Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 27 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Isolasi Enzim katalase dari kentang Enzim katalase terdapat dalam peroksisom, organel yang ditemukan pada jaringan tumbuhan di luar inti sel kentang sehingga untuk mengekstraknya cukup dengan homogenisasi menggunakan blender yang berkecepatan rendah supaya tidak menimbulkan buih karena buih dapat menurunkan tegangan permukaan akibatnya enzim yang terekstrak bisa rusak. Proses homogenisasi ini dilakukan dalam buffer fosfat untuk menjaga supaya ph tetap terjaga, selain itu ditambahkan PMSF sebagai inhibitor protease yang ikut terekstrak pada saat isolasi katalase. Dengan demikian, ekstrak kasar enzim katalase (EKE) yang diinginkan dapat diisolasi tanpa dirusak oleh protease. IV.2 Optimasi Reaksi Enzimatis katalase dari kentang Reaksi enzimatis katalase berlangsung optimum pada konsentrasi substrat 30mM sebagaimana data yang terlampir dalam Lampiran D. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dimana secara umum reaksi enzimatis katalase berlangsung optimum pada konsentrasi substrat 11-40mM (Beaumont et al, Demir et al, 2005). IV.3 Penentuan Aktifitas Spesifik EKE Katalase Setelah diisolasi, EKE ditentukan aktivitas enzim dan kandungan proteinnya untuk dihitung nilai aktifitas spesifiknya. Unit aktivitas (unit/ml) enzim katalase ditentukan berdasarkan penurunan konsentrasi substrat (H 2 O 2 ) yang ditunjukkan dengan penurunan nilai serapan pada panjang gelombang 240nm. Hal ini disebabkan karena hidrogen peroksida dapat menyerap sinar UV yang ditunjukkan dengan nilai serapan pada panjang gelombang 240nm dimana jika hidrogen peroksida bereaksi dengan katalase maka sinar UV yang terserap berkurang yang ditunjukkan dengan penurunan nilai serapannya. Hasil

2 28 aktivitas total EKE adalah 47958,3 unit dengan kandungan protein 14001,39 mg sehingga aktivitas spesifik enzim katalasenya adalah 3,425 unit/mg protein (Lampiran E). IV.4 Pemurnian Enzim katalase dari kentang IV.4.1 Fraksinasi Amonium Sulfat Ekstrak kasar enzim katalase (EKE) pada tahap pertama dimurnikan dengan fraksinasi amonium sulfat. Keuntungan yang paling penting dari fraksinasi amonium sulfat dibanding teknik lain adalah menawarkan kestabilan yang tinggi pada protein yang diendapkan dan dapat menghambat aktivitas protease. Amonium sulfat memiliki sedikit sifat asam sehingga ditambahkan buffer posfat 50mM. Larutan enzim yang terjadi selanjutnya didialisis untuk menghilangkan kadar garam amonium sulfat. Dialisis dilakukan dengan menggunakan kantong dialisis berupa selofan yang mempunyai membran semipermiabel sehingga dapat dilalui oleh ion-ion garam tetapi dapat menahan molekul enzim/protein. Sebelum digunakan selofan dicuci dan diremas-remas untuk embuka kantong selofan kemudian direndam dalam larutan panas natrium hidrokarbonat dengan EDTA 2 % untuk mengkomplekskan ion-ion logam yang menempel serta direbus dalam aquades untuk membunuh mikroba. Untuk menguji apakah masih ada garam atau tidak dalam larutan enzim tersebut maka diteteskan larutan barium klorida kedalam larutan buffer sehingga membentuk endapan barium sulfat yang berwarna putih. Jika endapan sudah tidak terbentuk lagi berarti garam amonium sulfat sudah tidak ada lagi dan dialisis dihentikan. (NH 4 ) 2 SO 4 (aq) + BaCl 2 (aq) BaSO 4 (s) + 2NH 4 Cl (aq) Aktivitas spesifik katalase dari masing-masing fraksi amonium sulfat diuji sebagaimana data yang terlampir dalam lampiran F. Hasil setiap fraksi dapat dilihat dalam tabel IV-1 berikut : Tabel IV-1 Hasil fraksinasi ammonium sulfat Fraksi Volume (ml) Aktivitas spesifik (unit/mg protein) 0-20% 20-80% % 3,1 35,2 1,7 0,002 7,252 0,095

3 29 Hasil pengujian menunjukkan bahwa katalase diperoleh paling banyak pada fraksi amonium sulfat 20-80% jenuh. IV.4.2 Kromatografi Kolom Penukar Anion DEAE-Selulosa Larutan enzim fraksi 20-80% jenuh selanjutnya dimurnikan dengan kromatografi kolom penukar anion DEAE-Selulosa. Sebelum digunakan DEAE-selulosa disetimbangkan dahulu phnya supaya sama dengan larutan buffer posfat. Hal ini dilakukan supaya selulosa sebagai matriks dan DEAE sebagai penukar anion tidak mengikat buffer. ph yang diinginkan sama dengan larutan buffer yaitu 7 karena enzim katalase mempunyai ph isoelektrik 5,5 (Beaumont et al, 1990). Matriks merupakan dekstran, selulosa atau agarosa yang berikatan silang sehingga mempunyai ukuran porositas tertentu. Pada penukar ion DEAE-selulosa, matriksnya adalah selulosa dan gugus fungsi penukar ionnya adalah dietilaminoetil-(deae-). Pada adsorben DEAE, proton pada atom nitrogen berdisosiasi pada ph yang tinggi membentuk suatu matriks yang tidak bermuatan di atas ph 9,5. Selain itu, adsorben DEAE tidak bemuatan sebagian pada ph netral, dan bahkan tidak sepenuhnya terprotonisasi pada ph 6. Meskipun ini berarti pada kondisi operasi (ph 7 sampai 8), adsorben ini hanya sebagian terprotonisasi, matriks ini dapat bertindak sebagai penyangga kuat, dan ini merupakan suatu hal yang mendukung pemisahan yang tidak dapat terjadi pada substituen kuartener (Scopes, 1994). Setiap efluen yang tertampung diukur serapannya pada panjang gelombang 280nm (A 280) untuk mengetahui kandungan protein dalam efluen tersebut. Pada saat nilai A280 mengalami penurunan yang tajam eluen diganti dengan penambahan larutan NaCl pada buffer karena dimungkinkan muatan protein sudah tidak dapat digantikan oleh matriks sehingga diperlukan ion dengan kekuatan yang lebih besar. Dari data A280 setiap efluen terdapat puncak-puncak nilai A280 setiap fraksi. Setiap puncak nilai A280 diukur aktivitas spesifiknya untuk menentukan apakah protein yang terkandung dalam sfluen tersebut merupakan enzim katalase atau bukan. Jika nilai aktivitas spesifiknya tinggi, maka dimungkinkan efluen tersebut larutan yang mengandung enzim katalase. Data hasil

4 30 kromatografi penukar anion DEAE-selulosa terdapat dalam lampiran G dan kromatogramnya dapat dilihat pada gambar IV-1 berikut : A280 Aktivitas spesifik 50 A b u f f e r NaCl 0,2M NaCl 0,4M NaCl 0,6M Aktivitas spesifik Tabung ke- 0 Gambar IV-1 Kromatogram penukar anion DEAE-Selulosa Gambar IV.1 melukiskan profil kromatogram penukar anion DEAE-selulosa dari pemisahan protein enzim katalase. Gambar IV.1 ini menjelaskan bahwa katalase dapat dipisahkan dengan baik dari protein lainnya. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada tahap pertama protein yang dipisahkan bermuatan sama dengan muatan gugus pada matriks sehingga protein tersebut terelusi dengan mudah oleh buffer awal dan keluar terlebih dahulu dari kolom, tetapi protein tersebut bukan enzim katalase terlihat dari sangat kecilnya nilai aktifitas spesifiknya.. Tahap kedua, muatan pada protein berlawanan dengan muatan pada gugus matrik sehingga protein terikat pada matrik oleh gaya elektrostatik yang berbeda. Untuk melepaskan protein tersebut diperlukan eluen dengan kekuatan ion yang berbeda pula. Dalam hal ini ditambahkan NaCl 0,2M kedalam buffer posfat sebagai eluen. Protein yang terelusi ternyata masih bukan enzim katalase terlihat dari masih kecilnya nilai aktivitas

5 31 spesifik enzim. Tahap ketiga, muatan pada protein semakin kuat dan protein terikat lebih kuat pada matrik sehingga diperlukan eluen dengan kekuatan ion yang semakin besar yaitu NaCl 0,4M. Ternyata protein yang terelusi adalah enzim katalase terlihat dari besarnya nilai aktivitas spesifik enzim sesuai dengan data pada lampiran H. Fraksi yang mempunyai aktivitas spesifik besar disatukan dan didialisis untuk menghilangkan kadar garam NaCl dalam larutan menggunakan membran selofan dengan uji perak nitrat. AgNO 3 (aq) + NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO 3 (aq) Larutan enzim yang dihasilkan dipekatkan dengan freez drying dan dari semua tahap pemurnian selanjutnya ditentukan parameter kemurniannya berdasarkan uji aktivitas dan kandungan protein pada waktu yang bersamaan untuk ketiga hasil (EKE, fraksi 20-80%, hasil kromatografi kolom penukar anion DEAE-selulosa) seperti data yang terdapat dalam Lampiran I. Hasil penentuan parameter kemurnian katalase tercantum dalam tabel IV-2 dibawah ini : Tabel IV-2 Hasil akhir Tahapan EKE Volume (ml) Total Protein (mg) Aktivitas total (unit) Aktivitas spesifik (unit/mg) Tingkat kemurnian Prosentase hasil , ,41 1, Fraksi 20-80% 35,2 2352, ,1 7,17 2,10 41,15 Kromatografi DEAEselulosa 23,3 197, ,4 57,88 16,97 27,92 Tabel IV.2 memperlihatkan bahwa pemurnian katalase yang dilakukan hanya dengan fraksinasi amonium sulfat memperoleh hasil sekitar 2 kali lebih murni daripada ekstrak kasarnya, sedangkan jika dilanjutkan dengan kromatografi kolom penukar anion DEAEselulosa berhasil diperoleh sekitar 17 kali lebih murni daripada ekstrak kasarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemurnian bisa dilakukan hanya dengan dua tahap saja. Tetapi jika melihat hasil yang diperoleh masih rendah hanya sekitar 30 %, maka diperlukan cara lain yang lebih efisien sehingga diperoleh hasil yang lebih besar.

6 32 Langkah berikutnya adalah menguji kemurnian enzim yang dihasilkan dengan SDS- PAGE seperti pada gambar IV kda 150 kda 100 kda 75 kda 50 kda 35 kda kda 25 kda 15 kda 10 kda Gambar IV-2 Elektroferogram SDS-PAGE dari 1. Protein marker, 2. Ekstrak kasar enzim katalase 3. Fraksi 0-20%, 4. Fraksi 20-80%, 5. Fraksi %, dan 6.Hasil kromatografi kolom DEAE-selulosa. Dari hasil SDS-PAGE terlihat ada satu pita pada larutan enzim hasil kromatografi kolom penukar anion DEAE-selulosa yang menunjukkan bobot molekul 59 kda sesuai dengan kurva standar protein marker (Lampiran J). Hal ini menunjukkan bahwa enzim sudah cukup murni. IV.5 Penentuan Parameter Kinetika Katalase Dengan Metode kecepatan awal diperoleh V maks dan K M dari katalase yaitu V maks = 4,89.Ms -1 dan K M = 1, M sesuai dengan data pada lampiran K. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi penelitian yang dilakukan kemampuan katalase yang dihasilkan cukup besar untuk mengikat substrat (H 2 O 2 ).

7 33 IV.6 Percobaan kinetika enzim katalase IV.6.1 Demonstrasi Kinetika Enzim katalase dari kentang Hasil demonstrasi menunjukkan nilai untuk setiap percobaan seperti ditunjukkan dalam lampiran L. Dari data tersebut diperoleh V maks dan K M dari katalase seperti dalam tabel berikut: Tabel IV-3 Hasil percobaan kinetika enzim katalase Demonstrasi di- V maks (Ms -1 ) K M (M) MGMP 1,38 1,09 SMU 23 1,56 1,27 SMU 1 1,36 1,06 MAN 2 1,39 1,11 SMUT Krida Nusantara 1,38 1,10 Dari Tabel IV.3 dapat dilihat secara umum V maks yang dihasilkan dari percobaan kinetika enzim katalase yang didemonstrasikan di MGMP, SMU/MA kota Bandung jika dibandingkan dengan V maks yang dihasilkan dari penelitian diatas jauh lebih besar. Artinya molekul yang terbentuk atau substrat yang diolah secara maksimum dalam katalase murni (hasil penelitian) lebih besar daripada katalase dalam ekstrak kentang. Demikian juga halnya dengan K M yang dihasilkan dari percobaan kinetika enzim katalase yang didemonstrasikan di MGMP, SMU/MA kota Bandung jika dibandingkan dengan K M yang dihasilkan dari penelitian diatas jauh lebih besar. Artinya katalase murni (hasil penelitian) mempunyai kemampuan untuk mengikat substrat jauh lebih besar daripada katalase dalam ekstrak kentang. Kedua hal tersebut diatas sangat mudah dipahami karena dalam ekstrak kentang masih banyak protein lain selain enzim katalase yang dapat menghalangi, mengganggu atau bahkan menghambat reaksi enzimatis katalase dengan substrat (H 2 O 2 ). Perbedaan alat yang digunakan untuk menentukan kedua parameter kinetika katalase juga sangat berpengaruh. Jelas sekali bahwa spektrofotometer lebih sensitif daripada metoda gelembung sabun yang digunakan dalam percobaan di SMU/MA.

8 34 Selanjutnya, untuk mengetahui tanggapan guru/siswa terhadap pelaksanaan demonstrasi percobaan kinetika enzim katalase di SMU/MA kota bandung dilakukan kuisioner tanpa paksaan. Tanggapan guru terhadap demonstrasi percobaan kinetika enzim katalase yang telah dilakukan dapat dilihat dalam gambar diagram batang IV-3 berikut : Kuisioner Guru 35 Responden Pernyataan ke- Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Gambar IV-3 Diagram batang hasil kuisioner guru Sebanyak 16 % guru menyatakan sangat setuju jika percobaan kinetika enzim katalase didemonstrasikan didepan siswa kelas XII SMU/MA tempatnya mengajar, 34 % setuju, 32 % kurang setuju, 12 % tidak setuju dan 6 % sangat tidak setuju. Alasan mereka yang setuju karena percobaan ini dapat menggabungkan konsep kimia dan biologi yang telah dipelajari siswa sehingga dapat meningkatkan pemahamannya. Sementara alasan yang tidak setuju karena dianggap konsep yang digunakan dalam percobaan ini terlalu tinggi dan rumit untuk siswa SMU/MA sehingga kurang tepat penerapannya. Tetapi 12 % menyatakan sangat mampu untuk mendemonstrasikan percobaan tersebut, 52 % mampu, 24 % kurang mampu, 10 % tidak mampu, dan hanya 2 % yang menyatakan benar-benar tidak mampu. Hal ini menunjukkan bahwa guru merasa cukup kompeten untuk mendemonstrasikan percobaan. Tidak ada yang sangat setuju dengan pernyataan mengenai ketidakberatan pihak sekolah/madrasah atas biaya yang harus dikeluarkan karena percobaan ini. Alasan

9 35 mereka sekolah/madrasah sangat keberatan jika harus membeli/mengadakan alat-alat yang belum ada seperti pengaduk magnetik yang tidak bisa tergantikan dalam percobaan ini karena harganya yang cukup mahal dan penggunaannya yang tidak meluas di SMU/MA. 32% setuju, 12% kurang setuju, 34 % tidak setuju dan 22 % sangat tidak setuju. Secara umum 63,87 % guru menerima percobaan ini untuk didemonstrasikan di SMU/MA tempatnya mengajar jika alat yang dipergunakan sudah tersedia. Tanggapan siswa terhadap demonstrasi percobaan kinetika enzim katalase yang telah dilakukan dapat dilihat dalam gambar diagram batang IV.4 berikut : Kuisioner Siswa Responden Pernyataan ke- Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Gambar IV-4 Diagram batang hasil kuisioner siswa Gambar IV-4 memperlihatkan bahwa sebanyak 36 % siswa sangat tertarik mempelajari percobaan ini, 27 % tertarik, 23% kurang tertarik, 5 % tidak tertarik, dan 9 % sangat tidak tertarik karena banyaknya materi pelajaran yang harus dikuasai sehingga 22 % siswa sangat mudah memahami prinsip dasar percobaan ini, 40 % mudah, 23 % kurang memahami, 8 % tidak memahami, 7 % sangat tidak memahami.

10 36 Sementara itu, 28 % siswa sangat setuju jika konsep yang digunakan dalam percobaan ini berhubungan dengan konsep kimia/biologi yang telah dipelajari, 37 % setuju, 18 % kurang setuju, 11 % tidak setuju, 6 % sangat tidak setuju. Tetapi hanya 16 % siswa yang memperoleh gambaran nyata tentang konsep kinetika enzim dari percobaan ini, 27 % menyatakan ragu, 32 % kurang memperoleh gambaran nyata, 13 % tidak memperoleh gambaran nyata, 12 % sangat tidak memperoleh gambaran bahwa percobaan ini menjelaskan tentang konsep yang telah mereka pelajari. Namun sebanyak 10 % siswa sangat tidak keberatan jika kentang yang digunakan dalam percobaan ini mereka bawa sendiri, 23 % tidak keberatan, walaupun 30 % agak keberatan, 27 % keberatan, 10 % sangat keberatan karena suka lupa alasannya. Secara umum 69,04 % siswa menerima percobaan ini untuk didemonstrasikan. Dari gambaran diatas dapat diperoleh anggapan bahwa percobaan kinetika enzim katalase di SMU/MA kota Bandung menghasilkan V maks dan K M dari katalase dalam ekstrak kentang yang cukup baik secara kuantitatif. Pelaksanaan demonstrasi percobaan inipun mendapat tanggapan yang cukup baik dari guru dan siswa beberapa sekolah/madrasah yang ada di kota Bandung.

Metode Penelitian. III.2.1 Sampel

Metode Penelitian. III.2.1 Sampel 18 Bab III Metode Penelitian III.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sentrifuga Beckman JA-14, ph meter digital Beckman, vortex, spektrofotometer Spectronik 20, kuvet plastik, Smartspec

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Akar Nanas Kering dan Hidroponik Akar nanas kering yang digunakan dalam penelitian ini merupakan akar nanas yang tertanam dalam tanah, berwarna coklat dan berupa suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA OPTIMASI PEMISAHAN DAN UJI AKTIVITAS PROTEIN ANTIBAKTERI DARI CAIRAN SELOM CACING TANAH Perionyx excavatus. Oleh : Yumaihana MSi Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium 28 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium 24 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Abomasum dan Rennet Ekstrak Kasar Hasil penimbangan menunjukkan berat abomasum, fundus, serta mukosa fundus dari kedua sampel bervariasi (Tabel 1). Salah satu faktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

Pemisahan dengan Pengendapan

Pemisahan dengan Pengendapan Pemisahan dengan Pengendapan Reaksi Pengendapan Pemisahan dengan teknik pengendapan membutuhkan perbedaan kelarutan yang besar antara analit dan material pengganggunya. Pemisahan dengan pengendapan bisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Katalisator didefinisikan sebagai percepatan reaksi kimia oleh beberapa senyawa dimana senyawanya

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium 23 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase merupakan enzim yang mempunyai peranan penting dalam bioteknologi saat ini. Aplikasi teknis enzim ini sangat luas, seperti pada proses likuifaksi pati pada proses produksi

Lebih terperinci

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V.

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V. 27 PEMBAHASAN Dari tiga isolat sp. penghasil antimikrob yang diseleksi, isolat sp. Lts 40 memiliki aktivitas penghambatan paling besar terhadap E. coli dan V. harveyi dengan indeks penghambatan masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan uruturutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober 2015 dan tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL Ani Suryani FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENDAHULUAN Sumber Enzim Tanaman dan Hewan Mikroba Enzim dari Tanaman Enzim dari Hewan Enzim dari Mikroba

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. II.1 Enzim

Tinjauan Pustaka. II.1 Enzim 4 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Enzim Enzim merupakan biokatalisator, terdapat dalam semua sistem hidup. Enzim dapat mengaktifkan, mengkatalisis dan mengendalikan reaksi kimia yang penting untuk mempertahankan

Lebih terperinci

ISOLASI, PEMURNIAN DAN PENENTUAN PARAMETER KINETIKA KATALASE DARI KENTANG (Solanum tuberosum L) TESIS. IKEU KARTIKA NIM : Program Studi Kimia

ISOLASI, PEMURNIAN DAN PENENTUAN PARAMETER KINETIKA KATALASE DARI KENTANG (Solanum tuberosum L) TESIS. IKEU KARTIKA NIM : Program Studi Kimia ISOLASI, PEMURNIAN DAN PENENTUAN PARAMETER KINETIKA KATALASE DARI KENTANG (Solanum tuberosum L) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Parameter Fisika dan Kimia a. Suhu Berdasarkan pengamatan suhu yang dilakukan di tiga titik pengambilan sampel didapat hasil yang berbeda.

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium 40 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Standarisasi AgNO 3 terhadap NaCl 0.1 N (Cara Mohr) Kelompok Vol. NaCl Vol. AgNO 3 7 10 ml 4 ml 8 10 ml 4.2 ml 9 10 ml 4.2 ml 10 10 ml 4.3

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase adalah enzim menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik pada pati. α-amilase disekresikan oleh mikroorganisme, tanaman, dan organisme tingkat tinggi. α-amilase memiliki peranan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI AMILASE DARI BIJI DURIAN (DURIO

ISOLASI DAN KARAKTERISASI AMILASE DARI BIJI DURIAN (DURIO ISOLASI DAN KARAKTERISASI AMILASE DARI BIJI DURIAN (DURIO SP.) LELA SRIWAHYUNI, TINA DEWI ROSAHDI,* DAN ASEP SUPRIADIN. Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2009 dan selesai pada bulan November 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Bioteknologi II, Departemen

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aebi, H., (1984), Catalase. In Packer (Ed). Methods in Enzymology, Academic Press Orlando, 105 :

DAFTAR PUSTAKA. Aebi, H., (1984), Catalase. In Packer (Ed). Methods in Enzymology, Academic Press Orlando, 105 : 38 DAFTAR PUSTAKA Aebi, H., (1984), Catalase. In Packer (Ed). Methods in Enzymology, Academic Press Orlando, 15 : 121 126. Alexander, R.R. and Griffiths, J.M., (1993), Basic Biochemical Methods, 2 nd Edition,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh keadaan geografis

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium Biokimia Jurusan Kimia, Laboraturium Instrumentasi Jurusan Kimia

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Prosedur Analisis Data Analisis statisik yang digunakan adalah rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan 3 kali dengan model linier yang digunakan (Matjik dan Sumertajaya

Lebih terperinci

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 2- ) Resume Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Analitik I Oleh: Dhoni Fadliansyah Wahyu NIM. 109096000004 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Pengujian Inhibisi RNA Helikase Virus Hepatitis C (Utama et al. 2000) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekspresi dan Purifikasi RNA

Pengujian Inhibisi RNA Helikase Virus Hepatitis C (Utama et al. 2000) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekspresi dan Purifikasi RNA 8 kromatografi kemudian diuji aktivitas inhibisinya dengan metode kolorimetri ATPase assay. Beberapa fraksi yang memiliki aktivitas inhibisi yang tinggi digunakan untuk tahapan selanjutnya (Lampiran 3).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis PSDVB-PAR Senyawa 4-(2 Piridilazo) Resorsinol merupakan senyawa yang telah lazim digunakan sebagai indikator logam pada analisis kimia karena kemampuannya membentuk

Lebih terperinci

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA. yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA. yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel, bekerja dengan urutanurutan yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan mentransformasikan

Lebih terperinci

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA 1. Larutan Elektrolit 2. Persamaan Ionik 3. Reaksi Asam Basa 4. Perlakuan Larutan

Lebih terperinci

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB 7. ASAM DAN BASA BAB 7. ASAM DAN BASA 7. 1 TEORI ASAM BASA 7. 2 TETAPAN KESETIMBANGAN PENGIONAN ASAM DAN BASA 7. 3 KONSENTRASI ION H + DAN ph 7. 4 INDIKATOR ASAM-BASA (INDIKATOR ph) 7. 5 CAMPURAN PENAHAN 7. 6 APLIKASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup, dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia (Wirahadikusumah, 1977) yang terjadi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI AMILASE DARI KEDELAI HITAM BANTUL

KARAKTERISASI AMILASE DARI KEDELAI HITAM BANTUL SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL C ISBN : 978-602-73159-1-4 KARAKTERISASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tumbuhan saat ini telah menjadi sumber karbon terbarukan dan sumber energi baru yang ada di bumi. Setiap tahunnya tumbuhan dapat memproduksi sekitar 4 x

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. 2. Dasar teori

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN Keterangan kriteria kebenaran konsep Benar (B) Salah (S) Indikator Pembelajaran : Jika penjelasan konsep subjek penelitian sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography. Annisa Fillaeli

Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography. Annisa Fillaeli Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography Annisa Fillaeli TUJUAN Setelah pembelajaran ini selesai maka siswa dapat melakukan analisis kimia menggunakan resin penukar ion. Title R+OH- + X- ===

Lebih terperinci

Lampiran 1 Rancangan penelitian

Lampiran 1 Rancangan penelitian LAMPIRAN 18 19 Lampiran 1 Rancangan penelitian Cacing tanah E. foetida dewasa Kering oven vakum (Setiawan) Tepung cacing kering Ekstraksi buffer dan sentrifugasi Ekstrak kasar protease Salting-out dengan

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi. PETA KONSEP Larutan Penyangga mempertahankan berupa ph Larutan Penyangga Asam mengandung Larutan Penyangga Basa mengandung Asam lemah Basa konjugasi Asam konjugasi Basa lemah contoh contoh contoh contoh

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

Reaksi dalam larutan berair

Reaksi dalam larutan berair Reaksi dalam larutan berair Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@gadjahmada.edu Larutan - Suatu campuran homogen dua atau lebih senyawa. Pelarut (solven) - komponen dalam larutan yang membuat penuh larutan (ditandai

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi IgY Anti Salmonella Enteritidis pada Telur Ayam Antibodi spesifik terhadap S. Enteritidis pada serum ayam dan telur dideteksi dengan menggunakan uji agar gel presipitasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Danau Kakaban menyimpan berbagai organisme yang langka dan unik. Danau ini terbentuk dari air laut yang terperangkap oleh terumbu karang di sekelilingnya akibat adanya aktivitas

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

Titrasi Pengendapan. Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut

Titrasi Pengendapan. Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut TITRASI PENGENDAPAN Titrasi Pengendapan Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut Prinsip Titrasi:: Reaksi pengendapan yangg cepat mencapai kesetimbangan pada setiap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Mikrobiologi Balai Riset dan Standarisasi Industri

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE

LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE Nama (NIM) : Debby Mirani Lubis (137008010) dan Melviana (137008011)

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan Bahan penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan Bahan penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan 3.1.1 Bahan penelitian Cacing tanah P. excavatus diperoleh dari peternakan cacing milik Ir. Bambang Sudiarto. Substrat koagulan darah diambil dari darah milik S. Krisnawati

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR Gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar dengan katalis KOH merupakan satu fase yang mengandung banyak pengotor.

Lebih terperinci

TITRASI POTENSIOMETRI

TITRASI POTENSIOMETRI TITRASI PTENSIMETRI TITRASI PTENSIMETRI I. TUJUAN PERCBAAN Menentukan titik ekivalen secara potensiometri. II. DASAR TERI Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April - September 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI DAN PEMURNIAN PROTEASE DARI Bacillus pumiiius (Y1)

EKSTRAKSI DAN PEMURNIAN PROTEASE DARI Bacillus pumiiius (Y1) EKSTRAKSI DAN PEMURNIAN PROTEASE DARI Bacillus pumiiius (Y1) 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Julius. F 27. 0959. Ekstraksi dan Pemurnian Protease Dari Bacillus pumillus

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

Pengendapan. Sophi Damayanti

Pengendapan. Sophi Damayanti Titrasi Pengendapan 1 Sophi Damayanti 1. Proses Pelarutan Senyawa ionik dan ionik Dalam keadaan padat: kristal Struktur kristal: Gaya tarik menarik, gaya elektrostatik, ikatan hidrogen dan antaraksi dipol-dipol

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2010 sampai Maret 2011 di Laboratorium Bagian Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB dan di Laboratory of Applied

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

I. Tujuan Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar

I. Tujuan Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar I. Tujuan II. Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar Penamabahan garam pada konsentrasi rendah dapat meningkatkan kelarutan protein (salting in). tetapi protein akan

Lebih terperinci

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan Kesadahan Dalam Air Penentuan Kesadahan Dalam Air I. Tujuan 1. Dapat menentukan secara kualitatif dan kuantitatif kation (Ca²+,Mg²+) 2. Dapat membuat larutan an melakukan pengenceran II. Latar Belakang Teori Semua makhluk

Lebih terperinci

Bab II Studi Pustaka

Bab II Studi Pustaka Bab II Studi Pustaka II.1 Kelarutan Larutan adalah campuran yang bersifat homogen. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah

Lebih terperinci