BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Persiapan Adsorben Cangkang Gonggong Cangkang gonggong yang telah dikumpulkan dicuci bersih dan dikeringkan dengan matahari. Selanjutnya cangkang gonggong yang telah kering dihancurkan menggunakan mesin hot press. Setelah hancur berbentuk potongan kecil kecil, cangkang gonggong di crushing agar menjadi bubuk menggunakan alat rod mill. Bubuk yang dihasilkan, diayak sampai menghasilkan ukuran 140 mesh. Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan suhu optimum yang akan di pakai pada penelitian ini. Pertama, sampel cangkang gonggong yang dihasilkan, di masukkan sebanyak 5 gram setiap sampelnya kedalam suhu 110 C, 500 C, dan 800 C. Kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 110 C dan furnance dengan suhu 500 C dan 800 C selama 4 jam. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.1 yaitu : (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 (a) Adsorben tanpa aktivasi; (b) Adsorben teraktivasi suhu 110 C; (c) Adsorben teraktivasi suhu 500 C; (d) Adsorben suhu 800 C 26

2 27 Adsorben yang dihasilkan pada suhu aktivasi 110 C memiliki bentuk butiran halus dan warna yang sama dengan tanpa aktivasi atau sebelum pemanasan. Hal ini dikarenakan belum adanya proses kalsinasi karbonasi, belum adanya perubahan sifat dari cangkang gonggong tersebut. Adsorben yang dihasilkan pada suhu aktivasi 500 C setelah pemanasan didalam furnance selama 4 jam memiliki perubahan warna dari sebelum pemanasan yaitu abu kehitaman yang merupakan hasil dari proses karbonasi. Pada aktivasi 800 C cangkang gonggong yang telah di furnance memiliki warna putih tulang seperti proses sebelum pemanasan. Hal ini dikarenakan telah terjadi proses kalsinasi, yaitu tidak terlihat lagi adsorben yang berwarna kehitaman akibat pemanasan. Langkah selanjutnya adalah pengujian dengan membandingkan suhu aktivasi 110 C, 500 C dan 800 C, untuk mendapatkan suhu optimum, dengan tujuan untuk dibandingkan dengan adsorben cangkang gonggong tanpa aktivasi. Dilanjutkan dengan proses identifikasi material cangkang gonggong menggunakan alat Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk mengetahui gugus fungsi yang ada pada adsorben aktivasi suhu optimum dan tanpa aktivasi. Pada tahap akhir, pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan massa,waktu dan optimum pada penyerapan logam Timbal (Pb 2+ ) buatan akan digunakan untuk mengetahui kemampuan penjerapan adsorben pada variasi konsentrasi yang mengacu pada SNI tentang Cara Uji Timbal (Pb) Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala. Selanjutnya, melakukan perhitungan pemodelan isoterm Langmuir dan Freundlich untuk mengetahui penyerapan maksimum pada adsorben cangkang gonggong terhadap logam berat Timbal (Pb 2+ ) buatan.

3 Uji Aktivasi Suhu Optimum Pada uji aktivasi suhu optimum dilakukan percobaan dengan menambahkan adsorben cangkang gonggong sebanyak 50 mg untuk aktivasi suhu 110 C,500 C dan 800 C dan tanpa aktivasi yang dimasukkan kedalam gelas erlenmayer 250 ml yang berisi larutam logam timbal (Pb) dengan konsentrasi 10 ppm sebanyak 50 ml pada kondisi 6 dengan pengaturan menggunakan larutan HNO 3 dan NaOH dan dilakukan pengadukan 120 menit dan kecepatannya 150 rpm dengan menggunakan magnetic stirrer. Kemudian dilakukan penyaringan dengan pemakaian kertas saring no.42 untuk memisahkan adsorben dengan larutan sebelum dilakukan pengujian AAS. Sampel Tabel 4.1 Data Uji Aktivasi Suhu Adsorben Cangkang Gonggong (gr) Aktivasi Suhu Removal Non Aktivasi 0,05 9,7 0,198 97,97 6,03 7,6 110 C 0,05 9,7 0,234 97,60 6,05 7,6 500 C 0,05 9,7 0,161 98,35 6,04 7,7 800 C 0,05 9,7 0,393 95,97 6,01 7,5 Removal Non Act Non Act Gambar 4.2 Grafik Uji Suhu Aktivasi Adsorben Gonggong

4 29 Dari hasil uji suhu aktivasi adsorben cangkang gonggong dalam penyerapan timbal (Pb) bahwa didapatkan hasil uji suhu aktivasi optimum terdapat pada suhu 500 C dapat dilihat dari Gambar 4.2 dibandingkan dengan suhu aktivasi lainnya seperti 110 C, 800 C dan tanpa aktivasi. Hal ini dikarenakan pengaruh dari proses aktivasi suhu dimana terbukanya pori pori adsorben akibat dari pemanasan adsorben yang meningkatkan daya serap adsorben dan logam timbal (Pb 2+ ) yang terjerap akan meningkat. Pada suhu aktivasi 800 C terjadi penurunan dikarenakan luas permukaan adsorben pada proses pengaktivan suhu telah tertutup karena peningkatan suhu diatas suhu spesifiknya akan memutuskan ikatan antara ion logam timbal (Pb 2+ ) dengan permukaan adsorben, oleh karena itu dalam penyerapan timbal dapat mengadsorpsi kecil. Kenaikan daya adsorpsi pada suhu 500 C yang akan digunakan sebagai suhu optimum dan dibandingkan dengan suhu tanpa aktivasi pada logam timbal (Pb 2+ ). 4.3 Karakterisasi Adsorben Cangkang Gonggong Karakterisasi FTIR (Fourier Transform Infrared) Karakterisasi dilakukan dengan cangkang gonggong dengan tujuan untuk mengetahui karakter dan sifat yang akan diteliti. Ada beberapa cara untuk mengkarakterisasi adsorben, yaitu dengan mengetahui bentuk adsorben, luas permukaannya serta mengetahui kadar airnya. Pada penelitian ini, adsorben cangkang gonggong ini akan dikarakterisasi menggunakan FTIR. Tujuan dari FTIR adalah untuk mengetahui gugus fungsi yang ada pada adsorben. Adsorben yang dipakai pada penelitian ini adalah cangkang gonggong dalam menjerap logam timbal (Pb 2+ ). Metode yang digunakan yaitu pengaktifan suhu yang bertujuan untuk memperluas permukaan, dan membuang produksi pengotor pada adsorben.

5 30 Aktivasi 500 C Tanpa Aktivasi Adsorben suhu 500 C Adsorben tanpa aktivasi Gambar 4.3 Karakterisasi Adsorben Cangkang Gonggong Aktivasi Suhu 500 C dan tanpa aktivasi Hasil dari uji FTIR pada Gambar 4.3 menunjukkan pada suhu tanpa aktivasi dan suhu 500 C adanya pita dari gugus hidroksil (OH) pada bilangan gelombang 3434,54 tanpa aktivasi dan 3468,56 aktivasi suhu 500 C. Pita ini menunjukkan adanya gugus OH terisolasi yang merupakan situs basa yang dibentuk melalui kalsinasi CaO (Kouzu et al, 2008). Gugus fungsi OH dengan puncak tajam merupakan karakteristik dari CaO standar (Ruiz dkk, 2009). Adanya gugus OH yang terkandung belum bisa dipastikan bahwa sampel yang diuji merupakan CaO karena Ca(OH) 2 juga merupakan dari karakteristik puncak tajam. Menurut Granados dkk (2007) bahwa adanya gugus OH dari Ca(OH) 2 sehingga memungkinkan bahwa puncak tersebut menunjukkan keberadaan air yang teradsorb pada permukaan CaO dimana CaO sangat mudah menyerap uap air dari udara. Ukuran partikel CaO sangat mempengaruhi kapasitas penyerapan CO 2, dimana semakin kecil ukuran CaO maka akan semakin besar day adsorpsinya terhadap CO 2 dikarenakan luas permukaan yang semakin besar (Agrinier dkk,2001). Gugus fungsi yang hilang pada gonggong aktivasi suhu 500 yaitu nitril (C = N), asam karboksilat (C O) dan cincin aromatik (C H) dikarenakan proses aktviasi suhu yang berlangsung.

6 31 Tabel 4.2 Interpretasi Gugus Fungsi FTIR Cangkang Gonggong Range Frekuensi (cm -1 ) Frekuensi (cm-1) Gonggong Tanpa Aktivasi Frekuensi (cm-1) Gonggong Aktivasi Gugus Senyawa , ,56 NH 2 Primary Amides , ,07 CH 3 and CH 2 Aliphatic Compounds , ,46 NH 3+ Amines Hydrohalides ,38 PH Phosphines , ,32 C = O Carbonyl compounds ,65 OH Carboxylic ompounds ,75 NH Secondary amides ,54 C O C Aliphatic ethers ,68 875,85 1,2,4 Trisubst benzenes ,76 712,76 Ar OH Phenols ,79 O C = O Carboxyxlic acids (Sumber : Joseph B. Lambert, dkk. Introduction to organic spectroscopy, Macmilan Publ. N. Y (1987)) Karakterisasi SEM (Scanning Electron Microscope) SEM merupakan salah satu tipe mikroskop elektron yang mampu menghasilkan resolusi tinggi dari gambaran suatu permukaan sampel. SEM mempunyai karakteristik secara kualitatif dalam dua dimensi karena menggunakan elektron sebagai pengganti gelombang cahaya serta berguna untuk menentukan struktur permukaan sampel. Material yang dikarakterisasi SEM yaitu berupa lapisan tipis yang memiliki ketebalan 20 µm dari permukaan. Gambar topografi permukaan berupa tonjolan, lekukan dan ketebalan lapisan tipis dari penampang melintangnya (Mulder,1996).

7 32 Karakterisasi dengan menggunakan SEM memungkinkan untuk mengetahui bentuk dan bagaimana keadaan pori dari adsorben cangkang gonggong. Hasil uji SEM dilakukan dengan perbesaran kali dengan perbandingan adsorben cangkang gonggong tanpa aktivasi dan aktivasi suhu 500 C. Dapat dilihat pada Gambar 4.4 untuk pengujian SEM pada adsorben cangkang gonggong tanpa aktivasi dan Gambar 4.5 aktivasi suhu 500 C yaitu : Gambar 4.4 Uji SEM Tanpa Aktivasi dengan Perbesaran x Gambar 4.5 Uji SEM Aktivasi Suhu 500 C dengan Perbesaran x

8 33 Dapat dilihat bahwa adanya perbedaan bentuk pada permukaan adsorben cangkang gonggong yaitu, terlihat pada adsorben cangkang gonggong tanpa aktivasi memiliki permukaan pori yang lebih besar dibanding suhu aktivasi 500 C yang telah diperbesar x. Namun untuk mengetahui komposisi adsorben cangkang gonggong tanpa aktivasi dan aktivasi suhu 500 C dapat dilihat dari Gambar 4.6 hasil uji EDS tanpa aktivasi dan Gambar 4.7 hasi uji EDS suhu aktivasi 500 C yaitu : Gambar 4.6 Hasil Uji EDS Tanpa Aktivasi Gambar 4.7 Hasil Uji EDS Suhu Aktivasi 500 C

9 34 Berdasarkan komposisi unsur hasil spektrum EDS pada Gambar 4.6 tanpa aktivasi unsur yang terkandung yaitu Oksigen (O) 80,00, Kalsium (Ca) 20 dan Terulium (Te) 0 diperkirakan telah terjadi proses oksidasi. Pada Gambar 4.7 menunjukkan hasil untuk uji EDS aktivasi suhu 500 C unsur yang dimiliki yaitu O 79,9, Ca 20,1 dan Te 0, dari kedua gambar tersebut hanya memiliki sedikit perbedaan dalam komposisi yaitu pada O 0,01 dan Ca 0, Uji Optimum Selanjutnya masukkan kedalam gelas beaker 250 ml dengan pengaturan 6 dan dilakukan pengadukan selama 120 menit pada kecepatan 150 rpm menggunakan magnetic stirrer, untuk mengontrol gunakan larutan HNO 3 dan NaOH. Tahap akhir sebelum dilakukan pengujian AAS yaitu dengan melakukan penyaringan menggunakan kertas saring no.42 untuk memisahkan adsorben larutan. Cara kerja tersebut dilakukan untuk aktivasi maupun tanpa aktivasi pada adsorben cangkang gonggong. No. (gr) Tabel 4.3 Data Uji Adsorben Gonggong Gonggong Tanpa Aktivasi Suhu Removal 1 0,05 10,8 0,201 98,14 6 6,8 2 0,1 10,8 0,158 98,54 6,03 6,9 3 0,2 10,8 0,116 98,93 6,04 6,9 4 0,3 10,8 0,082 99,24 6,02 6,9 5 0,4 10,8 0,039 99,64 6,01 6,9 Gonggong Teraktivasi 500 C 1 0,05 10,8 0,321 97,03 6,02 7,1 2 0,1 10,8 0,19 98,24 6,03 7,0 3 0,2 10,8 0,159 98,53 6,04 7,0 4 0,3 10,8 0,088 99,19 6,02 6,8 5 0,4 10,8 0,02 99,81 6,02 6,8

10 35 Dari Tabel 4.3 dan Gambar 4.4 ini menunjukkan bahwa daya adsorpsi terbesar pada massa 0,4 gram pada adsorben tanpa aktivasi dengan removal 99,64 dan 0,4 gram pada adsorben suhu aktivasi removal 99,81. Dapat dilihat dari jumlah logam timbal (Pb 2+ ) yang terjerap pada variasi massa yang telah dilakukan, bahwa semakin berat massa adsorben cangkang gonggong maka jumlah logam timbal (Pb 2+ ) yang terjerap efisiensinya semakin tinggi. Removal Pb (gr) Teraktivasi Tanpa Aktivasi Gambar 4.8 Grafik Uji Adsorben Gonggong Terlihat pada Gambar 4.8 bahwa dari kedua grafik tersebut semakin berat massa adsorben maka semakin besar logam timbal (Pb 2+ ) yang terjerap. Dari kedua grafik diatas, terlihat adsorben dalam menjerap logam timbal (Pb 2+ ) lebih besar removal tanpa aktivasi dibandingkan aktivasi suhu 500 C. Pada pengujian selanjutnya, massa yang digunakan adalah 50 mg dengan tingkat kemampuan adsorben tanpa aktivasi 98 dan 97 aktivasi, dikarenakan pada massa tersebut sudah mampu melakukan penjerapan dengan baik, dan dapat efisien dalam penggunaan adsroben cangkang gonggong. 4.5 Uji Optimum Selanjutnya dilakukan pengujian optimum dengan memasukkan massa optimum 50 mg dan dimasukkan kedalam beaker gelas 250 ml yang berisi larutan logam timbal (Pb 2+ ) dengan konsentrasi 10 ppm sebanyak 50 ml. Variasi uji dilakukan dengan bermacam variasi diantaranya 4, 5, 6, 7 dan 8 dengan

11 36 No pengaturan menggunakan larutan NaOH dan HNO 3 dengan pengadukan dilakukan selama 120 menit dengan kecepatan 150 rpm dan menggunakan magnetic stirrer. Selanjutnya, dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring no.42 untuk memisahkan adsorben dengan larutan sebelum pengujian AAS dengan panjang gelombang217 nm untuk logam timbal (Pb). (gr) Tabel 4.4 Data Uji Optimum Adsorben Gonggong Rencana Gonggong Tanpa Aktivasi 60 menit 120 menit Removal 1 0, ,06 6,72 9,7 1,042 89,31 2 0,05 5 5,01 5 6,94 9,7 0,964 90,11 3 0,05 6 6,01 6 7,47 9,7 0,904 90,72 4 0, ,97 9,7 1,051 89,21 5 0, ,02 8,24 9,7 0,994 89,80 Gonggong Teraktivasi 500 No. (gr) Rencana 60 menit 120 menit Removal 1 0,05 4 4,06 4,02 6,57 9,7 1,041 89,32 2 0, ,01 6,74 9,7 0,971 90,03 3 0, ,03 7,22 9,7 0,867 91,10 4 0, ,52 9,7 0,941 90,34 5 0, ,16 9,7 0,997 89,77 Setiap 60 menit dalam 120 menit dilakukan pengecekan agar tetap stabil dengan yang diinginkan. Terlihat pada tabel 4.4 bahwa serapan timbal dipengaruhi oleh awal larutan, hal ini dapat terlihat pada 4 menunjukkan bahwa penyerapan timbal lebih kecil dibandingkan dengan penyerapan lainnya. Terjadinya penyerapan timbal lebih kecil mungkin disebabkan yaitu pada rendah gugus fungsional pada permukaan cangkang gonggong dikelilingi oleh asam atau ion H +, kemudian adanya persaingan antara H + dengan Pb 2+ untuk berinteraksi dengan gugus fungsional pada permukaan cangkang gonggong, dan adanya pengaruh cangkang gonggong mengandung banyak kalsium (CaO) dan bersifat basa. Pada 7 8 peningkatan serapan timbal relatif tidak terlalu besar

12 37 dan mengalami penurunan hingga serapan cangkang gonggong yang optimum terjadi pada 6. Removal Pb Gonggong Tanpa Aktivasi Gonggong Teraktivasi 500 Gambar 4.9 Grafik Uji Adsorben Gonggong Dari Tabel 4.4 dan Gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa dari 4 6 mengalami peningkatan dan semakin tinggi dalam penyerapan logam timbal (Pb 2+ ). Hal ini dikarenakan jumlah ion H + berkurang dan permukaan cangkang gonggong terionisasi dengan melepas ion H + dan permukaan cangkang gonggong menjadi negatif. Pada 7 dan 8 mengalami penurunan dalam penyerapan logam timbal(pb 2+ ) dikarenakan telah terjadi pembentukan Pb(OH) 2 yang mengendap. Sehingga pada peneltian digunakan optimum yaitu pada 6 dengan kemampuan adsorben removal 90,72 adsorben tanpa aktivasi dan 91,10 adsorben suhu aktivasi. 4.6 Uji Waktu Kontak Optimum yang digunakan dari sebelumnya adalah 50 mg dan dimasukkan kedalam gelas beaker 250 ml yang berisi larutan logam timbal (Pb 2+ ) sebanyak 50 ml dengan pengaturan 6 dengan konsentrasi 10 ppm. Variasi waktu yang digunakan yaitu 15, 30, 60, 90 dan 120 menit pada pengadukan 150 rpm dengan menggunakan alat magnetic stirrer dan Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan adsorben gonggong dengan larutan dengan menggunkan kertas sarin no.42 sebelum melakukan pengujian AAS.

13 38 No. (gr) Tabel 4.5 Data Uji Waktu Kontak Adsorben Gonggong Waktu (menit) Rencana Aktivasi suhu 500 Removal 1 0, ,07 7,6 9, ,00 2 0, ,03 7,56 9, ,00 3 0, ,32 9, ,00 4 0, ,02 7,2 9, ,00 5 0, ,02 7,32 9, ,00 No. (gr) Waktu (menit) Rencana Tanpa Aktivasi Removal 1 0, ,47 9, ,00 2 0, ,46 9, ,00 3 0, ,47 9, ,00 4 0, ,37 9, ,00 5 0, ,43 9, ,00 Hasil pengujian variasi waktu kontak adsorben cangkang gonggong pada larutan logam timbal (Pb 2+ ) dapat dilihat pada Tabel 4.5 bahwa removal telah terserap 100. Hal ini kemungkinan telah terjerap adsorben cangkang gonggong semuanya, karena massa yang kecil yaitu 50 mg, dan juga bisa telah mengalami pengendapan dikarenakan uji waktu kontak terlalu lama. Pengendapan ini mempengaruhi interaksi cangkang gonggong dengan ion timbal (Pb) dalam larutan dimana semakin banyak ion timbal (pb) lebih dulu mengalami pengendapan di dalam larutan semakin berkurang, sehingga ion timbal (Pb) yang terserap oleh cangkang gonggong semakin berkurang, maka serapan yang terukur akan meningkat. tingginya serapan oleh cangkang gonggong bukan disebabkan karena penyerapan oleh cangkang gonggong melainkain karena lebih dulu mengendap. Pada penelitian selanjutnya digunakan sebagai waktu optimum yaitu 15 menit dikarenakan pada uji efsiensi akan menggunakan konsentrasi logam timbal (Pb 2+ ) yang lebih tinggi sehingga dipilih waktu yang paling lama untuk hasil yang lebih optimum.

14 Uji Efisiensi Kemampuan Adsorben Uji efisiensi kemampuan adsorben dilakukan dengan variasi konsentrasi larutan logam timbal (Pb 2+ ) yaitu 50, 100, 150, 200, 250 dan 300 ppm sebanyak 50 ml dengan massa optimum 50 mg, dengan pengaturan 6 dan waktu pengadukan dilakukan selama 120 menit dengan kecepatan 150 rpm. Selanjutnya, melakukan penyaringan sebelum melakukan pengujian AAS dan dilanjutkan dengan pembacaan data untuk melakukan kemampuan penyerapan maksimal adsorben terhadap logam timbal (Pb 2+ ) dari variasi konsentrasi. Langkah kerja tersebut dilakukan baik untuk aktivasi maupun tanpa aktivasi pada adsorben cangkang gonggong. Logam Cd Rencana Tabel 4.6 Data Uji Variasi Adsorben Gonggong Inlet (ppm) Gonggong Tanpa Aktivasi Suhu (gr) Removal 50 54,115 0,05 6,00 6, ,8 0,05 6,00 6,00 5, ,41 0,05 6,00 6,00 5, ,39 0,05 6,00 6,00 6, ,915 0,05 6,00 6,00 10, ,375 0,05 6,00 6,00 14, Logam Cd Rencana Inlet (ppm) Gonggong Aktivasi Suhu 500 (gr) Removal 50 54,115 0,05 6,00 6,00 0, ,8 0,05 6,00 6,00 5, ,41 0,05 6,00 6,00 8, ,39 0,05 6,00 6, ,915 0,05 6,00 6, ,375 0,05 6,00 6,00 20,43 93

15 40 Removal (ppm) Gonggong Tanpa Aktivasi Suhu Gonggong Aktivasi Suhu 500 Gambar 4.10 Grafik Uji Variasi Adsorben Gonggong Hasil percobaan variasi konsentrasi pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.10 menunjukkan pada konsentrasi ppm semakin menurun dikarenakan kemampuan adsorben berkurang dalam proses penjerapan. Pada konsentrasi 200 dan 250 suhu aktivasi 500 C mengalami peningkatan removal. Hal ini disebabkan terjadi proses pengendapan, timbal (Pb) dimana serapan yang terukur akan meningkat. Adsorben suhu tanpa aktivasi memiliki keunggulan dalam proses penjerapan sampai konsentrasi 150 dengan removal 94 dibanding dengan aktivasi dengan removal 93, dari Gambar 4.6 terlihat pada grafik bahwa antara adsorben tanpa aktivasi maupun suhu aktivasi dalam penyerapan timbal hanya berbeda 1 saja. Dapat disimpulkan bahwa adsorben tanpa aktivasi maupun suhu aktivasi mampu menjerap logam timbal (Pb) dengan baik dengan konsentrasi optimum pada 150 ppm. 4.8 Isoterm Adsorpsi Menggunakan Langmuir dan Freundlich Model isoterm adsorpsi yang terjadi pada adsorben cangkang gonggong terhadap logam timbal (Pb 2+ ) dapat diketahui dengan melakukan pengujian persamaan regresi linear isotorm adsorpsi langmuir yaitu dengan menghubungkan antara nilai konsentrasi adsorbat pada saat kesetimbangan (Ce) serta konsentrasi adsorbat saat kesetimbangan per banyaknya zat yang terjerap per satuan adsorben

16 41 (Ce/Qe) dan isoterm adsorpsi freundlich yaitu dengan memplotkan antara ln Ce dan ln Qe sehingga diperoleh persamaan garis dan nilai regresi linear. Faktor faktor yang dapat mempengaruhi dalam proses adsorpsi yaitu luas permukaan adsorben, jenis zat yang diserap, jenis adsorben, suhu adsorpsi, dan konsentrasinya. Tabel 4.7 Perhitungan Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Adsorben Cangkang Gonggong Tanpa Aktivasi Variasi Adsorben (mg) Volume Larutan (ml) Variasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu (C0) (Ce) Selisih (ΔC) Presentase penyisihan Teradsobsi (x) Langmuir Qe (mg/g) 1/Qe 1/Ce ,8 5,297 95, ,41 5, , ,39 6, , ,915 10, , ,375 14, ,7 94,75 95,18 96,57 95,85 95,21 4,8 95,5 0,010 0,189 5,9 117,5 0,009 0,168 8,9 177,1 0,006 0,159 12,1 242,4 0,004 0,095 14,5 290,7 0,003 0,068

17 42 Tabel 4.8 Perhitungan Isoterm Adsorpsi Freundlich pada Adsorben Cangkang Gonggong Tanpa Aktivasi Variasi Adsorben (mg) Volume Larutan (ml) Variasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu (C0) (Ce) Selisih (ΔC) Presentase penyisihan Teradsobsi (x) Freundlich Qe (mg/g) Log Qe Log Ce ,8 5,297 95, ,41 5, , ,39 6, , ,915 10, , ,375 14, ,7 94,75 95,18 96,57 95,85 95,21 4,8 95,5 1,980 0,724 5,9 117,5 2,070 0,774 8,9 177,1 2,248 0,799 12,1 242,4 2,385 1,021 14,5 290,7 2,464 1,165 Dari Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 yang diolah berdasarkan model isoterm langmuir dan freundlich diperoleh kurva pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 berikut :

18 Isotherm Langmuir y = x R² = / Qe /Ce Variasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu Gambar 4.11 Grafik Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Adsorben Cangkang Gonggong Tanpa Aktivasi terhadap Timbal (Pb 2+ ) Log Qe Linear (Variasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu) y = x R² = Log Ce Variasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu Linear (Variasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu) Gambar 4.12 Grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich pada Adsorben Cangkang Gonggong Tanpa Aktivasi terhadap Timbal (Pb 2+ ) Dari Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 bahwa penentuan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich dapat diketahui dengan cara melihat nilai R 2 yang mendekati 1. Hasil perbandingan nilai R 2 dari persamaan isoterm adsorpsi

19 44 langmuir dan freundlich tanpa aktivasi menunjukkan bahwa persamaan isoterm freundlich memiliki nilai R 2 mendekati 1 yaitu sebesar 0,8619, sedangkan nilai R 2 isoterm adsorpsi langmuir hanya 0,8294. Dalam persamaan Freundlich diasumsikan bahwa terdapat lebih dari satu lapisan (multilayer) dan sisinnya bersifat heterogen. Tabel 4.9 Perhitungan Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Adsorben Cangkang Gonggong Aktivasi Suhu 500 C Variasi Adsorben (mg) Volume Larutan (ml) Variasi Adsorban Aktivasi Suhu 500 (C0) (Ce) Selisih (ΔC) Presentase penyisihan Teradsobsi (x) Langmuir Qe (mg/g) 1/Qe 1/Ce ,115 0,816 53, ,8 5,123 95, ,41 8,97 114, , , , , ,375 20,43 284,9 98,49 94,92 92,73 100,00 100,00 93,31 2,665 53,3 0,019 1,225 4,784 95,7 0,010 0,195 5, ,4 0,009 0,111 9, ,4 0,005 #DIV/0! 12, ,9 0,004 #DIV/0! 14, ,9 0,004 0,049

20 45 Tabel 4.10 Perhitungan Isoterm Adsorpsi Freundlich pada Adsorben Cangkang Gonggong Aktivasi Suhu 500 C Variasi Adsorben (mg) Volume Larutan (ml) Variasi Adsorban Aktivasi Suhu (C0) (Ce) Selisih (ΔC) Presentase penyisihan Teradsobsi (x) Freundlich Qe (mg/g) Log Qe Log Ce ,115 0,816 53, ,8 5,123 95, ,41 8,97 114, , , , , ,375 20,43 284,9 98,49 94,92 92,73 100,00 100,00 93,31 2,665 53,3 1,727-0,088 4,784 95,7 1,981 0,710 5, ,4 2,059 0,953 9, ,4 2,263 #NUM! 12, ,9 2,403 #NUM! 14, ,9 2,455 1,310

21 46 Dari Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 yang diolah berdasarkan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich diperoleh kurva pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 berikut: /Qe y = x R² = /Ce Variasi Adsorban Aktivasi Suhu 500 Linear (Variasi Adsorban Aktivasi Suhu 500) Gambar 4.13 Grafik Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Adsorben Cangkang Gonggong Aktivasi Suhu 500 C terhadap Timbal (Pb 2+ ) Log Qe y = x R² = Log Ce Variasi Adsorban Aktivasi Suhu Linear (Variasi Adsorban Aktivasi Suhu) Gambar 4.14 Grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich pada Adsorben Cangkang Gonggong Aktivasi Suhu 500 C terhadap Timbal (Pb 2+ )

22 47 Pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13 menunjukkan bahwa adsorben cangkang gonggong aktivasi suhu 500 C, hasilnya lebih ke isoterm Langmuir dengan nilai grafik Langmuir lebih besar dari nilai R 2 grafik Freundlich,yaitu nilai Langmuir R 2 = 0,8741 dan nilai Freundlich R 2 = 0,0823. Hal ini menunjukan bahwa proses adsorpsi yang terjadi membentuk 1 lapisan dan dalam penyerapan hanya satu molekul adsorbet. Tabel 4.11 Pemodelan Isoterm Adsorpsi Antara Adsorben Cangkang Gonggong Tanpa Aktivasi dan Aktivasi Suhu 500 C Adsroben Langmuir Freundlich Qm (mg/g) Kl R 2 Kf (mg/g) 1/N R 2 Tanpa Aktivasi 28,736 2,103 0,8294 2,255 0,241 0,8619 Aktivasi 181,818 0,474 0,8741 2,440 0,252 0,0823 Pada persamaan freundlich dapat diasumsikan bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan setiap molekul mempunyai penyerapan yang berbeda beda dalam energi pengikat pada tiap sisi dimana proses adsorpsi di tiap sisi adsorpsi cendrung mengikuti persamaan isoterm Freundlich. Oleh karena itu dalam penentuan adsorpsi maksimum cangkang gonggong dihitung menggunakan isoterm Langmuir karena terdapat satu lapisan yang teradsorpsi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa daya serap maksimum adalah 181,8 mg/g.

LAMPIRAN LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN BIOSORBEN BAGLOG. Mempersiapkan bahan. Mengumpulkan limbah Baglog jamur yang akan digunakan

LAMPIRAN LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN BIOSORBEN BAGLOG. Mempersiapkan bahan. Mengumpulkan limbah Baglog jamur yang akan digunakan 55 LAMPIRAN LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN BIOSORBEN BAGLOG A. Persiapan Biosorben Baglog Mempersiapkan bahan Mengumpulkan limbah Baglog jamur yang akan digunakan Membuka kemasan Baglog jamur kemudian

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjelasan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah bambu dapat digunakan sebagai bahan baku adsorben serta pengaruh dari perbandingan bambu tanpa aktivasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM LAMPIRAN 56 57 LAMPIRAN Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) 1. Preparasi Adsorben Raw Sludge Powder (RSP) Mempersiapkan lumpur PDAM Membilas lumpur menggunakan air bersih

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) 1. Persiapan Bahan Adsorben Murni Mengumpulkan tulang sapi bagian kaki di RPH Grosok Menghilangkan sisa daging dan lemak lalu mencucinya dengan air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini : Latar belakang penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjelasan Umum Penelitian ini menggunakan lumpur hasil pengolahan air di PDAM Tirta Binangun untuk menurunkan ion kadmium (Cd 2+ ) yang terdapat pada limbah sintetis. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis Penentuan panjang gelombang maksimum (λ maks) dengan mengukur absorbansi sembarang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HasU Penelitian 4.1.1. Sintesis Zeolit mo 3«00 3200 2aiW 2400 2000 IMO l«m l«m I2«) 1000 100 600 430.0 Putri H_ kaolin 200 m_zeolit Gambar 11. Spektogram Zeolit A Sintesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini, terdapat metode yang dilakukan secara sistematis untuk menganalisis kapasitas adsorpsi lumpur PDAM Tirta Binangun Kulon Progo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORBEN CANGKANG GONGGONG

LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORBEN CANGKANG GONGGONG LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORBEN CANGKANG GONGGONG A. Persiapan Adsorben Cangkang Gonggong Cangkang gonggong di cuci bersih kemudian dikeringkan dengan panas matahari Cangkang gonggong dihancurkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L1.1 DATA HASIL PERCOBAAN Berikut merupakan gambar hasil analisa SEM adsorben cangkang telur bebek pada suhu aktivasi 110 0 C, 600 0 C dan 800 0 C dengan berbagai variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN LA.1 Pengaruh Konsentrasi Awal Terhadap Daya Serap Tabel LA.1 Data percobaan pengaruh konsentrasi awal terhdap daya serap Konsentrasi Cd terserap () Pb terserap () 5 58,2 55,2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L1.1 DATA HASIL PERCOBAAN BET Tabel L1.1 Data Hasil Analisa BET No Jenis Analisa Suhu (ᴼC) 110 500 800 1 Luas Permukaan (m 2 /g) 725,436 807,948 803,822 2 Volume pori (cc/g)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue 1. Larutan Induk Pembuatan larutan induk methylene blue 1000 ppm dilakukan dengan cara melarutkan kristal methylene blue sebanyak 1 gram dengan aquades kemudian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi 35 LAMPIRAN 2 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sesudah Aktivas 36 LAMPIRAN 3 Data XRD Pasir Vulkanik Merapi a. Pasir Vulkanik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan lumpur PDAM Tirta Binangun sebagai adsorben penyerap ion logam Kadmium (Cd 2+ ) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Kimia FT Unnes yang meliputi pembuatan adsorben dari Abu sekam padi (rice husk), penentuan kondisi optimum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan 29 Bab IV. Hasil dan Pembahasan Penelitian penurunan intensitas warna air gambut ini dilakukan menggunakan cangkang telur dengan ukuran partikel 75 125 mesh. Cangkang telur yang digunakan adalah bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L1.1 Yield 1 2 3 20 40 60 Tabel L1.1 Data Yield Raw Material 33 Karbon Aktif 15,02 15,39 15,67 Yield 45,53 46,65 47,50 L1.2 Kadar Air dengan Tabel L1.2 Data Kadar Air Cawan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L-1.1 DATA HASIL PERSIAPAN ADSORBEN Berikut merupakan hasil aktivasi adsorben batang jagung yaitu pengeringan batang jagung pada suhu tetap 55 C. L-1.1.1 Data pengeringan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Umum Pada penelitian ini, penurunan konsentrasi ion logam timbal (Pb 2+ ) sintetis dilakukan dengan menggunakan lumpur PDAM Tirta Binangun Kulon Progo. Lumpur PDAM Tirta

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 1.1 BILANGAN IODIN ADSORBEN BIJI ASAM JAWA Dari modifikasi adsorben biji asam jawa yang dilakukan dengan memvariasikan rasio adsorben : asam nitrat (b/v) sebesar 1:1, 1:2, dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5 Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet 1. Membuat larutan Induk Methyl Violet 1000 ppm. Larutan induk methyl violet dibuat dengan cara melarutkan 1 gram serbuk methyl violet dengan akuades sebanyak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei 2014, bertempat di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahanperubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Langkah Kerja Percobaan Adsorbsi Methylene Blue. Mempersiapkan alat dan bahan. Membersihkan lumpur dengan air kran

LAMPIRAN. Lampiran 1 Langkah Kerja Percobaan Adsorbsi Methylene Blue. Mempersiapkan alat dan bahan. Membersihkan lumpur dengan air kran LMPIRN Lampiran 1 Langkah Kerja Percobaan dsorbsi Methylene Blue. Preparasi dsorben Mempersiapkan alat dan bahan Membersihkan lumpur dengan air kran Mengeringkan lumpur dalam oven dengan suhu 100 0 C selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret dan Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 April 2016 dan selesai pada tanggal 10 September 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Red 1. Larutan Induk Larutan induk 1000 ppm dibuat dengan cara menimbang kristal methyl red sebanyak 1 gram, dilarutkan dalam etanol sebanyak 600 ml dan distirrer selama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, hasil uji kemampuan adsorpsi adsorben hasil pirolisis lumpur bio terhadap fenol akan dibahas. Kondisi operasi pirolisis yang digunakan untuk menghasilkan adsorben

Lebih terperinci

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 217 ADSORPSI

Lebih terperinci

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran 1. Gambar sekam padi Gambar sekam padi Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran. Adsorben sekam padi yang diabukan pada suhu suhu 500 0 C selama 5 jam dan 15 jam Gambar Sekam Padi Setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil penentuan kandungan oksida logam dalam abu boiler PKS Penentuan kandungan oksida logam dari abu boiler PKS dilakukan dengan menggvmakan XRF

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna bermuatan positif. Kation yang dihasilkan akan berinteraksi dengan adsorben sehingga terjadi penurunan intensitas warna. Penelitian ini bertujuan mensintesis metakaolin dari kaolin, mensintesis nanokomposit

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau selama kurang lebih 5

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna Adsorpsi Zat Warna Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna mg/l dibuat dengan melarutkan mg serbuk Cibacron Red dalam air suling dan diencerkan hingga liter. Kemudian dibuat kurva standar dari

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT

KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT ZULTINIAR, DESI HELTINA Jurusan Teknik Kimia,Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru 28293 ABSTRAK Konsentrasi fenol yang relatif meningkat

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN Anggit Restu Prabowo 2307 100 603 Hendik Wijayanto 2307 100 604 Pembimbing : Ir. Farid Effendi, M.Eng Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan adsorben dan uji kinerja adsorben tersebut untuk menyisihkan phenanthrene dari dalam air. 4.1 Pembuatan adsorben

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan I Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Riau selama 2 bulan (April s/d Juni 2009) 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Ratni Dewi 1, Fachraniah 1 1 Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Kehadiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Adsorpsi Untuk mengurangi kadar kontaminasi logam berat dalam air, dapat digunakan teknik adsorpsi. Proses penghilangan logam berat atau bukan logam berat seringkali menggunakan

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan bulan Juni 2014 Februari 2015 di Laboratorium Terpadu Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Balai Riset dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Terpadu Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan-Sumatera Utara dengan sampel yang diperoleh

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004). 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 13

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 19 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu. Bahan kimia yang digunakan di dalam penelitian ini antara lain arang aktif

Lebih terperinci

KAPASITAS ADSORPSI BENTONIT TEKNIS SEBAGAI ADSORBEN ION Cd 2+ CAPACITY OF ADSORPTION TECHNICAL BENTONITE AS ADSORBENT Cd 2+ IONS

KAPASITAS ADSORPSI BENTONIT TEKNIS SEBAGAI ADSORBEN ION Cd 2+ CAPACITY OF ADSORPTION TECHNICAL BENTONITE AS ADSORBENT Cd 2+ IONS KAPASITAS ADSORPSI BENTONIT TEKNIS SEBAGAI ADSORBEN ION Cd 2+ CAPACITY OF ADSORPTION TECHNICAL BENTONITE AS ADSORBENT Cd 2+ IONS Yuni Prasetiowati* dantoeti Koestiari Department of Chemistry, Faculty of

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Pengambilan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Menentukan Suhu dan Waktu Karbonisasi Pada penentuan suhu dan waktu karbonisasi yang optimum, dilakukan pemanasan sampel sekam pada berbagai suhu dan waktu pemanasan. Hasil

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan. konsentrasi awal optimum. abu dasar -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,11 mg/g - q%= 82%

Hasil dan Pembahasan. konsentrasi awal optimum. abu dasar -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,11 mg/g - q%= 82% konsentrasi awal optimum abu dasar -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,11 mg/g - q%= 82% zeolit -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,5 mg/g - q%= 90% Hubungan konsentrasi awal (mg/l) dengan qe (mg/g). Co=5-100mg/L. Kondisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Analisa Kadar Air Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Analisa Kadar Air Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN 1.1 Analisa Kadar Air Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa - Berat sampel = 1 gr - Suhu oven = 10C - Waktu pengeringan = 3 jam Tabel 7. Data Pengamatan Analisa Kadar Air Massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Sampel Buatan Pada prosedur awal membuat sampel buatan yang digunakan sebagai uji coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci