OPERASIONAL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI INDONESIA
|
|
- Handoko Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 OPERASIONAL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI INDONESIA depokinteraktif.com I. PENDAHULUAN Air minum merupakan kebutuhan vital bagi manusia. Banyak air tanah di pemukiman di Indonesia kurang bersih dan kurang memenuhi syarat untuk diminum sehingga sebagian masyarakat mengandalkan kebutuhan air minum dari pasokan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun demikian, kiprah PDAM selama ini dikeluhkan masyarakat. Hal ini tidak lepas dari berbagai masalah yang terdapat pada PDAM, mulai dari masalah bidang teknik seperti sumber air baku yang terbatas/debit tidak memadai, tingginya jumlah kehilangan air, infrastruktur dan anggaran minim sehingga menghambat produksi dan distribusi; masalah bidang manajemen dan keuangan seperti Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang wawasan dan kurang penguasaan teknologi, tingginya angka pencurian/sambungan ilegal, sistem informasi manajemen yang tidak efisien, efisiensi penagihan yang rendah, kesulitan menyusun business/corporate plan yang dipersyaratkan untuk restrukturisasi utang; masalah regulasi dan kebijakan seperti adanya perbedaan persepsi antara PDAM dan Direktorat Pajak dalam penetapan PDAM sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas pendapatan non-air, kebijakan penyesuaian tarif yang sering tidak disetujui stakeholder, adanya ketentuan bahwa biaya pegawai tidak boleh lebih dari 40% realisasi belanja operasional perusahaan tahun sebelumnya, adanya ketidakpastian dalam pengelolaan PDAM sebagai BUMD, biaya listrik yang tinggi yang memberatkan biaya operasional PDAM, serta adanya kesulitan bagi PDAM bila dalam pengadaan barang dan jasa yang sifatnya segera harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah. 1 Menurut data Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi), dari 392 PDAM, hanya 103 PDAM yang berkategori sehat 2, atau hanya sekitar 26% dari PDAM yang ada. Hingga tulisan ini disusun, banyak PDAM yang melakukan penunggakan utang, 1 Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia, Peta Masalah PDAM, edisi Desember 2010, halaman 7 s.d Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia, Peta Masalah PDAM, edisi Desember 2010, halaman 23. Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 1
2 sehingga membuat pemerintah harus merestrukturisasi pinjaman kepada PDAM. Tercatat sebanyak 175 PDAM melakukan tunggakan utang dengan nilai Rp4,3 triliun. 3 Untuk mengatasi hal itu, pemerintah membuka kesempatan bagi PDAM tersebut agar merestrukturisasi beban utang pada laporan keuangannya. Penumpukan beban utang yang dialami PDAM kerap terjadi akibat penetapan tarif air minum. Dari jumlah PDAM yang menunggak, tercatat 123 perusahaan sudah mengajukan restrukturisasi utang. Sedangkan sisanya sama sekali belum berniat menjalankan program tersebut. 4 Kementerian Keuangan mendesak pemerintah daerah, sebagai penanggung jawab untuk menaikkan tarif PDAM agar lebih sehat dan bisa melayani masyarakat. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan sakitnya PDAM disebabkan karena murahnya tarif air yang dijual pada masyarakat. 5 Kenaikan tarif akan menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan penjaminan dan subsidi bunga dari pemerintah ketika PDAM akan mengakses pinjaman perbankan. 6 Atas Kinerja PDAM dilakukan penilaian berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM, yang berdasarkan Pasal 3 dinyatakan bahwa tingkat keberhasilan PDAM adalah : a. Baik sekali bila memperoleh nilai kinerja diatas 75; b. Baik, bila memperoleh kinerja diatas 60 sampai dengan 75; c. Cukup, bila memperoleh nilai kinerja diatas 45 sampai dengan 60; d. Kurang, bila memperoleh kinerja diatas 30 sampai dengan 45; e. Tidak baik, bila memperoleh nilai kinerja kurang dari atau sama dengan 30; Bobot untuk masing-masing aspek adalah aspek keuangan 45, aspek operasional 40, aspek administrasi Badan pengawas melaporkan hasil penilaian kinerja PDAM setiap akhir tahun buku kepada Pemilik dan Pemerintah. 8 Hasil penilaian atas prestasi kinerja PDAM untuk dijadikan dasar dalam menentukan penggolongan tingkat keberhasilan PDAM. Penulisan kajian mengenai operasional Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Indonesia ini dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan, sebagai berikut : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 3 Proyek Air Bersih: Butuh Restrukturisasi, Utang PDAM Capai Rp4,3 triliun, 16 Januari PDAM Terlilit Masalah Utang, 15 Januari Menkeu Anggap 175 PDAM "Sakit", 15 Januari 2013, Menkeu- Anggap-175-PDAM--Sakit- 6 Pemerintah desak PDAM sesuaikan tariff, 22 Maret Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum, Pasal 3 ayat (2). 8 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum, Pasal 5. Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 2
3 2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM). 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum. 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum. 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 114/PMK.05/2012 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah pada Perusahaan Daerah Air Minum 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.01/2009 tentang Tatacara Pelaksanaan Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum. 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan Daerah Dengan Pihak Ketiga. II. PERMASALAHAN Berdasarkan hal-hal tersebut, maka beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan hukum ini adalah: 1. Bagaimanakah organisasi PDAM yang ada di Indonesia? 2. Bagaimanakah proses bisnis PDAM di Indonesia? III. PEMBAHASAN 1. Organisasi PDAM Pengembangan air minum di Indonesia diterapkan melalui sebuah sistem, yang disebut Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). SPAM merupakan satu kesatuan sistem Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 3
4 fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. 9 Pengembangan SPAM menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 10 dan penyelenggaraannya dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibentuk secara khusus untuk pengembangan SPAM. 11 Di Indonesia, penyelenggaraan tersebut dilakukan oleh PDAM. PDAM didirikan oleh Pemerintah Daerah dengan menempatkan sebagian kekayaan daerah yang dipisahkan sebagai modal dasar PDAM tersebut. Penyertaan modal tersebut merupakan bagian dari investasi permanen 12 Pemerintah Daerah dan dilakukan dengan Peraturan Daerah. 13 PDAM yang didirikan oleh Pemerintah Daerah didukung dengan organ dan kepegawaian. 14 Organ PDAM terdiri dari: a. Kepala daerah selaku pemilik modal; b. Dewan Pengawas: dan c. Direksi. 15 a. Dewan Pengawas Untuk menjadi entitas yang modern, PDAM memerlukan kontrol yang efektif. Pelaksanaan kontrol tersebut dilakukan melalui pengawasan oleh Dewan Pengawas. Dewan Pengawas mempunyai tugas: 1) melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap pengurusan dan pengelolaan PDAM; 2) memberikan pertimbangan dan saran kepada kepala daerah diminta atau tidak diminta guna perbaikan dan pengembangan PDAM antara lain pengangkatan Direksi, program kerja yang diajukan oleh Direksi, rencana perubahan status kekayaan PDAM, rencana pinjaman dan ikatan hukum dengan pihak lain, serta menerima, memeriksa dan atau menandatangani Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan; dan 3) memeriksa dan menyampaikan rencana strategis bisnis (business plan/corporate plan), serta rencana bisnis dan anggaran tahunan PDAM yang dibuat Direksi kepada kepala daerah untuk mendapatkan pengesahan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Ai Minum, Pasal 1 angka Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 37 (1). 11 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 37 (2. 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pasal 71 ayat (5). 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, Pasal 71 ayat (7). 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum, Pasal 2 ayat (1). 15 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 2 ayat (2). 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 22. Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 4
5 Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pengawas mempunyai wewenang: 1) menilai kinerja Direksi dalam mengelola PDAM; 2) menilai laporan triwulan dan laporan tahunan yang disampaikan Direksi untuk mendapat pengesahan kepala daerah; 3) meminta keterangan Direksi mengenai pengelolaan dan pengembangan PDAM; dan 4) mengusulkan pengangkatan, pemberhentian sementara, rehabilitasi dan pemberhentian Direksi kepada kepala daerah. 17 Dewan Pengawas diberikan penghasilan berupa uang jasa 18 dengan ketentuan: 19 1) Ketua Dewan Pengawas merangkap anggota menerima uang jasa paling banyak 45% (empat puluh lima persen) dari gaji Direktur Utama. 2) Sekretaris Dewan Pengawas merangkap anggota menerima uang jasa paling banyak 40% (empat puluh persen) dari gaji Direktur Utama. 3) Setiap anggota Dewan Pengawas menerima uang jasa paling banyak 35% (tiga puluh lima persen) dari gaji Direktur Utama. Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan, Dewan Pengawas memperoleh bagian dari jasa produksi secara proporsional, 20 yang besarnya ditetapkan oleh kepala daerah dengan memperhatikan kemampuan PDAM. 21 Dewan Pengawas yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa jabatannya berakhir mendapat uang jasa pengabdian dengan syarat telah menjalankan tugasnya paling sedikit 1 (satu) tahun. 22 Besarnya uang jasa pengabdian ditetapkan oleh kepala daerah dengan memperhatikan kemampuan PDAM 23 dengan didasarkan atas perhitungan lamanya bertugas dibagi masa jabatan dikalikan uang jasa bulan terakhir. 24 b. Direksi Direksi diangkat oleh kepala daerah atas usul Dewan Pengawas. 25 Direksi mempunyai tugas: 1) menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawasan seluruh kegiatan operasional PDAM; 2) membina pegawai; 3) mengurus dan mengelola kekayaan PDAM; 17 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 29 ayat (2). 23 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 29 ayat (1). 24 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 29 ayat (3). 25 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 3 ayat (1). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 5
6 4) menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; 5) menyusun Rencana Strategis Bisnis 5 (lima) tahunan (business plan/corporate plan) yang disahkan oleh Kepada Daerah melalui usul Dewan Pengawas; 6) menyusun dan menyampaikan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan PDAM yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Strategis Bisnis (business plan/corporate plan) kepada kepala daerah melalui Dewan Pengawas; dan 7) menyusun dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan PDAM. 26 Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi mempunyai wewenang: 1) mengangkat dan memberhentikan pegawai PDAM berdasarkan Peraturan Kepegawaian PDAM; 2) menetapkan susunan organisasi dan tata kerja PDAM dengan persetujuan Dewan Pengawas; 3) mengangkat pegawai untuk menduduki jabatan di bawah Direksi; 4) mewakili PDAM di dalam dan di luar pengadilan: 5) menunjuk kuasa untuk melakukan perbuatan hukum mewakili PDAM; 6) menandatangani Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan; 7) menjual, menjaminkan atau melepaskan aset milik PDAM berdasarkan persetujuan kepala daerah atas pertimbangan Dewan Pengawas; 8) melakukan pinjaman, mengikatkan diri dalam perjanjian, dan melakukan kerjasama dengan pihak lain dengan persetujuan kepala daerah atas pertimbangan Dewan Pengawas dengan menjaminkan aset PDAM. 27 Untuk menghindari konflik kepentingan, Direksi dilarang memangku jabatan rangkap untuk: 1) jabatan struktural atau fungsional pada instansi/lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah; 2) anggota Direksi pada BUMD lainnya, BUMN, dan badan usaha swasta; 3) jabatan yang dapat menimbulkan benturan kepentingan pada PDAM; dan/atau 4) jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 28 Untuk mendukung kelancaran pengelolaan PDAM, Direksi dapat diberikan dana representatif paling banyak 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penghasilan Direksi dalam 1 (satu) tahun. 29 Penghasilan Direksi terdiri dari gaji dan tunjangan. 30 Tunjangan tersebut terdiri dari: 1) tunjangan perawatan/kesehatan yang layak, termasuk istri/suami dan anak; dan 2) tunjangan lainnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 6 ayat (1). 29 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 12 ayat (1). 31 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 12 ayat (2). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 6
7 Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan, Direksi memperoleh bagian dari jasa produksi. 32 Besarnya gaji, tunjangan, dan bagian dari jasa produksi ditetapkan oleh kepala daerah setelah memperhatikan pendapat Dewan Pengawas dan kemampuan PDAM. 33 Jumlah seluruh biaya untuk penghasilan Direksi, penghasilan Dewan Pengawas, penghasilan pegawai dan biaya tenaga kerja lainnya tidak boleh melebihi 40% (empat puluh persen) dari total biaya berdasarkan realisasi anggaran perusahaan tahun sebelumnya. 34 Direksi pada setiap akhir masa jabatan dapat diberikan uang jasa pengabdian yang besarnya ditetapkan oleh kepala daerah berdasarkan usul Dewan Pengawas dengan memperhatikan kemampuan PDAM. 35 Direksi yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa jabatannya berakhir dapat diberikan uang jasa pengabdian dengan syarat telah menjalankan tugasnya paling sedikit 1 (satu) tahun. 36 Besarnya uang jasa pengabdian didasarkan atas perhitungan lamanya bertugas dibagi masa jabatan dikalikan penghasilan bulan terakhir. 37 c. Pegawai Keberhasilan sebuah perusahaan tidak akan lepas dari peran serta pegawainya, karena pegawai merupakan ujung tombak di lapangan. Dalam memenuhi kebutuhan pegawai, Direksi PDAM dapat mengangkat tenaga honorer atau tenaga kontrak dengan pemberian honorarium yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Direksi yang berpedoman pada Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Kabupaten/Kota. 38 Pegawai PDAM berhak atas gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya yang sah sesuai dengan pangkat, jenis pekerjaan dan tanggung jawabnya 39 serta pemberiannya disesuaikan dengan kemampuan PDAM, 40 yang meliputi: 1) tunjangan pangan; 2) tunjangan kesehatan; dan 3) tunjangan lainnya. 41 Tunjangan kesehatan diberikan kepada pegawai beserta keluarganya yang menjadi tanggungan, 42 meliputi pengobatan dan/atau perawatan di rumah sakit, klinik dan lain-lain yang pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Direksi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 12 ayat (3). 33 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 12 ayat (4). 34 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 12 ayat (5). 35 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 13 ayat (1). 36 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 13 ayat (2). 37 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 13 ayat (3). 38 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 34 ayat (1). 39 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 36 ayat (1). 40 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 36 ayat (5). 41 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 36 ayat (2). 42 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 36 ayat (3). 43 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 36 ayat (4). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 7
8 Penyusunan skala gaji pegawai PDAM dapat mengacu pada prinsip-prinsip skala gaji Pegawai Negeri Sipil yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan PDAM, 44 dan ditetapkan dengan Keputusan Direksi, 45 dengan ketentuan: 1) Pegawai yang beristri/bersuami diberikan tunjangan istri/suami paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari gaji pokok. 46 2) Pegawai yang mempunyai anak berumur kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun belum mempunyai penghasilan sendiri dan belum atau tidak menikah diberikan tunjangan anak sebesar 5% (lima persen) dari gaji pokok untuk setiap anak, 47 dan diberikan paling banyak untuk 2 (dua) orang anak. 48 Tunjangan anak dapat diperpanjang sampai umur 25 (dua puluh lima) tahun, dalam hal anak masih bersekolah/kuliah yang dibuktikan dengan surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi. 49 Pegawai berhak atas jaminan hari tua yang dananya dihimpun dari usaha PDAM atau iuran pegawai PDAM yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi, 50 dan besarnya didasarkan atas perhitungan gaji. 51 Direksi dan Pegawai PDAM wajib diikutsertakan pada program pensiun yang diselenggarakan oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan. 52 Atas pertimbangan efektifitas dan efisiensi, penyelenggara program pensiun diutamakan dana pensiun pemberi kerja yang diselenggarakan oleh gabungan PDAM. 53 Dalam hal penggajian, diatur juga sebagai berikut: a. Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan, pegawai PDAM diberikan bagian dari jasa produksi sesuai dengan kemampuan keuangan PDAM. 54 b. Pegawai yang memiliki nilai rata-rata baik dalam Daftar Penilaian Kerja Pegawai diberikan kenaikan gaji berkala, 55 dan yang belum memenuhi persyaratan tersebut, kenaikan gaji berkalanya ditunda paling lama 2 (dua) tahun Proses Bisnis Air Minum Beberapa hal yang perlu diketahui dalam proses bisnis air minum sebagai berikut. a. SPAM 44 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 37 ayat (1). 45 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 37 ayat (2). 46 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 38 ayat (1). 47 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 38 ayat (2). 48 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 38 ayat (4). 49 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 38 ayat (3). 50 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 39 ayat (1). 51 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 39 ayat (2). 52 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 51ayat (1). 53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 51ayat (3). 54 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 41 ayat (1). 56 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007, Pasal 41 ayat (2). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 8
9 PDAM telah mendapat amanat untuk menyelenggarakan SPAM di daerah masing-masing. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. 57 SPAM dengan jaringan perpipaan meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan, 58 sedangkan yang bukan jaringan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. 59 Penggunaan air baku untuk keperluan pengusahaan air minum wajib berdasarkan izin hak guna usaha air sesuai peraturan perundang-undangan, 60 dan memperhatikan keperluan konservasi dan pencegahan kerusakan lingkungan. 61 Air minum yang dihasilkan dari SPAM yang digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kualitas berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan 62 serta pelayanan secara penuh 24 jam per hari. 63 Setiap penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang diproduksinya aman bagi kesehatan, 64 memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. 65 Parameter wajib dan parameter tambahan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 sebagai berikut: a. Paramater Wajib 57 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 5 (1). 58 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 5 (2) jo. Pasal 37 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 59 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 5 (3). 60 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 8 (4). 61 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 8 (6). 62 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 6 ayat (1). 63 Pasal 35 ayat (5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 64 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, Persyaratan Kualitas Air Minum, Pasal Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, Pasal 3 ayat (1). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 9
10 b. Parameter Tambahan Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 10
11 Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 11
12 Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 12
13 Pemerintah Propinsi dapat menetapkan tambahan parameter dari parameter tersebut 66 dengan ditetapkan melalui Peraturan Daerah Propinsi Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, Pasal 12 ayat (1). 67 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, Pasal 12 ayat (2). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 13
14 Pengoperasian SPAM dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum sebagai berikut. 1) Pengoperasian unit air baku: a) Jumlah air baku yang disadap tidak boleh melebihi izin pengambilan air baku dan sesuai jumlah yang direncanakan menurut tahapan perencanaan. b) Apabila kapasitas sumber berkurang dari kapasitas yang dibutuhkan, maka air yang disadap harus dikurangi sedemikian rupa sehingga masih ada sisa untuk pemeliharaan lingkungan di hilir sumber. c) Penyelenggara harus melakukan pemantauan terhadap debit dan kualitas air baku. 68 2) Pengoperasian unit produksi: a) Tujuan pengoperasian unit produksi adalah mengolah air baku sesuai dengan debit yang direncanakan, sampai menjadi air minum yang memenuhi syarat kualitas, sehingga siap didistribusikan. b) Kegiatan pengoperasian meliputi kegiatan persiapan sebelum pengoperasian, pelaksanaan operasi serta pemantauan proses pengolahan. 69 3) Pengoperasian unit distribusi: a) Tujuan pengoperasian unit distribusi adalah untuk mengalirkan air hasil pengolahan ke seluruh jaringan distribusi sampai di semua unit pelayanan, sehingga standar pelayanan berupa kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang dikehendaki dapat tercapai. b) Kegiatan pengoperasian meliputi kegitan persiapan sebelum pengoperasian, pelaksanaan operasi serta pemantauan unit distribusi. 70 4) Pengoperasian unit pelayanan meliputi kegiatan pelayanan untuk domestik yaitu sambungan rumah, sambungan halaman, hidran umum dan terminal air, dan nondomestik yaitu industri kecil, industri besar, restoran, hotel, perkantoran, rumah sakit, dan hidran kebakaran Pasal 38 ayat (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 69 Pasal 38 ayat (2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 70 Pasal 38 ayat (3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 71 Pasal 38 ayat (4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 14
15 Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pengelolaan SPAM, maka dapat dilakukan kerjasama antar pemerintah daerah. 72 b. Biaya Dalam operasional PDAM, terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan, yang terdiri dari biaya dasar dan biaya usaha. Biaya dasar yang diperlukan untuk memproduksi setiap meter kubik air minum dihitung atas dasar biaya usaha dibagi dengan volume air terproduksi dikurangi volume kehilangan air standar dalam periode satu tahun. 73 Biaya dasar adalah biaya usaha dibagi volume air terproduksi dikurangi volume kehilangan air standar, 74 sedangkan biaya usaha adalah biaya yang dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya pengelolaan PDAM yang meliputi biaya sumber air, biaya pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya kemitraan, biaya umum dan administrasi, serta biaya keuangan dalam periode satu tahun. 75 Volume air terproduksi dihitung berdasarkan total volume air yang dihasilkan oleh sistem produksi yang siap didistribusikan kepada konsumen dalam periode satu tahun. 76 Volume kehilangan air standar dihitung berdasarkan standar prosentase yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air dikalikan volume air terproduksi. 77 Dalam buku berjudul Penurunanan Kehilangan Air yang diterbitkan oleh Badan Regulator PAM Jakarta, dinyatakan bahwa upaya penurunan kehilangan air bersih atau air PAM atau sering disebut dengan istilah non revenue water (NRW) memiliki aspek dimensi yang sangat luas dan beragam dampak yang ditimbulkannya merupakan prioritas utama yang sangat mendesak untuk dipahami oleh semua pihak dan dilaksanakan dengan serius oleh operator pelayanan air minum di DKI Jakarta. Tantangan ke depan adalah kesediaan meletakan NRW sebagai isu utama dalam kinerja pelayanan air PAM di Indonesia Selain memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkannya, PDAM juga harus membuat proyeksi yang meliputi: 1) Proyeksi biaya dasar dalam Rp/m3 atau Rp/satuan volume lainnya, dihitung atas dasar proyeksi biaya usaha dibagi dengan proyeksi volume air terproduksi dikurangi proyeksi volume kehilangan air standar pada tahun proyeksi. 78 2) Proyeksi biaya usaha air minum, dihitung berdasarkan data historis dengan memperhatikan proyeksi tingkat harga, proyeksi tingkat inflasi, kemungkinan efisiensi biaya, rencana tingkat produksi, dan rencana investasi beserta rencana 72 Pasal 35 ayat (4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 73 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum, Pasal 12 ayat (1). 74 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 1 angka Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 12 ayat (2) jo Pasal 1 angka Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 12 ayat (3). 77 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 12 ayat (4). 78 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 13 ayat (1). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 15
16 sumber pendanaannya. 79 3) Proyeksi volume air terproduksi dihitung berdasarkan data historis, dengan memperhatikan rencana tingkat produksi, distribusi dan pengembangan usaha baru. 80 4) Proyeksi volume kehilangan air standar dihitung berdasarkan standar prosentase yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air dikalikan proyeksi volume air terproduksi. 81 Perhitungan dan proyeksi biaya yang akan dijadikan acuan dalam penetapan tarif harus dilakukan secara wajar dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempertimbangkan aspek-aspek efisiensi biaya. 82 Untuk melakukan perhitungan dan proyeksi biaya harus dipersiapkan data sebagai berikut: 1) komponen-komponen biaya sumber air; 2) komponen-komponen biaya pengolahan air; 3) komponen-komponen biaya transmisi dan distribusi; 4) komponen-komponen biaya kemitraan; 5) komponen-komponen biaya umum dan administrasi; 6) komponen-komponen biaya keuangan; 7) komponen-komponen aktiva produktif; 8) tingkat inflasi; 9) volume air terproduksi; 10) volume kehilangan air standar; 11) volume air terjual kepada kelompok pelanggan tarif rendah; 12) volume air terjual kepada kelompok pelanggan tarif dasar; 13) volume air terjual kepada kelompok pelanggan tarif penuh dan khusus; 14) blok konsumsi; 15) kelompok pelanggan; 16) jumlah pelanggan setiap blok konsumsi; 17) jumlah pelanggan setiap kelompok pelanggan; 18) tingkat konsumsi; 19) tarif yang berlaku; 20) komponen-komponen pendapatan penjualan air; 21) komponen-komponen pendapatan non air; 22) komponen-komponen pendapatan kemitraan; 23) tingkat elastisitas konsumsi air minum terhadap tarif; 24) rata-rata penghasilan masyarakat pelanggan; dan 25) upah minimum provinsi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 13ayat (2). 80 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 13 ayat (3). 81 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 13 ayat (4). 82 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 14 ayat (1). 83 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 14 ayat (2). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 16
17 c. Pendapatan Sebagai sebuah BUMD, PDAM diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dan menyumbang deviden yang cukup besar ke APBD. Untuk itu, PDAM perlu mengelola sumber-sumber pendapatan dengan baik. Pendapatan PDAM terdiri dari pendapatan penjualan air, pendapatan non air, dan pendapatan kemitraan. 84 Pendapatan penjualan air meliputi: 1) harga air; 2) jasa administrasi termasuk abundemen; dan 3) pendapatan penjualan air lainnya. 85 Pendapatan non air meliputi : 1) pendapatan sambungan baru; 2) pendapatan sewa instalasi; 3) pendapatan pemeriksaan air lab; 4) pendapatan penyambungan kembali; 5) pendapatan denda; 6) pendapatan pemeriksaan instalasi pelanggan; 7) pendapatan penggantian meter rusak; 8) pendapatan penggantian pipa persil; dan 9) pendapatan non air lainnya. 86 Pendapatan kemitraan meliputi : 1) pendapatan royalti; 2) pembagian pendapatan dari kemitraan; 3) pembagian produksi dari kemitraan; dan 4) bagi hasil kerjasama. 87 Setiap pelanggan baru dikenakan biaya penyambungan. 88 Biaya penyambungan tersebut meliputi biaya pengadaan dan pemasangan meter. 89 PDAM juga mengenakan beban tetap bulanan kepada setiap sambungan pelanggan (termasuk terhadap pelanggan pasif) 90 untuk biaya pemeliharaan meter dan biaya administrasi rekening. 91 Oleh karena itu, PDAM wajib mengupayakan agar meter air selalu berfungsi dengan baik, dengan melakukan peneraan (memastikan meteran 84 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 15 ayat (1). 85 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 15 ayat (2). 86 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 15 ayat (3). 87 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 15 ayat (4). 88 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 16 ayat (1). 89 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 16 ayat (2). 90 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 16 ayat (5). 91 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 16 ayat (3). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 17
18 air dalam keadaan baik) dan pemeliharaan yang memadai. 92 tersebut harus ditera secara berkala untuk menjamin keakurasiannya. 93 Meter air tersebut d. Tarif Faktor yang sangat berpengaruh dalam penerimaan pendapatan PDAM adalah besarnya tarif air minum. Tarif air minum merupakan biaya jasa pelayanan air minum dan jasa pelayanan air limbah yang wajib dibayar oleh pelanggan untuk setiap pemakaian air minum yang diberikan oleh Penyelenggara. 94 Perhitungan dan penetapan tarif air minum tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip: 1) keterjangkauan dan keadilan; 2) mutu pelayanan; 3) pemulihan biaya; 4) efisiensi pemakaian air; 5) transparansi dan akuntabilitas; dan 6) perlindungan air baku. 95 Komponen biaya yang diperhitungkan dalam perhitungan tarif meliputi: 1) biaya operasi dan pemeliharaan; 2) biaya depresiasi/amortisasi; 3) biaya bunga pinjaman; 4) biaya-biaya lain; dan 5) keuntungan yang wajar. 96 Penghitungan tarif harus menerapkan struktur tarif, termasuk tarif progresif, dalam rangka penerapan subsidi silang antar kelompok pelanggan, 97 efisiensi pemakaian, 98 dan perlindungan air baku. 99 Tarif progresif tersebut diperhitungkan melalui penetapan blok konsumsi 100 dan dikenakan kepada pelanggan yang konsumsinya melebihi standar kebutuhan pokok air minum.101 Tarif jasa pelayanan yang diselenggarakan oleh PDAM ditetapkan oleh kepala daerah berdasarkan usulan direksi, setelah disetujui oleh Dewan Pengawas. 102 Tarif untuk standar kebutuhan pokok air minum harus terjangkau oleh daya beli masyarakat pelanggan yang berpenghasilan sama dengan Upah 92 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 16 ayat (4). 93 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 11 ayat (3) jo. Pasal 39 ayat (3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 94 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (1). 95 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (2) jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (3). 97 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (4). 98 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 6 ayat (1). 99 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 8 ayat (2). 100 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 6 ayat (2). 101 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 6 ayat (3). 102 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (6). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 18
19 Minimum Provinsi, 103 yaitu apabila pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi standar kebutuhan pokok air minum tidak melampaui 4% (empat persen) dari pendapatan masyarakat pelanggan. 104 Untuk mencapai keadilan dalam pengenaan tarif, maka dapat diterapkan tarif diferensiasi dengan subsidi silang antar kelompok pelanggan. 105 Penetapan tarif tersebut harus dengan mempertimbangkan keseimbangan dengan tingkat mutu pelayanan yang diterima oleh pelanggan. 106 Sebagai entitas bisnis, PDAM dalam memenuhi kebutuhan air minum masyarakat harus berorientasi profit. Pendapatan PDAM harus memenuhi prinsip pemulihan biaya 107 dimana hasil perhitungan tarif rata-rata minimal sama dengan biaya dasar. 108 Tarif rata-rata adalah total pendapatan tarif dibagi total volume air terjual. 109 Untuk pengembangan pelayanan air minum, tarif rata-rata yang direncanakan harus menutup biaya dasar ditambah tingkat keuntungan yang wajar. 110 Tingkat keuntungan yang wajar dicapai berdasarkan rasio laba terhadap aktiva produktif sebesar 10% (sepuluh persen). 111 Proses perhitungan dan penetapan tarif harus dilakukan secara transparan dan akuntabel 112 dengan cara: a. menyampaikan secara jelas informasi yang berkaitan dengan perhitungan dan penetapan tarif kepada para pemangku kepentingan; dan b. menjaring secara bersungguh-sungguh aspirasi yang berkaitan dengan perhitungan dan penetapan tarif dari para pemangku kepentingan. 113 Proses perhitungan dan penetapan tarif tersebut harus menggunakan landasan perhitungan yang mudah dipahami dan dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemangku kepentingan 114 serta mempertimbangkan perlindungan dan pelestarian fungsi sumber air dalam jangka panjang. 115 Tarif dibedakan dalam 4 (empat) jenis, yaitu: 116 a. tarif rendah, nilainya lebih rendah dibanding biaya dasar. 117 b. tarif dasar, nilainya sama atau ekuivalen dengan biaya dasar. 118 c. tarif penuh, nilainya lebih tinggi dibanding biaya dasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 3 ayat (1). 104 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 3 ayat (2). 105 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 3 ayat (3). 106 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 5 ayat (1). 108 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 5 ayat (2). 109 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 1 angka Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 5 ayat (3). 111 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 5 ayat (4). 112 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 7 ayat (1). 113 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 7 ayat (2). 114 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 7 ayat (3). 115 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 8 ayat (1). 116 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 17 ayat (1). 117 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 17 ayat (2). 118 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 17 ayat (3). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 19
20 d. tarif kesepakatan, nilainya berdasarkan kesepakatan antara PDAM dengan pelanggan. 120 PDAM menetapkan struktur tarif berdasarkan ketentuan blok konsumsi, kelompok pelanggan, dan jenis tarif. 121 Pembagian blok konsumsi adalah sebagai berikut: 122 a. Blok I merupakan blok konsumsi air minum untuk memenuhi standar kebutuhan pokok. 123 b. Blok II merupakan blok konsumsi air minum untuk pemakaian di atas standar kebutuhan pokok. 124 Sementara itu, pelanggan PDAM diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelompok yaitu: 125 a. Kelompok I: menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif rendah untuk memenuhi standar kebutuhan pokok air minum; 126 b. Kelompok II: menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif dasar untuk memenuhi standar kebutuhan pokok air minum; 127 c. Kelompok III: menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif penuh untuk memenuhi standar kebutuhan pokok air minum; 128 dan d. Kelompok Khusus, khusus menampung jenis-jenis pelanggan yang membayar tarif air minum berdasarkan kesepakatan. 129 PDAM dapat menentukan kebijakan jenis-jenis pelanggan pada masingmasing kelompok berdasarkan kondisi obyektif dan karakteristik pelanggan di daerah masing-masing sepanjang tidak mengubah jumlah kelompok pelanggan. 130 Perhitungan tarif dilakukan dengan mengacu pada formula perhitungan tarif air minum 131 dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) menghitung biaya dasar; 2) menghitung tarif dasar; 3) menghitung tarif rendah dan subsidi silang; 4) menghitung tarif penuh. 132 Besarnya subsidi silang dapat bervariasi antar kelompok pelanggan dalam wilayah pelayanan yang berbeda dan dihitung dengan menggunakan formula perhitungan subsidi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 17 ayat (4). 120 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 17 ayat (5). 121 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 9 ayat (1). 123 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 9 ayat (2). 124 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 9 ayat (3). 125 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 10 ayat (1). 126 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 10 ayat (2). 127 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 10 ayat (3). 128 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 10 ayat (4). 129 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 10 ayat (5). 130 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 19 ayat (2). 132 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 19 ayat (1). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 20
21 Mekanisme penetapan tarif didasarkan asas proporsionalitas kepentingan: 134 1) masyarakat pelanggan, dalam arti harus menjamin kepentingan konsumen ) PDAM selaku badan usaha dan penyelenggara, dalam arti harus menjamin kepentingan PDAM sebagai badan usaha dan penyelenggara dalam mencapai target pemulihan biaya penuh (full cost recovery), mewujudkan visi, mengemban misi dan mencapai tujuan dan sasaran pengembangan yang direncanakan di dalam rencana jangka panjang (corporate plan) PDAM yang bersangkutan, 136 dan 3) pemerintah daerah selaku pemilik PDAM, dalam arti harus menjamin kepentingan pemerintah daerah, pemilik modal atau pemegang saham PDAM dalam memperoleh hasil atas pengelolaan PDAM berupa pelayanan air minum yang berkualitas dan/atau keuntungan untuk pengembangan pelayanan umum yang bersangkutan. 137 Tarif ditetapkan oleh kepala daerah berdasarkan usulan direksi setelah disetujui oleh Dewan Pengawas. 138 Konsep usulan tarif tersebut diajukan oleh direksi PDAM dengan mempertimbangkan mutu pelayanan, pemulihan biaya dan target pengembangan tingkat pelayanan, dilengkapi data pendukung sebagai berikut: 139 1) dasar perhitungan usulan penetapan tarif; 2) hasil perhitungan proyeksi biaya dasar; 3) perbandingan proyeksi biaya dasar dengan tarif berlaku; 4) proyeksi peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan; 5) perhitungan besaran subsidi yang diberikan kepada kelompok pelanggan yang kurang mampu; dan 6) kajian dampak kenaikan beban per bulan kepada kelompok-kelompok pelanggan. Konsep usulan penetapan tarif terlebih dahulu dikonsultasikan dengan wakil atau forum pelanggan melalui berbagai media komunikasi untuk mendapatkan umpan balik sebelum diajukan kepada kepala daerah. 140 Konsep usulan penetapan tarif beserta data pendukung dan umpan balik kemudian diajukan secara tertulis kepada kepala daerah melalui badan pengawas. 141 Dari hasil pembahasan usulan penetapan tarif dan pendapat badan pengawas, kepala daerah kemudian membuat ketetapan menyetujui atau menolak secara tertulis kepada direksi PDAM paling 133 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 19 ayat (3). 134 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 20 ayat (1). 135 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 20 ayat (2). 136 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 20 ayat (3). 137 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 20 ayat (4). 138 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (1). 139 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (2). 140 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (3). 141 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (4). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 21
22 lambat 2 (dua) bulan sejak usulan diterima. 142 Berdasarkan penetapan tarif oleh kepala daerah, direksi menerbitkan keputusan besarnya tarif bagi setiap pelanggan, 143 dan menyosialisasikannya kepada masyarakat pelanggan melalui media massa paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum tarif baru diberlakukan secara efektif. 144 Tarif yang sudah ditetapkan dapat dilakukan penyesuaian. Penyesuaian tarif diusulkan oleh direksi kepada kepala daerah melalui badan pengawas untuk ditetapkan 145 dengan memperhitungkan: 146 1) nilai indeks inflasi tahunan pada tahun yang bersangkutan yang diterbitkan instansi pemerintah yang berwenang; 2) beban bunga pinjaman; dan/atau 3) parameter lain sesuai kontrak perjanjian kerjasama. Dalam keadaan luar biasa yang mengakibatkan diperlukannya perubahan rencana kerja perusahaan (corporate plan) maka dapat dilakukan peninjauan tarif secara periodik. 147 Untuk kesinambungan pelayanan PDAM, paling lambat 5 (lima) tahun sekali direksi dapat melakukan peninjauan tarif 148 dengan cara mengusulkannya kepada kepala daerah melalui badan pengawas untuk ditetapkan. 149 Terdapat kemungkinan direksi mengusulkan peninjauan tarif, dan telah disetujui badan pengawas berdasarkan perhitungan yang transparan dan akuntabel, namun kepala daerah menolak usul penetapan tarif yang diajukan. Bila hal itu terjadi, akan berakibat tarif rata-rata berada di bawah biaya dasar. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah daerah mengupayakan subsidi untuk menutup kekurangannya melalui APBD sesuai peraturan perundang-undangan. 150 Sinkronisasi perencanaan tarif dan pengembangan PDAM pada umumnya dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Untuk itu, Direksi wajib menyusun rencana jangka panjang perusahaan (corporate plan) serta rencana kerja dan anggaran PDAM dengan melibatkan para pemangku kepentingan. 151 Pembinaan atas penetapan tarif dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri 152 dan pengawasan atas pelaksanaan pedoman penetapan tarif dilakukan oleh Gubernur Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (5). 143 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (6). 144 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 21 ayat (8). 145 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 22 ayat (2). 146 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 60 ayat (5) jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 22 ayat (1). 147 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 23 ayat (1). 148 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 23 ayat (2). 149 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 23 ayat (3). 150 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 24 ayat (1). 151 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 24 ayat (2). 152 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 25 ayat (1). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 22
23 e. Hak dan Kewajiban PDAM selaku BUMD yang ditunjuk menyelenggarakan SPAM, mempunyai lingkup tugas dan tanggung jawab: 1) Menyelenggarakan pengembangan SPAM yang terpadu dengan pengembangan Prasarana dan Sarana Sanitasi yang ditetapkan; 2) melaksanakan rencana dan program proses pengadaan, termasuk pelaksanaan konstruksi yang menjadi tanggung jawabnya, serta pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi; 3) melakukan pengusahaan termasuk menghimpun pembayaran jasa pelayanan sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan; 4) memberi pelayanan penyediaan air minum dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan standar yang ditetapkan; 5) membuat laporan penyelenggaraan secara transparan, akuntabel, dan bertanggung gugat sesuai dengan prinsip tata pengusahaan yang baik; 6) menyampaikan laporan penyelenggaraan kepada Pemerintah/Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya; dan 7) mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit kepada masyarakat luas. 154 PDAM juga mempunyai hak dan kewajiban. Adapun haknya adalah: 1) memperoleh lahan untuk membangun sarana sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 2) menerima pembayaran jasa pelayanan sesuai dengan tarif/retribusi jasa pelayanan; 3) menetapkan dan mengenakan denda terhadap keterlambatan pembayaran tagihan; 4) memperoleh kuantitas air baku secara kontinu sesuai dengan izin yang telah didapat; 5) memutus sambungan langganan kepada para pemakai/pelanggan yang tidak memenuhi kewajibannya; dan 6) menggugat masyarakat atau organisasi lainnya yang melakukan kegiatan dan mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana pelayanan. 155 Sedangkan kewajiban PDAM adalah: 1) menjamin pelayanan yang memenuhi standar yang ditetapkan; 153 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Pasal 25 ayat (2). 154 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 68 ayat (1). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 23
24 2) memberikan informasi yang diperlukan kepada semua pihak yang berkepentingan atas kejadian atau keadaan yang bersifat khusus dan berpotensi akan menyebabkan perubahan atas kualitas dan kuantitas pelayanan; 3) mengoperasikan sarana dan memberikan pelayanan kepada semua pemakai/pelanggan yang telah memenuhi syarat, kecuali dalam keadaan memaksa (force majeure); 4) memberikan informasi mengenai pelaksanaan pelayanan; 5) memberikan ganti rugi yang layak kepada pelanggan atas kerugian yang dideritanya; 6) mengikuti dan mematuhi upaya penyelesaian secara hukum apabila terjadi perselisihan; dan 7) berperan serta pada upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air dalam rangka konservasi lingkungan. 156 Pelanggan PDAM juga mempunyai hak dan kewajiban. Haknya adalah: 1) memperoleh pelayanan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sesuai dengan standar yang ditetapkan; 2) mendapatkan informasi tentang struktur dan besaran tarif serta tagihan; 3) mengajukan gugatan atas pelayanan yang merugikan dirinya ke pengadilan; 4) mendapatkan ganti rugi yang layak sebagai akibat kelalaian pelayanan; dan 5) memperoleh pelayanan pembuangan air limbah atau penyedotan lumpur tinja. 157 Setiap pelanggan air minum berkewajiban: 1) membayar tagihan atas jasa pelayanan; 2) menggunakan produk pelayanan secara bijak; 3) turut menjaga dan memelihara sarana air minum; 4) mengikuti petunjuk dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara; dan 5) mengikuti dan mematuhi upaya penyelesaian secara hukum apabila terjadi perselisihan. 158 f. Penjaminan dan Subsidi Bunga Dengan keterbatasan keuangan dan banyaknya utang PDAM, PDAM sering terkendala dalam mengembangkan kegiatan bisnisnya dan merugi. Strategi yang dipakai akhirnya mengurangi pelayanan demi melakukan efisiensi dan mengurangi kerugian. Pada akhirnya tindakan tersebut mengecewakan konsumen yang telah membayar tagihan tinggi namun ternyata tidak sebanding dengan pelayanan yang didapatkan. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan mengenai pemberian jaminan dan subsidi bunga. 156 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 68 ayat (2). 157 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 67 ayat (1). 158 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, Pasal 67 ayat (2). Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 24
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,
BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN UMUM DAERAH AIR MINUM TIRTA MERAPI KABUPATEN KLATEN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR http://www.republika.co.id Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap 102 pemerintah kabupaten, kota dan Perusahaan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2016TAHUN 2016 TENTANG PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA INTAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM
BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
No.1400, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Air Minum. Tarif. Perhitungan dan Penetapan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG PERHITUNGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN PELAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAWENING
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI UTARA
BUPATI HULU SUNGAI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DIREKSI, DEWAN PENGAWAS, DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 7 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KAHURIPAN KABUPATEN BOGOR DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM Disampaikan Oleh: Dr. Hari Nur Cahya Murni M,Si Direktur BUMD, BLUD dan BMD Ditjen Bina Keuangan Daerah Jakarta,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MULIA KABUPATEN PEMALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 08 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 1986 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN NGADA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN NGADA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGADA, Menimbang :
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Peraturan
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciFORMULA PERHITUNGAN DAN MEKANISME PENETAPAN TARIF PADA BUMD AIR MINUM
FORMULA PERHITUNGAN DAN MEKANISME PENETAPAN TARIF PADA BUMD AIR MINUM www.bisnissyariah.co.id I. Pendahuluan Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air untuk kebutuhan pokok seharihari guna
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD. Nomor 5 Tahun 2012 Seri D Nomor 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Nomor 5 Tahun 2012 Seri D Nomor 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 02 TAHUN 2013 TLD NO : 02
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 02 TAHUN 2013 TLD NO : 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MUARO
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 04 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 04 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberi pelayanan penyediaan
Lebih terperinciW A L I K O T A B A N J A R M A S I N
W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DIREKSI, DEWAN PENGAWAS DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BANDARMASIH
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memberi pelayanan
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KRUENG PEUSANGAN
QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KRUENG PEUSANGAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN LOMBOK
Lebih terperinciBUPATI TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA RAFLESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,
WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 33, 2005 Lingkungan Hidup. Sumber Daya Alam. Pengadaan. Konsumen. Air Minum (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG SERI E PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2004
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Hasil pembahasan Tgl 07-3 - 2011 SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA PALU PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,
u SALINAN WALIKOTA PALU PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 30 APRIL 2009 NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG : PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BUMI WIBAWA Sekretariat Daerah Kota
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN TARIF PEMAKAIAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BENGKAYANG PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG PERATURAN DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: (0 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH
Lebih terperinciOptimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM
Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM mercusuarnews.com Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN MAJALENGKA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 16 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPasal 71. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Pasal 71 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Lebih terperinciBUPATI INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA DARMA AYU KABUPATEN INDRAMAYU
BUPATI INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA DARMA AYU KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SINGKAWANG
PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GUNUNG POTENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK
LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 13 SERI E. 13 ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2010 NOMOR 10
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2010 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA INDRAGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA MAGELANG
PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan dan percepatan
Lebih terperinciBUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 10 TAHUN 2016
BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN ENREKANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ENREKANG,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN WAKATOBI BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
Lebih terperinciBUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MEDAL KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN LOMBOK UTARA
BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SEMARANG
BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN JEPARA
BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa Perusahaan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYEDIAAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM SURYA SEMBADA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KAYONG UTARA DANGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SINGKAWANG
PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GUNUNG POTENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI
Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, a. bahwa sumber daya air merupakan
Lebih terperinciBUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN JOMBANG
BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN JOMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI TEBO PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUMTIRTA MUARO
BUPATI TEBO PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUMTIRTA MUARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEBO, Menimbang
Lebih terperinciLAMPIRAN 2 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
LAMPIRAN 2 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 710 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN
Lebih terperinciWALIKOTA LHOKSEUMAWE
WALIKOTA LHOKSEUMAWE QANUN KOTA LHOKSEUMAWE NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) IE BEUSAREE RATA KOTA LHOKSEUMAWE BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
RANCANGAN Menimbang : a. Mengingat : PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH TIRTA UTAMA PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,
SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kinerja
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 02 TAHUN 2011 T E N T A N G ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MAYANG
PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 02 TAHUN 2011 T E N T A N G ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa organ
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON
LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 4 TAHUN 2012 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 7 TAHUN 2011 T E N T A N G
SALINAN BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 7 TAHUN 2011 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAPUAS NOMOR 15 TAHUN 1990 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK
LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 13 SERI E. 13 ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAERAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PEUSADA
1 PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PEUSADA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUSAHAAN UMUM DAERAH AIR MINUM
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUSAHAAN UMUM DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 27 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 936 TAHUN 2009 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 27 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 936 TAHUN 2009 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAWENING KOTA BANDUNG WALIKOTA BANDUNG,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KHATULISTIWA DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KHATULISTIWA DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinci