BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
|
|
- Yuliani Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN A. Analisa Pengaruh Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 oleh PT. ABC Terhadap Beban Pajak PT. ABC dan Pendapatan Negara Seperti telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya bahwa krisis global yang terjadi pada akhir 2008 telah membuat perusahaan-perusahaan khususnya perusahaan yang berbasis penanaman modal asing harus mencari cara agar dapat terlepas dari krisis global yang sedang melanda pada waktu itu, dan hal tersebut otomatis berdampak pula kepada penerimaan atau pendapatan Negara khususnya dari sektor pajak dengan kata lain semakin menurunnya omset suatu perusahaan maka semakin menurun pula pendapatan pajak Negara yang dihasilkan dari perusahaan-perusahaan tersebut. Namun Negara tidak tinggal diam dalam menghadapi krisis global tersebut yang membuat perusahaan-perusahaan mengalami perubahan keadaan / kegiatan usaha atau penurunan omset yang cukup signifikan di antaranya adalah PT. ABC, salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi krisis tersebut adalah dengan membuat kebijakan berupa fasilitas regulasi perpajakan yang diharapkan dapat meringankan beban pajak perusahaan yang tertuang dalam Per. 10/PJ/2009 tentang fasilitas pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk tahun
2 PT. ABC telah memanfaatkan fasilitas pengurangan angsuran pajak penghasilan Pasal 25 sejak berlakunya regulasi Per. 10/PJ/2009 tersebut yang diterbitkan pada 11 Februari 2009, sehubungan dengan krisis global yang berdampak pada PT. ABC. Dengan adanya regulasi tersebut otomastis akan sangat membantu perusahaan-perusahaan dalam hal mengurangi beban pajak yang selama ini sangat membebani terutama pada saat krisis global. Regulasi ini di buat oleh Negara dengan harapan perusahaan-perusahaan dapat dengan segera memulihkan keadaan usahanya sehingga akan menormalkan kembali kontribusi kepada Negara melalui pembayaran pajak, berikut perbandingan pembayaran angsuran pajak penghasilan pasal 25 tahun 2009 oleh PT. ABC dari sebelum dan sesudah adanya fasilitas pengurangan angsuran pajak penghasilan pasal 25 : Tabel 4.1 Perbandingan Angsuran PPh Ps. 25 Tahun 2009 Sebelum & Sesudah Fasilitas Regulasi Per.10/PJ/2009 Bulan Angsuran PPh 25 Th.2009 Sebelum Regulasi Angsuran PPh 25 Th.2009 Sesudah Regulasi Selisih Januari Rp ,- Rp ,- 0 Februari Rp ,- Rp ,- Rp ,- Maret Rp ,- Rp ,- Rp ,- April Rp ,- Rp ,- Rp ,- Mei Rp ,- Rp ,- Rp ,- 40
3 Juni Rp ,- Rp ,- Rp ,- Juli Rp ,- Rp ,- 0 Agustus Rp ,- Rp ,- 0 September Rp ,- Rp ,- 0 Oktober Rp ,- Rp ,- 0 November Rp ,- Rp ,- 0 Desember Rp ,- Rp ,- 0 Total Rp ,- Rp ,- Rp ,- *) Sumber: Data PT. ABC Sesuai dengan Per.10/PJ/2009 pasal 2, dan pasal 3 ayat 1 dan 2 bahwa : Pasal 2 : Wajib Pajak dapat diberikan pengurangan pajak penghasilan pasal 25 sampai dengan 25% untuk masa pajak Januari sampai dengan juni Pasal 3 ayat 1 : Pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dihitung dari besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Desember Pasal 3 ayat 2 : Dalam hal Wajib Pajak telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2008, pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dihitung dari besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
4 Dalam Tabel 4.1 dijelaskan bahwa terdapat selisih yang cukup signifikan dengan keberadaan fasilitas pengurangan PPh Pasal 25 tersebut sebesar 25% dari bulan Januari 2009 s/d Juni 2009 dibandingkan dengan kondisi sebelum beredarnya fasilitas tersebut, sehingga sangat membantu PT. ABC dalam menghadapi perubahan kondisi usaha yang menurun pada saat itu. Pemerintah dalam hal ini cukup berhasil dalam memberikan kebijakan-kebijakan dalam sektor pajak dalam bentuk pengurangan beban pajak kepada khususnya PT. ABC dan pada umumnya perusahaan-perusahaan yang mengalami perubahan kondisi usaha yang sangat menurun, namun tidak kepada penerimaan dan pendapatan Negara dari sektor pajak mengingat kontribusi pajak dari perusahaan-perusahaan mengalami penurunan akibat global krisis. Kebijakan atas fasilitas pengurangan angsuran pajak penghasilan pasal 25 dirasa sangat membantu perusahaan untuk mengurangi beban pajak tersebut, namun tidak semua perusahaan yang setelah memanfaatkan fasilitas pengurangan pajak penghasilan pasal 25 sebesar 25% dari Januari 2009 s/d Juni 2009 dapat langsung memperbaiki perubahan kondisi usaha perusahaannya dalam hal ini PT. ABC termasuk didalamnya. Berdasarkan PER.10/PJ./2009 Pasal 6 ayat 1 dan 2, bahwa : Pasal 6 ayat 1 : Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis mengenai pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk masa pajak Juli 2009 s/d Desember 2009 kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama tanggal 30 Juni 2009 apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun 2009 kurang dari 75% 42
5 dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 masa Pajak Januari sampai dengan Juni Pasal 6 ayat 2 : Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disertai dengan perkiraan penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang tahun 2009 berdasarkan : a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh sampai dengan bulan terkahir sebelum bulan pengajuan permohonan, dan b. Perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh sejak bulan pengajuan permohonan sampai dengan Desember Dan KEP-537/PJ./2000 khususnya pasal 7 : apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun 2009 kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 masa Pajak Januari sampai dengan Juni Dirasa keadaan dan kondisi keuangan PT. ABC yang belum pulih dan stabil walaupun sudah memanfaatkan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sebesar 25 % untuk bulan Januari 2009 s/d Juni 2009, maka PT. ABC memanfaatkan kembali permohonan pengurangan pajak penghasilan pasal 25 untuk bulan Juli 2009 s/d Desember 2009 sesuai dengan regulasi di atas. Berikut beberapa permohonan pengurangan Pajak Penghasilan pasal 25 tahun 2009 yang telah memenuhi syarat kurang dari 75% dari pajak penghasilan terutang yang menjadi dasar perhitungan besarnya PPh ps.25 masa pajak Januari 2009 s/d Juni
6 yang diajukan oleh PT. ABC kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat PT. ABC terdaftar dalam hal ini adalah KPP PMA 1 ( Penanaman Modal Asing ). Tabel 4.2 Syarat Pengajuan Permohonan Pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 Bln Juli 2009 s/d Desember 2009 Permohonan % Penghasilan Kena Pajak % PPh Terutang Keterangan Permohonan ke-1 30,06 % 28,11 % < 75 % Permohonan ke-2 37,48 % 35,04% < 75 % Permohonan ke-3 44,31 % 41,42 % < 75 % Permohonan ke-4 51,43 % 48,08 % < 75 % Sumber: Data PT. ABC : Lampiran II, Lampiran IV, Lampiran VI, Lampiran VIII Kalau dilihat dari Tabel 4.2 secara keseluruhan bahwa pengajuan permohonan pengurangan pajak penghasilan pasal 25 untuk bulan Juli 2009 s/d Desember 2009 telah memenuhi syarat di atas 75 % baik persentase (%) Penghasilan Kena Pajak maupun persentase (%) PPh terutangnya, dengan kata lain bahwa syarat pengajuan permohonan pengurangan pajak penghasilan pasal 25 sudah bisa diproses dan di analisa oleh kantor pajak penanaman modal asing I ( PMA I ) untuk kemudian dapat diberikan jawaban kepada PT. ABC apakah pengajuan pengurangan dapat diterima ataukah tidak dapat diterima atau di tolak. 44
7 Tabel 4.3 Pengajuan Permohonan Pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 Bln Juli 2009 s/d Desember 2009 Permohonan Perhitungan PT. Perhitungan KPP Keterangan ABC PMA I Permohonan ke-1 Rp Rp Ditolak Permohonan ke-2 Rp Rp Ditolak Permohonan ke-3 Rp Rp Ditolak, Permohonan ke-4 Rp Rp Ditolak Sumber: Data PT. ABC : Lampiran III, Lampiran V, Lampiran VII, Lampiran IX Berdasarkan Tabel 4.3 terdapat perbedaan hasil perhitungan atas pengajuan permohonan ke-1 s/d permohonan ke-4 PT. ABC dengan KPP PMA I yang menyebabkan penolakan atas permohonan pengajuan pajak penghasilan pasal 25, sehingga konsekwensi yang akan terjadi pada PT. ABC apabila tetap melakukan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan tahun 2008, yaitu : Januari 09 : Rp ,- Februari 09 & Maret 09 : Rp ,- Rp ,- ) 45
8 April 09,Mei 09 & Juni 09 : Rp ,- Rp ,- ) Juli 09 s/d Desember 09 : Rp ,- Rp ,- ) Total Angsuran PPh 25 tahun 2009 ( Kredit Pajak ) : Rp ,- maka akan terjadi Lebih Bayar ( Realisasi sampai dengan Juni 2009 lebih bayar sebesar Rp ,- ) pada Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan tahun berikutnya, mengingat kredit pajak yang lebih besar dari pada Pajak Penghasilan yang akan terutang di tahun Hal ini sangatlah masuk akal dan relevan apabila PT. ABC mengajukan permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 mengingat kondisi usaha yang belum stabil dan kredit pajak yang sangat besar. B. Analisa Dasar Penolakan KPP PMA I Atas Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Oleh PT. ABC 1. Laporan Hasil Analisa PT. ABC Dan KPP Berikut perbandingan hasil analisa dari PT. ABC dan KPP PMA I atas perhitungan permohonan Pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25, penulis akan coba uraikan mengenai alasan perbedaan tersebut : 46
9 Tabel 4.4 Perbandingan Perhitungan dan Pada PT. ABC dan KPP PMA I Lampiran Perhitungan KPP Perhitungan Keterangan PMA I PT.ABC Selisih (Proyeksi) (Proyeksi) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp.( ) Sumber: Data PT. ABC : Lampiran III, Lampiran V, Lampiran VII, Lampiran IX Berdasarkan Tabel 4.4 di atas beserta lampirannya maka diketahui perbedaan perhitungan antara PT. ABC dan KPP PMA I terdapat pada perhitungan proyeksi atas (harga pokok penjualan) dan beban usaha, yang merupakan selisih yang cukup besar dan sangat mempengaruhi besarnya pajak penghasilan yang terutang pada surat pemberitahuan tahunan badan pada tahun Adapun yang menyebabkan terdapat selisih antara perhitungan PT. ABC dan KPP PMA I adalah sebagai berikut : 47
10 Tabel 4.5 Penyebab Perbedaan Perhitungan dan Pada PT. ABC dan KPP PMA I Lampiran Perhitungan KPP PMA I (Proyeksi) % Average Th & Th ( /Sales ) % Average Th & Th ( Beban % Average Th & Th ( /Sales ) % Average Th & Th ( Beban % Average Th & Th ( /Sales ) % Average Th & Th ( Beban % Average Th & Th ( /Sales ) Perhitungan PT.ABC (Proyeksi) % Th 2009 ( /Sales ) % Th 2009 ( Beban % Th 2009 ( /Sales ) % Th 2009 ( Beban % Th 2009 ( /Sales ) % Th 2009 ( Beban % Th 2009 ( /Sales ) 48
11 % Average Th & Th ( Beban % Th 2009 ( Beban Sumber: Data PT. ABC : Lampiran III, Lampiran V, Lampiran VII, Lampiran IX Berdasarkan Tabel 4.5 dijelaskan bahwa perbedaan perhitungan yang terjadi antara PT. ABC dengan KPP PMA I disebabkan karena perbedaan pengakuan proyeksi persentase (%) atas Harga Pokok Penjuanan dan berdasarkan tahun, sebagai berikut : Harga Pokok Penjualan ( ) PT. ABC menggunakan Perbandingan Persentase tahun 2009 dengan Sales Tahun 2009 ( / Sales ) KPP PMA I menggunakan Perbandingan Persentase Average tahun 2007 & 2008 dengan Sales Tahun 2007 & 2008 ( / Sales ) PT. ABC menggunakan Perbandingan Persentase tahun 2009 dengan Sales Tahun 2009 ( / Sales ) KPP PMA I menggunakan Perbandingan Persentase Average tahun 2007 & 2008 dengan Sales Tahun 2007 & 2008 ( / Sales ) 49
12 Dari hasil analisa penulis diatas mengenai perbedaan perhitungan antara PT. ABC dengan KPP PMA I maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada dasar analisa yang tepat bagi KPP PMA I dalam menganalisa perhitungan yang diajukan oleh PT. ABC dimana dasar analisa yang dipakai adalah data tahun 2007 dan tahun 2008 bukan data yang terkini yaitu tahun 2009 yang mempunyai perbedaan yang sangat mencolok baik dari sisi kondisi usaha maupun kondisi perekonomian dunia, diantaranya adalah : 1. Kenaikan harga pokok penjualan () yang disebabkan : a. Estimasi harga beli bahan baku 2009 menggunakan kurs rata-rata Rp ,- dibandingkan dengan actual kurs rata-rata tahun 2007 dan 2008 sebesar Rp ,-, sehingga terjadi perbedaan dan antara PT. ABC dengan KPP PMA I yang sangat besar. b. Kenaikan upah tenaga kerja sesuai dengan UMK yang merupakan salah satu unsur dari dan. c. Akibat dari kenaikan terdapat permintaan cost down dari custumer, yang tidak bisa dilakukan juga terhadap supplier/vendor PT. ABC, sehingga akan menaikkan pada PT. ABC 2. Untuk kelanjutan proses produksi, PT. ABC harus tetap melakukan pembelian bahan baku dan pembayaran overhead cost (dengan harga cenderung naik) disisi lain fixed cost harus tetap dibayar. 50
13 Dari hasil analisa dan pembahasan penulis mengenai perbedaan perhitungan antara PT. ABC dengan KPP PMA I maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penolakan atas permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 dianggap tidak relevan mengingat Syarat administratif dan regulatif telah terpenuhi oleh PT. ABC. 2. Target Penerimaan Pajak KPP PMA I Belum Tercapai Target penerimaan pajak pada APBNP 2009 mencapai Rp. 577,4 triliun ( Media Indonesia, 17 November 2009), sedangkan realisasi penerimaan Direktorat Jenderal Pajak per 16 November 2009 baru tercapai 75% senilai 432,75 triliun, dan sudah dapat dipastikan bahwa penerimaan Negara dalam sektor pajak akan berada jauh di bawah target APBNP Rendahnya realisasi penerimaan di semester I dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi, turunnya volume dan nilai impor, turunnya harga rata-rata minyak dan penurunan penerimaan PPN impor. Melalui Menteri Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak target penerimaan Pajak ini akan dibebankan kepada setiap KPP dengan target yang berbeda-beda sehingga mencapai target yang telah ditetapkan didalam APBNP tahun Dan hal ini menyebabkan target penerimaan pajak per KPP bervariatif ada yang telah mencapai target maupun yang belum mencapai target penerimaan pajak. Sebagai warga negara yang baik kita harus menyadari betapa pentingnya penerimaan pajak yang telah ditargetkan oleh Negara kepada wajib pajaknya, karena dengan pajak yang kita bayarkan kelak akan dipergunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia semata. Sehingga sekiranya pajak yang kita bayarkan dapat dirasakan 51
14 manfaatnya secara tidak langsung oleh seluruh warga Negara Indonesia. oleh karena itu wajib pajak diharuskan membayar dan melaporkan sendiri atas pajak yang terutang untuk kepentingan dan kemakmuran Negara tanpa ada penghindaran dan kecurangan pajak yang sangat merugikan baik bagi wajib pajaknya sendiri maupun bagi Negara ini. Seperti halnya dengan KPP PMA I sehubungan dengan target penerimaan pajak Negara yang telah dibebankan kepada KPP PMA I melalui Menteri Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak kepadanya. Maka KPP PMA I dituntut untuk memenuhi target yang telah ditentukan tersebut mengingat target penerimaan pajak tersebut telah dimasukkan kedalam APBNP oleh Negara. Oleh karena itu berkaitan dengan permohonan yang diajukan oleh PT. ABC mengenai pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 jelas akan mempengaruhi target penerimaan pajak KPP PMA I tersebut dan otomatis akan mempengaruhi juga penerimaan Pajak Negara. Berkaitan dengan penerimaan pajak KPP PMA I yang pada akhirnya diketahui alasan yang sebenarnya atas penolakan permohonan pengurangan pajak penghasilan pasal 25 oleh PT. ABC adalah penerimaan pajak KPP PMA I yang belum tercapai sehingga kalaupun permohonan pengurangan PT. ABC disetujui maka sudah jelas akan menghambat penerimaan pajak KPP PMA I tersebut, namun alangkah tidak adil dan tidak relevannya ketika suatu target penerimaan pajak Negara dijadikan suatu alasan dan tameng atas pemenuhan suatu fasilitas regulatif perpajakan yang telah diberikan oleh Negara ini kepada wajib pajaknya yang benar-benar mengalami penurunan atau perubahan kondisi usaha. Bagaimana halnya ketika wajib pajak atau 52
15 investor asing yang seharusnya menjadi salah satu unsur penting didalam mengelola pendapatan Negara tidak mampu lagi menjalankan usahanya di Indonesia akibat dari krisis global yang berdampak sampai sekarang? sudah pasti bukan hanya para tenaga kerja yang akan dirugikan tapi Negara pun akan sangat rugi akibat dari para investor yang meninggalkan Indonesia karena tidak adanya kepastian hukum atas fasilitas perpajakan yang telah dijadikan kebijakan oleh Negara dan otomatis pendapatan atau penerimaan Negara akan sangat berkurang. 53
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Pajak Penghasilan Pasal 25 1. Pengertian dan Definisi Pajak Sebelum kita mengetahui lebih spesifik mengenai Pajak Penghasilan Pasal 25 ada baiknya kita mengetahui
Lebih terperinciSURAT KETERANGAN BEBAS PPh PASAL 22 ATAS IMPOR EMAS BATANGAN UNTUK TUJUAN EKSPOR PERHIASAN EMAS NOMOR :... TANGGAL :...
LAMPIRAN I PERATURAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Lembar Ke-1 : Untuk DJBC Lembar Ke-2 : Wajib Pajak Lembar Ke-3 : Arsip
Lebih terperinciKeputusan Dirjen Pajak KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 537/PJ./2000 TENTANG PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN PAJAK BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa sebagai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi SKB CV. MMC Sehubungan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 CV. MMC merupakan perusahaan dalam bidang jasa konsultan bisnis yang berdiri pada tahun 2005. Perusahaan
Lebih terperinciNama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat
Lampiran I Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25 No. NPWP tempat usaha/ gerai (outlet) KPP Lokasi Alamat Peredaran Usaha (Perdagangan) Penghasilan Penghasilan
Lebih terperinciSE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA
SE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA Contributed by Administrator Thursday, 20 January 2011 Pusat Peraturan Pajak Online 20 Januari 2011 SURAT
Lebih terperinciPENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia memerlukan dana yang jumlahnya setiap tahun semakin meningkat. Perkembangan perekonomian global,
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK... NOMOR : KEP-...
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN... NOMOR : KEP-... PENGESAHAN NERACA PENYESUAIAN DALAM RANGKA PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Pada bagian ini penulis akan mengamati kasus yang penulis dapatkan selama menjalankan Praktek Kerja Lapangan di KKP Anton dan Rekan yaitu tentang pemeriksaan pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara, salah satunya pendanaan negara didapatkan dari pajak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran pembangunan suatu negara berasal dari berbagai jenis sektor pendapatan negara, salah satunya pendanaan negara didapatkan dari pajak. Pembangunan infrastruktur,
Lebih terperinciPENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) (STUDI PADA PENGUSAHA KENA PAJAK DI KABUPATEN BULELENG)
PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) I Nyoman Putra Yasa 1 (Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja) 1 Email : putrayasanyoman11@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk
Lebih terperinciAdapun pemenuhan kewajiban perpajakan PT..., dapat kami laporkan sebagai berikut : 1. PEMBAYARAN PAJAK TAHUN BERJALAN BULAN... S/D BULAN...
NOMOR : LAMPIRAN : PERIHAL : Pemberitahuan pelaksanaan revaluasi aktiva tetap Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak...... di.... Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-29/PJ.42/1998 Tanggal
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian
Lebih terperinciKOP SURAT WAJIB PAJAK
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER- Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009 Permohonan Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan
Lebih terperinciSE - 67/PJ/2009 PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-40/PJ/2009 TENTANG TATA CARA P
SE - 67/PJ/2009 PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-40/PJ/2009 TENTANG TATA CARA P Contributed by Administrator Tuesday, 07 July 2009 Pusat Peraturan Pajak Online 07 Juli 2009 SURAT EDARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 mempunyai tujuan untuk menyelenggarakan tata kehidupan negara
Lebih terperinciSE - 33/PJ/2009 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEHUBUNGAN DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN DIREKTUR
SE - 33/PJ/2009 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEHUBUNGAN DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN DIREKTUR Contributed by Administrator Monday, 23 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online 23 Maret 2009 SURAT EDARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Penyebab Terjadinya Piutang Pajak Pada Bab ini akan dibahas mengenai laporan perkembangan piutang pajak pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Laporan perkembangan piutang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) sebagai salah satu sumber dana pembangunan perlu dipacu secara terus menerus melalui penggarapan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 05 /PJ/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 05 /PJ/2012 TENTANG REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di
BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT A. Pengertian dan Ruang Lingkup Jasa Konstruksi A. 1 Pengertian Jasa Konstruksi Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN
DAFTAR PUSTAKA Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN Waluyo. 2003, Perubahan Perundang-undangan Perpajakan Era Reformasi, Jakarta, Salemba Empat Situs Pajak
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH.
Lampiran 1 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE- 26 /PJ.4/1998 Tanggal : 13 Agustus 1998 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH. Nomor : Sifat : Biasa
Lebih terperinci..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 40/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor :...
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG
Menimbang: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai
44 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP). Pihak-pihak atau objek yang dibina oleh DJP adalah kelompok
Lebih terperinciKEP-133/PJ/2004 TATA CARA PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DIKUKUHKAN DI
KEP-133/PJ/2004 TATA CARA PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DIKUKUHKAN DI Contributed by Administrator Friday, 27 August 2004 Pusat Peraturan Pajak Online TATA CARA PENGGUNAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material dan spiritual, yang
Lebih terperinci..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-40/PJ./2009 TENTANG : TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan jumlah peduduk yang cukup banyak. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk membayar pajak secara
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia
BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Dalam rangka pengamanan penerimaan pajak sebagaimana amanat Anggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah memanfaatkan dua sumber pokok penerimaan pajak, yaitu sumber dana dari dalam negeri misalnya penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap warga negaranya. Di samping memiliki berbagai macam hak, setiap warga negara Indonesia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis perkembangan Tingkat Kepatuhan Pajak Pertambahan Nilai Pengusaha Kena Pajak Badan dilihat dari penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Surat Ketetapan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-30/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-30/PJ/2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGURANGAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK
Lebih terperinciAccount Representative
Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2012 TENTANG PROSEDUR EVALUASI DAN PENETAPAN WAJIB PAJAK TERDAFTAR DALAM RANGKA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya kehidupan tidak pernah lepas dari sebuah tuntutan akan perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan perubahan dari zaman ke zaman. Sudah selayaknya dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangga dimana mengenal sumber penerimaan dan pos pos pengeluaran.
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perekonomian negara sama halnya dengan perekonomian rumah tangga dimana mengenal sumber penerimaan dan pos pos pengeluaran. Pajak merupakan
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 02/PJ.32/1999 TENTANG PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) SABANG
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 02/PJ.32/1999 TENTANG PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) SABANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Sehubungan dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 32/PJ/2013 TENTANG
Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 32/PJ/2013 TENTANG TATA CARA PEMBEBASAN DARI PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG DIKENAI PAJAK PENGHASILAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS
BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh
Lebih terperinciKOP SURAT WAJIB PAJAK. Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009
LAMPIRAN I KOP SURAT WAJIB PAJAK Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009 Permohonan Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tahun 2013, menguji seberapa untuk mengetahui pertumbuhan jumlah wajib. pajak, pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2), perbedaan
63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui implementasi PP Nomor 46 tahun 2013, menguji seberapa untuk mengetahui pertumbuhan jumlah wajib pajak, pertumbuhan jumlah penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber utama penerimaan yang potensial untuk negara dalam. membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber utama penerimaan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-40/PJ/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 91/PMK.03/2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahunan. Aplikasi E-SPT Tahunan ini tergolong aplikasi yang masih baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu agenda rutin tahunan dari Direktorat Jendral Pajak adalah pelaporan SPT TAHUNAN wajib pajak. Di era tekonolgi modern ini manusia menginginkan segala sesuatu
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah gugatan terhadap Keputusan Tergugat Nomor
Lebih terperinciYth. Kepala Kantor Wilayah DJP... Dengan ini kami selaku pengurus/kuasa *) dari: Nama Wajib Pajak :... NPWP :... Alamat :...
LAMPIRAN I Nomor :.. Lampiran :.. Perihal : Permohonan Penilaian Kembali Aktiva Tetap untuk Tujuan Perpajakan yang Diajukan pada Tahun... oleh Wajib Pajak yang Telah Melakukan Penilaian Kembali Aktiva
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan kehidupan warga negara yang adil dan sejahtera. Dalam hal ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia mempunyai tujuan menciptakan kehidupan warga negara yang adil dan sejahtera. Dalam hal ini, pemerintah membutuhkan dana yang
Lebih terperinciFORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
2013, No.1556 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.09/2013 TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU
Lebih terperinciSURAT KETERANGAN TERDAFTAR Nomor:
SURAT KETERANGAN TERDAFTAR Nomor: Sesuai dengan pasal 2 ayat (4) Undang-undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh wajib pajak baik orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Self Assessment System yang diterapkan di Indonesia menempatkan administrasi perpajakan sebagai agen pemerintah yang menjalankan fungsi pembinaan, pelayanan, dan pengawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lalai terhadap pajak dan tidak menjalani kewajibannya sebagai wajib pajak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Judul Permasalahan perpajakan merupakan fenomena yang selalu hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan perubahan sosial
Lebih terperinciPerbedaan Data antara SPT Tahunan PPh dengan Profil Wajib Pajak
Lampiran 1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Jln... Telp....... Faks.... Homepage : http://www.pajak.go.id Nomor : S-...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Monica (2013), menyatakan bahwa dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia hingga saat ini masih menjadi negara yang sedang berkembang dan tidak henti-hentinya melakukan upaya pembangunan di segala bidang yang bertujuan
Lebih terperinciPokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap :
: Put-44250/PP/M.VIII/16/2013 Maia Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN JLN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap : Menurut Terbanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap, berencana dan berkesinambungan menurut arah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar
36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Prinsip dasar utama dari Sunset Policy adalah penegakan sistem self assessment seutuhnya, yang berarti
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA
BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA 3.1. Gambaran Umum KPP PMA Lima Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Lima (KPP PMA Lima) dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK/0172001
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga negara dalam membiayai keperluan pembangunan nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan negara kita terhadap hutang luar negeri.sektor pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya, selama lebih dari beberapa dasawarsa terakhir penerimaan dari sektor perpajakan mengalami perubahan yang selalu meningkat. Hingga saat
Lebih terperinciYth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)
LAMPIRAN I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-40/PJ./2009 tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu,.....20 1) Nomor : (2)
Lebih terperinciKOP SURAT WAJIB PAJAK. Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009
KOP SURAT WAJIB PAJAK Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009 Permohonan Pengurangan Besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah negara membutuhkan sumber pendanaan untuk melakukan Pembangunan Nasional yang dilakukan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kebutuhan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...
Lampiran 1 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-69/PJ/2010 : 27 Mei 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Jln....
Lebih terperinciFaktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi
BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan
Lebih terperinciBuku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh
165 BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh PENGERTIAN SKB adalah Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi WP yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu, sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan dalam pelayanan publik, pembiayaan, subsidi, pembangunan dan proyekproyek pemerintah. Peran dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pajak merupakan pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ITDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Bapak Aji merupakan wajib pajak orang pribadi yang sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pos peerimaan terbesar, seperti halnya Indonesia. Menurut Rochmat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan kepada setiap warga Negara kontraprestasinya tidak langsung. Penerimaan pajak bagi suatu pos penerimaan yang penting.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak memegang peranan utama dalam keberlangsungan negara. Postur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak memegang peranan utama dalam keberlangsungan negara. Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam beberapa tahun terakhir mencerminkan betapa
Lebih terperinci(Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000. (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang 55,000,000
AKUNTANSI PERPAJAKAN 1. Akuntansi Pajak untuk Pendapatan (Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000 Pada Saat Mengakui Pendapatan/Penjualan (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai Negara yang berkembang,sebenarnya Indonesia memiliki berbagai macam potensi untuk menjadi Negara yang lebih maju. Akan tetapi pada kenyataannya Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
Lebih terperinciKementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara khususnya dalam melanjutkan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara untuk
Lebih terperinciPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
Lebih terperinciPutusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap gugatan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA Tuan Marvelinus adalah salah satu klien dari Kantor Konsultan Pajak DRS S yang memiliki badan usaha yang dijalankan secara perseorangan ( Wajib Pajak Orang Pribadi )
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari iuran wajib
Lebih terperinciSE - 69/PJ/2015 PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK
SE - 69/PJ/2015 PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK Contributed by Administrator Friday, 13 November 2015 Pusat Peraturan Pajak Online SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-10/PJ/2014 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-10/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN DAN PENETAPAN ATAS SAAT MULAINYA PENYUSUTAN
Lebih terperinci