BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Profil Lembaga Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. Sebagai penghubung utama antara dunia usaha dan pemerintah, BKPM diberi mandat untuk mendorong investasi langsung, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, melalui penciptaan iklim investasi yang kondusif. Setelah BKPM dikembalikan statusnya menjadi kementerian di tahun 2009 dan melapor langsung kepada Presiden Republik Indonesia, maka sasaran lembaga promosi investasi ini tidak hanya untuk meningkatkan jumlah investasi yang lebih besar dari dalam maupun luar negeri, namun juga untuk mendapatkan investasi bermutu yang dapat memperbaiki kesenjangan sosial dan mengurangi pengangguran. Lembaga ini tidak semata bertindak sebagai advokat yang proaktif di bidang investasi, namun juga sebagai fasilitator antara pemerintah dan investor. Sejak bulan November 2014, BKPM dipimpin oleh Franciscus M.A Sibarani atau dikenal dengan Franky Sibarani. 2. Visi & Misi Badan Koordinasi Penanaman Modal a. Visi Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. 43

2 44 b. Misi 1. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing 3. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional 3. Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Gambar 4.1 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Investment Committe Chairman Franky Sibarani General Secretary Drs. Anhar Adel Deputy of Chairman InvestmentCl imate&de velopment Invesment Planning Investment Promo -tion Invest -ment Service Investment Controlling&Imple -mentation Investment Corpor -ation Inspector Head of Data and Information Center Head of Education and Training Center Head of Legal Assistance Center Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

3 45 B. Pembahasan Analisis data yang digunakan penulis dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan pemberian fasilitas pajak dengan Tax Holiday dan Tax Allowance tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 serta arus masuk Foreign Direct Investment tahun 2011 sampai dengan 2015, analisis rasio untuk mengetahui tingkat efektivitas pemberian fasilitas pajak tersebut dengan mengukur antara target Foreign Direct Investment dan Realisasi Foreign Direct Investment di Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta Pusat. Dalam bab ini, penulis membahas lebih jauh tentang Tax Holiday dan Tax Allowance yang dilihat dari pelaksanaan pemberian fasilitas pajak berupa Tax Holiday dan Tax Allowance serta peningkatan Foreign Direct Investment yang diakibatkan diberikannya fasilitas pajak tersebut pada Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 2011 sampai dengan tahun Menganalisis fasilitas Tax Holiday dan Tax Allowance serta Realisasi Foreign Direct Investment selama tahun penelitian. Analisis Foreign Direct Investment dengan diberikannya Tax Holiday dan Tax Allowance pada Badan Koordinasi Penanaman Modal digunakan metode deskriptif komparatif yaitu suatu metode yang dinyatakan secara deskriptif dengan membandingkan Realisasi Foreign Direct Investment pada tahun yang bersangkutan dengan realisasi Foreign Direct Investment tahun sebelumnya.

4 46 No. Tahun Tabel 4.1 Realisasi FDI dengan Tax Holiday dan Tax Allowance Di Indonesia Tahun Tax Holiday Tax Allowance Realisasi Foreign Direct Investment (FDI) (Rp Ribuan) (5) Kenaikan (Penurunan) (Rp Ribuan) (6) % Kenaikan (Penurunan) (1) (2) (3) (4) (7) A B % C % D % E % Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (Data Diolah Penulis) Note : (6) = Realisasi FDI tahun berjalan Realisasi FDI tahun sebelumnya (7) = Kenaikan (penurunan) tahun berjalan : Realisasi FDI tahun sebelumnya x 100% Dalam penelitian ini, variabel tax holiday dan tax allowance merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi adalah ukuran paling sederhana. Angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Peneliti memberikan label tax holiday dan tax allowance dengan 1 = ada tax holiday dan tax allowance serta 0 = tidak ada tax holiday dan tax allowance. Tabel 4.1 adalah Realisasi Foreign Direct Investment dengan ada atau tidaknya tax holiday dan tax allowance pada tahun 2011 sampai Dan data Foreign Direct Investment berupa data rasio. Data Foreign Direct Investment yang diperoleh adalah data investasi asing langsung yang masuk ke Indonesia yang diperoleh melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Peneliti mengambil data Foreign Direct Investment mulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

5 47 Dapat dilihat dari tabel 4.1, bahwa tax holiday sudah berlaku pada tahun 2011 dimana tax holiday tersebut mulai ada sejak tahun 2011 kuartal ketiga, sejak diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011, tertanggal 15 Agustus Dan untuk tax allowance pada tahun 2011 sampai tahun 2015 sudah berlaku dimana tax allowance mulai diberlakukan pada tahun 2007 sejak diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007, tertanggal 02 Januari Berdasarkan tabel 4.1, realisasi Foreign Direct Investment dengan tax holiday dan tax allowance pada umumnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Realisasi Foreign Direct Investment dengan tax holiday dan tax allowance pada tahun 2011 sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2012 sebesar Rp ,- berarti ada peningkatan realisasi Foreign Direct Investment sebesar Rp ,- atau sebesar 26%. Realisasi Foreign Direct Investment dengan tax holiday dan tax allowance pada tahun 2012 sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2013 sebesar Rp ,- berarti ada peningkatan realisasi Foreign Direct Investment sebesar Rp ,- atau sebesar 22%. Peningkatan di tahun 2013 lebih besar dibandingkan di tahun 2012, dimana di tahun 2012 peningkatannya hanya sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2013 peningkatannya sebesar Rp ,-.

6 48 Realisasi Foreign Direct Investment dengan tax holiday dan tax allowance pada tahun 2013 sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2014 sebesar Rp ,- berarti ada ada peningkatan realisasi Foreign Direct Investment sebesar Rp ,- atau sebesar 14%. Peningkatan di tahun 2014 lebih kecil dibandingkan di tahun 2013, dimana di tahun 2013 peningkatannya sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2014 peningkatannya hanya sebesar Rp ,-. Dan terakhir Realisasi Foreign Direct Investment dengan tax holiday dan tax allowance pada tahun 2014 sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2015 sebesar Rp ,- berarti ada peningkatan realisasi Foreign Direct Investment sebesar Rp ,- atau sebesar 19%. Peningkatan di tahun 2015 lebih besar dibandingkan di tahun 2014, dimana di tahun 2014 peningkatannya hanya sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2015 peningkatannya sebesar Rp ,-. Peningkatan Realisasi Foreign Direct Investment dalam hal ini menunjukkan bahwa pemberian tax holiday dan tax allowance sudah berjalan dengan efektif dan sesuai dengan tujuan diberikannya tax holiday dan tax allowance tersebut yaitu untuk meningkatkan Foreign Direct Investment yang masuk ke Indonesia. Selain itu, peningkatan Realisasi Foreign Direct Investment setiap tahunnya juga disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya :

7 49 Terjaganya stabilitas ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, stabilitas politik dan keamanan, masuknya Indonesia dalam peringkat investment grade, dan berbagai upaya memberi citra positif kepada opinion makers telah mendorong peningkatan daya saing investasi Indonesia. Beberapa hasil survei lembaga pemeringkat internasional telah menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Memberikan kemudahan pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal melalui penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal baik di Tingkat Pusat (BKPM), Provinsi dan Kabupaten/Kota; Diberikannya fasilitas pajak berupa Tax Holiday dan Tax Allowance. Dan Prosedur permohonan fasilitas Tax Holiday dan Tax Allowance dipermudah. Serta adanya percepatan waktu dalam proses permohonan. Untuk Tax Holiday yang awalnya 125 hari kerja menjadi 45 hari kerja. Sedangkan untuk Tax Allowance yang awalnya 28 hari kerja menjadi 25 hari kerja. 2. Efektivitas pencapaian Realisasi Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target Foreign Direct Investment (FDI). Dalam hal ini, efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) tersebut diukur dengan rumus perbandingan antara Target Foreign Direct Investment (FDI) dengan Realisasi Foreign Direct Investment (FDI), dengan asumsi bahwa tercapainya target Foreign Direct

8 50 Tahun Investment (FDI) tersebut merupakan salah satu bentuk keberhasilan dan keefektifan berbagai regulasi yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia, salah satunya adalah regulasi mengenai insentif pajak berupa tax holiday dan tax allowance. Maka Efektivitas Pencapaian nilai realisasi Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target dihitung dengan rumus berikut : Realisasi Foreign Direct Investment (FDI) Efektivitas FDI = x 100% Target Foreign Direct Investment (FDI) Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan Efektivitas dari pemberian fasilitas pajak berupa Tax Holiday dan Tax Allowance terhadap Foreign Direct Investment (FDI) diukur berdasarkan pencapaian target Foreign Direct Investment (FDI) : Tabel 4.2 Efektivitas Pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) Di Indonesia Tahun Target Foreign Direct Investment (FDI) (Rp Ribuan) (2) Realisasi Foreign Direct Investment (FDI) (Rp Ribuan) (3) Persentase Efektivitas (1) (4) = (3) : (2) ,4% ,3% ,2% ,3% ,5% Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (Data Diolah Penulis) Ditinjau dari segi nilai nominalnya, target Foreign Direct Investment (FDI) pada tahun 2011 di Badan Koordinasi Penanaman Modal tercatat Rp ,- dan realisasi yang dicapai sebesar Rp ,- atau sekitar 101,4%. Berdasarkan indicator

9 51 pengukuran efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target di tahun 2011 tergolong sangat efektif. Tahun 2012 mengalami peningkatan target Foreign Direct Investment (FDI) sebanyak Rp ,- dan realisasi yang dicapai sebesar Rp ,- atau sekitar 108,3%. Berdasarkan indicator pengukuran efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target ditahun 2012 tergolong sangat efektif. Tahun 2013 mengalami penurunan nilai realisasi. Dimana target Foreign Direct Investment (FDI) sebanyak Rp ,- hanya dapat mencapai nilai realisasi sebesar Rp ,- atau sekitar 99,2 %. Walaupun tidak mencapai targetnya, namun berdasarkan indicator pengukuran efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target ditahun 2013 masih tergolong efektif. Tahun 2014 mengalami penurunan nilai realisasi. Dimana target Foreign Direct Investment (FDI) sebanyak Rp ,- hanya dapat mencapai nilai realisasi sebesar Rp ,- atau sekitar 93,3 %. Walaupun tidak mencapai targetnya, namun berdasarkan indicator pengukuran efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target ditahun 2014 masih tergolong efektif. Namun, selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, pencapaian target yang paling rendah adalah ditahun Penurunan efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) di tahun 2013 dan 2014 disebabkan adanya normalisasi kebijakan

10 52 moneter Amerika (tapering off), sehingga menyebabkan lambatnya pemulihan ekonomi kawasan Euro, melemahnya perekonomian Jepang dan melambatnya perekonomian Tiongkok mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun Melambatnya ekonomi dunia khususnya Tiongkok berdampak pada melemahnya harga-harga komoditi yang selanjutnya mengakibatkan turunnya ekspor Indonesia. Tahun 2015 mengalami peningkatan target Foreign Direct Investment (FDI) sebanyak Rp ,- dan realisasi yang dicapai sebesar Rp ,- atau sekitar 106,5%. Berdasarkan indicator pengukuran efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target ditahun 2015 tergolong sangat efektif. 3. Manfaat Tax Holiday dan Tax Allowance Bagi Negara Indonesia. Berdasarkan hasil analisis penulis, pemberian fasilitas Tax Holiday dan Tax Allowance memberikan beberapa keuntungan bagi Negara Indonesia, diantaranya : a. Meningkatkan Realisasi Investasi, baik Investasi Domestik maupun Investasi Asing di Indonesia. Dengan diberikannya Tax Holiday dan Tax Allowance, realisasi investasi baik Investasi Domestik maupun Investasi Asing setiap tahunnya meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah regulasi mengenai Tax Holiday dan Tax Allowance telah berjalan dengan efektif.

11 53 Tahun Tabel 4.3 Perkembangan Realisasi Investasi Di Indonesia Tahun Investasi Domestik ( Rp Ribuan) (2) Investasi Asing ( Rp Ribuan ) (3) Total (1) (4) = (2) + (3) Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Dari jumlah realisasi investasi tersebut, dapat dlihat bahwa dengan diberikanya Tax Holiday maka Investasi Domestik maupun Investasi Asing yang masuk ke Indonesia, akan lebih dapat meningkatkan kegiatan Investasi langsung khususnya pada industri pionir guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dan dengan diberikanya Tax Allowance selain dapat menarik investasi asing, dengan adanya fasilitas pajak ini akan dapat mengembangkan industri pionir dan sektor usaha prioritas tinggi, dan dapat mempercepat pengembangan dan pembangunan daerah tertentu. Sehingga pemerataan pembangunan pun akan dapat dilakukan. Berikut data mengenai perkembangan Investasi Domestik dan Investasi Asing Di Indonesia Tahun diberbagai wilayah di Indonesia :

12 54 Wilayah Tabel 4.4 Realisasi Investasi Asing Per Wilayah Di Indonesia Tahun Nilai Investasi Nilai Investasi Nilai Investasi Nilai Investasi Nilai Investasi (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) Sumatera Jawa Bali & Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua TOTAL Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (Data Diolah Penulis) Berdasarkan tabel 4.4 Selama periode penelitian (Tahun ), Wilayah Jawa memiliki nilai Realisasi Investasi Asing tertinggi dari berbagai wilayah lainnya di Indonesia. Dimana nilai Realisasi Investasi Asing wilayah Jawa setiap tahunnya meningkat. Hal ini disebabkan karena Wilayah Jawa merupakan pusat pemerintahan, dimana wilayah ini menjadi pusat kegiatan politik, administrasi negara, tersedianya infrastruktur dan merupakan wilayah yang cepat berkembang. Untuk wilayah Sumatera, Realisasi Investasi Asing tidak meningkat setiap tahunnya, karena pada tahun 2013 Realisasi Investasi Asingnya menurun sebesar Rp ,- dari tahun sebelumnya, namun untuk tahun selanjutnya yaitu tahun 2014 dan

13 55 tahun 2015 Realisasi Investasi Asing wilayah Sumatera mengalami peningkatan. Untuk wilayah Bali & Nusa Tenggara, Realisasi Investasi Asing tidak meningkat setiap tahunnya, karena pada tahun 2013 Realisasi Investasi Asingnya menurun sebesar Rp ,- dari tahun sebelumnya, namun untuk tahun selanjutnya yaitu tahun 2014 dan tahun 2015 Realisasi Investasi Asing wilayah Bali & Nusa Tenggara mengalami peningkatan. Untuk wilayah Kalimantan, Realisasi Investasi Asing tidak meningkat setiap tahunnya, karena pada tahun 2013 Realisasi Investasi Asingnya menurun sebesar Rp ,- dari tahun sebelumnya, namun untuk tahun selanjutnya yaitu tahun 2014 dan tahun 2015 Realisasi Investasi Asing wilayah Kalimantan mengalami peningkatan. Untuk wilayah Sulawesi, dari tahun Realisasi Investasi Asingnya terus meningkat, namun pada tahun 2015 nilai Realisasi Investasi Asingnya menurun sebesar Rp ,- dari tahun sebelumnya. Untuk wilayah Maluku, nilai Realisasi Investasi Asingnya tidak meningkat setiap tahunnya. Namun apabila dilihat, nilai tertinggi dari Realisasi Investasi Asingnya berada ditahun 2015 yaitu sebesar Rp ,-, dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Asingnya berada ditahun 2012 yaitu sebesar Rp.

14 ,-. Diantara beberapa wilayah di Indonesia, Wilayah Maluku-lah yang memiliki nilai terendah Realisasi Investasi Asing selama periode penelitian. Hal ini disebabkan karena wilayah Maluku memiliki berbagai keterbatasan diantarnya adalah keterbatasan infrastrukturnya, sarana transportasi yang kurang memadai, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk wilayah Papua nilai tertinggi dari Realisasi Investasi Asingnya berada ditahun 2013 yaitu sebesar Rp ,- dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Asingnya berada ditahun 2012 yaitu sebesar Rp ,-. Tabel 4.5 Realisasi Investasi Domestik Per Wilayah Di Indonesia Tahun Wilayah Nilai Investasi Nilai Investasi Nilai Investasi Nilai Investasi Nilai Investasi (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) Sumatera Jawa Bali & Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua TOTAL Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (Data Diolah Penulis) Berdasarkan tabel 4.5 Selama periode penelitian (Tahun ), Wilayah Jawa memiliki nilai Realisasi Investasi Domestik tertinggi dari berbagai wilayah lainnya di Indonesia. Dimana nilai Realisasi Investasi Domestik wilayah Jawa setiap tahunnya meningkat.

15 57 Untuk wilayah Sumatera, Realisasi Investasi Domestiknya tidak serta merta meningkat setiap tahunnya, karena pada tahun 2012 Realisasi Investasi Domestiknya menurun sebesar Rp ,- dari tahun sebelumnya, namun untuk tahun selanjutnya yaitu dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 Realisasi Investasi Domestik wilayah Sumatera mengalami peningkatan. Untuk wilayah Bali & Nusa Tenggara, nilai Realisasi Investasi Domestiknya tidak meningkat setiap tahunnya. Namun apabila dilihat nilai tertinggi dari Realisasi Investasi Domestiknyaberada ditahun 2013 yaitu sebesar Rp ,-. Dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2011 yaitu sebesar Rp ,- Untuk wilayah Kalimantan, Realisasi Investasi Domestiknya dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar Rp ,- dari tahun sebelumnya. Untuk wilayah Sulawesi, nilai Realisasi Investasi Domestiknya tidak meningkat setiap tahunnya. Namun apabila dilihat nilai tertinggi dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2015 yaitu sebesar Rp ,-. Dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2013 yaitu sebesar Rp ,-

16 58 Untuk wilayah Maluku, nilai Realisasi Investasi Domestiknya tidak meningkat setiap tahunnya. Namun apabila dilihatnilai tertinggi dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2013 yaitu sebesar Rp ,-, dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2011 yaitu sebesar Rp ,-. Diantara beberapa wilayah di Indonesia, Wilayah Maluku-lah yang memiliki nilai terendah Realisasi Investasi Domestik selama periode penelitian. Sedangkan untuk wilayah Papua, nilai Realisasi Investasi Domestiknya tidak meningkat setiap tahunnya. Namun apabila dilihat nilai tertinggi dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2011 yaitu sebesar Rp ,-. dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2012 yaitu sebesar Rp ,-. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak BKPM, penyebab Wilayah Jawa memiliki nilai Realisasi Investasi Domestik dan Realisasi Investasi Asing tertinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia yaitu karena Wilayah Jawa merupakan pusat pemerintahan, dimana wilayah ini menjadi pusat kegiatan politik, administrasi negara, dan merupakan wilayah yang cepat berkembang. Selain itu tersedianya infrastruktur dan sumber daya manusia serta tanahnya yang subur untuk pertanian menjadikan Wilayah ini lebih

17 59 unggul dan diminati para investor untuk menanamkan modalnya dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Sedangkan untuk Wilayah Papua mendapatkan investasi domestik dan investasi asing paling sedikit selama tahun penelitian dibandingkan wilayah lainnya disebabkan karena kurangnya sumber daya manusianya yang berkualitas serta kurangnya infrastruktur yang tersedia diwilayah tersebut. b. Adanya Penyerapan Tenaga Kerja Dengan meningkatnya meningkatnya industri baru, akan menambah kebutuhan jumlah tenaga kerja sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran. Berikut data mengenai penyerapan tenaga kerja di Indonesia pada tahun yang diperoleh dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Gambar 4.2 Data Penyerapan Tenaga Kerja Di IndonesiaTahun Jumlah Tenaga Kerja 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , , Investasi Domestik 402, , , , ,811 Investasi Asing 757, ,806 1,132,288 1,015, ,905 Total 1,159,905 1,289,506 1,829,950 1,430,846 1,435,716 Investasi Domestik Investasi Asing Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

18 60 Berdasarkan Gambar 4.2 pertambahan jumlah penyerapan tenaga kerja akibat realisasi penerimaan penanaman modal baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing pada tahun 2011 mencapai , pada tahun 2012 mencapai , pada tahun 2013 mencapai , pada tahun 2014 mencapai dan pada tahun 2015 sebanyak orang. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja sesuai dengan meningkatkan realisasi investasi setiap tahunnya. Dan dengan meningkatnya industri baru, akan menambah kebutuhan jumlah tenaga kerja sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Selain membawa manfaat, Tax Holiday dan Tax Allowance juga membawa dampak bagi Negara Indonesia. Berdasarkan hasil analisis penulis, berikut ini adalah dampak dari pemberian fasilitas Tax Holiday dan Tax Allowance bagi Negara Indonesia, diantaranya : Kurangnya pendapatan negara yang bersumber dari pajak sehingga untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah menaikkan pajak yang berasal dari kegiatan lain. Hal ini mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, mendorong terjadinya penyalahgunaan pajak, menciptakan kesempatan untuk penghindaran pajak/manipulasi pajak dan efisiensi ekonomi yang menyebabkan ketidakadilan.

19 61 Tax holiday dan Tax Allowance sering dimanfaatkan oleh investor yang cenderung membuat kecurangan dengan memindahkan usahanya ke negara lain untuk mendapatkan tax holiday dan tax allowance yang baru namun jika masa manfaat tax holiday di suatu negara sudah habis, investor tersebut akan memindahkan usahanya lagi ke negara lainnya yang memberikan fasilitas pajak, sehingga negara host country kehilangan benefit dari adanya investor tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang terdiri dari pulau. Dan dengan luas wilayah ,32

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang terdiri dari pulau. Dan dengan luas wilayah ,32 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Dan dengan luas wilayah 1.910.931,32 serta dengan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Dari pembahasan dan analisis yang dilakukan oleh penulis berkenan dengan dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di Indonesia pada

Lebih terperinci

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Berita Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2016 Naik 12,3 % Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari ini di Jakarta

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN FASILITAS PAJAK BERUPA INDONESIA TAHUN SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN FASILITAS PAJAK BERUPA INDONESIA TAHUN SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN FASILITAS PAJAK BERUPA TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE DALAM PENCAPAIAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DI INDONESIA TAHUN 2011 2015 (Studi pada Badan Koordinasi Penanaman Modal) SKRIPSI

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 1 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAGIAN I PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI 2 PERINGKAT GLOBAL MEMBAIK Realisasi Investasi (Rp Triliun) 313 399 463 +12,4%2 016 (y/y) 545 613 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Lebih terperinci

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.681, 2015 BKPM. Fasilitas. Pajak Penghasilan. Usaha Tertentu. di Daerah Tertentu. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insentif Pajak untuk Investasi Insentif pajak untuk investasi merupakan sebuah keringanan pajak yang diberikan oleh negara untuk meningkatkan investasi di

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T Jakarta, 21 Januari 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan hasil capaian realisasi investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekuritas, yang memungkinkan para investor maupun trader untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekuritas, yang memungkinkan para investor maupun trader untuk melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan pasar modal semakin pesat. Berkembangnya pasar modal ini juga didukung dengan semakin mudahnya dalam melakukan transaksi jual-beli saham, yaitu

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DIRECT INVESTMENT DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DIRECT INVESTMENT DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI EFEKTIVITAS KEBIJAKAN TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DIRECT INVESTMENT DI INDONESIA TAHUN 2011 2015 SKRIPSI Nama : Nicko Chrystian Subakti NIM : 43212110040 Program Studi

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan bentuk pertanggung jawaban pelaksanaan kinerja BKPM Tahun 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SIARAN PERS Realisasi Investasi Januari September Tahun 2017 Rp 513,2 triliun, Telah Mencapai 75,6% dari Target Jakarta, 30 Oktober 2017 Pada periode Triwulan III (Juli

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015 BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015 1. Fasilitas Tax Holiday adalah fasilitas pembebasan dan pengurangan Pajak

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015

RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015 29 September 2015 KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP II Kemudahan Perizinan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 BAB 2 PRIORITAS NASIONAL DAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA.... 2-1 A. PRIORITAS NASIONAL 2.1 PRIORITAS NASIONAL 1: REFORMASI

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun SIARAN PERS Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun Jakarta, 26 Juli 2017 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Realisasi Investasi TW I 2016 Rp 146,5 Triliun, Serap 327 Ribu Tenaga Kerja Jakarta, 25 April 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan angka

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara maju di kawasan Eropa masih belum sepenuhnya mereda. Permasalahan mendasar seperti tingginya

Lebih terperinci

2015, No Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan hur

2015, No Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan hur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1482, 2015 BKPM. Penanaman Modal. Bidang Usaha Tertentu. Daerah Tertentu. Pajak Penghasilan. Permohonan Fasilitas. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi belakangan ini perkembangan perekonomian dunia cukup bergejolak, bahkan cenderung mengalami masalah. Hambatan hambatan antar negara mulai memudar

Lebih terperinci

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Siaran Pers Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Jakarta, 27 Oktober 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi pada triwulan ketiga (Juli-September)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu rangkaian yang terencana menuju keadaan ke arah yang lebih baik. Tahun 1969 pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia mulai melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu dari segelintir negara yang berhasil menghadapi gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999 yang sekaligus menandai perubahan paradigma pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

Lampiran 2. Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012

Lampiran 2. Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012 Lampiran 2 Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012 Tabel Realisasi Investasi PMA Menurut Sektor Periode 2008-Kuartal 1 2012 2008 2009 2010 2011 2012 (q1) Industri Pionir P I (US$. Industri Kimia

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyaris tidak ada satu orang pun yang mengira kalau negara kita akan diterpa krisis ekonomi hingga separah ini. Perekonomian Indonesia yang boleh dikatakan stabil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan termasuk sebagai salah satu negara berkembang di dunia membutuhkan dana untuk mendukung pertumbuhan

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.769, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pembebasan. Pengurangan. Pajak Penghasilan Badan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,

Lebih terperinci

Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: - 1 - - 2 - Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan Fasilitas Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5806 INDUSTRI. Kawasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 365 Tahun 2015). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; - 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment terhadap penyerapan Tenaga Kerja di sektor pertanian,manufaktur dan pertambangan Di Indonesia ABSTRAK

Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment terhadap penyerapan Tenaga Kerja di sektor pertanian,manufaktur dan pertambangan Di Indonesia ABSTRAK Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment terhadap penyerapan Tenaga Kerja di sektor pertanian,manufaktur dan pertambangan Di Indonesia Oleh : Zamzami; Candra Mustika; Jaya Kesuma Edy Dosen Fakultas

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Pajak Badan lainnya (Sarwedi, 2012). Dengan melihat realita ini maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Pajak Badan lainnya (Sarwedi, 2012). Dengan melihat realita ini maka pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah salah satu penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional di Indonesia. Apabila jumlah pajak yang diterima

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Account Representative

Account Representative Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA

Lebih terperinci

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; - 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Riwayat Perusahaan Badan Koordinasi Penanaman Modal (Investment Coordinating Board) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas untuk merumuskan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Berdasarkan Instruksi Presiden R.I. Nomor 7 Tahun 1999 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Depan. 1. Daftar Isi Bab I : Pendahuluan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian...

DAFTAR ISI. Sampul Depan. 1. Daftar Isi Bab I : Pendahuluan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian... DAFTAR ISI Sampul Depan. 1 Daftar Isi...... 2 Bab I : Pendahuluan..... 3 Bab II : pembahasan 1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 5 1. Pengertian....... 5 2. Latar Belakang PMDN... 5 3. Faktor Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan upaya yang dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilititasnya dengan tujuan akhir meningkatkan

Lebih terperinci

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI invest in Jakarta 15 Maret 2016 CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved Rp

Lebih terperinci

2012, No

2012, No 2012,.1305 12 LAMPIRAN I PERATURAN DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan investasi pemerintah total dan menurut jenis yang dibelanjakan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/M-IND/PER/11/2011 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DI SEKTOR

Lebih terperinci

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; - 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. a) Sejarah Badan Kordinasi Penanaman Modal

BAB III PEMBAHASAN. a) Sejarah Badan Kordinasi Penanaman Modal digilib.uns.ac.id 17 BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Pemerintahan di Indonesia a) Sejarah Badan Kordinasi Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah sebuah badan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG FASILITASI PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menggariskan bahwa Visi Pembangunan 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

2013, No.1531

2013, No.1531 11 2013,.1531 LAMPIRAN I DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara langsung maupun

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Bidang Kebijakan Pajak dan PNBP II, Pusat Kebijakan Pendapatan Negara I. Pendahuluan Pemerintah

Lebih terperinci

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara menginginkan negaranya memiliki suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal tahun 1990 terdapat fenomena di negara negara pengutang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal tahun 1990 terdapat fenomena di negara negara pengutang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Awal tahun 1990 terdapat fenomena di negara negara pengutang yang mulai mengalihkan perhatian dalam bentuk alternatif bagi pembiayaan pembangunan yang

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DAERAH URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun 1 1 PENDAHULUAN Daya saing merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki dalam persaingan pasar bebas. Perkembangan daya saing nasional di tingkat internasional juga tidak terlepas dari perkembangan daya saing

Lebih terperinci

BAB II EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

BAB II EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 22 BAB II EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Badan Koordinasi Penanaman Modal atau yang biasa disingkat

Lebih terperinci