Institut Teknologi Bandung, Bandung Diterima 23 Februari 2009, disetujui untuk dipublikasi 27 Maret 2009.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Institut Teknologi Bandung, Bandung Diterima 23 Februari 2009, disetujui untuk dipublikasi 27 Maret 2009."

Transkripsi

1 Pengaruh Komposisi Asam Bis(2-Etilheksil)Fosfat (D2EHPA) dan Tributil Fosfat (TBP) dalam Resin Amberlite Xad-16 terhadap Sorpsion-Ion La(III), Nd(III) dan Gd(III) Abstrak Ibnu Khaldun 1), Buchari 2), Muhammad Bachri Amran 2) dan Aminudin Sulaeman 2) 2) Jurusan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, NAD 2) Kelompok Keilmuan Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Bandung Diterima 23 Februari 9, disetujui untuk dipublikasi 27 Maret 9 Sorpsi ion-ion La(III), Nd(III), dan Gd(III) secara solven timpregnated resins menggunakan ekstraktan bis(2- etilheksil)fosfat (D 2 EHPA) dan tributil fosfat (TBP) dan resin Amberlite XAD-16 sebagai polimer pendukung telah diteliti. Impregnasi resin dengan dua jenis ekstraktan dilakukan dengan metode kering. Pengaruh ph larutan, jenis ekstraktan, komposisi ekstraktan (rasio ekstraktan/resin sebesar 1/9, /8, 5/5, / %b/b) dan waktu kontak dipelajari secara bertahap. Kapasitas sorpsi resin Amberlite XAD-16 yang disiapkan dengan metode basah untuk perbandingan ekstraktan/resin = / terhadap ekstraktan TBP, D 2 EHPA/TBP dan D 2 EHPA berturut-turut 14,3 mg/g; 99,1 mg/g; dan 86,2 mg/g resin. Sementara itu, untuk resin yang disiapkan dengan metode kering, kapasitas resin berturut-turut 645 mg/g; 419,16 mg/g; dan 386,9 mg/g resin. Persen sorpsi ion-ion logam yang dipelajari mencapai 9-99% untuk ekstraktan TBP, D 2 EHPA/TBP, dan D 2 EHPA pada perbandingan ekstraktan/resin sebesar /8. Kata kunci: Resin Amberlite XAD-16, Impregnasi, D 2 EHPA, TBP, Sorpsi Abstract Sorption of La(III), Nd(III), and Gd(III) ions with solven-timpregnated resins using bis(2-ethylhexyl)phosphoric acid (D 2 EHPA) and tributhylphosphate (TBP) as extractants and Amberlite XAD-16 as a polymeric support has been studied. The impregnated resins containing various amounts of extractants have been prepared by the wet and dry methods. The effects of ph, types, of extractant, extractant content (extractants/resin ratios of 1/9, /8, 5/5, / wt.%) and contact time on sorption of those metalic ions have been investigated by batch method. The sorption capacity of Amberlite XAD-16 resin previously prepared by the wet method with a / extractant/resin mass ratio for TBP, D 2 EHPA/TBP, and D 2 EHPA were 14.3 mg/g, 99.1 mg/g and 86.2 mg/g resin, respectively. Meanwhile, sorption capacity of Amberlite XAD-16 resin previously prepared by dry method was found to be 645 mg/g; mg/g, and mg/g resin, respectively. The sorption percentage of the studied metal ions was within the range of 9-99% for TBP, D 2 EHPA/TBP and D 2 EHPA XAD-16 resins at /8 extractant/resin mass ratio. Keywords: Amberlite XAD-16 resins, Impregnation, D 2 EHPA, TBP, Sorption 1. Pendahuluan Monasit merupakan salah satu mineral yang banyak mengandung unsur logam tanah jarang (LTJ) atau logam dari golongan lantanida. LTJ ini cukup banyak di Indonesia, tetapi belum diolah dan dimanfaatkan karena penguasaan teknologi pengolahan bijih monasit masih perlu ditingkatkan dan dimantapkan. Unsur-unsur LTJ tersebut, kini banyak digunakan pada pembuatan barang-barang inovatif berteknologi tinggi, seperti magnet permanen, katalis, serat optik, opto elektronik, keramik piso elektrik, baterai isi ulang, microwave dan lain-lain, sehingga kini unsur LTJ telah dipandang sebagai bahan abad ke-21 (Morais dan Cimenelli, 4). Kendala utama dalam pemisahan LTJ adalah karena sifat fisik dan kimia logam-logam tanah jarang hampir sama. Penelitian untuk mendapatkan metode pemisahan LTJ baru masih perlu dilakukan karena hingga saat ini metode pemisahan LTJ belum ada yang benar-benar handal. Masalah ini perlu ditangani dengan serius mengingat permintaan terhadap LTJ terus meningkat baik dalam hal jumlah maupun kualitasnya. Di sisi lain, Indonesia mempunyai potensi untuk memproduksi LTJ karena mineral-mineral tersebut banyak terdapat di beberapa pulau, antara lain di Bangka, Belitung dan Singkep, berupa hasil samping pengolahan timah. Ekstraksi pelarut dan resin penukar ion telah lama digunakan sebagai teknik dasar untuk pemisahan unsur-unsur LTJ. Namun, recovery (perolehan kembali) dan pemisahan melalui ekstraksi pelarut membutuhkan banyak tahap ekstraksi untuk menghasilkan pemisahan yang optimal. Demikian juga halnya pemisahan dengan resin penukar ion yang memiliki selektivitas ekstraksi yang rendah dalam pemisahan ion-ion logam. Metode

2 Ibnu Khaldun dkk, Pengaruh Komposisi Asam Bis(2-Etilheksil)Fosfat (D2EHPA) 21 pemisahan baru yang memberikan prospek cukup baik adalah metode yang dikembangkan dari kombinasi teknik ekstraksi pelarut dan penukar ion yang disebut dengan teknik Solvent-Impregnated Resin (SIR) yang diperkenalkan oleh Warshawsky (Cortina J. L., dan Warshawsky, 1997). SIR dibuat dengan cara mengimpregnasikan (mengamobilisasi) suatu ekstraktan ke dalam resin polimer berpori makro yang tidak memiliki gugus fungsional pengekstraksi. Saat ini metode SIR telah banyak diaplikasikan untuk memisahkan berbagai jenis ion logam seperti U(VI) dan Th(VI) (Metwally E., dkk. 5), Au(III) (Villaescusa dkk. 1997) dan juga ion-ion logam tanah jarang seperti (La, Sm, Tb, dan Yb) (Matsunaga dkk. 1). Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh komposisi ekstraktan D 2 EHPA, TBP dan campuran D 2 EHPA/TBP dalam resin Amberlite XAD- 16 pada sorpsi ion-ion logam tanah jarang khususnya La(III), Nd(III) dan Gd(III) secara solvent impregnated resin. Struktur molekul ekstraktan D 2 EHPA, TBP dan resin Amberlite XAD-16 dapat diperlihatkan pada Gambar Metode Larutan standar La(III), Nd(III) dan Gd(III) ( µg.l -1 ) dibuat dengan cara melarutkan masingmasing oksida La 2 O 3, Nd 2 O 3 dan Gd 2 O 3 (Sigma- Aldrich) dengan aquabidest. Ekstraktan yang digunakan, yaitu bis(2-ethylhexyl)phosphoric acid (D 2 EHPA) (Sigma) dan tributhylphoshate (TBP) (Sigma). Resin Amberlite XAD-16 (kopolimer styrene-divinylbenzene yang dipergunakan memiliki karakteristik: luas permukaan 8 m 2.g -1, diameter pori 1 nm dan ukuran butir - mesh) (Sigma). Larutan pengkompleks Alizarine Red S (ARS),1% (Merck) dan yang digunakan adalah phenol red,1% (Merck) digunakan sebagai indikator. 2.1 Alat dan Bahan Spektrometer FTIR 8 Shimadzu digunakan untuk merekam spektrum resin Amberlite XAD-16, spektrum D 2 EHPA dan TBP yang terimpregnasi ke dalam resin. Spektofotometer UV-Visible (model Hewlett Packard 8452A Diode Array) digunakan untuk menentukan konsentrasi ion logam dengan pengkompleks Alizarine Red S. Scanning Electronic Microscope (SEM) model Analytical SEM JSM- 63LA digunakan untuk mengamati morfologi permukaan resin sebelum dan setelah impregnasi. Pengaduk magnetik (Fisher, Versamix TM ) dan ph meter (Hanna) masing-masing dipergunakan untuk mengaduk larutan dan menentukan ph larutan. 2.2 Eksperimen Impregnasi Resin Resin Amberlite XAD-16 terlebih dahulu dicuci secara berturut-turut dengan larutan HNO 3 2M, larutan NaOH 2 M, aquabidest dan aseton. Selanjutnya dikeringkan dalam oven vacum pada suhu 5 o C. Butiran resin yang diambil untuk penelitian ini berukuran 3- mesh. Ekstraktan yang telah diketahui beratnya diimpregnasikan ke dalam resin dengan perbandingan tertentu berdasarkan metode basah (Juang, 1999) dan metode kering (Matsunaga dkk. 1). Impregnasi dengan metode basah untuk perbandingan ekstraktan/resin (5/5 %b/b) dibuat dengan cara melarutkan 1 gram ekstraktan ke dalam 5 ml aseton, lalu ke dalam larutan tersebut ditambahkan 1 gram resin Amberlite XAD-16. Campuran diaduk secara mekanik dengan kecepatan 25 rpm selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah itu, butiran resin (SIR) disaring, dicuci dengan aquabidest dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 5 o C. Impreg-nasi dengan metode kering dilakukan dengan cara berikut. Campuran diaduk secara mekanik dengan kecepatan 25 rpm selama 24 jam pada suhu kamar, selanjutnya campuran langsung dikeringkan di dalam oven pada suhu 5 o C tanpa tahap pencucian dengan aquabidest. SIR dengan perbandingan berat bervariasi (1/9, /8 dan / %b/b) dibuat dengan cara yang sama dengan pembuatan SIR 5/5 (%b/b). Banyaknya ekstraktan yang terimpregnasi ke dalam resin ditentukan dengan cara mengukur perbandingan berat resin kering sebelum dan setelah impregnasi (Matsunaga dkk. 1). a b c Gambar 1. Struktur molekul (a) D 2 EHPA, (b) TBP dan (c) resin Amberlite XAD-16.

3 22 JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS, MARET 9, VOL. 14 NO Sorpsi ion-ion logam Sebanyak mg SIR dikocok dengan 1 ml larutan ion logam ( mgl -1 ) dalam sebuah tabung bertutup pada ph optimum dengan kecepatan 3 rpm selama periode waktu (1 3 menit) pada suhu kamar. Setelah pengocokan, kedua fasa dibiarkan terpisah selama 2 menit. Banyaknya ion logam yang terekstraksi ditentukan dengan cara menentukan konsentrasi ion logam yang tersisa dalam larutan atau mengukur konsentrasi ion logam yang terekstraksi dalam SIR secara spektrofotometri. Ion logam yang terekstraksi di dalam SIR terlebih dahulu dilepaskan (stripping) secara kuantitatif dengan larutan HNO 3 1,5 M (Khaldun dkk. 7). Pengukuran konsentrasi ion-ion logam didasarkan pada prosedur Toshi dan kawan-kawan. (1961). Ke dalam labu takar 1 ml dimasukkan 2, ml larutan sampel, kemudian ditambahkan 1 tetes larutan phenol red 1,%. Selanjutnya larutan sampel ditetesi larutan HCl,2 M hingga larutan menjadi kuning, lalu ditetesi dengan larutan NaOH,2 M hingga larutan menjadi merah. Kemudian ke dalam campuran tersebut ditambahkan 1, ml larutan bufer asetat ph 4,75 sambil dikocok dan ditambahkan 1, ml larutan Alizarin Red S,1% dan akhirnya ditanda bataskan dengan aquabidest. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang maksimum untuk masing-masing logam setelah larutan didiamkan selama 5 menit. Rentang konsentrasi larutan standar yang memenuhi hukum Lambert-Beer yaitu 2,-16 mgl -1 (Toshi dkk. 1961). 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kapasitas impregnasi esktraktan dalam resin amberlite XAD-16 Kapasitas sorpsi resin Amberlite XAD-16 terhadap beberapa ekstraktan melalui impregnasi dengan metode basah dan metode kering disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Data pada Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan meningkatnya perbandingan ekstraktan/resin meningkat pula kapasitas sorpsi resin sampai mencapai optimum. Kemampuan resin XAD-16 untuk sorpsi molekul TBP lebih besar daripada untuk campuran D 2 EHPA/TBP dan molekul D 2 EHPA, hal ini mungkin disebabkan karena ukuran molekul TBP lebih kecil dari pada molekul D 2 EHPA. Selain itu molekul TBP bersifat lebih non-polar dibandingkan dengan D 2 EHPA, sehingga lebih mudah berantaraksi dengan molekul XAD-16 yang bersifat non-polar. Sedangkan sorpsi campuran molekul D 2 EHPA/TBP (3:1) juga lebih besar dari pada sorpsi D 2 EHPA, karena pada saat impregnasi molekul TBP terlebih dahulu mengisi pori-pori resin dan selanjutnya diikuti oleh molekul D 2 EHPA. Adanya antaraksi antara TBP dan D 2 EHPA di dalam pori-pori resin dapat dijelaskan dengan spektrum infra merah pada Gambar 4. Berdasarkan data pada Tabel 1 dan Tabel 2 diperlihatkan bahwa kapasitas sorpsi resin Amberlite XAD-16 jauh lebih besar jika menggunakan metode kering. Oleh sebab itu pada penelitian selanjutnya digunakan SIR yang dibuat dengan metode kering. Tabel 1. Sorpsi beberapa ekstraktan oleh resin amberlite XAD-16 dengan metode basah Perbandingan Kapasitas sorpsi (mg/g resin) No ekstraktan/resin D 2 EHPA/ (%b/b) TBP TBP D 2 EHPA (3:1) 1 1/9 31, 29,5 25,6 2 /8 83,6 79,5 69,1 3 5/5 12, 96, 86, 4 / 14,3 99,1 86,2 Tabel 2. Sorpsi beberapa ekstraktan oleh resin Amberlite XAD-16 dengan metode kering Perbandingan Kapasitas sorpsi (mg/g resin) No ekstraktan/ D 2 EHPA/ resin (%b/b) TBP TBP D 2 EHPA (3:1) 1 1/9 11,99 111, 111, 2 /8 245, 238,44 237,5 3 5/5 5, 38,96 361,1 4 / 645, 419,16 386,9 3.2 Analisis morfologi dengan SEM Sebelum impregnasi, permukaan resin XAD- 16 memiliki banyak pori (Gambar 2a). Untuk impregnasi D 2 EHPA dengan komposisi 1/9 (%b/b) (Gambar 2b), pori-pori resin XAD-16 belum mampu tertutupi secara keseluruhan. Pori-pori resin XAD-16 tertutupi seluruhnya oleh D 2 EHPA apabila komposisinya mencapai 5/5 (%b/b) ataupun / (%b/b). Namun demikian, pada komposisi / (%b/b), permukaan resin menjadi lengket (adhesive) karena pori-pori resin tidak mampu menampung D 2 EHPA seluruhnya (Gambar 2d) sehingga sebagian molekul D 2 EHPA teradsorpsi di permukaan resin. Stabilitas SIR dengan komposisi ekstraktan/resin / (%b/b) lebih rendah daripada komposisi 5/5 (%b/b) (Khaldun dkk., 7). Perbandingan terbaik antara ekstraktan D 2 EHPA dan resin XAD-16 dalam solvent impregnated resin yaitu 5/5 (%b/b) (Gambar 2c). Untuk eksperimen selanjutnya digunakan SIR dengan perbandingan D 2 EHPA/XAD-16 5/5 (%b/b).

4 Ibnu Khaldun dkk, Pengaruh Komposisi Asam Bis(2-Etilheksil)Fosfat (D2EHPA) 23 c a Gambar 2. Fotografi SEM (pembesaran 1. kali) terhadap permukaan resin Amberlite XAD-16 (a) sebelum impregnasi (b) setelah impregnasi dengan D 2 EHPA 1%b/b (c) setelah impregnasi dengan D 2 EHPA 5%b/b, (d) setelah impregnasi dengan D 2 EHPA %b/b. 3.3 Analisis gugus fungsi dengan FTIR Frekuensi absorpsi inframerah matriks Amberlite XAD-16 (styrene/divinylbenzene) pada Tabel 3 menunjukkan adanya perbedaan kecil antara karakteristik XAD-16 normal dibandingkan dengan karakteristik XAD-16 setelah diimpregnasi dengan D 2 EHPA atau dengan TBP, seperti yang diperlihatkan pada puncak 1446,6 cm -1 yang berkorelasi dengan regangan cincin C=C dan dari pita cincin substitusi (Gambar 3). Gambar 3. Spektrum FTIR dari XAD-16 (hitam), XAD-16/D 2 EHPA (merah muda), XAD-16/TBP (hijau). b d Frekuensi absorpsi infra merah dari molekul D 2 EHPA pada resin XAD-16/D 2 EHPA pada Tabel 3 menunjukkan beberapa modifikasi karakteristik normal molekul D 2 EHPA dibandingkan dengan spektrum D 2 EHPA murni. Perbedaan tersebut diperlihatkan pada puncak 1237 cm -1, 131 cm -1 dan 794,7 cm -1 untuk regangan P=O dan regangan P-O-C dari gugus -O-P=O. Adanya pergeseran bilangan gelombang untuk regangan P=O dari gugus (-O-P=O) pada campuran D 2 EHPA-TBP/XAD-16 (Gambar 4), yaitu pada puncak 123 cm -1 menunjukkan adanya antaraksi nonikatan (nonbonded) antara gugus hidroksil dari molekul D 2 EHPA atau (RO) 2 (P=O)OH dengan gugus fosforil dari molekul TBP atau R 3 P=O. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yaitu adanya antaraksi antara gugus hidroksil dari molekul D 2 EHPA dengan gugus fosforil dari molekul tricotylphosphine oxide (TOPO) pada campuran D 2 EHPA/TOPO/XAD-2 pada daerah 1243 cm -1. Reaksi yang terjadi antara gugus hidroksil dan gugus fosforil dapat dituliskan sebagai berikut ini (Cortina dkk., 1995): ( RO) 2( P = O) OH + R3P = O ( RO) 2( P = O) OH... O = PR (1) 3 Gambar 4. Spektrum FTIR dari campuran D 2 EHPA- TBP(3:1)/XAD Pengaruh jenis ekstraktan pada sorpsi ion logam Campuran ekstraktan D 2 EHPA/TBP (3:1) memberikan persen sorpsi yang terbaik dibandingkan dengan menggunakan ekstraktan tunggal D 2 EHPA ataupun TBP seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Persen sorpsi ion Nd(III) paling kecil jika digunakan ekstraktan TBP. Hal ini mungkin disebabkan karena TBP merupakan ligan netral yang jika bereaksi dengan ion Nd(III) yang bermuatan positif (+3) akan membentuk kompleks yang tidak netral. Kompleks yang tidak netral cenderung bersifat polar, sehingga akan lebih mudah lepas dari resin XAD-16 yang bersifat nonpolar dan terbawa oleh pelarut polar. Penggunaan D 2 EHPA menghasilkan pengikatan ion Nd(III) yang lebih baik dibandingkan dengan TBP,

5 24 JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS, MARET 9, VOL. 14 NO. 1 karena D 2 EHPA bermuatan negatif (-1) sehingga dengan perbandingan tertentu dapat membentuk senyawa kompleks yang netral. Urutan kemampuan ekstraktan terhadap sorpsi ion Nd(III) yang semakin meningkat mengikuti urutan D 2 EHPA/TBP > TBP > D 2 EHPA. % Sorpsi Gambar 5. Pengaruh jenis ekstraktan terhadap sorpsi ion Nd(III) pada resin XAD-16. % Sorpsi Gambar 6. Pengaruh ph terhadap sorpsi ion-ion logam La(III), Nd(III) dan Gd(III) menggunakan ekstraktan D 2 EHPA-TBP(3:1)/XAD-16. Ekstraktan D 2 EHPA dapat berbentuk monomer (dalam pelarut kloroform, diklorometana dan 1,2-dikloroetana) atau dimer (dalam pelarut sikloheksana) (Stary, J., 1964). Oleh karena itu ada dua persamaan reaksi yang dapat digunakan untuk menjelaskan reaksi di dalam resin pada saat terjadi kesetimbangan. n+ + Maq nhlorg Û MLn, org nhaq ph TBP/XAD-16 D2EHPA-TBP/XAD-16 D2EHPA/XAD-16 D2EHPA-TBP/XAD ph La(III) Nd(III) Gd(III) + + (2) n+ + Maq n( HL) 2, org Û MLn ( HL) n, org nhaq + + (3) Sementara itu, reaksi antara ion logam dengan ekstraktan campuran D 2 EHPA/TBP dapat dituliskan sebagai berikut: n+ + Maq + nhlorg + meorgûmln meorg + nhaq (4) Subscript aq dan org secara berturut-turut menyatakan fasa air dan fasa organik atau resin, sedangkan M, HL dan E adalah simbol dari logam, D 2 EHPA dan TBP. Masuknya molekul TBP ke dalam kompleks (ML n me) mungkin menyebabkan polaritas kompleks tersebut menjadi berkurang dibandingkan dengan polaritas kompleks MLn, karena molekul TBP menggantikan molekul air yang terikat secara kovalen koordinasi dengan ion LTJ. Dengan demikian kompleks ML n me lebih mudah teradsorpsi daripada kompleks MLn di dalam resin yang bersifat nonpolar. 3.5 Pengaruh ph terhadap sorpsi ion logam ph merupakan salah satu parameter penting pada proses sorpsi ion-ion logam dalam resin yang mengandung ekstraktan. Esktraktan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh ph terhadap persen sorpsi ion-ion logam adalah campuran D 2 EHPA/TBP (3:1), sedangkan perbandingan massa ektraktan/resin yang digunakan ialah 5/5 (%b/b). Pada Gambar 6 diperlihatkan bahwa sorpsi ion-ion logam cenderung meningkat dengan meningkatnya ph larutan. Nilai ph optimum untuk sorpsi masing-masing ion La(III), Nd(III) dan Gd(III) secara berturut-turut tercapai pada ph 4,5; 3 dan 1,5. Selanjutnya persen sorpsi mengalami penurunan akibat ion-ion logam berangsur-angsur mengendap dengan meningkatnya ph larutan. Sorpsi ion-ion logam semakin meningkat dengan menurunnya jari-jari ion logam dengan urutan La<Sm<Gd. 3.6 Pengaruh perbandingan ekstraktan/resin terhadap waktu sorpsi ion-ion logam Pengaruh perbandingan berat ekstraktan/ XAD-16 pada ekstraksi La(III), Nd(III) dan Gd(III) yang terimpregnasi ke dalam resin diperlihatkan pada Gambar 7(a-c). Konsentrasi D 2 EHPA yang rendah dalam matriks XAD-16 menyebabkan persen sorpsi La(III), Nd(III) dan Gd(III) tidak mencapai hasil yang optimal. Untuk SIR 5/5 (%b/b) yang digunakan untuk sorpsi La(III) dibutuhkan waktu kesetimbangan sekitar 1 menit, sedangkan kesetimbangan sorpsi untuk Nd(III) dan Gd(III) tercapai pada menit ke-15. Persen sorpsi untuk ion La(III) lebih meningkat apabila digunakan campuran ekstraktan D 2 EHPA/TBP (Gambar 7d) dibandingkan dengan bila digunakan ekstraktan TBP atau pun D 2 EHPA. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya efek sinergis yang dihasilkan dari antaraksi molekul D 2 EHPA dan TBP.

6 Ibnu Khaldun dkk, Pengaruh Komposisi Asam Bis(2-Etilheksil)Fosfat (D2EHPA) 25 Tabel 3. Beberapa frekuensi fundamental (cm -1 ) matriks resin Amberlite XAD-16 dalam resin D 2 EHPA/XAD-16, TBP/XAD-16 dan D 2 EHPA-TBP(3:1)/XAD-16 NO XAD-16 D 2 EHPA/XAD-16 TBP/XAD-16 D 2 EHPA-TBP/ Keterangan XAD Regangan dari C=C , Regangan dari C=C P=O regangan dari (-O-P=O) Regangan P-O-C 5 794,67 794,7 794,67 794,67 Regang C H La(III)-D2EHPA/XAD16 Nd(III)-D2EHPA/XAD Waktu (m enit) % 1% % 5% % Waktu (menit) % 1% % 5% % (7a) (7b) Gd(III)-D2EHPA/XAD16 La(III)-D2EHPA-TBP/XAD Waktu (menit) Waktu (menit) % 1% % 5% % % 1% % 5% % (7c) (7d) Gambar 7. Pengaruh perbandingan berat (ekstraktan/resin) terhadap persen sorpsi La(III), Nd(III) dan Gd(III). 4. Kesimpulan Dengan meningkatnya perbandingan ekstraktan/resin meningkat pula kapasitas sorpsi resin. Kapasitas sorpsi resin optimal diperoleh pada perbandingan ekstraktan/resin / (%b/b) dengan urutan TBP>D 2 EHPA/TBP>D 2 EHPA yang dibuat dengan metode basah ataupun dengan metode kering. Kapasitas sorpsi resin Amberlite XAD-16 lebih besar jika digunakan metode kering, dibandingkan dengan metode basah. Dengan meningkatnya perbandingan ekstraktan/resin maka waktu yang dibutuhkan untuk sorpsi ion-ion LTJ semakin pendek. Kesetimbangan sorpsi untuk La(III) yaitu pada menit ke-1, sedangkan untuk ion Nd(III) dan Gd(III) tercapai pada menit ke- 15. Nilai ph optimum untuk sorpsi masing-masing ion logan La(III), Nd(III) dan Gd(III) secara berturut-turut adalah 4,5; 3 dan 1,5. Jenis ekstraktan berpengaruh terhadap sorpsi ion Nd(III) menurut urutan D 2 EHPA/TBP>D 2 EHPA>TBP. Sorpsi ion-ion logam semakin meningkat dengan menurunnya jari-jari ion logam yaitu La<Sm<Gd, yang sesuai pula dengan urutan sifat kebasaan ion-ion logam tanah jarang. Ucapan Terima kasih Terima kasih kami ucapkan kepada DPPM- DIKTI Jakarta atas biaya yang diberikan dari Proyek

7 26 JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS, MARET 9, VOL. 14 NO. 1 Penelitian Hibah Bersaing XV 8 dengan nomor kontrak 1/SP2H/PP/DP2M/III/8, kepada Pemerintahan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atas bantuan dana pendidikan yang diberikan. Daftar Pustaka Cortina, J. L. and Warshawsky, A., Developments in Solid-Liquid Extraction by Solvent- Impregnated Resins, in J. A., Marinsky Y., Marcus, (Eds.), 1997, Ion Exchange and Solvent Extraction, Marcel Dekker, Cortina, J. L., Miralles, N., Sastre, A., and M., Aguilar, 1995, Solid-liquid Extraction Studies of Zn(II), Cu(II) and Cd(II) from Chloride Media with Impregnated Resins Containing Mixtures of Organophosphorus Compounds Immobilized on to Amberlite XAD-2, Hydrometallurgy, 37, Juang, R.S., 1999, Preparation, Properties and Sorption Behaviour of Impregnated Resins Containing Acidic Organophosphorus Extractants, Proc. Natl. Sci. Counc. ROC(A), 23:3, Karraker, G., 197, Coordination of trivalent lathanides ions. J. Chem. Educ. 47, 424. Khaldun, I., Buchari, M. B., Amran, dan A., Sulaeman, 7, Separation of La(III), Ce(III), Pr(III) and Nd(III) Using Solvent Impregnated Resin (SIR), Proceeding International Conference On Chemical Sciences (ICCS-7) UGM- USM. Yogyakarta. Matsunaga, H., Ismail, A. A., Wakui, Y., and Yokoyama, 1, Extraction of Rare Earth Elements with 2-ethylhexyl Hydrogen 2- ethylhexyl Phosphonate Impregnated Resins Having Different Morphology and Reagent Content, React. Funct. Polym., 49:3, Metwally, E., Saleh, Sh., and H.A., El-Naggar 5, Extraction and Separation of Uranium(VI) and Thorium(VI) using Tri-n-dodecylamine- Impregnated Resins, J. Nucl. Radiochem. Sci., 6:2, Morais, C. A. and V. S. T. Ciminelli, 4, Process Development for the Recovery of High-grade Lanthanum by Solvent Extraction, Hydrometallurgy, 73, Stary, J., 1964, The Solvent Extraction of Metal Chelates, Pergamon Press, London. Toshi, K., Haruno, O., and H. Hiroshi, 1961, Spectrophotometric study of the complex of lanthanum and alizarin Red S, Talanta. 8:7, Villaescusa, I., Salvado, V., and J. de Pablo, 1997, Solid-liquid Extraction of Au(III) From Aqueous Chloride Solutions by Tri-ndodecylammonium Chloride-impregnated in Amberlite XAD-2 Resin, React. Funct. Polym., 32:2,

PEMISAHAN SELEKTIF Pr(III) DAN Nd(III) DARI LARUTAN ENCER MENGGUNAKAN RESIN TERIMPREGNASI YANG MENGANDUNG ASAM DI-2-ETILHEKSILFOSFAT

PEMISAHAN SELEKTIF Pr(III) DAN Nd(III) DARI LARUTAN ENCER MENGGUNAKAN RESIN TERIMPREGNASI YANG MENGANDUNG ASAM DI-2-ETILHEKSILFOSFAT 1 PEMISAHAN SELEKTIF Pr(III) DAN Nd(III) DARI LARUTAN ENCER MENGGUNAKAN RESIN TERIMPREGNASI YANG MENGANDUNG ASAM DI-2-ETILHEKSILFOSFAT Ibnu Khaldun 1 *, Buchari, Muhammad Bachri Amran, Aminudin Sulaeman

Lebih terperinci

I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang

I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang Monasit merupakan salah satu mineral yang banyak mengandung unsur logam tanah jarang (LTJ) atau logam dari golongan lantanida. Keberadaan

Lebih terperinci

Pemisahan Ce(III) dan Pr(III) menggunakan Solvent Impregnated Resin (SIR) Mengandung Asam di-2-etilheksilfosforik (D2EHPA) dan Tributilfosfat (TBP)

Pemisahan Ce(III) dan Pr(III) menggunakan Solvent Impregnated Resin (SIR) Mengandung Asam di-2-etilheksilfosforik (D2EHPA) dan Tributilfosfat (TBP) 1 Pemisahan Ce(III) dan Pr(III) menggunakan Solvent Impregnated Resin (SIR) Mengandung Asam di-2-etilheksilfosforik (D2EHPA) dan Tributilfosfat (TBP) Ibnu Khaldun 1), Buchari 2), Muhammad Bachri Amran

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Kapasitas Adsorpsi Resin Hasil Impregnasi Kapasitas adsorpsi resin Amberlite-XAD16 terhadap beberapa ekstraktan melalui impregnasi dengan metode basah dan metode kering

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Deskripsi Cara Penelitian Penelitian ini dimulai dengan tahap penelusuran literatur pendukung, perumusan topik, percobaan secara laboratorium dan penyusunan disertasi.

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. (), 2006, h. -6 Pemisahan Serium dari Mineral Monasit dengan Teknik SLM Bertingkat Aminudin Sulaeman, Buchari, dan Ummy Mardiana 2 Kimia Analitik, FMIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMISAHAN UNSUR-UNSUR LOGAM TANAH JARANG DARI PASIR MONASIT BANGKA DENGAN METODE SOLVENT IMPREGNATED RESIN (SIR) DISERTASI

PEMISAHAN UNSUR-UNSUR LOGAM TANAH JARANG DARI PASIR MONASIT BANGKA DENGAN METODE SOLVENT IMPREGNATED RESIN (SIR) DISERTASI PEMISAHAN UNSUR-UNSUR LOGAM TANAH JARANG DARI PASIR MONASIT BANGKA DENGAN METODE SOLVENT IMPREGNATED RESIN (SIR) DISERTASI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari Institut

Lebih terperinci

Seminar Nasional Kimia dan pendidikan Kimia IV

Seminar Nasional Kimia dan pendidikan Kimia IV Seminar Nasional Kimia dan pendidikan Kimia IV Peran Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Meningkatkan Literasi Sains Masyarakat PEMISAHAN EMAS DENGAN METODE SOLVENT IMPREGNATED RESIN MENGGUNAKAN CYANEX-921

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Cotton, F.Albert., Wilkinson,G., (1989), Kimia Anorganik Dasar, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta,

DAFTAR PUSTAKA. 1. Cotton, F.Albert., Wilkinson,G., (1989), Kimia Anorganik Dasar, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, DAFTAR PUSTAKA 1. Cotton, F.Albert., Wilkinson,G., (1989), Kimia Anorganik Dasar, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 477-482 2. Mehtar,S., Wiid I., Todorov,S.D.,(2008),The Antimicrobial Activity

Lebih terperinci

KEMURNIAN DAN NILAI FAKTOR PEMISAHAN TRANSPOR UNSUR La TERHADAP UNSUR Nd, Gd, Lu DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG

KEMURNIAN DAN NILAI FAKTOR PEMISAHAN TRANSPOR UNSUR La TERHADAP UNSUR Nd, Gd, Lu DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG KEMURNIAN DAN NILAI FAKTOR PEMISAHAN TRANSPOR UNSUR La TERHADAP UNSUR Nd, Gd, Lu DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG Djabal Nur Basir Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Kimia FT Unnes yang meliputi pembuatan adsorben dari Abu sekam padi (rice husk), penentuan kondisi optimum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

PEMUNGUTAN LANTANUM DARI MINERAL MONASIT BANGKA DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG BERTINGKAT

PEMUNGUTAN LANTANUM DARI MINERAL MONASIT BANGKA DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG BERTINGKAT PEMUNGUTAN LANTANUM DARI MINERAL MONASIT BANGKA DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG BERTINGKAT T 546.411 6 BAS (20041845) Metode yang dikembangkan untuk pemisahan dan pemurnian unsur tanah jarang saat

Lebih terperinci

PERMEABILITAS MEMBRAN TRANSPOR CAMPURAN UNSUR TANAH JARANG (La, Nd, Gd, Lu) MENGGUNAKAN CARRIER (TBP : D2EHPA) MELALUI SUPPORTED LIQUID MEMBRANE

PERMEABILITAS MEMBRAN TRANSPOR CAMPURAN UNSUR TANAH JARANG (La, Nd, Gd, Lu) MENGGUNAKAN CARRIER (TBP : D2EHPA) MELALUI SUPPORTED LIQUID MEMBRANE PERMEABILITAS MEMBRAN TRANSPOR CAMPURAN UNSUR TANAH JARANG (La, Nd, Gd, Lu) MENGGUNAKAN CARRIER (TBP : D2EHPA) MELALUI SUPPORTED LIQUID MEMBRANE Djabal Nur Basir Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

MEKANISME TRANSPOR LANTANUM MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG (SLM) DENGAN PENGEMBAN CAMPURAN D2EHPA (ASAM DI-(2- ETILHEKSIL) FOSFAT) DAN TBP

MEKANISME TRANSPOR LANTANUM MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG (SLM) DENGAN PENGEMBAN CAMPURAN D2EHPA (ASAM DI-(2- ETILHEKSIL) FOSFAT) DAN TBP MEKANISME TRANSPOR LANTANUM MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG (SLM) DENGAN PENGEMBAN CAMPURAN D2EHPA (ASAM DI-(2- ETILHEKSIL) FOSFAT) DAN TBP (TRIBUTIL FOSFAT) (SINERGI, PEMBENTUKAN KOMPLEKS DAN KARAKTERISASINYA)

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Jalan Ganesha no.10 Bandung. 3.2.Alat Pada penelitian

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis PSDVB-PAR Senyawa 4-(2 Piridilazo) Resorsinol merupakan senyawa yang telah lazim digunakan sebagai indikator logam pada analisis kimia karena kemampuannya membentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 April 2016 dan selesai pada tanggal 10 September 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Lampung, serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Ligan H AdBP dan H SbBP Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa H AdBP dan H SbBP berdasarkan metode Jensen yang telah dimodifikasi. CH 3 1 H H H 3 CH 3 -H H

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Persiapan Adsorben Cangkang Gonggong Cangkang gonggong yang telah dikumpulkan dicuci bersih dan dikeringkan dengan matahari. Selanjutnya cangkang gonggong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH Berikut diuraikan prosedur analisis contoh tanah menurut Institut Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. Pengujian Kandungan

Lebih terperinci

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

Selektifitas Transpor Lantanum Dari Mineral Monasit Dengan Teknik Supported Liquid Membrane

Selektifitas Transpor Lantanum Dari Mineral Monasit Dengan Teknik Supported Liquid Membrane Indonesia Chimica Acta, ISSN 2085-014X Vol. 2 No. 1, Juni 2009 Selektifitas Transpor Lantanum Dari Mineral Monasit Dengan Teknik Supported Liquid Membrane Djabal Nur Basir* Jurusan Kimia FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan 29 Bab IV. Hasil dan Pembahasan Penelitian penurunan intensitas warna air gambut ini dilakukan menggunakan cangkang telur dengan ukuran partikel 75 125 mesh. Cangkang telur yang digunakan adalah bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla microphylla-sitrat: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT ABSTRAK ABSTRACT

ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla microphylla-sitrat: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT ABSTRAK ABSTRACT KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol.1, No. 1, pp. 623-628, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 9 February 2015, Accepted 9 February 2015, Published online 11 February 2015 ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan

DAFTAR PUSTAKA. Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan DAFTAR PUSTAKA Akseli, A., dan Kutun, S., (2000) : Distribution Coefficients and Cation- Exchange Separation of Rare Earths in Sodium Trimetaphosphate Media and Application to Monazite, Separation Science

Lebih terperinci

TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH J. Ris. Kim. Vol. 1 No. 1, September 2007 TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Olly Norita Tetra, Admin Alif, Hermansyah A dan Emriadi Laboratorium Elektrokimia/Fotokimia, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE), atau rare

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE), atau rare 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE), atau rare earth (RE) adalah kelompok 17 elemen logam, yang mempunyai sifat kimia yang mirip, yang terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN VOLUME FASA AIRDENGAN FASA ORGANIK DAN KONSENTRASI AgDALAMFASA AIR PADA EKSTRAKSI PERAKDARI LIMBAH FOTO ROENTGEN

PENGARUH PERBANDINGAN VOLUME FASA AIRDENGAN FASA ORGANIK DAN KONSENTRASI AgDALAMFASA AIR PADA EKSTRAKSI PERAKDARI LIMBAH FOTO ROENTGEN PENGARUH PERBANDINGAN VLUME FASA AIRDENGAN FASA RGANIK DAN KNSENTRASI AgDALAMFASA AIR PADA EKSTRAKSI PERAKDARI LIMBAH FT RENTGEN Minasari 1, Yeti Kurniasih 2, &Ahmadi 3 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Bahan katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah zeolit alam yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat dan phospotungstic acid (HPW, H 3 PW 12 O 40 )

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

Ekstraksi Samarium(III) dan Serium(III) Melalui Pembentukkan Kompleks Menggunakan Ligan Etilendiamintetrametilenfosfonat

Ekstraksi Samarium(III) dan Serium(III) Melalui Pembentukkan Kompleks Menggunakan Ligan Etilendiamintetrametilenfosfonat Jatinangor, 27-28 ktober 2016 Ekstraksi Samarium(III) dan Serium(III) Melalui Pembentukkan Kompleks Menggunakan Ligan Etilendiamintetrametilenfosfonat Anni Anggraeni*, Titin Sofyatin, Retna P. Fauzia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

EKSTRAKSI Th, La, Ce DAN Nd DARI KONSENTRAT Th LOGAM TANAH JARANG HASIL OLAH PASIR MONASIT MEMAKAI TBP

EKSTRAKSI Th, La, Ce DAN Nd DARI KONSENTRAT Th LOGAM TANAH JARANG HASIL OLAH PASIR MONASIT MEMAKAI TBP MV. Purwani, dkk. ISSN 0216 3128 47 EKSTRAKSI Th, La, Ce DAN Nd DARI KONSENTRAT Th LOGAM TANAH JARANG HASIL OLAH PASIR MONASIT MEMAKAI TBP MV Purwani, Suyanti dan Dwi Biyantoro P3TM BATAN ABSTRAK EKSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

DOBEL SOLVEN UNTUK EKTRAKSI KONSENTRAT LOGAM TANAH JARANG

DOBEL SOLVEN UNTUK EKTRAKSI KONSENTRAT LOGAM TANAH JARANG AN Bintarti, Bambang EHB ISSN 6-38 3 DOBEL SOLVEN UNTUK EKTRAKSI KONSENTRAT LOGAM TANAH JARANG AN Bintarti, Bambang EHB Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN ABSTRAK DOBEL SOLVEN UNTUK EKSTRAKSI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas kimia (50,100, 250, dan 500 ml), ph indikator, gelas ukur 100 ml, thermometer, kaca arloji,

Lebih terperinci

PEMILIHAN SOLVEN UNTUK EKSTRAKSI KONSENTRAT La HASIL OLAH PASIR MONASIT

PEMILIHAN SOLVEN UNTUK EKSTRAKSI KONSENTRAT La HASIL OLAH PASIR MONASIT Suyanti dan MV Purwani ISSN 0216-3128 257 PEMILIHAN SOLVEN UNTUK EKSTRAKSI KONSENTRAT La HASIL OLAH PASIR MONASIT Suyanti dan MV Purwani Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN ABSTRAK PEMILIHAN

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian studi pendahuluan reaksi konversi selulosa jerami padi menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas telah muncul sebagai salah satu logam yang paling mahal dengan mencapai harga tinggi di pasar internasional. Kenaikan harga emas sebanding dengan peningkatan permintaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Pengambilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Prosedur Penelitian 1. Epoksidasi Minyak Jarak Pagar

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Prosedur Penelitian 1. Epoksidasi Minyak Jarak Pagar METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : minyak jarak pagar, asam Akrilat (Sigma), natrium hidrogen karbonat (E.Merck), natrium sulfat anhydrous (E.Merck),

Lebih terperinci

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH J. Ris. Kim. Vol. 5, No. 2, Maret 12 OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Imelda, Zaharasmi Kahar, Maria Simarmata, dan Djufri Mustafa Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci