Jurnal Kimia Indonesia
|
|
- Leony Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Kimia Indonesia Vol. (), 2006, h. -6 Pemisahan Serium dari Mineral Monasit dengan Teknik SLM Bertingkat Aminudin Sulaeman, Buchari, dan Ummy Mardiana 2 Kimia Analitik, FMIPA, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 0 Bandung 4032, Indonesia 2 AAK BTH Tasikmalaya, Jawa Barat amin@chem.itb.ac.id Abstrak. Serium (IV) telah berhasil dipisahkan dari mineral monasit melalui dua tahap proses membran cair berpendukung (supported liquid membrane, SLM). Pada SLM tahap pertama logamlogam tanah jarang (LTJ) dipisahkan secara serentak dari larutan hasil destruksi mineral monasit dengan NaOH. Pada SLM tahap kedua serium dipisahkan dari fasa penerima SLM pertama dengan terlebih dahulu dioksidasi menjadi Ce(IV). Larutan carrier yang digunakan pada penelitian ini merupakan campuran TBP dan D2EHPA dengan komposisi 0,25 M dan 0,75 M dalam pelarut kerosen. Selanjutnya larutan carrier tersebut diamobilkan pada membran PTFE yang mempunyai ukuran pori 0,5 m, sebagai fasa penerima digunakan larutan HCl. Pada penelitian ini oksidasi Ce(III) menjadi Ce(IV) dilakukan dengan menggunakan campuran HClO 4 dan HCl. Pada kondisi tersebut jumlah Ce(IV) yang dipindahkan ke fasa penerima sangat sedikit dibandingkan dengan ion LTJ (III) lainnya, ion Ce(IV) tetap tinggal pada fasa penerima sehingga dapat dipisahkan dari LTJ(III) lainnya. Faktor-faktor yang dipelajari untuk mengoptimalkan pemisahan Ce(IV) dari ion LTJ(III) adalah, dengan memvariasikan: ph fasa umpan, konsentrasi total ion LTJ pada fasa umpan dan konsentrasi HCl pada fasa penerima. Nilai parameter-parameter tersebut yang memberikan hasil pemisahan serium (IV) terbaik diperoleh pada: ph fasa umpan 3,0 dan konsentrasi total ion LTJ dalam fasa umpan 2000 ppm. Pada kondisi tersebut kemurnian garam serium berhasil ditingkatkan dari 54,8 % menjadi 9,8 %. Selain itu dengan meningkatnya konsentrasi asam pada fasa penerima, laju pemisahan serium (IV) dari ion LTJ(III) lainnya juga semakin meningkat. Kata kunci: serium, mineral monasit, SLM Pendahuluan Serium merupakan salah satu logam tanah jarang (LTJ) yang cukup penting dalam aplikasi komersial. Serium banyak digunakan sebagai bahan oksidator, katalis, batu pemantik api, polishing ketelitian tinggi, pewarna gelas, keramik dan cat. Salah satu mineral utama serium adalah monasit (Ln,Th)PO 4 yang banyak terdapat di sekitar kepulauan Bangka, Belitung, dan Singkep. Monasit saat ini diperoleh sebagai hasil samping pada pengolahan timah. Agar monasit menjadi bahan yang bernilai ekonomis tinggi maka perlu diolah lebih lanjut. Pemisahan dan pemurnian serium dari monasit masih sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelompok LTJ mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika yang mirip. Penelitian dan pengembangan teknik ekstraksi dan pemisahan LTJ masih perlu dilakukan mengingat sampai saat ini belum ada metode yang benar-benar handal untuk memisahkan antar unsur-unsur tersebut. Masalah ini memerlukan perhatian yang serius karena kebutuhan terhadap LTJ antara lain serium terus meningkat baik dalam jumlah maupun kemurniannya. Salah satu teknik pemisahan yang berkembang saat ini adalah pemisahan dengan teknik membran cair berpendukung (supported liquid membrane, SLM). Teknik ini dikembangkan dari teknik ekstraksi pelarut, yaitu dengan mengamobilkan zat pengekstraksi (carrier) pada suatu membran polimer berpori, dengan cara ini selain keselektifan transpor menjadi meningkat, juga jumlah pengekstraksi yang diperlukan menjadi sangat sedikit (kurang dari % dari yang diperlukan pada ekstraksi pelarut biasa. Dalam penelitian ini, pemisahan serium dengan teknik SLM, menggunakan carrier campuran tributil fosfat (TBP) dan asam di(2-etilheksil)fosfat (D2EHPA), dengan membran pendukung menggunakan membrane polytetrafluoroethylene (PTFE) yang berukuran pori 0,5 m. Pada SLM tahap pertama LTJ dipisahkan dari unsur-unsur non LTJ, kemudian larutan LTJ yang diperoleh Dapat dibaca di
2 Sulaeman, Buchari dan Ummy Mardiana dari fasa penerima SLM- tersebut dioksidasi dengan asam perklorat. Pada SLM tahap kedua, Ce(IV) dipisahkan dari LTJ lainnya. Serium dengan bilangan oksidasi +4 mempunyai sifat yang berbeda dengan ion lantanida (III) yang lainnya, terutama dalam hal kemampuannya pada pembentukan senyawa kompleks dengan suatu ligan. Keadaan ini membuka peluang untuk dijadikan sebagai dasar pemisahan Ce(IV) dari Ln(III) lainnya. Dalam penelitian ini akan dipelajari lebih lanjut mengenai pengaruh variasi ph fasa umpan, konsentrasi total LTJ pada fasa umpan dan konsentrasi HCl pada fasa penerima, terhadap pemisahan dan kemurnian produk Ce(IV) yang dihasilkan.. Percobaan Bahan dan peralatan. Larutan carrier terdiri dari campuran D2EHPA (di-(2-ethylhexyl) phosphoric acid) dan TBP (tri-butyl phosphate) dalam pelarut kerosen yang semuanya merupakan produksi Aldrich Chemicals Co, USA. Larutan carrier selanjutnya diamobilkan pada membran pendukung PTFE berpori. Membran pendukung yang telah mengandung carrier tersebut selanjutnya digunakan untuk memisahkan antara fasa umpan dan fasa penerima. Komposisi D2EHPA dan TBP yang digunakan adalah 0,25 M : 0,75 M. Larutan LTJ disiapkan dengan melarutkan sejumlah oksida lantanida dalam asam klorida dalam labu takar. Bahan-bahan kimia lain yang digunakan dalam penelitian ini, semuanya berkualitas p.a. kecuali jika disebutkan lain. Peralatan SLM yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 tabung dari bahan fleksiglas yang digabungkan, antara kedua tabung tersebut diberi lubang dengan diameter 3,4 cm untuk menempatkan membran pendukung. Pemantauan konsentrasi ion LTJ selama proses berlangsung, untuk cuplikan LTJ tunggal dilakukan dengan mengukur serapan larutan fasa umpan atau fasa penerima, pada 535 nm dengan terlebih dahulu dibuat kompleks berwarna dengan alizarin sulfonat pada ph 4,5. Sedangkan untuk cuplikan LTJ campuran dilakukan dengan menggunakan ICP-AES, Shimadzu AS-6. Kebolehulangan percobaan dicek dengan mengambil rata-rata hasil eksperimen dari dua kali pengulangan. Prosedur kerja. Penyiapan SLM. Larutan carrier terdiri dari campuran D2EHPA dan TBP dalam pelarut kerosen. Membran cair berpendukung disiapkan dengan cara merendam membran plat-sheet FTFE yang berukuran pori 0,5 m pada larutan carrier selama jam Destruksi monasit. Sejumlah cuplikan monasit digerus dalam mortar baja, kemudian diayak dengan ayakan 00 mesh, kemudian ditimbang dan dicampur dengan NaOH dengan perbandingan :, selanjutnya dimasukkan ke dalam bom-teflon dan disimpan dalam oven pada suhu 200 o C selama 2 jam. Leburan yang diperoleh dilarutkan dalam labu takar liter sambil diasamkan dengan HCl sampai ph = 3 kemudian ditandabataskan dengan air. Endapan yang terbentuk disaring dan filtratnya ditampung untuk dijadikan fasa umpan SLM-. SLM-. Disiapkan satu set SLM, yang terdiri dari dua tabung yang diimpitkan dengan di antaranya diberi lubang tempat dipasangnya membran pendukung. Membran tersebut juga berfungsi sebagai pemisah antara fasa umpan dan fasa penerima yang masing-masing volumenya00 ml. Proses dijalankan dengan mengaduk kedua bagian tabung secara sinkron selama 300 menit. Larutan fasa penerima SLM- selanjutnya dijadikan sebagai bahan fasa umpan SLM-2 Oksidasi Ce(III) Ce(IV). Oksidasi Ce(III) Ce(IV) dari larutan fasa penerima SLM- menggunakan larutan HClO 4 pekat dan HCl pada suhu 40 o C selama 20 menit. Larutan hasil oksidasi ini selanjutnya digunakan sebagai fasa umpan pada SLM-2 SLM-2. Pengerjaan dilakukan seperti pada bagian SLM- dimana bagian tabung fasa umpan diisi 00 ml larutan hasil oksidasi yang ph dan konsentrasinya telah diatur sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan tabung bagian fasa penerima diisi 00 ml larutan HCl dengan konsentrasi sesuai yang dikehendaki. Hasil pemisahan diperoleh dari bagian fasa umpan setelah proses dijalankan selama 300 menit. Penentuan komposisi LTJ dalam fasa umpan dan fasa penerima dicek dengan ICP-AES Hasil dan Pembahasan Metode destruksi monasit yang lakukan pada penelitian ini adalah metode destruksi dengan basa. Dipilihnya metode destruksi dengan basa ini, karena thorium dapat dipisahkan sejak awal melalui pengaturan ph larutan. Pada ph larutan =3 thorium(iii) mengendap dan dapat dipisahkan dari lantanida(iii) seperti ditunjukkan dalam reaksi berikut ini. 6 NaOH(s) + (Th,Ln)(PO 4 ) 2 (s) 2Na 3 PO 4 (aq) + Th(OH) 3 (s) + Ln(OH) 3 (aq) 2 Jurnal Kimia Indonesia Vol. (), 2006
3 Pemisahan Serium dari Mineral Monasit dengan Teknik SLM Bertingkat Pemisahan Ce(III) dari LTJ(III) lainnya tanpa perlakuan khusus sangat sukar dilakukan karena ion-ion tersebut mempunyai sifat kimia dan fisika yang sangat mirip terutama dalam pelarut air. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh ukuran jari-jari ion yang kecil dan hampir sama (semuanya mempunyai elektron terluar pada orbital 5f), bermuatan besar (+3), dengan demikian dalam air sama-sama mengalami hidrasi yang kuat. Namun demikian, serium memiliki sifat anomali dibandingkan dengan LTJ lainnya, yaitu serium merupakan satu-satunya LTJ yang dapat mempunyai bilangan oksidasi +4, seperti ditunjukkan pada reaksi berikut ini. 2 ClO H + Cl H 2 O E o =,52 V Ce 3+ Ce 4+ + e E o = -,44 V 2ClO Ce H + Cl 2 + 8H 2 O E o =,52 V Pada tingkat oksidasi +4 serium mempunyai sifat yang berbeda jika dibandingkan dengan LTJ (III) lainnya. Perbedaan tersebut antara lain dalam hal perubahan kemampuannya dalam membentuk senyawa kompleks dengan suatu ligan. Kemampuan membentuk senyawa kompleks ion Ce(IV) dengan carrier (TBP dan D2EHPA) menjadi berkurang jika dibandingkan dengan Ce(III) atau LTJ (III) lainnya, hal ini ditunjukkan dengan tidak dipindahkannya dengan baik ion Ce(IV) melalui SLM yang menggunakan carrier (campuran TBP dan D2EHPA). Perubahan sifat serium ini dapat dijadikan dasar pemisahan antara serium dari LTJ lainnya. Optimasi oksidasi Ce(III) Ce(IV). Parameter yang dipelajari untuk optimasi proses oksidasi Ce(III) Ce(IV) adalah suhu dan waktu proses oksidasi. Pengaruh suhu dan waktu proses oksidasi terhadap fraksi Ce(IV) yang terbentuk ditunjukkan pada Gambar dan 2 berikut ini: Fraksi Ce(IV) Suhu ( o C) Gambar. Pengaruh suhu oksidasi terhadap jumlah fraksi Ce(IV) yang terbentuk Fraksi Ce(IV) waktu (menit) Gambar 2. Pengaruh waktu oksidasi terhadap jumlah fraksi Ce(IV) yang terbentuk Pada Gambar ditunjukkan bahwa pengamatan dilakukan pada rentang suhu antara 80 o C - 60 o C. Dengan semakin meningkatnya suhu yang diberikan pada proses oksidasi, jumlah Ce(IV) yang terbentuk terus meningkat hingga suhu mencapai 40 o C, tetapi setelah suhu 40 o C, peningkatan suhu selanjutnya tidak menambah lagi jumlah pembentukan ion Ce(IV). Hal serupa juga ditunjukkan pada Gambar 2, yaitu tentang pengaruh waktu pemanasan terhadap jumlah Ce(IV) yang terbentuk. Pada waktu proses 0-20 menit jumlah ion Ce(IV) terus meningkat, tetapi setelah waktu proses lebih dari 20 menit, jumlah ion Ce(IV) yang terbentuk tidak menunjukkan penambahan yang berarti. Dari data-data tersebut diperoleh informasi kondisi optimum untuk proses oksidasi Ce(III) Ce(IV) dicapai pada suhu proses 40 o C dan dengan waktu proses 20 menit. Pengaruh ph terhadap laju transpor ion Ce(IV), La(III), Nd(III), Gd(III) dan Lu(III) melalui SLM. Pengaruh variasi ph fasa umpan terhadap transpor ion Ce(IV), La(III), Nd(III), Gd(III) dan Lu(III) melalui SLM dipelajari dari ph 2 4. Pemilihan rentang ph ini didasarkan pada data-data penelitian sebelumnya, dimana pada ph larutan di bawah ph 2 dan di atas ph 4 transpor LTJ melalui SLM tidak begitu baik. Gambar 3 menunjukkan pengaruh ph fasa umpan terhadap fraksi konsentrasi masing-masing ion LTJ dalam fasa umpan. Pada Gambar 3 ditunjukkan bahwa untuk ke lima ion LTJ yang dipelajari, yang paling dipengaruhi sifat transpornya oleh variasi ph fasa umpan adalah ion La(III). Transpor La(III) melalui SLM mula-mula rendah dan dengan naiknya ph fasa umpan terus meningkat dan mencapai maksimum pada ph fasa umpan = 3, dan pada ph larutan umpan > 3 kembali transpornya berkurang. 3
4 Sulaeman, Buchari dan Ummy Mardiana C/Co Waktu (menit) Ce(IV) La(III) Nd(III) Gd(III) Lu(III) Gambar 4. Pola perpindahan ion ion Ce(IV), La(III), Nd(III), Gd(III), dan Lu(III) melalui SLM, pada ph fasa umpan = 3., carrier campuran TBP: D2EHPA 0.25 M : 0,75 M, fasa penerima larutan HCl,0 M Hal sebaliknya terjadi pada pola transpor ion Ce(IV). Dengan bertambahnya ph larutan umpan, transpornya sedikit berkurang dan mencapai minimum pada ph = 3, pada ph larutan umpan > 3 transpornya sedikit meningkat. Sedangkan untuk ketiga ion LTJ lainnya yaitu Nd(III), Gd(III) dan Lu(III) pada rentang ph larutan umpan antara 2 dan 3 laju transpornya relatif tidak banyak berubah. Yang ingin dicapai pada penelitian ini mendapatkan kondisi untuk memisahkan ion Ce(IV) dari ion-ion LTJ lainnya dengan baik. Proses pemisahan Ce(IV) yang baik diperoleh jika ion Ce(IV) tidak dipindahkan sedangkan ion LTJ lainnya dipindahkan dengan baik ke fasa penerima, atau dengan kata lain diperoleh suatu kondisi dimana ion Ce(IV) dipindahkan minimum sedangkan ion LTJ lainnya maksimum. Keadaan tersebut dicapai pada nilai ph fasa umpan = 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. Pada Gambar 4, pola perpindahan ion-ion LTJ melalui SLM, ditunjukkan bahwa ion Ce(IV) tidak mengalami perpindahan dengan baik; tampak ada sedikit ion Ce(IV) yang dipindahkan. Hal itu kemungkinan disebabkan oleh adanya ion Ce(IV) yang tereduksi menjadi ion Ce(III), sedangkan ion LTJ(III) lainnya dipindahkan ke fasa penerima dengan laju yang hampir sama. Berdasarkan data di atas, terbukti bahwa dengan teknik SLM ion Ce(IV) dapat dipisahkan dengan baik dari ion LTJ(III) lainnya. C/Co Molaritas HCl pada fasa penerima, M Ce(IV) La(III) Nd(III) Gd(III) Lu(III) Gambar 5. Pengaruh konsentrasi HCl pada fasa penerima terhadap fraksi ion Ce(IV), La(III), Nd(III), Gd(III), dan Lu(III) yang tertahan pada fasa umpan setelah diproses dengan SLM selama 300 menit, dengan ph fasa umpan = 3 Pengaruh konsentrasi HCl dalam fasa penerima terhadap perpindahan ion Ce(IV), La(III), Nd(III), Gd(III) dan Lu(III) melalui SLM. Peningkatan optimasi pemisahan ion Ce(IV) dari ion LTJ lainnya dicoba dengan memvariasikan konsentrasi HCl dalam fasa penerima, mulai dari konsentrasi 0,5 M hingga 3 M. Gambar 5 menunjukkan pengaruh variasi konsentrasi HCl terhadap fraksi konsentrasi masing-masing LTJ yang dipelajari dalam fasa umpan. Pada Gambar 5 ditunjukkan bahwa dengan semakin bertambahnya konsentrasi HCl dalam fasa penerima, jumlah ion LTJ yang dipindahkan juga meningkat. Hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya gradien ph antara fasa umpan dan fasa penerima sebagai pendorong perpindahan dan bertambahnya daya tampung dari fasa penerima terhadap ion-ion tanah jarang yang masuk. Namun demikian keadaan ini tidak mempengaruhi jumlah ion Ce(IV) yang dipindahkan, karena laju transpor ion Ce(IV) ditentukan oleh bisa tidaknya membentuk kompleks netral dengan senyawa carrier, sehingga tetap tidak dipindahkan. Namun demikian fenomena tersebut tetap akan meningkatkan kemurnian Ce(IV) yang diperoleh, karena perbandingan jumlah ion Ce(IV) terhadap jumlah ion LTJ lainnya dalam fasa umpan (target produk) semakin meningkat, selain itu juga untuk mencapai tingkat kemurnian produk yang sama diperlukan waktu yang lebih pendek. 4 Jurnal Kimia Indonesia Vol. (), 2006
5 Pemisahan Serium dari Mineral Monasit dengan Teknik SLM Bertingkat Pengaruh konsentrasi LTJ dalam fasa umpan terhadap perpindahan ion Ce(IV), La(III), Nd(III), Gd(III), dan Lu(III) melalui SLM. Berdasarkan informasi dari pengaruh variasi konsentrasi HCl dalam fasa penerima terhadap perpindahan ion LTJ melalui SLM. Maka penelitian selanjutnya diarahkan kepada bagaimana cara meningkatkan efisiensi proses pemisahan. Yang dimaksud dengan efisiensi proses pemisahan di sini adalah keadaan yang dapat memberikan produk yang banyak, dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang relatif murah. Hal tersebut antara lain bisa dicapai dengan meningkatkan konsentrasi LTJ dalam fasa umpan, dan hal ini akan sangat tergantung pada kelarutan ionion LTJ tersebut dan kemurnian produk yang ingin diperoleh. Komposisi ion LTJ dalam fasa penerima SLM- (larutan induk fasa umpan SLM-2) adalah sebagai berikut: Ce(III) 235 ppm; La(III) 267 ppm; Nd(III) 330 ppm; Gd(III) 22 ppm dan Lu(III) 43 ppm dan total = 3897 ppm. Komposisi tersebut dalam penelitian ini merupakan konsentrasi tertinggi, maka variasi konsentrasi LTJ dalam fasa umpan dilakukan dengan cara mengatur jumlah volume larutan induk kemudian diatur phnya = 3 dan diencerkan sampai 00 ml, selanjutnya dimasukkan ke tabung fasa umpan. Volume larutan induk yang dipipet ke fasa umpan adalah : 25, 50, 75, dan 90 ml. Gambar 6 menunjukkan pengaruh variasi konsentrasi LTJ dalam fasa umpan terhadap fraksi C/Co Volume larutan induk (ml) Ce(IV) La(III) Nd(III) Gd(III) Lu(III) Gambar 6. Pengaruh konsentrasi LTJ pada fasa umpan terhadap fraksi ion Ce(IV), La(III), Nd(III), Gd(III), dan Lu(III) yang tertahan pada fasa umpan setelah diproses dengan SLM selama 300 menit, dengan ph fasa umpan = 3 dan konsentrasi HCl pada fasa penerima 3 M konsentrasi Ce(IV), La(III), Nd(III), Gd(III) dan Lu(III) yang tertinggal dalam fasa umpan. Pada Gambar 6 tampak bahwa pada volume pemipetan larutan induk 25 ml dan 50 ml atau konsentrasi total LTJ = 973 dan 945 ppm, tidak memberikan perbedaan yang berarti pada komposisi LTJ dalam fasa umpan (larutan produk). Tetapi pada volume pemipetan larutan induk yang lebih besar (75 dan 90 ml) terlihat adanya penurunan % Ce(IV) dalam larutan produk yang disebabkan oleh terbatasnya daya tampung dari fasa penerima. Maka konsentrasi maksimum LTJ dalam fasa umpan untuk fasa penerima yang menggunakan larutan HCl 3 M adalah sekitar 2000 ppm. 00% 80% 60% 40% 20% 0% Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa, pada volume pemipetan 25 dan 50 ml larutan induk (3897 ppm) dalam satu kali proses SLM-2 konsentrasi Ce(IV) dapat ditingkatkan dari 54,8 % menjadi 9,85 dan 9,4 %. Kesimpulan Asal 25 ml 50 ml 75 ml 90 ml Gambar 7. Pengaruh volume pemipetan (Konsentrasi LTJ) dalam fasa umpan terhadap % komposisi LTJ dalam fasa umpan (produk) setelah diproses dengan SLM selama 300 menit, dengan ph fasa umpan =3 dan konsentrasi HCl pada fasa penerima 3 M Teknik SLM dapat digunakan untuk memisahkan ion LTJ dari ion non-ltj dalam satu kali proses dengan baik. Dengan teknik ini serium dapat dipisahkan dari ion LTJ lainnya dengan terlebih dahulu dioksidasi menjadi ion Ce(IV). Dalam satu kali tahap proses SLM, kemurnian ion Ce(IV) dapat ditingkatkan dari 54,8 % menjadi 9,8 %. Lu Gd Nd La Ce 5
6 Sulaeman, Buchari dan Ummy Mardiana Pustaka. Sulaeman, A., Disertasi Doktor. Departemen Kimia ITB; Bandung, Kopunec, R.; Benitiz, JC., J of Radioanalytical and Nuclear Chemistry, 99, 50(2), Gaiwad, A.G., Chem. Biochem. Eng. Q., 2003, 7 (4), Setiawan, B.; Kuntjara, U. Dirctorate of Mineral resources of Indonesia in Proceeding of 5 th Seminar Geology and Evaluation of Kuroko and Rare Earth Mineral resources, Bitter, J.G.A. Transport Mechanisms in Membrane Separation Processes. Plenum Press; New York, Jurnal Kimia Indonesia Vol. (), 2006
KEMURNIAN DAN NILAI FAKTOR PEMISAHAN TRANSPOR UNSUR La TERHADAP UNSUR Nd, Gd, Lu DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG
KEMURNIAN DAN NILAI FAKTOR PEMISAHAN TRANSPOR UNSUR La TERHADAP UNSUR Nd, Gd, Lu DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG Djabal Nur Basir Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar
Lebih terperinciPEMUNGUTAN LANTANUM DARI MINERAL MONASIT BANGKA DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG BERTINGKAT
PEMUNGUTAN LANTANUM DARI MINERAL MONASIT BANGKA DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG BERTINGKAT T 546.411 6 BAS (20041845) Metode yang dikembangkan untuk pemisahan dan pemurnian unsur tanah jarang saat
Lebih terperinciPENENTUAN KONDISI OPTIMUM PADA PEMISAHAN SERIUM (IV) DARI MINERAL MONASIT MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG TUBULAR MEMBRAN
PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PADA PEMISAHAN SERIUM (IV) DARI MINERAL MONASIT MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG TUBULAR MEMBRAN Vina Amalia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kondisi
Lebih terperinciSelektifitas Transpor Lantanum Dari Mineral Monasit Dengan Teknik Supported Liquid Membrane
Indonesia Chimica Acta, ISSN 2085-014X Vol. 2 No. 1, Juni 2009 Selektifitas Transpor Lantanum Dari Mineral Monasit Dengan Teknik Supported Liquid Membrane Djabal Nur Basir* Jurusan Kimia FMIPA, Universitas
Lebih terperinciPERMEABILITAS MEMBRAN TRANSPOR CAMPURAN UNSUR TANAH JARANG (La, Nd, Gd, Lu) MENGGUNAKAN CARRIER (TBP : D2EHPA) MELALUI SUPPORTED LIQUID MEMBRANE
PERMEABILITAS MEMBRAN TRANSPOR CAMPURAN UNSUR TANAH JARANG (La, Nd, Gd, Lu) MENGGUNAKAN CARRIER (TBP : D2EHPA) MELALUI SUPPORTED LIQUID MEMBRANE Djabal Nur Basir Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas
Lebih terperinciI.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang Monasit merupakan salah satu mineral yang banyak mengandung unsur logam tanah jarang (LTJ) atau logam dari golongan lantanida. Keberadaan
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Deskripsi Cara Penelitian Penelitian ini dimulai dengan tahap penelusuran literatur pendukung, perumusan topik, percobaan secara laboratorium dan penyusunan disertasi.
Lebih terperinciBab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan
Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran
Lebih terperinciMEKANISME TRANSPOR LANTANUM MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG (SLM) DENGAN PENGEMBAN CAMPURAN D2EHPA (ASAM DI-(2- ETILHEKSIL) FOSFAT) DAN TBP
MEKANISME TRANSPOR LANTANUM MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG (SLM) DENGAN PENGEMBAN CAMPURAN D2EHPA (ASAM DI-(2- ETILHEKSIL) FOSFAT) DAN TBP (TRIBUTIL FOSFAT) (SINERGI, PEMBENTUKAN KOMPLEKS DAN KARAKTERISASINYA)
Lebih terperinciPreparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.
Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan
Lebih terperinci3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).
3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA PENGOMPLEKS PADA FASA PENERIMA TERHADAP PEMISAHAN LOGAM PERAK DENGAN TEKNIK SLM (SUPPORTED LIQUID MEMBRANE)
Berkarakter Melalui Pembelajaran Inovatif. Aula Handayani IKIP Mataram 14 ktober 2017. ISSN 2598-1978 PENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA PENGMPLEKS PADA FASA PENERIMA TERHADAP PEMISAHAN LGAM PERAK DENGAN TEKNIK
Lebih terperinciEKSTRAKSI Th, La, Ce DAN Nd DARI KONSENTRAT Th LOGAM TANAH JARANG HASIL OLAH PASIR MONASIT MEMAKAI TBP
MV. Purwani, dkk. ISSN 0216 3128 47 EKSTRAKSI Th, La, Ce DAN Nd DARI KONSENTRAT Th LOGAM TANAH JARANG HASIL OLAH PASIR MONASIT MEMAKAI TBP MV Purwani, Suyanti dan Dwi Biyantoro P3TM BATAN ABSTRAK EKSTRAKSI
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE), atau rare
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE), atau rare earth (RE) adalah kelompok 17 elemen logam, yang mempunyai sifat kimia yang mirip, yang terdiri
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Kapasitas Adsorpsi Resin Hasil Impregnasi Kapasitas adsorpsi resin Amberlite-XAD16 terhadap beberapa ekstraktan melalui impregnasi dengan metode basah dan metode kering
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia
Lebih terperinciOPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH
J. Ris. Kim. Vol. 5, No. 2, Maret 12 OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Imelda, Zaharasmi Kahar, Maria Simarmata, dan Djufri Mustafa Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan
Lebih terperinciPENGARUH HNO 3 DAN KBrO 3 PADA PEMBUATAN KONSENTRAT Ce, La DAN Nd DARI PASIR MONASIT
194 PENGARUH HNO 3 DAN KBrO 3 PADA PEMBUATAN KONSENTRAT Ce, La DAN Nd DARI PASIR MONASIT MV Purwani dan Suyanti PPPTM BATAN ABSTRAK PENGARUH HNO 3 DAN KBrO 3 PADA PEMBUATAN KONSENTRAT Ce, La DAN Nd DARI
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi
Lebih terperinciRECOVERY PERAK DARI LIMBAH FOTOGRAFI MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG DENGAN SENYAWA PEMBAWA ASAM DI-2-ETIL HEKSILFOSFAT (D2EHPA)
Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 2007, Hal. : 98-103 RECOVERY PERAK DARI LIMBAH FOTOGRAFI MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG DENGAN SENYAWA PEMBAWA ASAM DI-2-ETIL HEKSILFOSFAT (D2EHPA) M. C. Djunaidi, D.
Lebih terperinciRECOVERY PERAK DARI LIMBAH FOTOGRAFI MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG DENGAN SENYAWA PEMBAWA ASAM DI-2-ETIL HEKSILFOSFAT (D2EHPA)
RECOVERY PERAK DARI LIMBAH FOTOGRAFI MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG DENGAN SENYAWA PEMBAWA ASAM DI-2-ETIL HEKSILFOSFAT (D2EHPA) Oleh : Syamsul Anwar J2C002168 RINGKASAN Perak merupakan suatu logam berharga,
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah
30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN SENYAWA PENGEMBAN GABUNGAN TERHADAP PEMISAHAN LOGAM PERAK DENGAN TEKNIK SLM (SUPPORTED LIQUID MEMBRANE)
Berkarakter Melalui embelajaran Inovatif. Aula Handayani IKI Mataram 14 ktober 2017. ISSN 2598-1978 ENGARUH ENGGUNAAN SENYAWA ENGEMBAN GABUNGAN TERHADA EMISAHAN LGAM ERAK DENGAN TEKNIK SLM (SURTED LIQUID
Lebih terperinciPENGARUH ELEKTROLIT HNO3 DAN HCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN SEBAGAI ION CARRIER
PENGARUH ELEKTROLIT HNO3 DAN HCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN ASAM p-t-butilkaliks[]arena-tetrakarboksilat SEBAGAI ION CARRIER Andi Dzulviana
Lebih terperinciLampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida
LAMPIRAN Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida 53 Lampiran 2. Aplikasi Dosis Herbisida Selama 1 Musim Tanam No Blok Kebun Petak Luas (Ha) Aplikasi 1 (Liter) Aplikasi 2 (Liter) Ametryn 2,4-D
Lebih terperinciPEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3
PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3 Triastuti Sulistyaningsih, Warlan Sugiyo, Sri Mantini Rahayu Sedyawati
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,
24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 s/d juni 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di perkebunan PT. Asam Jawa Kecamatan Torgamba, Kabupaten
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.
LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH Berikut diuraikan prosedur analisis contoh tanah menurut Institut Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. Pengujian Kandungan
Lebih terperinciPENENTUAN DAYA SERAP ARANG AKTIF TEKNIS TERHADAP IODIUM SECARA POTENSIOMETRI
PENENTUAN DAYA SERAP ARANG AKTIF TEKNIS TERHADAP IODIUM SECARA POTENSIOMETRI Noor Yudhi. (*) ABSTRAK-PENENTUAN DAYA SERAP ARANG AKTIF TEKNIS TERHADAP IODIUM SECARA POTENSIOMETRI. Telah dilakukan penentuan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciL A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA
L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA 1. Larutan Elektrolit 2. Persamaan Ionik 3. Reaksi Asam Basa 4. Perlakuan Larutan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Lingkup Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Preparasi sampel dan ekstraksi fraksi nano Percobaan Jerapan Fosfat
15 BAHAN DAN METODE Lingkup Penelitian Penelitian ini terdiri atas eksplorasi bahan induk tuf volkan, seleksi dan ekstraksi fraksi nano bermuatan dari bahan tuf volkan serta karakterisasi jerapannya terhadap
Lebih terperinciLarutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.
Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Peniadaan perubahan ph tersebut dikenal sebagai aksi dapar.
Lebih terperinciPEMULIHAN (RECOVERY) DAN PEMISAHAN SELEKTIF LOGAM BERAT (Zn, Cu dan Ni) DENGAN PENGEMBAN SINERGI MENGGUNAKAN TEKNIK SLM
PEMULIHAN (RECOVERY) DAN PEMISAHAN SELEKTIF LOGAM BERAT (Zn, Cu dan Ni) DENGAN PENGEMBAN SINERGI MENGGUNAKAN TEKNIK SLM M. Cholid Djunaidi, Mudji Triatmo, Gunawan, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan
dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans
Lebih terperinciPemisahan Unsur Samarium dan Yttrium dari Mineral Tanah Jarang dengan Teknik Membran Cair Berpendukung (Supported Liquid Membrane)
Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7, No. 1, hal. 15-23, 29 ISSN 1412-564 Pemisahan Unsur Samarium dan Yttrium dari Mineral Tanah Jarang dengan Teknik Membran Cair Berpendukung (Supported Liquid
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Organik Universitas Lampung.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray
Lebih terperinciBAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September
BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,
Lebih terperinciDirendam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Bahan katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah zeolit alam yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat dan phospotungstic acid (HPW, H 3 PW 12 O 40 )
Lebih terperinciTRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH
J. Ris. Kim. Vol. 1 No. 1, September 2007 TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Olly Norita Tetra, Admin Alif, Hermansyah A dan Emriadi Laboratorium Elektrokimia/Fotokimia, Jurusan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Spektrometer serapan atom ( Perkin-Elmer tipe Aanalyst 100 ) - Tungku karbon ( Perkin-Elmer
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,
Lebih terperinciPengaruh Pelarut dan Temperatur terhadap Tranport Europium (III) melalui Membran Cair Berpendukung
Jurnal Matematika dan Sains Vol. 8 No. 4, Desember 2003, hal 151 156 Abstrak Pengaruh Pelarut dan Temperatur terhadap Tranport Europium (III) melalui Membran Cair Berpendukung Buchari, Eti Testiati, dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri
Lebih terperinciPERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT
I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama adalah pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi diikuti dengan karakterisasi elektroda yang
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Jalan Ganesha no.10 Bandung. 3.2.Alat Pada penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara
Lebih terperinciMODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan
MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit
Lebih terperinciPERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.
A B PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi. Dasar Teori Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum
BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan Pengenceran Suatu Larutan B. Tujuan praktikum Melatih menggunakan labu ukur di dalam membuat pengenceran atau suatu larutan. 1 BAB II METODE A. Alat dan Bahan Alat:
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinci3 Metodologi Percobaan
3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.
Pengaruh Dosis Koagulan PAC Dan Surfaktan SLS Terhadap Kinerja Proses Pengolahan Limbah Cair Yang Mengandung Logam Besi (), Tembaga (), Dan kel () Dengan Flotasi Ozon Eva Fathul Karamah, Setijo Bismo Departemen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012
23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2010 sampai Maret 2011 di Laboratorium Bagian Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB dan di Laboratory of Applied
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral Puslit Geoteknologi LIPI Bandung. Analisis proksimat dan bilangan organik dilaksanakan di laboratorium
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas kimia (50,100, 250, dan 500 ml), ph indikator, gelas ukur 100 ml, thermometer, kaca arloji,
Lebih terperinciEKSTRAKSI BERTINGKAT PEMISAHAN Th DAN Nd DARI KONSENTRAT Th-LTJ OKSALAT HASIL OLAH PASIR MONASIT MENGGUNAKAN TBP
Suyanti, dkk. ISSN 216 3128 87 EKSTRAKSI BERTINGKAT PEMISAHAN Th DAN Nd DARI KONSENTRAT Th-LTJ OKSALAT HASIL OLAH PASIR MONASIT MENGGUNAKAN TBP Suyanti dan M.V Purwani P3TM BATAN ABSTRAK EKSTRAKSI BERTINGKAT
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas
Lebih terperinciPengendapan. Sophi Damayanti
Titrasi Pengendapan 1 Sophi Damayanti 1. Proses Pelarutan Senyawa ionik dan ionik Dalam keadaan padat: kristal Struktur kristal: Gaya tarik menarik, gaya elektrostatik, ikatan hidrogen dan antaraksi dipol-dipol
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciReaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3
Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 April 2016 dan selesai pada tanggal 10 September 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2013 dan berakhir pada bulan Desember 2013.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Riset Material dan Pangan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, UPI. Penelitian ini dilakukan menggunakan sel elektrokoagulasi
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.
Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air. Nitrogen - Distilasi dari 50 ml ke 25 ml - Tambahkan MnSO4 1 tetes - Tambahkan Clorox 0,5 ml - Tambahkan Phenat 0,6 ml - Diamkan ± 15 menit
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Ligan H AdBP dan H SbBP Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa H AdBP dan H SbBP berdasarkan metode Jensen yang telah dimodifikasi. CH 3 1 H H H 3 CH 3 -H H
Lebih terperinciPEMISAHAN Ce DAN Nd MENGGUNAKAN RESIN DOWEX 50W-X8 MELALUI PROSES PERTUKARAN ION
ISSN 1410-6957 PEMISAHAN Ce DAN Nd MENGGUNAKAN RESIN DOWEX 50W-X8 MELALUI PROSES PERTUKARAN ION Dwi Biyantoro, Kris Tri Basuki, Muhadi AW PTAPB BATAN, Yogyakarta ABSTRAK PEMISAHAN Ce DAN Nd MENGGUNAKAN
Lebih terperinciDIJESTI TORIUM PIROFOSFAT MENJADI TORIUM HIDROKSIDA
Suyanti, dkk. ISSN 0216-3128 141 DIJESTI TORIUM PIROFOSFAT MENJADI TORIUM HIDROKSIDA Suyanti dan MV. Purwani Pusat Teknolgi Akselerator dan Proses Bahan Jl. Babarsari PO BOX 6101 ykbb Yogyakarta 55281
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan januari hingga maret 2008 percobaan skala 500 mililiter di laboratorium kimia analitik Institut Teknologi Bandung. III.2
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciLampiran 2. Prosedur Analisis Logam Dalam Sedimen dengan metode USEPA 3050B (APHA, 1992)
L A M P I R A N Lampiran 1. Data Kualitas Perairan St. Lokasi Koordinat Kedalaman Temperatur Bujur Lintang (m) (0C) Salinitas 1 Muara Angke 106.7675-6.1035 3.1 27.6 2 2 Laut 106.744-6.0939 3.2 29.7 10
Lebih terperinci