Investment Climate Monitoring Survey 6 th (2014)
|
|
- Budi Suhendra Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Investment Climate Monitoring Survey 6 th (2014) 1
2 Outline Presentasi Pengantar Pendahuluan Metodologi Temuan Utama Survei Hambatan dalam Melakukan Usaha Beberapa Temuan Lainnya Perizinan Usaha Infrastruktur Kepabeanan Administrasi Perpajakan Ketenagakerjaan Kepastian Regulasi Hubungan dengan BirokrasiBeberapa Temuan Lainnya Kesimpulan & Rekomendasi 2
3 Pendahuluan AIPEG menyelenggarakan Survey Monitoring Investment Climate ke- 6 untuk Kantor Wakil Presiden dan BKPM. Survey dilakukan pada Agustus December 2014 oleh LPEM-FEUI. Tujuan utama adalah untuk melihat perkembangan iklim investasi di Indonesia dan membandingkan temuan yang diperoleh dari sektor manufaktur dan jasa tahun 2014 dengan hasil Survey Monitoring Investment Climate ke-5 yang dilakukan LPEM FEUI tahun 2010 Survei ini juga memasukkan pengamatan terhadap dampak kebijakan terkait iklim investasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia pada Oktober 2013 (Paket Oktober). (Hasil bagian ini disajikan pada ringkasan eksekutif) 3
4 Metodologi Ada tiga survei yang berbeda: Perusahaan Manufaktur: 345 Perusahaan Jasa: 187 Kantor Notaris: 59 Dilakukan di 6 kota besar: Medan, Jabodatabek, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar Menggunakan 25 indikator untuk melihat kondisi iklim berusaha secara umum 4
5 Temuan Utama Survei 5
6 Hambatan Dalam Melakukan Usaha 6
7 Hambatan Usaha Sektor Manufaktur Faktor yang dinilai sebagai hambatan utama oleh sektor manufaktur: Ketidakstabilan makroekonomi Transportasi Listrik Perijinan dari Pemda Ketidakpastian kebijakan dan peraturan Hambatan ini relatif sama dengan hasil survei
8 Faktor hambatan usaha di sektor manufaktur yang dinilai mengalami perbaikan persepsi dibandingkan 2010 Air bersih, listrik, telekomunikasi dan internet dinilai relatif lebih baik dibandingkan tahun
9 Faktor yang dianggap lebih menghambat sektor manufaktur dibandingkan 2010 Dari 25 indikator, 21 indikator dinilai semakin menghambat usaha di tahun Faktor yang dinilai semakin menghambat usaha manufaktur: Perijinan dari pemerintah pusat Ketidakpastian kebijakan dan peraturan Perijinan dari pemerintah daerah Peraturan tenaga kerja dari pemerintah pusat dan daerah 9
10 Hambatan Usaha Sektor Jasa Faktor yang dinilai sebagai hambatan utama sektor jasa: Listrik Transportasi Ketidakstabilan makroekonomi Biaya keuangan Perijinan dari Pemda Hambatan ini relatif sama dengan hasil survei
11 Faktor hambatan usaha di sektor jasa yang dinilai mengalami perbaikan persepsi dibandingkan 2010 Pajak dan retribusi daerah, administrasi pajak, korupsi di pemerintah pusat dan pemda dinilai relatif lebih baik dibandingkan tahun
12 Faktor yang dinilai lebih menghambat usaha jasa dibandingkan 2010 Biaya keuangan, perijinan dari Pemda, ketidakpastian kebijakan dan peraturan, akses keuangan, perijinan dari pemerintah pusat dinilai semakin menghambat usaha jasa dibandingkan tahun
13 Beberapa Temuan Lainnya 13
14 Perizinan Usaha (Arah Perubahan Sejak 2010: Bervariasi) 14
15 Perizinan Usaha di Sektor Manufaktur Waktu pengurusan izin usaha di sektor manufaktur menjadi lebih baik yaitu antara hari kerja pada tahun 2010 menjadi hari kerja pada tahun 2014 Working Safety Permit Investment Permit Investment Principle License Nuisance Permit/HO Nuisance Permit/SITU Building Permit Environmental Permit Location Permit Company Registration Trade Permit Jumlah hari mendapatkan izin usaha (manufaktur) 15
16 Perizinan Usaha di Sektor Jasa Di sektor jasa, waktu pengurusan perizinan usaha menjadi lebih lama yaitu dari 9 sampai 18 hari kerja tahun 2010 menjadi 10 sampai 25 hari kerja tahun 2014 Jumlah hari mendapatkan izin usaha ( jasa) 16
17 Pendirian PT Waktu untuk pendirian PT pada tahun 2014 lebih cepat dibandingkan tahun 2010, yaitu dari 28 hari kerja menurun menjadi 11 hari kerja Prosedur 2010 Waktu (Hari Kerja) Prosedur 2014 Waktu (Hari Kerja) Pemesanan Nama ke Kemenhum dan HAM 3 Pembuatan Akte Pendirian Perusahaan di Notaris Membeli voucher dan Pemesanan Nama ke Kemenhum dan HAM Pembuatan Akte Pendirian Perusahaan di Notaris 1 Mendapatkan Surat Keterangan Domisili 2 Mendapatkan Surat Keterangan Domisili 3 Membuat Surat penyertaan Modal Membuat Surat penyertaan Modal Mengisi Data Perusahaan dalam sistem online Membayar pemesanan naman dan PNBP 1 sampai mendapat persetujuan dari Kemenhum dan HAM 3 Mengisi Data Perusahaan dalam sistem online 1 Membayar PNBP 1 Mendapat persetujuan dari Kemenhum dan HAM 5 Kemenhum dan HAM mengirimkan soft copy SK PT secara online 1 Mengirimkan dokumen fisik ke Kemenhum dan HAM 2 SK PT dicetak dan distempel oleh notaris 1 SK PT diterbitkan oleh Kemenhum dan HAM 7 Dokumen SK PT diterima oleh Notaris 7 Mengirimkan dokumen fisik ke Percetakan Negara 1 Total Waktu (hari kerja) 28 Total Waktu (hari kerja) 11 17
18 Infrastruktur (Arah Perubahan Sejak 2010: Bervariasi) 18
19 Waktu untuk mendapatkan jaringan utilitas Perusahaan Jasa merasakan waktu untuk mendapatkan sambungan listrik, telpon, air dan gas semakin lama di 2014 Bagi perusahaan manufaktur, waktu sambungan air dan gas semakin lama namun sambungan listrik dan telpon dirasakan lebih cepat Manufaktur (Jumlah Hari) Jasa (Jumlah Hari) 19
20 Kinerja Jaringan Utilitas Perusahaan manufaktur mengalami gangguan layanan listrik dan air yang lebih sedikit di 2014 dibandingkan tahun 2010, namun mengalami gangguan telpon yang lebih banyak. Dibandingkan 2010, frekuensi gangguan utilitas tahun 2014 di perusahaan jasa ada yang lebih sering dan ada yang lebih jarang, namun di perusahaan manufaktur, frekuensi ganguan semua utilitas menjadi lebih tinggi. Frekuensi Gangguan Layanan di Manufaktur Frekuensi Gangguan Layanan di Jasa 20
21 Kepabeanan (Arah Perubahan Sejak 2010: Bervariasi) 21
22 Waktu Pengurusan Impor Sedikit Membaik Proses impor melalui jalur hijau sedikit lebih cepat pada tahun 2014 dengan rata-rata 3 hari. Sebaliknya, proses di jalur merah sedikit lebih lama menjadi rata-rata 6 hari. 22
23 Pungutan tidak resmi di bea cukai berkurang Jumlah perusahaan yang mengaku sering mengalami pungutan tidak resmi berkurang dari 34% 2010 menjadi 21%
24 Persepsi Umum Terhadap Bea Cukai Sedikit Memburuk Dibandingkan 2010, lebih banyak perusahaan di 2014 yang merasa pengurusan bea cukai lebih lama, lebih kompleks dan lebih mahal 24
25 Administrasi Perpajakan (Arah Perubahan Sejak 2010: Positif) 25
26 Waktu Pengurusan Restitusi (Bulan) Waktu pengurusan restitusi pajak lebih singkat di tahun 2014 dibanding 2010, kecuali atas PPN bagi perusahaan jasa (stagnan). 26
27 Nilai Restitusi yang Disetujui (% Nilai yang Dimohonkan) Nilai permohonan restitusi pajak yang disetujui lebih tinggi di tahun 2014 dibanding 2010, kecuali atas PPN bagi perusahaan manufaktur. 27
28 Pembayaran Pungutan Tidak Resmi (% Responden yang Memohon Restitusi) Persentase responden pemohon restitusi yang membayar pungutan tidak resmi lebih rendah di tahun 2014 dibanding
29 Waktu untuk Mempersiapkan SPT (Hari) Time Spent (Days) Manufacturing Article 21/ Article 23/ Article 4 (2) Article 22: Import Article 22: Certain Industries' Sales Article 25 (Installment of Income Tax) VAT Out Services Article 21/ Article 23/ Article 4 (2) Article 22: Import Article VAT Out Waktu untuk mempersiapkan SPT lebih singkat di tahun 2014 dibanding 2010, kecuali atas SPT PPh Final bagi perusahaan jasa. 29
30 Keperluan Staf Penyusun SPT (Orang) Number of Staffs Manufacturing Article 21/ Article 23/ Article 4 (2) Article 22: Import Article 22: Certain Industries' Sales Article 25 (Installment of Income tax) VAT Out Services Article 21/ Article 23/ Article 4 (2) Article 22: Import Article VAT Out Keperluan staf untuk menyusun SPT lebih sedikit di tahun 2014 dibanding 2010, kecuali atas SPT PPh 25 bagi perusahaan manufaktur. 30
31 Ketenagakerjaan (Arah Perubahan Sejak 2010: Negatif) 31
32 Female Worker Regulation Overtime Regulation Social Security Regulation Foreign Worker Regulation Local Worker Regulation Government Monitoring Severance Pay Lay-Off Procedure Minimum Wage 4 6,4 8, ,4 4 4,1 % Responden Manufaktur 5 8,1 5 7,0 20, , ,8 Bagi perusahaan manufaktur & jasa, persoalan terbesar terkait regulasi pekerja terletak pada peraturan upah minimum. - 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35, Female Worker Regulation Overtime Regulation Social Security Regulation Foreign Worker Regulation Local Worker Regulation Government Monitoring Severance Pay Lay-Off Procedure Minimum Wage 2 2,7 4 4,3 3 3,2 2 2,1 % Responden Jasa 2 3,2 3 4,8 8 8,0 6 6,4 5 13,4 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,
33 Worker Strikes Worker Demonstration Conflict with Labor Union Social Security Problems Demand for Salary/Wage Increase % Responden Manufaktur Konsisten dengan hasil di bagian regulasi pekerja, masalah terbesar bagi perusahaan manufaktur dan jasa adalah permintaan kenaikan gaji/upah. Worker Strikes Worker Demonstration Conflict with Labor Union Social Security Problems Demand for Salary/Wage Increase 1,0 0,5 2,0 1,6 2,0 % Responden Jasa 4,3 4,0 6,4 6,0 12,3-2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,
34 Biaya Untuk Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan (% biaya produksi untuk manufaktur dan % nilai penjualan untuk jasa) Kendati demikian, antara tahun 2010 dan 2014 biaya untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan menurun secara proporsional baik terhadap total biaya produksi perusahaan manufaktur maupun terhadap total penjualan perusahaan jasa
35 Kepastian Regulasi (Arah Perubahan Sejak 2010: Positif) 35
36 Menurut perusahaan jasa, tingkat kepastian regulasi di tahun 2014 secara umum lebih baik dibandingkan tahun 2010, sementara untuk perusahaan manufaktur cenderung sama antara tahun 2010 dan 2014 Level Of Certainty (% of Respondent) Manufacture 2010 Manufacture 2014 Service 2010 Service 2014 Central Local Central Local Central Local Central Govt. Govt. Govt. Govt. Govt. Govt. Govt. Local Govt. More Certain Remained the Same More Uncertain
37 Hubungan dengan Birokrasi (Arah Perubahan Sejak 2010: Positif) 37
38 Bagi perusahaan jasa maupun manufaktur persentase perusahaan yang menjawab tidak pernah membayar biaya tidak resmi, mengalami peningkatan antara tahun 2010 dan 2014 Unofficial Manufacturing Service Payment Obs. In (%) 2010 (%) Obs. in (%) 2010 (%) Never Very Rarely Rarely Not Often Often Very Often Total
39 Antara tahun 2010 dan 2014 rata-rata biaya tidak resmi terhadap total biaya produksi (manufaktur) menurun, sementara terhadap penjualan (jasa) meningkat sangat sedikit 39
40 Antara tahun 2010 dan 2014 rata-rata alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menemui aparat pemerintah terhadap total jam kerja di perusahaan manufaktur menurun sementara di perusahaan jasa meningkat % of Time Spent meeting GOI officers/total Manufacture Service Working Time < >
41 Average Time Government Institution for Each Visit (minutes) Township/Kelurahan Sub-District/Kecamatan Local Labour Office Local Industry Office Police TNI Tax Office Customs Office Local Trade & Commerce Office Local Cooperatives & SME Office Local Health Office Local Social Office Foods & Drugs Agency Local Transportation Office n/a 9 Antara tahun 2010 dan 2014, rata-rata waktu kunjungan per menit menurut jenis aparatur pemerintah menurun 41
42 Kesimpulan dan Rekomendasi 42
43 Kesimpulan Indikator Izin Usaha (waktu pengurusan) Infrastruktur & Jasanya Proses Bea & Cukai Peraturan dan Isu Ketenagakerjaan Legalisasi Perusahaan Administrasi Perpajakan Kepastian Peraturan Hubungan dengan Birokrasi Arah Perubahan sejak 2010 Bervariasi Bervariasi Bervariasi Negatif Positif Positif Positif Positif 43
44 Paket Oktober 2013 Arah Perubahan sejak 2010 Memulai Usaha Badan usaha (Perseroan Terbatas/PT) dapat didirikan melalui sistem daring (online) Penyederhanaan proses penerbitan Surat Izin Usaha Permanen (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Memperoleh Pasokan Listrik Penyederhanaan prosedur dan berkurangnya biaya serta waktu untuk memperoleh sambungan listrik Positif Positif Bervariasi Pendaftaran Properti Pengurangan waktu untuk pemeriksaan sertifikat tanah dan pengalihan hak atas tanah Positif Mengurus Izin Mendirikan Bangunan Pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) secara daring (online) Penyediaan layanan air bersih semakin cepat (PDAM) Penyediaan jasa sambungan telepon semakin cepat (Telkom) Bervariasi Negatif Bervariasi 44
45 Beberapa Kesimpulan Kondisi Perekonomian: Pemerintah perlu menjaga kestabilan makroekonomi dengan penekanan pada tingkat kepastian berusaha bagi investor. Perizinan: Mempermudah proses perizinan usaha sehingga waktu yang diperlukan menjadi lebih singkat. Infrastruktur: Mempercepat proses sambungan jaringan pasokan gas kepada perusahaan manufaktur Ketenagakerjaan: Memperbaiki aturan ketenagakerjaan agar lebih fleksibel terutama terkait upah minimum dan jaminan sosial. 45
46 Terimakasih Atas Perhatiannya 46
RANGKUMAN Survei mengenai Pengawasan Iklim Investasi Putaran VI (2014)
RANGKUMAN Survei mengenai Pengawasan Iklim Investasi Putaran VI (2014) Pendahuluan Survei ke-6 mengenai Pengawasan Iklim Investasi yang berlangsung antara bulan Agustus - Desember 2014 ditugaskan kepada
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Survei Tahap Ketiga Monitoring Iklim Investasi di Indonesia
Ringkasan Eksekutif Survei Tahap Ketiga Monitoring Iklim Investasi di Indonesia Copyright @ 2007 Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM-FEUI) Ringkasan Eksekutif Survei Tahap Ketiga Monitoring
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. Pengamatan Iklim Investasi di Indonesia selama Tahun 2005
RINGKASAN EKSEKUTIF Pengamatan Iklim Investasi di Indonesia selama Tahun 2005 Pendahuluan Dunia usaha menduduki tempat sangat yang penting dalam pembangunan ekonomi. Mulai dari usaha kecil/informal sampai
Lebih terperinciBAB IV PROSEDUR PERIJINAN
BAB IV PROSEDUR PERIJINAN PROSEDUR PERIJINAN DI INDONESIA KOMPLEKS, LAMA, DAN RELATIF MAHAL. Untuk memulai usaha di dibutuhkan sebanyak 12 prosedur yang harus ditempuh dengan waktu 151 hari (kedua terlama
Lebih terperinciRINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015 29 September 2015 KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP II Kemudahan Perizinan
Lebih terperinciTIGA FOKUS UTAMA III. KEBIJAKAN DEREGULASI EKONOMI
TIGA FOKUS UTAMA III. KEBIJAKAN DEREGULASI EKONOMI DEREGULASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Selain penegakan dan jaminan kepastian hukum, sasaran deregulasi adalah penyederhanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan
Lebih terperinciPengusaha Di Kawasan Berikat (PDKB) adalah Perseroan Terbatas atau Koperasi yang melakukan kegiatan usaha industri di KB
Pengertian kawasan berikat Kawasan Berikat adalah suatu bangunan, tempat atau kawasan dengan batas-batas tertentu yan didalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan
Lebih terperinciPerbaikan Pelaksanaan Kemudahan Berusaha. Ease of Doing Business di Indonesia
Perbaikan Pelaksanaan Kemudahan Berusaha Ease of Doing Business di Indonesia Perbaikan Kemudahan Berusaha Target Doing Business 207; Arahan Presiden peringkat 40 Doing Business 207 Perbandingan Regulasi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Dari pembahasan dan analisis yang dilakukan oleh penulis berkenan dengan dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di Indonesia pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Otonomi daerah adalah salah satu bentuk nyata dari praktek demokrasi. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan penyerahan kewenangan yang disebut sebagai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanaman
Lebih terperinciArtikel Prof Mudrajad Kuncoro di Investor Daily: Paket Kebijakan Plus Revolusi Mental Thursday, 19 May :39
Prof Mudrajad Kuncoro Paket Kebijakan Plus Revolusi Mental* Oleh: Mudrajad Kuncoro** Laporan Bank Dunia yang berjudul Doing Business 2016 (DB2016) menempatkan Indonesia pada peringkat 109 dari 189 negara.
Lebih terperinciSURVEI SENTIMEN BISNIS 100-Hari Pertama Kepemimpinan Jokowi Jusuf Kalla
Page1 SURVEI SENTIMEN BISNIS 100-Hari Pertama Kepemimpinan Jokowi Jusuf Kalla SUMBANGSIH PERAN APINDO DALAM MEMPROMOSIKAN KEPENTINGAN SEKTOR SWASTA INDONESIA 1 April 2015 Presiden dan Wakil Presiden Indonesia
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) PADA
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor : 11/SOP/429.207/2012 Tanggal : 11 Agustus
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) W. Sigit Pudjianto Direktur Pengembangan Ekonomi Daerah Jakarta,
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
1 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAGIAN I PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI 2 PERINGKAT GLOBAL MEMBAIK Realisasi Investasi (Rp Triliun) 313 399 463 +12,4%2 016 (y/y) 545 613 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Lebih terperinciDirektorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal
Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia
Lebih terperinciJ A K A R TA, 9 J U N I
K e m e n t e r i a n K o o r d i n a t o r B i d a n g P e r e k o n o m i a n S e k r e t a r i a t D e w a n N a s i o n a l K a w a s a n E k o n o m i K h u s u s S O S I A L I S A S I P E R A T U
Lebih terperinciBAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?
LAPORAN KEMAJUAN January 2015 BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN? Pengukuran Kemajuan yang Obyektif Terhadap Sasaran Pertumbuhan Ekonomi 10% dan Penciptaan 4 Juta Pekerjaan Layak Setiap
Lebih terperinciPELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU
PELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU DIREKTORAT JENDERAL HUBUNGAN HUKUM KEAGRARIAAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Landasan Hukum
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) PADA
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BANYUWANGI
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Program Utama Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai visi misi Kantor Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal maka ditentukan oleh ketersedian anggaran
Lebih terperinciTarget Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan. Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan. Indikator Kinerja Program (outcomes) dan Kegiatan (output)
Tabel 5.1. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif Kantor Pelayanan Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan Tujuan Sasaran Indikator
Lebih terperinciPERLAKUAN DAN FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN SKEMA TERTENTU (KIK-DIRE)
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERLAKUAN DAN FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN SKEMA TERTENTU (KIK-DIRE) Surabaya, 25 Mei 2016 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Ruang
Lebih terperinciDengan ini saya mohon untuk dapat kiranya Bapak memberikan saya Izin Gangguan atas perusahaan saya :
Amlapura, Nomor : Lampiran : Perihal : Mohon Izin Gangguan. Kepada : Yth. Bupati Karangasem Cq. Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kab. Karangasem di Amlapura. Yang bertanda tangan dibawah ini :
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Jakarta, 22 September 2015 A. RPP Tempat Penimbunan Berikat, (D1) B. RPP Perubahan PP Nomor 23 Tahun 2010, (F3) C. RPerpres
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat vital bagi negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa pajak memiliki peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pajak langsung maupun pajak tidak langsung, bea cukai, dan retribusi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Penerimaan di sektor pajak sekarang ini sedang gencar-gencarnya diintensifkan untuk meningkatkan penerimaan negara. Penerimaan negara ini dapat diperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membahas mengenai kegiatan impor di Indonesia, erat kaitannya dengan masalah yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Banyaknya perusahaan di Indonesia yang saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 10 hambatan terbesar kegiatan investasi perusahaan adalah tidak memadainya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survei-survei perusahaan (enterprise survey) yang di lakukan Bank Dunia menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia mengidentifikasi dua dari 10 hambatan terbesar
Lebih terperinciSurvei Integritas (SI) KPK dan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) TII
Peluncuran Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2010 Survei Integritas (SI) KPK dan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) TII Pimpinan KPK Chandra M. Hamzah 9 November 2010 Agenda 1 Tujuan 2 Metodologi 3 Responden
Lebih terperinciInfrastruktur dan Logistik. Arianto A. Patunru LPEM-FEUI. Pendahuluan
Infrastruktur dan Logistik Arianto A. Patunru LPEM-FEUI Pendahuluan Sebelum krisis ekonomi 1997/1998, perekonomian Indonesia mencatat kemajuan yang mengesankan: PDB tumbuh 7,5% per tahun selama dua dekade.
Lebih terperinciPERBAIKAN IKLIM INVESTASI
PERBAIKAN IKLIM INVESTASI KEPASTIAN HUKUM & KEPASTIAN BERUSAHA Disajikan dalam rangka Energi Berkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat Dan Investasi Berkelanjutan Ido H. Hutabarat Ketua Umum API / IMA Jakarta,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN A. Analisa Pengaruh Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 oleh PT. ABC Terhadap Beban Pajak PT. ABC dan Pendapatan Negara Seperti telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Dari kegiatan pemetaan Perda dan pelaksanaan survey persepsi terhadap 900 UMKM yang dilakukan di 10 Kabupaten/Kota dapat disimpulkan hal-hal sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.
Lebih terperinciDr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Referensi Utama: Utama, I Gusti Bagus Rai. (2015). Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url http://www.deepublish.co.id/penerbit/buku/547/pengantar-industri-pariwisata
Lebih terperinciJenis Penanaman Modal : PMDN PMA. Skala Bisnis : Mikro Menengah (UU 20/2008) Kecil Besar
FORMULIR ISIAN PESERTA PENERIMA PENGHARGAAN PRIMANIYARTA TAHUN 2013 I. PROFIL PERUSAHAAN Nama Perusahaan : NPWP : SIUP : TDP : SITU atau ijin lainnya : Jenis Penanaman Modal : PMDN PMA Skala Bisnis : Mikro
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan
Lebih terperinciBOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH
BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH Sejak UU Otonomi Daerah diberlakukan tahun 1999, pemerintah daerah
Lebih terperinciLampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala
112 Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala Bidang Penanaman Modal BPMPT Kabupaten Kulon Progo. Nama : Bapak Ir. Robi
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan investasi
Lebih terperinciSURVEY OPINI STAKEHOLDER TERHADAP LAYANAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI
1 SURVEY OPINI STAKEHOLDER TERHADAP LAYANAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI KEMENTERIAN KEUANGAN RI DAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Sumber Informasi Mengenai Jenis Layanan 2 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pengumuman/infor
Lebih terperincidadang-solihin.blogspot.com 2
dadang-solihin.blogspot.com 2 Materi Alur Pikir Investasi dan PAD untuk Kesejahteraan Masyarakat Permasalahan Investasi yang Ditemukan Strategi Peningkatan Investasi Daerah dadang-solihin.blogspot.com
Lebih terperinciPADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) MIKRO PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO Jalan Koptu Ruswadi
Lebih terperinciPENERIMAAN RETRIBUSI DAN LAIN LAIN PAD DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2017
DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI DKI JAKARTA PENERIMAAN RETRIBUSI DAN LAIN LAIN PAD DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2017
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan investasi pemerintah total dan menurut jenis yang dibelanjakan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/M-IND/PER/11/2011 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DI SEKTOR
Lebih terperinciPENGUMUMAN LELANG ULANG PASCAKUALIFIKASI Nomor : 02 / PLPBKIS2 / 1115
PENGUMUMAN LELANG ULANG PASCAKUALIFIKASI Nomor : 02 / PLPBKIS2 / 1115 Diumumkan bahwa BPJS Kesehatan Kantor Pusat akan melaksanakan Lelang Ulang Pascakualifikasi Pengadaan Pencetakan dan Pendistribusian
Lebih terperinci2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut
No.210, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Berusaha. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN BEA MASUK DAN PPH PASAL 22 ATAS PEMBELIAN METERIAL IMPOR PADA PT. YAMAHA MUSIC MANUFACTURING INDONESIA SKRIPSI
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA ANALISIS PENERAPAN BEA MASUK DAN PPH PASAL 22 ATAS PEMBELIAN METERIAL IMPOR PADA PT. YAMAHA MUSIC MANUFACTURING INDONESIA SKRIPSI MARIA NOVA L TOBING 201210315091 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya kehidupan tidak pernah lepas dari sebuah tuntutan akan perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan perubahan dari zaman ke zaman. Sudah selayaknya dibutuhkan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERATURAN DAERAH DAN POTENSI DAMPAKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH
BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERATURAN DAERAH DAN POTENSI DAMPAKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH. Latar Belakang Keluarnya UU No. 22 tahun 999 tentang pemerintahan
Lebih terperinci2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.769, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pembebasan. Pengurangan. Pajak Penghasilan Badan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.508, 2009 BKPM. Permohonan. Penanaman Modal. Pedoman.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.508, 2009 BKPM. Permohonan. Penanaman Modal. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN TATA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan jumlah,
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan jumlah,
Lebih terperinciMUC BLITZ. Updating Your Knowledge
MUC BLITZ tax Updating Your Knowledge Edisi 02 2016 Fasilitas Perpajakan di Kawasan Ekonomi Khusus Hingga tahun 2015, beberapa kawasan telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), di antaranya
Lebih terperinciPENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN NASIONAL DARI SEKTOR FISKAL. Lukman Hakim Siregar *
HIJRI - Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman Vol. 6. No. 1. Januari Juni 2017. ISSN: 1979-8075. Halaman 97 105 PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN NASIONAL DARI SEKTOR
Lebih terperinciIndikator Jenis Prosedural : Starting Business
STARTING A BUSINESS Indikator Jenis Prosedural : Starting Business Tipe Asumsi Jenis Perusahaan : Berbentuk PT yang dimiliki oleh 5 orang (pendiri) dan merupakan WNI. Lokasi : Jakarta Skala Perusahaan
Lebih terperinciPADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO Jalan Koptu Ruswadi No. 12 Tegaldlimo
Lebih terperinciVII. ANALISIS LINGKUNGAN DAN LEGALITAS
VII. ANALISIS LINGKUNGAN DAN LEGALITAS A. Aspek Lingkungan Dari setiap proses produksi di dalam industri pasti menghasilkan limbah, baik yang bersifat merugikan ataupun menguntungkan. Limbah yang sifatnya
Lebih terperinciKENDALA PERIZINAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA
KENDALA PERIZINAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA Oleh Andika Wahyu Wibowo Ida Bagus Rai Djaja Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Untuk mencapai perekonomian Indonesia yang baik
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA DAN KONSULTASI NASIONAL KE XXVII
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA DAN KONSULTASI NASIONAL KE XXVII KUPANG, 14 APRIL 2016 Yang Saya Hormati: 1. Gubernur NTT; 2. Ketua Umum
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Insentif Fiskal Kawasan Ekonomi Khusus Bagi Badan Usaha dan Pelaku Usaha (c) Sekretariat Dewan Nasional KEK
Lebih terperinciLAYANAN CEPAT INVESTASI
Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia
Lebih terperinciKEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: INDIA
LATAR BELAKANG Indonesia diprediksi menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2030, mengalahkan Inggris dan Jerman (McKinsey 2012). Namun demikian, perekonomian Indonesia digambarkan
Lebih terperinciAccount Representative
Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA
Lebih terperinciPendahuluan. Bab. Alamat Akses
Bab 1 Pendahuluan S istem Informasi Keluar Masuk Barang adalah Sistem Informasi berbasis web yang dibuat untuk mempermudah pengusaha mengajukan permohonan ke BP Batam secara online dalam hal pengajuan
Lebih terperinciPENERBITAN SECARA SIMULTAN UNTUK SIUP DAN TDP SERTA TGD DAN SLF
PENERBITAN SECARA SIMULTAN UNTUK SIUP DAN TDP SERTA TGD DAN SLF SOSIALISASI KEBIJAKAN EoDB DI HOTEL BUMI SURABAYA TANGGAL 08 APRIL 2016 EASE OF DOING BUSINESS Peringkat Total Indonesia ke 109 No Indikator
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor : 4/SOP/429.207/2012 Tanggal : 11 Agustus
Lebih terperinciKEPPRES 89/1996, KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 89/1996, KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU *46738 Bentuk: KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 89 TAHUN 1996 (89/1996) Tanggal: Tentang:
Lebih terperinciPaket Kebijakan Ekonomi Jilid II dan III
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II dan III Pemerintah kembali meluncurkan paket kebijakan ekonomi jilid II dan III, Rabu (7/10/2015). Dalam paket tersebut, berbagai kebijakan yang dikeluarkan untuk memberikan
Lebih terperinciSURAT KETERANGAN TERDAFTAR SEBAGAI PENYEDIA BARANG/JASA PDAM SURYA SEMBADA KOTA SURABAYA
SURAT KETERANGAN TERDAFTAR SEBAGAI PENYEDIA BARANG/JASA PDAM SURYA SEMBADA KOTA SURABAYA Yang bertanda tangan di bawah ini : :. Jabatan :... Bertindak untuk dan atas nama :PT/CV/Koperasi/Perseorangan....
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Penerimaan devisa yang berasal dari ekspor dan adanya berbagai
Lebih terperinciOSS Online Single Submission -KONSEPSI DAN DESAIN TEKNIS-
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA OSS Online Single Submission -KONSEPSI DAN DESAIN TEKNIS- Jakarta, 9 April 2018 KONSEPSI KEBIJAKAN 2 1. Pada dasarnya Kebijakan Percepatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh Indonesia. Hal ini
Lebih terperinciKEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2009
KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL DENGAN
Lebih terperinciTax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti
Tax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti Yohanes William Wijaya dan Elisa Tjondro Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P - 12/BC/2006 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P - 12/BC/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA LAYANAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK), Izin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah telah diatur dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Hal ini merupakan peluang bagi pemerintah daerah
Lebih terperinciTATA CARA BESERTA KETENTUAN PEMESANAN NUP ONLINE, PEMILIHAN UNIT ONLINE, & PEMILIHAN UNIT FINAL CITRALAND CIBUBUR
TATA CARA BESERTA KETENTUAN PEMESANAN NUP ONLINE, PEMILIHAN UNIT ONLINE, & PEMILIHAN UNIT FINAL CITRALAND CIBUBUR PEMESANAN UNIT dilakukan dengan sistem NOMOR URUT PEMESANAN (selanjutnya disebut: NUP)
Lebih terperinci2016, No Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan secara Simultan bagi Perusahaan Perdagangan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun
No. 367, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. SIUP. TDP. Penerbitan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/M-DAG/PER/3/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURANMENTERIPERDAGANGAN
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 178/PMK.011/2007 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR
Lebih terperinciPADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR INDUSTRI (TDI) PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO Jalan Koptu Ruswadi No. 12 Tegaldlimo
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil analisa deskriptif kualitatif ketujuh aspek yang diteliti terhadap
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan Hasil analisa deskriptif kualitatif ketujuh aspek yang diteliti terhadap industri manufaktur fotovoltaik di China dapat disimpulkan bahwa China sangat maju dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Profil Lembaga Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. Sebagai penghubung utama antara dunia usaha
Lebih terperinciFIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER. 09 Agustus TAX AMNESTY SELUK BELUK DAN DASAR HUKUM
e FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER 09 Agustus 2016 www.msp-lawoffice.com TAX AMNESTY SELUK BELUK DAN DASAR HUKUM [1] Presiden Indonesia, Joko Widodo menunjukkan keseriusannya dalam mensukseskan
Lebih terperinci5. Gambaran Umum Tata Kelola Ekonomi Daerah
5. Gambaran Umum Tata Kelola Ekonomi Daerah Seiring dengan tuntutan pemangku kepentingan terutama dari pemerintah daerah dalam hal efektifitas reformasi kebijakan yang harus dilakukan yang memiliki dampak
Lebih terperinci2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciIndikator Jenis Prosedural (Starting Business, Construction Permit, Getting Electricity, Registering Property, Trading Across Border, Paying Taxes)
Indikator Jenis Prosedural (Starting Business, Construction Permit, Getting Electricity, Registering Property, Trading Across Border, Paying Taxes) Penjelasan Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 101/PMK.04/2005 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN MENTERI
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 101/PMK.04/2005 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 291/KMK.05/1997 TENTANG KAWASAN BERIKAT MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPAKET KEBIJAKAN EKONOMI XI
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI XI Pemerintahan Presiden Joko Widodo terus berusaha mempercepat laju roda perekonomian nasonal. Di tengah perekonomian global yang masih lesu, Indonesia terus berusaha meningkatkan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA. Jakarta, 31 Agustus 2017
1 KEBIJAKAN PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA Jakarta, 31 Agustus 2017 DATA DAN FAKTA INVESTASI INDONESIA (1/4) 2 1. MASIH KECILNYA PEMANFAATAN INDONESIA TERHADAP INVESTASI DUNIA 1.388,46 1.399,48 1.253,16
Lebih terperinci