BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA"

Transkripsi

1 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA PAM.MM BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI 2009

2 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 1 BAB I KATA PENGANTAR Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi Kompeten di tempat kerja Penjelasan materi pelatihan Desain materi pelatihan Isi modul Pelaksanaan materi pelatihan Pengakuan kompetensi terkini (RCC) Pengertian-pengertian 6 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta paket pelatihan Pengertian unit standar Unit standar kompetensi Daftar unit kompetensi Durasi pelatihan Kesempatan mencapai kompetensi Unit kompetensi yang dipelajari Judul unit Kode unit Deskripsi unit Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja Batasan variabel Panduan penilaian Kompetensi kunci 13 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi pelatihan Metode pelatihan 14 Judul modul : Kemitraan dengan badan usaha Halaman : 1 dari 55

3 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM BAB IV KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA Penerapan bentuk kemitraan Tujuan dan prasyarat kemitraan Landasan hukum Alternatif pola kerjasama Peran serta swasta Kemitraan pemerintah swasta (public private partnership, KPS/PPP) Proposal kemitraan Identifikasi kegiatan Pra studi kelayakan Prosedur kemitraan Proses seleksi calon mitra Prakualifikasi Pelelangan Dokumen proposal kemitraan Dokumen perjanjian kerjasama Persyaratan pendahuluan Pelaksanaan negosiasi Dokumen perjanjian kerjasama Pengesahan dokumen perjanjian kerjasama Pelaksanaan kontrak Pengaturan pelaksanaan perjanjian kerjasama Monitoring pelaksanaan perjanjian kerjasama Pelaksanaan alih milik 51 BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber daya manusia Sumber-sumber perpustakaan 55 Judul modul : Kemitraan dengan badan usaha Halaman : 2 dari 55

4 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM BAB I KATA PENGANTAR 1.1. Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan merupakan kumpulan dari unsur-unsur yang dinamis, yang saling berhubungan/berkaitan dalam proses pencapaian tujuan pelatihan. Perumusan tujuan pelatihan berbasis kompetensi merupakan penjabaran dari rangkaian kegiatan yang disyaratkan dalam standar kompetensi untuk menjawab tuntutan dari setiap kriteria unjuk kerja dalam pencapaian kompetensi kerja. Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja, meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta. Sehingga setelah pelatihan selesai peserta memperoleh peningkatan kompetensi yang dibutuhkan dan mampu mengisi jabatan/profil pekerjaan yang dibutuhkan Kompeten di tempat kerja Kompetensi adalah menyatunya ketiga aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja atau KSA (knowledge, skill, attitude) yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja yang disyaratkan di tempat kerja. Kompetensi adalah potensi seseorang yang ditampilkan setelah dilatih melalui pelatihan. Adapun ukuran standar kompetensi tersebut dapat diukur dan dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja. Kompeten di tempat kerja adalah seseorang yang telah dapat memenuhi persyaratan jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar/tempat kerja. Tuntutan kualitas tersebut didasarkan pada perangkat bakuan kompetensi (kriteria unjuk kerja) Penjelasan materi pelatihan Desain materi pelatihan Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian kompetensi kerja. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 3 dari 55

5 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM Pada materi pelatihan, aspek-aspek kompetensi dalam indikator unjuk kerja diuraikan ke dalam bentuk modul pelatihan, agar dapat dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh peserta pelatihan. Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada pelatihan konvensional/klasikal dan pelatihan individual/mandiri. Yang dimaksud dengan pelatihan klasikal adalah pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan bantuan seorang pelatih atau pembimbing, dengan menggunakan proses belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri oleh peserta, dengan menambah unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan pelatih. Selanjutnya dapat dipraktekkan penyelesaian suatu tugas tertentu melalui tahapantahapan latihan yang sistematis Isi modul Modul merupakan uraian terkecil bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis untuk membantu peserta pelatihan menguasai tujuan pelatihan. Modul akan memandu pelatih/fasilitator menyampaikan bahan belajar dalam proses pelatihan yang sesuai secara terinci. Modul ini terdiri dari 3 bagian, yaitu: a. Buku informasi Buku Informasi adalah sumber pelatihan, baik untuk pelatih maupun untuk peserta pelatihan. b. Buku kerja Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri. Buku kerja diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi : Kegiatan-kegiatan yang membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian kemampuan peserta pelatihan. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 4 dari 55

6 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM c. Buku penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja. Buku penilaian berisi : Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan kemampuan. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian kemampuan peserta pelatihan. Sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai kemampuan. Semua jawaban/tanggapan pada setiap pertanyaan yang diisikan pada buku kerja. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. Catatan pencapaian kemampuan peserta pelatihan Pelaksanaan materi pelatihan Pada pelatihan klasikal, pelatihan akan: Menyediakan buku informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. Menyediakan salinan buku kerja kepada setiap peserta pelatihan. Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada buku kerja. Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama pelatihan. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku kerja. Memberikan jawaban pada buku kerja. Mengisikan hasil tugas praktik pada buku kerja. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatihan Pengakuan kompetensi terkini (RCC) Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC, recognition of current competency). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 5 dari 55

7 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah: a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, atau b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama Pengertian-pengertian Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja, atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. Standarisasi Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. Penilaian / uji kompetensi Penilaian atau uji kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan (kriteria unjuk kerja). Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan. Standar kompetensi Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang diperlukan pada rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaku atau pemangku jabatan kerja. Standar Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 6 dari 55

8 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM kompetensi dinyatakan dalam format tertentu, yaitu: (i) unit kompetensi dari jabatan kerja tersebut; (ii) elemen kompetensi dari tiap unit kompetensi, dan (iii) kriteria unjuk kerja untuk tiap unit kompetensi. Sertifikasi kompetensi Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi. Sertifikat kompetensi Sertifikat kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yaitu tenaga kerja trampil atau ahli yang telah menguasai suatu kompetensi tertentu dan telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/ketrampilan tertentu. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 7 dari 55

9 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta paket pelatihan Standar kompetensi kerja sektor air minum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) sub sektor, yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengelolaan. Pada bidang pengelolaan air minum diantaranya meliputi bidang manajemen. Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum, yang dikategorikan dalam: Kelompok kompetensi umum, terdiri dari 2 unit kompetensi. Kelompok kompetensi inti, terdiri dari 15 unit kompetensi. Kelompok kompetensi khusus, terdiri dari 2 unit kompetensi Pengertian unit standar Unit standar kompetensi Standar kompetensi Merupakan pernyataan apa yang harus dikerjakan di tempat kerja, disusun dengan pendekatan bidang pekerjaan. Standar kompetensi terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Unit kompetensi Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar kompetensi. Setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen kompetensi. Elemen kompetensi Merupakan bagian terkecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan sejumlah fungsi tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut. Kriteria unjuk kerja (KUK) Merupakan langkah kerja yang harus dilaksanakan dalam pencapaian elemen kompetensi. KUK mencerminkan kegiatan yang menggambarkan 3 aspek, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja. Selain itu KUK juga menunjukkan sejauh mana persyaratan elemen kompetensi dapat diukur berdasarkan pada tingkat yang diinginkan. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 8 dari 55

10 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM Daftar unit kompetensi Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum : A. Kelompok kompetensi umum 1. Menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Melaksanakan manajemen umum. B Kelompok kompetensi inti 1. Melaksanakan manajemen mutu 2. Melaksanakan manajemen strategik 3. Melaksanakan manajemen sumber daya manusia 4. Melaksanakan manajemen aset/barang 5. Melaksanakan manajemen keuangan dan akuntansi 6. Melaksanakan manajemen informasi 7. Melaksanakan manajemen operasi SPAM 8. Melaksanakan manajemen pemeliharaan SPAM 9. Melakukan komunikasi 10. Melaksanakan konseling 11. Melaksanakan negosiasi bisnis 12. Melakukan manajemen bisnis air minum 13. Melakukan manajemen investasi 14. Melakukan manajemen resiko 15. Melaksanakan kemitraan pemerintah badan usaha C Kelompok kompetensi khusus 1. Menerapkan prinsip pengadaan barang dan jasa 2. Melakukan hubungan masyarakat Durasi pelatihan Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan seluruh 19 unit kompetensi adalah 111 JPL, dimana 1 JPL (jam pelajaran) adalah 45 menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan unit kompetensi ini adalah 7 JPL Kesempatan mencapai kompetensi Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 9 dari 55

11 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali Unit kompetensi yang dipelajari Judul unit Judul unit kompetensi: Melaksanakan kemitraan badan usaha Kode unit Kode unit: PAM.MM Deskripsi unit Unit ini berhubungan dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan kemitraan pemerintah dan swasta Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja Elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi berikut kriteria unjuk kerja terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi melaksanakan kemitraan dengan badan usaha ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 01. Menerapkan bentuk kemitraan Pihak-pihak yang akan menjadi mitra bisnis pengelolaan SPAM diidentifikasi dan dipelajari potensi sumber daya yang dimilkinya Pola alternatif kerjasama/kemitraan yang sudah lazim digunakan dalam kemitraan diidentifikasi dan dipahami kelebihan dan kekurangannya serta kaitan dengan aspek hukum yang ada Proposal kemitraan yang akan ditawarkan kepada pihak ketiga dipersiapkan secara komunikatif dengan dilengkapi dengan data yang relevan. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 10 dari 55

12 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 02. Melaksanakan prosedur kemitraan Seleksi mitra kerja secara adil, akuntabel dan transparan 2.2. Dokumen proposal kemitraan disampaikan kepada calon mitra kerja untuk dipelajari Negosiasi antara calon mitra kerja dengan pihak perusahaan dilakukan dengan prinsip kesetaraan, objektif dengan tetapkan berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku Kesepakatan yang telah dicapai oleh kedua belah pihak dituangkan dalam naskah kerjasama kontrak kerja yang dibuat berdasar pada peraturan perundangan yang berlaku Bila dipandang perlu naskah kontrak kerja dapat dikuatkan atau dilegalkan dengan akta notaris. 03. Melaksanakan kontrak. 3.1 Rencana pelaksanaan kontrak kerjasama disusun oleh keduabelah pihak berdasar pada naskah kerjasama. 3.2 Butir-butir kesepakatan dalam naskah kerjasama direalisasikan sesuai dengan tahapan dan tanggungjawab masing-masing pihak. 3.3 Pelaksanaan realisasi kesepakatan dicatat dan direkam dalam buku laporan untuk keperluan evaluasi. 3.4 Evaluasi terhadap realisasi kesepakatan dilakukan secara priodik atau sesuai dengan kesepakatan untuk memperoleh kemajuan program kerjasama. 04. Melaksanakan alih milik 4.1 Inventarisasi aset dilakukan dengan meneliti daftar inventasi. 4.2 Persiapan alih milik dilakukan menurut prosedur dan peraturan perundangan yang berlaku Batasan variabel 1. Konteks variabel : Unit ini berlaku untuk menerapkan bentuk kemitraan, melaksanakan prosedur kemitraan dan melaksanakan kontrak yang digunakan untuk melaksanakan kemitraan dengan badan usaha yang antara lain dapat berupa built operate and transfer (BOT) dan konsesi kerjasama operasi (KSO) dilaksanakan. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 11 dari 55

13 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM Perlengkapan untuk melaksanakan kemitraan dengan badan usaha lain pada pengelolaan air minum, mencakup: 2.1 Prosedur kemitraan. 2.2 Daftar mitra. 3. Tugas pekerjaan untuk melaksanakan kemitraan dengan badan usaha lain pada pengelolaan air minum meliputi : 3.1 Menerapkan bentuk kemitraan. 3.2 Melaksanakan prosedur kemitraan. 3.3 Melaksanakan kontrak. 4. Peraturan untuk melaksanakan kemitraan dengan badan usaha lain pada pengelolaan air minum adalah : 4.1 KEPPRES No.7 Tahun 1998 tentang Kerjasama pemerintah dengan badan usaha swasta dalam pembangunan dan atau pengelolaan infrastruktur. 4.2 INMENDAGRI No.21 tahun 1996 tentang Petunjuk kerjasama antara PDAM dengan pihak swasta. 4.3 KEPMENDAGRIOTDA No.43 tahun 2000 tentang pedoman kerjasama perusahaan daerah dengan pihak ketiga. 4.4 Peraturan Presiden no 67 tahun Panduan penilaian 1. Penjelasan prosedur penilaian : Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait : 1.1. PAM.MM : Melaksanakan komunikasi PAM.MM : Melaksanakan negosiasi bisnis. 2. Kondisi penilaian : 2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan penerapan bentuk kemitraan, pelaksanaan prosedur kemitraan dan pelaksanaan kontrak pada pelaksanaan kemitraan pemerintah dan swasta Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi/praktek, dan simulasi di workshop dan atau di tempat kerja. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 12 dari 55

14 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM Pengetahuan yang dibutuhkan : Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut : 3.1. Ilmu manajemen Perencanaan strategik Ekonomi makro dan mikro Teori pengambilan keputusan Hukum perjanjian 4. Keterampilan yang dibutuhkan : Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut : 4.1. Membuat analisis SWOT Membuat analisis keuangan Membuat proposal 5. Aspek kritis : Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit kompetensi ini, sebagai berikut : 5.1. Prosedur Komitmen semua pihak terkait Alokasi resiko Pengelolaan keuangan Kompetensi kunci Kompetensi kunci dalam mencapai unjuk kerja yang disyaratkan terdapat pada tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Kompetensi kunci dalam pencapaian unjuk kerja melaksanakan kemitraan dengan badan usaha NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT TINGKAT 1. Mengumpulkan, mengorganisasi dan menganalisa informasi 2 2. Mengkomunikasikan ide-ide dan menginformasikan 2 3. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan 3 4. Bekerjasama dengan orang lain dan berkelompok 3 5. Menggunakan ide serta tehnik matematika 2 6. Memecahkan masalah 3 7. Menggunakan teknologi 2 Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 13 dari 55

15 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi pelatihan Persiapan dan perencanaan pelatihan: Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan anda. Permulaan dari proses pembelajaran: Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas yang terdapat pada tahap belajar. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda. Pengamatan terhadap tugas praktik: Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan. Implementasi dan penilaian: Penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja tugas-tugas anda dan sikap anda terhadap pekerjaan. Penilaian dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai bantuan dan dukungan belajar. Anda akan dinilai untuk menentukan apakah anda telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam kriteria unjuk kerja. 3.2 Metode pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. Belajar secara mandiri: Belajar secara mandiri memperbolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 14 dari 55

16 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, namun sesi kelompok tetap memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar terstruktur ini umumnya mencakup topik tertentu. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 15 dari 55

17 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM BAB IV MELAKSANAKAN KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA 4.1 Penerapan bentuk kemitraan Sebagian besar masyarakat Indonesia belum terlayani oleh air minum perpipaan, karena pelayanan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) saat ini hanya menjangkau perkotaan. Keadaan tersebut menimbulkan akibat sosial dimana masyarakat di daerah pinggiran, yang umumnya merupakan masyarakat ekonomi lemah, harus membayar air dengan harga yang berlipat ganda. Subsidi yang diberikan oleh pemerintah terhadap sektor pelayanan air minum pada akhirnya hanya dinikmati masyarakat perkotaan pelanggan PDAM yang umumnya berpenghasilan relatif lebih tinggi. Salah satu penyebab cakupan pelayanan yang minim adalah terbatasnya dana pemerintah atau PDAM untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pesat, terutama di daerah perkotaan. Alternatif yang cukup efektif diantara beberapa yang tersedia untuk memperluas jangkauan pelayanan adalah dengan mengikutsertakan pihak swasta dalam pelayanan air minum. Dengan adanya partisipasi sektor swasta, cakupan dan kualitas pelayanan diharapkan meningkat karena kebutuhan akan pendanaan atau investasi terpenuhi. Selain itu dengan masuknya sektor swasta melalui kompetisi secara transparan juga merupakan usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan. Kemitraan (partnership) secara umum diartikan sebagai kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam rangka mencapai tujuan bersama. Konsep dasar kemitraan adalah saling memperkuat, saling menutupi kelemahan, dan secara bersama mengelola resiko. Konsep kemitraan hanya dapat berkelanjutan jika masing-masing pihak yang bermitra memperoleh manfaat atau keuntungan dari kemitraan, dimana dalam kemitraan ini menggabungkan misi sosial sektor pemerintah dengan orientasi keuntungan sektor swasta Tujuan dan prasyarat kemitraan Berbagai alasan dapat dikemukakan untuk mengundang partisipasi swasta. Tujuan tersebut umumnya adalah: Memperluas cakupan pelayanan dalam daerah yang telah atau belum terlayani. Meningkatkan efisiensi pelayanan. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 16 dari 55

18 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM Transfer know how di bidang teknis, manajemen dan keuangan. Memperluas lapangan kerja. Meningkatkan kegiatan ekonomi di daerah dimana investasi ditanamkan. PDAM/pemerintah daerah sebaiknya menetapkan secara jelas tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama dengan sektor swasta. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan kemitraan dengan pihak swasta adalah peningkatan pelayanan publik yang berkelanjutan (kuantitas dan kualitas) melalui proyek KPS (kemitraan pemerintah swasta) yang bankable. Tujuan yang telah ditetapkan perlu disosialisasikan dengan baik kepada DPRD dan masyarakat umum, karena pengertian dari masyarakat luas dan DPRD akan alasan maupun tujuan kerjasama merupakan kunci utama agar diperoleh dukungan mereka dalam pelaksanaan kerjasama. Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan tersebut, perusahaan/pdam dapat mengidentifikasi pihak-pihak yang tepat untuk menjadi mitra bisnis pengelolaan SPAM, serta mempelajari lebih lanjut potensi sumber daya yang dimiliki. Disamping itu, tujuan kerjasama perlu dikomunikasikan secara jelas kepada pihak swasta, untuk kemudian para pihak melaksanakan kerjasama secara konsekuen dengan tujuan yang telah ditetapkan. Juga perlu diperhatikan prasyarat pembangunan infrastruktur melalui partisipasi badan usaha swasta (BUS) adalah: Adanya persepsi yang sama di jajaran pemerintah dan PDAM untuk melakukan kerjasama dengan swasta. Kesamaan visi dan tujuan diantara para pihak. Komitmen Pemda dalam mengembangkan pelayanan umum. Transparansi dan akuntabilitas dalam proses keikutsertaan swasta. Pemahaman dan kapasitas mengenai pembangunan yang berkelanjutan. Struktur kelembagaan untuk persiapan dan pelaksanaan KPS. Peraturan yang mendukung pengadaan dan pelaksanaan KPS. Pertimbangan pokok dalam pengembangan pelayanan publik serta proses pemahaman kebutuhan KPS di tingkat Pemda meliputi isu-isu antara lain: Pengembangan rencana strategis 5 tahunan (Renstra). Perumusan fungsi Pemda serta pengembangan paradigma baru (reinventing government) Penilaian dan pengkajian terhadap cara-cara pelayanan monopolitis yang kurang baik, kurangnya pengawasan dan tanggungjawab, serta tidak adanya rangsangan kerja. Penilaian dan pengkajian tentang kapasitas dan kemampuan kelembagaan. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 17 dari 55

19 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM Penilaian dan pengkajian terhadap peraturan dan perundang-undangan yang sesuai di tingkat daerah. Analisis terhadap kondisi sosial ekonomi, tingkat pelayanan, serta kebutuhan nyata (perumusan kesenjangan). Penilaian dan pengkajian terhadap ketersediaan sumber daya lokal (SDM, keuangan, tenaga ahli). Penilaian dan pengkajian terhadap ketersediaan dukungan luar. Definisi opsi pengembangan keuangan, konstruksi, operasi. Pelatihan dan studi banding ke proyek-proyek KPS yang baik Landasan hukum Peraturan dan perundangan yang secara umum terkait dengan KPS antara lain adalah: a. UU no. 22/1999 tentang pemerintahan daerah. Berdasarkan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya (Undang-undang Otonomi), kewenangan di sektor pelayanan air minum dimiliki oleh pemerintah Kota/Kabupaten. DPRD merupakan bagian dari pemerintah daerah yang tidak hanya memiliki fungsi legislatif, tetapi juga fungsi pengawasan terhadap pemerintah daerah. Berdasarkan Undang-undang Otonomi, Perda yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota/Kabupaten atas persetujuan DPRD merupakan sumber hukum yang penting di daerah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, di beberapa daerah telah diterbitkan Perda tentang kerjasama pemerintah dengan swasta. Contohnya di Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi, Gresik. b. UU no. 1/1967 tentang penanaman modal asing. Mengatur prosedur pendirian perusahaan penanaman modal asing. Disebutkan bahwa penanaman modal asing dalam perusahaan pelayanan air minum, sekurangkurangnya 5% (lima persen) sahamnya harus dimiliki oleh perorangan atau badan hukum Indonesia. c. UU no. 7/2004 tentang sumber daya air. Mengatur secara komprehensif mengenai sumber daya air, dan menjadi dasar hukum utama bagi pelayanan air minum perpipaan. d. UU no. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Mewajibkan setiap usaha yang menimbulkan dampak penting bagi lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan untuk memperoleh izin melakukan kegiatan/usaha. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 18 dari 55

20 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM e. Perpres no. 67/2005 tentang kerjasama pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Mengatur mengenai tata cara pemilihan badan usaha dalam rangka kerjasama pemerintah dengan badan usaha, serta ketentuan yang harus ada di dalam perjanjian kerjasama. Pengadaan badan usaha dalam rangka kerjasama dilakukan melalui pelelangan umum. Juga disebutkan bahwa resiko dialokasikan kepada pihak yang paling mampu mengendalikan resiko dalam rangka menjamin efisiensi dan efektifitas dalam penyediaan infrastruktur. f. Kepmendagriotda no. 43/2000 tentang pedoman kerjasama perusahaan daerah dengan pihak ketiga. Mengatur mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak yang berkerjasama. Kerjasama dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan prinsip dari Kepala Daerah. Perjanjian kerjasama harus dibuat dengan akta notaris. g. Kepmenkimpraswil no. 409/2002 tentang pedoman kerjasama pemerintah dan badan usaha swasta dalam penyelenggaraan dan atau pengelolaan air minum dan sanitasi. Mengatur mengenai pelaksanaan kerjasama antara pemerintah dan badan usaha swasta, meliputi penyiapan kegiatan investasi KPS, pelaksanaan prakualifikasi kegiatan investasi, pelelangan kegiatan investasi, penyiapan perjanjian, serta pelaksanaan pengaturan, monitoring, dan alih milik kegiatan investasi. h. PP no. 16/2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum Mengatur bahwa air yang didistribusikan pada masyarakat harus memenuhi kualitas air minum. i. Permendagri no.23/2006 tentang pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum pada PDAM. j. Permenkes no. 907/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air Alternatif pola kerjasama Kemitraan atau kerjasama pemerintah - swasta secara garis besar dapat dibedakan antara kemitraan berdasarkan kontrak (contractual arrangement) dan model penyertaan saham (equity arrangement). Dalam pembahasan ini, penekanan adalah pada kerjasama dengan pihak swasta yang dilakukan berdasarkan kontrak. Implementasi bentuk kerjasama dapat mencakup hanya untuk salah satu bagian sistem atau untuk seluruh bagian sistem. Misalnya dalam sistem penyediaan air minum, pihak swasta dapat melaksanakan kerjasama hanya pada salah satu bagian sistem, misal di Instalasi Pengolahan Air (IPA), dengan pengikatan dalam bentuk kontrak kerjasama. Maka sesuai Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 19 dari 55

21 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM dengan waktu yang ditetapkan dalam kontrak kerjasama, pihak swasta membangun IPA, mengoperasikan IPA, serta menjual air hasil olahan kepada PDAM. Sedangkan pengelolaan keseluruhan sistem tetap berada pada PDAM/pemerintah, sehingga pelayanan kepada masyarakat dan tagihan tetap dilaksanakan oleh PDAM. Bentuk kerjasama antara PDAM/pemerintah dengan swasta dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu: Peran serta swasta (private sector participation, PSS/PSP) Kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership, KPS/PPP) Pada tabel 4.1 di atas diberikan resume dari ciri-ciri pokok berbagai bentuk kontrak swasta dalam pengelolaan air minum, yang akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini Peran serta swasta PSP atau peran serta swasta biasanya dicirikan oleh transaksi tidak padat modal. PSP mencakup bentuk-bentuk antara lain: kontrak pelayanan, kontrak manajemen, kontrak sewa. a. Kontrak pelayanan Kontrak pelayanan (service contracts) adalah perjanjian yang terbatas antara pemerintah/pdam dengan sektor swasta, dimana sektor swasta setuju untuk melaksanakan fungsi pelayanan yang terbatas dengan harga dan jangka waktu tertentu (umumnya dalam durasi yang singkat). Kontrak pelayanan sangat tepat ditujukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan yang kurang, dimana investasi tetap merupakan tanggungjawab dari perusahaan (pelayanan publik/pdam). Resiko bagi sektor swasta minimal. Kontrak pelayanan umumnya digunakan untuk: Perawatan peralatan dan fasilitas, Pencatatan alat ukur, Pengajuan rekening dan penagihannya, Perbaikan darurat, Penyewaan peralatan, Pembangunan dan upgrade. Tanggung jawab dan otoritas PDAM/pemerintah dalam hal ini meliputi: Pengoperasian dan perawatan instalasi, Pembiayaan seluruh asset dan modal kerja, Semua resiko komersial dari badan usaha. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 20 dari 55

22 SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN PAM.MM Tabel 4.1 Ciri-ciri pokok kontrak swasta dalam pengelolaan air minum DESKRIPSI Tujuan umum kontrak KONTRAK PELAYANAN Peningkatan kinerja internal KONTRAK PENGELOLAAN Peningkatan kinerja secara menyeluruh KONTRAK SEWA BOT KONTRAK KONSESI Outsourcing dan optimalisasi aset Mobilitas modal mitra usaha Peningkatan mutu dan cakupan pelayanan secara menyeluruh Waktu kontrak 1 2 tahun 3 5 tahun 5 10 tahun tahun tahun Hubungan dengan konsumen Penanggungjawab resiko komersial Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD atau mitra usaha Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD atau mitra usaha Investasi modal Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD atau mitra usaha Imbalan kepada mitra usaha Penerimaan Pemda Harga satuan Harga satuan + bonus efisiensi Tidak ada secara langsung Tidak ada secara langsung Harga satuan/tariff pemakaian Biaya sewa asset (usage fee) Tidak ada hubungan langsung dengan pemakai Bayar dengan mekanisme take or pay Mitra usaha Harga satuan (take or pay) Tidak ada secara langsung Kepemilikan asset Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD Mitra usaha selama kontrak berlaku Mitra Usaha Pemda/BUMD dan Mitra Usaha Mitra usaha Tarif pemakaian Pengelolaan asset Pemda/BUMD Mitra usaha Mitra usaha Mitra usaha Mitra usaha Pemeliharaan asset Pemda/BUMD atau mitra usaha Pemda/BUMD atau mitra usaha Mitra usaha Mitra usaha Mitra usaha - Royalti - Kompensasi asset atau kompensasi hutang Mitra usaha selama kontrak berlaku Tanggungjawab tarif Pemda Pemda Pemda Pemda dan mitra usaha Pemda dan mitra usaha Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 21 dari 55

23 Sedangkan sektor swasta hanya bertanggungjawab dalam penyediaan layanan yang dikontrakkan. Mereka tidak menanggung resiko komersial. Karakteristik dan ketentuan umum dari kontrak pelayanan adalah: Periode waktu kontrak yang terbatas (mungkin satu atau dua tahun). Kontrak pelayanan merupakan subyek untuk penawaran ulang dan persaingan. Memicu timbulnya kinerja yang efisien. Pembayaran dihubungkan secara jelas dengan outputnya, misal seperti yang terbaca pada alat ukur, atau seperti rekening tertagih. b. Kontrak manajemen Kontrak manajemen (management contracts) adalah kesepakatan dengan pihak swasta yang dengan harga kontrak tertentu setuju untuk melaksanakan tanggungjawab manajemen dari sistem, fasilitas atau layanan PDAM/sektor pemerintah untuk jangka waktu tertentu. Operator swasta tidak memiliki hubungan hukum dengan pelanggan, karena pelanggan tetap merupakan tanggungjawab PDAM. Dalam situasi dimana operator swasta menangani pelanggan secara langsung, maka operator bertindak sebagai agen. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk misalnya pembuatan rekening dan penagihannya, layanan pelanggan, serta hubungan ke rumah dan sejenisnya. Kontrak manajemen umumnya digunakan untuk: Pengoperasian dan perawatan, Pengelolaan fasilitas, Pengelolaan sistem, Pengelolaan administrasi. PDAM/pemerintah dalam hal ini adalah bertanggung jawab menyediakan modal kerja untuk pengembangan dan perluasan prasarana. Tanggung jawab dari operator swasta adalah: Melaksanakan seluruh pengoperasian dan perawatan, termasuk penyediaan perkakas, peralatan, tenaga kerja dan persedian suku cadang. Swasta juga memiliki kebutuhan modal kerja tertentu untuk pembelian dan persediaan. Menagih tarif atas nama PDAM/otoritas pemerintah, dan memiliki tanggung jawab gadaian. Pembayaran umumnya akan dimasukkan langsung ke rekening PDAM. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 22 dari 55

24 Karakteristik dan ketentuan umum dalam kontrak manajemen adalah: Pada umumnya kontrak manajemen adalah untuk jangka waktu menengah, berkisar antara tiga hingga lima tahun. Sehingga memungkinkan pihak swasta untuk melakukan investasi tenaga kerja dan peralatan tertentu. Pembayaran dapat distrukturkan agar proporsional dengan efisiensi yang dicapai. Dalam hal ini kegunaan kontrak adalah untuk memastikan bahwa kompensasi hanya diberikan berdasarkan pencapaian output tertentu. Dapat distrukturkan bentuk insentif lain untuk meningkatkan produktivitas dari sektor swasta yang berperan. Kontrak juga dapat distrukturkan untuk penetapan pengaturan PSP dengan jangka waktu yang lebih lama, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode ini menyediakan insentif tambahan untuk memberikan imbalan atas kinerja yang baik dan sanksi/hukuman atas kinerja yang buruk. c. Kontrak sewa Pada kontrak sewa (lease contract), sektor swasta menyewa suatu sistem dari PDAM/pemerintah dan menjual layanannya pada masyarakat. Besarnya sewa yang dibayar oleh sektor swasta biasanya sama atau lebih besar dari biaya akuisisi dan pembiayaan asset yang disewakan. Karena PDAM/pemerintah menyewakan sistem pada swasta, maka resiko komersial menjadi tanggungan pihak swasta. Kontrak sewa umumnya digunakan untuk: Pengelolaan sistem, Pengelolaan fasilitas. Tanggung jawab PDAM/pemerintah adalah: Menyediakan modal investasi untuk mengembangkan, membangun dan membiayai asset yang disewakan. Mengganti asset yang telah habis usia pakainya, seperti peralatan, pompa, kendaraan. Membayar penutupan hutang dari asset yang diperoleh. Menetapkan harga dan tarif. Menetapkan kebijaksanaan yang berhubungan dengan penyediaan, operasi dan tarif. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 23 dari 55

25 Tanggung jawab pihak swasta adalah: Melanjutkan pengoperasian dan perawatan hingga tingkat dan kualitas yang ditentukan oleh PDAM/pemerintah. Pembuatan rekening tarif air dan menagih tarif tersebut atas nama pihak swasta sendiri. Kompensasi yang diterima oleh PDAM/pemerintah adalah pembayaran sewa sesuai dengan perjanjian sewa. Menyediakan modal kerja untuk mendukung operasi harian. Modal kerja disediakan untuk membayar biaya-biaya, piutang pendukung dan menjaga persediaan bahan kimia, suku cadang, perkakas, dll. Karakteristik dan ketentuan umum dalam kontrak sewa adalah: Kontrak sewa umumnya berjangka menengah. Persyaratan sewa harus memungkinkan tarif yang ditetapkan cukup untuk membayar sewa, memberikan keuntungan yang memadai bagi investor, serta insentif bagi pengoperasian yang efisien. Umumnya sewa memungkinkan bagi penyewa untuk menaikkan tarif secara independen melalui mekanisme atau rumus yang disepakati dengan PDAM/pemerintah. Resiko komersial dibatasi, yaitu meminta penyewaan sistem dengan arus kas yang mendukung. Penyewa diharuskan memberikan deposito sekuritas untuk memastikan bahwa asset terlindungi dan dapat membayar pinalti jika kinerja, baik kuantitas maupun kualitas, tidak dapat memenuhi standar yang disepakati Kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership, KPS/PPP) Dalam skema KPS atau kemitraan pemerintah swasta, pihak swasta akan membangun/merehabilitasi prasarana termasuk pembiayaannya, dan mengoperasikan serta memelihara. Karenanya KPS membutuhkan investasi yang besar dari pihak swasta (padat modal). Mempertimbangkan hal tersebut maka implementasi KPS untuk prasarana pelayanan umum (dalam hal ini PDAM) mempunyai masa kerjasama yang lebih panjang daripada bentuk PSP sebagaimana telah dijelaskan di atas. KPS mencakup dua bentuk dasar yaitu : BOT (build operate transfer) dengan variasi bentuk antara lain BOO (build operate own), ROT (rent operate transfer), dan ROO (rent operate transfer). Konsesi. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 24 dari 55

26 a. Kontrak BOT BOT merupakan singkatan dari (build operate transfer) atau diterjemahkan menjadi (bangun operasikan alih milik). BOT dalam prasarana air minum merupakan suatu ikatan kontrak dimana PDAM/pemerintah menetapkan pihak swasta melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana air minum termasuk pengadaan pendanaannya, mengelola, memelihara dalam jangka waktu tertentu, dan kemudian menyerahkan (alih milik) sarana dan prasarana tersebut kepada PDAM setelah jangka waktu kontrak selesai. Sebagai contoh, pihak swasta melaksanakan pembangunan IPA (termasuk pengadaan pembiayaannya), mengoperasikan dan memeliharanya. Air yang diproduksi dijual kepada PDAM melalui kontrak take-or-pay selama jangka waktu kontrak BOT. Selanjutnya, setelah jangka waktu kontrak selesai, IPA tersebut diserahkan kepada PDAM. Dalam kerjasama ini, pihak swasta memasok air ke PDAM dalam volume yang sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam kontrak. Pelayanan pada masyarakat (distribusi) tetap dilaksanakan oleh PDAM. Karakteristik yang terdapat pada BOT adalah: Fasilitas dibangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan prasarana. Umumnya sangat padat modal dan membutuhkan dana dalam jumlah besar untuk membangunnya. Karenanya pengembalian modal membutuhkan waktu yang relatif lama. Dicirikan dengan seperangkat perjanjian kontrak yang rumit, yang mengikat masing-masing pihak yang saling bekerjasama, untuk melaksanakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut. Pendapatan sektor swasta diperoleh dengan menjual produk layanan yang dihasilkan selama periode kontrak, sesuai dengan syarat perjanjian antara pihak swasta dengan badan pemerintah/pdam. Resiko diidentifikasi oleh pihak-pihak yang akan bekerjasama, dan resiko ditransfer kepada pihak yang paling mampu menangani resiko tersebut dengan biaya serendah mungkin. Struktur kontrak BOT kadang kala berbentuk jarring kesepakatan yang rumit dan melibatkan banyak peserta. Struktur yang rumit ini penting untuk difahami pada saat melaksanakan kontrak. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 25 dari 55

27 Secara singkat struktur kontrak BOT adalah: Jangka waktu kontrak harus cukup untuk mengembalikan hutang dan memberikan keuntungan yang disesuaikan dengan resiko kepada investor. Permintaan akan layanan dijamin oleh PDAM/otoritas pemerintah. Fasilitas akan ditransfer ke PDAM sebagai milik PDAM pada akhir periode kontrak. Dalam kontrak harus disebutkan secara jelas bagaimana pengalihan pemilik dilakukan serta keharusan pihak swasta untuk menyiapkan fasilitas yang akan diserah terimakan. PDAM harus menyiapkan unit untuk menangani pemindah tanganan ini. Di saat pengakhiran kontrak, seringkali terdapat penyediaan layanan yang harus dilanjutkan. Hal ini dapat dilaksanakan untuk memastikan bahwa transisi yang mulus dalam manajemen dapat terjadi. Namun, terdapat banyak kendala dalam memasuki kontrak jenis ini. Tidak sedikit yang diakibatkan oleh kesalahpahaman mengenai persyaratan, peran PDAM/pemerintah, dan peran sektor swasta. Beberapa kendala penting dalam kontrak BOT, adalah sbb: Kerumitan dalam paket penetapan harga. Kerumitan ini disebabkan oleh proyek besar dengan periode maturitas yang panjang, yang mengharuskan selesainya keuangan proyek. Kebutuhan pembiayaan proyek ini menimbulkan konsekuensi diperlukannya dokumen hukum yang rumit, dimana umumnya dokumen ini belum dikenal oleh PDAM atau badan pemerintah daerah yang bertanggungjawab memberi pelayanan pada masyarakat. Pengelola harus mempelajari keahlian baru; memahami lingkup kontrak yang rumit; mempelajari syarat dan ketentuan dalam pembiayaan dan kontrak. Situasi ini sering membuat PDAM/otoritas lokal kewalahan, sehingga mengakibatkan kemacetan dalam negosiasi. Program yang berhasil adalah (i) program yang telah menggunakan keahlian baru tersebut dalam penyusunannya, bisa menggunakan konsultan, dan juga (ii) telah mengembangkan organisasi serta (iii) telah melatih staf mengenai unsur-unsur penting dalam pembiayaan. Penetapan harga dan syarat kontrak. Harga untuk layanan umumnya dinilai terlalu rendah dari yang ditawarkan oleh sektor swasta. Pada umumnya pandangan ini terjadi karena PDAM/badan pelaksana tidak memproyeksikan secara tepat data mengenai biaya unit proyek. Permasalahan lain adalah yang menyangkut syarat kontrak dimana mengharuskan dipindahkannya suatu resiko tertentu, yang tentunya berdampak pada biaya kontrak. Unsur transfer resiko ini dapat menyangkut unsure take-or-pay, keadaan Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 26 dari 55

28 kahar, penyelesaian perselisihan, serta permasalahan lain yang menghalangi kesimpulan yang teratur dari kontrak. Kepekaan atas aspek politik. Hal ini termasuk tarif yang ditetapkan terlalu rendah b. Konsesi sehingga berdasarkan gagasan untuk menswastakan utilitas, tarif perlu disubsidi melalui pendapatan pajak. Permasalahan kepekaan ini dapat diatasi dengan memberikan pemahaman mengenai manfaat badan usaha swasta dalam penyediaan layanan air minum Menurut International Finance Corporation, concession is an arrangement whereby a private party leases assets for service provision from a public authority for an extended period and has responsibility for financing specified new fixed investments during the period; the assets revert to public sector at expiration of the contract ~ Konsesi adalah suatu pengaturan dimana pihak swasta meminjam/mengontrak asset dari otoritas publik untuk memberikan jasa pelayanan dalam periode tertentu, serta bertanggungjawab untuk membiayai investasi baru yang telah ditentukan selama periode tersebut; pada saat berakhirnya kontrak asset dikembalikan ke otoritas publik. Dalam kontrak konsesi, pihak swasta bertanggungjawab atas keseluruhan pengoperasian dan juga program perbaikan sistem. Pihak swasta juga bertanggungjawab untuk membiayai, membangun dan mengoperasikan instalasi baru guna meningkatkan cakupan pelayanan, yang pada akhir masa konsesi harus dialihkan kepemilikannya ke PDAM. Berbeda dengan BOT, dalam kontrak konsesi pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh sektor swasta. Dalam kontrak konsesi, kepemilikan seluruh asset tetap pada PDAM/pemerintah. Meskipun sesuai kontrak tanggungjawab lainnya dilimpahkan pada sektor swasta, namun PDAM/pemerintah tetap memiliki peran kepengaturan dan monitoring kinerja swasta. Kompensasi kepada sektor swasta dengan sendirinya adalah berdasarkan kinerja. Pihak swasta menerima seluruh tanggungjawab dari PDAM/pemerintah. Mereka bertanggung-jawab atas pengoperasian, perawatan, dan investasi modal. Dalam segala aspek, perusahaan swasta tersebut bukanlah merupakan agen bagi PDAM. Investasi modal umumnya dirancang untuk periode tahun tertentu dengan memberikan keuntungan yang memadai bagi pihak swasta. Pada saat investasi dilakukan, kepemilikan asset tetap ditangan PDAM/pemerintah dan pembayaran kembali hutang (dari investasi) dijadwalkan sesuai dengan tarif yang ditagihkan. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 27 dari 55

29 Karena kontrak jenis ini melepaskan seluruh kekuasaan pengoperasian dan investasi kepada sektor swasta, maka kontrak konsesi ini hanya akan dapat dilaksanakan dalam skala besar. Artinya PDAM/pemerintah harus melepaskan kendali atas sistem secara keseluruhan. Kontrak konsesi harus memiliki syarat dan ketentuan yang jelas, umumnya sebagai berikut: Periode pengoperasian oleh kontraktor swasta diberikan dalam jangka panjang, antara tahun. Periode kontrak harus cukup panjang, sehingga investasi perbaikan dapat dilakukan dalam 5 hingga 10 tahun pertama, dan selanjutnya agar dapat dihasilkan pendapatan untuk membayar kembali hutang atas pinjaman untuk investasi tersebut. Pihak kontraktor swasta harus memiliki hak eksklusif atas sistem PAM selama jangka waktu kontrak. Kontraktor menerima kompensasi berdasarkan kinerjanya, sehingga harus mengendalikan semua aspek (tolok ukur) dari kinerja tersebut. Bila kontraktor tidak diberikan kendali total, maka kemungkinan tolok ukur kinerja tersebut dapat menjadi tak terkendali. Jika terdapat investasi apapun dan untuk terus mendorong sektor swasta memperbaiki sistem yang perlu ditingkatkan dan diperluas, maka penetapan kontrak mengharuskan kompensasi yang dibayarkan kepada kontraktor swasta untuk investasi adalah tanpa amortisasi di akhir perjanjian. Pengakhiran ini dapat terjadi sebagai akibat selisih waktu atau pengakhiran yang tidak diinginkan sebagai akibat kelalaian. Bagaimanapun juga harus disadari adanya investasi modal yang terjadi selama periode pengoperasian. Pendapatan bagi pihak kontraktor swasta harus disebutkan dengan jelas di dalam kontrak. Ketentuan yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan pembayaran kepada kontraktor swasta adalah sbb: Pembayaran kepada kontraktor akan bersumber dari konsumen yang membayar tarif air mereka secara langsung telah memberikan kompensasi kepada kontraktor. Persentase terhadap harga ini akan dibayar kepada kontraktor sebagai kompensasi atas layanan yang telah dilaksanakan. Pembayaran konsumen akan ditagih dan dicatat oleh kontraktor untuk kemudian dimasukkan ke dalam escrow account. Selanjutnya agen escrow akan menyediakan kompensasi untuk masingmasing pihak dalam kontrak. Judul modul : Melaksanakan kemitraan dengan badan usaha Halaman : 28 dari 55

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM NEGOSIASI BISNIS

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM NEGOSIASI BISNIS MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM NEGOSIASI BISNIS PAM.MM02.011.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT PAM.MM03.002.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN BISNIS AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN BISNIS AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN BISNIS AIR MINUM BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA

KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 5 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2000 T E N T A N G KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN KEUANGAN DAN AKUNTANSI

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN KEUANGAN DAN AKUNTANSI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN KEUANGAN DAN AKUNTANSI BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN ASET/BARANG

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN ASET/BARANG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN ASET/BARANG PAM.MM02.004.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN INVESTASI

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN INVESTASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN INVESTASI PAM.MM02.013.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PAM.MM02.003.01 BUKU DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka melaksanakan pembangunan di Indonesia, maka beberapa puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build Operate and Transfer

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PAM.MM02.003.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAERAH DAN PEMBANGUNAN

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAERAH DAN PEMBANGUNAN SALINAN LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 11 TAHUN 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 KELAYAKAN PROYEK BERDASARKAN KAJIAN BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM 4.1.1 Asumsi Proyeksi Keuangan Proyeksi Keuangan Rencana Jangka Panjang PAM JAYA tahun 2009-2013

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN V PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi ini mengatur penyajian

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN RESIKO

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN RESIKO MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN RESIKO PAM.MM02.014.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR : 12 TAHUN : 2006 SERI : E NO. :5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI AHLI MANAJEMEN AIR MINUM TINGKAT UTAMA NAMA PESERTA NAMA ASESOR FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI : CLUSTER AHLI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang 10 BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA Semenjak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, Pemerintah Indonesia melakukan reformasi di bidang Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- - Tujuan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Pendahuluan Kebijakan anggaran mendasarkan pada pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran kinerja adalah

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN MUTU

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN MUTU MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN MUTU BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN

Lebih terperinci

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN -1- LAMPIRAN IX PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Tujuan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Berdasarkan hasil wawancara dan literatur, isu utama yang dihadapi PDAM Kota Bandung adalah nya kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan oleh beberapa

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN POTENSI DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1998 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PEMBANGUNAN DAN ATAU PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Melalui wawancara dengan Ir. HM. Nasija Warnadi, MM. selaku Direktur PDAM Kabupaten Cirebon dan studi literatur dari buku (majalah) Air Minum terbitan

Lebih terperinci

1 of 9 21/12/ :39

1 of 9 21/12/ :39 1 of 9 21/12/2015 12:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif

KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif Jakarta 31 Desember 2015 Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya infrastruktur dan menempatkan infrastruktur

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA COVER DEPAN Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government COVER DALAM Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM No. 12/PRT/M/2010 B A N J A R M A S I N, M E I

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM No. 12/PRT/M/2010 B A N J A R M A S I N, M E I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM No. 12/PRT/M/2010 1 B A N J A R M A S I N, M E I 2 0 1 1 ALUR PENGEMBANGAN SPAM 2 pemerintah BUMN/ BUMD SPAM Dana Sendiri Kerjasama Kontraktor SPAM Pasal 37 PP 16/2005

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang: Mengingat: a. bahwa untuk mendorong

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT 1. UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah 2. PP 121/2015 tentnag Pengusahaan Sumber Daya Air 3. PP 122/2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum 4. Perpres 38/2015

Lebih terperinci

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA INDONESIA JADWAL KOMITMEN SPESIFIK JADWAL KOMITMEN HORISONTAL DALAM AFAS Sektor

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BUKU PENILAIAN

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BUKU PENILAIAN MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan infrastruktur juga meningkat. Perkiraan pemerintah pada 5 (lima) tahun yaitu pada tahun 2010-2014

Lebih terperinci

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -100- BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1. Arah Kebijakan Pendanaan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah diarahkan dengan memanfaatkan kemampuan keuangan daerah secara efektif, efesien,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

RANCANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002

RANCANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002 Draft 7 Maret 2003 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002 TENTANG JUAL BELI, SEWA JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 10 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 18 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2. Neraca 3. Laporan Arus Kas (LAK) 4. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2. Neraca 3. Laporan Arus Kas (LAK) 4. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) Seminar Akuntansi Pemerintahan Dari Kelas C 1. Mengapa menggunakan basis akrual, apa manfaat dan tujuannya bagi pemerintah? a. Mengapa menggunakan basis akrual? 1) Amanat Undang-Undang Nomor 17/2003 tentang

Lebih terperinci

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH Bentuk /model kerja sama daerah dapat dilaksanakan sebagai berikut : A. Bentuk/Model

Lebih terperinci

PROFIL KEUANGAN DAERAH

PROFIL KEUANGAN DAERAH 1 PROFIL KEUANGAN DAERAH Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang adalah menyelenggarakan otonomi daerah dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, serta

Lebih terperinci

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL Oleh FRANS S. SUNITO DIREKTUR UTAMA PT JASA MARGA (PERSERO) KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-8, HOTEL MERCURE,JAKARTA, 4-5 SEPTEMBER 2007 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 tidak hanya dibidang Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi ini dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60 LAPORAN OPERASIONAL Tujuan Laporan Operasional 284. Tujuan penyusunan Laporan Operasional adalah untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle). Sehingga

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2017 2 BUPATI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN KERJASAMA SPAM 1. UU 23/2014 2. PP 50/2007 3. PP 121/2015 4. PP 122/2015 5. PP 54/2017 6. Perpres 38/2015 7. Permen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 39 TAHUN 2004 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAERAH DAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak KODE UNIT : O.842340.006.01 JUDUL UNIT : MemastikanPendanaan PenanggulanganBencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini menjelaskan keterampilan pengetahuan, dan sikap yang dipersyaratkan untukmengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT MMS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No.14 tanggal 4 Oktober 1989 dari Notaris Winnie Hadiprojo, SH., notaris

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PH 193 Tahun 2015 TENTANG KONSESI DAN BENTUK KERJASAMA LAINNYA ANTARA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA BANDAR

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR DINAS PARIWISATA

Lebih terperinci

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA Agenda 1. 2. 3. 4. Standar Pengaturan Bersama PSAK 66 Pengaturan Bersama Ilustrasi Pengaturan Bersama Diskusi PSAK 39 Kerjasama Operasi BOT BTO Perkembangan PSAK PSAK 12 Pengendalian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN Oleh : NAMA : HASIS SARTONO, S.Kom NIP : 19782911 200312 1 010

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 8 TAHUN 2001 T E N T A N G KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP)

PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) III.1. Tujuan Umum Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dalam penyediaan infrastruktur melalui kerja sama pemerintah swasta. III.2. Tujuan Khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun perekayasaan (technology), namun juga dapat diartikan sebagai sebuah proses. Sesuai ragam

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BIMA, a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA SALINAN WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SORONG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN

Lebih terperinci

SALINAN NO : 14 / LD/2009

SALINAN NO : 14 / LD/2009 SALINAN NO : 14 / LD/2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI : D.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Sehubungan dengan rencana investasi beberapa ruas Jalan Tol di Indonesia dan adanya kebijakan baru Pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2004

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2016 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN OLEH PEMERINTAH PUSAT

Lebih terperinci