BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN BISNIS AIR MINUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN BISNIS AIR MINUM"

Transkripsi

1 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN BISNIS AIR MINUM BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI 2009

2 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 1 BAB I KATA PENGANTAR Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi Kompeten di tempat kerja Penjelasan materi pelatihan Desain materi pelatihan Isi modul Pelaksanaan materi pelatihan Pengakuan kompetensi terkini (RCC) Pengertian-pengertian 6 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta paket pelatihan Pengertian unit standar Unit standar kompetensi Daftar unit kompetensi Durasi pelatihan Kesempatan mencapai kompetensi Unit kompetensi yang dipelajari Judul unit Kode unit Deskripsi unit Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja Batasan variabel Panduan penilaian Kompetensi kunci 14 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi pelatihan Metode pelatihan 15 Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 1 dari 59

3 BAB IV MANAJEMEN BISNIS AIR MINUM Penerapan konsep dasar bisnis Pemahaman visi, misi, dan rencana jangka panjang Pemahaman kebijakan perusahaan Pemahaman budaya dan tata nilai Kebutuhan air minum Perhitungan kebutuhan air minum Validasi kebutuhan air minum Analisis daya beli konsumen Analisis perilaku konsumen Harga pokok penjualan Komponen biaya Harga satuan air minum Penetapan tarif Kapasitas sistem Kebutuhan air baku Jumlah sambungan rumah Sistem pengaliran Kalkulasi pendapatan Jenis pendapatan Penagihan piutang Pendapatan perusahaan Pengukuran kinerja perusahaan Dasar pengukuran kinerja Perspektif pengukuran kinerja Indikator kinerja sesuai keputusan Mendagri Pencapaian kinerja Tindakan perbaikan Pelaporan 56 BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber daya manusia Sumber-sumber perpustakaan 59 Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 2 dari 59

4 BAB I KATA PENGANTAR 1.1. Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan merupakan kumpulan dari unsur-unsur yang dinamis, yang saling berhubungan/berkaitan dalam proses pencapaian tujuan pelatihan. Perumusan tujuan pelatihan berbasis kompetensi merupakan penjabaran dari rangkaian kegiatan yang disyaratkan dalam standar kompetensi untuk menjawab tuntutan dari setiap kriteria unjuk kerja dalam pencapaian kompetensi kerja. Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja, meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta. Sehingga setelah pelatihan selesai peserta memperoleh peningkatan kompetensi yang dibutuhkan dan mampu mengisi jabatan/profil pekerjaan yang dibutuhkan Kompeten di tempat kerja Kompetensi adalah menyatunya ketiga aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja atau KSA (knowledge, skill, attitude) yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja yang disyaratkan di tempat kerja. Kompetensi adalah potensi seseorang yang ditampilkan setelah dilatih melalui pelatihan. Adapun ukuran standar kompetensi tersebut dapat diukur dan dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja. Kompeten di tempat kerja adalah seseorang yang telah dapat memenuhi persyaratan jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar/tempat kerja. Tuntutan kualitas tersebut didasarkan pada perangkat bakuan kompetensi (kriteria unjuk kerja) Penjelasan materi pelatihan Desain materi pelatihan Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian kompetensi kerja. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 3 dari 59

5 Pada materi pelatihan, aspek-aspek kompetensi dalam indikator unjuk kerja diuraikan ke dalam bentuk modul pelatihan, agar dapat dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh peserta pelatihan. Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada pelatihan konvensional/klasikal dan pelatihan individual/mandiri. Yang dimaksud dengan pelatihan klasikal adalah pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan bantuan seorang pelatih atau pembimbing, dengan menggunakan proses belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri oleh peserta, dengan menambah unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan pelatih. Selanjutnya dapat dipraktekkan penyelesaian suatu tugas tertentu melalui tahapantahapan latihan yang sistematis Isi modul Modul merupakan uraian terkecil bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis untuk membantu peserta pelatihan menguasai tujuan pelatihan. Modul akan memandu pelatih/fasilitator menyampaikan bahan belajar dalam proses pelatihan yang sesuai secara terinci. Modul ini terdiri dari 3 bagian, yaitu: a. Buku informasi Buku Informasi adalah sumber pelatihan, baik untuk pelatih maupun untuk peserta pelatihan. b. Buku kerja Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri. Buku kerja diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi : Kegiatan-kegiatan yang membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian kemampuan peserta pelatihan. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 4 dari 59

6 c. Buku penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja. Buku penilaian berisi : Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan kemampuan. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian kemampuan peserta pelatihan. Sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai kemampuan. Semua jawaban/tanggapan pada setiap pertanyaan yang diisikan pada buku kerja. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. Catatan pencapaian kemampuan peserta pelatihan Pelaksanaan materi pelatihan Pada pelatihan klasikal, pelatihan akan: Menyediakan buku informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. Menyediakan salinan buku kerja kepada setiap peserta pelatihan. Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada buku kerja. Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama pelatihan. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku kerja. Memberikan jawaban pada buku kerja. Mengisikan hasil tugas praktik pada buku kerja. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatihan Pengakuan kompetensi terkini (RCC) Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC, recognition of current competency). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 5 dari 59

7 Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah: a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, atau b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama Pengertian-pengertian Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja, atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. Standarisasi Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. Penilaian / uji kompetensi Penilaian atau uji kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan (kriteria unjuk kerja). Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan. Standar kompetensi Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang diperlukan pada rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaku atau pemangku jabatan kerja. Standar Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 6 dari 59

8 kompetensi dinyatakan dalam format tertentu, yaitu: (i) unit kompetensi dari jabatan kerja tersebut; (ii) elemen kompetensi dari tiap unit kompetensi, dan (iii) kriteria unjuk kerja untuk tiap unit kompetensi. Sertifikasi kompetensi Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi. Sertifikat kompetensi Sertifikat kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yaitu tenaga kerja trampil atau ahli yang telah menguasai suatu kompetensi tertentu dan telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/ketrampilan tertentu. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 7 dari 59

9 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta paket pelatihan Standar kompetensi kerja sektor air minum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) sub sektor, yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengelolaan. Pada bidang pengelolaan air minum diantaranya meliputi bidang manajemen. Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum, yang dikategorikan dalam: Kelompok kompetensi umum, terdiri dari 2 unit kompetensi. Kelompok kompetensi inti, terdiri dari 15 unit kompetensi. Kelompok kompetensi khusus, terdiri dari 2 unit kompetensi. 2.2 Pengertian unit standar Unit standar kompetensi Standar kompetensi Merupakan pernyataan apa yang harus dikerjakan di tempat kerja, disusun dengan pendekatan bidang pekerjaan. Standar kompetensi terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Unit kompetensi Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar kompetensi. Setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen kompetensi. Elemen kompetensi Merupakan bagian terkecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan sejumlah fungsi tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut. Kriteria unjuk kerja (KUK) Merupakan langkah kerja yang harus dilaksanakan dalam pencapaian elemen kompetensi. KUK mencerminkan kegiatan yang menggambarkan 3 aspek, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja. Selain itu KUK juga menunjukkan sejauh mana persyaratan elemen kompetensi dapat diukur berdasarkan pada tingkat yang diinginkan. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 8 dari 59

10 2.2.2 Daftar unit kompetensi Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum : A. Kelompok kompetensi umum 1. Menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Melaksanakan manajemen umum. B Kelompok kompetensi inti 1. Melaksanakan manajemen mutu 2. Melaksanakan manajemen strategik 3. Melaksanakan manajemen sumber daya manusia 4. Melaksanakan manajemen aset/barang 5. Melaksanakan manajemen keuangan dan akuntansi 6. Melaksanakan manajemen informasi 7. Melaksanakan manajemen operasi SPAM 8. Melaksanakan manajemen pemeliharaan SPAM 9. Melakukan komunikasi 10. Melaksanakan konseling 11. Melaksanakan negosiasi bisnis 12. Melakukan manajemen bisnis air minum 13. Melakukan manajemen investasi 14. Melakukan manajemen resiko 15. Melaksanakan kemitraan pemerintah badan usaha C Kelompok kompetensi khusus 1. Menerapkan prinsip pengadaan barang dan jasa 2. Melakukan hubungan masyarakat Durasi pelatihan Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan seluruh 19 unit kompetensi adalah 111 JPL, dimana 1 JPL (jam pelajaran) adalah 45 menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan unit kompetensi ini adalah 9 JPL Kesempatan mencapai kompetensi Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 9 dari 59

11 kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3 Unit kompetensi yang dipelajari Judul unit Judul unit kompetensi: Melakukan manajemen bisnis air minum Kode unit Kode unit: Deskripsi unit Unit ini berhubungan dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan manajemen bisnis air minum Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja Elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi berikut kriteria unjuk kerja terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi melakukan manajemen bisnis air minum ELEMEN KOMPETENSI 01. Menerapkan konsep dasar bisnis. KRITERIA UNJUK KERJA 1.1. Visi dan misi serta rencana jangka panjang perusahaan yang terkait dengan pengembangan usaha dipahami sesuai dengan kebutuhan bisnis perusahaan Kebijakan perusahaan yang terkait dengan pengelolaan perusahaan diidentifikasi dan dipahami sebagai dasar melaksanakan manajemen bisnis Budaya dan tata nilai perusahaan yang dianut oleh perusahaan dipahami sebagai dasar dalam pelaksanaan manajemen bisnis. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 10 dari 59

12 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 02. Menghitung kebutuhan air minum. 03. Menghitung harga pokok penjualan 04. Menghitung kapasitas sistem 2.1 Kebutuhan debit air minum pelanggan dan calon pelanggan dihitung berdasar pada data statistik kependudukan, demografi cakupan sistem distribusi dan data statistik lain yang terkait. 2.2 Perhitungan kebutuhan debit air minum hasil analisis divalidasi dan diverifikasi untuk memperoleh data yang lebih akurat dengan menggunakan prosedur yang telah ditetapkan. 2.3 Daya beli konsumen diperkirakan dengan melakukan analisis pada data statistik yang relevan seperti pendapatan per kapita, PDB daerah, pertumbuhan ekonomi dan data sttistik lain yang relevan. 2.4 Perilaku konsumen terkait dengan kegunaan air minum, dianalisis berdasar pada data statistik dan latar belakang budaya masyarakat. 3.1 Komponen biaya tetap dan tidak tetap diinventarisasi dan dikalkulasi 3.2 Harga satuan air minum dihitung berdasar pada jumlah biaya total dibagi dengan jumlah produksi pada satuan waktu tertentu dengan mempertimbangkan pajak dan kewajiban lain yang harus ditanggung oleh perusahaan. 3.3 Harga satuan produk air minum diusulkan untuk ditetapkan oleh perusahaan melalui prosedur dan mekanisme yang ditetapkan oleh perusahaan 4.1 Kebutuhan air baku dihitung berdasarkan debit air 4.2 Jumlah sambungan terpasang dihitung berdasarkan kebutuhan 4.3 Sistem pengaliran dipertimbangkan apakah dengan perpompaan atau gravitasi 05. Menghitung pendapatan. 5.1 Jenis pendapatan perusahaan yang berasal dari bisnis inti dan pendapatan lain diidentifikasi dan dikalkulasi. 5.2 Penagihan piutang kepada pihak pelanggan dan klien lain dilakukan dengan prosedur sesuai dengan SOP dan kebijakan perusahaan. 5.3 Pendapatan perusahaan dihitung berdasar pada selisih antara jumlah biaya keseluruhan dengan total pendapatan yang diperoleh. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 11 dari 59

13 ELEMEN KOMPETENSI 06. Mengukur kinerja perusahaan KRITERIA UNJUK KERJA 6.1 Ukuran kinerja perusahaan ditetapkan berdasar pada visi dan misi serta rencana jangka panjang perusahaan. 6.2 Pencapaian kinerja perusahaan ditetapkan berdasar pada target yang ditetapkan dengan kinerja yang dicapai. 6.3 Tindakan perbaikan dilakukan berdasar pada analisis penyebab ketidaktercapaian kinerja dan dituangkan ke dalam program tindakan yang operasional. 6.4 Hasil pengukuran kinerja direkam dalam bentuk laporan untuk disampaikan kepada pihak atasan atau pihak lain yang terkait Batasan variabel 1. Konteks variabel : Unit ini berlaku untuk menerapkan konsep dasar bisnis, menghitung demand air minum, mengenali biaya dan mengukur kinerja yang digunakan untuk melaksanakan manajemen bisnis air minum. 2. Perlengkapan untuk melaksanakan manajemen bisnis air minum pada pengelolaan air minum, mencakup: 2.1 Data hasil survey. 2.2 Data BPS. 2.3 Data upah minimum pekerja (UMP). 2.4 Peta topografi dan SAB 2.5 Data laju inflasi dan BI rate. 3. Tugas pekerjaan untuk melaksanakan manajemen bisnis air minum pada pengelolaan air minum meliputi : 3.1 Menerapkan konsep dasar bisnis. 3.2 Menghitung demand air minum. 3.3 Memahami biaya. 3.4 Mengenali pendapatan. 3.5 Mengukur kinerja. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 12 dari 59

14 4. Peraturan untuk melaksanakan manajemen bisnis air minum pada pengelolaan air minum adalah : 4.1 Peraturan Pemerintah No.16 tahun 2005 tetang pengembangan SPAM. 4.2 Permendagri no 23/ Keputusan rapat direksi Panduan penilaian 1. Penjelasan prosedur penilaian : Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait : 1.1. PAM.MM : Melaksanakan manajemen umum. 2. Kondisi penilaian : 2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan penerapan konsep dasar bisnis, perhitungan demand air minum, pengenalan biaya, pengenalan pendapatan dan pengukuran kinerja pada pelaksanaan manajemen bisnis air minum Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi/praktek, dan simulasi di workshop dan atau di tempat kerja. 3. Pengetahuan yang dibutuhkan : Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut : 3.1. Manajemen bisnis Strategi bisnis 3.3. Manajemen keuangan 4. Keterampilan yang dibutuhkan : Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut : 4.1. Membuat analisis keuangan Membuat strategi bisnis 5. Aspek kritis : Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit kompetensi ini, sebagai berikut : Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 13 dari 59

15 5.1. Pemahaman peraturan perundang-undangan Demand analysis Perhitungan biaya (cost evaluation) Kompetensi kunci Kompetensi kunci dalam mencapai unjuk kerja yang disyaratkan terdapat pada tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Kompetensi kunci dalam pencapaian unjuk kerja melakukan manajemen bisnis air minum NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT TINGKAT 1. Mengumpulkan, mengorganisasi dan menganalisa informasi 2 2. Mengkomunikasikan ide-ide dan menginformasikan 2 3. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan 3 4. Bekerjasama dengan orang lain dan berkelompok 3 5. Menggunakan ide serta tehnik matematika 2 6. Memecahkan masalah 3 7. Menggunakan teknologi 2 Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 14 dari 59

16 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi pelatihan Persiapan dan perencanaan pelatihan: Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan anda. Permulaan dari proses pembelajaran: Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas yang terdapat pada tahap belajar. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda. Pengamatan terhadap tugas praktik: Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan. Implementasi dan penilaian: Penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja tugas-tugas anda dan sikap anda terhadap pekerjaan. Penilaian dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai bantuan dan dukungan belajar. Anda akan dinilai untuk menentukan apakah anda telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam kriteria unjuk kerja. 3.2 Metode pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 15 dari 59

17 Belajar secara mandiri: Belajar secara mandiri memperbolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, namun sesi kelompok tetap memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar terstruktur ini umumnya mencakup topik tertentu. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 16 dari 59

18 BAB IV MANAJEMEN BISNIS AIR MINUM 4.1 Penerapan konsep dasar bisnis Pada umumnya organisasi ditinjau dari tujuannya dapat dibedakan menjadi organisasi profit dan non profit. Organisasi non profit lebih berorientasi pada nilai sosial dengan penekanan kegiatan pada pelayanan masyarakat. Sedangkan organisasi yang berorientasi profit dibentuk untuk menghasilkan keuntungan. Keuntungan diperoleh melalui proses bisnis, sehingga proses bisnis diartikan sebagai proses sosial yang dilakukan oleh setiap individu atau kelompok untuk menghasilkan atau menjual barang/jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Organisasi bisnis yang dijalankan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan dikenal dengan istilah perusahaan. Manajemen bisnis air minum didefinisikan sebagai proses yang terstruktur dalam organisasi bisnis agar berhasil memperoleh laba melalui penyediaan/penjualan air minum kepada masyarakat yang membutuhkan. Penyediaan air minum bagi masyarakat merupakan salah satu bentuk pelayanan masyarakat. Bisnis penyediaan air minum melalui perpipaan yang saat ini dijalankan oleh PDAM, sebagaimana bisnis pelayanan umum lainnya, termasuk bisnis yang regulated. Pemerintah menetapkan baik kualitas produk maupun harga. Air minum yang disediakan melalui sistem perpipaan oleh PDAM kepada masyarakat diperlakukan sebagai semi public goods: bukan sebagai public goods karena masyarakat membayar, dan bukan pula private goods karena tidak berlaku hukum pasar (pengeluaran untuk air tidak melebihi 4% dari rata-rata pendapatan rumah tangga) Pemahaman visi, misi, dan rencana jangka panjang Dalam penyusunan rencana bisnis, perlu diperhatikan visi dan misi perusahaan, sebagai berikut: Visi merupakan wawasan luas ke masa depan dari manajemen dan merupakan kondisi ideal yang hendak dicapai oleh perusahaan. Visi memberikan arah pengembangan perusahaan dan ide aktual kepada manajemen dalam proses pembuatan keputusan, agar setiap tindakan yang akan dilakukan senantiasa berlandaskan pada visi perusahaan dan memungkinkan untuk mewujudkannya. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 17 dari 59

19 Untuk menghayati visi, diperlukan tatanan atas nilai dan kepercayaan perusahaan yang bisa menjadi misi perusahaan. Misi bermanfaat untuk memberikan pedoman kepada manajemen dalam memusatkan kegiatannya. Tujuan perusahaan akan tercapai dengan baik bila seluruh komponen perusahaan terarah pada visi dan misi perusahaan sejak awal proses perencanaan. Pemerintah daerah membentuk PDAM sebagai perusahaan daerah (BUMD), dalam melaksanakan kewajiban pemda untuk menyediakan pelayanan air minum kepada masyarakat. Karenanya dapat dikatakan secara umum PDAM mengemban 2 misi: Misi 1: sebagai pelayanan masyarakat, PDAM menyediakan air minum kepada masyarakat sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan kota, dalam rangka menunjang kesehatan dan peningkatan kesejahteraan. Sehingga perlu selalu dilakukan peningkatan persentase masyarakat yang terlayani. Misi 2: sebagai perusahaan, PDAM mampu memberikan kontribusi penghasilan kepada Pemerintah Kota/Daerah, melalui kontribusi pada pendapatan asli daerah (PAD). Peningkatan kinerja perusahaan akan memberikan peningkatan pada laba perusahaan dan PAD. Secara umum, visi PDAM ke depan adalah: Pelayanan prima pada kualitas, kuantitas, kontinuitas, serta pencapaian cakupan pelayanan sesuai target MDGs (millenium development goals), yaitu 80% pada Pencapaian kualitas air minum. Full cost recovery, dapat menutup seluruh biaya yang diperlukan termasuk depresiasi dan biaya pinjaman. Mampu berkembang, meningkatkan kebutuhan cakupan pelayanan. Tujuan yang diharapkan: Mampu memberikan pelayanan air minum kepada seluruh masyarakat secara prima. Menghasilkan pendapatan yang dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan (full cost recovery). Keadaan sebagaimana dijelaskan di atas mengakibatkan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan pengelola SPAM menjadi unik. Di satu sisi, perusahaan adalah organisasi yang dijalankan untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan di sisi lain, tanggungjawab pelayanan menjadi tuntutan masyarakat yang melekat. Manajemen harus mampu secara konsisten mengelola pembiayaan dan pendapatan yang berkaitan Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 18 dari 59

20 dengan pelayanan SPAM. Keseimbangan harus dipertahankan untuk menjamin solvabilitas keuangan perusahaan secara berkesinambungan. Terdapat 2 macam pendekatan dalam penentuan tujuan perusahaan, yaitu tujuan stockholders (para pemegang saham) dan tujuan stakeholders (para pemangku kepentingan). 1. Tujuan stockholders. Adalah pandangan tradisional yang menyatakan bahwa perusahaan didirikan oleh para pemiliknya (pemegang saham/stockholder) untuk memaksimalkan dividen dan nilai saham. Ini berarti bahwa tujuan perusahaan adalah mencapai laba maksimal atau pengembalian investasi (ROI, return of investment) yang maksimal. 2. Tujuan stakeholders. Menurut pandangan ini, keberhasilan perusahaan yang berkelanjutan akan sangat dipengaruhi oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (para pemangku kepentingan), yang mencakup para investor (pemegang saham atau pemilik, dan kreditor), konsumen, pemasok, karyawan, masyarakat umum, serta pemerintah. Dengan demikian tujuan bisnis air minum sangat terkait dengan faktor-faktor: Pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Keuntungan. Pertumbuhan dan perkembangan. Mengatasi resiko. Tanggungjawab sosial. Dengan sasaran utama perusahaan mencakup: kepuasan pelanggan, perbaikan berkelanjutan (terus-menerus), pemenuhan persyaratan masyarakat dan lingkungan, serta efisiensi pemberian jasa. Perusahaan harus menerjemahkan sasaran utama ke dalam program kerja dan kegiatan yang dicantumkan dalam rencana bisnis perusahaan (corporate plan, business plan), baik dalam bentuk rencana strategis maupun rencana operasional yang bertujuan untuk melaksanakan misi perusahaan. Dasar penyusunan rencana bisnis perusahaan (corporate plan, business plan) adalah rencana induk atau master plan yang telah ditetapkan. Rencana induk disusun untuk jangka waktu hingga tahun, dan juga mengacu kepada kebijakan dan strategi pengembangan SPAM daerah. Perencanaan jangka panjang ini sifatnya menyeluruh dan mencakup berbagai aspek, baik teknis maupun non teknis, secara terpadu dan memperhatikan faktor internal perusahaan maupun faktor eksternal. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 19 dari 59

21 Rencana bisnis perusahaan, yang merupakan turunan dari rencana induk, disusun untuk jangka waktu 5 tahun dan dilengkapi dengan rencana program kerja tahunan. Inti dasar dari perencanaan ini adalah menetapkan mengenai apa yang harus dicapai pada periode tertentu serta program kegiatan dan tahapan untuk mencapainya. Kegiatan yang menjadi perhatian utama dalam rencana bisnis perusahaan adalah tugas pokok dan fungsi perusahaan, serta program kerja yang telah ditetapkan melalui saringan prioritas sehubungan dengan masalah-masalah yang akan diselesaikan dan konsisten dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran. Uraian tentang aktivitas perusahaan harus menjelaskan proses kegiatan pencapaian sasaran dan tujuan yang memberikan kontribusi untuk pencapaian visi dan misi Pemahaman kebijakan perusahaan Selanjutnya visi, misi, tata nilai, dan tujuan perusahaan diterjemahkan menjadi strategi perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta mengembangkan budaya perusahaan yang mendorong inovasi dan fleksibilitas untuk memampukan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Strategi menentukan garis besar atau merupakan dasardasar pokok pedoman pencapaian tujuan. Seringkali strategi dinyatakan dalam ukuranukuran umum yang interpretasinya dapat berbeda-beda. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan perusahaan perlu ditetapkan kebijakan (policy) perusahaan. Kebijakan merupakan ketentuan yang telah disepakati dan ditetapkan oleh perusahaan untuk dijadikan pedoman, pegangan, dan arahan bagi tiap usaha dan/atau kegiatan agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi perusahaan. Atau dapat dikatakan kebijakan merupakan tindakan konkrit (nyata) untuk mencapai tujuan. Dalam penyusunan rencana bisnis perusahaan, harus ditetapkan kebijakan-kebijakan dalam penerapan operasional. Para manajer harus menyiapkan kebijakan-kebijakan dalam penerapan operasional corporate plan. Pemilihan kebijakan secara hati-hati dapat mempertajam arti strategi dan memberikan pedoman keputusan-keputusan khusus dalam suatu arah yang mendukung strategi. Kebijakan apa saja yang harus dibuat secara formal di perusahaan bervariasi, tergantung dari besar kecil dan kompleksitasnya perusahaan. Meskipun jumlah kebijakan yang akan disusun pada setiap perusahaan berbeda, tetapi kebijakan minimal pada umumnya mencakup kebijakan pemasaran, kebijakan manajemen produksi dan operasi, kebijakan SDM, kebijakan logistik, kebijakan keuangan dan akuntansi. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 20 dari 59

22 Contoh-contoh kebijakan di PDAM: Keuangan/invetasi: - Memanfaatkan mitra untuk pembangunan IPA baru. - Pembangunan jaringan pipa distribusi baru dilaksanakan secara mandiri Pelanggan: - Untuk 5 tahun ke depan, cakupan pelayanan dibatasi pada tingkat 75%. Sisa kapasitas untuk memasok industri. Operasional: - Untuk 2 tahun pertama Corporate Plan, penurunan kehilangan air ditempuh dengan mengatasi kehilangan non teknis (komersial). SDM - Tidak melakukan penambahan karyawan hingga tahun Tahun selanjutnya mempertahankan rasio karyawan 6 karyawan per 1000 sambungan Pemahaman budaya dan tata nilai Tata nilai atau nilai-nilai adalah sesuatu yang diyakini (dipercaya) sebagai cara-cara yang benar (ideal) dalam berbuat dan bekerja atau berhubungan dengan orang/masyarakat. Tata nilai perusahaan dapat dilihat sebagai nilai-nilai yang dianut secara bersama dalam bekerja di suatu perusahaan, termasuk bagaimana memelihara hubungan dengan masyarakat (penerima manfaat) dan pemangku kepentingan lainnya. Tata nilai akan menentukan strategi dan prinsip-prinsip operasional yang digunakan. Klarifikasi dan konsensus pada nilai-nilai perusahaan sangat penting karena akan menjadi dasar pertimbangan di dalam membuat keputusan. Sebelum dibuat suatu kebijakan atau keputusan, maka sebaiknya pertimbangkan nilai-nilai perusahaan yang telah disepakati. Secara sederhana tata nilai dapat dikembangkan dengan menjawab pertanyaan: (i) Apa yang kita percaya dari perusahaan? (ii) Apa yang kita wakili dari perusahaan? Kedua pertanyaan tersebut sangat menolong untuk menjelaskan keadaan yang tidak terukur dari apa yang akan kita wakili dari perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai tata nilai yang berbeda. Ada yang tidak terukur (intangible), misalnya integritas, dan lainnya yang lebih spesifik, misal keberpihakan pada orang miskin (berpenghasilan rendah). Bagaimanapun luas atau spesifik nilai-nilai perusahaan, yang perlu dimengerti yaitu (i) apakah nilai itu, dan (ii) mengapa anda percaya bahwa itu penting. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 21 dari 59

23 Input values Nilai-nilai yang dapat ditemukan dalam diri setiap karyawan Process values Nilai-nilai yang harus diperhatikan dalam bekerja di PDAM, dalam rangka mencapai dan mempertahankan kondisi keunggulan Output values Nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh mereka yang berkepentingan terhadap PDAM Karyawan PDAM Kepemimpinan dan manajemen prima Pelayanan air minum prima 1. Amanah 2. Profesional 3. Antusias dan bermotivasi tinggi 4. Bertanggungjawab dan mandiri 5. Kreatif 6. Disiplin 7. Peduli & menghargai orang lain 8. Belajar sepanjang hayat 1. Visioner dan berwawasan 2. Menjadi teladan 3. Memotivasi 4. Mengilhami, menginspirasi 5. Memberdayakan 6. Membudayakan 7. Taat azas 8. Koordinatif dan bersinergi dalam kerangka kerja tim 9. Akuntabel 1. Produktif (efektif dan efisien) 2. Gandrung mutu tinggi (service excellence) 3. Dapat dipercaya (andal) 4. Responsif dan aspiratif 5. Antisipatif dan inovatif 6. Demokratis, berkeadilan, dan inklusif Gambar 4.1 Contoh tata nilai yang dapat dianut PDAM Dengan menyusun daftar nilai-nilai perusahaan, dapat dibuat kode nilai yang diikuti oleh semua orang dalam perusahaan dan orang-orang luar yang menghargai kerja perusahaan. Penyusunan daftar nilai ini dapat membantu perusahaan dalam membuat keputusan dan melakukan sesuatu yang sejalan antara satu dengan lainnya. Nilai-nilai dapat juga membantu penyusunan rencana strategis, misal menentukan sasaran baru. Dapat dilihat pada gambar 4.1 contoh hasil identifikasi nilai-nilai yang harus dimiliki oleh setiap karyawan (input values), nilai-nilai dalam melakukan pekerjaan (process values), serta nilai-nilai yang akan ditangkap oleh para pelanggan/pemangku kepentingan (output values). Nilai masukan yang tepat akan mengantisipasi karakteristik calon karyawan perusahaan. Selanjutnya nilai masukan ini akan menjalankan nilai proses dengan baik dalam manajemen perusahaan untuk meningkatkan mutu interaksi antar manusia di dalam perusahaan. Nilai masukan dan nilai proses akan menghasilkan nilai keluaran yang Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 22 dari 59

24 terfokus pada hal-hal yang diharapkan dalam pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan, dengan lebih baik. 4.2 Kebutuhan air minum Perhitungan kebutuhan air minum Kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktivitas perkotaan atau masyarakat, yaitu: Domestik: rumah tangga dan sosial. Non domestik: komersial, perkotaan, fasilitas umum, industri, pelabuhan, dll. Umumnya berkisar 15% dari pemakaian domestik. Prediksi kebutuhan air, dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode perencanaan. Perkiraan kebutuhan air minum dihitung berdasarkan pada data sekunder kondisi sosial ekonomi, antara lain: 1. Proyeksi penduduk, dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode perencanaan. Gunakan data demografi saat ini dan 10 tahun terakhir, dengan memperhatikan penyebaran penduduk dan kepadatan. Asumsi laju pertumbuhan dapat menggunakan data dari studi yang telah ada, atau dengan mengevaluasi data kependudukan selama 10 tahun terakhir dan mengkonfirmasikannya dengan Bappeda. Perkiraan perkembangan jumlah penduduk diproyeksikan untuk masa 20 tahun yang akan datang. Proyeksi perkembangan penduduk dilakukan dengan menggunakan formula pertumbuhan penduduk yang sesuai dengan pola kecenderungannya, yaitu dengan melakukan pengujian penyimpangan (standar deviasi) atau koefisien korelasi terhadap data jumlah penduduk terdahulu. Pertimbangkan pula masalah kependudukan yang meliputi meliputi: Jumlah, kepadatan dan penyebaran penduduk. Laju pertumbuhan penduduk. Migrasi, kelahiran, dan kematian. Kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan, dan agama. 2. Pemakaian air (liter/orang/hari), diproyeksikan setiap interval 5 tahun. Konsumsi atau standar pemakaian air pada umumnya dinyatakan dalam volume pemakaian rata-rata per orang per hari yang ditentukan berdasarkan data sekunder konsumsi air, dimana kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan domestik dan non domestik. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 23 dari 59

25 Basic need atau kebutuhan dasar diartikan sebagai perkiraan jumlah minimal penggunaan air oleh suatu rumah tangga atau perorangan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan. Jika basic need per orang per hari sekitar 60 liter, dan tingkat hunian rata-rata per rumah tangga (RT) adalah 5 orang, maka tingkat pemakaian dasar minimum per rumah tangga per bulan menjadi: Basic need = 5 orang/rt x 60 liter/orang/hari x 30 hari/bulan 1000 liter/m³ = 9 m³/rt/bulan Sedangkan yang dimaksud dengan tingkat konsumsi (consumption rate) adalah besarnya konsumsi pemakaian air nyata (riil), dalam satuan liter/orang/hari. Consumption rate = Total penjualan (m³) x 1000 liter Total populasi pelayanan (orang) x 30 hari liter/orang/hari Konsumsi air untuk keperluan komersial dan industri sangat dipengaruhi oleh harga dan kualitas air, jenis dan ketersediaan sumber air alternatif. 3. Jangkauan pelayanan (jaringan pipa distribusi), menentukan wilayah pelayanan air minum perpipaan. 4. Data sosial ekonomi, karakteristik wilayah dan kependudukan ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan budaya, yang mencakup: Perkembangan produk domestik regional bruto (PDRB). Mata pencaharian dan pendapatan. Adat istiadat, tradisi, dan kebudayaan. Perpindahan penduduk dan pengaruhnya terhadap urbanisasi dan kondisi ekonomi masyarakat. 5. Data kesehatan, yaitu kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan: Statistik kesehatan dan kasus penyakit. Angka kelahiran, kematian, dan migrasi. Data penyakit akibat air (ditransmisikan oleh air, water borne deseases). Sarana pelayanan kesehatan. 6. Ketersediaan air. 7. Besarnya air tak berekening (ATR, NRW: non revenue water). Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 24 dari 59

26 4.2.2 Validasi perhitungan kebutuhan air Hasil perhitungan kebutuhan air di atas divalidasi dan diverifikasi, agar diperoleh hasil yang lebih akurat: Untuk penduduk yang sudah berlangganan air minum, tingkat konsumsi/kebutuhan dapat dievaluasi berdasarkan data rekening pembayaran. Bagi penduduk yang belum berlangganan air minum, tingkat konsumsi dapat dihitung dari analisis kebutuhan primer. Namun perlu diperhatikan bahwa ada kemungkinan data primer hanya merupakan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) saja, dan belum menggambarkan tingkat konsumsi yang sebenarnya Analisis daya beli konsumen Guna mendapatkan pemahaman daya beli konsumen, perlu diperoleh gambaran umum tingkat perekonomian wilayah setempat yang dapat dilakukan dengan melaksanakan analisis tingkat perekonomian wilayah dan membandingkannya dengan wilayah lain di sekitarnya. Analisis tingkat perekonomian wilayah mengacu pada data sekunder, dimana permasalahan yang ditinjau adalah: Potensi industri dan perdagangan. Pendapatan asli daerah (PAD). PBB, pajak-pajak dan retribusi. PDRB, pendapatan domestik regional bruto. Perkembangan sektor ekonomi lainnya. Produk yang diekspor keluar wilayah. Harga bahan pokok. Jumlah putaran uang. Lapangan kerja. Selain itu juga dapat dilakukan analisis kondisi tingkat perekonomian masyarakat yang mengacu pada data primer dan sekunder, dan hasilnya dibandingkan dengan tingkat perekonomian masyarakat di wilayah lain yang berdekatan atau secara nasional. Permasalahan yang ditinjau mencakup: Penghasilan bulanan keluarga. Pengeluaran bulanan keluarga. Pemilikan barang. Status kepemilikan rumah. Keadaan rumah tinggal. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 25 dari 59

27 4.2.4 Analisis perilaku konsumen Penggunaan atau konsumsi air minum tiap orang berbeda-beda, tergantung dari tingkat pendapatan/kondisi ekonomi, perilaku, serta latar belakang budaya. Untuk menghindari terjadinya perbedaan yang signifikan antara hasil prediksi dengan kondisi aktual di lapangan, maka dalam prediksi kebutuhan air dilakukan perhitungan yang terinci, antara lain: Prediksi kebutuhan air per klasifikasi kelompok pelanggan. Prediksi kebutuhan air domestik dan non domestik. Perhatikan hasil pemetaan kondisi wilayah perencanaan, antara lain daerah dengan potensi ekonomi tinggi, daerah dengan tingkat kesehatan buruk, daerah yang rawan air minum, daerah dengan tingkat hunian (kepadatan) tinggi, daerah dengan air tanah yang baik. 4.3 Harga pokok penjualan Pada prinsipnya suatu perusahaan hanya akan mampu beroperasi secara berkelanjutan jika pendapatannya mampu: Menutup seluruh biaya yang dikeluarkan (cost recovery). Menghasilkan tingkat laba yang wajar, untuk melakukan inovasi dan pengembangan. Keuntungan atau laba usaha merupakan hal yang penting, baik bagi perusahaan sendiri maupun bagi pemerintah kota/pemerintah daerah, karena: Keuntungan dapat mempertahankan kelangsungan usaha. Keuntungan menjadi motivator untuk bekerja. Keuntungan akan memberikan pajak kepada pemerintah. Manajemen keuangan strategis harus mampu secara konsisten mengelola pembiayaan dan pendapatan yang berkaitan dengan pelayanan air minum. Keseimbangan harus dipertahankan untuk menjamin solvabilitas keuangan perusahaan secara berkesinambungan Komponen biaya Secara umum biaya-biaya dan pengeluaraan PDAM dapat digolongkan ke dalam: Biaya operasi, pemeliharaan, dan administrasi/keuangan. Biaya depresiasi. Biaya bunga pinjaman. Angsuran pokok pinjaman. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 26 dari 59

28 Tabel 4.1 Komponen biaya operasi dan pemeliharaan SPAM Komponen biaya Deskripsi/rincian Faktor yang mempengaruhi Tenaga kerja Bahan-bahan / persediaan Bahan kimia Upah dan manfaat-manfaat sosial bagi staf Pipa, suku cadang, pelumas, dan bahanbahan lainnya yang digunakan dalam kegiatan O&M Khlor, tawas, dan bahan kimia lain dalam pengolahan air Enerji Enerji untuk pemompaan, peralatan operasi, dan fasilitas penerangan Transportasi Perjalanan dan transportasi staf dalam pelaksanaan tugas Jasa-jasa Kontrak jasa-jasa untuk teknisi, perbaikan, pengecekan meteran, atau pelayanan khusus lainnya yang berkaitan dengan O&M Jumlah staf, skala gaji, biaya manfaat Jenis program pemeliharaan yang dilaksanakan Kualitas sumber air, jumlah yang dimanfaatkan, volume air yang diolah, biaya satuan bahan kimia Efisiensi pompa, kapasitas pemompaan, tekanan pompa Jumlah perjalanan yang dilakukan, panjang pipa, jumlah sambungan Jasa-jasa yang diterima Pembelian air Biaya pembelian air dari pemasok lainnya Volume air yang dibeli dan tingkat harga Administrasi / manajemen Tenaga kerja, biaya jasa-jasa, biaya lain untuk akuntansi, meteran/tagihan, pengawasan, manajemen, badan/ badan pengawas Jumlah sambungan, jumlah karyawan Biaya operasi dan pemeliharaan (O&M) SPAM terdiri dari beberapa jenis biaya, seperti terdapat pada tabel 4.1. Terlihat bahwa besaran biaya O&M dan perinciannya sangat tergantung pada tempat (lokasi), sumber air baku, jenis teknologi yang digunakan, biaya bahan, tingkat penggunaan jasa, dan banyak faktor lainnya. Namun demikian, di hampir semua lokasi, porsi utama biaya O&M terdiri dari komponen tenaga kerja/karyawan, enerji, bahan kimia, dan administrasi. Sebagian dari biaya operasional sangat dipengaruhi oleh volume produksi, dan sebagian lain tidak dipengaruhi. Sehingga biaya operasi dapat diklasifikasikan menjadi: Biaya tetap, merupakan biaya-biaya yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi, yaitu biaya tenaga kerja dan administrasi. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 27 dari 59

29 Biaya tidak tetap (variabel) merupakan biaya-biaya yang secara langsung dan secara keseluruhan tergantung pada volume produksi air, yaitu biaya enerji (khususnya untuk pemompaan), serta biaya bahan kimia. Bagian fundamental dari analisa biaya O&M adalah menghitung harga satuan produksi air, biasanya dalam ukuran total biaya O&M per m 3 air yang diproduksi. Harga satuan ini dihitung berdasarkan volume air yang diproduksi dan bukannya volume yang dikonsumsi mengingat biaya-biaya tersebut lebih dipengaruhi oleh volume air yang diproduksi, bukan volume konsumsi. Dengan diketahui bahwa sebagian komponen biaya O&M bersifat tetap dan sebagian lagi bersifat variabel, maka instalasi yang beroperasi pada volume yang lebih tinggi akan menghasilkan biaya satuan yang lebih rendah. Misal bila instalasi memproduksi lebih banyak air pada suatu bulan, maka biaya variabelnya akan meningkat secara proporsional, namun biaya-biaya karyawan dan administrasi tidak akan meningkat. Dengan demikian harga satuan per m 3 air yang diproduksi akan menjadi lebih rendah. Secara umum, bila instalasi menggunakan fasilitasnya dengan kapasitas penuh maka harga satuan per unit menjadi lebih rendah (skala ekonomis dengan pemanfaatan kapasitas). Selain skala ekonomis dengan memanfaatkan kapasitas di atas, juga terdapat bentuk lain yaitu skala ekonomis dalam lingkup biaya O&M. Instalasi berskala besar dapat memproduksi air dengan biaya lebih rendah dibanding dengan instalasi berskala kecil. Pada skala pelayanan yang sangat kecil, biaya tenaga kerja cenderung lebih dominan dibanding biaya O&M lainnya, sedangkan pada skala besar biaya tenaga kerja cenderung hanya merupakan porsi kecil dari total biaya O&M. Namun setelah melampaui kapasitas tertentu, skala ekonomi ini tidak berlaku lagi. Suatu pelayanan yang berukuran sangat besar bisa memiliki biaya satuan yang lebih tinggi, karena adanya persyaratan teknologi yang lebih kompleks dan kebutuhan tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Untuk menilai efisiensi pembiayaan, harga satuan air pada satu lokasi dapat dibandingkan dengan lokasi lain dalam periode waktu yang sama, atau pada lokasi yang sama namun dengan periode waktu sebelumnya. Perbandingan biaya antar periode diperlukan untuk mengetahui efisiensi operasi dan pemeliharaan, apakah tetap, turun atau meningkat. Selanjutnya analisis dilakukan pada pengelolaan masing-masing komponen biaya tersebut, dimana hal ini dapat mengungkapkan bidang mana yang memerlukan pemeriksaan lebih rinci, dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab in- Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 28 dari 59

30 efisiensi, sehingga dapat direncanakan perbaikan efisiensi serta biaya-biaya akan tetap terkendali. Berdasarkan buku pedoman akuntansi PDAM (2000), yang termasuk dalam pengeluaran biaya operasi dan pemeliharaan PDAM adalah : 1. Biaya sumber air, yaitu biaya-biaya operasional dan pemeliharaan yang berkaitan dengan kegiatan pengumpulan air dari berbagai sumber, meliputi: a. Biaya operasi sumber air. Termasuk di dalamnya adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengoperasian instalasi sumber dan perpompaan untuk kegiatan pengumpulan air. b. Biaya pemeliharaan sumber air. Termasuk di dalamnya adalah upah kerja, pemakaian bahan dan pengeluaran lainnya untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan seluruh instalasi sumber air. c. Biaya air baku. Yaitu retribusi dan/atau biaya lainnya untuk pengadaan air baku guna diolah lebih lanjut. d. Biaya penyusutan sumber air. 2. Biaya pengolahan air, yaitu biaya-biaya operasional dan pemeliharaan yang berkaitan dengan proses pengolahan air sampai siap untuk didistribusikan (reservoir air bersih), meliputi: a. Biaya operasi pengolahan air. Termasuk di dalamnya adalah pengeluaran yang berhubungan dengan proses pengolahan air. b. Biaya pemeliharaan pengolahan air. Termasuk di dalamnya adalah upah kerja, pemakaian bahan dan pengeluaran lainnya untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan seluruh instalasi pengolahan air. c. Biaya pengadaan air curah. Yaitu pembelian air curah dari pihak ketiga/swasta. d. Biaya penyusutan pengolahan air. 3. Biaya transmisi dan distribusi, yaitu semua biaya operasi dan pemeliharaan yang berkaitan dengan kegiatan transmisi dan distribusi air yang sudah diolah, meliputi: Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 29 dari 59

31 a. Biaya operasi transmisi dan distribusi. Termasuk di dalamnya adalah upah kerja, pemakaian bahan, pemakaian pompa, dan pengeluaran lainnya yang berhubungan dengan pengoperasian instalasi transmisi dan distribusi. b. Biaya pemeliharaan transmisi dan distribusi. Termasuk di dalamnya adalah upah kerja, pemakaian bahan dan pengeluaran untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan instalasi transmisi dan distribusi. c. Biaya penyusutan transmisi dan distribusi. 4. Biaya kemitraan, yaitu biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan operasi dalam rangka kerjasama dengan pihak swasta/ketiga. 5. Biaya air limbah, yaitu biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan operasi pengelolaan air limbah. 6. Biaya umum dan administrasi, yaitu biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan operasi umum meliputi kegiatan administrasi, umum, dan kegiatan pelayanan pelanggan. a. Biaya pegawai. Termasuk di dalamnya adalah biaya-biaya pegawai yang berada di bawah Direktur Administrasi dan Keuangan. b. Biaya kantor. Adalah biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan aktivitas kantor. c. Biaya hubungan pelanggan. Adalah biaya-biaya operasi yang berkaitan dengan kegiatan hubungan pelanggan, pembacaan meter, penagihan rekening air. d. Biaya penelitian dan pengembangan. Adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan, termasuk jasa profesional yang berkaitan dengan aktivitas tersebut. e. Biaya keuangan. Termasuk di dalamnya adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengelolaan aktivitas fungsi keuangan. f. Biaya pemeliharaan. Adalah biaya pemeliharaan atas aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan fungsi administrasi dan umum. g. Biaya penyisihan dan penghapusan piutang. Adalah biaya penyisihan piutang dan resiko piutang tidak tertagih. Judul modul : Manajemen bisnis air minum Halaman : 30 dari 59

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN KEUANGAN DAN AKUNTANSI

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN KEUANGAN DAN AKUNTANSI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN KEUANGAN DAN AKUNTANSI BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI AHLI MANAJEMEN AIR MINUM TINGKAT UTAMA NAMA PESERTA NAMA ASESOR FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI : CLUSTER AHLI MANAJEMEN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN UMUM DAERAH AIR MINUM TIRTA MERAPI KABUPATEN KLATEN DENGAN

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR http://www.republika.co.id Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap 102 pemerintah kabupaten, kota dan Perusahaan

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN UMUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN UMUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN UMUM PAM.MM01.002.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI A. Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi Bagaimana Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi? Berikut ini analisa yang

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN INVESTASI

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN INVESTASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN INVESTASI PAM.MM02.013.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor No.1400, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Air Minum. Tarif. Perhitungan dan Penetapan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG PERHITUNGAN

Lebih terperinci

FORMULA PERHITUNGAN DAN MEKANISME PENETAPAN TARIF PADA BUMD AIR MINUM

FORMULA PERHITUNGAN DAN MEKANISME PENETAPAN TARIF PADA BUMD AIR MINUM FORMULA PERHITUNGAN DAN MEKANISME PENETAPAN TARIF PADA BUMD AIR MINUM www.bisnissyariah.co.id I. Pendahuluan Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air untuk kebutuhan pokok seharihari guna

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN ASET/BARANG

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN ASET/BARANG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN ASET/BARANG PAM.MM02.004.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2016TAHUN 2016 TENTANG PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM Disampaikan Oleh: Dr. Hari Nur Cahya Murni M,Si Direktur BUMD, BLUD dan BMD Ditjen Bina Keuangan Daerah Jakarta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Cirebon pada awalnya bernama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) yang merupakan badan usaha dengan berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K YAT

BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K YAT BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K YAT OUTLINE 1 2 3 PENDAHULUAN PENJELASAN MENGENAI PENILAIAN KINERJA

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PAM.MM02.003.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PAM.MM02.003.01 BUKU DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA PAM.MM02.015.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN RESIKO

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN RESIKO MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN RESIKO PAM.MM02.014.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI AHLI MANAJEMEN AIR MINUM TINGKAT MUDA NAMA PESERTA NAMA ASESOR FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI : CLUSTER AHLI MANAJEMEN AIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung pada mulanya milik Belanda didirikan tahun 1916 dengan nama Water Leiding Bednif (Perusahaan Air). Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT PAM.MM03.002.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

4.1. PENGUMPULAN DATA

4.1. PENGUMPULAN DATA Metodologi adalah acuan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang perlu diambil dalam suatu analisa permasalahan. Penerapan secara sistematis perlu digunakan untuk menentukan akurat atau tidaknya

Lebih terperinci

- 1 - DOKUMEN STANDAR KSNP SPAM, JAKSTRA SPAM PROVINSI, DAN JAKSTRA SPAM KABUPATEN/KOTA

- 1 - DOKUMEN STANDAR KSNP SPAM, JAKSTRA SPAM PROVINSI, DAN JAKSTRA SPAM KABUPATEN/KOTA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR KSNP SPAM, JAKSTRA SPAM PROVINSI, DAN JAKSTRA

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Berdasarkan hasil wawancara dan literatur, isu utama yang dihadapi PDAM Kota Bandung adalah nya kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan oleh beberapa

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN MUTU

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN MUTU MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN MUTU BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RI SPAM) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015-2030 DENGAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2014

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2014 SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha saat ini begitu ketat dan kompetitif. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang mengalami kesulitan dalam mempertahankan

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 13 SERI E. 13 ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini, istilah globalisasi ekonomi telah menjadi topik hangat yang mencerminkan dunia usaha yang semakin kompetitif, tidak terkecuali di Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISA PENILAIAN KINERJA PDAM KOTA DAN KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN

ANALISA PENILAIAN KINERJA PDAM KOTA DAN KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 ANALISA PENILAIAN KINERJA PDAM KOTA DAN KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN Irwan Ridwan Rahim Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan sejenis di dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan sejenis di dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha mengalami pertumbuhan yang pesat, hal ini menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin kompetitif. Perusahaan menyadari munculnya

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM mercusuarnews.com Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. LEIDING BEDRIJF yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. LEIDING BEDRIJF yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah singkat perusahaan Pada tahun 1926 Perusahaan air minum dikenal dengan nama WATER LEIDING BEDRIJF yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan cakupan

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KAYONG UTARA DANGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Kata kunci: sektor publik, kinerja, balance scorecard, PDAM

ABSTRAKSI. Kata kunci: sektor publik, kinerja, balance scorecard, PDAM NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD (Studi Kasus PDAM TirtaDharmaKabupaten Klaten ) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk 86 BAB IV KAJIAN PEMBIAYAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih pada wilayah pelayanan yang telah ditentukan didapat berdasarkan guna lahan rencana Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung Pada tahun 1976 Pemerintah memberikan bantuan sarana dan prasarana penyediaan air bersih untuk kota Cimahi dan Lembang.

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

BAB 4 KINERJA PDAM KABUPATEN PONOROGO TAHUN

BAB 4 KINERJA PDAM KABUPATEN PONOROGO TAHUN BAB 4 KINERJA PDAM KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2007-2009 Penilaian kinerja PDAM Kabupaten Ponorogo tahun 2007-2009 berdasarkan Kepmendagri No.47 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM. Kinerja

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang a.

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN 62 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian awal dilakukan pada periode 10 September 2012 dengan menghimpun data PDAM Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Melalui wawancara dengan Ir. HM. Nasija Warnadi, MM. selaku Direktur PDAM Kabupaten Cirebon dan studi literatur dari buku (majalah) Air Minum terbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air minum merupakan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Untuk itu, sejalan dengan

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA PDAM

PENILAIAN KINERJA PDAM KINERJA PDAM 2017 Disampaikan pada Acara Press Release tentang Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM), Kementerian PUPR, Jakarta 14 Desember 2017 OUTLINE Dasar Hukum berdirinya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 13 SERI E. 13 ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung pada mulanya milik Belanda didirikan tahun 1916 dengan nama Water Leiding Bednif (Perusahaan Air). Seiring dengan

Lebih terperinci

BEBERAPA KRITIK ATAS LABA AKUNTANSI DALAM BENTUK TRADISIONAL:

BEBERAPA KRITIK ATAS LABA AKUNTANSI DALAM BENTUK TRADISIONAL: KONSEP LABA PENDAHULUAN: Laba adalah kenaikan asset dalam satu periode akibat kegiatan produktif yang dapat di bagi atau di didistribusi kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham (dalam bentuk bunga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha akhir-akhir ini mengalami persaingan global yang sangat ketat, dimana perusahaan tidak hanya menghadapi pesaing lokal tetapi juga pesaing internasional.

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SERTA RENCANA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan

Lebih terperinci

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Oleh : Benny Gunawan Ardiansyah, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal 1. Pendahuluan Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja adalah instrumen yang digunakan untuk menilai hasil akhir pelaksanaan kegiatan terhadap target dan tujuan kegiatan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan No.130, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Rencana Jangka Panjang. Rencana Kerja. Anggaran. Persero. Penyusunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PMK.06/2013

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis Laporan Keuangan a. Memahami latar belakang data keuangan

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Perusahaan Suatu perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan utama dari suatu perusahaan bersifat profit oriented, yaitu mencapai laba

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Bab 1 Pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I SUMBER DAYA AIR. Air Minum. Penyediaan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 345 Tahun 2015) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

OPERASIONAL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI INDONESIA

OPERASIONAL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI INDONESIA OPERASIONAL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI INDONESIA depokinteraktif.com I. PENDAHULUAN Air minum merupakan kebutuhan vital bagi manusia. Banyak air tanah di pemukiman di Indonesia kurang bersih dan kurang

Lebih terperinci

TPAM SLIDE 9 MASTER PLAN SISTEM PENYEDIAAN. Prepared by Yuniati, PhD AIR BERSIH KOTA

TPAM SLIDE 9 MASTER PLAN SISTEM PENYEDIAAN. Prepared by Yuniati, PhD AIR BERSIH KOTA TPAM SLIDE 9 MASTER PLAN SISTEM PENYEDIAAN Prepared by Yuniati, PhD AIR BERSIH KOTA PASAL 26 PP 16 THN 2005 (1) Perencanaan pengembangan SPAM meliputi penyusunan rencana induk, studi kelayakan, dan/atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA KUALA KAPUAS

PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA KUALA KAPUAS PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA KUALA KAPUAS Imannuah, Retno Indryani Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 31-5939925, fax 31-593951 email: labmk_its@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENYUSUNAN & PENETAPAN TARIF AIR MINUM. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 2016 Tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum

PENYUSUNAN & PENETAPAN TARIF AIR MINUM. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 2016 Tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum PENYUSUNAN & PENETAPAN TARIF AIR MINUM Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 2016 Tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum BADAN HUKUM SPAM Jumlah Entitas Penyelenggara Air Minum Tahun

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 3 Ayat (3) disebutkan bahwa Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang industri, jasa maupun dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung oleh wawancara terhadap para responden dan informasi-informasi yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Manfaat Dari Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Manfaat Dari Akuntansi Pertanggungjawaban BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi Pertanggungjawaban 1. Pengertian dan Manfaat Dari Akuntansi Pertanggungjawaban Ada beberapa definisi akuntansi pertanggungjawaban oleh para ahli antara lain oleh :

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Ali Masduqi Penyediaan Air Minum Aspek Teknis Unit Air Baku Unit Produksi Unit Distribusi Unit Pelayanan Unit Pengelolaan Aspek Keuangan Aspek Sosial Tanggap Kebutuhan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Audit atas Estimasi Akuntansi SA Seksi 342 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Sumber: PSA No. 37 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti audit kompeten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian dewasa ini menunjukan perkembangan yang semakin pesat sekaligus meningkatnya tingkat persaingan usaha. Kondisi demikian menuntut

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA B adan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Probolinggo menjalankan amanat Misi Kedua dari RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 2018 yaitu MEWUJUDKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen yang memegang

Lebih terperinci