BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan proses pengajaran yang diterapkan pada siswa khususnya dan sekaligus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan proses pengajaran yang diterapkan pada siswa khususnya dan sekaligus"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat menarik dan tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar merupakan indikator keberhasilan proses pengajaran yang diterapkan pada siswa khususnya dan sekaligus indikator untuk menilai kualitas sistem pendidikan yang diterapkan pada umumnya. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku belajar-mengajar yang positif pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Untuk memperoleh pembelajaran yang berhasil maka guru sebagai elemen penting dalam kegiatan pembelajaran harus selalu proaktif dan responsif terhadap semua fenomena-fenomena yang dijumpai dalam proses belajarmengajar. Oleh karena itu guru sebagai elemen penting dalam proses belajar mengajar harus berperan aktif dengan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta melakukan refleksi terhadap pengelolaan pembelajaran yang dilakukan, sehingga siswa merasa tidak bosan dan bahkan selalu termotivasi dan tertarik untuk mengikuti proses belajar-mengajar. Pada umumnya, kemampuan siswa sangat erat kaitannya dengan perolehan hasil belajar. Bila berhadapan dengan sejumlah siswa yang tidak dipilih secara khusus berdasarkan kecerdasannya, maka di antara mereka terdapat siswa yang pandai, sedang, dan lemah. Kemampuan berasal dari kata mampu yang mempunyai arti

2 kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan (Poerwadarminta, 005: 707). Sedangkan menurut Uno (008), kemampuan adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya. Kemampuan bernalar sangat dibutuhkan bagi siswa dalam memahami suatu materi atau konsep khususnya kimia. Namun pada kenyataannya banyak siswa yang sulit memahami materi atau konsep kimia terutama jika mereka memiliki daya kemampuan bernalar matematika rendah, karena kemampuan bernalar matematika merupakan konsep dasar dan penerapannya bagi semua bidang studi pembelajaran termasuk mata pelajaran kimia sehingga siswa kurang maksimal dalam belajar kimia khususnya dalam menyelesaikan soal-soal hitungan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang memperhatikan bagaimana kemampuan penalaran matematika siswanya. Penyelesaian soal hitungan tidak hanya memperhatikan jawaban akhir perhitungan, tetapi proses penyelesaiannya juga harus diperhatikan. Siswa diharapkan menyelesaikan soal hitungan melalui suatu tahap demi tahap sehingga terlihat alur berpikirnya. Selain itu dapat terlihat pula pemahaman siswa terhadap konsep yang digunakan dalam soal tersebut. Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan soal hitungan menurut Soedjadi (dalam Muncarno, 008) adalah membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat, memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan pengerjaan hitung apa yang diperlukan dalam soal, membuat model matematika dari soal, menyelesaikan model menurut

3 3 aturan matematika sehingga mendapat jawaban dari soal tersebut, mengembalikan jawaban model ke jawaban soal asal. Menurut Winarti (011: ), kemampuan memecahkan masalah matematika akan diperoleh siswa dengan baik apabila dalam pembelajaran terjadi komunikasi antara guru dan siswa atau antar siswa yang merangsang terciptanya partisipasi. Akan tetapi, realita yang sering terjadi di lapangan siswa sulit menyelesaikan soal hitungan melalui tahap demi tahap dimulai dari mengidentifikasi soal minimal diketahui, kemudian menulis formula atau rumusnya, kemudian mampu menghitung sesuai formula dan angka yang diketahui dalam soal. Ini merupakan faktor penyebab dari guru dalam memberikan contoh bagaimana memecahkan suatu masalah, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan sendiri penyelesaiannya, sehingga siswa menjadi kurang kreatif, Sehingga akibatnya siswa hanya mampu memecahkan masalah bila telah diberikan caranya oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin menggambarkan bagaimana respon (jawaban) siswa dalam menyelesaikan perhitungan /memecahkan masalah laju reaksi dengan memperhatikan karakteristik ketiga level kemampuannya. Dengan formulasi judul yang diajukan oleh penulis adalah Kajian Kemampuan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman Dalam Menyelesaikan Soal Hitungan Pokok Bahasan Laju Reaksi Kimia. Suatu penelitian pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo.

4 4 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti dapat mengeidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi soal minimal diketahui.. Kurangnya kemampuan siswa dalam menulis formula. 3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menghitung sesuai formula dan angka yang diketahui dalam soal. 1.3 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Kemampuan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman Dalam Menyelesaikan Soal Hitungan Pokok Bahasan Laju Reaksi Kimia? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Bagaimanakah Kemampuan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman Dalam Menyelesaikan Soal Hitungan Pokok Bahasan Laju Reaksi Kimia. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Guru Memberikan informasi kepada guru mengenai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal hitungan.

5 5. Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dan juga menjadi acuan mengajar peneliti dimasa yang akan datang.

6 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA.1 Defenisi Kemampuan Kemampuan sama dengan kata kesanggupan atau kecakapan. Dengan bahasa yang lebih terperinci, kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan individu untuk melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Menurut Spencer dan Spencer (dalam Andri F. dan Mega Teguh, 01 : 3) bahwa kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dana atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Definisi yang hampir sama juga diungkapkan R. M. Guion (dalam Uno, 008 : 8) bahwa kemampuan adalah karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berfikir dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Menurut Vroom (dalam As ad, 1987 : 9) bahwa kemampuan adalah atribut non motivasional yang dimiliki oleh individu untuk melaksanakan tugas, atau merupakan suatu potensi untuk melakukan sesuatu. Kemampuan ditentukan oleh tiga hal, yaitu : (a) kondisi sensoris dan kognitif, (b) pengetahuan tentang cara merespon yang benar, (c) kemampuan untuk melaksanakan respon tersebut. Pendapat ini menyimpulkan bahwa kemampuan merupakan proses respon, dari menerima respon, memilah, dan menilai, serta melakukan tindakan yang sudah dipilih sebagai alternatif untuk merespon sesuatu. Bila seseorang memahami kondisi kerjanya kurang mendukung bagi terlaksananya tugas, maka ia akan membuat beberapa pilihan tindakan yang ditujukan untuk

7 7 mengatasi masalah tersebut, selanjutnya melaksanakan apa yang sudah menjadi pilihannya. Seperti yang dikemukakan oleh Samanrova (dalam Pouji, 009 : 6) bahwa kekuatan mental dibutuhkan saat menghadapi persoalan-persoalan yang sulit dan menantang, saat menghadapi persoalan baru dan memerlukan perhatian. Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan kecakapan, kesanggupan, serta kapasitas seseorang dalam menyelesaikan suatu pertanyaan serta kemahiran secara teknis atau manajerial.. Laju Reaksi Laju menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satuan waktu. Dalam reaksi kimia, salah satu laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi. Konsentrasi pereaksi semakin lama semakin berkurang dan hasil reaksi semakin lama semakin bertambah. Laju reaksi dapat dinyatakan dengan berbagai cara, seperti perubahan volum, perubahan massa, atau perubahan warna. Untuk sistem homogen, cara yang umum digunakan untuk menentukan laju reaksi adalah laju pengurangan konsentrasi molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk dalam satu satuan waktu. Reaksi: mr np, maka persamaan pengurangan dan pertambahan konsentrasi molar sama dengan v [ R] t atau v [ P]. Contoh reaksi: t N O 5(g) + 4NO (g) O (g), maka laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar N O 5 atau laju pertambahan konsentrasi molar NO atau laju pertambahan konsentrasi molar O. sesuai dengan koefisien reaksinya, laju

8 8 pembentukan O adalah setengah dari laju peruaraian N O 5 atau seperempat dari laju pembentukan NO. oleh karena itu laju reaksi dinyatakan sebagai 1/koefisien dari laju masing-masing komponen. Dimana secara umum persamaan reaksi: pa + qb mc + nd. Untuk megetahui laju reaksinya maka digunakan persamaan V = k [A] x [B] y. Dengan (V) menyatakan laju Reaksi, (k) tetapan laju reaksi, ([ ]) konsentrasi zat, (X) orde atau tingkat reaksi terhadap A, (Y) orde atau tingkat reaksi terhadap B. dan (x + y) adalah orde atau tingkat reaksi keseluruhan. Laju reaksi ditentukan malalui percobaan, yaitu dengan mengukur banyaknya pereaksi yang dihabiskan atau banyaknya produk yang dihasilkan pada selang waktu tertentu. Contoh: laju reaksi antara Magnesium dengan larutan HCl dapat ditentukan dengan mengukur jumlah salah satu produknya, yaitu gas hidrogen. Reaksinya sebagai berikut: Mg(s) + HCl(aq) MgCl (aq) + H (g), sepotong pita magnesium ditempatkan pada satu sisi dari labu bersekat, sedangkan sisi lainnya diisi dengan larutan HCl. setelah siring terpasang, labu dimiringkan sehingga kedua zat pereaksi bercampur. Bersamaan dengan itu stopwacth dihidupkan. Gas hidrogen terbentuk akan mengisi siring. Volumnya dapat dicatat tiap interval waktu tertentu, misalnya selang 1 menit. Tidak ada aturan khusus mengenai interval waktu untuk mencatat data laju reaksi, tetapi hal itu bergantung pada cepat lambatnya reaksi. untuk reaksi yang berlangsung lambat dapat digunakan interval waktu yang lebih panjang. sebagai

9 9 aturan sederhana interval waktu yang dipilih sebaiknya tidak menghabiskan lebih dari 5% pereaksi...1 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: Luas permukaan sentuhan/ukuran partikel, Konsentrasi, Suhu serta Katalis. Pengaruh dari beberapa faktor tesebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Luas permukaan sentuhan/ Ukuran partikel Luas permukaan sentuhan antara zat-zat yang bereaksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi bagi campuran pereaksi yang heterogen, misalnya zat padat dengan larutan. Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekulmolekul, atom-atom, atau ion-ion dari zat-zat pereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Hal ini terjadi jika antara zat-zat yang akan bereaksi terjadi kontak. Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat. Pada sistem heterogen, laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi. Untuk pereaksi yang berwujud padat makin diperkecil ukuran partikel, makin besar jumlah luas permukaan sentuhannya makin cepa reaksi berlangsung. Dalam kehidupan sehari-hari pengaruh luas permukaan sentuhan pereaksi dapat ditunjukkan bahwa kayu yang dipotong-potong kecil lebih cepat rusak dari pada kayu balokan.

10 10 (b) Konsentrasi Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Hubungan kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat ditetapkan dari persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan. Dalam penetapan laju reaksi ditetapkan yang menjadi patokan adalah laju perubahan konsentrasi reaktan. (c) Suhu Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakn banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Hubungan Kuntitatif perubahan suhu terhadap laju reaksi dapat ditetapkan dari suatu percobaan, misalnya diperoleh data pada tabel berikut: Tabel 1: Data Percobaan Suhu (C) 10 0 Laju reaksi (M/detik) 0,3 0,6

11 , 40,4 T Vt Dari data diperoleh hubungan bahwa setiap kenaikan suhu 10 C, maka laju mengalami kenaikan kali semula, maka secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: V t V 0. t t (4) Dimana (Vt) merupakan laju reaksi pada suhu akhir (t) sedangkan Vo menyatakan laju reaksi pada suhu awal (t 0 ). (d) Katalis Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi yang mempunyai tujuan memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahaptahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi

12 1 berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi... Orde Reaksi Pangkat perubahan konsentrasi terhadap perubahan laju disebut orde reaksi. Ada tiga orde reaksi yaitu reaksi berorde 0, dimana tidak terjadi perubahan laju reaksi berapapun perubahan konsentrasi pereaksi. Reaksi berorde 1, dimana perubahan konsentrasi pereaksi kali menyebabkan laju reaksi lebih cepat kali. Serta reaksi berorde, dimana laju perubahan konsentrasi pereaksi kali menyebabkan laju reaksi lebih cepat 4 kali. Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi dapat dilihat pada Gambar berikut: Laju reaksi Konsentrasi Gambar 1. Reaksi Orde 0

13 13 Laju reaksi Konsentrasi Gambar. Reaksi Orde 1 Laju reaksi Konsentrasi Gambar 3. Reaksi Orde Secara umum persamaan reaksinya: A + B C dapat dirumuskan dengan persamaan laju reaksi sebagai berikut: V = k [A] m [B] n. Dengan (k) merupakan tetapan laju reaksi, (m) orde reaksi untuk A, (n) orde reaksi untuk B. Sehingga Orde reaksi total sama dengan m + n...3 Teori Tumbukan Tumbukan yang menghasilkan zat baru adalah tumbukan efektif. Tumbukan efektif dapat dicapai apabila terpenuhi hal-hal sebagai berikut: (a) Molekul-molekul memiliki energi yang cukup agar dapat mulai bereaksi dengan memutuskan ikatan kimia lawan, dan molekul itu sendiri ikatan kimianya akan putus karena tumbukan

14 14 dari molekul lain lawan. Energi yang diperlukan ini dinamakan energi aktivasi (Ea), yaitu sejumlah energi minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk memulai reaksi. (b) Posisi tumbukan harus tepat mengenai sasaran, sehingga ikatan kimia lawan dan molekul itu sendiri dapat putus. Jadi putusnya ikatan kimia memerlukan hal penting, yaitu tumbukan dengan Ea dan posisi yang tepat. Walaupun energi cukup, namun jika posisinya tidak tepat, tidak semua energi mengenai ikatan, sehingga terjadi pemborosan energi. Sebaliknya walaupun posisinya tepat mengenai sasaran, namun jika energi molekul belum mencapai Ea, tumbukannya akan pelan, sehingga gaya tarik pada ikatan kimia tidak dapat diputus. Tidaklah setiap tumbukan menghasilkan reaksi, melainkan hanya tumbukan antar partikel yang memiliki energi cukup serta arah tumbukan yang tepat. Jadi laju reaksi akan bergantung pada tiga hal berikut: (a) frekuensi tumbukan, (b) frekuensi tumbukan yang melibatkan partikel dengan energi cukup, (c) frekuensi partikel dengan energi cukup yang bertumbukan dengan arah yang tepat..3 Kajian Penelitian yang Relevan Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penenlitian ini. Menurut Muhammad Nazar (009 : 1) mengemukakan bahwa dari hasil penelitian diperoleh persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada setiap konsep. Salah satunya miskonsepsi yang dialami siswa untuk konsep pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi adalah

15 15 sebesar 13,16%. siswa mengira bahwa bahan yang berbentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih kecil sehingga reaksi lebih cepat berlangsung. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa siswa sering salah dalam memahami pengaruh katalis dan suhu terhadap laju reaksi terutama mereka sering tertukar dalam memahami antara energi kinetik reaktan dan energi aktivasi reaktan. Data di atas senada dengan temuan Sinaga (dalam Muhammad Nazar, 009 : 3) dimana hampir setengah dari jumlah siswa mengalami miskonsepsi pada konsep pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Dalam hal pengaruh penambahan katalis terhadap laju reaksi, sebagian besar siswa memahami bahwa penambahan katalis dapat menaikkan energi aktivasi reaktan sehingga reaksi lebih cepat berlangsung. Pada penelitian ini, peneliti menemukan bahwa kemampuan rat-rata siswa dalam menyelesaikan soal hitungan pokok bahasan laju reaksi sangat rendah yaitu sebanyak 3,1%. Berdasarkan data-data pendukung diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa kurang memahami konsep laju reaksi dengan baik dan benar, sehingga pemahaman konsep dan aplikatifnya pun terdapat banyak kekeliruan dan kesalahpahaman..4 Kerangka Berpikir Kimia merupakan cabang ilmu yang paling penting dan dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk siswa oleh guru kimia, peneliti, dan pendidik pada umumnya. Banyak konsep-konsep dari kimia itu sendiri yang sangat bertentangan dengan apa yang diperoleh oleh siswa tersebut. Contohnya, pada materi Laju Reaksi

16 16 yaitu cabang kimia yang membahas tentang perubahan suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil reaksi (produk), yang dinyatakan dengan persamaan reaksi. Di dalam laju reaksi sebagian besar peserta didik sulit memahami bagaimana suatu reaksi dikatakan dapat berlangsung dengan cepat, dan kemudian mengetahui kondisi yang bagaimana suatu reaksi dapat dipercepat agar hasil yang dapat diperoleh sebanyak-banyaknya. Laju Reaksi banyak berisi tentang konsep-konsep yang bersifat abstrak sehingga sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang kajian kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal hitungan pokok bahasan laju reaksi kimia untuk mengetahui bagaimanakah kemampuan siswa SMA Negeri 1 Paguyaman dalam menyelesaikan soal hitungan pokok bahasan laju reaksi kimia.

17 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun yang menjadi lokasi/tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo. Penelitian dilaksanakan kurang lebih bulan dari april sampai juni pada semester genap tahun ajaran 01/013 yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi. 3. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan fenomenologis, maksudnya suatu pendekatan dimana peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Maleong, 004:9). Dalam penelitian ini hal yang akan diamati adalah keseluruhan dari kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal hitungan pada pokok bahasan laju reaksi kimia. 3.3 Variabel Penelitian Menurut kerlinger dan kidder (dalam sugiyono 011:61) bahwa variabel adalah konstrak atau sifat yang yang akan dipelajari dan merupakan suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal hitungan.

18 Populasi dan Sampel Populasi Menurut Sugiyono (011:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh karakteristik yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal hitungan pada pembelajaran kimia yaitu seluruh siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo tahun ajaran 011/01 dengan jumlah anggota populasi sebanyak 64 siswa yang tersebar pada tiga kelas. Yang diidstribusikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel : Jumlah siswa kelas XI IPA Kelas Jumlah siswa XI IPA -a 1 XI IPA -b XI IPA -c Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 011:118). Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA -a dan kelas XI IPA -b dengan jumlah keseluruhan 43 orang.

19 19 Sampel penelitian diambil dari populasi, dengan menggunakan teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel kelas yang dijadikan objek penelitian. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengambilan data kemampuan siswa menyelesaikn soalsoal kimia dilakukaan dengan menggunakan tes. untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaian soal hitungan pada materi laju reaksi kimia. Soal tes tersebut terdiri dari 1 soal objektif dan 4 soal essay yang telah dirancang oleh peneliti dan telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing serta telah divalidasi oleh tiga validator yaitu tiga dosen kimia. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman dalam menyelesaikan soal hitungan pokok bahasan Laju Reaksi Kimia. Jumlah butir soal adalah 16 butir terdiri dari 1 soal objektif dan 4 soal essay. Dalam penyusunan butir soal terlebih dahulu membuat kisi-kisi yang berisi variabel yang diteliti, indicator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pertanyaan yang telah dijabarkan dari indikator Sebelum tes digunakan untuk menyaring data, terlebih dahulu diadakan uji coba yang terdiri dari analisis tes meliputi validitas tes dan relibilitas tes Validitas Tes Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validasi yang dilakukan adalah validasi isi yang ditetapkan berdasarkan

20 0 penilaian dan pertimbangan dari validator. Kedua validator tersebut terdiri dari dua orang dosen kimia Universitas Negeri Gorontalo. Kepada masing-masing penilai diberikan lembar soal dan lembar validasi. Setiap anggota team diminta memberikan penilaian terhadap butir soal yang dititik beratkan dalam dua hal, yaitu kalimat yang digunakan sudah komunikatif atau belum dan penilaian terhadap kandungan konsep yang diteliti. Soal diberikan skor jika kalimat sudah komunikatif dan sudah mengandung konsep yang diteliti atau sebaliknya, soal diberikan skor 0 jika kalimat belum komunikatif dan belum mengandung konsep yang diteliti. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh persentase sebesar 98.30%. Jadi instrument yang digunakan sudah valid, sehingga dapat dikatakan dapat mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan isi materi atau isi pelajaran yang diberikan. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas tes adalah korelasi product moment seperti berikut: P = jumlah soal yang mendapat skor jumlah seluruh soal 100% Tabel 3: Hasil validasi instrumen tes Validator Persentase skor penilaian Nol Satu Dua Penilai A 0% 0% 100% Penilai B 0% 3,4% 96,6% Rata-rata 0% 1,13% 98,3%

21 1 Kedua penilai tersebut adalah: Penilai A: La Alio S.Pd, M.Si Penilai B: Drs. Mangara Sihaloho, S.Pd, M.Pd 3.5. Relibilitas Tes Relibilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Reliabelitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. (Sugiyono, 011) Pemerolehan indeks reliabilitas digunakan rumus korelasi product moment yang kemudian mencari reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut: r =... (Arikunto, 005 : 93) Keterangan: r 11 = koefisien relibilitas yang sudah disesuaikan r 1 / 1 / = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan sebagai tolak ukur interprestasi reliabilitas adalah sebagai berikut: 1) Kriteria 0,81-1,00 = sangat tinggi

22 ) Kriteria 0,61 0,80 = tinggi 3) Kriteria 0,41 0,60 = sedang 4) Kriteria 0,1 0,40 = rendah 5) Kriteria 0,00 0,0 = sangat rendah Dari hasil perhitungan untuk mengetahui reliabilitas tes dilakukan uji coba instrument kepada 1 orang siswa kelas XI IPA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo pada tanggal 7 mei 013. Reliabilitas tes yang diperoleh adalah 0,99. Berdasarkan tolak ukur diatas, instrument ini termasuk pada kategori tinggi. Perhitungan instrument secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. 3.6 Teknik Analisis Data Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu teknik yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan siswa kelas XI IPA Negeri 1 Paguyaman menyelesaikan soal hitungan kimia materi Laju Reaksi Kimia. Sebelum mengolah data penelitian terlebih dahulu datanya dianalisis. Selanjutnya untuk menghitung persentase digunakan rumus pesamaan sebagai berikut: P = X JS X 100% Dimana: P = persentase siswa yang menjawab benar pada soal tertentu X = jumlah siswa yang menjawab benar pada soal tertentu

23 3 J = jumlah siswa keseluruhan Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa diklasifikasikan yaitu : 1) Bila persentase % kategori sangat baik ) Bila persentase 75 89% kategori baik 3) Bila persentase 60 74% kategori cukup 4) Bila persentase 40 59% kategori kurang 5) Bila persentase 0 39% kategori sangat kurang

24 4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data, persentase siswa SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo yang memberikan jawaban untuk tiap item tes yang berkaitan dengan Laju Reaksi, diberikan pada tabel berikut ini. Tabel 4: Persentase siswa Kelas XI IPA Yang Memberikan Jawaban Item Tes Tentang Laju Reaksi Aspek yang diteliti A. Konsep Konsentrasi (kemolaran larutan). 1. Menghitung konsentrasi larutan B. Konsep laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. 1. Konsep perubahan konsentrasi pereaksi atau produk.. Menghitung laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. C. Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan, suhu, Nomor Soal Persentase siswa yang Menjawab Benar 39,53 18,60 9,07 16,7 9, ,85 34,88 34, Menjawab Salah 60,47 81,4 70,94 83,73 90,7 0 58,14 65,1 65,1 0 Kriteria kemampuan Siswa Sangat kurang Sangat kurang Sangat kurang Sangat kurang Sangat baik Kurang Kurang Sangat baik

25 5 dan katalis) melalui percobaan. 1. Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi (luas permukaan) 56,58 43,41 D. Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 1. Menafsirkan grafik laju reaksi 4 11,6 88,38 E. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan. 1. Konsep faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tumbukan F. Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalis dan yang tidak menggunakan katalis. 1. Konsep Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalis ,6 46,51 3,55 81,4 53,49 67, ,6 81,4 Sangat kurang Sangat kurang Sangat kurang Sangat kurang

26 6 dan yang tidak menggunakan katalis. G. Menjelaskan pengertian, peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram 1. Konsep peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram 10 3,55 67,45 H. Menentukan orde reaksi 1. Menentukan orde reaksi , ,98 86, ,03 I. Menjelaskan peranan katalis dalam mahluk hidup dan industri 1. Menjelaskan peranan katalis pada industri 1 9,30 90,7 Rata-rata Total 3,1 67,87 Sangat kurang Sangat kurang Baik Sangat kurang Catatan : Angka yang dicetak miring adalah harga rata-rata, dan angka yang dicetak merah adalah soal hitungan yang di identifikasi 4. Pembahasan Hasil Penelitian Data pada Tabel 4 diperoleh persentase rata-rata total siswa yang mampu menjawab soal kimia materi Laju Reaksi sebesar 3,1%. Pembahasan lebih rinci untuk masing-masing aspek adalah sebagai berikut:

27 Konsep Konsentrasi (Kemolaran Larutan). Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh rata-rata 9,07% siswa yang mampu menghitung kemolaran dan konsentrasi larutan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Pemahaman siswa terhadap konsep kemolaran larutan dengan tepat dilihat dari jawaban yang diberikan. Fakta ini disebabkan siswa kurang memahami konsep kemolaran dengan baik terutama dalam menghitung konsentrasi larutan. Pada Tabel 4 sebanyak 39,53% siswa yang menjawab benar pada soal nomor 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat menghitung volume campuran setelah penambahan Air pada larutan NaOH. Sedangkan siswa yang menjawab salah sebanyak 60,47%. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh siswa sebanyak 13,9% obsen D, 4,4% obsen A, 34,9% obsen B yang merupakan jawaban benar, dan 44,% obsen C. Ketidakmampuan siswa dalam hal ini bisa disebabkan karena siswa cenderung kurang memahami konsep kemolaran dengan baik terutama dalam menghitung volume campuran atau molaritas campuran. Berdasarkan jawaban yag diberikan bisa juga disebabkan karena pembelajaran yang diberikan oleh guru kurang menitikberatkan pada materi yang dianggap sulit oleh siswa. Pada Tabel 4 soal nomor 3 diperoleh sebanyak 18,60% siswa yang menjawab benar karena mereka memahami konsep kemolaran dengan tepat sehingga meskipun konsep dalam soal diubah, namun mereka masih mampu untuk menyelesaikannya. Sedangkan sebanyak 81,4% siswa yang menjawab salah. Kenyataan ini menandakan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang.

28 8 Penyebab kesalahan ini yaitu siswa belum memahami konsep kemolaran dengan tepat. Dari fakta diatas dapat dijelaskan penyebab utama ketidakmampuan siswa terletak pada pemahaman siswa yang sangat kurang terhadap konsep kemolaran pada materi laju reaksi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil persentase jawaban siswa tiap obsen yaitu sebanyak 3,6% memilih obsen A (jawaban benar), 39,5% obsen B, 3,6% obsen C serta D 9,3%. 4.. Konsep Laju Reaksi Berdasarkan Perubahan Konsentrasi Pereaksi Atau Produk. Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh rata-rata 41,85% siswa mampu memahami konsep laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. konsep laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk ditinjau dari laju bertambahnya konsentrasi produk dalam satu satuan waktu ketika penambahan pada reaktan kemudian menghitung laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. Hal ini termasuk dalam kategori sangat kurang. Penyebabnya adalah siswa kurang memahami masing-masing konsep yang terkandung dalam indikator. Pada soal nomor mengenai laju bertambahnya konsentrasi produk dalam satu satuan waktu berdasarkan reaksi 4NH 3(g) + 5O (g) 4NO (g) + 6H O (g) maka laju NO akan bertambah. Berdasarkan hal tersebut persentase dari siswa menjawab benar sebanyak 16,7%. Sedangkan siswa yang menjawab salah sebesar 83,73%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat

29 9 dikategorikan sangat kurang. Penyebab kesalahan siswa dalam soal tersebut karena kurang memahami konsep laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi produk, dimana mereka menganggap bahwa laju berkurangnya konsentrasi H O dalam satu satuan waktu (pilihan jawaban B) berdasarkan persamaan reaksi diatas. Persentase jawaban siswa tiap obsen yaitu: sebanyak 3,6% A, 11,6% B, 6,7% C, serta D hanya sebesar 13,9% jawaban benar yang dipilih oleh siswa Soal berikutnya yang ditunjukan oleh soal nomor 5 yakni menghitung laju reaksi perubahan konsentrasi pereaksi atau produk berdasarkan persamaan reaksi A + B A B. Persentase siswa yang menjawab benar sebanyak 9,30%, sedangkan siswa yang menjawab salah sebesar 90,7%. Fakta ini menunjukan bahwa pemahaman siswa pada aspek ini termasuk dalam kategori sangat kurang sehingga kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal hitungan khususnya menghitung laju reaksi belum tepat. Menentukan laju reaksi setelah 5% A bereaksi maka hal yang paling utama dicari adalah 5% zat A yang bereaksi setelah diketahui mol zat A mula-mula, untuk memperoleh sisa zat setelah bereaksi maka mol zat A mula-mula dikurangi mol zat a setelah bereaksi. Kemudian masukan formula rumus v = k[a][b] maka akan diketahui hasilnya. Namun hanya 6,9% yang menjawab benar yaitu obsen B, 34,9% obsen A, 7,9% C, dan D 0,9%. Soal nomor 13 Berdasarkan data pada Tabel 4 merupakan soal essay yang membutuhkan cara penyelesaian siswa dari minimal diketahui sampai benar menulis

30 30 formula rumusnya. Dalam penyelesaian soal ini 100% siswa mampu menjawab benar. Selain pemahaman mereka mengenai penentuan konsentrasi campuran. Kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal khususnya hitungan dari penulisan minimal diketahui sampai benar menulis formula rumus pun hampir semua tepat. Fakta ini menunjukan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Jawaban yang diberikan mulai dari diketahui V 1, V, M 1, M dan ditanya konsentrasi campuran hingga penyelesaian menggunakan formula rumus ditulis dengan tepat Menganalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi (Konsentrasi, Luas Permukaan, Suhu, Dan Katalis) Melalui Percobaan. Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh rata-rata siswa yang menjawab benar 56,58%. Fakta ini menunjukan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal tersebut termasuk dalam kategori cukup baik. Sementara rata-rata siswa yang belum mampu menjawab dengan benar atau salah sebesar 43,41%. Dari 56,58% siswa yang menjawab benar, sebanyak 34,88% siswa menjawab benar pada soal nomor 6, sedangkan sebesar 65,1% menjawab salah. Soal berikutnya yang ditunjukan oleh soal nomor tujuh yakni menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan persamaan reaksi CaCO 3(s) + HCl (aq) CaCl (aq) + H O (l) + CO (g) yang disediakan dalam bentuk tabel namun persentase siswa yang menjawab benar sama dengan persentase siswa menjawab benar pada soal nomor 6 yaitu hanya sekitar 34,88%. Dan persentase siswa yang menjawab salah pun lebih besar dari persentase jawaban benar yaitu sebanyak 65,1%. Persentase tiap-tiap obsen sebanyak 5,58%

31 31 A,,33% B, 3,56% B (pilihan jawaban benar), dan 5,58% untuk obsen D. Hal ini menunjukan bahwa masih kurangnya pemahaman siswa dalam menentukan faktorfaktor yang memepengaruhi laju reaksi. Sehingga aspek ini dikategorikan sangat kurang. Kenyataan ini dikarenakan siswa mendapatkan kesulitan pada saat menentukan gambar wadah yang laju reaksinya dipengaruhi oleh faktor luas permukaan. Berdasarkan data pada Tabel 4 Soal nomor 15 merupakan soal essay yang membutuhkan analisis yang cermat oleh siswa. Persentase siswa dalam menyelesaikan soal ini sebanyak 100% siswa menjawab benar. Fakta ini menunjukan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal tersebut termasuk dalam kategori sangat baik.. Hal ini disebabkan karena dalam menentukan pengaruh laju rekasi berdasarkan gambar yang telah di sajikan maka ke- tabung hanya dipengaruhi oleh luas permukaan bidang sentuh yaitu antara kepingan dan serbuk MgCO3 serta suhu air yang berbeda yaitu 5C dan 35C karena pelarut yang digunakan sama. Hampir semua mereka menjawab yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan gambar tersebut adalah luas permukaan dan bidang sentuh yang berbeda Menafsirkan Grafik Dari Data Percobaan Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh rata-rata 11,6% siswa yang menjawab benar untuk soal nomor 4. Sedangkan sebanyak 88,38% siswa yang menjawab salah pada soal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Penyebab kesalahan

32 3 siswa dalam soal tersebut karena kurang memahami konsep penentuan grafik orde reaksi berdasarkan persmaan reaksi NO NO N O5 g 3 g g yang merupakan grafik reaksi orde dua. Ketidakmampuan siswa dalam hal ini disebabkan karena siswa cenderung kurang memahami konsep penentuan orde reaksi. Mereka berpikir bahwa reaksi tersebut merupakan reaksi orde satu sehingga sebanyak 51,16% memilih obsen D, 5,58% obsen C, 9,3% obsen B, dan hanya sedikit siswa yang menjawab benar yaitu 11,6% menjawab obsen A Menjelaskan Pengaruh Konsentrasi, Luas Permukaan Bidang Sentuh Dan Suhu Terhadap Laju Reaksi Berdasarkan Teori Tumbukan. Berdasarkan data pada Tabel 4 soal nomor 8 sebanyak 18,6% siswa yang mampu menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan. Makin besar frekunsi tumbukan maka makin besar konsentrasi, makin luas permukaan, serta makin tinggi suhu sehingga semakin cepat rekasi dan banyak molekul yang mencapai energi pengaktifan. Namun hanya 3,36% menjawab benar (pilihan jawaban C), 6,7% memilih B, 41,86% D dan tdak ada satu pun yang memilih obsen A. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Pemahaman siswa terhadap konsep faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dengan tepat dilihat dari jawaban yang diberikan. Fakta ini disebabkan siswa kurang memahami konsep laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dengan baik sehingga siswa mengalami kesulitan saat menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tummbukan.

33 33 Soal berikutnya yang ditunjukan oleh soal nomor 16 yakni menentukan laju pembentukan senyawa. Soal ini merupakan soal essay yang membutuhkan cara penyelesaian siswa dari minimal diketahui sampai benar menulis formula rumusnya. Dalam penyelesaian soal ini kebanyakan siswa hanya mampu menulis dari minimal diketahu dalam soal sampai apa yang ditanyakan dalam soal. Persentase siswa dalam menyelesaikan soal ini sebanyak 46,51% siswa menjawab benar. Sedangkan sebanyak 53,49% siswa yang menjawab salah pada soal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Ketidakmampuan siswa dalam hal ini disebabkan karena siswa cenderung kurang memahami konsep laju pembentukan senyawa. Dari uraian diatas diperoleh rata-rata total siswa yang menjawab benar untuk konsep laju reaksi berdasarkan teori tumbukan sebanyak 3,55% dan siswa yang mengalami kesulitan atau menjawab salah sebesar 67,45%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat dikategorikan sangat kurang Membedakan Diagram Energi Potensial Dari Reaksi Kimia Dengan Menggunakan Katalis Dan Yang Tidak Menggunakan Katalis. Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh rata-rata 18,6% siswa yang menjawab benar untuk soal nomor 9. Sedangkan sebanyak 81,4% siswa yang menjawab salah pada soal tersebut. Hanya sedikit siswa yang mampu membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalis dan yang

34 34 tidak menggunakan katalis. Karena katalis berfungsi menurunkan energi pengaktifan yaitu mempercepat laju reaksi dan menurunkan energi aktivasi namun tidak ikut bereaksi. Sebagian besar siswa memilih reaksi tanpa katalis yaitu sebanyak 51,6% obsen C, 6,9% D, 5,58% A, dan hanya sedikit yang memilih jawaban benar yaitu B sebanyak 13,9%. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Ketidakmampuan siswa dalam hal ini disebabkan karena siswa cenderung kurang memahami energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalis dan tanpa menggunakan katalis Menjelaskan Pengertian, Peranan Katalis Dan Energi Pengaktifan Dengan Menggunakan Diagram. Berdasarkan data pada Tabel 4 untuk soal nomor 10 diperoleh rata-rata 3,55% siswa yang mampu menentukan menentukan peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram. Sementara itu sebanyak 67,45% siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram. Karena pengaruh katalis adalah menurunkan energi aktivasi tapi hasil reaksi tetap, hal ini tidak dipahami oleh siswa. Mereka hanya mampu menentukan defenisi katalis namun konsepnya belum dipahami dengan baik sehingga hanya 34,9% menjawab benar yaitu obsen B, sementara itu sebanyak 3,56% menjawab D,,33% C, 0,9% A. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang.

35 Menentukan Orde Reaksi Berdasarkan data pada Tabel 4 soal nomor 11 sekitar 13,95% siswa yang mampu menentukan orde reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang. Pemahaman siswa terhadap konsep penentuan orde reaksi dengan tepat dilihat dari jawaban yang diberikan. Sebanyak 44,% menjawab B, 7,9% menjawab D yaitu reaksi orde dua, 6,9% memilih A, dan hanya 13,9% yang menjawab benar obsen C yaitu reaksi orde satu. Fakta ini disebabkan siswa kurang memahami konsep penentuan orde reaksi dengan baik sehingga siswa mengalami kesulitan saat menentukan orde reaksi yang untuk reaksi X Y P Q. Sedangkan sebesar 86,05% menjawab salah atau siswa mengalami kesulitan saat menentukan orde reaksi. Soal berikutnya yang ditunjukan oleh soal nomor 14 yakni menentukan orde reaksi. Soal ini merupakan soal essay yang membutuhkan cara penyelesaian siswa dari minimal diketahui sampai benar menulis formula rumusnya. Persentase siswa dalam menyelesaikan soal ini sebanyak 100% siswa menjawab benar. Fakta ini menunjukan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Selain hal tersebut, cara penyelesaian soal siswa juga mendukung artinya mereka mampu menulis dari minimal soal itu diketahui sampai benar menulis formula rumusnya. Meskipun hasil akhir jawaban tersebut kurang tepat namun siswa sudah mampu dalam mengidentifikasi soal.

36 36 Dari uraian diatas diperoleh rata-rata total siswa yang menjawab benar untuk konsep penentuan orde reaksi sebanyak 56,98% dan siswa yang mengalami kesulitan atau menjawab salah sebesar 43,03%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat dikategorikan cukup baik Menjelaskan Peranan Katalis Dalam Mahluk Hidup Dan Industri Berdasarkan data pada Tabel 4 soal nomor 1 diperoleh rata-rata 9,30% siswa yang mampu menentukan peranan katalis dalam mahluk hidup dan industri. Sementara itu sebanyak 90,7% siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan peranan katalis dalam mahluk hidup dan industri. Pemahaman siswa terhadap konsep peranan katalis dalam mahluk hidup dan industri dengan tepat dilihat dari jawaban yang diberikan yaitu sebanyak 53,5% memilih obsen B, mereka tidak berpikir bahwa penggunakan vanadium pentaoksida dalam pembuatan SO 3 adalah sebagai katalis yaitu menurunkan energi aktivasi sehingga hanya 9,5% yang menjawab benar obsen C, sementara 6,1% memilih A, 9,5% memilih obsen D. Fakta ini disebabkan siswa kurang memahami peranan katalis dalam mahluk hidup dan industri. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada aspek tersebut termasuk dalam kategori sangat kurang.

37 37 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa gambaran kemampuan siswa SMA 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo menyelesaikan soal hitungan pokok bahasan Laju Reaksi berdasarkan pada Sembilan indikator sebagai berikut : 1. Konsep Kemolaran sebanyak 9,07%. Konsep Laju Reaksi Berdasarkan Perubahan Konsentrasi Pereaksi Atau Produk Sebesar 41,85% 3. Konsep Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi (Konsentrasi, Luas Permukaan, Suhu, Dan Katalis) Melalui Percobaan sebanyak 56,58%. 4. Konsep Grafik Dari Data Percobaan Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi sebanyak 11,6%. 5. Konsep Pengaruh Konsentrasi, Luas Permukaan Bidang Sentuh Dan Suhu Terhadap Laju Reaksi Berdasarkan Teori Tumbukan sebanyak 3,55%. 6. Konsep Diagram Energi Potensial Dari Reaksi Kimia Dengan Menggunakan Katalis Dan Yang Tidak Menggunakan Katalis sebanyak 18,6%. 7. Konsep Peranan Katalis Dan Energi Pengaktifan Dengan Menggunakan Diagram sebanyak 3,55% 8. Konsep Menentukan Orde Reaksi sebanyak 56,98%

38 38 9. Konsep Peranan Katalis Dalam Mahluk Hidup Dan Industri 9,30%. Secara keseluruhan diperoleh bahwa semakin tinggi tingkat kesukaran soal tersebut maka semakin rendah kemampuan siswa menyelesaikannya. 5. Saran Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Dengan melihat rendahnya kemampuan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, kepada guru pengajar hendaknya lebih menekankan dan menitikberatkan materi pada letak-letak kesulitan yang dialami siswa.. Penelitian ini masih bersifat terbatas pada materi Laju Reaksi, untuk itu kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian untuk materi lain pada mata pelajaran kimia.

39 39 DAFTAR PUSTAKA As ad, Moh Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberti Arikunto, Suharsimi Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Dewi, Shinta Rosalia Inovasi Tanpa Batas Guru Kimia. Yogyakarta: Kendi Mas Media Febryani Putri, Luvia dan Janet Trineke Manoy. Identifikasi Kemampuan Matematika Siswa Dalam Memecahkan Masalah Aljabar Di Kelas Viii Berdasarkan Taksonomi Solo. ( le.pdf, diakses 0 maret 013) Ilman Nafi an, Muhammad. Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar. ( 53.pdf, diakses 0 maret 013) Maleong, Lexi J. 004, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mirna. 01. Deskripsi Kemampuan Siswa Kelas X MAN Model Gorontalo Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Kimia Materi Reaksi Redoks. Skripsi. Gorontalo: UNG Nazar, Muhammad Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Pada Konsep Faktorfaktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi. Jurnal kimia, (online). ( diakses 8 juli 013) Nur Fitria, Titis. 01. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berbahasa Inggris Pada Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. ( le.pdf, diakses 0 maret 013). Pouji, Haidar.009.Deskripsi Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal-Soal Fisika Unit Gerak Melingkar Beraturan. Skripsi. Gorontalo: UNG

40 40 Purba, Michael. 007, Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Sugiyono, 01. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). CV. Alfabeta. Bandung. Uno, Hamzah Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajran. Jakarta: Bumi Aksara. Winarti, Jaskun Kajian Pragmatik Kemampuan Siswa dalam Menyelesaian Soal Matematika Berbasis Cerita di SMP N 6 Cilacap Ekplanasi Volume 6 Nomor Edisi September 011. ( ks/article/download/8/76%50%50%55b7, diakses 0 maret 013)

41 41 CURICULLUM VITAE Jainab Soleman, NIM: Lahir di Topo, 05 Mei Anak ke-4 dari empat bersaudara, dari pasangan Soleman Taha dan Rabo Ismail. Menjadi mahasiswa strata satu (S1) di Universitas Negeri Gorontalo pada Fakultas Matematika dan IPA (F. MIPA) jurusan pendidikan kimia angkatan 008/009. Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya pada: 1. Sekolah dasar SD Negeri Topo, lulus tahun 004. SMP Negeri 1 Kota Tidore Kepulauan, lulus tahun SMA Muhammadiyah 3 Soadara, lulus tahun Tingkat sarjana pendidikan pada Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Matematika dan IPA Jurusan Pendidikan Kimia Tahun 013 Selama studi di UNG, penulis mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan baik intra maupun ekstra kampus, antara lain: 1. Peserta Masa Integrasi Mahasiswa Baru (MIMBAR) tahun 009. Peserta penerimaan mahasiswa jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Kimia (HIMKA) Universitas Negeri Gorontalo tahun Pengurus Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA) Universitas Negeri Gorontalo Periode 010/ Peserta Kuliah Kerja Sibermas (KKS) Tematik Posdaya periode Juli-Agustus 01 di desa Inobonto Kecamatan Bolaang Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara tahun 011/01

42 4 5. Peserta Program Pengalaman Lapangan (PPL-) di SMA Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo periode November 01 sampai Februari Peserta penerimaan Orientasi Kehidupan Asrama (ORKAM ) di asrama putri UNG periode Pengurus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Universitas Negeri Gorontalo periode 010/011

43 43 Lampiran 1 KISI-KISI TES Mata Pelajaran : Kimia Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi dasar Indikator Tingkat kesukaran C1 C C3 C4 C5 C6 Item soal Menghitung konsentrasi larutan (kemolaran larutan. Mudah 11 Sedang 1 Sukar Juml ah soal 3.1 Mendeskrip -sikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktorfaktor yang mempengar uhi laju reaksi Menghitung laju reaksi berdasarkan perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaru hi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis) melalui percobaan. Menafsirkan grafikdari data percobaan Mudah 1 Sedang Sukar 3 Mudah Sedang 4 & 14 Sukar Mudah Sedang 5 3 1

44 44 3. Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaska n faktorfaktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari tentang faktor-faktor yang mempengaru hi laju reaksi Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan. Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan mengghunak an katalis dan yang tidak menggunaka n katalis. Menjelaskan pengertian, peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunaka n diagram. Sukar Mudah Sedang Sukar Mudah 6 & 15 Sedang 7 Sukar Mudah 8 Sedang Sukar 1 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kemampuan Kemampuan sama dengan kata kesanggupan atau kecakapan. Dengan bahasa yang lebih terperinci, kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan individu untuk melakukan

Lebih terperinci

yang berkaitan dengan Laju Reaksi, diberikan pada tabel berikut ini.

yang berkaitan dengan Laju Reaksi, diberikan pada tabel berikut ini. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data, persentase siswa SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo yang memberikan jawaban untuk tiap item tes yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Paguyaman yang berhubungan dengan materi laju reaksi diberikan dalam Tabel 2 berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Paguyaman yang berhubungan dengan materi laju reaksi diberikan dalam Tabel 2 berikut. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian diperoleh presentase jawaban siswa kelas XI SMA Negeri 1 Paguyaman yang berhubungan dengan materi laju reaksi diberikan

Lebih terperinci

Laju Reaksi. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I

Laju Reaksi. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I Laju Reaksi Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I SK, KD dan Indikator Kemolaran Konsep Laju Reaksi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Evaluasi Referensi Selesai Standar Kompetensi,

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

wanibesak.wordpress.com

wanibesak.wordpress.com 1. Diberikan beberapa pernyataan 1) katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan cara menaikan energi aktivasi 2) tahap penentu laju reaksi adalah tahap reaksi yang berlangsung paling lambat 3) laju reaksi

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 4

LEMBAR KERJA SISWA 4 88 LEMBAR KERJA SISWA 4 Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Submateri Pokok Alokasi Waktu : Kimia : I/ganjil : Laju Reaksi : Teori Tumbukan : 2 x 45 menit Standar Kompetensi Memahami Kinetika Reaksi,

Lebih terperinci

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi Soal nomor 1 Mencari volume yang dibutuhkan pada proses pengenceran. Rumus pengenceran V 1. M 1 = V 2. M 2 Misal volume yang dibutuhkan sebanyak x ml, maka

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0.05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5

Lebih terperinci

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI 3 LAJU REAKSI A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI Materi dapat berubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang

Lebih terperinci

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr SOAL LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml A. 5 ml B. 10 ml C. 2.5 ml D. 15 ml E. 5.5 ml : A Mencari volume yang dibutuhkan pada proses

Lebih terperinci

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan. PETA KONSEP LAJU REAKSI Berkaitan dengan ditentukan melalui Waktu perubahan Dipengaruhi oleh Percobaan dari Pereaksi Hasil reaksi Konsentrasi Luas Katalis Suhu pereaksi permukaan menentukan membentuk mengadakan

Lebih terperinci

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN STANDAR KOMPETENSI 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. gelar R-SBI di Kabupaten Gorontalo sejak tahun 2010 sampai awal tahun 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. gelar R-SBI di Kabupaten Gorontalo sejak tahun 2010 sampai awal tahun 2013. 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Limboto dengan waktu yang direncanakan selama 3 bulan yakni dari bulan April sampai dengan

Lebih terperinci

Purwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi

Purwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi Purwanti Widhy H, M.Pd Laju Reaksi SK, KD dan Indikator Kemolaran Konsep Laju Reaksi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Evaluasi Referensi Selesai Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar & Indikator

Lebih terperinci

TINGKAT KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERHITUNGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA 2 DI SMA NEGERI 1 TELAGA

TINGKAT KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERHITUNGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA 2 DI SMA NEGERI 1 TELAGA TINGKAT KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERHITUNGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA 2 DI SMA NEGERI 1 TELAGA Ni Wayan Ekawati 1, Wenny J.A. Musa 2, Lukman A.R Laliyo 3 Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../...

Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../... Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../... Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Praktikan : mor Absen : Kelas : Tanggal : Lembar Kegiatan Siswa

Lebih terperinci

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu 3 LAJU REAKSI Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-1 Sekolah : SMAN 3 Tangerang Selatan Mata Pelajaran : Kimia Kelas/ Semester : XI/ I Tahun Pelajaran : 010/011 Pokok Bahasan : Laju Reaksi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP Standar Kompetensi 1. Memahami kinetika reaksi dan kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konsep molaritas. 2. Memahami definisi dan faktor-faktor

Lebih terperinci

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1 MODUL LAJU REAKSI Standar Kompetensi ( SK ) : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DIKELAS VII SMP NEGERI 2 LIMBOTO JURNAL OLEH

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DIKELAS VII SMP NEGERI 2 LIMBOTO JURNAL OLEH ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DIKELAS VII SMP NEGERI 2 LIMBOTO JURNAL OLEH SARTIKA HATI NIM. 411 411 035 DOSEN PEMBIMBING: Dr. Abdul

Lebih terperinci

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika ANALISIS KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA DALAM BENTUK CERITA POKOK BAHASAN BARISAN DAN DERET PADA SISWA KELAS XII SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

c. Suhu atau Temperatur

c. Suhu atau Temperatur Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh : a. Konsentrasi Pereaksi Pada umumnya jika konsentrasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA The Research School of Jogja Jalan C. Simanjuntak No Yogyakarta 55, Telepon 0 55/ Faximile 0 5660 E-mail : sman6@sman6-yogya.sch.id,

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom KIMIA XI SMA 3 S OAL TES SEMESTER I I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Elektron dengan bilangan kuantum yang tidak diizinkan n = 3, l = 0, m = 0, s = - / n = 3, l =, m =, s = / c. n = 3, l =, m =

Lebih terperinci

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan KINETIKA Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan Namun persamaan reaksi tidak dapat menjawab :. Seberapa cepat reaksi berlangsung 2. Bagaimana

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR KECEPATAN REAKSI Disusun Oleh : 1. Achmad Zaimul Khaqqi (132500030) 2. Dinda Kharisma Asmara (132500014) 3. Icha Restu Maulidiah (132500033) 4. Jauharatul Lailiyah (132500053)

Lebih terperinci

Oleh: Lilis Setia Ningrum dan Sri Sutarni

Oleh: Lilis Setia Ningrum dan Sri Sutarni ANALISIS KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA DALAM BENTUK CERITA POKOK BAHASAN BARISAN DAN DERET PADA SISWA KELAS XII SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA Oleh: Lilis Setia Ningrum dan Sri Sutarni Email:

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 2

LEMBAR KERJA SISWA 2 76 LEMBAR KERJA SISWA 2 Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi pokok Submateri pokok Alokasi Waktu : Kimia : XI/ganjil : Laju Reaksi : Konsep Laju Reaksi : 2 x 45 menit Standar Kompetensi 3. Memahami Kinetika

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN PEMBIMBING PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI YANG BERJUDUL IDENTIFIKASI KESULITAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FMIPA DALAM MEMAHAMI KONSEP STRUKTUR ATOM Jurnal Oleh ASRAZULIDA UMAR

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai 11 BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-experimental. Alasan penggunaan metode ini dikarenakan keadaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian

Lebih terperinci

Soal-Soal. Bab 4. Latihan. Laju Reaksi. 1. Madu dengan massa jenis 1,4 gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r. 5. Diketahui reaksi:

Soal-Soal. Bab 4. Latihan. Laju Reaksi. 1. Madu dengan massa jenis 1,4 gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r. 5. Diketahui reaksi: Bab Laju Reaksi Soal-Soal Latihan. Madu dengan massa jenis, gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r = 80) sebanyak 35 % b/b. Kemolaran glukosa dalam madu adalah... 0,8 M (D),7 M,8 M (E) 3,0 M, M. Untuk membuat

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi pokok kesetimbangan kimia secara garis besar penelitian terbagi dalam beberapa tahapan yaitu: Tahap pertama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pemahaman siswa yang dimaksud adalah pemahaman konseptual dan pemahaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pemahaman siswa yang dimaksud adalah pemahaman konseptual dan pemahaman 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat pemahaman siswa XI IPA SMA Negeri 2 Limboto pada materi kesetimbangan kimia. Pemahaman

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA... mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XI/1 Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika, kimia dan nya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, prosedur penelitian, instrumen

Lebih terperinci

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung? Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 8 Kinetika Kimia Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan data demi tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yang bersangkutan. Oleh sebab itu untuk memperolehnya

Lebih terperinci

penelitian eksperimen. Sugiyono (2012:11) menyatakan metode tujuan penelitian yakni untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa

penelitian eksperimen. Sugiyono (2012:11) menyatakan metode tujuan penelitian yakni untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode, Bentuk dan Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian ini diperlukan suatu metode. Adapun metode pada penelitian

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI Kelompok V : Amir Hamzah 1415005 Umi Kulsum 1415018 AKADEMI KIMIA ANALISIS CARAKA NUSANTARA CIMANGGIS, KELAPA DUA DEPOK, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA... mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XI/1 Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom dan meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul dan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, prinsip dan teori. Materi kimia yang sangat luas menyebabkan kimia

BAB I PENDAHULUAN. hukum, prinsip dan teori. Materi kimia yang sangat luas menyebabkan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mencakup materi yang sangat luas meliputi fakta, konsep, aturan, hukum, prinsip dan teori.

Lebih terperinci

Bab 10 Kinetika Kimia

Bab 10 Kinetika Kimia D e p a r t e m e n K i m i a F M I P A I P B Bab 0 Kinetika Kimia http://chem.fmipa.ipb.ac.id Ikhtisar 2 3 Laju Reaksi Teori dalam Kinetika Kimia 4 Mekanisme Reaksi 5 46 Faktor Penentu Laju Reaksi Enzim

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo 0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri Gorontalo 3.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian true experimental design. Metode ini penelitian eksprimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai

Lebih terperinci

Laju reaksi menunjukkan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu.

Laju reaksi menunjukkan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu. Bab IV Laju Reaksi Sumber: Ebbing, General Chemistry Laju reaksi menunjukkan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Sugiyono

III. METODELOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Sugiyono 26 III. METODELOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Sugiyono (2003:11), menyatakan bahwa di dalam Penelitian diskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa 19 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi

BAB III METODE PENELITIAN. pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR JURNAL OLEH SITI NURJANNAH NIM

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR JURNAL OLEH SITI NURJANNAH NIM DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR (Penelitian pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kota Gorontalo) JURNAL OLEH SITI NURJANNAH NIM. 411 409 020 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII jurusan IPA di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subyek penelitian yang dipilih

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA 1 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA Ingko Humonggio, Nurhayati Abbas, Yamin Ismail Jurusan Matematika, Program Studi S1. Pend.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS 1. Sekolah : SMKN 2 Pekanbaru 2. Mata Pelajaran : Kimia 3. Kelas/Semester : XI/Ganjil 4. Materi Pokok : Laju Reaksi 5. AlokasiWaktu : 2 JP (1 x pertemuan)

Lebih terperinci

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi MODUL 1 TERMOKIMIA Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Sebagai prasyarat untuk mempelajari termokimia, kita harus mengetahui tentang perbedaan kalor (Q)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari

Lebih terperinci

tanya-tanya.com Soal No.2 Apabila anda diminta untuk mengukur laju reaksi terhadap reaksi : Zn(s) + 2HCI(aq)

tanya-tanya.com Soal No.2 Apabila anda diminta untuk mengukur laju reaksi terhadap reaksi : Zn(s) + 2HCI(aq) Soal No.1 Apa yang di maksud dengan laju reaksi dan satuan dari laju reaksi? Laju reaksi dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah pereaksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

Lebih terperinci

Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Materi Pembelajaran. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Materi Pembelajaran. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi No. Dokumen : F/751/WKS1/P/6 No. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2016 Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Sekolah : SMA NEGERI 1 GODEAN Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Program : XI/MIPA Semester

Lebih terperinci

TEORI TUMBUKAN PADA LAJU REAKSI KIMIA

TEORI TUMBUKAN PADA LAJU REAKSI KIMIA PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEORI TUMBUKAN PADA LAJU REAKSI KIMIA OLEH : Drs. I Wayan Suarsa, M.Si JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2017 Kata Pengantar Puji dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di kabupaten Garut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang telah mempelajari materi

Lebih terperinci

Siswa diingatkan tentang struktur atom, bilangan kuantum, bentuk-bentuk orbital, dan konfigurasi elektron

Siswa diingatkan tentang struktur atom, bilangan kuantum, bentuk-bentuk orbital, dan konfigurasi elektron RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Stuktur atom dan sistem periodik unsur Pertemuan Ke- : 1 dan 2 Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (4 x 45 menit)

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematika, Statistika

Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematika, Statistika 1 ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 GORONTALO PADA MATERI STATISTIKA Fatmawati Taduengo, Drs. Sumarno Ismail, M.Pd, Dra. Kartin Usman, M.Pd Jurusan Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan bahasa akhlak dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan

Lebih terperinci

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi:

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi: Nama : Fitria Puspita NIM : 1201760 Kelas : Pendidikan Kimia A Soal Soal Kesetimbangan Kimia SBMPTN 2014 Untuk soal no 1-3, bacalah narasi berikut. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Data Uji Coba Instrumen Tes Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes uraian yang sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu kepada peserta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Kampar Kabupaten Kampar pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Kampar Kabupaten Kampar pada 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN Kampar Kabupaten Kampar pada semester genap kelas X tahun ajaran 2012/2013. Dimulai pada bulan April sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bandung. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas X dan XI yang telah mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. salah satu sekolah lanjutan tingkat atas yang berada di Kabupaten Gororntalo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. salah satu sekolah lanjutan tingkat atas yang berada di Kabupaten Gororntalo 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Latar Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Limboto. Sekolah ini berada di kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena peneliti tidak mampu mengontrol semua variabel yang mungkin dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami konsep kesetimbangan kimia dan mampu menyelesaikan soal/masalah yang berhubungan dengan reaksi kesetimbangan. 2. Materi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PENUGASAN DAN TANYA JAWAB TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA KIMIA PADA KONSEP SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

PENERAPAN METODE PENUGASAN DAN TANYA JAWAB TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA KIMIA PADA KONSEP SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENERAPAN METODE PENUGASAN DAN TANYA JAWAB TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA KIMIA PADA KONSEP SIFAT KOLIGATIF LARUTAN M Nasir* *Dosen Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Penggunaan metode kuasi eksperimen dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode, Jenis, Bentuk dan Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Tujuan dari penelitian eksperimen adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENEITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment), di mana

BAB III METODOLOGI PENEITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment), di mana BAB III METODOLOGI PENEITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment), di mana variabel penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Belajar Siswa, Pembelajaran Matematika

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Belajar Siswa, Pembelajaran Matematika DESKRIPSI AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X DI SMA NEGERI I TIBAWA Nurain R. Ahmad, Ali Kaku, Perry Zakaria Jurusan Pendidikan Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Tahap Analisis Tahap analisis dilakukan untuk menentukan tujuan dari pengembangan media pembelajaran dan memilih materi belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam merespon soal tes diagnosis serta latar belakang siswa yang mempengaruhi kemampuan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian eksperimen untuk mengkaji pengaruh model Cooperative Learning tipe CIRC terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian di salah satu SMAN di kota Bandung pada siswa kelas XII. Subjek penelitian pada tahap uji coba I berjumlah 12 orang. Subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono. menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono. menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono menyatakan bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di SMA Negeri 1 Sangtombolang pada siswa kelas XI. 3.1.2 Wakatu Penelitian Penelitian ini di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Whitney (1960) dalam M. Natzir (2005:54) menyatakan bahwa metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jalan Jhon Ario Katili Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jalan Jhon Ario Katili Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara. Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 4 Gorontalo yang terletak di Jalan Jhon Ario Katili Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan

Lebih terperinci