II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim adalah protein yang mengkatalisis reaksi-reaksi biokimia dalam sel dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim adalah protein yang mengkatalisis reaksi-reaksi biokimia dalam sel dengan"

Transkripsi

1 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim adalah protein yang mengkatalisis reaksi-reaksi biokimia dalam sel dengan konsentrasi yang sangat rendah (Kuchel and Gregory, 2002). Enzim mempunyai berat molekul yang beraneka ragam berkisar KDa (Dryer, 1993). Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 3 sampai kali lebih cepat dibandingkan dengan reaksi yang tidak dikatalisis oleh katalis (Ngili, 2008). Enzim berfungsi sebagai biokatalisator dalam sel dan sifatnya sangat khas, karena enzim hanya bekerja pada substrat tertentu dan bentuk reaksi tertentu (Poedjiadi, 2006). Enzim merupakan katalis biologik, yang mampu meningkatkan laju reaksi dengan cara selektif dan efisien berdasarkan pada hukum termodinamika dan kinetika (Shahib, 2005). 1. Klasifikasi enzim Menurut Martoharsono (1993) enzim dapat diklasifikasi menjadi 6 kelas berdasarkan fungsinya dan tiap kelas mempunyai beberapa subkelas berdasarkan IUPAC:

2 5 a. Oksidoreduktase, dibagi menjadi 5 sub-golongan mengkatalisis substrat yang bergugus fungsional; >CHOH, >C=O, >C=CH-, >CH-NH 2, >CH-NH-. b. Transferase, enzim yang memindahkan gugus berkarbon 1, aldehidik/ ketonik, asil, fosfat dan gugus yang mengandung S. c. Hidrolase, enzim yang berkerja menghidrolisis substrat yang dibagi menjadi enzim yang menghidrolisis senyawa; ester, glikosidik, peptida, lain-lain ikatan C-N dan anhidrida. d. Liase, dibagi menjadi 3 sub-golongan mengkatalisis reaksi addisi terhadap ikatan; >C=C<, C=O, C=N-. e. Isomerase yang mengkatalisis semua reaksi isomer dan resemase. f. Ligase yang mengkatalisis pembentukan ikatan karbon-oksigen, karbonsulfur, karbon-nitrogen dan karbon-atom lainnya. Energi yang diperlukan untuk pembentukan ikatan diperoleh dari hidrolisis ATP. 2. Teori pembentukan enzim-substrat Menurut Shahib (2005) ada dua teori pembentukan kompleks enzim-subtrat yaitu : a. Teori lock and key (gembok dan kunci) Substrat yang spesifik akan terikat pada sisi aktif enzim. Substrat mempunyai daerah polar dan non-polar pada sisi aktif yang baik bentuk maupun muatannya merupakan pasangan substrat (Gambar 1). Hal ini terjadi karena adanya rantai peptida yang mengandung rantai residu menuntun substrat untuk berinteraksi dengan residu katalitik. Ketika

3 6 katalisis berlangsung, produk masih terikat pada molekul enzim. Kemudian produk akan bebas dari sisi aktif dengan terbebasnya enzim. b. Teori induced-fit (ketetapan induksi) Teori ini menerangkan bahwa enzim bersifat fleksibel, karena sebelumnya bentuk sisi aktif tidak sesuai dengan bentuk substrat, tetapi setelah substrat menempel pada sisi aktif, maka enzim akan terinduksi dan menyesuaikan dengan bentuk substrat seperti pada Gambar 1. Enzim Sisi Aktif Enzim Active Site Substrat Enzim Sisi Aktif Enzim Active Site Substrat Teori kunci gembok Sisi aktif cenderung kaku Teori kecocokan induksi Sisi aktif lebih fleksibel Gambar 1. Teori kunci gembok dan teori induksi (Shahib, 2005). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim a. Suhu Sebagian enzim mengalami denaturasi pada suhu diatas 50 C. Dengan kenaikan suhu, maka laju reaksi enzim akan meningkat dan akhirnya kehilangan seluruh aktivitasnya, seperti pada Gambar 2. Sebagian besar enzim berfungsi secara optimal antara suhu o C (Page, 1997). Suhu inkubasi yang lebih tinggi dari suhu optimum kerja enzim dapat menyebabkan terjadinya perubahan konformasi sisi aktif enzim akibat denaturasi protein enzim.

4 7 Aktivitas Enzim Suhu Gambar 2. Hubungan suhu dengan aktivitas enzim (Shahib, 2005). b. ph ph sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, karena sifat ionik gugus karboksil dan gugus amino mudah dipengaruhi oleh ph. Hal ini dapat menyebabkan daerah katalitik dan konformasi enzim menjadi berubah. Selain itu perubahan ph juga menyebabkan denaturasi enzim dan mengakibatkan hilangnya aktivitas enzim yang dapat dilihat pada Gambar 3 (Page, 1997). ph optimum Aktivitas Enzim ph Gambar 3. Hubungan ph dengan aktivitas enzim (Shahib, 2005).

5 8 c. Konsentrasi enzim Konsentrasi enzim secara langsung mempengaruhi kecepatan laju reaksi enzimatik dimana laju reaksi meningkat dengan bertambahnya konsentrasi enzim (Poedjiadi, 2006). Laju reaksi tersebut meningkat secara linier selama konsentrasi enzim jauh lebih sedikit dari pada konsentrasi substrat. Hal ini biasanya terjadi pada kondisi fisiologis (Page, 1997). d. Konsentrasi substrat Laju reaksi mula-mula meningkat dengan bertambahnya konsentrasi substrat. Akan tetapi setelah peningkatan substrat lebih lanjut akan tercapai suatu laju maksimum. Pada keadaan substrat yang berlebih akan terjadi kejenuhan pembentukan kompleks enzim substrat sehingga sebagian besar substrat tidak diubah menjadi produk. Penambahan substrat lebih lanjut tidak berakibat terhadap laju reaksi (Kuchel and Gregory, 2002). Hubungan antara konsentrasi substrat dengan laju reaksi enzim ditunjukkan dalam Gambar 4. V maks V (laju) ½ V maks K m [S] Gambar 4. Hubungan konsentrasi substrat dengan laju reaksi enzim (Shahib, 2005).

6 9 e. Inhibitor Inhibisi atau hambatan reaksi enzim adalah penurunan kecepatan reaksi enzimatik akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu dalam larutan enzim substrat (Mara, 1999). Pada umumnya cara kerja inhibitor adalah dengan menyerang sisi aktif enzim sehingga enzim tidak dapat lagi berikatan dengan substrat dan fungsi katalitiknya terganggu (Winarno, 1986). B. Bacillus subtilis Bacillus merupakan salah satu mikroba golongan bakteri. Sebagian besar bakteri genus Bacillus pada umumnya hidup di tanah, tumbuh pada kondisi mesofillik, yaitu pada kisaran temperatur C dan ph 7-8, diantaranya adalah B.subtilis, B.lincheniformis, B.megatarium, B.pumilis dan kelompok B.spaericus. Selain di tanah, beberapa jenis Bacillus juga ditemukan di lumpur dan di muara yaitu B.firmus dan B.lentus. Selain ditemukan di kedua habitat di atas, ada juga beberapa jenis Bacillus yang hidup di laut misalnya B.marinus, B.cirroflagelosus, B.epiphytes dan B.filicolonicus (Priest, 1993). Mikroorganisme ini bersifat gram positif dan bersifat aerob (Schlegel and Schmidt, 1994). B.subtilis berbentuk batang lurus gram positif berukuran 1,5 x 4,5 μ, sendiri-sendiri atau tersusun dalam bentuk rantai bergerak dan tidak bersimpai (Gupte, 1990).

7 10 C. Protease Protease merupakan biokatalisator untuk reaksi pemecahan molekul protein menjadi oligopeptida dan asam amino (Poedjiadi, 2006). Enzim protease yang digunakan dalam bidang industri umumnya dihasilkan oleh mikroorganisme karena memiliki beberapa keunggulan. Adanya mikroorganisme yang unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha produksi enzim. Mikroba yang telah dikembangkan secara komersial sebagai penghasil protease antara lain B licheniformis, B.stearothermophilus, B.pumilus, Aspergillus oryzae dan A.niger. Industri pengguna protease diantaranya ialah industri deterjen, kulit, tekstil, makanan, hidrolisat protein, pengolahan susu, farmasi, makanan, bir, film dan limbah (Wilda et al., 2013). Enzim ini akan mengkatalis reaksi hidrolisis, yaitu reaksi yang melibatkan unsur air pada ikatan spesifik substrat. Karena itu, enzim ini termasuk dalam kelas utama enzim golongan hidrolase. Berdasarkan cara kerjanya, enzim protease dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu endopeptidase (memecah ikatan peptida dari arah dalam) dan eksopeptidase (memecah protein dan ikatan peptida dari arah luar; arah gugus karboksil terminal atau gugus amino terminal) (Winarno,1986).

8 11 Mikroba endoprotease secara umum diklasifikasikan ke dalam 4 golongan berdasarkan residu asam amino yang berada pada sisi aktifnya (Witazora, 2008), yaitu: 1. Protease serin Protease yang memiliki residu serin pada sisi aktifnya dan dapat dihambat oleh hidroksil-organofluorida reaktif, seperti diisopropilfluorofosfat dan fenilmetilsulfonilfluorida (PMSF). Semua enzim tersebut bersifat endopeptidase. Enzim yang termasuk golongan ini adalah tripsin, kimotripsin, elastase dan subtilin. 2. Protease sulfidril atau tiol Protease yang mempunyai sulfidril pada sisi aktifnya yang distimulasi dengan agen pereduksi seperti ditiotreitol dan sistein serta dapat dihambat oleh senyawa oksidator, alkilator dan logam berat. Enzim yang termasuk golongan ini adalah protease dari tanaman (bromelin, papain, fisin) dan protease mikroba. Aktivitas enzim ini optimal pada ph netral. 3. Protease logam Protease yang keaktifannya bergantung pada adanya ion logam (protease netral dan protease alkali) sebagai aditif umumnya ditambahkan garam Ca 2+ dalam bentuk garam klorida (Schwimmer, 1981). Kation-kation yang dapat mengaktifkan enzim adalah Na +, K +, Rb +, Cs +, Mg 2+, Zn 2+, Cr 3+, Cu 2+, Fe 2+, Co 2+, Ni 2+ dan Al 3+. Keaktifannya dapat dihambat oleh EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid).

9 12 4. Protease asam Protease yang mempunyai dua gugus karboksil pada sisi aktifnya dan memiliki residu aspartat atau glutamat pada titik isoelektrik sekitar ph 3,5 yang dapat dihambat oleh p-bromofenasilbromida. Enzim yang termasuk golongan ini adalah pepsin, renin dan protease kapang. D. Kinetika Reaksi Enzim Pada tahun 1913 Michaelis-Menten menunjuk pada mekanisme berikut untuk menjelaskan kekuatan reaksi-reaksi enzim. E + S ES Hasil (x) (y) (xy) Dimana E = enzim, ES = kompleks enzim substrat, dan S = substrat, sedangkan [S] >> [E] dan [ES]. Transformasi persamaan Michaelis-Menten yang paling banyak digunakan adalah double reciprocal Lineweaver-Burk, dengan menggabung persamaan Michaelis-Menten. Plot dari pasangan data (1/[S] 0i, 1/v 0i ), untuk i = 1,..., n, dengan n adalah jumlah pasangan data, akan memberikan suatu garis lurus dengan ordinat dan absis intercept 1/V maks dan -1/Km pada Gambar 5 (Ngili, 2008). V 0 V K maks M S [S] Persamaan Michaelis-Menten 1 KM V V 0 maks [S] [S]

10 13 1 V 0 K V M maks 1 S 1 V maks Persamaan Lineweaver-Burk 1 V 0 K Slope V M maks 1 V maks 1 K M 1 S Gambar 5. Diagram Lineweaver-Burk ( Suhartono, 1989). E. Stabilitas Enzim Stabilitas enzim dapat diartikan sebagai kestabilan aktivitas enzim selama penyimpanan dan penggunaan enzim tersebut, serta kestabilan terhadap senyawa yang bersifat merusak seperti pelarut tertentu (asam atau basa), oleh pengaruh suhu kondisi-kondisi non fisiologis lainnya (Kazan et al., 1997). Stabilitas enzim merupakan sifat penting yang harus dimiliki oleh enzim sebagai biokatalis. Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas enzim, seperti ph, suhu, kofaktor dan kehadiran surfaktan (Eijsink et al., 2005). Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan enzim yang mempunyai stabilitas tinggi, yaitu menggunakan enzim yang memiliki stabilitas ekstrim alami dan mengusahakan peningkatan stabilitas enzim yang secara alami

11 14 tidak atau kurang stabil (Junita, 2002). Menurut Illanes (1999), untuk meningkatkan stabilitas enzim dapat dilakukan dengan penggunaan zat aditif, modifikasi kimia, amobilisasi dan rekayasa protein. 1. Stabilitas termal enzim Pada suhu yang terlalu rendah kemantapan enzim tinggi, tetapi aktivitasnya rendah. Sedangkan pada suhu yang terlalu tinggi aktivitas enzim tinggi, tetapi kemantapannya rendah. Daerah suhu saat kemantapan dan aktivitas enzim cukup besar disebut suhu optimum (Wirahadikusumah, 2001). Dalam industri, pada proses reaksinya menggunakan suhu tinggi bertujuan untuk mengurangi tingkat kontaminasi dan masalah viskositas serta meningkatkan laju reaksi. Namun, suhu tinggi merupakan masalah utama dalam stabilitas enzim, karena enzim umumnya tidak stabil pada suhu tinggi. Proses inaktivasi enzim pada suhu tinggi berlangsung dalam dua tahap, yaitu : a. Adanya pembukaan partial (partial unfolding) struktur sekunder, tersier dan atau kuartener molekul enzim. b. Perubahan struktur primer enzim karena adanya kerusakan asam aminoasam amino tertentu oleh panas (Ahern and Klibanov, 1987). Air memegang peranan penting pada kedua tahap di atas. Oleh karena itu, dengan menggunakan air seperti pada kondisi mikroakueus, reaksi inaktivasi oleh panas dapat diperlambat dan stabilitas termal enzim akan meningkat.

12 15 Stabilitas termal enzim akan jauh lebih tinggi dalam kondisi kering dibandingkan dalam kondisi basah. Adanya air sebagai pelumas membuat konformasi suatu molekul enzim menjadi sangat fleksibel, sehingga bila air dihilangkan molekul enzim akan menjadi lebih kaku (Virdianingsih, 2002). 2. Stabilitas ph enzim Semua reaksi enzim dipengaruhi oleh ph medium tempat reaksi terjadi (Suhartono, 1989). Stabilitas enzim dipengaruhi oleh banyak faktor seperti suhu, ph, pelarut, kofaktor dan kehadiran surfaktan (Eijsink et al., 2005). Dari faktor-faktor tersebut, ph memegang peranan penting. Diperkirakan perubahan keaktifan ph lingkungan disebabkan terjadinya perubahan ionisasi enzim, substrat atau kompleks enzim substrat. Enzim menunjukkan aktivitas maksimum pada kisaran ph optimum enzim dengan stabilitas yang tinggi (Winarno, 1986). Pada reaksi enzimatik, sebagian besar enzim akan kehilangan aktivitas katalitiknya secara cepat dan irreversibel pada ph yang jauh dari rentang ph optimum untuk reaksi enzimatik. Inaktivasi ini terjadi karena unfolding molekul protein sebagai hasil dari perubahan kesetimbangan elektrostatik dan ikatan hidrogen (Kazan et al., 1997). F. Isolasi dan Pemurnian Enzim Enzim dapat diisolasi secara ekstraseluler dan intraseluler. Enzim ekstraseluler merupakan enzim yang bekerja di luar sel, sedangkan enzin intraseluler

13 16 merupakan enzim yang bekerja di dalam sel. Ekstraksi enzim ekstraseluler lebih mudah dibandingkan ekstraksi dari intraseluler, karena tidak memerlukan pamecahan sel, dan enzim yang dikeluarkan dari sel mudah dipisahkan dari pengotor lain serta tidak banyak bercampur dengan bahan-bahan sel lain (Pelczar and Chan, 1986). Proses pengisolasian dan pemurnian enzim berlangsung beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Sentrifugasi Proses ini bertujuan untuk memisahkan enzim dari sisa-sisa dinding sel, dimana molekul yang memiliki berat molekul tinggi dapat mengendap didasar tabung dengan cepat bila disentrifugasi dengan kecepatan tinggi. Kecepatan pengendapan molekul bergantung pada beberapa faktor, yaitu berat molekul, bentuk molekul dan viskositas larutan. Proses ini akan menimbulkan panas, sehingga dapat mendenaturasi enzim. Untuk menghindarinya maka sentrifugasi dilakukan pada suhu 2-4 o C (sentrifugasi dingin). Sel-sel mikroba biasanya mengalami sedimentasi pada kecepatan 5000 rpm selama15 menit (Scopes, 1982). Prinsip sentrifugasi berdasarkan pada kenyataan bahwa setiap partikel yang berputar pada laju sudut yang konstan akan memperoleh gaya keluar (F). Besar gaya ini tergantung pada laju sudut ω (radian/detik) dan radius pertukarannya (cm) ( Sariningsih, 2000)

14 17 2. Fraksinasi dengan ammonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] Cara pemurnian enzim yang umum dilakukan adalah dengan proses pengendapan bertahap atau biasa disebut sebagai fraksinasi. Fraksinasi yang sering dilakukan adalah dengan senyawa elektrolit menggunakan garam ammonium sulfat, natrium klorida atau natrium sulfat (Suhartono et al., 1992). Menurut Wirahadikusumah (2001), meningkatnya kekuatan ion akan menyebabkan kelarutan enzim semakin besar yang disebut dengan salting in. Jika kandungan ion semakin tinggi akan menyebabkan kelarutan enzim menurun dan mengendap yang disebut dengan salting out. Ammonium sulfat sering dipakai untuk mengendapkan enzim karena kelebihannya, yaitu: kebanyakan enzim tahan terhadap garam tersebut (tidak terdenaturasi), memiliki kelarutan yang besar, mempunyai daya pengendapan yang cukup besar dan mempunyai efek penstabil terhadap kebanyakan enzim. Perlakuan penambahan ammonium sulfat dilakukan dengan meningkatkan kejenuhan dari larutan enzim, dengan pembagian fraksi : (0-20)% jenuh, (20-40)% jenuh, (60-80)% jenuh, dan (80-100)% jenuh. Pengendapan ini dikenal sebagai salting out (Judoamidjojo et al.,1989). 3. Dialisis Dialisis adalah proses pemisahan molekul terlarut berdasarkan ukuran molekulnya menggunakan membran semipermeabel berdasarkan difusi partikel zat terlarut. Membran yang biasa digunakan adalah selofan yang

15 18 berbentuk selang. Difusi zat terlarut bergantung pada suhu dan viskositas larutan. Pada suhu tinggi laju difusi meningkat, tetapi sebagian besar protein dan enzim akan terdenaturasi. Proses dialisis harus dilakukan pada suhu 4-8 C dalam ruang dingin, karena protein dan enzim stabil pada suhu tersebut (Pohl, 1990). Molekul dengan berat molekul lebih kecil dari Dalton dapat melalui membran, sedangkan yang berat molekulnya lebih besar akan tertahan di dalam membran (Baehaki et al., 2011). Jika membran berisi larutan protein atau enzim dimasukkan dalam larutan buffer, maka molekul kecil dalam larutan protein atau enzim akan keluar dari pori-pori membran seperti garam anorganik dan molekul protein atau enzim yang berukuran besar tetap dalam membran. Keluarnya molekul menyebabkan distribusi ion-ion tidak seimbang di dalam dan di luar membran. Untuk memperkecil pengaruh ini digunakan larutan buffer dengan konsentrasi rendah di luar membran (Lehninger, 1982). Molekul yang lebih kecil akan terus terdifusi keluar membran hingga ion-ion dalam membran seimbang atau dapat diabaikan (Boyer, 1993). G. Penentuan kadar protein dengan metode Lowry. Penentuan kadar protein bertujuan untuk mengetahui bahwa protein enzim masih terdapat pada tiap fraksi pemurnian dengan aktivitas yang atau tetap baik. Penentuan kadar protein dengan Metode Lowry didasarkan pada pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks yang berwarna ungu. Ini terjadi karena

16 19 protein bereaksi dengan tembaga dalam lingkungan alkali yang mudah larut, dimana kompleks Cu 2+ dengan ikatan peptida akan tereduksi menjadi Cu +. Cu + akan mereduksi folin-ciocalteuo yang mengikat protein sekitar ph 10. Sehingga komplek fosfomolibdat-fosfotungstat menghasilkan tungesteen blue atau heteropolymolybdenum dari warna kuning menjadi biru. Ini disebabkan karena oksidasi gugus aromatik terkatalis Cu, sehingga menghasilkan komplek berwarna biru dalam derajat yang berbeda tergantung pada komposisi triftofan dan tirosinnya. Karena itu, protein yang berbeda akan memberikan tingkat warna yang berbeda (Alexander and Griffith, 1993). Metode ini relatif sederhana dan dapat diandalkan serta biayanya relatif murah. Namun, metode ini mempunyai kelemahan yaitu sensitif terhadap perubahan ph dan konsentrasi protein yang rendah. Untuk mengatasinya adalah dengan cara menggunakan volume sampel yang sangat kecil sehingga tidak mempengaruhi reaksi ( Lowry et al., 1951). H. Modifikasi Kimia Modifikasi kimia adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas enzim yang larut dalam air. Menurut Mozhaev et al., (1990), modifikasi kimia enzim dengan senyawa berbobot molekul rendah merupakan metode yang paling sederhana dapat dilakukan. Proses modifikasi dilakukan dengan cara menginkubasi larutan enzim dengan larutan pemodifikasi. Enzim yang telah termodifikasi dapat dipisahkan dari campuran melalui dialisis atau kromatografi kolom penyaringan molekul. Berdasarkan struktur enzim,

17 20 gugus fungsi yang kemungkinannya paling besar bereaksi dengan zat pemodifikasi adalah gugus fungsi yang terletak pada permukaan. Sedangkan gugus ε-amino dari lisin merupakan gugus paling banyak dilibatkan, karena gugus ini paling melimpah dan paling mudah didekati dari rantai samping asam amino suatu enzim (Janecek, 1993). Untuk mendapatkan enzim hasil modifikasi kimia dengan ikatan kovalen yang stabil adalah dengan melakukan : 1. Modifikasi dengan menggunakan pereaksi bifungsional (pembentukan ikatan silang antara gugus-gugus fungsi pada permukaan protein). Modifikasi ini memungkinkan terbentuknya ikatan silang dengan gugus fungsional pada permukaan enzim. Pereaksi bifungsional merupakan senyawa yang memiliki dua gugus fungsional yang berikatan silang dengan pereaksi penyambung silang (cross-linking reagents). Pereaksi penyambung dibuat dengan menghubungkan dua gugus spesifik pereaksi modifikasi kimia bersama dengan rantai karbon sederhana. Panjang penyambung bervariasi untuk memudahkan pengukuran jarak dan pembelajaran topologi. Kebanyakan penyambung memiliki penyambung yang sederhana, rantai inert, dan reaksi ikatan silang yang ireversibel. Pereaksi penyambung berupa homobifungsional (mengandung dua gugus reaktif yang sama) atau heterobifungsional (mengandung dua gugus reaktif yang berbeda).

18 21 2. Modifikasi kimia dengan menggunakan pereaksi non polar (meningkatkan interaksi hidrofobik) Modifikasi dengan pereaksi nonpolar yang menambah ataupun menguatkan interaksi hidrofobik dapat dilakukan dengan anhidrida asam. Sejalan dengan reaksi umum antara anhidrida asam dengan nukleofil, maka rantai samping asam amino yang reaktif (sebagai nukleofil) adalah gugus amina primer dari lisin (Mozhaev and Martinek, 1984). 3. Penambahan gugus polar bermuatan atau polar baru (menambah ikatan ionik atau hidrogen) 4. Hidrofilisasi permukaan protein (mencegah terjadinya kontak antara gugus hidrofobik dengan lingkungan berair yang tidak disukainya) Hidrofilisasi ini dapat dilakukan dengan dua cara modifikasi langsung berbagai asam amino hidrofobik yang membentuk tapak-tapak hidrofobik pada permukaan enzim dengan pereaksi hidrofilik, atau hidrofilisasi terhadap asam amino yang berada dekat dengan tapak hidrofobik sehingga tapak tersebut terlindungi dari lingkungan berair pada gambar dibawah ini (Nubarov et al. 1987).

19 22 Gambar 6. Reaksi sitrakonat anhidrida dan gugus amina (Nubarov et al. 1987). Molekul dengan ikatan amina Sitrakonat anhidrida Cincin terbuka dan membentuk ikatan amida Gambar 7. Modifikasi gugus amina suatu residu lisin dalam protein oleh sitrakonat anhidrida (Khajeh et al., 2004). Sitrakonat anhidrida merupakan reagen spesifik yang digunakan untuk memblok gugus amino pada residu lisin, modifikator ini menghasilkan dua produk ikatan peptida yang dibentuk dari kedua gugus karbonil pada struktur molekulnya. Reaksi modifikasi ini diawali dengan pembukaan cincin sitrakonat anhidrida dengan suasana basa yakni pada ph 8 dan kemudian gugus karbonil dari sitrakonat anhidrida berikatan dengan gugus amino pada residu lisin (Khajeh et al., 2004).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim merupakan katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim merupakan katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim merupakan katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam makhluk hidup atau dalam sistem biologik (Suhartono, 1992). Suatu enzim dapat mempercepat laju reaksi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Actinomycetes merupakan mikroorganisme tanah yang umum dijumpai pada berbagai jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Actinomycetes merupakan mikroorganisme tanah yang umum dijumpai pada berbagai jenis I. TINJAUAN PUSTAKA A. Actinomycetes Actinomycetes merupakan mikroorganisme tanah yang umum dijumpai pada berbagai jenis tanah. Populasinya berada pada urutan kedua setelah bakteri bahkan kadang kadang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim adalah biomolekul berupa protein berbentuk bulat (globular), yang terdiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim adalah biomolekul berupa protein berbentuk bulat (globular), yang terdiri 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim adalah biomolekul berupa protein berbentuk bulat (globular), yang terdiri atas satu rantai polipeptida atau lebih dari satu rantai polipeptida (Wirahadikusumah, 1989).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2006). Menurut Poedjiadi (1994), fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk

TINJAUAN PUSTAKA. 2006). Menurut Poedjiadi (1994), fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai katalis yang mempercepat suatu proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia organik (Hao et al., 2006). Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan

TINJAUAN PUSTAKA. Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup, dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia (Wirahadikusumah, 1977) yang terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA. yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA. yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel, bekerja dengan urutanurutan yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan mentransformasikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup atau dalam sistem biologik (Suhartono, 1992). Suatu enzim dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup atau dalam sistem biologik (Suhartono, 1992). Suatu enzim dapat 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim merupakan katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam makhluk hidup atau dalam sistem biologik (Suhartono, 1992). Suatu enzim dapat mempercepat laju reaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim mempunyai tenaga katalitik yang luar biasa dan umumnya jauh lebih besar dibandingkan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mentransformasikan energi kimiawi, serta membuat makromolekul sel dan

TINJAUAN PUSTAKA. mentransformasikan energi kimiawi, serta membuat makromolekul sel dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel, bekerja dengan urutanurutan yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan mentransformasikan

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium 23 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium Biokimia Jurusan Kimia, Laboraturium Instrumentasi Jurusan Kimia

Lebih terperinci

II. KARAKTERISTIK ENZIM

II. KARAKTERISTIK ENZIM II. KARAKTERISTIK ENZIM 2.1. Definisi Enzim Enzim merupakan katalisator suatu reaksi, artinya dapat mempercepat suatu reaksi tanpa terjadinya perubahan yang permanen dalam struktur enzim itu sendiri. Kata

Lebih terperinci

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa

Lebih terperinci

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik E N Z I M Sukarti Moeljopawiro Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik ENZIM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)

Lebih terperinci

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu terikat pada satu atau lebih zat-zat yang bereaksi. Dengan demikian enzim menurunkan barier energi (jumlah energi aktivasi

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan 27 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Isolasi Enzim katalase dari kentang Enzim katalase terdapat dalam peroksisom, organel yang ditemukan pada jaringan tumbuhan di luar inti sel kentang sehingga untuk mengekstraknya

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1)

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1) FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2017 METABOLISME Metabolisme adalah proses-proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober 2015 dan tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM PROTEASE DARI Bacillus MENGGUNAKAN ZEOLIT. (Skripsi) Oleh USWATUN HASANAH

PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM PROTEASE DARI Bacillus MENGGUNAKAN ZEOLIT. (Skripsi) Oleh USWATUN HASANAH PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM PROTEASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148 DENGAN AMOBILISASI MENGGUNAKAN ZEOLIT (Skripsi) Oleh USWATUN HASANAH FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium 24 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM ENZIM ADALAH PROTEIN YG SANGAT KHUSUS YG MEMILIKI AKTIVITAS KATALITIK. SPESIFITAS ENZIM SANGAT TINGGI TERHADAP SUBSTRAT

Lebih terperinci

ENZIM IKA PUSPITA DEWI

ENZIM IKA PUSPITA DEWI ENZIM IKA PUSPITA DEWI 1 2 Enzim Klasifikasi enzim Komponen dan struktur enzim Kerja enzim sebagai katalisator 3 Enzim Enzim merupakan Polimer biologis yang mengkatalisis reaksi kimia Protein yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. Enzim merupakan suatu protein yang memiliki aktivitas biokimia sebagai katalis suatu reaksi. Enzim sangat

Lebih terperinci

MODIFIKASI KIMIA ENZIM PROTEASE DARI Rhizopus oligosporus MENGGUNAKAN SITRAKONAT ANHIDRIDA. (Skripsi) Oleh KHOMSATUN KHASANAH

MODIFIKASI KIMIA ENZIM PROTEASE DARI Rhizopus oligosporus MENGGUNAKAN SITRAKONAT ANHIDRIDA. (Skripsi) Oleh KHOMSATUN KHASANAH MODIFIKASI KIMIA ENZIM PROTEASE DARI Rhizopus oligosporus MENGGUNAKAN SITRAKONAT ANHIDRIDA (Skripsi) Oleh KHOMSATUN KHASANAH FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN Nama : Ade Tria NIM : 10511094 Kelompok : 4 Shift : Selasa Siang Nama Asisten : Nelson Gaspersz (20512021) Tanggal Percobaan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL Ani Suryani FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENDAHULUAN Sumber Enzim Tanaman dan Hewan Mikroba Enzim dari Tanaman Enzim dari Hewan Enzim dari Mikroba

Lebih terperinci

R E A K S I U J I P R O T E I N

R E A K S I U J I P R O T E I N R E A K S I U J I P R O T E I N I. Tujuan Percobaan Memahami proses uji adanya protein (identifikasi protein) secara kualitatif. II. Teori Dasar Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Katalisator didefinisikan sebagai percepatan reaksi kimia oleh beberapa senyawa dimana senyawanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Protease disebut juga peptidase atau proteinase, merupakan enzim golongan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Protease disebut juga peptidase atau proteinase, merupakan enzim golongan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Protease Protease disebut juga peptidase atau proteinase, merupakan enzim golongan hidrolase yang akan memecah protein menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti menjadi oligopeptida

Lebih terperinci

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN Peranan enzim sebagai biokatalisator dalam berbagai bidang industri semakin penting. Enzim yang diproduksi secara komersial, telah banyak digunakan dalam bidang industri,

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium 28 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolisme

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS. i ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenaipenentuan aktivitas enzim amilase dari kecambah biji jagung lokal Seraya (Zea maysl.). Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui waktu optimum dari

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL TERHADAP STABILITAS ph ENZIM PROTEASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148

PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL TERHADAP STABILITAS ph ENZIM PROTEASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148 J. Sains MIPA, Desember 2010, Vol. 16, No. 3, Hal.: 149-154 ISSN 1978-1873 PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL TERHADAP STABILITAS ph ENZIM PROTEASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148 Yandri*, Milya Purnamasari,

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Akar Nanas Kering dan Hidroponik Akar nanas kering yang digunakan dalam penelitian ini merupakan akar nanas yang tertanam dalam tanah, berwarna coklat dan berupa suatu

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI KIMIA TERHADAP STABILITAS ENZIM SELULASE DARI BAKTERI LOKAL Bacillus subtilis ITBCCB148 MENGGUNAKAN SITRAKONAT ANHIDRIDA

PENGARUH MODIFIKASI KIMIA TERHADAP STABILITAS ENZIM SELULASE DARI BAKTERI LOKAL Bacillus subtilis ITBCCB148 MENGGUNAKAN SITRAKONAT ANHIDRIDA PENGARUH MODIFIKASI KIMIA TERHADAP STABILITAS ENZIM SELULASE DARI BAKTERI LOKAL Bacillus subtilis ITBCCB148 MENGGUNAKAN SITRAKONAT ANHIDRIDA (TESIS) Oleh Putri Amalia PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KIMIA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim merupakan biokatalisator yang sangat efektif yang akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata, reaksi ini tanpa enzim akan berlangsung lambat (Lehninger,

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA : ENZIM BAGIAN ENZIM 7 ENZIM MENGHASILKAN ENERGI (EKSERGONIK) MEMBUTUHKAN ENERGI (ENERGONIK) KEDUANYA MEMERLUKAN ENERGI PENGAKTIF

REAKSI KIMIA : ENZIM BAGIAN ENZIM 7 ENZIM MENGHASILKAN ENERGI (EKSERGONIK) MEMBUTUHKAN ENERGI (ENERGONIK) KEDUANYA MEMERLUKAN ENERGI PENGAKTIF 7 : - PROTEIN - KATALIASATOR BIOKIMIA REAKSI KIMIA : MENGHASILKAN ENERGI (EKSERGONIK) MEMBUTUHKAN ENERGI (ENERGONIK) KEDUANYA MEMERLUKAN ENERGI PENGAKTIF BAGIAN KATALISATOR : MEMPECEPAT REAKSI TANPA IKUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April - September 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tumbuhan saat ini telah menjadi sumber karbon terbarukan dan sumber energi baru yang ada di bumi. Setiap tahunnya tumbuhan dapat memproduksi sekitar 4 x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, yang dilakukan dalam laboratorium memrlukan suatu kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor, speerti suhu,

Lebih terperinci

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V.

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V. 27 PEMBAHASAN Dari tiga isolat sp. penghasil antimikrob yang diseleksi, isolat sp. Lts 40 memiliki aktivitas penghambatan paling besar terhadap E. coli dan V. harveyi dengan indeks penghambatan masing-masing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri, berasal dari kata Latin bacterium, adalah kelompok raksasa dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri, berasal dari kata Latin bacterium, adalah kelompok raksasa dari 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Bakteri, berasal dari kata Latin bacterium, adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Ukuran bakteri sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular, dengan

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009 26 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Hasil foto SEM dengan perbesaran 50 kali memperlihatkan perbedaan bentuk permukaan butiran yang sudah mengandung sel Lactobacillus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vi ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Batasan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBASAN

4. HASIL DAN PEMBASAN 4. HASIL DAN PEMBASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan terdiri dari penentuan kurva pertumbuhan bakteri Streptoverticillium ladakanum dan konsentrasi optimum limbah cair surimi dalam produksi

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium 40 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan

Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan Saluran Pencernaan Mulut (Kelenjar Ludah / Saliva) Lambung (Kelenjar Lambung) Pankreas (Saluran Pankreas) Usus (Kelenjar Usus) Nama enzim dan fungsinya

Lebih terperinci

IV. ENZIM MIKROBA. Keterangan: E : Enzim, S: Substrat (reaktan), ES: ikatan sementara, P: Hasil reaksi

IV. ENZIM MIKROBA. Keterangan: E : Enzim, S: Substrat (reaktan), ES: ikatan sementara, P: Hasil reaksi IV. ENZIM MIKROBA Enzim adalah katalisator organik (biokatalisator) yang dihasilkan oleh sel. Enzim berfungsi seperti katalisator anorganik, yaitu untuk mempercepat reaksi kimia. Setelah reaksi berlangsung,

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Prosedur Analisis Data Analisis statisik yang digunakan adalah rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan 3 kali dengan model linier yang digunakan (Matjik dan Sumertajaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh keadaan geografis

Lebih terperinci

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan menjadi energi melalui tahapan metabolisme, dimana semua proses

BAB I PENDAHULUAN. digunakan menjadi energi melalui tahapan metabolisme, dimana semua proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan energi untuk melakukan aktivitas di kehidupannya. Bahan bakar energi tersebut salah satunya adalah makanan berupa karbohidrat,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase merupakan enzim yang mempunyai peranan penting dalam bioteknologi saat ini. Aplikasi teknis enzim ini sangat luas, seperti pada proses likuifaksi pati pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman. 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Determinasi Tanaman Bahan baku utama dalam pembuatan VC pada penelitian ini adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda. Untuk mengetahui bahan baku

Lebih terperinci

VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT

VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Mahasiswa setelah mengikuti kuliah bagian ini mampu menyebut sifat dan jenis-jenis enzim serta menjelaskan konsep dasar

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENGARUH ph TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM : RR. DYAH RORO ARIWULAN NIM : H

PERCOBAAN VII PENGARUH ph TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM : RR. DYAH RORO ARIWULAN NIM : H LAPRAN PRAKTIKUM BIKIMIA PERCBAAN VII PENGARU p TERADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM NAMA : RR. DYA RR ARIWULAN NIM : 411 10 272 KELMPK : VI (EMPAT) ARI / TANGGAL : RABU/ 9 NVEMBER 2011 ASISTEN : MU. SYARIF AQA

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA BIOPROSES KINETIKA REAKSI ENZIMATIS KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 KINETIKA REAKSI ENZIMATIS 1. Pendahuluan Amilase

Lebih terperinci

Pemisahan dengan Pengendapan

Pemisahan dengan Pengendapan Pemisahan dengan Pengendapan Reaksi Pengendapan Pemisahan dengan teknik pengendapan membutuhkan perbedaan kelarutan yang besar antara analit dan material pengganggunya. Pemisahan dengan pengendapan bisa

Lebih terperinci

Enzim dan koenzim - 3

Enzim dan koenzim - 3 Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim Enzim dan koenzim - 2 Enzim dan koenzim - 3 Substansi

Lebih terperinci

Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim

Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim Enzim dan koenzim - 2 Substansi yang terdapat didalam

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan) 4. PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan) Karakteristik mekanik yang dimaksud adalah kuat tarik dan pemanjangan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA OPTIMASI PEMISAHAN DAN UJI AKTIVITAS PROTEIN ANTIBAKTERI DARI CAIRAN SELOM CACING TANAH Perionyx excavatus. Oleh : Yumaihana MSi Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,

Lebih terperinci

2. ANALISIS PROTEIN. 1. Pendahuluan

2. ANALISIS PROTEIN. 1. Pendahuluan 2. ANALISIS PROTEIN 1. Pendahuluan Protein merupakan polimer asam amino. Ada puluh asam amino yang berbeda merupakan penyusun protein alami. Protein dibedakan satu sama lain berdasarkan tipe, jumlah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. pedaging (Budiansyah, 2004 dalam Pratiwi, 2016).

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. pedaging (Budiansyah, 2004 dalam Pratiwi, 2016). I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Penentuan Kadar Glukosa Darah Oleh : Kelompok 4 - Offering C Desy Ratna Sugiarti (130331614749) Rita Nurdiana (130331614740)* Sikya Hiswara (130331614743) Yuslim Nasru S. (130331614748)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Minyak Ikan Karakterisasi minyak ikan dilakukan untuk mengetahui karakter awal minyak ikan yang digunakan dalam penelitian ini. Karakter minyak ikan yang diukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan uruturutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien,

Lebih terperinci

Asam Amino dan Protein

Asam Amino dan Protein Modul 1 Asam Amino dan Protein Dra. Susi Sulistiana, M.Si. M PENDAHULUAN odul 1 ini membahas 2 unit kegiatan praktikum, yaitu pemisahan asam amino dengan elektroforesis kertas dan uji kualitatif Buret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu bahan akibat berinteraksi dengan lingkungan yang bersifat korosif. Proses korosi adalah

Lebih terperinci

ANALISA KUANTITATIF TERHADAP PROTEIN DAN ASAM AMINO

ANALISA KUANTITATIF TERHADAP PROTEIN DAN ASAM AMINO LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISA KUANTITATIF TERHADAP PROTEIN DAN ASAM AMINO Oleh: Nama : Ai Rikani NIM : 1147020004 Kelompok : II (Dua) Kelas : Biologi 3 - A Tanggal praktikum : 26 Oktober 2015 Tanggal

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I UJI ASAM AMINO UJI MILLON UJI HOPKINS-COLE UJI NINHIDRIN Oleh LUCIANA MENTARI 06091010033 PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar Rataan kandungan protein kasar asal daun singkong pada suhu pelarutan yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan PROTEIN Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan 2-2015 Contents Definition Struktur Protein Asam amino Ikatan Peptida Klasifikasi protein Sifat fisikokimia Denaturasi protein Definition Protein adalah sumber asam-asam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit Zeolit merupakan mineral hasil tambang yang kerangka dasarnya terdiri dari unit-unit tetrahedral alumina (AlO 4 ) dan silika (SiO 4 ) yang saling berhubungan melalui

Lebih terperinci

Biasanya diberi akhiran ase pada nama substrat atau reaksi yang dikatalisis Contoh:

Biasanya diberi akhiran ase pada nama substrat atau reaksi yang dikatalisis Contoh: Tata Nama Enzim Biasanya diberi akhiran ase pada nama substrat atau reaksi yang dikatalisis Contoh: Alkohol dehidrogenase: oksidasi alkohol Urease: hidrolisis urea DNA polimerase: polimerisasi nukleotida

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. membuat bir, minuman anggur dan beberapa produk fermentasi lain. Namun, baru

TINJAUAN PUSTAKA. membuat bir, minuman anggur dan beberapa produk fermentasi lain. Namun, baru II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Mikroorganisme, terutama ragi, telah digunakan selama beberapa ribu tahun untuk membuat bir, minuman anggur dan beberapa produk fermentasi lain. Namun, baru pada tahun 1878

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography. Annisa Fillaeli

Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography. Annisa Fillaeli Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography Annisa Fillaeli TUJUAN Setelah pembelajaran ini selesai maka siswa dapat melakukan analisis kimia menggunakan resin penukar ion. Title R+OH- + X- ===

Lebih terperinci

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

TITRASI KOMPLEKSOMETRI TITRASI KOMPLEKSOMETRI I. TUJUAN a. Menstandarisasi EDTA dengan larutan ZnSO 4 b. Menentukan konsentrasi larutan Ni 2+ c. Memahami prinsip titrasi kompleksometri II. TEORI Titrasi kompleksometri adalah

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN POLIETILEN GLIKOL 6000 TERHADAP KESTABILAN ENZIM PROTEASE DARI Rhizopus oligosporus. (Skripsi) Oleh MAYA RETNA SARI

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN POLIETILEN GLIKOL 6000 TERHADAP KESTABILAN ENZIM PROTEASE DARI Rhizopus oligosporus. (Skripsi) Oleh MAYA RETNA SARI STUDI PENGARUH PENAMBAHAN POLIETILEN GLIKOL 6000 TERHADAP KESTABILAN ENZIM PROTEASE DARI Rhizopus oligosporus (Skripsi) Oleh MAYA RETNA SARI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci