BAB 2 LANDASAN TEORI Perencanaan Produksi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI Perencanaan Produksi"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan penentuan arah awal dari tindakan yang harus dilakukan di masa yang akan datang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak dan kapan harus melakukannya. Hasil perencanaan produksi adalah sebuah rencana produksi. Tanpa adanya rencana produksi yang baik, maka tujuan tidak akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba setinggi mungkin. Jumlah produksi merupakan banyaknya hasil produksi yang seharusnya diproduksikan oleh suatu perusahaan dalam satu periode (Gitosudarmo,1999). Oleh karena itu maka jumlah produksi harus direncanakan agar perusahaan dapat memperoleh laba maksimal. Di samping itu jumlah produksi perlu direncanakan dan diperhitungkan dengan cermat karena tanpa perencanaan dapat berakibat bahwa jumlah yang diproduksikan menjadi terlalu besar atau terlalu kecil. Jumlah produksi yang terlalu besar berakibat biaya yang terlalu besar. Di samping itu dengan adanya jumlah produksi yang berlebihan dapat berakibat merosotnya harga jual. Jumlah produksi yang terlalu kecil atau terlalu sedikit berakibat tidak dapatnya perusahaan tersebut memenuhi permintaan pasar. Akibatnya para pelanggan yang tidak terpenuhi permintaanya akhirnya pindah dan menjadi pelanggan perusahaan lain yang merupakan saingan dari perusahaan tersebut. Hal ini berarti hilangnya sebagian dari pasar potensial perusahaan. Di samping itu terlalu kecilnya jumlah produk yang diproduksi dapat berakibat menanggung harga pokok yang terlalu tinggi disebabkan karena biaya tetap hanya dipikul oleh jumlah produksi yang kecil saja sehingga biaya tetap per satuannya menjadi

2 tinggi. Harga pokok yang tinggi berarti perusahaan terpaksa menentukan harga jual yang tinggi pula. Hal ini dapat menyebabkan permintaan berkurang. Keberhasilan perencanaan dan pengendalian manufacturing membutuhkan perencanaan kapasitas yang efektif, agar mampu memenuhi jadwal produksi yang diterapkan. Kekurangan kapasitas akan menyebabkan kegagagalan memenuhi target produksi, keterlambatan pengiriman ke pelanggan, dan kehilangan kepercayaan dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi dari perusahaan akan menurun atau hilang sama sekali. Pada sisi lain kelebihan kapasitas akan mengakibatkan tingkat utilisasi sumber-sumber daya yang rendah, biaya meningkat, harga produk menjadi tidak kompetitif, kehilangan pangsa pasar, penurunan keuntungan, dan lain-lain. Dengan demikian, kekurangan kapasitas maupun kelebihan kapasitas akan memberikan ampak negatif bagi sistem manufactur, sehingga perencanaan kapasitas yang efektif adalah menyediakan kapasitas sesuai dengan kebutuhan pada waktu yang tepat. Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan-peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksi pada waktu yang akan datang. Peramalan produksi bermaksud untuk memperkirakan permintaan akan barang-barang atau jasa-jasa perusahaan. Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat menyesuaikan tingkat produksi mereka dengan perubahan permintaan nyata. Oleh karena itu perusahaan mengembangkan rencana-rencana rasional yang menunjukkan bagaimana mereka akan memberikan tanggapan terhadap pasar. Ini merupakan tugas perencanaan agregat dan scheduling induk. (Handoko, 1984)

3 2.2. Peramalan Pengertian dan Konsep Dasar Peramalan Peramalan adalah sebuah prediksi mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Badan meteorologi meramalkan keadaan cuaca, penyiar olah raga meramalkan pemenang dari suatu pertandingan bola, dan manager suatu perusahaan berusaha untuk meramalkan beberapa permintaan atas produk mereka di masa yang akan datang. Pada kenyataannya, manager secara konstan mencoba untuk maramalkan masa yang akan datang berdasarkan sejumlah faktor untuk mengambil keputusan di masa sekarang yang akn menjamin suksesnya perusahaan di masa yang akan datang. Kadang-kadang seorang manager akan menggunakan penilaian, pendapat, atau pengalaman masa lalu untuk meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Walaupun demikian sejumlah metode matematika juga tersedia untuk membantu manager dalam mengambil keputusan. Peramalan bisa dikatakan sebagai seni (art), karena disini kita akan berhadapan dengan hal-hal yang begitu kompleks dan serba tidak pasti. Sebagai suatu fungsi atau aktivitas manajemen, fungsi peramalan diharapkan akan mampu memberikan skenario masa depan yang berisikan informasi-informasi yang relevan untuk kondisi mendatang yang berkaitan dengan aspek-aspek pemasaran, pendanaan, produksi, dan lain-lain yang memiliki signifikansi dalam proses perencanaan produksi. Kemampuan menduga berbagai perisitiwa kini tampaknya akan sama lazimnya dengan kecermatan peramalan keadaan cuaca dalam beberapa dekade. Kecendrungan untuk dapat meramalkan peristiwa secara lebih tepat, khususnya dalam bidang ekonomi, akan terus menerus memberikan dasar yang lebih baik bagi perencanaan. Terlepas dari adanya peningkatan ini, perlu dikemukakan dua ulasan penting. Yang pertama adalah bahwa keberhasilan peramalan tidak selalu bermanfaat secara langsung bagi para manager dan pihak lainnya. Lebih dari 100 tahun yang lalu, Jules Verne meramalkan dengan baik akan adanya kemajuan teknologi seperti kapal selam, energi nuklir, dan perjalanan ke bulan. Demikian

4 pula dalam pertengahan abad ke-19, Charles Babbage tidak hanya meramalakn kebutuhan akan komputer, melainkan juga mengusulkan desain komputer tersebut. Sekalipun ramalan ini tepat, tetapi nilainya kecil dalam membantu organisasi untuk menyadari kemungkinan tentang hal yang diramalkan atau untuk mencapai sukses yang lebih besar. Hal penting yang kedua adalah pembedaan antara peristiwa eksternal yang di luar kendali (yang berasal dari ekonomi nasional, pemerintah, pelanggan, dan pesaing) dan peristiwa internal yang dapat dikendalikan (seperti keputusan perusahaan dalam hal pemasaran dan manufaktur. Keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kedua jenis peristiwa tersebut. Peramalan mempunyai peranan langsung pada jenis peristiwa pertama (eksternal), sedangkan pengambilan keputusan berperanan pada jenis peristiwa yang kedua (internal). Perencanaan merupakan mata rantai yang memadukan kedua hal tersebut. Peramalan permintaan akan produk dan jasa diwaktu mendatang dan bagian-bagiannya adalah sangat penting dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Peramalan yang baik adalah penting untuk efisiensi operasi-operasi manufaktur yang menyangkut pemilihan proses, perencanaan kapasitas dan tata letak fasilitas serta untuk berbagai keputusan yang bersifat terus menerus berkenaan dengan perencanaan, penjadwalan dan persediaan. (Taufik, 2002).

5 Selanjutnya fungsi peramalan dapat digambarkan dalam sistem inputoutput seperti yang ditunjukkan berikut ini: Hambatan: Pengambilan keputusan: - Data - Pemilihan data - Waktu - Pemilihan metoda - Pengalaman - Dana/biaya MASUKAN KELUARAN 1. Data Internal Estimasi tentang: - Historis Metoda - Jangka panjang - Subjektif Peramalan (2-10 tahun) - Survey 2. Data Eksternal Kebutuhan yang - Jangka - Ekonomi diharapkan menengah - Sosial Politik (1-24 bulan) - Teknologi Kesalahan - Lingkungan, dll peramalan (error) - Jangka pendek (1-5 minggu) Umpan Balik KRITERIA PERFORMANS (Ketelitian, Obyektivitas, kestbalian, waktu persiapan) Rasio manfaat dan biaya (Benefits-Cost Ratio) Gambar 2.1. Sistem Input-output Proses Peramalan Kebutuhan Sifat Hasil Peramalan Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu: 1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut. 2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka

6 adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi. 3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Metode Peramalan Berdasarkan sifat ramalan, maka peramalan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu peramalan kualitatif dan kuantitatif (Makridakis, dkk, 1992). 1. Peramalan kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas kualitatif pada masa lalu.hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada orang yang menyusunnya.hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, judgement atau pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya. Biasanya peramalan secara kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan, seperti Delphi, S-curve, analogi dan penelitian bentuk atau morphological research atau didasarkan atas ciri-ciri normatif seperti decision matrices atau decision trees. 2. Peramalan kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu.hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Dengan metode yang berbeda akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda, adapun yang perlu diperhatikan dari penggunaan metode tersebut, adalah baik tidaknya metode yang dipergunakan, sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin.

7 Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai berikut: 1. Adanya informasi tentang keadaan yang lain. 2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data. 3. Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang. Peramalan kuantitatif terbagi atas dua jenis yaitu metode time series (deret waktu) dan metode kausal (sebab akibat). a. Metode Time Series Metode time series adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini mengasumsikan beberapa pola atau kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu, dan pola dasarnya dapat diidentifikasi semata-mata atas dasar data historis dari serial itu. Dengan analisis deret waktu dapat ditunjukkan bagaimana permintaan terhadap suatu produk tertentu bervariasi terhadap waktu. Sifat dari perubahan permintaan dari tahun ke tahun dirumuskan untuk meramalkan penjualan pada masa yang akan datang. Ada empat pola data yang bisa didefinisikan dalam metode time series (deret waktu), antara lain: 1. Pola Horizontal (H) Pola data ini terjadi apabila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Deret seperti itu adalah deret yang konstan terhadap nilai rata-ratanya. Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk dalam pola data horizontal. Gambar 2.2. menunjukkan suatu pola khas dari data horisontal atau stasioner seperti itu.

8 Gambar 2.2. Pola Data Horizontal 2. Pola Musiman (S) Pola ini terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor-faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu). Penjualan dari produk minuman ringan, es krim, dan lain-lain menunjukkan jenis pola ini. Untuk pola musiman kuartalan, datanya mungkin akan serupa dengan gambar 2.3. Gambar 2.3. Pola Data Musiman 3. Pola Siklis (C) Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan seperti mobil, baja, dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola ini seperti ditunjukkan pada gambar 2.4.

9 Gambar 2.4. Pola Data Siklis 4. Pola Trend (T) Pola data ini terjadi bila data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus menerus dalam jangka panjang. Gambar 2.5. menunjukkan salah satu pola trend. Gambar 2.5. Pola Data Trend b. Metode Kausal Metode ini mengasumsikan faktor yang diperkirakan menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa variabel bebas. Misalnya, jumlah pendapatan berhubungan dengan faktor-faktor seperti jumlah penjualan, harga jual, dan tingkat promosi. Kegunaan dari metode kausal adalah untuk menemukan bentuk hubungan antara variabel tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai dari variabel tidak bebas.

10 Metode Penghalusan (Smoothing) Data Time Series (Deret Waktu) Metode smoothing digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari data yang lalu, dengan membuat rata-rata tertimbang dari sederetan data masa lalu.ketepatan peramalan dengan metode ini akan terdapat pada peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang kurang akurat. a. Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal (Single Exponential Smoothing) Metode pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing) menambahkan parameter dalam modelnya untuk mengurangi faktor kerandoman. Nilai peramalan dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: di mana: = data permintaan pada periode = faktor/konstanta pemulusan = peramalan untuk periode (2.1) Metode pemulusan eksponensial tunggal mengikutsertakan data dari semua periode. Setiap data pengamatan mempunyai kontribusi dalam penentuan nilai peramalan periode sesudahnya.namun, dalam perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil peramalan periode terakhir, karena nilai peramalan periode sebelumnya sudah mengandung nilai-nilai pengamatan sebelumnya. Istilah eksponensial dalam metode ini berasal dari pembobotan (faktor pemulusan) dari periode sebelumnya yang berbentuk eksponensial, sebagaimana dijabarkan berikut ini:

11 Terlihat bahwa koefisien eksponensial. Misalnya, untuk adalah dari waktu ke waktu membentuk hubungan maka koefisien dari b. Metode Pemulusan Eksponensial Linier (Linear Exponential Smoothing/ Double Exponential Smoothing) Metode pemulusan eksponensial tunggal hanya akan efektif apabila serial data yang diamati memiliki pola horizontal (stasioner). Jika metode itu digunakan untuk serial data yang memiliki unsur trend (kecenderungan) yang konsisten, nilai-nilai peramalannya akan selalu berada di belakang nilai aktualnya (terjadi lagging yang terus-menerus). Metode yang tepat untuk melakukan peramalan serial data yang meiliki unsur trend adalah metode pemulusan eksponensial linier.salah satu metode yang digunakan adalah metode pemulusan eksponensial linier dari Holt, yang menggunakan persamaan sebagai berikut: (2.2) Pemulusan eksponensial linier dari Holt menambahkan persamaan untuk memperoleh pemulusan trend dan menggabungkan trend dengan persamaan pemulusan standar sehingga menghasilkan persamaan. Metode dari Holt ini menggunakan dua parameter, dan, yang masing-masing nilainya dapat dipilih dari setiap angka antara 0 sampai dengan 1. Kedua parameter itu dapat mempunyai nilai yang sama atau berbeda besarnya.

12 Proses inisialisasi untuk pemulusan eksponensial linier dari Holt memerlukan dua taksiran, yaitu untuk nilai dan. Nilai dapat disamakan dengan nilai aktual (pengamatan) atau rata-rata dari beberapa nilai pengamatan pada periode awal, sedangkan nilai menggunakan taksiran kemiringan dari serial data tersebut atau menggunakan rata-rata kenaikan dari beberapa periode, misalnya: c. Metode Pemulusan Eksponensial Musiman (Winter s Three Parameter Trend and Seasonality Method) Sebagaimana halnya dengan persamaan pemulusan eksponensial linier yang dapat digunakan untuk meramalkan serial data yang memiliki pola trend, bentuk persamaan yang lebih tinggi dapat digunakan jika pola dasar serial datanya musiman. Salah satu metode peramalan yang khusus untuk data yang berpola musiman adalah metode pemulusan eksponensial linier dan musiman dari Winter. Metode ini didasarkan atas tiga persamaan, yaitu unsur stasioner, trend dan musiman, yang dirumuskan sebagai berikut: (2.4) di mana: = nilai pemulusanstandar pada periode ke- = nilai pemulusan trend pada periode ke- = jumlah periode dalam satu siklus musim = faktor penyesuaian musiman (indeks musiman) = peramalan untuk periode ke depan

13 Sebagaimana dalam perhitungan pemulusan eksponensial tunggal, nilai inisial dapat disamakan dengan nilai aktualnya atau berupa rata-rata dari beberapa nilai pada musim yang sama, sedangkan nilai inisal dicari dengan menggunakan rumussebagai berikut: (Setiap suku ini merupakan taksiran trendselama satu musim lengkap, dan taksiran awal dari ditetapkan sebagai rata-rata dari suku seperti itu) Ukuran Akurasi Hasil Peramalan Bila adalah data yang sebenarnya pada periode dan adalah hasil peramalan pada periode yang sama maka penyimpangan yang terjadi dapat didefinisikan sebagai berikut: = sehingga bila terdapat periode pengamatan, maka akan terdapat sejumlah penyimpangan. Beberapa rumus yang dapat digunakan untuk mengukur ketelitian peramalan adalah sebagai berikut: 1. Mean Error (ME) 2. Mean Absolute Error(MAE) 3. Sum of Squared Errors (SSE) 4. Mean Squared Error (MSE) 5. Standard Deviation Errors(SDE) 6. Percentage Error(PE) 7. Mean Persentage Error(MPE)

14 8. Mean Absolute Persentage Error(MAPE ) 2.3. Program Linier Pengertian Umum Program Linier Program linier (Linier Programming yang disingkat LP) mingkin merupakan salah teknik OR yang digunakan paling luas dan diketahui dengan baik. LP merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai tujuan tunggal seperti memasksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. LP banyak diterapkan dalam membantu menyelesaikan masalah ekonomi, industri, militer, sosial dan lain-lain. LP berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri atas sebuah fungsi tujuan linier dan sisitem kendala linier Pokok pikiran utama dalam menggunakan program linier adalah merumuskan masalah dengan jelasdengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia. Sesudah masalah terumuskan dengan baik,maka langkah berikut ialah menerjemahkan masalah ke dalam bentuk model matematika (P. Siagian, 1987). Program linier menggunakan model matematis untuk menjelaskan persoalan yang dihadapinya. Sifat linier memberi arti bahwa seluruh fungsi matematis dalam model merupakan fungsi yang linier, demikian kata program merupakan sinonim untuk perencanaan. Dengan demikian program linier adalah perencanaan aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatu hasil yang optimum, yaitu suatu hasil yang mencapai tujuan terbaik di antara alternatif yang fisibel. Formulasi model matematis dari persoalan pengalokasian sumber-sumber pada permasalahan program linier adalah sebagai berikut: Maksimum/Minimum (2.6)

15 Kendala: dan Model program linier diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai masalah diantaranya adalah sebagai berikut: a. Masalah kombinasi produk, yaitu menentukan berapa jumlah dan jenis produk yang harus dibuat agar diperoleh keuntungan maksimum atau biaya minimum dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki. b. Masalah perencanaan investasi, yaitu berapa banyak dana yang akan ditanamkan dalam setiap alternatif investasi, agar memaksimumkan return in investmen atau net present value dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki. c. Masalah perencanaan produksi dan persediaan, yaitu menentukan berapa banyak produk yang akan diproduksi setiap periode, agar meminimumkan biaya persediaan, sewa, lembur, dan biaya sub kontrak. d. Masalah perencanaan promosi, yaitu berapa banyak dana yang akan dikeluarkan untuk kegiatan promosi agar diperoleh efektivitas penggunaan media promosi.

16 Persyaratan Penyelesaian Parlin (1997) mengemukakan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam merumuskan suatu problema keputusan ke dalam model matematik program linier adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kriteria tujuan. 2. Sumber daya yang tersedia sifatnya terbatas. 3. Semua variabel dalam model memiliki hubungan matematis yang bersifat linier. 4. Koefisien model diketahui dengan pasti. 5. Bilangan yang digunakan dapat bernilai bulat atau pecahan. 6. Semua variabel keputusan harus bernilai nonnegatif. Untuk membuat formulasi model program linier, terdapat tiga langkah utama yang harus dilakukan, yaitu: 1. Tentukan variabel keputusan atau variabel yang ingin diketahui dan gambarkan dalam simbol matematik. 2. Tentukan tujuan dan gambarkan dalam satu sel fungsi linier dari variabel keputusan yang dapat berbentuk maksimum atau minimum. 3. Tentukan kendala dan gambarkan dalam bentuk persamaan linier atau ketidaksamaan linier dari variabel keputusan Perencanaan Agregat dan Scheduling Induk Kegiatan Perencanaan Produksi dimulai dengan melakukan peramalan-peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksi pada waktu yang akan datang. Peramalan produksi bermaksud untuk memperkirakan permintan akan barang-barang atau jasa-jasa perusahaan. Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat selalu menyesuaikan tingkat produksi

17 mereka dengan perubahaan permintaan nyata. Oleh karena itu, perusahaan mengembangkan rencana-rencana rasional yang menunjukkan bagaimana mereka akan memberikan tanggapan terhadap pasar. Ini merupakan tugas perencanaan Agregat dan scheduling induk. Perencanaan agregat bersangkutan dengan cara kapasitas organisasi digunakan untuk memberikan tanggapan terhadap permintaan yang diperkirakan. Perencanaan agregat adala proses perencanaan kuantitas dan pengaturan waktu selama periode waktu tertentu (biasanya antara 3 bulan sampai 1 tahun) melalui penyesuaian variabel-variabel tingkat produksi, karyawan, persediaan dan variabel ariabel yang dapat dikendalikan lainnya. Digunakan istilah agregat adaalah karena ramalan-ramalan permintaan akan barang atau jasa individual digabungkan menjadi unit-unit yang homogen. Perencanaan agregat mencerminkan strategi perusahaan dalam hal pelayanan kepada pelanggan, tingkat persediaan, tingkat produksi, jumlah karyawan, dan lain-lain (T.H. Handoko, 1984) Perencanaan Agregat atau Penjadwalan Agregat adalah sebuah pendekatan Makro untuk merancang jadwal produksi selama periode waktu tertentu (biasanya 3 sampai 18 bulan). Tujuan dari perencanaan agregat adalah untuk menentukan jadwal produksi yang optimal yang meminimasi biaya produksi total dan memenuhi ramalan permintaan dan kriteria manejemen yang lain. (Medya dan Kwardiniya, 2012) Perencanaan Agregat produksi merupakan kegiataan perencanaan mengenai pegawai, bahan baku, mesin dan modal yang diperlukan untuk memproduksi produk pada suatu periode tertentu di masa depan sesuai dengan estimasi permintaan pasar, kegiatan ini dilakukan sebelum melaksanakan proses produksi untuk menghindari adanya kelebihan produk yang dapat mengakibatkan banyaknya produk yang menumpuk di gudang yang pada akhirnya dapat mengakibatkan pemborosan dan kerugian. Perencanaan agregat produksi juga bertujuan untuk mengendalikan komponen-komponen dalam proses produksi

18 seperti kebutuhan jumlah pegawai, kapasitas mesin, luas gudang dan faktor peningkatan pada masing-masing biaya. (Jay Heizer, Barry Rander, 2001) Metode Transportasi Sebuah masalah transportasi melibatkan m sumber daya (sources), dimana pada masing-masingnya tersedia unit satuan produk homogen, dan n tempat (destinations), yang masing-masing membutuhkan unit produk ini. Bilangan-bilangan dan adalah bulat positif. Biaya untuk mentransportasikan unit produk dari sumber ke- ke tujuan ke- diketahui untuk tiap-tiap. Di sini dianggap bahwa total penawaran dan permintaan sama, yaitu: Misalkan menyatakan jumlah unit (yang tidak diketahui) yang akan dikirimkan dari sumber-i ke tempat tujuan j. Maka model matematik standar bagi persoalan ini adalah: Dan semua bulat dan tak negatif. Metode penyelesaian persoalan angkutan menggunakan suatu format tabel yang memperlihatkan data persoalan dan keterangan-keterangan lain dari cara penyelesaian persoalan, seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel ini memuat baris dan kolom.

19 Tabel 2.1. Tabel untuk Persoalan Transportasi Sumber: P. Siagian, Menentukan Jawaban Layak Pertama Langkah pertama dalam menyelesaikan persoalan transportasi adalah menentukan jawaban layak yang memenuhi semua kendala atau sistem transportasi yang diperlukan. Dari jawaban layak dapat dicari jawaban layak optimal yaitu jawaban yang meminimumkan ongkos transportasi. Ini dapat dilakukan dengan eberapa cara diantaranya akan kita perkenalkan yaitu: a. Metode Pojok Barat Laut (North West Corner Method) Metode pojok barat laut diperkenalkan oleh Charnes dan Cooper, kemudian dikembangkan oleh Danxig. Caranya adalah sebagai berikut:

20 1. Mulai dari pojok barat laut pada tabel persoalan transportasi (Tabel 2.1) yaitu sel (1,1). Bandingkan persediaan di dengan kebutuhan di, yaitu masingmasing dan Buat. (a) Bila, maka. Teruskan ke sel (1,2) yaitu gerakan mendatar dimana (b) Bila, maka. Teruskan ke sel (2,1) yaitu gerakan tegak dimana (c) Bila maka buatlah dan gerakkan terus ke (gerakan miring) 2. Teruskan langkah ini, setapak demi setapak, menjauhi pojok barat laut hingga, akhirnya, harganya telah dicapai pada tenggara dari tabel b. Metode Batu Loncatan (Stepping Stone Method) Misalnya kita mempunyai jawaban layak basis dari suatu persoalan angkutan dengan m asal dan n tujuan. Ini berarti bahwa terdapat m+n-1 variabel basis yang. Kita tidak mengetahui apakah jawaban ini sudah optimal atau tidak. Untuk menentukan apakah suatu jawaban layak basis optimal atau tidak, kita menggunakan metode yang disebut Metode Batu Loncatan atau Stepping Stone Method. Cararanya ialah melalui tabel data transportasi seperti tabel 2.1 yang memuat variabel basis dan. Kita menggunakan analisis marjinal dengan menghitung untuk setiap sel yang tidak memuat variabel basis sama seperti menghitung untuk setiap variabel nonbasis pada tabel simpleks. Untuk sel kita menemukan satu lop yang memuat sel sendiri dan sel-sel basis. Misalkan urutan sel dalam lop tersebut adalah: Bila harga variabel basis adalah dan karena koefisien variabel basis adalah atau, misalnya, maka:

21 Untuk menghitung untuk setiap sel yang tidak memuat, kita melakukan langkah seperti berikut: 1. Tentukan sel basis terdekat pada basis yang sama sedemikan rupa hingga sel basis lainnya terletak pada kolom yang sama. 2. Buat gerakan mendatar kemudian gerakan tegak. 3. Ulangi gerakan ini dari satu sel basis kepada sel basis lainnya hingga satu ketika tiba pada satu tempat atau sel yang satu kolom dengan sel yang dihitung nya. 4. Terakhir hubungan sel basis ini dengan sel nonbasis yang dinilai sehingga terbentuklah lop. 5. Jumlahkan harga semua sel basis dalam lo dengan membuat tanda bergantiganti positif-negatif dan hasilnya sama dengan Proses ini dapat kita lakukan untuk semua sel yang bukan basis, apabila: 1. untuk persoalan minimisasi maka jawab layak basis sudah optimal 2. untuk persoalan yang sama (minimisasi) maka berarti masih bisa diturunkan (untuk persoalan maksimisasi berlaku syarat sebaliknya). Sesudah dihitung untuk semua sel yang bukan basis, sekarang kita sudah siap menentukan jawab basis yang baru, yaitu dengan langkah-langkah seperti berikut ini: 1. Hitung atau tetapkan Artinya, variabel masuk dalam basis dan 2. Tentukan untuk menentukan variabel meninggalkan basis. Karena, maka variabel yang meninggalkan basis adalah, berarti dimana koefisien dalam lop yang memuat (p,q)

22 3. Tentukan nilai variabel basis untuk jawab basis yang baru dengan cara: a. b. Bila koefisien, maka dimana terdapat pada lop yang memuat (s,t). c. Bila koefisien, maka: dimana terdapat pada lop yang memuat (s,t). d. Untuk tidak pada lop yang memuat (s,t), terdapat: e. Bentuk tabel untuk jawab basis yang baru, yang memuat nilai variabel basis dan kemudian dilingkari seperti semula. f. Hitung untuk tiap sel dari tabel yang baru dan ulangi proses seperti pada langkah a sampai dengan e. Kalau semua, maka kita telah menemukan jawab optimal untuk persoalan angkutan yang dimaksud. Perlu dicatatat bahwa untuk menentukan jawab layak basis permulaan, lebih baik digunakan metode pojok barat laut. (P. Siagian, 2006) Kemerosotan (Degeneracy) Tidak seperti dalam Program Linier (PL), dalam persoalan angkutan kemerosotan mendapat perhatian penting karena jawaban meresot (degenerate solution) mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengatur pengembangan semua sel yang bukan basis menjadi basis.kemerosotan muncul jika jawaban layak basis wal memuat kurang dari variabel basis. Keadaan ini terjadi pada waktu menentukan jawaban basis awal atau pada waktu menentukan jawab basis awal atau pada waktu proses iterasi untuk menentukan basis berikutnya.

23 Kejadian pertama disebabkan karena persediaan dan kebutuhan sama-sama habis pada penentuan jawaban awal pertama dan karena itu, kita terpaksa berhenti untuk penentuan jawab berikutnya sesuai dengan langkah-langkah dalam metode barat-laut. Kejadian kedua juga timbul karena hal yang sama yaitu karena subbagian dari persediaan sama-sama habis dengan kebutuhan atau sebaliknya. Kedua kejadian ini, kita gambarkan sekaligus dalam tabel berikut ini. Tabel 2.2. Kemerosotan Asal Tujuan Persediaan 7 0 x x Kebutuhan Sumber: P. Siagian, 2006 Dengan demikian, kita berhenti dengan jumlah variabel basis yang lebih kecil dari variabel. Dalam hal ini kita hanya menemukan 7 variabel. Oleh karena itu, kita tidak bisa membentuk pohon basis dari (1,1) hingga (5,5). Untuk mengatasi hal ini, kita memperkenalkan bilangan berharga nol tanpa membangun suatu algoritma khusus. Misalnya, kalau terdapat variabel maka tambahkanlah sejumlah sel berharga nol sehinggga terdapat sel basis. Untuk memilih sel yang demikian tentukanlah sel bukan basis sedemikan rupa hingga akhirnya sel (termasuk sel tambahan berharga nol) membentuk pohon basis (lihat Tabel 2.2)

24 Tetapi untuk menghilangkan timbulnya kemerosotan jawab layak basis, kita membuat transformasi dengan memperkenalkan suatu bilangan sedemikian hingga : dimana tidak mempengaruhi jumlah persediaan atau kebutuhan sesungguhnya. Jadi dalam praktek, dapat dihilangkan. Dengan demikian kita memperoleh : atau Sekarang kita perlihatkan bagaimana cara ini kita perlakukan yang sekaligus akan mengatasi munculnya kemerosostan dan dapat dibentuk satu pohon basis meskipun variabel basis kurang dari, yaitu : Tabel 2.3. Penambahan nilai Asal Tujuan Persediaan Kebutuhan

25 2.6. Matriks Transportasi Bowman Hubungan perencaan produksi yang dalam penelitian ini merupakan perencanaan produksi agregat dengan Matriks Transportasi Bowman adalah bahwa metode transportasi dapat digunakan untuk mencari solusi dari perencanaan produksi. Jadi dalam hal ini, agar metode transportasi dapat digunakan, kita harus merumuskan permasalahan perencanaan agregat agar: 1. Kapasitas produksi (supply) dan tujuan diperlihatkan di dalam unit yang sama. 2. Total kapasitas untuk wilayah perencanaan sama dengan tujuan yang diramalkan. Jika kondisi ini tidak terjadi, dapat dibuat kapasitas sumber tiruan atau waktu luang pada kolom tujuan., dengan harga per unitnya adalah nol, agar system seimbang. 3. Semua hubungan harga dibauat dalam bentuk linier. (Sultana et al. 2014). Edward H. Bowman dari School of Industrial Management, Massashussets Inssitute of Technology, Cambridge, Massachuessets, telah mengembangkan sebuah model penjadwalan produksi dengan metode transportasi sebelum tanggal 11 agustus Banyak perusahaan penghasil produk mempunyai pengalaman penjualan yang berfluktuasi, khususnya atas dasar musiman. Fluktuasi di dalam penjualan dapat dipenuhi dengan fluktuasi di dalam produksi atau fluktuasi di dalam persediaan atau kombinasi dari kedua macam fluktuasi tersebut, agar biaya produksi dan persediaan minimum. Bowman telah menguji suatu kelas di M.I.T. s School of Industrial Management dengan memberi sebuah kasus jadwal produksi yang relatif sederhana untuk diselesaikan dengan metode simpleks, dan kemudian dengan menggunakan metode transportasi. Penyelesaian dengan metode simpleks memerlukan waktu 2 hingga 3 jam, sedang penyelesaian denan metode

26 transportasi memerlukan waktu 15 hingga 30 menit. Matriks transportasi yang telah dikembangkan oleh Bowman untuk menyelesaikan kasus penjadwalan produksi dapat dilihat pada Tabel Matriks jadwal produksi Bowman yang ditampilkan pada Tabel pada dasarnya tidak berbeda dengan matriks. Namun, Bowman telah merancang bangun matriks ini agar sumber selalu lebih besar atau sama dengan tujuan, sehingga tujuan tidak mungkin lebih besar dari sumber. Itulah sebabnya berbagai kemungkinan yang dapat digunakan untuk memenuhi permintaan penjualan diletakkan pada sumber, seperti persediaan I, produksi rutin atau reguler R, lembur atau overtime O, dan bahkan subkontrak S juga dapat ditempatkan pada sumber. (Siswanto, 2007)

27 32 Tabel 2.4. Matriks Jadwal Produksi Bowman Periode Penjualan (Tujuan) Periode Waktu Kapasitas Produksi Persediaan luang Total Sumber (1) (2) (3) Persediaan Reguler (1) Lembur (1) Reguler (2) Lembur (2) Reguler (3) Lembur (3) Reguler (n) Lembur (n) Keb. Total Sumber: Siswanto 2007

28 Notasi: = Persediaan pada akhir periode ke-i = Jumlah maksimum unit yang dapat diproduksi selama periode waktu ke-i pada waktu reguler = Jumlah maksimum unit yang dapat diproduksi selama periode waktu ke-i pada waktu lembur = Jumlah produk jadi yang akan dijual (dikirim) selama periode waktu ke-i = Biaya produksi per unit pada jam reguler (jam kerja biasa) = Biaya produksi per unit pada jam lembur = Biaya penyimpanan per unti per periode waktu Berbagai kemungkinan sumber tersebut kemudian akan dipilih oleh model atas dasar biaya terkecil untuk memenuhi seluruh permintaan penjualan agar biaya total minimum. Karena kapasitas total sumber pada model yang dikembangkan oleh Bowman ini selalu mampu memenuhi permintaan penjualan, secara sistematis: Dengan demikian, model matematik penjadwalan produksi Bowman adalah: Kendala: dimana, parameter biaya sumber per unit, seperti biaya produksi rutin lembur., biaya

29 2.7. Penggunanan Linear Programming dalam Masalah Transportasi Masalah transportasi dapat juga dipecahkan dengan metode liniear programming. Sudah dibahas sebelumnya bahwa kebutuhan tidak selalu sama dengan kapasitas yang tersedia. Seperti halnya dalam Model Matriks Transportasi Bowman. Berikut ini akan disajikan perumusan masalah kalau kebutuhan sama, lebih besar atau lebih kecil dari kapasitas yang tersedia. Setelah masalah dirumuskan, maka dapat diselesaikan dengan langkah-langkah dalam metode linear programming, a. Kebutuhan sama dengan kapasitas Fungsi tujuan: Batasan-batasan: Pada rumusan di atas semua kebutuhan dapat dipenuhi, semua kapasitas sumber dialokasikan, dan nilai alokasi harus positif. b. Kebutuhan lebih kecil dari kapasitas Fungsi tujuan: Batasan-batasan:

30 Pada rumusan di atas semua kebutuhan dapat dipenuhi, tetapi kapasitas sumber tidak bisa dimanfaatkan sepenuhnya. c. Kebutuhan lebih besar dari kapasitas Fungsi tujuan: Batasan-batasan: Pada rumusan di atas tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi kapasitas sumber telah digunakan sepenuhnya. (Subgyo, 1984) 2.8. Biaya-biaya Persediaan Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan: 1. Biaya penyimpanan (Holding costs atau carrying costs) yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persedian semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan dan sebagainya). b. Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan. c. Biaya keusangan.

31 d. Biaya penghitungan fisik. e. Biaya asuransi persediaan. f. Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan. g. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya Biaya-biaya tersebut di atas adalah variabel apabila bervariasi dengan tingkat persediaan. Apabila biaya fasilitas tidak penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau hrga barang. Untuk perusahaan-perusahaan manufacturing biasanya, biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen. 2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs). Biaya-biaya ini meliputi: a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi b. Upah c. Biaya telepon d. Pengeluaran surat menyurat e. Biaya pengepakan dan penimbangan f. Biaya pemeriksaan g. Biaya pengiriman ke gudang h. Biaya utang lancar dan sebagainya Pada umumnya, biaya perpesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitatis) tidak naik bila kuantitatis pesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan. 3. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost. Hal ini terjadi apabila ahanbahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (set-up costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:

32 a. Biaya mesin-mesin menganggur b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung c. Biaya penjadwalan d. Biaya ekspedisi dan lainnya Seperti halnya biaya pemesanan. Biaya penyiapan total per periode adalah sama dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per periode. 4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs), adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan baha. Biayabiaya yang termasuk kekurangan bahan adalah sebagai berikut: a. Kehilangan penjualan b. Kehilangan langganan c. Biaya pemesanan khusus d. Biaya ekspedisi e. Selisih harga f. Terganggunya operasi g. Tambahan pengeluaran kegiatan manejerial dan sebagainya Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataannya biaya ini seringmerupakan opportunity costs, yang sulit diperkirakan secara obyektif (Rangkuti, 1995). Salah satu model EOQ yang dapat menghitung biaya persediaan per unit adalah dengan menggunakan persamaan EOQ model dengan adanya kapasitas lebih. Jumlah seluruh biaya rata adalah : Dimana: Kapasitas/kemampuan produksiper tahun Jumlah permintaan per tahun Biaya pemesanan (Ordering cost) per tahun Biaya penyimpanan (carrying cost) per tahun

33 Optimum order size Catatan : jika biaya yang dihitung bukan biaya optimum, melainkan biaya sebenarnya yang diterapkan oleh perusahaan Software LINDO LINDO( Linear Ineraktive Discrete Optimizer ) adalah software yang dapat digunakan untuk mencari penyelesaian dari masalah pemrograman linear. Dengan menggunakan software ini memungkinkan perhitungan masalah pemrograman linear dengan n variabel. Prinsip kerja utama LINDO adalah memasukkan data, menyelesaikan, serta menaksirkan kebenaran dan kelayakan data berdasarkan penyelesaiannya. Menurut Linus Scharge (1991), Perhitungan yang digunakan pada LINDO pada dasarnya menggunakan metode simpleks. Sedangkan untuk menyelesaikan masalah pemrograman linear integer nol-satu software LINDO menggunakan Metode Branch and Bound (metode Cabang dan Batas) menurut Mark Wiley (2010). Untuk menentukan nilai optimal dengan menggunakan LINDO diperlukan beberapa tahapan yaitu: 1. Menentukan model matematika berdasarkan data real 2. Menentukan formulasi program untuk LINDO 3. Membaca hasil report yang dihasilkan oleh LINDO. Perintah yang biasa digunakan untuk menjalankan program LINDO adalah: 1. MAX, digunakan untuk memulai data dalam masalah maksimasi; 2. MIN, digunakan untuk memulai data dalam masalah minimasi; 3. END, digunakan untuk mengakhiri data; 4. GO, digunakan untuk pemecahan dan penyelesaian masalah;

34 5. LOOK, digunakan untuk mencetak bagian yang dipilih dari data yang ada; 6. GIN, digunakan untuk variabel keputusan agar bernilai bulat; 7. INTE, digunakan untuk menentukan solusi dari masalah biner; 8. INT, sama dengan INTE; 9. SUB, digunakan untuk membatasi nilai maksimumnya; 10. SLB, digunakan untuk membatasi nilai minimumnya; 11. FREE, digunakan agar solusinya berupa bilangan real. Kegunaan utama dari program LINDO adalah untuk mencari penyelesaian dari masalah linier dengan cepat dengan memasukan data yang berupa rumusan dalam bentuk linier. LINDO memberikan banyak manfaat dan kemudahan dalam memecahkan masalah optimasi dan minimasi. Berikut ini cara memulai menggunakan program LINDO adalah dengan membuka file LINDO kemudian klik dua kali pada LINDOw32, tunggu sampai muncul dialog lalu klik OK, LINDO sipa dioperasikan. Pada layar akan muncul untitled baru yang siap untuk tempat mengetikkan formasi. Gambar 2.6. Tampilan LINDO

35 Model LINDO minimal memiliki tiga syarat: 1. memerlukan fungsi objektif; 2. variabel; 3. batasan (fungsi kendala). Untuk syarat pertama fungsi objektif, bisa dikatakan tujuan. Tujuan disini memiliki dua jenis tujuan yaitu maksimasi ( MAX ) dan minimasi (MIN ). Kata pertama untuk mengawali pengetikan formula pada LINDO adalah MAX atau MIN. Formula yang diketikan ke dalam untitled (papan editor pada LINDO) setelah MAX atau MIN disebut fungsi tujuan. Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut. Fungsi tujuan model matematika Diketikkan ke dalam untitled menjadi MIN C1X1+C2X CnXn atau MAX C1X1+C2X CnXn Untuk syarat kedua adalah variabel. Variabel ini sangat penting, LINDO tidak dapat dijalankan tanpa memasukkan variabel dalam formula. Untuk syarat ketiga setelah fungsi objektif dan variabel selanjutnya adalah batasan Dalam kenyataannya variabel tersebut pasti memiliki batasan, batasan itu misalnya keterbatasan bahan, waktu, jumlah pekerja, biaya operasional. Setelah fungsi objektif diketikkan selanjutnya diketikkan Subject to atau ST untuk mengawali pengetikan batasan dan pada baris berikutnya baru diketikkan batasan yang ada diakhir batasan kita akhiri dengan kata END. Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :

36 untuk pengetikkan fungsi kendala ke dalam untitled adalah sebagai berikut: SUBJECT TO a11x1+a12x2+...+c1nxn <= b1 a11x1+a22x2+...+c2nxn <= b2 am1x1+am2x2+...+cmnxn <= bm X1>= 0 X2>= 0 Xn>= 0 END Contoh : Akan diselesaikan model pemrograman linear integer berikut dengan menggunakan software LINDO Dengan fungsi kendala : dalam formula diketikan dengan: MAX 100X1 + 60X2 +70X3 + 15X4 + 15X5 SUBJECT TO 52X1 + 32X2 +35X3 + 15X4 + 7X5 <= 60 END INTE X1 INTE X2 INTE X3 INTE X4 INTE X5

37 Keseluruhan formulasi yang dapat diketikkan ke dalam untitled LINDO seperti pada gambar berikut. Gambar 2.7. Formulasi pada LINDO Setelah formula diketikkan siap dicari solusinya dengan memilih perintah Solve atau mengklik tombol Solve pada toolbar. LINDO akan mengoreksi kesalahan pada formula terlebih dahulu. Jika terjadi kesalahan dalam pengetikan (tidak dapat dibaca oleh komputer) akan muncul kotak dialog dan kursor akan menunjukkan pada baris yang salah. Gambar 2.8. Menu Solve Menu Solve digunakan untuk menampilkan hasil secara lengkap dengan beberapa pilihan berikut: 1. Solve-Solve, digunakan untuk menampilkan hasil optimasi dari data pada papan editor dan secara lengkap. Pada tampilan hasil mencangkup nilai variabel keputusan serta nilai dual price-nya. Pada nilai peubah keputusan ditampilkan pula nilai peubah keputusan yang nol. Perbedaannya dengan Report

38 Solution adalah pada Report Solution kadang-kadang jawabannya tidak optimal interasinya, sehingga pada Solve-Solve jawaban yang ditampilkan bernilai optimal. Report Solution tidak menampilkan nilai Dual Price serta ada pilihan apakah perlu ditampilkan nilai peubah keputusan yang nol. 2. Solve-Compile Model, digunakan untuk mengecek apakah struktur penyusunan data pada papan editor data sudah benar. Jika penulisannya tidak benar, maka akan ditampilkan pada baris ke-berapa kesalahan tersebut terdapat. Jika tidak ada kesalahan, maka proses dapat dilanjutkan untuk mencari jawaban yang optimal. 3. Solve Privot, digunakan untuk menampilkan nilai slack. 4. Solve Debug, digunakan untuk mempersempit permasalahan serta mencari pada bagian mana yang mengakibatkan solusi tidak optimal, selanjutnya ada pertanyaan untuk menentukan tingkat kesensitifitasan solusi. Gambar 2.9. Tampilan Sensitifitas Analisis

39 Jika tidak terjadi kesalahan akan muncul status LINDO. Status ini berguna untuk memonitor proses solusi. Selanjutnya tekan close dan pada LINDO akan muncul tampilan baru yang disebut report windows. Dalam report ini adalah 115 dengan dan Gambar Tampilan Report Solusi LINDO Untuk tampilan pada report diatur sesuai dengan kebutuhan. Pengaturan report dilakukan dengan memilih Report pada toolbar LINDO.

40 Gambar Tampilan Perintah Report Program LINDO Dalam menu report terdapat beberapa pilihan sebagai berikut: 1. Report Solution, digunakan untuk mendapatkan solusi optimal dari permasalahan program linier yang tersaji pada papan editor data. 2. Report Range, digunakan untuk menayangkan hasil penyelesaian analisis sensivitas. Pada analisis sensivitas yang ditayangkan mencakup aspek Allowable Increase dan Allowable Decrease. 3. Report Parametrics, digunakan untuk mengubah dan menampilkan hasil hanya pada baris kendala tertentu saja. 4. Report Statistics, digunakan untuk mendapatkan laporan kecil pada papan editor report. 5. Report Peruse, digunakan untuk menampilkan sebagian dari model atau jawaban. 6. Report Picture, digunakan untuk menampilkan (display) model dalam bentuk matriks.

41 7. Report Basis Picture, digunakan untuk menampilkan text format dari nilai basis, dan disajikan sesuai urutan baris dan kolom. 8. Report Table, digunakan untuk menampilkan tabel simpleks dari model yang ada. 9. Report Formulation, digunakan untuk menampilkanmodel pada papan editor data ke papan editor report. 10. Report Show Coloum, digunakan untuk menampilkan koefisien peubah. Untuk menyimpan file, arahkan kursor pada papan editor yang diaktifkan. Menu menyimpan file ada dua macam yakni File Save, dan File Save As.

SOFTWARE LINDO I KOMANG SUGIARTHA

SOFTWARE LINDO I KOMANG SUGIARTHA SOFTWARE LINDO I KOMANG SUGIARTHA PENGERTIAN LINDO LINDO (Linear Interaktive Discrete Optimizer) merupakan software yang dapat digunakan untuk mencari penyelesaian dari masalah pemrograman linear. Prinsip

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Perencanaan Produksi 211 Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan aktifitas untuk menetapkan produk yang akan diprodksi untuk periode selanjutnyatujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 51 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi 2.1.1 Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan penentuan arah awal dari tindakan yang harus dilakukan di masa yang akan datang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terhadap satu atau lebih variabel bebas disebut persamaan diferensial. Jika turunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. terhadap satu atau lebih variabel bebas disebut persamaan diferensial. Jika turunan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persamaan Diferensial Parsial Suatu persamaan yang meliputi turunan fungsi dari satu atau lebih variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas disebut persamaan diferensial.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam satu periode yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) Menurut Sri Mulyono (1999), Program Linier (LP) merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perawat 2.1.1 Konsep Penjadwalan Pengertian jadwal menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja; daftar atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model Pengertian sistem Pengertian model

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model Pengertian sistem Pengertian model BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model 2.1.1 Pengertian sistem Pengertian sistem dapat diketahui dari definisi yang diambil dari beberapa pendapat pengarang antara lain : Menurut Romney (2003, p2) sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti sederhana, model transportasi berusaha menentukan sebuah rencana transportasi sebuah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Masalah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali muncul di Inggris selama Perang Dunia II. Inggris mula-mula tertarik menggunakan metode kuantitatif dalam

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Distribusi merupakan proses pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan. Kotler (2005) mendefinisikan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Produksi dan Operasi Manajeman (management) merupakan proses kerja dengan menggunakan orang dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan (Bateman, Thomas S. : 2014)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti sederhana, model

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produk Menurut Daryanto (2011:49) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjaan waktu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Optimalisasi Distribusi Sistem distribusi adalah cara yang ditempuh atau digunakan untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Teori dan Konsep 2.. Pengertian Manajemen Produksi/Operasi Sebelum membahas lebih jauh mengenai metode transportasi, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Amsyah (2005), definisi sistem adalah elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan kerja dari prosedur

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perencanaan Produksi 1. Pengertian Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini diberikan beberapa konsep dasar yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini, seperti pengertian persediaan, metode program linier. 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Teori Dunia industri biasanya tak lepas dari suatu peramalan, hal ini disebabkan bahwa peramalan dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Definisi dan Tujuan Peramalan Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah sesuatu pada waktu yang akan datang berdasarkan data pada masa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM.

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM. (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com - Linear Programming Linear programing (LP) adalah salah satu metode matematis yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. PengertianPeramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam usaha mengetahui atau melihat perkembangan di masa depan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan produksi adalah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi dan sumber daya apa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Istilah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali digunakan pada tahun 1940 oleh Mc Closky dan Trefthen di suatu kota kecil Bowdsey Inggris. Riset Operasi adalah

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi globalisasi dunia saat ini mendorong persaingan diantara para pelaku bisnis yang semakin ketat. Di Indonesia sebagai negara berkembang, pembangunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan. Perusahaan memproduksi berbagai

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM LINIER DALAM OPTIMASI BIAYA PAKAN IKAN DENGAN METODE SIMPLEKS (STUDI KASUS PT. INDOJAYA AGRINUSA MEDAN)

PENERAPAN PROGRAM LINIER DALAM OPTIMASI BIAYA PAKAN IKAN DENGAN METODE SIMPLEKS (STUDI KASUS PT. INDOJAYA AGRINUSA MEDAN) PENERAPAN PROGRAM LINIER DALAM OPTIMASI BIAYA PAKAN IKAN DENGAN METODE SIMPLEKS (STUDI KASUS PT. INDOJAYA AGRINUSA MEDAN) Beby Sundary (1011297) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa perkembangan transportasi terwujud dalam bentuk kemajuan alat angkut yang selalu mengikuti dan mendorong kemajuan teknologi transportasi. Pada umumnya masalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan untuk kelancaraan kontinuitas usahanya dan mampu bersaing

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7 Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, yaitu kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian dan Peranan Peramalan Aktivitas manajerial khususnya dalam proses perencanaan, seringkali membutuhkan pengetahuan tentang kondisi yang akan datang. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan produksi sebagai suatu perencanaan taktis yang bertujuan untuk memberikan keputusan berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simpleks dan Metode Branch

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen Produksi dan Operasi terdiri dari kata manajemen, produksi dan operasi. Terdapat beberapa pengertian untuk kata manajemen

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Menurut Kusuma (2004:13), peramalan (forecasting) adalah perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Operation Research (OR) digunakan dalam penyelesaian masalahmasalah manajemen untuk meningkatkan produktivitas, atau efisiensi. Metode dalam Teknik

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI OLEH YULIATI, SE, MM

MODEL TRANSPORTASI OLEH YULIATI, SE, MM MODEL TRANSPORTASI OLEH YULIATI, SE, MM PERSOALAN TRANSPORTASI Metode transportasi adalah suatu metode dalam Riset Operasi yang digunakan utk mengatur distribusi dari sumber-sumber yg menyediakan produk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto 18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Dalam menghitung pendapatan regional, dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan

Lebih terperinci

BAB III MODEL TRANSPORTASI. memperkecil total biaya distribusi (Hillier dan Lieberman, 2001, hlm. 354).

BAB III MODEL TRANSPORTASI. memperkecil total biaya distribusi (Hillier dan Lieberman, 2001, hlm. 354). BAB III MODEL TRANSPORTASI. Pendahuluan Permasalahan transportasi berkaitan dengan pendistribusian beberapa komoditas dari beberapa pusat penyediaan, yang disebut dengan sumber menuju ke beberapa pusat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 26 BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Tinjauan Pustaka 211 Pengumpulan Data Statistika Deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Terdapat bermacam-macam network model. Network : Suatu sistem saluran-saluran yang menghubungkan titiktitik

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13 Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network :

Lebih terperinci

Manajemen Operasional

Manajemen Operasional Linear Programming (LP) Dosen Febriyanto, SE. MM. www.febriyanto79.wordpress.com Linear Programming Linear programing (LP) adalah salah satu metode matematis yang digunakan untuk membantu manajer dalam

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI

PERENCANAAN PRODUKSI PERENCANAAN PRODUKSI Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Dinamik Pemrograman dinamik adalah suatu teknik matematis yang biasanya digunakan untuk membuat suatu keputusan dari serangkaian keputusan yang saling berkaitan. Pemrograman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SEJARAH SINGKAT PT. GMF AEROASIA Dimulai pada tahun 1949, GMF AeroAsia berasal dari Divisi Teknik Garuda Indonesia Airlines di Kemayoran dan Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta,

Lebih terperinci

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 0 PENELITIAN OPERASIONAL Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA http://wwwmercubuanaacid JAKARTA 007 PENDAHULUAN Suatu

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6 MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6 Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network : Suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pemrograman Linear Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimum atau minimum) dengan menggunakan persamaan dan

Lebih terperinci

R PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

R PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dunia bisnis, manajemen rantai suplai merupakan strategi klasik yang banyak digunakan oleh industri atau perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Salah satu tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK 3.1 Metode Pemulusan Eksponensial Holt-Winter Metode rata-rata bergerak dan pemulusan Eksponensial dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. Sebelah Timur dengan Provinsi Riau. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. Sebelah Timur dengan Provinsi Riau. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Demografi Penduduk Demografi adalah uraian tentang penduduk, terutama tentang kelahiran, perkawinan, kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi ilmiah tentang jumlah penduduk,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Manufaktur Manufaktur berasal dari kata Manufacture yang berarti membuat dari tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang (Prawirosentono,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Forecasting 2.1.1 Definisi dan Tujuan Forecasting Forecasting adalah peramalan (perkiraan) mengenai sesuatu yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Peramalan (forecasting) 2.1.1. Hubungan Forecast dengan Rencana Forecast adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedang rencana merupakan penentuan apa

Lebih terperinci

BAB 2. PROGRAM LINEAR

BAB 2. PROGRAM LINEAR BAB 2. PROGRAM LINEAR 2.1. Pengertian Program Linear Pemrograman Linier disingkat PL merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan selama 1 bulan, terhitung mulai tanggal 28 Mei 2013 sampai 28 Juni 2013, sesuai dengan izin yang diberikan oleh Kepala Cabang PT. Mega

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi Sebelum merancang sistem perlu dikaji konsep dan definisi dari sistem.. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 65 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Kebutuhan Komponen Dalam pembuatan cat, diperlukan beberapa komponen yang menyusun terbentuknya cat tersebut menjadi produk jadi. Data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci