Proyek PEMBERI TUGAS (OWNER) PT.Kompas Media Nusantara MANAJEMEN KONSTRUKSI PT.Ciriajasa Cipta Mandiri
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan terhadap supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pemborosan merupakan segala sesuatu yang menambah waktu dan biaya pembuatan sebuah produk namun tidak menambah nilai pada produk yang dilihat dari sudut
Lebih terperinciIdentifikasi Rantai-Pasok dalam Industri Konstruksi Indonesia untuk Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu
Pribadi, Vol..14 dkk. No. 4 Desember 2007 urnal TEKNIK SIPIL Identifikasi Rantai-Pasok dalam Industri Konstruksi Indonesia untuk Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Krishna S. Pribadi 1) Ima Fatima 2)
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menangani proyek konstruksi di kawasan Daerah Kabupaten Badung, dapat diperoleh
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian mengenai construction waste melalui penyebaran kuisioner dengan responden yang berasal dari kontraktor yang sedang atau telah menangani
Lebih terperinciBAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek III-1 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai
Lebih terperinciTINGKAT KEPENTINGAN FAKTOR FAKTOR PRODUKTIVITAS PEKERJA BERDASARKAN TINGKAT PENGARUH DAN TINGKAT FREKUENSI
TINGKAT KEPENTINGAN FAKTOR FAKTOR PRODUKTIVITAS PEKERJA BERDASARKAN TINGKAT PENGARUH DAN TINGKAT FREKUENSI Albertus Andhika 1, Alfonso Wijanalto 2, Andi 3 ABSTRAK : Produktivitas pekerja konsruksi telah
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN
BAB III METODA PENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian diperlukan berbagai tahapan yang harus dilaksanakan secara cermat dan sistematis. Tahapan yang akan dilaksanakan pada bab ini membahas mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan operasional perusahaan tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).
BAB I 1.1 Latar belakang PENDAHULUAN Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Manajemen
Lebih terperinciANALISA KINERJA BIAYA DAN WAKTU PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA DENGAN KONSEP EARNED VALUE ANALYSIS (EVA)
ANALISA KINERJA BIAYA DAN WAKTU PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA DENGAN KONSEP EARNED VALUE ANALYSIS (EVA) O le h : Arfat Abdul Kharis 3106.100.636 D osen Pem bim bing : YusroniaEka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah Produksi Beras Indonesia
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memproduksi beras terbanyak di dunia dan menggunakannya sebagai bahan makanan pokok utamanya. Beras yang dikonsumsi oleh setiap
Lebih terperinciSTUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Wahida Handayani 1, Yohanes Lim Dwi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ilmiah memerlukan suatu kerangka penelitian sebelum pelaksanaannya. Kerangka penelitian tersebut harus disusun secara sistematis dan terarah, berdasarkan permasalahan
Lebih terperinciLampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011
LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sisa Material Menurut Construction Waste Management Guide, sisa material adalah benda berwujud yang tidak berbahaya, yang berasal dari aktivitas pembangunan, penghancuran
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI MANAJERIAL, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI MANAJERIAL, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN 1.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Integrasi Pasokan Logistik terhadap Kinerja Kompetitif pada PT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. estimasi terhadap biaya proyek adalah biaya peralatan dan juga material.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya tujuan dari mendirikan sebuah perusahaan kontraktor adalah memperoleh keuntungan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus memberikan pelayanan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Wawancara berikut ini merupakan tanya jawab antara kami dengan pihak PT. INTI. 1. Apa tujuan dari PT. MATARAM SUMA INDORAYA?
LAMPIRAN Hasil Wawancara Wawancara berikut ini merupakan tanya jawab antara kami dengan pihak PT. INTI MATARAM SUMA INDORAYA : 1. Apa tujuan dari PT. MATARAM SUMA INDORAYA? Salah satu perusahaan yang bergerak
Lebih terperinciPENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBELIAN MATERIAL KONSTRUKSI
Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS ) Jakarta, Mei 009 PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBELIAN MATERIAL KONSTRUKSI Ferianto Raharjo Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya,
Lebih terperinci5 BAB V ANALISA DAN HASIL
5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan
Lebih terperinciBAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK
BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK 2.1 DATA PROYEK A. Lokasi Proyek Proyek Apartemen Green Bay dibangun di atas pantai,lalu di urug dengan tanah dengan luas total sebesar m2 127.881 dengan detail
Lebih terperinciMenghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus
PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur bertujuan untuk memproduksi barang secara ekonomis agar memperoleh keuntungan serta dapat menyelesaikan produk tepat pada waktunya. Selain itu,
Lebih terperinciPembahasan Materi #4
1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost
Lebih terperinci