PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA KUALA KAPUAS
|
|
- Leony Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA KUALA KAPUAS Imannuah, Retno Indryani Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp , fax ABSTRAK PDAM sebagai Badan Usaha Milik Daerah, diharapkan untuk dapat mandiri dalam mengoperasikan perusahaan maupun mengembangkan tingkat pelayanan. HaI ini tentu saja sangat ditentukan oleh kondisi keuangan perusahaan. Pendapatan PDAM berasal dari hasil penjualan air yang tergantung dari tarif air yang diberlakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan berapa besar tarif PDAM dari sisi produsen dan konsumen serta menyusun saran kebijakan tarif berdasarkan kondisi PDAM dan konsumen. Tarif air minum dari sisi produsen dihitung berdasarkan seluruh biaya operasional PDAM. Kemampuan membayar ( Ability To Pay - ATP) diperoleh berdasarkan tarif air rninum per m 3 yang dibayarkan ke PDAM. Kemauan membayar (Willingness To Pay - WTP) diperoleh berdasarkan persepsi konsumen terhadap tarif air. Kebijakan tarif yang diusulkan disusun berdasarkan kondisi PDAM, konsumen, dan kebijakan Pemerintah Kota Kuala Kapuas. Besar tarif air minum PDAM Kuala Kapuas berdasarkan biaya operasional PDAM, tahun 26 adalah sebesar Rp ,/m 3 untuk sambungan rumah tangga, dan Rp ,/m 3 untuk kran umum. Tarif tahun 27, sebesar Rp ,/m 3 untuk sambungan rumah tangga, dan Rp. 3.19,/m 3 untuk kran umum. Tarif tahun 28 sebesar Rp /m 3 untuk sambungan rumah tangga, dan Rp. 3.19,/m 3 untuk kran umum. Kemampuan membayar (ATP) konsumen rumah tangga kategori Low Income terhadap tarif sebesar Rp, 2.619,/m 3 adalah 6,42 % dan Rp.3.738,/m 3 adalah 22,92 %. Kategori Medium Income, kemampuan konsumen terhadap tarif sebesar Rp.3.178,5/m 3 adalah 46,25 % dan Rp.4.857,/m 3 adalah 8,75 %. Kemauan membayar (WTP) konsumen rumah tangga, kategori Low Income untuk membayar tarif sebesar Rp.2.619,/m 3 adalah 2,8 %, kategori Medium Income kemauan konsumen untuk membayar tarif sebesar.rp.2.619,/m 3 adalah 61,2%. Berdasarkan kebijakan tarif pemerintah dan berdasarkan WTP konsumen terhadap kenaikan tarif 1%, maka usulan penetapan tarif untuk sambungan rumah tangga pada kategori Low Income untuk. - 1 m 3 adalah 2.619,/m3, untuk 11-2 m 3 adalah Rp /m 3, untuk diatas 2 m 3 adalah 3.739,/m 3. Kategori Medium Income untuk - 1 m 3 adalah Rp /m 3, untuk 11-2 m 3 adalah Rp ,/m 3, untuk diatas 2 m 3 adalah Rp.4.857,/m 3. Tarif tahun 27 dan tahun 28 diasumsikan nanti sebesar kenaikan 1% per tahun. Kata kunci: Tarif air minum. ATP, WTP PENDAHULUAN Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka kebutuhan akan air bersihpun mengalami peningkatan. Selain tingkat pertumbuhan penduduk, peningkatan kebutuhan air bersih juga disebabkan karena tuntutan masyarakat terhadap pelayanan air bersih sehubungan dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, meningkatnya intensitas dan ragam kegiatan yang terjadi di masyarakat. PDAM sebagai
2 perusahaan pengelola air bersih dituntut untuk dapat menyediakan kebutuhan air bersih masyarakat yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Masalah tarif merupakan unsur penentu dan sangat penting di dalam mendukung kegiatan operasional PDAM. Selama ini perolehan pendapatan PDAM atas pengenaan tarif air yang diberlakukan belum optimal, dan tarif air yang diberlakukan saat ini terlampau kecil bila dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan (Malada, 21). PDAM kota Kuala Kapuas tidak bebas menentukan tarif air sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis, tapi dengan memperhatikan bahwa tarif yang dikenakan harus terjangkau oleh pelanggan, khususnya pelanggan rumah tangga. Sehingga perlu adanya suatu penelitian tentang Penentuan Tarif Air Minum PDAM Kota Kuala Kapuas yang dilihat dari sisi produsen dan konsumen, yaitu tarif yang dapat menutup seluruh biaya produksi/operasional perusahaan dan tarif yang sesuai dengan kemampuan masyarakat pengguna jasa PDAM, khususnya dari jenis pelanggan rumah tangga. TINJAUAN PUSTAKA Langkah-langkah perhitungan tarif air minum PDAM adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Rata-rata Biaya Akunting 2. Menghitung Rata-rata Biaya Finansial 3. Menghitung Tingkat Biaya, yang terdiri dari Tingkat Biaya Rendah (TBR), Tingkat Biaya Dasar (TBD) dan Tingkat Biaya Penuh (TBP). Rata-rata Biaya Akunting (RTBAO) OPAD *(1 i) RTBAO 3 X m Dimana: F.OPAD = Perkiraan biaya Operasi, Pemeliharaan, Administrasi, Depresiasi. X m 3 = Jumlah penjualan air pada periode X. I = Angka inflasi Y = Tahun proyeksi X = Tahun dasar Rata-rata Biaya Finansial (RTBF) y x RTBF RTBAO RTBD ROAX Perkiraan biaya bunga denda Nilai aset *1% RTBD ROAX prediksi jual penjualan air jumlah penjualan air Dimana : RTBAO = Rata-rata Biaya Akunting RTBD = Rata-rata Biaya Bunga dan Denda yang akan diperhitungkan dalam tarif periode Y. ROAX = Tingkat Rata-rata hasil usaha (Return On Aset) periode X B-5-2
3 Tingkat Biaya a) Tingkat Biaya Rendah (TBR) y x OPA* (1 i) TBR TBR jumlah penjualan air periode X b) Tingkat Biaya Dasar (TBD) FJP TBD TBR jumlah penjualan air periodey c) Tingkat Biaya Penuh (TBP) y x TBP RTBAO ( ROAX * (1 i) ) Proyeksi Kebutuhan Air Didalam menentukan prediksi kebutuhan air minum, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah (Dep. PU 1998): 1. Perhitungan jumlah penduduk 2. Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun sampai tahun perkiraan 3. Kenaikan jumlah pemakaian air per orang per hari setiap tahun, hingga tahun perkiraan 4. Menghitung jumlah kebutuhan air domestik, dengan cara : Kebutuhan air Domestik = Jumlah penduduk x pemakaian air per orang/hari 5. Menghitung kenaikan pemakaian air domestik setiap tahun hingga tahun perkiraan 6. Menghitung kebutuhan jumlah pemakaian air non domestik (berdasarkan data survey atau menggunakan data sekunder) 7. Menghitung kenaikan pemakaian air non domestik setiap tahun hingga tahun perkiraan 8. Menghitung jumlah kebutuhan air untuk daerah pelayanan adalah: Kebutuhan air minimum = kebutuhan air domestik + kebutuhan air non domestik Proyeksi Jumlah Penduduk Untuk memperkirakan jumlah penduduk, diperhitungkan berdasarkan data penduduk selama lima sampai sepuluh tahun terakhir. Ada tiga metode yang biasa digunakan dalam memperkirakan jumlah penduduk, yaitu: Metode Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode Least Square. Untuk menghitung pilihan rumus yang akan digunakan, harus dilakukan analisa dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi. Metode yang memberikan jumlah yang mendekati kebenaran adalah yang memberikan standar deviasi terkecil. METODOLOGI PENELITIAN Kategori Responden Dalam rangka perhitungan ATP dan WTP, responden dikelompokkan atas tingkat pendapatannya per bulan, yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu: 1. Penghasilan Rendah (Low Income) 2. Penghasilan Menengah (Medium Income) 3. Penghasilan Tinggi (High Income) B-5-3
4 Analisa Data 1. Analisa teknis dilakukan untuk mengetahui kemampuan sumber air baku dan jaringan yang telah terpasang untuk memenuhi kebutuhan penambahan sambungan sampai dengan tahun Analisa keuangan yang dilakukan meliputi perhitungan kebutuhan dana dan sumber investasi untuk kepentingan pengembangan jaringan pelayanan mulai tahun 26 sampai dengan tahun Analisa konsumen dilakukan terhadap hasil/jawaban kuisioner yang dibagikan kepada konsumen. Analisa tersebut meliputi komposisi konsumen berdasarkan tingkat penghasilan, rata-rata pemakaian air, rata-rata biaya air PDAM maupun kesanggupan konsumen terhadap kenaikan tarif. 4. Selanjutnya dari hasil analisa diatas, dilakukan analisa kemampuan dan kemauan konsumen terhadap tarif sambungan rumah serta usulan kebijakan tarif yang sesuai dengan kondisi PDAM, kondisi konsumen dan kebijakan pemerintah setempat. HASIL DAN DISKUSI Menurut data dari PDAM kota Kuala Kapuas, tingkat pemakaian air rata-rata untuk jenis Sambungan Rumah adalah sebesar 145 liter/orang/hari dan 25 liter/orang/hari untuk Kran Umum, dengan asumsi bahwa 1 SR terdiri dari 5 jiwa, sedangkan 1 KU terdiri dari 5 jiwa. Pada tahun 23 jumlah sambungan rumah (SR) di Kota Kuala Kapuas adalah unit dan jumlah KU adalah 48 unit. Dengan dasar asumsi diatas, maka jumlah penduduk terlayani adalah jiwa. Total jumlah penduduk Kota Kuala Kapuas tahun 23 adalah jiwa, maka tingkat pelayanan = (37.18 / ) * 1 % = 56,23 % Tingkat pelayanan yang hendak dicapai pada tahun 27 adalah 69 % dan pada tahun 28 adalah 75 % penambahan jaringan pipa sekunder dan tersier yang diperlukan untuk memenuhi tingkat pelayanan tersebut, yaitu melalui penambahan jumlah sambungan sebanyak 897 unit sambungan rumah, 22 unit kran umum pada tahun 27 dan penambahan 929 unit sambungan rumah, 23 unit kran umum pada tahun 28. Biaya yang diperlukan untuk pemasangan pipa tersebut adalah: a) Tahun 27 Pengadaan pipa dan accessories : Rp ,- Pemasangan pipa dan asccessories : Rp ,- Total : Rp ,- b) Tahun 28 Pengadaan pipa dan accessories : Rp ,- Pemasangan pipa dan sccessories : Rp ,- Total : Rp ,- B-5-4
5 Kebutuhan dan Sumber Investasi - Tahun 26 = Rp ,- - Tahun 27 = Rp ,- - Tahun 28 = Rp ,- Total kebutuhan biaya adalah Rp ,- Jika diasumsikan bahwa tingkat suku bunga adalah 1% dengan masa pinjam 2 tahun, maka dapat dijabarkan hal-hal sebagai berikut: a) Alternatif 1 : 1% dana berasal dari pinjaman Jumlah pinjaman : Rp , Cicilan per tahun : Rp , b) Alternatif 2 : 7% pinjaman : 3% dana equity PDAM Jumlah pinjaman : Rp , Equity PDAM : Rp , Cicilan per tahun : Rp ,6 Perhitungan Tarif Air Minum Dalam proses perhitungan tarif air minum, data yang diperlukan adalah: 1. Pengeluaran PDAM untuk menyediakan air minum sampai ke pelanggan, meliputi biaya operasi di sumber air, biaya pemeliharaan, Biaya penyusutan instalasi sumber, instlasi pengolahan dan instlasi transmisi distribusi, biaya umum dan administrasi. Diasumsikan biaya pegawai dan listrik naik 2%, biaya penyusutan naik1%, biaya bahan kimia naik 15%, biaya pemeliharaan pada instansi sumber naik15%, jalur transmisi-distribusi naik 2%, pemeliharaan kantor naik 15% 2. Jumlah air yang terjual 3. Jumlah aset perusahaan 4. Tingkat inflasi 5. Beban hutang perusahaan Kelompok Pelanggan Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Tabel 1. Struktur Tarif Air Minum PDAM Tahun 26 Dasar Penetapan Tarif -1 m m m 3 > 3 m 3 Keterangan Tarif dgn kebocoran 2,2% Tarif dgn kebocoran 2% Tarif bds.efisiensi Pegawai Tarif di PDAM kota K. Kps Tarif dgn kebocoran 2,2% Tarif dgn kebocoran 2% Tarif bds.efisiensi Pegawai Tarif di PDAM kota K. Kps Tarif dgn kebocoran 2,2% Tarif dgn kebocoran 2% Tarif bds.efisiensi Pegawai Tarif di PDAM kota K. Kps Tarif dgn kebocoran 2,2% Tarif dgn kebocoran 2% Tarif bds.efisiensi Pegawai Tarif di PDAM kota K. Kps B-5-5
6 Rencana Tarif Air Minum Tahun 27 Dasar perhitungan tarif tahun 27 adalah biaya operasional PDAM tahun sebelumnya (26) dengan memperhitungkan tingkat inflasi serta rencana pembayaran pokok dan bunga pinjaman pada tahun berjalan (27). Biaya operasional PDAM tahun 26 adalah sebesar Rp ,. Dengan adanya penarikan dan pinjaman baru untuk proyek tahun 26, maka pada tahun 27 terdapat kewajiban membayar cicilan baru, sesuai dengan alternatifnya, yaitu: a) Alternatif 1 : Pembayaran pinjaman tahun 26 adalah Rp , pada tahun 27 yang terdiri dari Pokok pinjaman sebesar Rp ,, Bunga Pinjaman sebesar Rp , b) Alternatif 2 : Pokok pinjaman sebesar Rp ,6, Bunga Pinjaman & Administrasi sebesar Rp ,, Biaya bunga modal PDAM (1%): Rp , Dengan tingkat inflasi sebesar 7,45 %, jumlah air yang terjual tahun 26 adalah , m 3 dan pada tahun 27 adalah , m 3, maka diperoleh tarif: Tabel 2. Tarif Tahun 27 dalam Tingkat Biaya Berdasarkan Alternatif Pendanaan Tingkat Biaya Alternatif 1 Alternatif 2 Tingkat Biaya Rendah (TBR) Tingkat Biaya Dasar (TBD) Tingkat Biaya Penuh (TBP) Dengan cara perhitungan yang sama, didapat hasil perhitungan tarif tahun 28 seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Tarif Tahun 28 dalam Tingkat BiayaBerdasarkan Alternatif Pendanaan Tingkat Biaya Alternatif 1 Alternatif 2 Tingkat Biaya Rendah (TBR) Tingkat Biaya Dasar (TBD) Tingkat Biaya Penuh (TBP) Untuk dapat mengikuti kebijakan pemerintah kota Kuala Kapuas dalam hal ini penerapan tarif air minum, maka perlu diadakan perhitungan ulang agar terjadi subsidi silang antar jenis sambungan, sehingga tidak mempengaruhi pendapatan PDAM. Tarif untuk pelanggan SR. KU dan Sosial diusahakan tetap atau jika harus mengalami kenaikan, kenaikan tarif tersebut tidak lebih dari 1% besarnya nilai tarif jika mengikuti kebijakan pemerintah Kota Kuala Kapuas. Tabel 4. Nilai Tarif yang diterapkan pada Pelanggan menurut Kebijakan Pemkot Kuala Kapuas Jenis Pelanggan Tahun Sambungan Rumah Kran Umum Sambungan Sosial Komersial/Industri Perkantoran Pendapatan PDAM , B-5-6
7 Analisa Ability To Pay (ATP) ATP dari masing-masing responden diperoleh dengan cara membagi biaya air PDAM dengan rata-rata pemakaian air per bulan. Responden dari kategori Low Income yang mampu membayar tarif air minum sampai Rp ,5,-/m 3 sebanyak 34,73 % dan yang mampu membayar tarif sampai Rp , /m 3 adalah 8,33 %. Untuk kategori Mediun Income responden yang mampu membayar tarif sampai Rp ,5 /m 3 sebanyak 46,25 % dan yang mampu membayar tarif sampai Rp , /m 3 sebanyak 61,25 %. Sedangkan untuk tarif tertinggi yaitu Rp , /m 3 responden yang mampu hanya sebanyak 8,75%. Analisa Willingness To Pay (WTP) Kategori Low Income, jumlah responden yang mau membayar tarif sebesar Rp. 1.5, Rp. 2.59,5 per m 3 sebanyak 79,2 %, Rp. 2.59,6 Rp , per m 3 sebanyak 8,3 %, mau membayar tarif air antara Rp ,1 Rp ,5 per m 3. sebanyak 12,5 %. Untuk Kategori Medium Income, jumlah responden yang mau membayar tarif sebesar Rp. 1.5, Rp. 2.59,5 per m 3 sebanyak 38,8 %, Rp. 2.59,6 Rp , per m 3 sebanyak 3,8 %, mau membayar tarif air antara Rp ,1 Rp ,5 per m 3. sebanyak 33,7 %, mau membayar tarif antara Rp ,6 Rp , per m3 sebanyak 15, %, dan mau membayar tarif Rp ,6 Rp , per m3 sebanyak 8,7 %. Tabel 5. Analisa ATP Terhadap Rata-Rata Tarif Sambungan Rumah No Kategori Biaya Produksi Air Rata-Rata Tarif Subsidi (%) Low Income Medium Income High Income ,49 33,3 - Tabel 6. Analisa WTP Terhadap Rata-Rata Tarif Sambungan Rumah No Kategori Biaya Produksi Subsidi WTP Penetapan Rata-Rata Air (%) (%) 1. Low Income , , 4.857, 8,36 2,8 12,5,, 2 Medium Income , , 4.857, 8,36 61,2 57,4 23,7 8,7 3 High Income Berdasarkan hasil-hasil analisa diatas diketahui bahwa kemampuan dan kemauan membayar konsumen sangat bervariasi terhadap tarif air Sambungan Rumah, sehingga perlu adanya suatu kebijakan tarif, seperti yang diusulkan berikut ini. 1) Sebaiknya diterapkan tarif yang berbeda untuk masing-masing Kategori Income. Masyarakat yang termasuk dalam kategori Low Income membayar air dengan tarif yang lebih rendah daripada Medium Income dan High Income B-5-7
8 2) Tarif ditentukan berdasarkan rata-rata kesanggupan membayar (WTP) terhadap suatu tingkat tertentu, misalnya: Low Income : Rata-rata responden sanggup membayar tarif Rp , / m 3, yaitu 2,8 % Medium Income : Rata-rata responden sanggup membayar tarif Rp , / m 3, yaitu 61,2 % 3) Mengingat rata-rata pemakaian air per Sambungan Rumah adalah 2,32 m 3 /bulan maka tarif progresif yang diusulkan adalah sebagai berikut: Tabel 7. Tarif Progresif yang Diusulkan Kategori Tarif Progresif 1 m m 3. 2 m 3 Low Income (A) , Mediun Income (B) 3.178, High Income (C) Kategori A - Jika L I mengkonsumsi air < 1 m 3 /bln, maka rata-rata tarif adalah Rp , /m 3 ; WTP 2619 = 2,8 % - Jika L I mengkonsumsi air s/d 2 m 3 /bln, maka rata-rata tarif adalah Rp ,5 /m 3 ; WTP 3178,5 = 12,5 % Kategori B - Jika M I mengkonsumsi air < 1 m 3 /bln, maka rata-rata tarif adalah Rp ,5 /m 3 ; WTP 3178,5 = 57,4 % - Jika M I mengkonsumsi air s/d 2 m 3 /bln, maka rata-rata tarif adalah Rp , /m 3 ; WTP 3738 = 76,3 % - Jika M I mengkonsumsi air > 2 m 3 /bln, maka rata-rata tarif adalah Rp , /m 3 ; WTP 4857 = 91,3 % KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat diambil kesimpulan: 1. Besarnya tarif air minum PDAM Kuala Kapuas yang sesuai dengan biaya operasional berdasarkan tingkat kebocoran 2 % dan jumlah pegawai 55 orang adalah sebagai berikut: a. Periode tahun 26, dengan biaya operasional PDAM sebesar Rp , menghasilkan rata-rata tarif sebesar Rp , / m 3 untuk Sambungan Rumah Tangga ; Rp , / m 3 untuk Kran Umum ; Rp , / m 3 untuk Sambungan Sosial ; Rp.3.267, / m 3 untuk Sambungan Komersil /Industri, dan Rp.3.1, / m 3 untuk Perkantoran. b. Periode tahun 27, dengan biaya operasional PDAM sebesar Rp , menghasilkan rata-rata tarif sebesar Rp , / m 3 untuk Sambungan Rumah Tangga ; Rp / m 3 untuk Kran Umum ; Rp , / m 3 untuk Sambungan Sosial ; Rp. 5.18, / m 3 untuk Sambungan Komersil / Industri dan Rp , / m 3 untuk Perkantoran. c. Periode tahun 28, dengan biaya operasional PDAM sebesar Rp , menghasilkan rata-rata tarif sebesar Rp , / m 3 untuk Sambungan Rumah Tangga ; Rp. 3.19, / m 3 untuk Kran Umum ; Rp. B-5-8
9 3.787, /m 3 untuk Sambungan Sosial ; Rp. 5.18, / m 3 untuk Sambungan Komersil / Industri dan Rp , / m 3 untuk Perkantoran. 2. Kemampuan membayar (ATP) konsumen Rumah Tangg a adalah sebagai berikut: Untuk kategori Low Income, kemampuan konsumen terhadap tarif sebesar Rp 2.619, per m 3 adalah 6,42 % dan Rp.3.738, / m 3 adalah 22,92 %. Kategori Medium Income kemampuan konsumen terhadap tarif sebesar Rp ,5 per m 3 adalah 46,25 % dan Rp.4.857, / m 3 adalah 8,75 %. Kemauan membayar (WTP) konsumen Rumah Tangga, secara rata-rata adalah sebagai berikut : Kategori Low Income, kemampuan konsumen untuk membayar tarif sebesar Rp.2.619,/m 3 adalah 2,8 %. Kategori Medium Income, kemampuan konsumen untuk membayar tarif sebesar Rp.2.619, / m 3 adalah 61,2 %. 3. Berdasarkan kebijakan tarif oleh Pemerintah Kota Kuala Kapuas dan berdasarkan WTP konsumen terhadap kenaikan tarif 1%, yaitu kenaikan yang secara mayoritas disetujui oleh konsumen, maka usulan penetapan tarif untuk Sambungan Rumah Tangga adalah sebagai berikut Kategori Low Income -1 m 3 = Rp , /m 3, 11 2 m 3 = Rp ,5 /m 3, > 2 m 3 = Rp , /m 3. Kategori Medium Income 1 m 3 = Rp ,5 /m 3, 11 2 m 3 = Rp , /m 3, > 2 m 3 = Rp , /m 3 4. Tarif untuk tahun 27 dan tahun 28 berdasarkan ATP dan WTP diasumsikan terjadi kenaikan sekitar 1 % pertahun. Saran Untuk kepentingan pengembangan studi, penulis menyarankan: 1. Didalam melakukan survey WTP terhadap konsumen, sebaiknya kenaikan tarif yang ditawarkan langsung disebutkan dalam satuan rupiah, tidak menggunakan satuan dalam prosen (%). Hal ini disebabkan karena persepsi kenaikan dalam prosen dirasakan masih tidak jelas dan tidak pasti nilainya 2. Karena adanya subsidi silang antar jenis sambungan, sebaiknya juga dilakukan survey terhadap kesanggupan / kemauan membayar dari jenis sambungan yang harus menanggung subsidi ini, seperti niaga / industri besar dan industri kecil, sambungan komersil / mitra / pelabuhan dan perkantoran. 3. Dalam penentuan tarif air minum PDAM kota Kuala Kapuas perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap proporsi penentuan struktur biaya produksi, terutama untuk biaya operasi dan pemeliharaan. DAFTAR PUSTAKA Anonim (22); Jurnal Air Minum; Analisa PDAM Sehat : Dalam Pola Kerangka Berfikir serta Memahami Kepedulian Sosial ; Edisi nomor 97/22; Perpamsi; Jakarta. Anonim (22); Jurnal Air Minum; Enam Kebijakan Penyehatan PDAM Menuju Cakupan 4% Tahun 214 ; Edisi nomor 59/22; Perpamsi; Jakarta. Aryawan, Oka (22); Evaluasi Tarif Angkutan Kota dengan Analisa Ability To Pay (ATP) dan Wilingness To Pay (WTP) pada Trayek Ubung Kreneng di Kota Denpasar; Tesis Program S2; Magister Manajemen Rekayasa Transportasi; Jurusan Teknik Sipil; Institut Teknologi Sepuluh Nopember; Surabaya. B-5-9
10 Cipta Karya (1998); Petunjuk Teknis Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan; Direktorat Jenderal Cipta Karya; Departemen Pekerjaan Umum; Jakarta. Depdagri (1998) ; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1998; tentang Pedoman Penetapan Tarif Air Minum pada PDAM; Departemen Dalam Negeri; Jakarta. Depdagri (b), (1998); Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998; tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air Minum pada PDAM; Departemen Dalam Negeri; Jakarta. Djoyodipuro, Marsudi (1997); Teori Harga; Lembaga Penerbit F.E. UI, Universitas Indonesia; Jakarta. Kartadinata, Abas., (2), Jakarta. Akuntansi dan Analisis Biaya; Edisi ke-3 Rineka Cipta; S. Bambang & Kartasapoetra, G. (1992); Kalkulasi dan Pengendalian Biaya Produksi; Edisi ke-2; Rineka Cipta; Jakarta. Tutuko, K. & Sanusi, Icep (1993); Jurnal Air Minum; Analisa Biaya Produksi Gabungan Unit Instalasi Air Bersih PAM Jaya; Edisi nomor 59/XV. Perpamsi; Jakarta. B-5-1
ANALISA PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA PALANGKA RAYA ABSTRAK
ANALISA PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA PALANGKA RAYA Juheri Mahasiswa Program Studi Pascasarjana Bidang Keahlian Manajemen Aset, Jurusan Teknik Sipil,Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5939925,email
Lebih terperinciANALISA PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
ANALISA PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Yohanes Paut 1, Retno Indrani 2, Endah Angreni 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen, FTSP, Institut Teknologi
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN TARIF AIR BERSIH DAN KETERJANGKAUAN DAYA BELI MASYARAKAT TERHADAP TARIF AIR BERSIH KOTA JAKARTA (STUDI KASUS PT XYZ)
ANALISIS PENENTUAN TARIF AIR BERSIH DAN KETERJANGKAUAN DAYA BELI MASYARAKAT TERHADAP TARIF AIR BERSIH KOTA JAKARTA (STUDI KASUS PT XYZ) Annisa Lutfi Jayanti Binus University, Jl.KH.Syahdan No. 9 Kemanggisan,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BANGKA
PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BANGKA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa guna menjamin kelancaran operasional
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM Menimbang : a. bahwa sampai dengan saat
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2016TAHUN 2016 TENTANG PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,
BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN UMUM DAERAH AIR MINUM TIRTA MERAPI KABUPATEN KLATEN DENGAN
Lebih terperinciANALISA KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT BERLANGGANAN AIR BERSIH (Studi Kasus: SPAM Brondong-Paciran Kabupaten Lamongan )
ANALISA KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT BERLANGGANAN AIR BERSIH (Studi Kasus: SPAM Brondong-Paciran Kabupaten Lamongan ) Ayu Metalia 1) dan Nadjaji Anwar 2) 1) Manajemen Proyek, Magister Manajemen Teknologi
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
No.1400, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Air Minum. Tarif. Perhitungan dan Penetapan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG PERHITUNGAN
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM MENTERI DALAM NEGERI, MENIMBANG : a.
Lebih terperinciTINJAUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA RUAS JALAN SORONG TEMINABUAN PROPINSI PAPUA BARAT
TINJAUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA RUAS JALAN SORONG TEMINABUAN PROPINSI PAPUA BARAT Andarias Tangke, Hera Widyastuti dan Cahya Buana Pasca Sarjana Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi FTSP, ITS.
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR http://www.republika.co.id Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap 102 pemerintah kabupaten, kota dan Perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM PDAM KECAMATAN KOTA KABUPATEN SUMENEP
STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM PDAM KECAMATAN KOTA KABUPATEN SUMENEP Dedi Falahuddin 1 dan Wahyono Hadi 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman,
Lebih terperinciAnalisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-25 Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung Firga Yosefa dan Hariwiko Indarjanto
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM
BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciPERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH
PERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Prance Abel Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Tel. 031-5939925, Fax 031-5939510
Lebih terperinciTUGAS KELOMPOK PREDIKSI KEBUTUHAN DOMESTIK AIR BERSIH DI SUATU KLASTER PERUMAHAN/SUATU DAERAH BAHAN PRESENTASI DISUSUN OLEH :... NIM :...
BAHAN PRESENTASI TUGAS KELOMPOK PREDIKSI KEBUTUHAN DOMESTIK AIR BERSIH DI SUATU KLASTER PERUMAHAN/SUATU DAERAH DISUSUN OLEH :... NIM :... DOSEN PEMBIMBING: SALMANI, ST.MT.MS NIP : 196208061991031015 1
Lebih terperinciPENGELOLAAN SISTEM PIPA TRANSMISI DAN DISTRIBUSI PDAM DUA SUDARA KOTA BITUNG UNTUK MELANJUTKAN PELAYANAN
PENGELOLAAN SISTEM PIPA TRANSMISI DAN DISTRIBUSI PDAM DUA SUDARA KOTA BITUNG UNTUK MELANJUTKAN PELAYANAN Ollivia Zusan Darenoh 1, Joni Hermana 2 dan I. D. A. A. Warmadewanthi 2 1 Program Studi Manajemen
Lebih terperinciALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL
ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Teras, R. Sutjipto Tantyonimpuno Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax
Lebih terperinciBADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K YAT
BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K YAT OUTLINE 1 2 3 PENDAHULUAN PENJELASAN MENGENAI PENILAIAN KINERJA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO SERI. E PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR BERSIH
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 16 2004 SERI. E PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR BERSIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a.
Lebih terperinciStudi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-355 Studi Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara) Iis Puspitasari dan Alfan Purnomo Departemen Teknik Lingkungan,
Lebih terperinciSTRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RAWAN AIR BERSIH DI KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR
STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RAWAN AIR BERSIH DI KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR Dwi Puspitorini 1 dan Ali Masduqi 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman,
Lebih terperinciSTRATEGI PDAM KOTA TOMOHON DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN AIR BERSIH
STRATEGI PDAM KOTA TOMOHON DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN AIR BERSIH Isye Darlina dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM Disampaikan Oleh: Dr. Hari Nur Cahya Murni M,Si Direktur BUMD, BLUD dan BMD Ditjen Bina Keuangan Daerah Jakarta,
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi PDAM Bekasi merupakan salah satu PDAM yang berada di wilayah Kota Bekasi. Pengelolaan sumberdaya
Lebih terperinciSTRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA MATARAM
STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA MATARAM Oleh: Indah Eka Febriany (3312202812) Dosen Pembimbing Alia Damayanti ST, MT, PhD PROGRAM MAGISTER TEKNIK SANITASI LINGKUNGAN JUR.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK
LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 13 SERI E. 13 ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CIREBON
BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 70 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG TARIP AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG ABSTRAK
STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG Bastyo Tafano, Eko Noerhayati, Azizah Rachmawati Email: tyotafa@ymail.com ABSTRAK Kecamatan Ngunut merupakan salah satu
Lebih terperinciTujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada
Latar Belakang Transportasi memegang peranan yang cukup penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia Angkutan umum yang ada pada kota Sorong Teminabuan adalah Ford dan L 200. Salah satu persoalan mendasar
Lebih terperinciPERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BANGKALAN
PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BANGKALAN OLEH: DICKY RIZKI ROMEL (3306 100 022) DOSEN PEMBIMBING: Ir. HARI WIKO INDARYANTO, M.Eng JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada pemakaian air di Wilayah Usaha PAM PT. TB
29 BAB III METODE PENELITIAN.1 Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan pada pemakaian air di Wilayah Usaha PAM PT. TB dengan metode deskriptif kwalitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi
Lebih terperinciBAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI
BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI A. Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi Bagaimana Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi? Berikut ini analisa yang
Lebih terperinciFORMULA PERHITUNGAN DAN MEKANISME PENETAPAN TARIF PADA BUMD AIR MINUM
FORMULA PERHITUNGAN DAN MEKANISME PENETAPAN TARIF PADA BUMD AIR MINUM www.bisnissyariah.co.id I. Pendahuluan Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air untuk kebutuhan pokok seharihari guna
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK
LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 13 SERI E. 13 ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN
Lebih terperinciTabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk
86 BAB IV KAJIAN PEMBIAYAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih pada wilayah pelayanan yang telah ditentukan didapat berdasarkan guna lahan rencana Kabupaten
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN)
BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN) 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian data dan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 21/PRT/M/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 21/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KELAYAKAN INVESTASI PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM OLEH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DIREKTORAT JENDERAL CIPTA
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA NIAMEY
BAB IV DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA NIAMEY 4.1 Umum Rencana pengembangan jaringan distribusi utama akan direalisasikan sesuai dengan rencana pengembangan Kota Niamey
Lebih terperinciKata kunci: Pengembangan sistem distribusi, prediksi kebutuhan, efisiensi
ANALISA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA JOMBANG Iwan D. Winarto 1, Retno Indriyani 2 1 Mahasiswa Program Studi MMT-ITS 2 Dosen Program Studi MMT-ITS ABSTRAK Dewasa ini banyak Perusahaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian
Lebih terperinciKAJIAN PENINGKATAN LAYANAN SISTEM PERPIPAAN AIR MINUM PERKOTAAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO
KAJIAN PENINGKATAN LAYANAN SISTEM PERPIPAAN AIR MINUM PERKOTAAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO Sutanto Kusumo 1*), Nieke Karnaningroem 2) 1) Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman Jurusan
Lebih terperinciBAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS
BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Melalui wawancara dengan Ir. HM. Nasija Warnadi, MM. selaku Direktur PDAM Kabupaten Cirebon dan studi literatur dari buku (majalah) Air Minum terbitan
Lebih terperinciBAB II EKSPLORASI ISU BISNIS
BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Berdasarkan hasil wawancara dan literatur, isu utama yang dihadapi PDAM Kota Bandung adalah nya kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
Lebih terperinciLuas Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta Luas Wilayah Menurut Kabupaten / Kota Provinsi DKI Jakarta Kabupaten/Kota Luas (Km2) % Kepulauan Seribu 8,70 1,31 Jakarta Selatan 141,27 21,33 Jakarta Timur 188,03 28,39
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN PELAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAWENING
Lebih terperinciPENETAPAN TARIF PROPERTI RITEL HIBURAN PADA BANJARMASIN ONE STOP ENTERTAINMENT CLUB (BOEC)
PENETAPAN TARIF PROPERTI RITEL HIBURAN PADA BANJARMASIN ONE STOP ENTERTAINMENT CLUB (BOEC) Sandokan Pandiangan Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax 031-5939510
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Yogi S, dan M. Ikhsan. Standar Pelayanan Publik di Daerah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu infrastruktur perkotaan yang paling penting. Air bersih termasuk prasarana kota yang sangat berpengaruh bagi perkembangan kota, disamping
Lebih terperinciEVALUASI TARIF BUS DAMRI EKONOMI DENGAN ANALISA ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY DI KOTA SURABAYA
EVALUASI TARIF BUS DAMRI EKONOMI DENGAN ANALISA ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY DI KOTA SURABAYA Agung Teguh S. dan Ahmad Faiz Program Studi Pascasarjana Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi
Lebih terperinciKERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF
KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
160 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian sebelumnya telah dibahas berbagai temuan yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian akhir ini selanjutnya akan dibahas mengenai kesimpulan yang didapat
Lebih terperinciPengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Ali Masduqi Penyediaan Air Minum Aspek Teknis Unit Air Baku Unit Produksi Unit Distribusi Unit Pelayanan Unit Pengelolaan Aspek Keuangan Aspek Sosial Tanggap Kebutuhan
Lebih terperinciAnalisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten
D150 Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten Ana Tri Lestari dan Hariwiko Indarjanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN
ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN Ririn Utari 1, Nyimas Arnita Aprilia 2 Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 KELAYAKAN PROYEK BERDASARKAN KAJIAN BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM 4.1.1 Asumsi Proyeksi Keuangan Proyeksi Keuangan Rencana Jangka Panjang PAM JAYA tahun 2009-2013
Lebih terperinciKata kunci: Evaluasi, Sistem Distribusi Air Bersih, Penurunan Tingkat Kehilangan Air
PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN AIR MELALUI EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BANJARMASIN Setia Budi, R. Sutjipto Tantyonimpuno Laboratorium Manajemen Konstruksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan pada suatu daerah sering membawa dampak, baik dari nilai positif maupun nilai negatif. Semakin berkembangnya suatu daerah tersebut akan meningkatkan
Lebih terperinciANALISA WILLINGNESS TO PAY (WTP) DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU. Aidillah Fitria, Siswanto, Ari Sandhyavitri
ANALISA WILLINGNESS TO PAY (WTP) DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU Aidillah Fitria, Siswanto, Ari Sandhyavitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Lebih terperinciALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA
ALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA Ferry Margo Santosa, Retno Indryani, Retna Hapsari Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting dan pembahasan terhadap kondisi pelayanan air minum oleh PDAM Kecamatan Kota Sumenep, maka kesimpulan yang diambil
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
99 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan pada Bab V, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pemakaian air bersih berkaitan erat dengan tingkat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSTUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK
STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Ulfa Fitriati, M.Eng, Novitasari, M.Eng dan M. Robiyan Noor M Program Studi Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat
Lebih terperinciEVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK AIR MINUM DALAM MENENTUKAN TARIF AIR MINUM Studi Kasus pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 6 No. 1, April 2006 : 19 23 EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK AIR MINUM DALAM MENENTUKAN TARIF AIR MINUM Studi Kasus pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Oleh H. Hendra Setiawan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis Laporan Keuangan a. Memahami latar belakang data keuangan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG TARIP AIR MINUM DAN STRUKTUR PEMAKAIAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA Menimbang
Lebih terperinciBAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN IV.1 Umum Dalam merencanakan instalasi pengolahan air minum diperlukan informasi mengenai kebutuhan air minum di wilayah perencanaan. Kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan infrastruktur juga meningkat. Perkiraan pemerintah pada 5 (lima) tahun yaitu pada tahun 2010-2014
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Evaluasi Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Permukaan
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Evaluasi Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Permukaan a. Langkah-langkah dalam perhitungan Pajak Air Permukaan di PDAM Kota Surakarta 1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini manusia membutuhkan air baik untuk rumah tangga maupun dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan ini air merupakan sumber daya alam yang mutlak diperlukan oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Dalam semua aktivitas kehidupan ini manusia
Lebih terperinciANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KOTA PEKANBARU Nessa Riana Putri 1), Manyuk Fauzi 2), Ari Sandhyavitri 3)
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KOTA PEKANBARU Nessa Riana Putri 1), Manyuk Fauzi 2), Ari Sandhyavitri 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM
BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM III.1 Umum Dalam suatu perencanaan instalasi pengolahan air minum perlu ditentukan kebutuhan air minum di wilayah perencanaan tersebut. Kebutuhan air minum dipengaruhi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 12A Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG
b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 11 Tahun 2003 tentang Tarip Pengelolaan Air Minum Kabupaten Brebes sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan dan perkembangan saat ini, maka perlu disesuaikan
Lebih terperinciPENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO
PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO Dyah Purnamasari Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email : dyahpurnamasari@yahoo.com Retno Indryani
Lebih terperinciANALISA PEMBEAYAAN INVESTASI PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA
ANALISA PEMBEAYAAN INVESTASI PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA Presented by: M. Awallutfi Andhika Putra 3108100052 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Cirebon pada awalnya bernama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) yang merupakan badan usaha dengan berdasarkan Surat Keputusan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut :
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Pelanggan 2.1.1. Konsep Kepuasan Pelanggan Konsep Pengukuran Kepuasan Masyarakat atau Pelanggan Menurut Kotler yang dikutip Prasetyani dalam penelitiannya terdapat 4
Lebih terperinciPerencanaan pengembangan SPAM
Perencanaan pengembangan SPAM Dasar Hukum PP No. 16/2005: Pengembangan SPAM Peraturan Menteri PU No. 18/PRT/M/2007: Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Ruang Lingkup Perencanaan pengembangan SPAM terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang maupun barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Secara umum, kebutuhan akan jasa transportasi
Lebih terperinciPEDOMAN PENILAIAN KELAYAKAN USULAN INVESTASI SPAM
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 21/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KELAYAKAN INVESTASI PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM OLEH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM LAMPIRAN II PEDOMAN PENILAIAN
Lebih terperinciPERENCANAAN PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH DI KECAMATAN TANJUNGPANADN KEBUPATEN BELITUNG
PERENCANAAN PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH DI KECAMATAN TANJUNGPANADN KEBUPATEN BELITUNG Oleh : Bambang Winarno / 3110 040 703 Program Diploma 4 Teknik Perancangan Lingkungan Permukiman Fakultas Teknik
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN TARIF PEMAKAIAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BENGKAYANG PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG PERATURAN DAERAH
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA PELAYANAN PENYEDIA AIR BERSIH SISTEM PERPIPAAN DI KOTA KECIL (STUDI KASUS: KOTA SOREANG DAN BANJARAN) TUGAS AKHIR
EVALUASI KINERJA PELAYANAN PENYEDIA AIR BERSIH SISTEM PERPIPAAN DI KOTA KECIL (STUDI KASUS: KOTA SOREANG DAN BANJARAN) TUGAS AKHIR DYAH NASTITI PROBORINI 15402049 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN
Lebih terperinciPERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SATRIA KABUPATEN BANYUMAS. NOMOR : 3 Tahun 2016 TENTANG
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SATRIA KABUPATEN BANYUMAS Jl. Prof. Dr. Suharso No. 52 PURWOKERTO 53114 Telp. 0281-632324 Fax. 0281-641654 Website : www.pdambanyumas.com E-Mail : pdam_banyumas@yahoo.com
Lebih terperinciKata Kunci : IPA Penet, Daerah Layanan, Jaringan Distribusi Utama, Suplesi dan software WaterNet
ABSTRAK Peningkatan kebutuhan air di wilayah Kabupaten Badung terutama Kecamatan Kuta dan Kota Denpasar terutama Kecamatan Denpasar Barat disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang pesat. Sehingga
Lebih terperinciSpektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 172 Vol. 2, No. 2 : 172-181, September 2015 EVALUASI KELAYAKAN TARIF ANGKUTAN PENYEBERANGAN (PELAYARAN RAKYAT) DI KAWASAN WISATA GILI PEMENANG LOMBOK UTARA Feasibility Evaluation
Lebih terperinciKAJIAN KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT KOTA LUBUK BASUNG DALAM MENDAPATKAN PELAYANAN AIR BERSIH
KAJIAN KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT KOTA LUBUK BASUNG DALAM MENDAPATKAN PELAYANAN AIR BERSIH TUGAS AKHIR OLEH : Hendra Thamrin L2D 302 383 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciEVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO
EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO NEIKLEN RIFEN KASONGKAHE 3311202811 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. JONI HERMANA, MscES., PhD Magister Teknik Sanitasi Lingkungan Institut Teknologi
Lebih terperinciPENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN PULAU BANGGAI, KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN- PROPINSI SULAWESI TENGAH
PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN PULAU BANGGAI, KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN- PROPINSI SULAWESI TENGAH Susana 1 dan Eddy Setiadi Soedjono 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman,
Lebih terperinciPeningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, N0. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-369 Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar Ichwan Rahmawan Widodo dan Hari Wiko Indarjanto Departemen Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa terutama dalam kegiatan perekonomian negara yang tidak lepas dari pengaruh pertambahan jumlah penduduk.
Lebih terperinciSTUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA
STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA Anastasia Yulianti 1, Setia Kurnia Putri 2 dan Erika Hapsari 3 1 Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciEVALUASI PENYESUAIAN TARIF DASAR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN PURBALINGGA. Oleh: Suliyanto 1 ABSTRACT
EVALUASI PENYESUAIAN TARIF DASAR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM () KABUPATEN PURBALINGGA Oleh: Suliyanto 1 ABSTRACT Conditions of macroeconomic, increase of equipment/piping price, chemicals, generators
Lebih terperinciSTANDAR KEBUTUHAN AIR DAN KOMPONEN UNIT SPAM I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.ENG
STANDAR KEBUTUHAN AIR DAN KOMPONEN UNIT SPAM I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.ENG LANDASAN HUKUM UndangUndang Nomor 7 Tahun 04 tentang Sumber Daya Air Peraturan Pemerintah Repbulik Indonesia Nomor : 42 Tahun
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS HARGA AIR TERHADAP KUALITAS AIR PELAYANAN DAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DI PDAM TIRTA MAYANG KOTA JAMBI. Ahaddian Ovilia Damayanti
STUDI ANALISIS HARGA AIR TERHADAP KUALITAS AIR PELAYANAN DAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DI PDAM TIRTA MAYANG KOTA JAMBI Ahaddian Ovilia Damayanti Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinci