HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN KERJA DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN KERJA DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN KERJA DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA (The Correlation between Occupational Commitment and Readiness for Marriage in Young Adult Working Women) Neysa Oktanina Pembimbing: Mellia Christia Muchlis, M.Si., M.Phil., Psikolog ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara komitmen kerja dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. Pengukuran komitmen kerja dilakukan menggunakan alat ukur Occupational Commitment, sedangkan pengukuran kesiapan menikah dengan menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 96 orang yang merupakan wanita dewasa muda yang bekerja. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen kerja dengan kesiapan menikah (r = 0.387, p < 0.01). Artinya, semakin tinggi komitmen kerja, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah, begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini, terdapat tiga area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan komitmen kerja, yaitu keuangan, anak dan pengasuhan, serta perubahan pada pasangan dan pola hidup. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa usia, tingkat pendidikan, lama bekerja, lama berpacaran, dan rencana pelaksanaan pernikahan tidak memberikan pengaruh terhadap komitmen kerja dan kesiapan menikah. Kata kunci: komitmen kerja, kesiapan menikah, dewasa muda, wanita bekerja 1

2 1. Pendahuluan Adanya pergerakan kaum wanita di Indonesia yang menuntut adanya kesamaan derajat dengan pria, membuat perbedaan gender di antara keduanya kini semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah angkatan kerja wanita di Indonesia. Menurut data Keadaan Tenaga Kerja di Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2012, selama Agustus 2010 Agustus 2011, jumlah tenaga kerja wanita bertambah orang, sedangkan tenaga kerja pria hanya bertambah orang. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah pekerja di Indonesia, terutama pekerja wanita, setiap tahun mengalami peningkatan. Perubahan tradisi pernikahan dalam kehidupan manusia, yaitu penundaan pernikahan pertama ke usia yang lebih lanjut, disebutkan DeGenova (2008) sebagai tren dalam pola pernikahan yang terjadi di Amerika Serikat pada beberapa dekade terakhir. Usia yang lebih tua saat pernikahan pertama ini seringkali diasosiasikan dengan kesejahteraan ekonomi dan pendidikan (DeGenova, 2008). Semakin tingginya tingkat pendidikan wanita, membuat wanita ingin memanfaatkan pendidikan tinggi yang mereka raih untuk investasi masa depannya, yaitu berupa karir. Berkarir merupakan salah satu tugas perkembangan bagi wanita yang berada pada rentang usia tahun, yang dapat digolongkan ke dalam tahap perkembangan dewasa muda. Duvall dan Miller (1985) menjelaskan pernikahan sebagai suatu hubungan yang dijalin oleh pria dan wanita yang diakui secara sosial, dengan tujuan melegalkan hubungan seksual dan pengasuhan anak yang sah, dan di dalamnya terjadi pembagian hubungan peran yang jelas bagi masingmasing pihak, baik suami maupun istri. Pernikahan juga dapat dikatakan sebagai bergabungnya dua sistem yang sangat kompleks, dua kepribadian yang berbeda menyatu dalam satu ikatan, dan tentunya akan menimbulkan banyak masalah dan perbedaan yang harus dapat dihadapi bersama. Pembagian peran dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang dibebankan kepada wanita biasanya lebih berat dibandingkan pria. Rapaport (1963 dalam Duvall dan Miller, 1985) mengatakan bahwa seorang dikatakan siap untuk menikah bila ia telah siap menyandang peran-peran barunya, yaitu sebagai suami atau istri, kemudian berusaha untuk terlibat terhadap perkawinannya dan mampu menyesuaikan pola-pola kepuasan yang didapatnya sebelum menikah, ke dalam kehidupan pernikahan. 2

3 Selain memerlukan kesiapan yang baik sebelum menikah, ternyata tugas perkembangan untuk bekerja secara bersamaan juga menuntut individu, terutama wanita, untuk memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena meskipun wanita memiliki beban pekerjaan rumah tangga yang lebih tinggi dibandingkan pria, tidak tertutup kemungkinan bahwa beban kerja pada wanita dalam pekerjaannya di luar rumah memiliki bobot yang sama dengan pria. Banyak wanita Indonesia dengan latar belakang pendidikan yang baik memilih untuk mengakhiri pekerjaan mereka setelah menikah, karena batasan yang diberikan oleh suami kepada mereka, atau karena terlalu sibuk mengurus anak (Sarwono, 2005). Pernikahan seringkali dianggap sebagai suatu hal yang menghambat karir wanita. Sebaliknya, peran wanita dalam pekerjaannya di luar rumah dianggap penting karena dapat menunjang kesiapan menikahnya dari segi financial resource. Hal ini disebabkan karena bekerja dan menikah merupakan dua tugas perkembangan yang penting dan hadir dalam waktu yang bersamaan saat individu menginjak tahap perkembangan dewasa muda. Dengan melihat hubungan di antara keduanya, kurangnya pengembangan penelitian dalam bidang pranikah, dan berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia terkait dengan pekerjaan dan pernikahan, seperti fenomena meningkatnya jumlah tenaga kerja wanita dan fenomena penundaan pernikahan, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara komitmen kerja dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. Penelitian ini diharapkan dapat membantu wanita yang hendak menikah untuk lebih mengetahui gambaran kesiapan menikah dan komitmen kerja yang dimilikinya untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik peran pada wanita di antara kedua area tersebut setelah menikah nantinya dengan cara melakukan asesmen sebelum menikah. 2. Tinjauan Teoritis 2.1. Kesiapan Menikah Kesiapan menikah didefinisikan oleh Larson (1988 dalam Carroll et al., 2009) sebagai evaluasi subjektif individu terhadap kesiapan dirinya untuk mengemban tanggung jawab dan tantangan dalam pernikahan. Stinnett (1969 dalam Carroll et al., 2009) mengemukakan bahwa kesiapan menikah memiliki kaitan dengan kompetensi pernikahan, yaitu kemampuan seseorang untuk menjalankan peran yang berhubungan dengan pernikahan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasangan dalam kehidupan pernikahan. Berdasarkan kedua penjelasan tersebut, Holman dan Li (1997) menyimpulkan kesiapan menikah sebagai kemampuan yang 3

4 dipersepsikan oleh individu untuk menjalankan peran dalam pernikahan, dan melihatnya sebagai aspek dari proses pemilihan pasangan atau perkembangan hubungan. Rapaport (1963 dalam Duvall dan Miller, 1985) mengatakan bahwa seorang dikatakan siap untuk menikah apabila ia telah siap menyandang peran-peran barunya, yaitu sebagai suami atau istri, kemudian berusaha untuk terlibat terhadap pernikahannya, dan mampu menyesuaikan pola-pola kepuasan yang didapatnya sebelum menikah ke dalam kehidupan pernikahan. Adapun area-area dalam kesiapan menikah menururt Wiryasti (2004) antara lain: 1) komunikasi, 2) keuangan, 3) anak dan pengasuhan, 4) pembagian peran suami dan istri, 5) latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, 6) agama, 7) minat dan pemanfaatan waktu luang, serta 8) perubahan pada pasangan dan pola hidup Komitmen Kerja Pekerja yang berkomitmen adalah seseorang yang bertahan pada pekerjaannya baik dalam keadaan susah maupun senang, hadir penuh secara rutin, melindungi aset perusahaan, bersama-sama mencapai tujuan perusahaan, dan sebagainya (Meyer & Allen, 1997). Komitmen kerja didefinisikan sebagai keyakinan dan penerimaan nilai-nilai seseorang terhadap pekerjaan yang dipilihnya, dan kemauan untuk mempertahankan pekerjaannya tersebut (Morrow & Writh, 1989; Ritzer & Trice, 1969; Sorensen & Sorensen, 1974 dalam Goswami, Mathew, & Chadha, 2007). Selain itu, Meyer, Allen, dan Smith (1993) juga mendefinisikan komitmen kerja sebagai sebuah keadaan psikologis yang cenderung konstan, yang menggambarkan keterikatan pekerja dengan pekerjaannya dan memiliki implikasi terhadap keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan pekerjaannya tersebut. Individu dengan komitmen kerja yang tinggi akan lebih mengasosiasikan dirinya dengan pekerjaannya, dan memiliki perasaan yang lebih positif tentang pekerjaannya, dibandingkan individu dengan komitmen kerja yang rendah (Lee, Carswell, & Allen, 2000). Komitmen kerja juga berhubungan dengan berbagai perilaku kerja, terutama apakah seseorang mau bertahan pada pekerjaannya atau tidak (Lee, Carswell, & Allen, 2000). Meyer, Allen, dan Smith (1993) membedakan komitmen kerja menjadi tiga komponen, yaitu komitmen afektif, komitmen kelanjutan, dan komitmen normatif Tahap Perkembangan Dewasa Muda Sepanjang hidupnya, individu akan terus berkembang memasuki berbagai fase perkembangan mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Pada setiap fase tersebut, 4

5 terdapat tugas-tugas perkembangan yang akan membantu individu untuk mengembangkan kemampuan kognitif, emosional, dan psikososialnya (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Salah satu fase yang akan dilalui individu dalam hidupnya adalah tahap perkembangan dewasa muda. Individu yang telah mencapai tahap dewasa muda juga dapat digolongkan ke dalam tahap keenam dari teori perkembangan psikososial Erikson, yaitu tahap intimacy versus isolation (1950; 1982 dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Pada tahap ini, kematangan perkembangan psikososial dapat dicapai ketika individu mampu mencapai resolusi dengan virtue berupa cinta: pengabdian antara pasangan yang telah memilih untuk berbagi kehidupan, memiliki anak, dan membantu anak-anak mereka mencapai perkembangan yang sehat (Papalia, Olds, & Feldman, 2009) Hipotesis Penelitian (1) Terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen kerja dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. (2) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen kerja dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. 3. Metode Penelitian Tipe penelitian didasarkan oleh tiga hal, yaitu penerapan penelitian, tujuan penelitian dan pendekatan pencarian informasi yang digunakan dalam penelitian (Kumar, 2005). Bila dilihat dari penerapan penelitian, penelitian ini adalah applied research, yaitu teknik, prosedur, dan metode penelitian yang diaplikasikan pada situasi, isu, problem atau fenomena, sehingga hasil penelitiannya dapat digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari (Kumar, 2005). Apabila dillihat dari tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian korelasional karena ditujukan untuk melihat korelasi antara dua variabel, yaitu variabel komitmen kerja dan kesiapan menikah. Sementara itu, berdasarkan pendekatan pencarian informasi, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yang berfungsi untuk melakukan pengukuran terhadap sebuah situasi atau masalah. Desain penelitian dapat dilihat dari tiga hal pula, yaitu jumlah kontak antara peneliti dengan partisipan penelitian, kerangka waktu penelitian, dan sifat penelitian. Dilihat dari jumlah kontak antara peneliti dengan partisipan penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam cross-sectional atau one-shot studies, karena hanya membutuhkan satu kali kontak dengan populasi atau satu kali pengambilan data. Bila dilihat dari kerangka waktunya, penelitian ini 5

6 masuk dalam kategori prospective study design, di mana penelitian ini ditujukan untuk melihat prevalensi sebuah situasi, masalah dan sikap, terkait dengan apa yang akan terjadi di masa mendatang (Kumar, 2005). Penelitian ini bersifat non-eksperimental, karena tidak melibatkan manipulasi atau kontrol yang ketat. Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi beberapa kriteria sebagai kepentingan proses analisis data, antara lain: wanita, berusia tahun, bekerja selama minimal 3 bulan, serta memiliki pacar dan berencana untuk menikah. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling methods, yang menurut Gravetter dan Forzano (2009) merupakan metode pengambilan sampel di mana kemungkinan terpilihnya seorang individu tidak diketahui karena peneliti tidak mengetahui jumlah populasi. Adapun metode nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling, di mana peneliti memilih partisipan berdasarkan ketersediaan dan kemauan partisipan untuk terlibat dalam penelitian (Gravetter & Forzano, 2009). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Occupational Commitment Scale (OCS) yang dikembangkan oleh Meyer, Allen, dan Smith pada tahun 1993 untuk mengukur komitmen kerja, dan Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah yang dikembangkan oleh Wiryasti untuk mengukur kesiapan menikah. Peneliti kemudian melakukan proses uji coba alat ukur kepada 50 orang subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian. Setelah melaksanakan proses uji coba alat ukur, peneliti melakukan perbaikan kata pada item-item serta mengeliminasi item-item yang terbukti kurang baik. Selanjutnya peneliti menggabungkan kedua alat ukur ke dalam kuesioner yang berbentuk booklet sebelum kemudian diperbanyak dan siap disebarkan kepada partisipan. Peneliti juga juga menyiapkan reward sebagai ucapan terima kasih atas kesediaan partisipan membantu pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Februari Untuk memperoleh data, peneliti memberikan kuesioner dalam bentuk booklet yang diberikan langsung kepada subjek yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan, serta memberikan softcopy booklet dan spreadsheet yang dikirimkan melalui kepada subjek penelitian yang sebelumnya sudah diketahui sesuai dengan karakteristik subjek penelitian namun sulit dijangkau oleh peneliti. Seluruh instruksi dalam alat ukur ini diberikan secara individual baik secara langsung maupun dari yang tertera di lembar pengisian. 6

7 Data yang terkumpul kemudian diseleksi berdasarkan kelengkapannya dan diskor sesuai dengan teknik scoring yang telah ditentukan sebelumnya. Total subjek yang didapatkan secara adalah sebanyak 100 orang, namun setelah dilakukan analisis terhadap data yang didapatkan, hanya 87 orang subjek yang datanya dapat digunakan. Adapun proses scoring dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan setelah itu data diolah dengan menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 20.0 dengan teknik-teknik: (1) Statistik Deskriptif untuk mengolah data partisipan dan data demografis seperti daerah asal subjek, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, lama subjek menjalin hubungan dengan pacarnya, serta rencana pelaksanaan pernikahan subjek, (2) Pearson Correlation untuk mengetahui besar dan arah hubungan linier dari dua variabel, (3) One-Way Analysis of Variance (ANOVA) untuk mengenahui signifikansi perbedaan mean antara lebih dari dua kelompok sebagai satu variabel terhadap variabel yang lain. 4. Hasil Penelitian 4.1. Gambaran Partisipan Subjek penelitian ini adalah wanita dewasa muda dengan rentang usia tahun, bekerja, memiliki pacar, dan memiliki rencana untuk menikah dengan pasangannya tersebut. Total subjek dalam penelitian ini adalah 87 orang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Adapun mayoritas subjek berdomisili di DKI Jakarta. Berdasarkan usianya, mayoritas subjek penelitian berusia antara tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, terbukti bahwa semakin tinggi usia subjek maka tingkat pendidikannya juga semakin bertambah, di mana 57.5% subjek dalam kelompok usia tahun merupakan lulusan S1, serta subjek pada kelompok usia tahun merupakan lulusan S2. Mayoritas pekerjaan subjek adalah pegawai, baik pegawai negeri sipil, pegawai BUMN, maupun pegawai swasta. Mayoritas subjek penelitian baru bekerja selama kurang dari 1 tahun. Analisis gambaran umum subjek berdasarkan rencana pelaksanaan pernikahannya menunjukkan bahwa mayoritas subjek berencana menikah dengan pasangannya dalam kurun waktu antara 1-12 bulan mendatang Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif yang telah dilakukan pada variabel kesiapan menikah, diketahui bahwa nilai minimum untuk rata-rata skor kesiapan menikah adalah 2.27, sedangkan nilai maksimumnya adalah Berdasarkan persebaran skor 7

8 kesiapan menikah, didapatkan persebaran terbanyak berada dalam kategori tinggi (76.1%) dan sisanya memiliki skor kesiapan menikah yang tergolong sedang (23.9%). Artinya, sebagian besar subjek mempersepsikan dirinya telah mampu untuk melaksanakan peran dalam kehidupan rumah tangga. Berdasarkan rata-rata skor per item, tampak bahwa area yang memiliki skor rata-rata terbesar adalah area agama, yaitu sebesar Peneliti menggunakan teknik one-way analysis of variance (ANOVA) untuk melihat perbedaan atau hubungan antara skor kesiapan menikah dengan aspek-aspek demografis yang diteliti. Namun ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan mean skor kesiapan menikah yang signifikan dilihat dari usia, pendidikan, lama berpacaran, maupun rencana pelaksanaan pernikahan pada wanita dewasa muda yang bekerja. Artinya, skor kesiapan menikah tidak dipengaruhi oleh usia, pendidikan, lama menjalin hubungan berpacaran, maupun rencana pelaksanaan pernikahan. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif yang telah dilakukan pada variabel komitmen kerja, diketahui bahwa nilai minimum untuk rata-rata skor komitmen kerja adalah 2.06, sedangkan nilai maksimumnya adalah 4. Jika dilihat persebaran skor komitmen kerja, maka akan tampak persebaran terbanyak berada dalam kategori sedang (66.7%) dan tidak terdapat satu pun subjek penelitian yang termasuk ke dalam kategori rendah. Artinya, sebagian besar subjek memiliki perasaan yang cukup positif tentang pekerjaannya, serta cukup terikat untuk tetap bertahan pada pekerjaannya. Secara spesifik, peneliti melakukan penghitungan untuk melihat skor rata-rata dari tiap komponen komitmen kerja, dan didapatkan hasil bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki skor rata-rata paling tinggi dalam komponen normatif, yaitu sebesar Artinya, subjek bertahan pada pekerjaannya karena rasa kewajiban dan nilai-nilai pribadi yang dianut oleh subjek. Dalam melakukan perhitungan mengenai hubungan antara komitmen kerja dan data demografis penelitian, peneliti menggunakan teknik one-way analysis of variance (ANOVA), namun tidak ditemukan perbedaan mean skor komitmen kerja yang signifikan ditinjau dari aspek usia, pendidikan, maupun lama bekerja wanita dewasa muda yang bekerja. Artinya, skor komitmen kerja tidak dipengaruhi oleh usia, pendidikan, maupun lama bekerja subjek. Berdasarkan pada perhitungan statistik menggunakan teknik pearson correlation untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel penelitian, diperoleh nilai r sebesar (p < 0.01, 2-tailed) dengan arah positif untuk korelasi antara komitmen kerja dan kesiapan 8

9 menikah. Artinya, semakin tinggi komitmen kerja, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah. Dengan adanya hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini, yaitu komitmen kerja dan kesiapan menikah, maka hipotesis null (H 0 ) ditolak dan hipotesis alternatif (H a ) diterima, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen kerja dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. Di samping melihat hubungan komitmen kerja dan kesiapan menikah secara keseluruhan, peneliti juga melakukan analisis terhadap hubungan antara komitmen kerja dengan beberapa area kesiapan menikah yang peneliti anggap memiliki hubungan langsung dengan komitmen kerja, antara lain keuangan, anak dan pengasuhan, pembagian peran suamiistri, minat dan pemanfaatan waktu luang, serta perubahan pada pasangan dan pola hidup. Melalui penghitungan dengan menggunakan teknik analisis pearson correlation, diketahui bahwa terdapat tiga area yang memiliki hubungan positif dan signifikan dengan komitmen kerja, yaitu area keuangan, anak dan pengasuhan, serta perubahan pada pasangan dan pola hidup. Area pertama adalah keuangan dengan nilai r sebesar (p < 0.05) yang artinya semakin tinggi skor komitmen kerja, maka skor area keuangan juga semakin tinggi. Area kedua adalah anak dan pengasuhan dengan besar nilai koefisien korelasi antara komitmen kerja dengan area anak dan pengasuhan adalah (p < 0.05). Artinya, semakin tinggi skor komitmen kerja, maka skor area anak dan pengasuhan juga semakin tinggi. Area ketiga yang juga berkorelasi positif dengan komitmen kerja adalah area perubahan pada pasangan dan pola hidup dengan nilai r sebesar (p < 0.05). Artinya, semakin tinggi skor komitmen kerja, maka skor area perubahan pada pasangan dan pola hidup juga semakin tinggi. Ditemukan pula bahwa area pembagian peran suami-istri, serta area minat dan pemanfaatan waktu luang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan komitmen kerja. 5. Pembahasan Berdasarkan data yang didapatkan dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen kerja dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja, dengan nilai r sebesar (p < 0.01). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hipotesis yang telah peneliti buat sebelumnya, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel dalam penelitian ini. Dapat diartikan bahwa semakin tinggi komitmen kerja, maka akan semakin tinggi pula kesiapan menikahnya, dan sebaliknya. Hal 9

10 tersebut dapat terjadi karena komitmen kerja dan kesiapan menikah merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, mengingat berkarir dan menikah merupakan dua tugas perkembangan yang penting dan hadir dalam waktu yang bersamaan ketika individu menginjak tahap perkembangan dewasa muda (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Kedua variabel tersebut juga saling menunjang satu sama lain, di mana untuk dapat dikatakan siap menikah, individu perlu memiliki komitmen kerja yang tinggi terhadap pekerjaannya, sehingga ia akan memiliki financial resource yang baik. Secara spesifik, dari penghitungan statistik yang dilakukan, ditemukan adanya korelasi positif yang signifikan antara area keuangan dalam kesiapan menikah dengan komitmen kerja, yaitu dengan nilai r sebesar (p < 0.05). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi keterikatan individu dengan pekerjaannya, maka semakin siap individu untuk menikah dari segi keuangan. Blood (1969) mengemukakan bahwa financial resource atau sumber daya keuangan merupakan hal yang penting dipersiapkan sebelum pasangan memutuskan untuk menikah, dan dapat diperoleh melalui bekerja. Dengan bekerja, seorang individu memiliki sumber daya keuangan yang stabil untuk bisa meningkatkan standar kehidupan keluarga dan memenuhi kebutuhan hidup dari masing-masing anggota keluarga seperti keperluan rumah, biaya transportasi, makanan, kesehatan, rekreasi, pendidikan dan kebutuhan lainnya (DeGenova, 2008). Dari penelitian ini, dapat dilihat bahwa individu yang memiliki komitmen kerja yang tinggi, akan memiliki kesiapan yang baik dalam hal keuangan, seperti cara memperoleh pendapatan, pengelolaan keuangan rumah tangga, dan perencanaan pengeluaran. Masalah pekerjaan dan keuangan ini ternyata tidak hanya dibebankan kepada pria saja. Menurut DeGenova (2008), pertimbangan ekonomi juga merupakan hal yang relevan pada preferensi pria dalam pemilihan pasangan sebelum menikah, di mana laki-laki cenderung kurang bersedia untuk menikahi seorang wanita yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Penjelasan di atas memungkinkan adanya hubungan antara komitmen kerja dan kesiapan menikah pada wanita. Selain keuangan, area lain dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan komitmen kerja adalah anak dan pengasuhan, dengan nilai r sebesar (p < 0.01). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi keterikatan individu dengan pekerjaannya, maka semakin baik pula perencanaan yang berkaitan dengan anak dan cara pengasuhan, seperti sikap dan perasaan pasangan yang hendak menikah untuk memiliki anak dan cara membesarkan anak, perencanaan masa depan untuk anak, serta pengaruh kehadiran 10

11 anak terhadap hubungan suami-istri. Di zaman sekarang, di mana lebih dari separuh jumlah wanita menikah juga bekerja di luar rumah, keadilan menuntut adanya kemauan dari suami untuk memikul tanggung jawab bersama untuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan anak (DeGenova, 2008). Pada keluarga yang berpenghasilan ganda, di mana suami dan istri samasama bekerja, ayah memiliki keterlibatan yang lebih besar dalam kegiatan anak-anak mereka, dan keterlibatan ini meningkat seiring meningkatnya jam kerja ibu (DeGenova, 2008). Area perubahan pada pasangan dan pola hidup dalam kesiapan menikah juga diketahui memiliki korelasi positif yang signifikan dengan komitmen kerja, yaitu dengan nilai r sebesar (p < 0.01). Hasil analisis tersebut berarti bahwa semakin tinggi keterikatan individu dengan pekerjaannya, maka semakin siap pula individu untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan pasangan serta pola hidup yang mungkin terjadi setelah menikah, seperti tugas-tugas baru yang akan diemban oleh seorang individu serta berkurangnya waktu yang tersedia bagi diri pribadi. Dalam penelitian ini, wanita dewasa muda yang menjadi subjek penelitian sudah bekerja sejak sebelum mereka menikah. Untuk dapat tetap bertahan pada pekerjaannya, wanita-wanita ini perlu memiliki kesiapan yang baik dalam melakukan adaptasi guna menyelaraskan antara pekerjaan yang sudah dimiliki dengan tugas dan peran baru yang akan muncul setelah menikah nanti. Berdasarkan persebaran skor kesiapan menikah, sebagian besar subjek berada pada kategori tinggi (76.1%), yang artinya mayoritas subjek dalam penelitian ini mempersepsikan dirinya mampu untuk bisa menjalankan peran-peran yang ada dalam suatu pernikahan. Dalam konteks penelitian ini, data demografis subjek penelitian menunjukkan bahwa rencana pelaksanaan pernikahan terbanyak adalah 1-12 bulan mendatang (54.2%). Hasil tersebut tentunya tidak terlepas dari karakteristik subjek dalam penelitian ini, yaitu wanita dewasa muda yang bekerja. Wanita yang memiliki pekerjaan tetap dan memiliki penghasilan akan memiliki kesiapan financial resource yang baik, sehingga ia akan lebih siap menikah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh DeGenova (2008), di mana salah satu faktor yang dapat memengaruhi kesiapan menikah pada individu adalah pekerjaan. Berdasarkan rata-rata skor per item pada setiap area, diketahui urutan area dalam kesiapan menikah yang memiliki skor rata-rata terbesar hingga terkecil, yaitu (1) agama, (2) perubahan pada pasangan dan pola hidup, (3) minat dan pemanfaatan waktu luang, (4) latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, (5) keuangan, (6) komunikasi, (7) pembagian peran 11

12 suami-istri, serta (8) anak dan pengasuhan. Berdasarkan urutan tersebut, tampak bahwa area ke- 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 telah dipelajari sedikit demi sedikit selama masa berpacaran. Hasil temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Blood (1969), bahwa pada saat berpacaran, pasangan dapat mengetahui perbedaan di antara keduanya, sehingga pasangan dapat mempelajari dan menyesuaikan diri dalam berbagai macam hal. Area ke-7 dan 8 lebih berorientasi ke masa depan. Hal ini memungkinkan kedua area tersebut memiliki skor rata-rata item yang lebih rendah dibandingkan enam area sebelumnya. Pasangan yang belum menikah pada umumnya belum pernah melakukan pembagian peran sebagai suami-istri ataupun melakukan pengasuhan anak bersama-sama. Dari pemaparan sebelumnya, tampak bahwa area dalam kesiapan menikah yang memiliki skor rata-rata tertinggi adalah agama, yaitu dengan skor rata-rata per item sebesar Hal-hal yang menyangkut agama merupakan sesuatu yang bersifat fundamental di budaya ketimuran, khususnya di Indonesia. Peraturan yang mengatur masalah pernikahan di Indonesia, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tidak memungkinkan dilakukannya pernikahan antar agama, karena pencatatan pernikahan yang resmi oleh pemerintah hanya dapat dilakukan oleh pasangan yang memiliki kesamaan keyakinan (Sarwono, 2005). Sebuah pernikahan wajib didaftarkan di salah satu instansi yang telah ditentukan, yaitu KUA bagi pasangan yang beragama Islam dan Kantor Catatan Sipil bagi pasangan yang beragama selain Islam. Adanya ketentuan tersebut membuat kesamaan prinsip agama menjadi hal yang sangat penting dalam pemilihan pasangan di Indonesia. Selain itu, perbedaan agama pun diyakini dapat meningkatkan risiko perceraian (Weinberger, 2012). Selanjutnya, apabila dilihat dari persebaran skor komitmen kerja, sebagian besar subjek memiliki skor dalam kategori sedang (66.7%), dan sisanya berada pada kategori tinggi. Hal ini dimungkinkan karena data demografis penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas subjek merupakan lulusan S1 yang baru bekerja selama 1-12 bulan sebagai pegawai di tempat kerjanya saat ini. Hal ini memungkinkan komitmen kerja yang dimiliki oleh para subjek belum terbentuk sempurna dalam masa kerja yang relatif singkat, sehingga komitmen kerja mereka masih berkembang dan belum berada pada kategori tinggi. Kemungkinan lain yang menyebabkan persebaran skor komitmen kerja subjek penelitian berada di kategori sedang adalah karena faktor-faktor lain yang tidak dikontrol dalam penelitian ini, seperti faktor-faktor anteseden dari komponen komitmen kerja. Faktor anteseden mencakup hal-hal yang dapat membuat seorang 12

13 pekerja memiliki komitmen kerja tertentu. Faktor-faktor anteseden ini antara lain adalah kondisi pekerjaan, harapan yang terpenuhi, manfaat yang diperoleh, lapangan pekerjaan yang tersedia, nilai-nilai pribadi, serta kewajiban yang dirasakan oleh individu terhadap pekerjaannya (Spector, 2000). Selain membahas mengenai pengaruh konteks penelitian kepada gambaran umum persebaran skor total komitmen kerja dan kesiapan menikah, peneliti juga melakukan analisis terkait gambaran umum kedua variabel tersebut ditinjau dari aspek demografis dan informasi penunjang penelitian. Skor kesiapan menikah diketahui tidak dipengaruhi oleh aspek demografis seperti usia, tingkat pendidikan, lama berpacaran, maupun rencana pelaksanaan pernikahan. Selain itu, dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa subjek dalam kategori usia tertinggi, yaitu tahun, memiliki rencana pelaksanaan pernikahan yang tergolong paling lama, yaitu lebih dari 24 bulan mendatang, meskipun ia telah berpacaran selama lebih dari 60 bulan. Hasil penelitian tersebut berkebalikan dengan apa yang dikemukakan oleh Holman dan Li (1997) bahwa karakteristik sosial-demografis seperti usia, pendidikan, dan pendapatan merupakan faktor yang memengaruhi kesiapan menikah individu. Peneliti juga menemukan bahwa tidak terdapat satupun perbedaan mean komitmen kerja yang signifikan pada subjek penelitian ditinjau dari aspek demografis usia, tingkat pendidikan, maupun lama bekerja. Hasil penelitian ini berkebalikan dengan hasil penelitian Meyer, Allen, dan Smith (1993) yang menyatakan bahwa lamanya bekerja akan sangat mempengaruhi komitmen kerja, terutama komitmen kelanjutan. Mowday, Porter, dan Steers (1982) juga menyatakan hal serupa, yaitu bahwa komitmen kerja berkorelasi positif dengan usia dan lama bekerja seseorang, di mana semakin bertambahnya usia dan semakin lama seseorang bekerja, maka individu tersebut akan memiliki komitmen kerja yang makin tinggi pula. Sementara itu, tidak adanya korelasi antara tingkat pendidikan dengan komitmen kerja juga tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mowday, Porter, dan Steers (1982). Mereka mengemukakan adanya korelasi negatif di antara tingkat pendidikan dan komitmen kerja. Seorang individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki harapan yang semakin tinggi terhadap perusahaan yang mempekerjakannya, sehingga kemungkinan akan sulit bagi perusahaan untuk memenuhi harapan tersebut, sehingga pada akhirnya komitmen kerjanya menjadi rendah (Mowday, Porter, & Steers, 1982). Peneliti menyadari bahwa subjek yang dipilih untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini kurang bervariasi apabila ditinjau dari aspek usia, 13

14 tingkat pendidikan, serta pekerjaan yang hanya didominasi oleh satu kategori. Berdasarkan usianya, 92.7% subjek penelitian berusia antara tahun. Sedangkan dari aspek tingkat pendidikan dan lama bekerja, mayoritas subjek penelitian telah menyelesaikan pendidikan pada tingkat S1 yaitu sebanyak 55.2% dan baru bekerja selama 1-12 bulan. Oleh karena itu, ketidaksesuaian antara hasil penelitian ini dengan literatur dapat disebabkan oleh keadaan yang telah dijelaskan sebelumnya. 6. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan terhadap 87 wanita dewasa muda yang bekerja, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen kerja dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. Artinya, semakin tinggi komitmen kerja, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keterikatan individu dengan pekerjaannya memiliki hubungan dengan persepsi individu mengenai kemampuannya untuk menjalankan peran dalam kehidupan pernikahan. Secara lebih spesifik, hasil analisis data menunjukkan bahwa dari lima area kesiapan menikah yang diduga memiliki hubungan dengan komitmen kerja, terdapat tiga area yang memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap komitmen kerja. Adapun ketiga area tersebut adalah keuangan, anak dan pengasuhan, serta perubahan pada pasangan dan pola hidup. Hubungan yang signifikan antara komitmen kerja dan area keuangan menandakan bahwa semakin tinggi keterikatan individu dengan pekerjaannya, maka semakin siap individu untuk menikah dari segi keuangan. Selanjutnya, hubungan yang signifikan antara komitmen kerja dan area anak dan pengasuhan menandakan bahwa semakin tinggi keterikatan individu dengan pekerjaannya, maka semakin siap individu untuk memiliki dan mengasuh anak setelah menikah nanti. Hubungan yang signifikan antara komitmen kerja dan area perubahan pada pasangan dan pola hidup menandakan bahwa semakin tinggi keterikatan individu dengan pekerjaannya, maka semakin siap individu dalam melakukan adaptasi terhadap peran-peran baru yang akan didapat dalam kehidupan pernikahan. Sedangkan dua area lain dalam kesiapan menikah yang diduga berhubungan dengan komitmen kerja, yaitu area pembagian peran suami-istri serta area minat dan pemanfaatan waktu luang memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan komitmen kerja. 14

15 7. Saran Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi konselor pernikahan untuk lebih memperhatikan area-area dalam kesiapan menikah, yaitu komunikasi, keuangan, anak dan pengasuhan, pembagian peran suami-istri, latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, agama, minat dan pemanfaatan waktu luang, serta perubahan pada pasangan dan pola hidup dalam materi yang akan diberikan pada dewasa muda yang akan menikah. Akan lebih baik apabila hasil penelitian ini juga dilengkapi dengan hasil penelitian terhadap pihak pria, mengingat wanita dan pria yang berpacaran akan sama-sama memasuki kehidupan pernikahan. Lebih lanjut lagi, melihat pentingnya area anak dan pengasuhan serta area pembagian peran suami istri, namun tidak diimbagi dengan prioritas pasangan untuk mempersiapkannya sebelum menikah, maka pasangan diharapkan lebih memperhatikan kedua area tersebut sebelum menikah. 15

16 Kepustakaan Adekola, B. (2010). Interferences between work and family among male and female executives in Nigeria. African Journal of Business Management, 4(6), Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological testing (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall, Inc. Badan Pusat Statistik. (2012). Perkembangan beberapa indikator utama sosial-ekonomi Indonesia. Diakses pada 7 Desember 2012 dari imit=1&limitstart=1 Berk, L.E. (2011). Exploring lifespan development (2nd ed.). USA: Pearson. Blood, R.O. (1969). Marriage (2nd ed.). Toronto: Collier-Macmillan. Carroll, J.S., Badger, S., Willoughby, B.J., Nelson, L.J., Madsen, S.D., & Barry, C.M. (2009). Ready or not?: Criteria for marriage readiness among emerging adults. Journal of Adolescent Research, 24(3), 349. Cox, Sue. (1976). Female psychology: The emerging self. Chicago: Science Research Association. DeGenova, M.K. (2008). Intimate relationships, marriages, & families (7th ed.). New York: McGraw-Hill. DeLap, H. (2000). Personal readiness for marriage in adult children of alcoholics and adult children of non-alcoholics. USA: University of Wisconsin-Stout. Duvall, E.M. & Miller, B.C. (1985). Marriage and family development (6th ed.). New York: Harper and Row Publishers Inc. 16

17 Fowers, B.J., & Olson, D.H. (1989). Enrich marital inventory: A discriminant validity and crossvalidity assessment. Journal of Marital and Family Therapy, 15(1). Frieze, I.H. (1978). Women and sex roles: A social psychological perspective. New York: W W Norton & Company Incorporated. Gaswami, S., Mathew, M., & Chadha, N.K. (2007). Differences in Occupational Commitment amongst Scientists in Indian Defence, Academic, and Commercial R&D Organizations. Vikalpa, 32(4). Ginanjar, A.S. (2011). Sebelum janji terucap. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gravetter, F.J. & Forzano, L.B. (2009). Research methods for the behavioral sciences (3rd ed.). Belmont: Wadsworth Cengage Learning. Gravetter, F.J., & Wallnau, L. (2008). Essentials statistics for the behavioral science (6th ed.). Belmont: Wadsworth. Grazella, M. & Osman, N. (2012). Female CEOs advise women to break mind barrier. Diakses pada 16 Oktober 2012 dari Hoffman, L.W. & Nye, F.I. (1984). Working mothers: An evaluative review of the consequences for wife, husband, and child. San Francisco: Jossey-Bass. Holman, T. B., Larson, J. H., & Harmer, S. L. (1994). The development and predictive validity of a new premarital assessment instrument: The preparation for marriage questionnaire. Family Relations, 43, Holman, T. B., & Li, B. D. (1997). Premarital factors influencing perceived readiness for marriage. Journal of Family Issues, 18,

18 Hoyer W.J. & Roodin, P.A. (2003). Adult development and aging (5th ed.). Boston: McGraw- Hill. Inilah Alasan Umum Wanita Memilih Karier dan Menunda Menikah. (2011). Diakses pada 4 Desember 2012 dari Irving, P.G., Coleman, D.F., & Cooper, C.L. (1997). Further assessments of a three-component model of occupational commitment: Generalizability and differences across occupations. Journal of Applied Psychology, 82(3), Irving, P.G. & Meyer, J.P. (1994). Reexamination of the met-expectations hypothesis: A longitudinal analysis. Journal of Applied Psychology, 79, Kaplan, R.M., & Saccuzzo, D.P. (2004). Psychological testing: Principles, applications, and issues (6th ed..). Canada: Wadsworth Cengage Learning. Kumar, R. (2005). Research methodology: A step by step guide for beginners (2nd ed.). New Delhi: SAGE Publications. Lee, K., Carswell, J.J., & Allen, N.J. (2000). A meta-analytic review of occupational commitment: Relations with person- and work-related variables. Journal of Applied Psychology, 85(5), Meyer, J.P., Allen, N.J., & Smith, C.A. (1993). Commitment to organizations and occupations: Extension and test of a three-component conceptualization. Journal of Applied Psychology, 78(4), Meyer, J.P. & Allen, N.J. (1997). Commitment in the workplace: Theory, research, an application. California: SAGE Publications. Morris, M.L., & Carter, S.A. (1999). Transition to marriage: A literature review. Journal of Family and Consumer Science Education, 17(1). 18

19 Mosko, J. E. & Pistole, M. C. (2010). Attachment and religiousness: Contribution to young adult marital attitudes and readiness. The Family Journal Counseling and Therapy for Couples and Families, 18(2), Nelson, H.A. (2008). A grounded theory model of how couples prepare for marriage (Doctoral Dissertation). Diunduh dari ProQuest Dissertations and Theses. (UMI No ) Olson, D.H. & DeFrain, J. (2006). Marriage and families: Intimacy, diversity and strengths. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human development (11th ed.). New York: McGraw-Hill. Riggio, R.E. (2009). Introduction to industrial/organizational psychology. New Jersey: Prentice Hall. Grazella, M. & Osman, N. (2012). Female CEOs advise women to break mind barrier. Diakses pada 16 Oktober 2012 dari Samantha, G. (2012). Berkarir, impian favorit wanita. Diakses pada 7 Desember 2012 dari Sarwono, S.W. (2005). Families in Indonesia. Dalam J.L. Roopnarine, & U.P. Gielen. Families in global perspective (hal ). Boston: Pearson Education, Inc. Seccombe, K. & Warner, R.L. (2004). Marriage and families: Relationship in social context. Canada: Thomson Learning, Inc. Snape, E. & Redman, T. (2003). An evaluation of a three-component model of occupational commitment: dimensionality and consequences among United Kingdom human resource management specialists. Journal of Applied Psychology, 88(1),

20 Spector, P.E. (2000). Industrial and organizational psychology: Reasearch and practice (2nd ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc. Unger, R. & Crawford, M. (1992). Women and gender: A feminist psychology. New York: McGraw-Hill. Weinberger, B.Z. (2012). Divorce and devotion: How does religion factor in splits?. Diakses pada 11 Mei 2013 dari bari-zell-weinberger-esq/divorceand-devotion-is-f_b_ html William, B.K., Sawyer, S.C. & Wahlstrom, C.M. (2006). Marriages, families, & intimate relationship: A practical introduction. Boston: Pearson Education, Inc. Wiryasti, C.H. (2004). Modifikasi dan Uji Validitas dan Reliabilitas Inventori Kesiapan Menikah (Tesis). Depok: Universitas I 20

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis statistik nonparametrik dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERENCANAAN KARIR DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA

HUBUNGAN ANTARA PERENCANAAN KARIR DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA HUBUNGAN ANTARA PERENCANAAN KARIR DAN KESIAPAN MENIKAH PADA WANITA DEWASA MUDA YANG BEKERJA (THE CORRELATION BETWEEN CAREER PLANNNING AND READINESS FOR MARRIAGE AMONG YOUNG ADULTS WORKING WOMEN) Charina

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA Ade Tri Wijayanti, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

Penyusun: Umaira Fotineri. Pembimbing: Dr. Adriana Soekandar, M. Sc. Program Studi S1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Penyusun: Umaira Fotineri. Pembimbing: Dr. Adriana Soekandar, M. Sc. Program Studi S1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Hubungan antara Sikap Terhadap Pernikahan dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dari Keluarga Bercerai (Correlation Between Attitudes Toward Marriage and Readiness for Marriage in Young Adult Whose Parents

Lebih terperinci

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai simpulan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab

Lebih terperinci

Hubungan antara Attachment dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Sedang Menjalani Hubungan Jarak Jauh

Hubungan antara Attachment dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Sedang Menjalani Hubungan Jarak Jauh Hubungan antara Attachment dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Sedang Menjalani Hubungan Jarak Jauh Penyusun: Putri Husna Raditya Pembimbing: Mellia Christia, M.Si, M.Phil, Psikolog Program Studi

Lebih terperinci

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran Studi Deskriptif Mengenai Emotional Intelligence Pada Siswa dan Siswi SMA Negeri X yang Berpacaran Muhamad Chandika Andintyas Dibimbing oleh : Esti Wungu S.Psi., M.Ed ABSTRAK Emotional Intelligence adalah

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DWI NINGSIH ARIANI Dr. Maya Rosmayati Ardiwinata, M. Si 1 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, tipe

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membina hubungan

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 1

Psikometri Validitas 1 Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Pengertian: VALIDITAS Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pernikahan merupakan komitmen yang disetujui oleh dua pihak secara resmi yang dimana kedua pihak tersebut bersedia untuk berbagi keitiman emosional & fisik, bersedia

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US:

DAFTAR PUSTAKA. Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US: DAFTAR PUSTAKA Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US: Wadsworth Cengage Learning. Arishanti, K. I. (2007). Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional, dan Kepuasan Kerja

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b)

DAFTAR PUSTAKA. American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b) DAFTAR PUSTAKA American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b) Atwater,E. (1983). Psychology of adjustment (2 nd ed). New Jersey: Prentice Hall, Inc Bell, R.R. (1973). Marriage and

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung

Lebih terperinci

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas Psikometri Modul ke: Aplikasi uji Reliabilitas dan Fakultas Psikologi Validitas Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Manual Uji Reliabilitas 2 Kruder-Richardson (K-R 20) =

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas edisi:4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas edisi:4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas edisi:4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fard, M. K.; Shahabi, R.; & Zardkhaneh,

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK Perkawinan saat ini diwarnai dengan gaya hidup commuter marriage. Istri yang menjalani

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesiapan Menikah 2.1.1 Definisi Kesiapan Menikah Kesiapan menikah merupakan suatu kemampuan yang dipersepsi oleh individu untuk menjalankan peran dalam pernikahan dan merupakan

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 2

Psikometri Validitas 2 Modul ke: Psikometri Validitas 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. VALIDITAS KRITERIA 2 Validitas Kriteria Validitas Kriteria menunjukkan efektivitas suatu tes dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RESOLUSI KONFLIK DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA EMERGING ADULT

HUBUNGAN ANTARA RESOLUSI KONFLIK DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA EMERGING ADULT HUBUNGAN ANTARA RESOLUSI KONFLIK DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA EMERGING ADULT Nyayanda Roselly, Lisa Ratriana nyayandaroselly@gmail.com ABSTRACT This research is examined to understand the relationship

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PASANGAN DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA EMERGING ADULT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PASANGAN DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA EMERGING ADULT HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PASANGAN DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA EMERGING ADULT Yassinda Rizkha Sari, Lisa Ratriana yassinda@gmail.com ABSTRACT This research is examined to understand the relationship

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel, populasi dan

Lebih terperinci

Hubungan antara Optimisme Terhadap Hubungan dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dari Keluarga Bercerai

Hubungan antara Optimisme Terhadap Hubungan dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dari Keluarga Bercerai Hubungan antara Optimisme Terhadap Hubungan dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dari Keluarga Bercerai Abstrak: Penyusun: Mariska Ariesthia Pembimbing: Dr. Adriana Soekandar, M. Sc. Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

HUBUNGAN FOLLOWERSHIP DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN

HUBUNGAN FOLLOWERSHIP DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN HUBUNGAN FOLLOWERSHIP DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN (The relationship between followership and commitment organization among employee) Teddy Arief Akbar Pembimbing : Bertina Sjabadhyni Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 36 4. METODE PENELITIAN 4.1. Subjek Penelitian 4.1.1. Karakteristik Subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan dari PT. XYZ, sebuah perusahaan ritel yang berada di Jakarta. Sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Selain itu, bab ini juga berisikan saran, baik saran metodologis maupun saran praktis

Lebih terperinci

Psikometri. Reliabilitas 1

Psikometri. Reliabilitas 1 Psikometri Modul ke: Reliabilitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Apa itu Reliabilitas? reliability is a synonym for dependability or consistency Tests that

Lebih terperinci

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ketiga ini, penulis akan memaparkan metode dari penelitian ini yang meliputi partisipan penelitian (didalamnya terdapat karakteristik partisipan, teknik pengambilan sampel,

Lebih terperinci

Psikometri Reliabilitas 2

Psikometri Reliabilitas 2 Modul ke: Psikometri Reliabilitas 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Reliabilitas 2 TIPE-TIPE RELIABILITAS Test-Retest Reliability Alternate-Form Reliability

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan keluarga. Setiap pasangan yang mengikrarkan diri dalam sebuah ikatan pernikahan tentu memiliki harapan agar pernikahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai desain penelitian, variabel penelitian dan subyek penelitian. Setelah itu, akan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai metode pengumpulan

Lebih terperinci

3. METODE PE ELITIA Partisipan Penelitian

3. METODE PE ELITIA Partisipan Penelitian 32 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, partisipan penelitian (meliputi karakteristik partisipan, teknik pengambilan sample, dan jumlah partisipan), instrumen

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Resolusi Konflik Setiap orang memiliki pemikiran atau pengertian serta tujuan yang berbeda-beda dan itu salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu hubungan kedekatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, masalah yang diteliti secara konseptual dan operasional, penjabaran variabel-variabel yang terkait, dan beberapa hal berkaitan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan operasionalisasi dari variabel penelitian, menjelaskan tipe dan desain penelitian yang digunakan, instrumen penelitian beserta metode skoring,

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Statistika Psikologi 2 Modul ke: 11Fakultas Psikologi Korelasi Ganda: Analisis Statistika dengan SPSS Arie Suciyana S., M.Si. Program Studi Psikologi Uji KorelasiGanda (Multiple Correlation) Uji Korelasi

Lebih terperinci

KESIAPAN MENIKAH PADA PEREMPUAN YANG MELAKUKAN PROSES TA ARUF MENGGUNAKAN MODIFIKASI INVENTORI KESIAPAN MENIKAH-TEXT REVISED.

KESIAPAN MENIKAH PADA PEREMPUAN YANG MELAKUKAN PROSES TA ARUF MENGGUNAKAN MODIFIKASI INVENTORI KESIAPAN MENIKAH-TEXT REVISED. KESIAPAN MENIKAH PADA PEREMPUAN YANG MELAKUKAN PROSES TA ARUF MENGGUNAKAN MODIFIKASI INVENTORI KESIAPAN MENIKAH-TEXT REVISED Abstract Shinta Mayasari Universitas Lampung shintapsy@yahoo.com Adult people

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas, mengenai hubungan antara contingent pay dengan konflik interpersonal karyawan sales dan marketing staff PT. General Shoe

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Statistika Psikologi 2 Modul ke: 14 Arie Fakultas Psikologi Memilih Uji Statistika yang Tepat Review 1 14 Suciyana S., S.Si., M.Si. Program Studi Psikologi KonsepDasar Pada penelitian terhadap pengaruh

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA SUAMI DAN ISTERI YANG DIJODOHKAN DENGAN YANG TIDAK DIJODOHKAN. Wiken Tri Nurfitria Dewanti

PERBEDAAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA SUAMI DAN ISTERI YANG DIJODOHKAN DENGAN YANG TIDAK DIJODOHKAN. Wiken Tri Nurfitria Dewanti PERBEDAAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA SUAMI DAN ISTERI YANG DIJODOHKAN DENGAN YANG TIDAK DIJODOHKAN Wiken Tri Nurfitria Dewanti Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Pernikahan merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam setiap tahap perkembangan, manusia mempunyai tugas. perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, termasuk pada

PENDAHULUAN. Dalam setiap tahap perkembangan, manusia mempunyai tugas. perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, termasuk pada 1 PENDAHULUAN Dalam setiap tahap perkembangan, manusia mempunyai tugas perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, termasuk pada masa dewasa awal. Pada masa tersebut, individu menghadapi berbagai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini: METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor internal IGE Timor Leste, alasannya bahwa IGE merupakan satu-satunya internal auditor pemerintah di Timor Leste. Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional a. Perceived social support Perceived social support biasanya didefinisikan sebagai persepsi

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2. Modul ke: Uji-t. Fakultas Psikologi. (t-test) Program Studi Psikologi

Statistika Psikologi 2. Modul ke: Uji-t. Fakultas Psikologi. (t-test) Program Studi Psikologi Modul ke: Statistika Psikologi 2 Uji-t Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi (t-test) UJI STATISTIKA Proses pengujian pernyataan penelitian (uji hipotesa) yang akan menghasilkan model statistika Variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan melibatkan variabel-variabel penelitian sebagai berikut: 1. Variabel Tergantung

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: Statistika Psikologi 2 Uji t Sampel Berpasangan Fakultas Psikologi (Paired-samples t-test) Program Studi Psikologi Uji t Sampel Berpasangan Membandingkan data dari dua sampel, dimana tiap partisipan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA

LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA Oleh : Mohamad Iksan NIS : 151095156 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan hidup adalah dengan peningkatan ekonomi. Didalam orang yang sudah berkeluarga tentunya mempunyai berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Disain Penelitian Kumar (2005) mengelompokkan disain penelitian kedalam tiga sudut pandang yaitu bedasarkan jumlah kontak (number of contact), periode referensi (reference

Lebih terperinci

KOMITMEN PEKERJAAN SEBAGAI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) PADA MAHASISWA BK FIP UNY

KOMITMEN PEKERJAAN SEBAGAI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) PADA MAHASISWA BK FIP UNY KOMITMEN PEKERJAAN SEBAGAI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) PADA MAHASISWA BK FIP UNY Rosita Endang Kusmaryani Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Email: rosita_endang@uny.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN AININ RAHMANAWATI ABSTRAK Mahasiswa, sebagai anggota dari pendidikan tinggi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN EXA ALIFA BUDIYANTO ABSTRAK Ketika mahasiswa memasuki perguruan tinggi

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X ARINA MARLDIYAH ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting task pada anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA INTIMACY (STERNBERG S TRIANGULAR THEORY OF LOVE) DAN KESIAPAN MENIKAH PADA DEWASA MUDA (The Relationship between Intimacy (Sternberg s Triangular Theory of Love) and

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 29 BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan masalah penelitian, hipotesis berdasarkan permasalahan dalam penelitian, variabel-variabel penelitian yang akan diteliti, populasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah

Lebih terperinci

Panduan Penggunaan AnBuso 2015

Panduan Penggunaan AnBuso 2015 COVER DAFTAR ISI COVER...i DAFTAR ISI... ii Pendahuluan...1 Hal yang Baru...1 Kerangka Isi...2 Input Data...3 Menu Identitas... 3 Menu Jawaban... 7 Laporan Peserta...7 Menu Laporan Objektif... 8 Menu Laporan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009 1 1. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manajer merupakan seseorang yang berusaha menggapai tujuan organisasi atau perusahaan dengan mengatur orang lain agar bersedia melakukan tugas yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ASUH DAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH. Hapsari Wulandari

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ASUH DAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH. Hapsari Wulandari STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ASUH DAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH Hapsari Wulandari Dibimbing oleh : Dra. Marisa F. Moeliono, M.Pd. ABSTRAK Pada masa usia prasekolah, salahsatu

Lebih terperinci

Triangulasi Cinta, Keharmonisan Keluarga dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Berpacaran

Triangulasi Cinta, Keharmonisan Keluarga dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Berpacaran Triangulasi Cinta, Keharmonisan Keluarga dan Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda yang Berpacaran (Triangulation of Love, Family Harmony, and Marriage Readiness among Young Adult Who are Dating) Ifonny Pasongli,

Lebih terperinci

Komitmen Pada Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan dalam Perkawinan

Komitmen Pada Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan dalam Perkawinan Komitmen Pada Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan dalam Perkawinan Dyah Astorini Wulandari Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA 18-25 TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN Eka Riyanti Purboningsih, S.Psi., M.Psi. 1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KEPUASAN KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN

KONTRIBUSI KEPUASAN KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN KONTRIBUSI KEPUASAN KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN Bayu Aktami Mahasiswa Program Magister Psikologi Universitas Gunadarma bayu_aktami@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini meneliti tentang

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: Statistika Psikologi 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Sampling, Sampling Distribution, Confidence Intervals, Effect Size, dan Statistical Power SAMPLING Teknik menentukan sampel dari

Lebih terperinci

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY)

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY) GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY) Rian Pri¹, Zamralita² ¹Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara Email : rianpri13@gmail.com ²Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

KETERBUKAAN DIRI DAN KEPUASAN PERKAWINAN PADA PRIA DEWASA AWAL

KETERBUKAAN DIRI DAN KEPUASAN PERKAWINAN PADA PRIA DEWASA AWAL KETERBUKAAN DIRI DAN KEPUASAN PERKAWINAN PADA PRIA DEWASA AWAL Quroyzhin Kartika Rini 1 Retnaningsih 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat Abstrak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

4. METODOLOGI PENELITIAN

4. METODOLOGI PENELITIAN 4. METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metodologi dimulai dengan menjelaskan populasi dan sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III. 1. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini difokuskan pada pasangan yang sudah menikah dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bagian pertama berisi permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas beberapa teori yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti pada penelitian ini. 2.1 Pernikahan Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan

Lebih terperinci

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging STUDI DESKRIPTIF MENGENAI CINTA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP YOLANDA CHYNTYA NOVIYANTI BASARIA 190110100132 ABSTRACT Cinta dapat dipahami sebagai sebuah

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun isi dari metode penelitian adalah permasalahan, hipotesis, dan variabel yang

Lebih terperinci