HUBUNGAN ANTARA PERENCANAAN KARIR DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA PERENCANAAN KARIR DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA PERENCANAAN KARIR DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA (THE CORRELATION BETWEEN CAREER PLANNNING AND READINESS FOR MARRIAGE AMONG YOUNG ADULTS WORKING WOMEN) Charina Septyandari Pembimbing : Mellia Christia Program Studi S1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengukuran perencanaan karir menggunakan alat ukur Career Planning Scale (CPS) yang dikembangkan oleh Gould (1979) dan pengukuran kesiapan menikah menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang merupakan wanita dewasa muda yang bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja (r = 0.241, (p < 0.05). Artinya, semakin baik perencanaan karir individu, maka semakin baik pula kesiapan menikahnya. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat dua area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan perencanaan karir, yaitu keuangan dan pembagian peran suami-istri. Diketahui pula bahwa area minat dan pemanfaatan waktu luang merupakan area yang menjadi prioritas utama sampel dalam penelitian ini. Aspek demografis seperti usia, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, lama berpacaran, dan rencana menikah diketahui tidak berkorelasi secara signifikan terhadap perencanaan karir dan kesiapan menikah. Kata kunci: perencanaan karir, kesiapan menikah, wanita, dewasa muda, bekerja ABSTRACT This study was conducted to determine the relationship between career planning and readiness for marriage among young adults working women. This research is quantitative study with correlational design. The measurement of career planning use Career Planning Scale (CPS) which developed by Gould in 1979, and the measurement of readiness for marriage use Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). The sample of this study are 100 young adults working women. The result of this study indicate that there is a significant positive correlation between career planning and readiness for marriage among young adults working women (r = 0.241, (p < 0.05). It means that the better individual career planning, the higher readiness for marriage too.

2 Based on the result of this study, it is known that there are two areas of readiness for marriage which had a significant positive correlation with career planning. Those are finances and spousal roles. It is also known that the area of interest and the use of leisure time is a priority area for the sample in this study. The demographic aspects such as age, education, occupation, duration of work, duration of dating, and marriage plan are known to be not significantly correlated to career planning and readiness for marriage. Key words: career planning, readiness for marriage, women, young adults, working Pendahuluan Dalam perkembangannya, individu mengalami masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa, yaitu masa dewasa muda yang dimulai dari usia 20 sampai 40 tahun (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Salah satu tugas perkembangan yang khas pada individu dalam tahapan dewasa muda adalah membentuk komitmen atau hubungan keterikatan yang penting dengan lawan jenisnya melalui ikatan pernikahan (Papalia, Olds dan Feldman, 2009; Miller, 2002). Disamping itu, terdapat juga tugas perkembangan lain yang harus dilakukan oleh individu dewasa muda yaitu memasuki dunia kerja (entering the world of work) (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Dengan kata lain, tugas perkembangan yang menjadi karakteristik dewasa muda adalah mulai berkarir dan mulai membentuk komitmen dengan pasangan hidup (Havighurst dalam Hurlock, 1990). Adanya tugas perkembangan yang berbeda dalam waktu yang bersamaan membuat individu seringkali mengesampingkan satu tugas perkembangan demi mencapai tugas perkembangan lainnya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Elder (1974) bahwa banyak wanita yang memilih untuk mengesampingkan pernikahannya demi memperoleh pencapaian karir. Fakta mengenai wanita yang mengesampingkan pernikahannya demi memperoleh pencapaian karir tersebut cukup banyak dijumpai di Indonesia, dimana berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2010 (dalam diunduh pada 27 Januari 2012, 10:42 WIB) menunjukkan bahwa rata-rata wanita di daerah perkotaan menikah pada usia tahun, hal tersebut dikarenakan partisipasi wanita dalam karir dan pekerjaan sebelum menikah menyebabkan mereka menunda usia untuk menikah. Presentase wanita yang bekerja pun terus meningkat selama tiga tahun ( ) yaitu 37,9% pada tahun 2008, 38,23% pada tahun 2009, dan 38,58% pada tahun 2010 (Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia dalam diunduh pada 7 Januari :19 WIB). Undang-Undang tentang Perkawinan No 1/1974 di Indonesia mengenai batas minimum usia menikah juga harus diubah dari 16 tahun menjadi 21 tahun karena dirasa tidak relevan lagi untuk diterapkan dan individu yang berusia 16 tahun dinilai masih belum matang dari segi ekonomi untuk membina suatu hubungan. Pilihan wanita dewasa muda untuk mendahulukan karir dan menunda pernikahan tersebut dianggap dapat memberikan beberapa keuntungan bagi mereka. Keuntungan tersebut antara lain yaitu dengan berkarir, mereka akan mandiri secara finansial sehingga nantinya tidak harus bergantung pada suami ketika menjalani kehidupan rumah tangga (Unger & Crawford, 1992). Disamping itu, wanita karir merasa yakin bahwa nantinya mereka akan memiliki kualitas pernikahan yang lebih baik dikarenakan memiliki fleksibilitas untuk saling memberikan dukungan finansial dengan pasangannya, sehingga menurunkan kemungkinan terjadinya perceraian (Neeman, Newman & Olivetti, 2008). Dapat dilihat

3 bahwa sebenarnya kedua tugas perkembangan yang menjadi karakteristik dewasa muda, yaitu berkarir dan menikah, memiliki keterkaitan satu sama lain, dimana dengan berkarir terlebih dahulu, individu menjadi lebih yakin bahwa dirinya akan memperoleh kehidupan pernikahan yang lebih baik. Pada dasarnya, sebelum memasuki kehidupan pernikahan, dibutuhkan suatu kesiapan dalam diri individu (Blood, 1969). Kesiapan menikah merupakan keadaan siap atau bersedia dalam berhubungan dengan seorang pria atau seorang wanita, siap menerima tanggung jawab sebagai seorang suami atau seorang istri, siap terlibat dalam hubungan seksual, siap mengatur keluarga dan siap untuk mengasuh anak (Duvall dan Miller, 1985). Kesiapan menikah itu sendiri nampaknya merupakan hal yang menjadi perhatian individu sebelum menikah pada masa kini. Sebagian besar individu dewasa muda pada abad ini menekankan pentingnya area keuangan untuk dipersiapkan sebelum memasuki kehidupan pernikahan (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Hal tersebut terlihat dari banyaknya dewasa muda yang cenderung merencanakan pernikahan apabila mereka telah memiliki karir yang tetap (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Individu dewasa muda memiliki tanggung jawab untuk memulai perencanaan karir mereka sendiri serta mengidentifikasi keterampilan, nilai-nilai, kepentingan, dan mencari pilihan karir untuk menetapkan tujuan dan membangun karir mereka (Leibowitz et al., 1986 dalam Adekola, 2011). Perencanaan sebuah karir penting dilakukan oleh individu karena merupakan langkah awal untuk mengembangkan karir mereka (Granrose & Portwood, 1987 dalam Puah & Ananthram, 2006). Dengan memiliki perencanaan karir yang tepat, maka akan diperoleh kemandirian finansial (Purwoko, 2011). Kemandirian finansial itu sendiri mutlak harus dimiliki oleh individu yang akan menikah (Wiryasti, 2004). Hal tersebut didukung oleh pernyataan Blood (1969) bahwa pada dasarnya individu harus memiliki kesiapan penunjang, termasuk di dalamnya kemandirian finansial, untuk dapat dikatakan siap memasuki kehidupan pernikahan. Berdasarkan berbagai literatur tersebut, dapat diketahui bahwa perencanaan karir dan kesiapan menikah merupakan aspek yang penting untuk dimiliki oleh individu dewasa muda sebelum memasuki kehidupan pernikahan. Namun mengapa fenomena yang terdapat di masyarakat menunjukkan bahwa karir membuat wanita mengesampingkan pernikahannya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau hubungan diantara keduanya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi wanita dewasa muda mengenai perencanaan karir dan kesiapan menikah mereka sehingga kedua variabel tersebut dapat dipersiapkan secara lebih baik sebelum memasuki kehidupan pernikahan. Adapun rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah (1) apakah terdapat hubungan yang signifikan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja? (2) bagaimana gambaran umum perencanaan karir pada wanita dewasa muda yang bekerja? (3) bagaimana gambaran umum kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja? Tinjauan Teoritis II.1. Kesiapan Menikah

4 Holman dan Li (1997) mendefinisikan kesiapan menikah sebagai berikut: a perceived ability of an individual to perform in marital roles, and see it as aspect of the mate selection or relationship development process. Dapat diartikan bahwa kesiapan menikah merupakan kemampuan yang dipersepsi oleh individu untuk menjalankan peran dalam pernikahan dan merupakan bagian dari pemilihan pasangan atau proses perkembangan hubungan. Kesiapan menikah terdiri dari 8 area menurut Wiryasti (2004) yang merupakan rangkuman dari beberapa tokoh dan melalui penyesuaian dengan kondisi di Indonesia. Kedelapan area tersebut antara lain: (1) komunikasi, berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengekspresikan ide dan perasaannya kepada pasangan, serta mendengarkan pesan yang disampaikan oleh pasangan; (2) keuangan, berkaitan dengan masalah pengaturan ekonomi rumah tangga; (3) anak dan pengasuhan, berkaitan dengan perencanaan untuk memiliki anak dan cara pengasuhan anak; (4) pembagian peran suami dan istri, berkaitan dengan persepsi dan sikap individu dalam memandang peran-peran dalam rumah tangga, serta kesepakatan pasangan mengenai pembagian peran nantinya sebagai suami dan istri; (5) latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, berkaitan dengan nilai-nilai keluarga besar yang membentuk karakter individu dan relasi antar anggota keluarga, (6) agama, berkaitan dengan nilai-nilai religius yang menjadi dasar pernikahan; (7) minat dan pemanfaatan waktu luang, berkaitan dengan sikap terhadap minat pasangan dan kesepakatan mengenai pemanfaatan waktu luang bagi diri sendiri dan pasangan; (8) perubahan pada pasangan dan pola hidup, berkaitan dengan persepsi dan sikap individu terhadap perubahan pasangan serta pola hidup yang mungkin terjadi setelah menikah. II.2. Perencanaan Karir Perencanaan karir didefinisikan oleh Hall dan Associates (1986 dalam Adekola, 2011) sebagai berikut: A deliberate process for becoming aware of self, opportunities, constraints, choices and consequences, as well as identifying career related goals, and programming for work, education, and related developmental experience to provide the direction, timing and sequence of steps to attain a specific career goal. Dapat diartikan bahwa perencanaan karir merupakan suatu proses menyadari diri sendiri, peluang, kendala, pilihan dan konsekuensi, serta mengidentifikasi tujuan karir, membuat program mengenai pekerjaan, pendidikan dan pengalaman yang berkaitan untuk memberikan arah, waktu dan urutan langkah-langkah dalam mencapai tujuan karir tersebut. II.3. Wanita Dewasa Muda yang Bekerja Pandangan terdahulu yang menganggap bahwa idealnya wanita hanya mengurus berbagai urusan rumah tangga mulai berubah seiring berkembangnya zaman. Perubahan tersebut antara lain semakin banyaknya jumlah wanita yang ingin bekerja, adanya perubahan pandangan mengenai peran wanita di tengah masyarakat, serta adanya realisasi di berbagai organisasi bahwa daya saing tidak bergantung pada gender, melainkan menempatkan individu yang tepat pada pekerjaan yang tepat sesuai dengan kemampuannya (Cassell, 2000 dalam Arnold et al., 2010). Representasi dari jumlah wanita yang bekerja juga meningkat secara

5 drastis selama tiga dekade terakhir (Boyd & Bee, 2009). Meningkatnya eksistensi wanita dalam dunia kerja tersebut dilandasi oleh beberapa faktor pendorong. Wanita pada masa sekarang memilih untuk bekerja tidak hanya semata-mata menginginkan sebuah pekerjaan, melainkan secara aktif ingin mengejar karir mereka (Allen & Kalish, 1984). Frieze et al. (1978) juga mengungkapkan beberapa alasan wanita untuk bekerja, yaitu untuk memperoleh biaya hidup, untuk mengembangkan diri, dan untuk mencapai tujuan karir tertentu. Namun sayangnya, banyak dari wanita bekerja yang mengesampingkan hal penting lain, yaitu pernikahan demi memperoleh pencapaian karir (Elder, 1974). Pilihan untuk berkarir terlebih dahulu dan menunda pernikahan dianggap dapat memberikan keuntungan, yaitu mereka akan mandiri secara finansial sehingga nantinya tidak harus bergantung pada suami (Unger & Crawford, 1992). Disamping itu, wanita bekerja juga merasa yakin bahwa mereka akan memiliki kualitas pernikahan yang lebih baik dikarenakan memiliki fleksibilitas untuk saling memberikan dukungan finansial dengan pasangannya (Neeman, Newman & Olivetti, 2008). II.4. Dinamika Hubungan antara Perencanaan Karir dan Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Muda yang Bekerja Pada dasarnya, setiap individu memiliki tanggung jawab untuk memulai perencanaan karir mereka sendiri serta mengidentifikasi keterampilan, nilai-nilai, kepentingan, dan mencari pilihan karir untuk menetapkan tujuan dan membangun karir mereka (Leibowitz et al., 1986 dalam Adekola, 2011). Tanggung jawab untuk memulai perencanaan karir tersebut dimulai ketika individu berada dalam tahapan dewasa muda karena tugas perkembangan individu dalam tahapan tersebut adalah memasuki dunia kerja (entering the world of work) (Papalia, Olds dan Feldman (2009). Perencanaan sebuah karir penting dilakukan karena merupakan langkah awal untuk mengembangkan karir (Granrose & Portwood, 1987 dalam Puah & Ananthram, 2006). Perencanaan karir yang tepat dapat membantu individu dalam memperoleh kemandirian finansial (Purwoko, 2011). Kemandirian finansial itu sendiri merupakan hal yang berkaitan dengan tugas perkembangan lain dari individu pada tahapan dewasa muda menurut Papalia, Olds dan Feldman (2009), yaitu membentuk komitmen dengan lawan jenis melalui ikatan pernikahan. Hal tersebut dikarenakan kemandirian finansial merupakan sumber finansial yang penting dan harus dimiliki oleh individu yang akan memasuki kehidupan pernikahan (Wiryasti, 2004). Sebelum individu memasuki kehidupan pernikahan, diperlukan suatu kesiapan, yang dalam dunia psikologi biasa dikenal dengan istilah kesiapan menikah (Blood, 1969). Blood (1969) menjelaskan bahwa kesiapan menikah terdiri dari dua aspek yaitu kesiapan pribadi dan kesiapan penunjang (circumstantial readiness). Salah satu yang termasuk ke dalam kesiapan penunjang adalah sumber finansial (Blood, 1969). Sumber finansial juga merupakan hal yang berkaitan dengan keuangan individu, dimana hal tersebut termasuk ke dalam salah satu area kesiapan menikah menurut Wiryasti (2004). Sumber finansial merupakan suatu hal yang penting untuk dipersiapkan dalam pernikahan, dimana kebutuhan hidup

6 pasangan seperti keperluan rumah, transportasi, makanan, kesehatan, rekreasi, pendidikan dan kebutuhan lainnya diharapkan dapat terpenuhi (DeGenova, 2008). Pentingnya perencanaan karir dan kesiapan menikah dalam rangka membangun sebuah pernikahan serta memenuhi tugas perkembangan dewasa muda telah dijelaskan. Maka berdasarkan hasil studi literatur tersebut, peneliti ingin mengetahui jawaban dari rumusan masalah apakah terdapat hubungan yang signifikan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah. Metode Penelitian III.1. Tipe dan Desain Penelitian Berdasarkan aplikasi penelitiannya, penelitian ini tergolong ke dalam applied research karena teknik, prosedur dan metode yang mendasari penelitian ini diaplikasikan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memahami suatu fenomena (Kumar, 2005). Berdasarkan tujuan penelitiannya, penelitian ini tergolong ke dalam penelitian korelasional karena tujuan dari penelitian ini yaitu ingin melihat hubungan antara dua variabel. Apabila ditinjau dari cara memperoleh informasinya, penelitian ini tergolong ke dalam pendekatan kuantitatif, dimana pengujian kedua variabelnya dilakukan dengan menghitung skor total yang diperoleh partisipan (Gravetter & Forzano, 2009). Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dimana tidak terdapat manipulasi yang dilakukan oleh peneliti pada salah satu variabelnya (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2005). Berdasarkan jumlah kontak antara peneliti dengan partisipan, desain dalam penelitian ini tergolong ke dalam cross-sectional study design karena peneliti hanya bertemu satu kali dengan partisipan penelitian dalam melakukan pengambilan data (Kumar, 2005). III.2. Subjek Penelitian III.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek dalam penelitian ini antara lain yaitu wanita, berada dalam tahapan usia dewasa muda awal (20-30 tahun), bekerja, memiliki pasangan (pacar) dan memiliki rencana untuk menikah dengan pasangannya. III.2.2.Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental sampling, dimana peneliti bertemu dengan sampel secara tidak sengaja atau accidental dan sampel tersebut sesuai dengan karakteristik subjek yang dibutuhkan dalam penelitian ini (Kumar, 2005). III.2.3.Jumlah Sampel Penelitian Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang berdasarkan pertimbangan bahwa semakin besar jumlah sampel, maka akan semakin akurat pula data penelitian yang dihasilkan dalam menggambarkan populasi (Kumar, 2005). Selain itu, Gravetter dan Forzano (2009) juga menyatakan bahwa untuk mendapatkan persebaran data yang mendekati kurva normal diperlukan sampel yang berjumlah minimal 30 orang. III.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Melalui kuesioner, peneliti dapat menyebarkannya secara online karena subyek

7 penelitian dapat menyelesaikannya tanpa dipandu oleh peneliti serta anonimitas yang terjaga juga memungkinkan subyek penelitian memberikan jawaban secara jujur (Salkind, 2006). Peneliti menggunakan dua bentuk kuesioner yaitu dalam bentuk booklet dan softcopy yang dikirim berupa link. III.4. Alat Ukur Penelitian III.4.1. Alat Ukur Variabel 1 - Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat ukur yang disusun oleh Wiryasti (2004) dan merupakan modifikasi dari inventori kesiapan menikah yang sebelumnya dikembangkan oleh Risnawaty (2003). Modifikasi terhadap Inventori Kesiapan Menikah dilakukan oleh Wiryasti (2004) dengan mempertimbangkan aspek-aspek budaya yang terdapat di Indonesia. Wiryasti (2004) juga menambahkan dua area baru yang dianggap perlu untuk diukur yaitu minat dan pemanfaatan waktu luang, dan perubahan pada pasangan dan pola hidup. Alat ukur ini terdiri dari 8 area dengan total item berjumlah 76. Terdapat 12 item untuk area komunikasi, 8 item untuk area keuangan, 12 item untuk area anak dan pengasuhan, 8 item untuk area pembagian peran suami-istri, 16 item untuk area latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, 8 item untuk area agama, 6 item untuk area minat dan pemanfaatan waktu luang, serta 6 item untuk area perubahan pada pasangan dan pola hidup. Pilihan jawaban yang tersedia dalam alat ukur ini juga diubah oleh Wiryasti (2004) menjadi S (Setuju), R (Ragu-ragu) dan TS (Tidak Setuju). Uji validitas dan reliabilitas Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah ini dilakukan oleh Wiryasti terhadap 52 subjek yang terdiri dari 26 laki-laki dan 26 wanita. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan teknik internal consistency, diketahui bahwa secara keseluruhan alat ukur ini memiliki internal consistency yang baik. Sedangkan, berdasarkan uji reliabilitasnya, alat ukur ini dikatakan reliabel dengan nilai r sebesar 0,7567. Uji Validitas Peneliti melakukan uji validitas terhadap Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah dengan menggunakan teknik validitas konstruk, tepatnya internal consistency. Uji validitas dilakukan dengan menghitung data yang didapatkan dari 50 subjek dengan kriteria wanita, berusia tahun, memiliki pekerjaan dan memiliki pasangan. Diketahui bahwa terdapat 5 item dalam alat ukur tersebut yang memiliki nilai validitas rendah, hingga mencapai minus antara lain yaitu item nomor 26, 28, 35, 46, dan 72. Oleh karena itu, peneliti melakukan eliminasi terhadap 5 item yang memiliki nilai validitas yang rendah (<0.2) (Anastasi & Urbina, 1997), sehingga total item Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah berjumlah 71. Uji Reliabilitas Peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah dengan menggunakan Cronbach Alpha

8 yang didasarkan pada konsistensi respons pada seluruh item dalam alat ukur (Anastasi & Urbina, 1997). Berdasarkan hasil uji reliabilitas tersebut, diketahui bahwa koefisien reliabilitas (α) yang didapat adalah sebesar 0.878, sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur ini reliabel karena memiliki konsistensi skor yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan menurut Kaplan dan Saccuzzo (2004) alat ukur dapat dikakatakan memiliki nilai reliabilitas yang baik apabila memiliki nilai korelasi sebesar 0,7 atau lebih. III.4.2. Alat Ukur Variabel 2 - Career Planning Scale Career Planning Scale merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Gould (1979) untuk mengukur perencanaan karir. Career Planning Scale terdiri dari 6 pernyataan, 3 diantaranya item favorable dan 3 lainnya merupakan item unfavorable. Uji reliabilitas pada alat ukur ini dilakukan oleh Gould (1979) pada 277 karyawan yang memiliki kategori pekerjaan antara lain yaitu teknisi, sales, profesional, dan manajer atau administrator. Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik internal consistency, diketahui bahwa alat ukur tersebut memiliki nilai coefficient alpha sebesar 0.80, sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut secara internal konsisten mengukur perencanaan karir. Selain itu, Gould (1979) juga melakukan uji reliabilitas dengan membagi subjek ke dalam tiga kelompok, dan berdasarkan hasil pengujian tersebut diketahui bahwa coefficient alpha pada masing-masing kelompok yaitu diatas Maka dapat dikatakan pula bahwa alat ukur tersebut nampak secara internal konsisten pada beberapa administrator (Gould, 1979). Sementara itu, pengujian validitas konstruk pada alat ukur ini dilakukan oleh Gould (1979) dengan menggunakan teknik analisis faktor. Career Planning Scale menggunakan skala Likert yang terdiri dari 6 pilihan jawaban dari STS (Sangat Tidak Sesuai sampai SS (Sangat Sesuai). Namun demikian, peneliti memodifikasi skala tersebut dengan mengubahnya ke dalam 4 pilihan jawaban skala Likert yang terdiri STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), S (Sesuai), dan SS (Sangat Sesuai). Modifikasi skala Likert dilakukan oleh peneliti karena berdasarkan pendapat expert judgement diketahui bahwa pilihan jawaban yang lebih sempit akan memudahkan partisipan untuk mengisi kuesioner. Peneliti melakukan adaptasi terhadap Career Planning Scale dengan melakukan translate - back translate, kemudian expert judgement kepada dua orang ahli. Didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa item yang pemilihan katanya perlu diformulasikan ulang untuk memperoleh kalimat yang lebih tepat tanpa mengubah content dalam item. Peneliti melakukan tryout kualitatif terhadap 5 individu yang merupakan rekan peneliti. Berdasarkan hasil tryout kualitatif tersebut diketahui bahwa tidak terdapat item yang sulit untuk dimengerti oleh partisipan, sehingga peneliti tidak merasa perlu untuk mengubah kembali kalimat dari setiap item dalam alat ukur ini.

9 Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan menghitung data yang didapatkan dari tryout kuantitatif terhadap 50 subjek yang memenuhi karateristik subjek penelitian tersebut. Berdasarkan hasil pengujian validitas alat ukur Career Planning Scale, diketahui bahwa terdapat satu item yaitu item nomor 6 yang memiliki nilai validitas rendah sebesar atau dibawah 0.2 yang merupakan batas minimal nilai validitas yang baik (Anastasi & Urbina, 1997). Oleh karena itu, peneliti melakukan eliminasi terhadap satu item yaitu item nomor 6 tersebut untuk meningkatnya nilai validitasnya. Uji Reliabilitas Teknik pengujian reliabilitas terhadap alat ukur Career Planning Scale dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha yang didasarkan pada konsistensi respons pada semua item dalam alat ukur (Anastasi & Urbina, 1997). Dari hasil uji reliabilitas ini, didapatkan hasil bahwa alat ukur Career Planning Scale ini reliabel dengan nilai r sebesar 0,771. Hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam Kaplan dan Saccuzzo (2004) bahwa reliabilitas yang dianggap baik biasanya terletak pada korelasi sebesar 0,7 atau lebih. III.5. Teknik Pengolahan Data Dalam melakukan proses pengolahan data menggunakan SPSS (Special Package for Social Science), peneliti menggunakan beberapa teknik untuk memudahkan proses analisis data. Adapun teknik yang digunakan adalah (1) Statistik Deskriptif, untuk melihat gambaran umum mengenai karakteristik subjek penelitian berdasarkan nilai rata-rata atau mean, frekuensi, dan presentasi dari skor yang didapatkan. Adapun data yang peneliti olah dalam statistik deskriptif adalah daerah asal tempat tinggal subjek, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, lama subjek menjalani hubungan dengan pasangannya, dan rencana subjek untuk menikah; (2) Pearson Correlation, untuk melihat besar dan arah hubungan linier antara kedua variabel yang diukur (Gravetter & Wallnau, 2008). Dalam penelitian ini, variabel yang ingin diketahui hubungannya adalah perencanaan karir dan kesiapan menikah; (3) One-Way Analysis of Variance (ANOVA), untuk melihat signifikansi perbedaan nilai rata-rata atau mean antara dua kelompok atau lebih yang saling berdiri sendiri satu sama lainnya (Gravetter & Wallnau, 2008). Teknik ini digunakan untuk melihat signifikansi perbedaan nilai rata-rata atau mean perencanaan karir dan kesiapan menikah ditinjau dari variabel usia, pekerjaan, lama bekerja, tingkat pendidikan, lama hubungan dengan pasangan, serta rencana menikah dengan pasangan. Hasil Penelitian IV.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 100 wanita dewasa muda awal yang berkerja dan memiliki pasangan, serta berdomisili di berbagai wilayah kota di Indonesia. Diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian yaitu sebanyak 58% berdomisili di wilayah DKI Jakarta. Berikut merupakan tabel yang berisikan informasi mengenai gambaran usia dan pendidikan subjek berikut jenis pekerjaan dan lama bekerjanya. Tabel 4.2. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan, dan Lama Bekerja

10 Aspek Demografis Klasifikasi Usia Total Pendidikan SMA/SMK Diploma S S Total Pekerjaan Pegawai Profesional Wiraswasta Lain-lain Total Lama Bekerja 1-12 bulan bulan bulan bulan >48 bulan Total Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa sebagian besar subjek penelitian merupakan lulusan S1 dikarenakan memang mereka berusia tahun, dimana dalam tahapan usia tersebut umumnya individu baru memperoleh gelar sarjana. Kemudian, sebagian besar dari mereka, yaitu sebanyak 58 % merupakan pegawai yang bekerja di perusahaan. Hal tersebut juga dikarenakan setelah memperoleh gelar sarjana pada umumnya individu akan bekerja di perushaan. Dikarenakan sebagian besar subjek penelitian berprofesi sebagai pegawai fresh graduate di perusahaan, maka lama bekerja mereka dapat dikatakan baru sebentar, yaitu selama 1-12 bulan. Selain itu, peneliti juga melihat aspek demografis lain yang dapat mendukung hasil penelitian, yaitu lama berpacaran dan rencana menikah subjek. Tabel 4.3. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Lama Menjalin Hubungan Pacaran dan Rencana Pernikahan Aspek Demografis Klasifikasi Usia Total Lama Berpacaran 1-12 bulan bulan bulan bulan bulan Total Rencana Pernikahan

11 > Total Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui bahwa sebagian besar subjek penelitian, menjalin hubungan berpacaran dengan pasangannya selama 1-12 bulan. Hal tersebut dapat dikarenakan individu yang baru memasuki tahapan usia dewasa muda awal tersebut, sehingga tidak heran apabila sebagian besar dari mereka baru menjajaki hubungan pacaran. Dikarenakan masa pacaran mereka yang belum terlalu lama dan usia yang masih tergolong awal dewasa muda, maka banyak dari mereka yang memiliki rencana menikah pada beberapa tahun kedepan yaitu 2014 dan bahkan 2016 keatas. IV.2. Gambaran Umum Kesiapan Menikah Wanita Dewasa Muda yang Bekerja Berdasarkan hasil penghitungan statistik deskriptif yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa skor rata-rata minimum kesiapan menikah subjek penelitian adalah 2.13, sementara itu, skor rata-rata maksimumnya adalah Tabel 4.6 di bawah ini akan memaparkan mengenai persebaran skor kesiapan menikah secara lebih lanjut. Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa persebaran skor subjek hampir merata proporsinya. Namun, masih lebih didominasi oleh subjek yang termasuk ke dalam kategori skor kesiapan menikah rendah, yaitu dengan presentase sebesar 56% dan 54% sisanya memiliki skor kesiapan menikah yang tergolong tinggi. Tabel 4.6 Persebaran Skor Kesiapan Menikah Kategorisasi Skor Rata-rata Skor Frekuensi Kesiapan Menikah Rendah Kesiapan Menikah Tinggi Kemudian, berdasarkan penghitungan rata-rata skor subjek pada masing-masing area kesiapan menikah diketahui bahwa rata-rata skor per item paling tinggi ditemui pada area minat dan pemanfaatan waktu luang yaitu sebesar Selanjutnya, peneliti juga melakukan penghitungan untuk melihat gambaran umum skor kesiapan menikah subjek berdasarkan data demografis. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan mean kesiapan menikah yang signifikan pada wanita dewasa muda yang bekerja ditinjau dari aspek demografis usia, pendidikan, lama menjalin hubungan berpacaran, maupun rencana menikah. Maka, dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan kesiapan menikah antara subjek yang berusia di bawah rata-rata dan di atas rata-rata, subjek dengan latar belakang pendidikan SMA/SMK, Diploma, S1, dan S2, subjek yang lama berpacarannya di bawah rata-rata dan di atas rata-rata, serta subjek yang akan menikah pada tahun 2013, 2014, maupun subjek yang akan menikah diatas tahun IV.3. Gambaran Umum Perencanaan Karir Wanita Dewasa Muda yang Bekerja Berdasarkan penghitungan yang dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif, diketahui bahwa skor rata-rata minimum subjek penelitian untuk skor perencanaan karir adalah 2.0 dan skor rata-rata maksimumnya adalah 3.2.

12 Diketahui bahwa mayoritas subjek, yaitu sebesar 80% memiliki skor perencanaan karir tinggi, sedangkan 20% nya termasuk kedalam kategori skor perencanaan karir rendah. Berikut merupakan tabel yang menjelaskan persebaran rata-rata skor perencanaan karir. Tabel 4.8 Persebaran Skor Perencanaan Karir Kategorisasi Skor Rata-rata Skor Frekuensi Perencanaan Karir Rendah Perencanaan Karir Tinggi Selain melihat persebaran skor perencanaan karir subjek, peneliti secara spesifik juga melakukan penghitungan untuk melihat gambaran umum skor perencanaan karir subjek ditinjau dari data demografis. Berdasarkan hasil pengolahan data, ditemukan bahwa tidak terdapat satupun aspek demografis yang memiliki perbedaan rata-rata skor perencanaan karir yang signifikan. Maka, dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan perencanaan karir antara subjek yang berada pada kelompok usia tahun dan tahun, subjek yang memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK, Diploma, S1, maupun S2, subjek yang bekerja sebagai pegawai, profesional, wiraswasta, maupun pekerjaan lainnya serta subjek yang lama bekerjanya di bawah rata-rata dan di atas rata-rata. IV.4. Hubungan antara Perencanaan Karir dan Kesiapan Menikah Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan teknik Pearson Correlation, didapatkan hasil bahwa koefiesien korelasi antara perencanaan karir dan kesiapan menikah adalah sebesar r = (p < 0.05) dengan arah positif. Artinya, semakin positif atau semakin tinggi perencanaan karir, maka semakin tinggi pula kesiapan menikahnya. Oleh karena adanya hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini, yaitu perencanaan karir dan kesiapan menikah, maka hipotesis null (Ho) dalam penelitian ini ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. Disamping itu, didasarkan pada keingintahuan, peneliti juga melakukan penghitungan untuk melihat hubungan antara area-area kesiapan menikah dengan perencanaan karir. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan, diketahui bahwa terdapat dua area kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif dan signifikan dengan perencanaan karir, yaitu keuangan dan pembagian peran suamiistri. Pembahasan Hasil penelitian sejalan dengan hipotesis yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti, yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah. Artinya, semakin baik perencanaan karir individu, maka akan semakin baik pula kesiapan menikahnya, dan sebaliknya. Hal tersebut relevan dengan studi literatur yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dimana perencanaan karir dan kesiapan menikah merupakan hal yang sama-sama dianggap penting oleh individu dewasa muda. Seperti yang dijelaskan oleh Papalia, Olds, dan Feldman (2009) bahwa individu pada tahapan usia dewasa muda memang memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus

13 dilakukan dalam waktu yang bersamaan, yaitu memasuki dunia kerja atau meniti karir dan memilih pasangan hidup serta membuat komitmen hubungan dengan lawan jenisnya melalui pernikahan. Disamping itu, melalui perencanaan karir yang baik akan diperoleh sumber finansial yang merupakan hal penting bagi individu sebelum memasuki kehidupan pernikahan, dimana kebutuhan hidup seperti keperluan rumah, transportasi, makanan, kesehatan, rekreasi, pendidikan dan kebutuhan lainnya diharapkan dapat terpenuhi (DeGenova, 2008). Maka, tidak heran apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah, karena untuk dapat dikatakan siap menikah, individu harus siap pula dari segi finansial untuk menjalani kehidupan pernikahannya nanti. Selanjutnya, secara lebih spesifik, terdapat korelasi positif antara area kesiapan menikah keuangan dengan perencanaan karir, yaitu dengan nilai r sebesar (p < 0.01). Hasil analisis tersebut dapat diartikan bahwa kekayaan, stabilitas ekonomi, serta pengendalian keuangan yang baik yang dimiliki secara individual dipengaruhi oleh perencanaan karir yang baik pula. Hal tersebut didukung oleh penyataan Purwoko (2011) bahwa untuk memperoleh keadaan memiliki keuangan yang cukup untuk mendukung seluruh kebutuhan hidup dibutuhkan suatu perencanaan karir yang tepat pula. Terdapat juga hubungan antara area kesiapan menikah pembagian peran suami-istri dengan perencanaan karir dengan nilai r sebesar (p < 0.05). Hal tersebut relevan dengan pernyataan Thompson (1991 dalam DeGenova, 2008) yang menjelaskan bahwa kesepakatan mengenai pembagian peran dalam rumah tangga merupakan hal yang penting, terutama untuk hubungan pasangan itu sendiri dan kualitas hubungan orang tua dengan anak. Dalam konteks penelitian ini, wanita yang bekerja tentunya akan memiliki peran dalam rumah tangga yang berbeda dengan wanita yang tidak bekerja. Kemudian, berdasarkan perhitungan rata-rata skor subjek penelitian pada setiap area kesiapan menikah diketahui bahwa area yang memiliki rata-rata skor paling tinggi adalah minat dan pemanfaatan waktu luang, yaitu sebesar Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini merupakan individu dengan karakteristik menekankan pentingnya kesamaan minat dengan pasangannya. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar subjek berusia awal dewasa muda, dimana dalam tahapan usia tersebut, individu sedang memiliki kebebasan untuk mengeksplor pengalaman, peran, gaya hidup serta hal lain yang mereka minati sebelum berkomitmen dalam hal karir maupun percintaan (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Disamping itu, pernyataan Miller dan Perlman (2009 dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) juga mendukung hasil penelitian ini, bahwa pada dasarnya individu akan merasa lebih senang apabila menemukan orang yang memiliki kesamaan atau kemiripan dengan dirinya, sehingga mereka dapat berbagi minat, pengalaman serta asal usul yang sama. Gambaran umum persebaran skor kesiapan menikah subjek penelitian hampir merata, yaitu 56% dari keseluruhan subjek diketahui memiliki kesiapan menikah rendah dan 54% lainnya memiliki kesiapan menikah tinggi. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena sebagian besar subjek penelitian, yang berusia tahun tersebut, baru menjalani hubungan berpacaran selama 1-24 bulan. Cukup banyak pula dari mereka yang memiliki rencana menikah dalam jangka waktu masih terbilang lama, yaitu hingga diatas tahun Kemungkinan lain yang menyebabkan persebaran skor kesiapan menikah subjek penelitian lebih banyak di kategori rendah, adalah dikarenakan faktor-faktor lain yang tidak dikontrol dalam penelitian ini.

14 Dalam hal perencanaan karir, diketahui bahwa sebagian besar subjek penelitian menunjukkan persebaran skor perencanaan karir kategori tinggi, yaitu sebanyak 80% dan 20% sisanya menunjukkan skor perencanaan karir kategori rendah. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan subjek dalam penelitian ini merupakan wanita dewasa muda awal yang sudah bekerja, sehingga mereka sudah menetapkan tujuan serta rencana mengenai karir mereka kedepannya. Disamping itu, perencanaan karir yang ingin dilihat dalam konteks penelitian ini berdasarkan alat ukur yang digunakan memang fokus pada tahap perencanaan dari segi kognitif saja, tidak sampai tahap implementasi, sehingga memang pada umumnya individu dewasa muda awal sudah memiliki perencanaan dari segi kognitif tersebut. Selanjutnya, didapatkan hasil pula bahwa tidak terdapat perbedaan mean perencanaan karir dan kesiapan menikah yang signifikan pada setiap kelompok kategorisasi dari data demografis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gould (1979) bahwa usia, tingkat pendidikan, dan lama menekuni pekerjaan tidak berhubungan secara signifikan dengan perencanaan karir. Namun, untuk kesiapan menikah, hasil tersebut berkebalikan dengan penjelasan DeGenova (2008) bahwa usia dan tingkat pendidikan mempengaruhi kesiapan menikah individu. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. Diketahui pula informasi tambahan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perencanaan karir dan dua area kesiapan menikah, yaitu area keuangan dan area pembagian peran suami istri. Selanjutnya, berdasarkan gambaran umum persebaran skor total kesiapan menikah, diketahui bahwa persebaran skor subjek penelitian cukup merata, namun masih didominasi oleh subjek yang memiliki kesiapan menikah rendah. Sementara untuk perencanaan karir, diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki perencanaan karir tinggi. Sedangkan untuk Apabila ditinjau berdasarkan hasil analisis data yang melibatkan aspek demografis subjek, diketahui bahwa data demografis dan informasi penunjang penelitian tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perbedaan mean perencanaan karir dan kesiapan menikah untuk setiap kelompok kategorisasi ditinjau dari variabel usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, lama menjalin hubungan pacaran serta rencana melangsungkan pernikahan. Saran Pada penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar persebaran data demografis subjek lebih diperhatikan lagi sehingga menjadi lebih merata. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti tidak hanya meneliti perencanaan karir dan kesiapan menikah pada wanita saja, melainkan juga pada pria. Dengan begitu, dapat diketahui informasi yang lebih lengkap mengenai kedua belah pihak yang terlibat dalam suatu hubungan. Partisipan penelitian juga sebaiknya tidak hanya wanita yang bekerja saja, melainkan juga yang tidak bekerja karena perencanaan karir juga mungkin dimiliki oleh individu yang tidak bekerja. Kemudian, agar didapatkan gambaran umum perencanaan karir yang lebih luas, maka sebaiknya alat ukur yang digunakan berisikan item-item yang mengukur perencanaan karir secara lebih mendalam. Terakhir, penelitian selanjutnya

15 diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini, misalnya dengan meneliti perencanaan karir dan kesiapan menikah secara lebih spesifik seperti hubungan perencanaan karir dengan setiap area dari kesiapan menikah Kepustakaan Abele, A. E., & Wiese, B. S. (2008). The Nomological Network of Self- Management Strategies and Career Success. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 81, Adekola, B. (2011). Career Planning and Career Management as Correlates for Career Development and Job Satisfaction: A Case Study of Nigerian Bank Employees. Australian Journal of Business and Management Research, Vol.1, No.2, Anindyojati, R. (2012). Hubungan anara Cinta (Sternberg s Triangular Theory of Love) dan Kesiapan menikah pada Dewasa Muda yang Menjalani Long Distance Relationship. Skripsi. Universitas Indonesia. Allen, S. M. & Kalish, R. A. (1984). Professional Woman and Marriage. Journal of Marriage and The Family, 46 (5), Arnold, J. et al. (2010). Work Psychology: Understanding Human Behavior in the Workplace. England: Financial Times Prentice Hall. Badger, S. (2005). Ready or Not? Perception of Marriage Readiness among Emerging Adults. Disertasi. Brigham Young University. Barnett, B. R., & Bradley, L. (2007). The Impact of Organizational Support for Career Development on Career Satisfaction. Career Development International, 12, Blood, R.O., (1969). Marriage (2 nd edition). New York: The Free Press. Boyd, D. & Bee, H. L. (2009). Lifespan Development. USA: Pearson. Caroll, et al. (2009). Ready or Not?: Criteria for Marriage Readiness Among Emerging Adults. Journal of Adolescent Research. Vol. 24, No. 3, Hal Cartwright, C., & King, V. (2004). California Career Planning Guide January 15, DeGenova, M.K. (2008). Intimate Relationships, Marriages, & Families (7 th edition). New York: McGraw-Hill. Duvall, E.M., & Miller, B.C. (1985). Marriage and Family Development (6 th edition). New York: Harper and Row Publishers Inc. Elder, G. H. (1974). Role Orientation, Marital Age, and Life Patterns in Adulthood. Merrill-Palmer Quarterly of Behavior and development, 18 (1), Fisher, T. A., & Griggs, M. B. (1995). Factors that Influence the Career Development of African-American and Latino Youth. The Journal of Vocational Education Research, 20 (2), Fowers, B. J. & Olson, D. H. (1989). Enrich Marital Inventory: A Discriminant Validity and Cross-Validity Assessment. Journal of Marital and Family. Frieze, I. H., Parsons, J. E., Johnson, P. B., Ruble, D. N., Zellman, G. I. (1978). Women and Sex Roles: A Social Psychological Perspective. New York: Norton. Gould, S. (1979). Characteristics of Career Planners in Upwardly Mobile Occupations. Academy of Management Journal, Vol.22, No.3,

16 Granrose, C. S., & Portwood, J.D. (1987). Matching Individual Career Plans and Organizational Career Management. Academy of Management Journal, Vol.30, No.4, Gravetter, F.J., & Forzano, L.B. (2009). Research Methods for The Behavioral Science. Belmont: Wadsworth. Gullotta, T. P., Adams, G. R., & Alexander, S. J. (1986). Today s Marriage and Families. California: Brooks/Cole Publishing Co. Hall, D. T., & Foster, L. W. (1977). A Psychological Success Cycle and Goal Setting: Goals, Performance, and Attitudes. Academy of Management Journal, Vol. 20, No. 2, Holman, T. B., Larson, J.H., & Harmer, S.L. (1994). The Development and Predictive Validity of a New Premarital Assessment Instrument: The Preparation for Marriage Questionnaire. Journal of Family Relations, Vol. 43 (1), Holman, T. B. & Li, B. D. (1997). Premarital Factors Influencing Perceived Readiness for Marriage. Journal of Family Issues, Vol. 18 (2), Issacson, L. E. (1985). Basics of Career Counseling. Newton, MA: Allyn and Bacon. Kaplan, R. M., & Saccuzzo, D. P. (2004). Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues (6th Ed.). Canada: Wadsworth Cengage Learning. Khasawneh, S. (2010). Factors Influencing the Career Planning and Development of University Students in Jordan. Australian Journal of Career Development, Vol. 19, No.2, Koen et al. (2010). Job Search Strategies and Reemployment Quality: The Impact of Career Adaptability. Amsterdam: Department of Work and Organizational Psychology, University of Amsterdam. Kumar, R. (2005). Research Methodology (2 nd edition). London: Sage Publication. Morris, M. L. & Carter, S. A. (1999). Transition to Marriage: A Literature Review. Journal of Family and Consumer Science Education, Vol. 17 (1). Mosko, J. E. & Pistole, M. C. (2010). Attachment and Religiousness: Contribution to Young Adult Marital Attitudes and Readiness. The Family Journal Counseling and Therapy for Couples nad Families. Vol. 18, No. 2, Hal Neeman, Z., Newman, A. F., & Olivetti, C. (2008). Are Career Woman Good for Marriage?. Boston: Research by Department of Economics, Boston University. Oktrina, H. S. (1998). Penyesuaian Perkawinan Antar Etnik: Studi Kualitatif pada Wanita Batak yang Menikah dengan Pria Suku Lain. Depok: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Olson, D. & DeFrain, J. (2006). Marriage and Family Intimacy, Diversity, and Strengths (5 th edition). New York: McGraw-Hill. Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human Development (11 th edition). NewYork: McGraw-Hill. Pearson, C. & Ananthram, S. (2008). Career Development, Job Satisfaction, and Career Commitment: Evidence from the Singaporean Hospitality Industry. Journal of Bussiness Management, Vol 12 (2).

17 Puah, P. & Ananthram, S. (2006). Exploring the Antecedents and Outcomes of Career Development Initiatives: Empirical Evidence from Singaporean Employees. Research and Practice in Human Resource Management, 14 (1), Purwoko, B. J. (2011). Perencanaan dan Pengembangan Karir Menuju Kebebasan Finansial. Saks, A. M., & Ashforth, B. E. (2002). Is Job Search Related to Employment Quality? It all Depends on the Fit. Journal of Applied Psychology, 87, Sarwono, S. W. (2005). Families in Global Perspective: Families in Indonesia. In Jaipaul L. Roopnarine & Uwe P. Gielen (Ed). USA: Pearson Education, Inc. Seccombe, K. & Warner, R. L. (2004). Marriages and Family: Relationship in Social Context. Canada: Wadsworth/Thomson Learning, Inc. Seniati, L., Yulianto A., & Setiadi, B. N. (2009). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT Indeks. Unger, R. & Crawford, M. (1992). Woman & Gender: A Feminist Psychology. New York: McGraw-Hill. Waddell, J., & Bauer, M. (2005). Career Planning and Development for Students: Building a Career in a Professional Practice Discipline. Canadian Journal of Career Development Vol 4, No 2. Wiryasti, C. H. (2004). Modifikasi dan Uji Validitas dan Reliabilitas Inventori Kesiapan Menikah. Tesis. Depok: Universitas Indonesia. diunduh pada 7 Januari :19 WIB diunduh pada 7 Januari :36 WIB diunduh pada 1 November 2012, WIB

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN KERJA DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN KERJA DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN KERJA DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA (The Correlation between Occupational Commitment and Readiness for Marriage in Young Adult Working Women) Neysa

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis statistik nonparametrik dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia Tahun Yang Belum Menikah

Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia Tahun Yang Belum Menikah Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia 26-29 Tahun Yang Belum Menikah Catri Damayanti Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi.¹ Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Hubungan antara Attachment dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Sedang Menjalani Hubungan Jarak Jauh

Hubungan antara Attachment dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Sedang Menjalani Hubungan Jarak Jauh Hubungan antara Attachment dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Sedang Menjalani Hubungan Jarak Jauh Penyusun: Putri Husna Raditya Pembimbing: Mellia Christia, M.Si, M.Phil, Psikolog Program Studi

Lebih terperinci

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ketiga ini, penulis akan memaparkan metode dari penelitian ini yang meliputi partisipan penelitian (didalamnya terdapat karakteristik partisipan, teknik pengambilan sampel,

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DWI NINGSIH ARIANI Dr. Maya Rosmayati Ardiwinata, M. Si 1 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US:

DAFTAR PUSTAKA. Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US: DAFTAR PUSTAKA Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US: Wadsworth Cengage Learning. Arishanti, K. I. (2007). Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional, dan Kepuasan Kerja

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian akan dibahas tentang masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, metode pegumpulan data, alat ukur penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membina hubungan

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

Penyusun: Umaira Fotineri. Pembimbing: Dr. Adriana Soekandar, M. Sc. Program Studi S1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Penyusun: Umaira Fotineri. Pembimbing: Dr. Adriana Soekandar, M. Sc. Program Studi S1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Hubungan antara Sikap Terhadap Pernikahan dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dari Keluarga Bercerai (Correlation Between Attitudes Toward Marriage and Readiness for Marriage in Young Adult Whose Parents

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai simpulan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Pada bab ketiga ini akan dijelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, subjek penelitian, tipe dan desain penelitian, alat ukur yang digunakan dan prosedur pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, masalah yang diteliti secara konseptual dan operasional, penjabaran variabel-variabel yang terkait, dan beberapa hal berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai desain penelitian, variabel penelitian dan subyek penelitian. Setelah itu, akan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 29 BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan masalah penelitian, hipotesis berdasarkan permasalahan dalam penelitian, variabel-variabel penelitian yang akan diteliti, populasi dan

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i 34 4. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metode dimulai dengan partisipan penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, tipe

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. yaitu sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (Sugiyono, 2009). Desain ini sangat

Lebih terperinci

Hubungan antara Optimisme Terhadap Hubungan dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dari Keluarga Bercerai

Hubungan antara Optimisme Terhadap Hubungan dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dari Keluarga Bercerai Hubungan antara Optimisme Terhadap Hubungan dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dari Keluarga Bercerai Abstrak: Penyusun: Mariska Ariesthia Pembimbing: Dr. Adriana Soekandar, M. Sc. Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, namun dikarenakan penelitian ini bukan bertujuan

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 23 4. METODE PENELITIAN 4.1. Responden Penelitian 4.1.1. Karakteristik Responden Dalam penelitian ini yang akan menjadi responden adalah karyawan sales dan marketing pada perusahaan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b)

DAFTAR PUSTAKA. American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b) DAFTAR PUSTAKA American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b) Atwater,E. (1983). Psychology of adjustment (2 nd ed). New Jersey: Prentice Hall, Inc Bell, R.R. (1973). Marriage and

Lebih terperinci

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas Psikometri Modul ke: Aplikasi uji Reliabilitas dan Fakultas Psikologi Validitas Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Manual Uji Reliabilitas 2 Kruder-Richardson (K-R 20) =

Lebih terperinci

4. METODOLOGI PENELITIAN

4. METODOLOGI PENELITIAN 4. METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metodologi dimulai dengan menjelaskan populasi dan sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel, populasi dan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun isi dari metode penelitian adalah permasalahan, hipotesis, dan variabel yang

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK Perkawinan saat ini diwarnai dengan gaya hidup commuter marriage. Istri yang menjalani

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara selfcompassion dan kesejahteraan subjektif pada suami yang menjalani commuter marriage di kota Bandung. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran Studi Deskriptif Mengenai Emotional Intelligence Pada Siswa dan Siswi SMA Negeri X yang Berpacaran Muhamad Chandika Andintyas Dibimbing oleh : Esti Wungu S.Psi., M.Ed ABSTRAK Emotional Intelligence adalah

Lebih terperinci

3. METODE PE ELITIA Partisipan Penelitian

3. METODE PE ELITIA Partisipan Penelitian 32 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, partisipan penelitian (meliputi karakteristik partisipan, teknik pengambilan sample, dan jumlah partisipan), instrumen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai variasi nilai, baik itu kejadian, situasi, perilaku maupun karakteristik

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 42 4. METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini membahas mengenai responden penelitian, peneliti, tipe dan desain penelitian, alat ukur penelitian, cara pengolahan data, metode pengumpulan data, dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 40 4. METODE PENELITIAN Bab ini terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan membahas responden penelitian yang meliputi karakteristik responden, teknik pengambilan sampel, jumlah

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian 39 BAB 3 Metode Penelitian Bab ini akan membahas metode penelitian yang terdiri atas perumusan masalah, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian, alat ukur atau instrumen akan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai metodelogi penelitian yang meliputi Variabel Penelitian & Definisi Operasional, Subyek Penelitian & Tehnik Sampling, Desain Penelitian, Alat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2010). Gejala bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2010). Gejala bersifat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2010). Gejala bersifat membedakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab

Lebih terperinci

Sebelumnya, mari mengenal apa itu aspirasi? Kita biasa menyebutkan dengan

Sebelumnya, mari mengenal apa itu aspirasi? Kita biasa menyebutkan dengan M engenal I m pian Peserta Jam bo re Sahabat Anak XV VI. Dear voluntir JSA XVI, Ada 1192 suara dari impian para peserta JSA XVI yang tertulis dalam spanduk dan kapsul harapan salah satu sesi dalam JSA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Hal yang dibahas diantaranya lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Sugiyono (2007:3) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

Lebih terperinci

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging STUDI DESKRIPTIF MENGENAI CINTA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP YOLANDA CHYNTYA NOVIYANTI BASARIA 190110100132 ABSTRACT Cinta dapat dipahami sebagai sebuah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1.1 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri dan keberadaannya diharapkan mampu

Lebih terperinci

27 Universitas Indonesia

27 Universitas Indonesia 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan metode yang digunakan dalam penelitian ini, dimulai dengan deskripsi permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan dimulai dengan menjelaskan mengenai rancangan penelitian, populasi dan sample penelitian,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas edisi:4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas edisi:4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas edisi:4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fard, M. K.; Shahabi, R.; & Zardkhaneh,

Lebih terperinci

Abstrak. v Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. v Universitas Kristen Maranatha Abstrak Individu yang menjalani hubungan jarak jauh dalam berelasinya banyak yang mengalami kesulitan, namun ada pula yang dapat mempertahankan hubungannya. Maka dari itu penelitian ini ingin mengetahui

Lebih terperinci

Psikometri Reliabilitas 2

Psikometri Reliabilitas 2 Modul ke: Psikometri Reliabilitas 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Reliabilitas 2 TIPE-TIPE RELIABILITAS Test-Retest Reliability Alternate-Form Reliability

Lebih terperinci

iv Universitas Kristen Maranatha

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Psychological Well-Being pada pensiunan bank X di Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode Accidental Sampling dan didapatkan sampel berjumlah

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum dan spesifik mengenai persepsi penerapan Student Centered Learning serta keduabelas prinsipnya pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior).

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior). BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional 3.1.1.1 Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV. A. Subyek Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan mengenai karakteristik subyek, jumlah subyek, dan teknik pengambilan sampel. IV. A. 1. Karakteristik Subyek Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 PERMASALAHAN, HIPOTESIS, DAN VARIABEL

BAB 3 PERMASALAHAN, HIPOTESIS, DAN VARIABEL 27 BAB 3 PERMASALAHAN, HIPOTESIS, DAN VARIABEL Sebuah penelitian memerlukan permasalahan yang hendak dijawab untuk mengarahkan penelitian. Selain itu, variabel-variabel dan hipotesis juga diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai populasi dan subjek penelitian, metode penelitian, variabel dan definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Resolusi Konflik Setiap orang memiliki pemikiran atau pengertian serta tujuan yang berbeda-beda dan itu salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu hubungan kedekatan

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA 18-25 TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN Eka Riyanti Purboningsih, S.Psi., M.Psi. 1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini difokuskan pada pasangan yang sudah menikah dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara locus of control dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang menempuh Usulan Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah guru SMK yang mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kecamatan Pesanggrahan. Dilaksanakan pada 30 November sampai

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Berikut ini merupakan variabel-variabel dari penelitian: Motorik kasar adalah keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RESOLUSI KONFLIK DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA EMERGING ADULT

HUBUNGAN ANTARA RESOLUSI KONFLIK DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA EMERGING ADULT HUBUNGAN ANTARA RESOLUSI KONFLIK DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA EMERGING ADULT Nyayanda Roselly, Lisa Ratriana nyayandaroselly@gmail.com ABSTRACT This research is examined to understand the relationship

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk mengetahui pengaruh self-efficacy dan openness terhadap readiness

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. 25 Universitas Indonesia. Gambaran Optimisme..., Binta Fitria Armina, F.PSI UI, 2008

3. METODE PENELITIAN. 25 Universitas Indonesia. Gambaran Optimisme..., Binta Fitria Armina, F.PSI UI, 2008 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun metode penelitian ini meliputi permasalahan, hipotesis, dan variabel yang diajukan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional a. Perceived social support Perceived social support biasanya didefinisikan sebagai persepsi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA GAIRAH SEBAGAI KOMPONEN CINTA DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA MUDA READINESS AMONG YOUNG ADULTHOOD

UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA GAIRAH SEBAGAI KOMPONEN CINTA DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA MUDA READINESS AMONG YOUNG ADULTHOOD UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA GAIRAH SEBAGAI KOMPONEN CINTA DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA MUDA RELATIONSHIP BETWEEN PASSION AS COMPONENT OF LOVE AND MARRIAGE READINESS AMONG YOUNG ADULTHOOD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pernikahan merupakan komitmen yang disetujui oleh dua pihak secara resmi yang dimana kedua pihak tersebut bersedia untuk berbagi keitiman emosional & fisik, bersedia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran karier peserta didik. Sugiyono menjelaskan

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 1

Psikometri Validitas 1 Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Pengertian: VALIDITAS Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE. Hubungan kesepian dan..., Nuzuly tara Sharaswati, FPsi Universitas Indonesia

BAB 3 METODE. Hubungan kesepian dan..., Nuzuly tara Sharaswati, FPsi Universitas Indonesia 29 BAB 3 METODE 3.1 Permasalahan Penelitian Permasalahan yang akan dipertanyakan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara kesepian dan agresi pada remaja yang sedang berpacaran? 3.2

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi dan Karakteristik Sampel. populasi mahasiswa Universitas Indonesia.

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi dan Karakteristik Sampel. populasi mahasiswa Universitas Indonesia. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.1.1 Populasi dan Karakteristik Sampel Populasi menurut Pujiati dan Rusliah (2007) adalah seluruh anggota kumpulan objek yang jelas dan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA SUAMI DAN ISTERI YANG DIJODOHKAN DENGAN YANG TIDAK DIJODOHKAN. Wiken Tri Nurfitria Dewanti

PERBEDAAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA SUAMI DAN ISTERI YANG DIJODOHKAN DENGAN YANG TIDAK DIJODOHKAN. Wiken Tri Nurfitria Dewanti PERBEDAAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA SUAMI DAN ISTERI YANG DIJODOHKAN DENGAN YANG TIDAK DIJODOHKAN Wiken Tri Nurfitria Dewanti Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Pernikahan merupakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bagian pertama berisi permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini. Selain itu,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : mahasiswa, attachment style, long-distance relationship UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK. Kata Kunci : mahasiswa, attachment style, long-distance relationship UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan attachment style terhadap ibu dan terhadap pasangan pada Mahasiswa Universitas X Bandung yang menjalani long-distance relationship. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis, serta metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Andri 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 andric@minamas.co.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA Ade Tri Wijayanti, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci