UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) SKRIPSI VERAWATI AMBARITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) SKRIPSI VERAWATI AMBARITA"

Transkripsi

1 UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) SKRIPSI VERAWATI AMBARITA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

2 RINGKASAN Verawati Ambarita. D Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota : Ir. M. Agus Setiana, MS. : Ir. Asep Tata Permana, M. Sc. Budidaya rumput gajah pada umumnya menggunakan bahan tanam vegetatif yaitu stek. Pengembangbiakan dengan cara generatif (biji) tidak dapat dilakukan karena infertil. Peternak ataupun produsen rumput gajah masih belum dapat mendistribusikan stek rumput gajah lebih dari satu minggu, karena sifatnya yang mudah rusak akibat faktor luar seperti mikroba dan fungi. Metode penyimpanan stek yang baik diperlukan agar stek memiliki daya simpan yang lebih lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan dan alat yang dapat memperpanjang umur stek dan menentukan lama masa simpan yang terbaik untuk bahan tanam stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan ulangan 5 kali. Faktor A adalah perlakuan pengawetan berupa 4 jenis bahan atau alat pengawet yaitu cairan gula 2%, cairan lilin, silica gel dan refrigerator (4 o C) dan faktor B adalah 5 tingkat lama penyimpanan 3, 6, 9, 12 dan 15 hari. Bahan yang digunakan adalah stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) sebanyak 625 potong stek. Peubah yang diukur adalah keadaan umum stek, penyusutan bobot, awal pertumbuhan setelah tanam, daya tumbuh, dan tinggi vertikal. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi nyata (P<0,05) terhadap penyusutan bobot stek yang berpengaruh nyata antara penggunaan bahan pengawet dengan lama penyimpanan, interaksi terjadi pada bahan pengawet gula, silica gel, dan kontrol. Interaksi menunjukkan adanya titik perpotongan antara gula, silica gel, dan kontrol pada grafik dengan lama penyimpanan kurang lebih 13 hari. Titik potong tersebut menandakan penyimpanan maksimum bahan tanam stek yang diberi pengawet gula, silica gel, dan kontrol adalah kurang lebih 13 hari. Lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh, dimana lama penyimpanan 15 hari menunjukkan penurunan daya tumbuh yang signifikan dibandingkan lama penyimpanan yang lain. Lama penyimpanan dan bahan pengawet berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal, dimana lama penyimpanan 15 hari menunjukkan rataan penurunan tinggi vertikal yang signifikan dan rataan tinggi vertikal yang paling tinggi adalah pada saat menggunakan bahan pengawet lilin dan gula. Kesimpulan dari penelitian ini adalah daya simpan stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) dapat ditingkatkan dengan menggunakan bahan pengawet gula, silica gel, lilin, dan refrigerator pada suhu 4 o C selama 15 hari lama penyimpanan dan kualitas yang baik selama 15 hari masa simpan yaitu menggunakan alat refrigerator. Kata kunci: Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach), stek, bahan pengawet, lama penyimpanan. i

3 ABSTRACT Evaluation of several Preservatives for Storage of Elephant Grass Cuttings (Pennisetum purpureum Schummach) Verawati Ambarita, M. Agus Setiana and Asep Tata Permana Raising elephant grass (Pennisetum purpureum Schummach) generally use the cuttings vegetative planting material. Breeding by generative (seeds) can not be done because of infertility. Breeders or elephant grass cuttings manufactures still can not distribute more than a week, because it is easily damaged by external factors such as microbes and fungi. Therefor it is necessary that both storages methods cuttings that have a longer shelf life. The aim of this study was to determine the materials and tools that can extend the life of old cuttings and determine the shelf life is best for planting material cuttings of elephant grass. Experimental design used was completely randomized design (CRD) factorial with repeated 5 times. A factor is a preservation treatment is 4 types of materials or equipment that is preservative 2% liquid sugar, liquid wax, silica gel, an refrigerator (4 o C) and factor B are 5 levels of storage time of 3, 6, 9, 12, and 15 days. The materials used are cutting grass counted 625 pieces of cuttings. The variables measured were the general state of cuttings, weight decrease, early growth after planting, growing power, and vertical height. Results showed that the real interaction (P<0,05) the weight decrease significant cuttings between the used of preservatives with storage time, the interaction occurs in sugar preservatives, silica gel and control. the interaction showed a point of intersection between the sugar, silica gel and control over storage time chart at approximately 13 days. Intersection indicates that the maximum point of planting cuttings storage materials are given preservative sugar, silica gel, and control is about 13 days. Storage time significantly (P<0,05) the ability of grow, where teh storage time of 15 day showed a significant reduction in the growth of storage longer than others. Preservative retention and significantly (P<0,05) to the vertical height, where the storage time of 15 day showed higher average vertical drop significantly and the average height of the highest vertical is when using wax and sugar preservatives. The conclusion of this study is the shelf life cuttings of elephant grass (Pennisetum purpureum Schummach) can be improved by using sugar preservatives, silica gel, wax, and refrigerator at 4 o C for 15 days storage time and quality is good for 15 days of shelf life that is using a refrigerator at 4 o C. Keyword : Elephant grass (Pennisetum purpureum Schummach), cuttings, preservatives, long storage ii

4 UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) VERAWATI AMBARITA D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 iii

5 Judul Nama NIM : Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach) : Verawati Ambarita : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Ir. M. Agus Setiana, MS.) NIP (Ir. Asep Tata Permana, M. Sc.) NIP. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr.) NIP : Tanggal ujian :... Tanggal Lulus :... iv

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 27 Februari Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Rasmal dan Ibu Asima Samosir. Pendidikan yang pernah ditempuh diawali dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) Manik Rambung, pada tahun kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama Swasta (SMPS) Perguruan Kristen Methodist Indonesia pada tahun kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Pematangsiantar pada tahun Pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Organisasi Mahasiswa daerah IKANMASS (Ikatan Mahasiswa Siantar dan Sekitarnya) sebagai anggota ( ). Kemudian penulis aktif di Komisi Kesenian UKM PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) sebagai divisi kesejahteraan ( ) dan asisten agama Kristen Protestan ( ) Institut Pertanian Bogor. Penulis menyusun skripsi dengan judul Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum Schummach), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan IPB. Penyusunan skripsi ini di bawah bimbingan Ir. M. Agus Setiana, MS dan Ir. Asep Tata Permana, M. Sc. v

7 PRAKATA Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala berkat dan kasihnya, sehingga penulis dapat melaksanakan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Skripsi dengan judul Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan konstribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi dan kemudahan dalam pengawetan stek rumput agar dapat disimpan dan dikirim dalam waktu yang lebih lama, sehingga mempermudah peternak mendapatkan hijauan yang berkualitas untuk ternak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan pengawet lain yang lebih mudah didapatkan dan pemberian perlakuan terhadap stek yang telah diawetkan agar dapat tumbuh lebih cepat dan seragam. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia peternakan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Tuhan yang akan membalasnya. Amin. Bogor, April 2013 Penulis vi

8 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan... TINJAUAN PUSTAKA Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach)... Pembiakan dengan Stek Penyimpanan Pengawetan Mesin pendingin (refrigerator)... Gula... Lilin. Silica gel. Mikroorganisme. Ketersediaan Karbohidrat dan Nitrogen Respirasi. Dormansi MATERI DAN METODE... Lokasi danwaktu... Materi... Metode... Rancangan Percobaan... i ii iii iv v vi vii ix x xi vii

9 HASIL DAN PEMBAHASAN... Keadaan Umum Bahan Tanam Stek... Penyusutan Bobot Stek.. Awal Pertumbuhan Setelah Tanam Daya Tumbuh Stek. Tinggi Vertikal... KESIMPULAN DAN SARAN... Kesimpulan... Saran UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 DAFTAR TABEL Nomor 1 Perubahan Warna, Bau dan Fisik dari Stek yang Disimpan Menggunakan Gula,Lilin, Silica gel dan Refrigerator dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda... Halaman 15 2 Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama Penyimpanan Awal Pertumbuhan Bahan Tanam Stek Setelah Tanam (Hari) Rataan Daya Tumbuh (%) Stek Berdasarkan Pengawetan dan Lama Penyimpanan Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan Berbagai Jenis Bahan/Alat Pengawet ix

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Stek dengan Penyimpanan Gula yang Ditumbuhi Cendawan dan Mengalami Perubahan Warna pada Lama Penyimpanan 15 Hari... 2 Stek dengan Menggunakan Bahan Pengawet Silica gel Stek dengan Perlakuan Penyimpanan Refrigerator Grafik Interaksi Penyusutan Bobot Stek yang Sudah Mulai Tumbuh Kuncup Daun pada Tunas 2 Hari Setelah Tanam x

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Sidik Ragam dan Uji Duncan Selisih Bobot Sidik Ragam dan Uji Duncan Daya Tumbuh Sidik Ragam dan Uji Duncan Tinggi Vertikal Bahan dan Alat Pengawet yang Digunakan Stek yang Ditumbuhi Cendawan dan Tidak Ditumbuhi Cendawan Setelah Penyimpanan... 6 Stek yang Sudah Mulai Tumbuh Tunas dan Daun Sempurna xi

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Hijauan pakan merupakan salah satu komponen penting sebagai sumber makanan utama bagi ternak ruminansia. Ketersediaan hijauan pakan sebagai sumber energi dan serat yang berkualitas sangat dibutuhkan ternak dalam mendukung produktivitasnya. Seiring meningkatnya populasi ternak, permintaan hijauan pakan sangat tinggi. Peningkatan permintaan akan hijauan yang berkualitas memerlukan ketersediaan hijauan di lapangan yang berkualitas. Beberapa hijauan yang biasa digunakan adalah rumput alam dan rumput budidaya. Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) merupakan rumput yang biasa ditanam oleh peternak karena produksinya tinggi dan berkualitas baik. Pemilihan bibit yang baik adalah salah satu strategi yang penting untuk mendukung ketersediaan akan hijauan makanan ternak. Rumput gajah merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas tinggi, disukai ternak, dapat hidup di berbagai tempat ( dpl), tahan kering dan produksinya tinggi dapat mencapai 250 ton/ha/tahun dengan kandungan gizi tinggi (McIlroy, 1976). Pengembangbiakan rumput gajah umumnya menggunakan cara vegetatif yaitu menggunakan stek. Pengembangbiakan dengan bahan tanam stek merupakan pengembangbiakan yang efektif dan umum digunakan. Pengembangbiakan dengan cara generatif (biji) sangat jarang digunakan atau tidak umum digunakan pada rumput gajah karena infertil. Kendala yang dihadapi pada saat penyediaan dan penyebaran bahan tanam stek adalah sifatnya yang mudah rusak pada saat penyimpanan karena kegiatan fisiologis dan invasi mikroorganisme. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kandungan bahan organik pada stek terutama kandungan karbohidratnya. Karbohidrat merupakan bahan yang sangat dibutuhkan stek sebagai sumber energi bagi pertumbuhan tunas dan akar. Apabila kandungan karbohidrat teganggu maka pertumbuhan tunas dan akar akan terhambat bahkan dapat menyebabkan kematian pada stek (Wudianto, 2002). Jangkauan distribusi stek yang membutuhkan waktu berhari-hari atau lebih dari satu minggu untuk mencapai tujuannya baik itu melalui darat, udara maupun laut. Adanya hal tersebut memerlukan upaya penanganan stek yang tepat untuk mempertahankan keutuhan bibit dengan kualitas baik dan mempertahankan daya 1

14 tumbuh selama penyimpanan. Bahan-bahan dan alat seperti lilin, gula, silica gel dan refrigerator dapat digunakan sebagai sarana pengawetan bagi stek. Penggunaan sarana pengawetan tersebut diharapkan dapat mengawetkan bahan tanam stek rumput gajah sehingga dapat membantu dalam hal penyebaran hijauan yang berkualitas tinggi ke daerah yang membutuhkan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mencari beberapa teknik pengawetan untuk dapat mempertahankan umur bahan tanam stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Shummach) selama penyimpanan. 2

15 TINJAUAN PUSTAKA Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach) Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) merupakan keluarga rumput-rumputan (gramineae) bermanfaat sebagai pakan ternak pemamah biak (ruminansia) yang alami di daerah Asia Tenggara. Rumput gajah biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh pohonnya untuk diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi. Rumput gajah merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta disukai oleh ternak ruminansia. Nilai gizi rumput gajah sebagai hijauan makanan ternak ditentukan oleh zat-zat makanan yang terdapat didalamnya dan kecernaannya. Nilai gizi rumput gajah dipengaruhi oleh fase pertumbuhan pada saat pemotongan atau penggembalaan (McIlroy, 1976). Produksi rumput gajah yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi kesenjangan produksi hijauan pakan pada musim hujan dan musim kemarau, dan untuk memanfaatkan kelebihan produksi tersebut pada fase pertumbuhan yang terbaik. Rumput gajah dapat ditanam dengan mudah dengan menggunakan stek batang dan penyebaran biji, namun pengembangbiakan dengan biji (generatif) tidak umum digunakan pada rumput gajah karena produksi dan daya tumbuhnya rendah (AAK, 1983). Menurut Wudianto (2002) batang yang digunakan untuk stek sebaiknya batang yang sudah cukup tua, yaitu yang telah berumur 3-4 bulan, warna batang kehijauan, panjang stek kira-kira cm dan mengandung dua mata tunas. Pembiakan dengan Stek Umumnya pembiakan tanaman rumput gajah dilakukan dengan menggunakan stek. Kemampuan stek dalam pembentukan akar dipengaruhi oleh kedewasaan batang. Batang yang baik sebagai bahan stek berasal dari tanaman yang berumur sedang, karena batang yang terlalu tua sulit membentuk akar dan batang yang masih muda kurang baik untuk ditanam sebagai bibit sebab kandungan karbohidrat atau energi pertumbuhannya rendah (AAK, 1983). Dua faktor lainnya yang mempengaruhi keberhasilan stek adalah keseimbangan karbohidrat dan senyawa yang mengandung nitrogen seperti nitrat, amonium, dan asam amino yang dapat meningkatkan pertumbuhan akar, keberadaan batang stek yang mengandung nitrogen 3

16 dan karbohidrat yang tinggi akan mempercepat proses terbentuknya akar (Wudianto, 2002). Keuntungan pengembangbiakan tanaman dengan menggunakan stek adalah dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dalam waktu yang relatif singkat. Penggunaan bahan tanam stek tidak terlalu rumit, selain itu sifat-sifat tanaman yang dihasilkan dengan bahan tanam stek serupa dengan induknya, sedangkan kerugian menggunakan bahan tanam stek adalah masalah transportasi karena stek bersifat bulky (amba) dan stek mempunyai masa dormansi yang singkat (Rochman dan Haryadi, 1973). Penyimpanan Penyimpanan adalah suatu usaha untuk melindungi bahan pangan dari kerusakan yang disebabkan berbagai hal antara lain serangan hama seperti mikroorganisme, serangga, dan kerusakan fisiologis (Damayanthi dan Mudjajanto, 1995). Penyimpanan bahan tanam tanaman menurut Sutopo (2010), adalah untuk mempertahankan viabilitas bahan tanam pada saat disimpan dengan waktu semaksimal mungkin dengan tidak merusak bahan tanam dan masih memiliki energi yang cukup untuk tumbuh pada saat ditanam. Ketahanan suatu bahan tanam pada saat disimpan dicirikan oleh kemampuan bahan tanam tersebut untuk dapat tumbuh setelah mengalami masa simpan. Kemampuan bahan tanam untuk tumbuh atau memperlihatkan ciri pertumbuhan disebut viabilitas. Adapun tujuan dari penyimpanan adalah mempertahankan viabilitas maksimum bahan tanam dalam periode simpan selama mungkin dengan menghindari terjadinya kemunduran fisiologis. Menurut Sutopo (2010), banyak faktor yang menyebabkan menurunnya viabilitas bahan tanam suatu tanaman selama penyimpanan antara lain adalah jenis dan sifat bahan tanam, viabilitas awal ketika disimpan, kandungan air, suhu, kelembaban nisbih ruang simpan, gas di sekitar bahan tanam, dan mikroorganisme. Penyimpanan perlu dilakukan karena tidak semua bahan tanam dapat segera digunakan pada usaha tani. Kelebihan produksi harus disimpan hingga musim tanam berikutnya, sehingga perlu meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit pada saat penyimpanan. 4

17 Pengawet Mesin pendingin (refrigerator) Mesin pendingin adalah alat umum rumah tangga yang terdiri dari termal terisolasi kompartemen dan pompa panas (mekanik, elektronik atau bahan kimia) yang mentransfer panas dari bagian dalam lemari es untuk lingkungan eksternal sehingga dalam kulkas didinginkan sampai suhu di bawah suhu ruangan. Penggunaan mesin pendingin adalah sebagai alat yang digunakan untuk menyimpan makanan yang bekerja untuk mengurangi tingkat reproduksi bakteri atau mengurangi tingkat pembusukan makanan. Sebuah mesin pendingin mempertahankan suhu beberapa derajat di atas titik beku air, kisaran suhu optimum untuk penyimpanan makanan tahan lama adalah 3-5 o C (37-41 o F) (Wirakartakusumah, et al., 1989). Gula (gula putih) Secara kimiawi gula sama dengan karbohidrat. Umumnya karbohidrat dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Oligosakarida adalah gula yang mengandung 2-10 gula sederhana (monosakarida) contohnya adalah sukrosa (gula meja) yang berasal dari molasis, sorgum, yang bersumber dari sari tebu dan beet (Budiyanto, 2002). Umumnya pengertian gula adalah karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut di dalam air. Saat ini gula tidak hanya digunakan sebagai penambah rasa manis tetapi juga digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan juga tumbuhan. Tumbuhan pada saat pasca panen akan mengalami berkurangnya proses fotosintesis sehingga tanaman tersebut tidak dapat lagi memproduksi karbohidrat sedangkan konsumsi karbohidrat tetap berlangsung melalui proses respirasi. Bila cadangan karbohidrat tidak mencukupi maka tumbuhan misalnya bunga potong akan layu dan mati lebih dini dengan ciri-ciri daun menguning dari bawah sampai ke atas, daun rontok satu per satu, warna bunga memucat dan petalnya menjadi tipis atau kurus. Hal itu menyebabkan perlunya tambahan karbohidrat yang berupa gula (sukrosa). Bentuk molekul yang terdapat pada gula adalah yang paling efisien untuk tanaman dan mudah ditransportasikan dalam sel-sel tanaman. Takaran gula yang digunakan adalah sebesar 1%-2% gula per satu liter air bersih (10-20 gram/liter) (Agribisnis Deptan, 2008). 5

18 Lilin Lilin (wax) adalah ester yang berasal dari asam karboksilat berantai panjang dan monoalkohol berantai panjang. Umumnya lilin alami ini berasal dari asam dan alkohol, masing-masing dengan panjang rantai C12 sampai C34. Lilin biasanya digunakan sebagai bahan pengawet buah. Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan, dan menghambat laju respirasi. Pelapisan lilin dengan kepekatan dan ketebalan yang sesuai dapat menghindarkan keadaan aerobik pada buah dan memberikan perlindungan yang diperlukan terhadap luka dan goresan terhadap buah (Pantastico, 1986). Lilin ditemukan baik pada tanaman maupun pada hewan. Lilin pada tanaman dijumpai pada permukaan daun dan batangnya yang berfungsi untuk melindungi tanaman itu dari penguapan atau serangan serangga. (Agribisnis Deptan, 2008). Silica gel Silica gel adalah bentuk lain dari silikon dioksida yang dibuat secara sintetis ke dalam bentuk butiran. Strukturnya yang berongga besar menyebabkan silica gel memiliki permukaan yang sangat luas sehingga dapat menyerap air dan gas dengan mudah (Geejay, 2012). Silica gel memiliki sifat higroskopis yaitu mampu menyerap molekul air dari lingkungannya baik melalui absorpsi maupun adsorpsi, karena silica gel memiliki efisiensi penyangga (buffer) yang baik yang mampu mengurangi laju perubahan kelembaban dari suatu objek sehingga mengurangi resiko kerusakan (Weintraub, 2011). Mikroorganisme Mikroorganisme adalah organisme yang memiliki ukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus menggunakan alat yaitu mikroskop. Mikroorganisme hampir dapat hidup disemua tempat baik di air, tanah, udara, maupun di tempat lainnya dan mampu bertahan pada berbagai lingkungan baik pada suhu, tekanan, ph, tingkat osmosis (larutan gula dan larutan garam), serta kadar air yang ekstrim. Mikroorganisme penyebab kerusakan makanan adalah bakteri, jamur dan khamir (Adawyah, 2007). Mikroorganisme dapat masuk melalui kerusakan pada kulit benih sehingga mempermudah kerusakan benih pada saat benih disimpan. Pertumbuhan mikroorganisme, benih yang disimpan pada udara dengan kelembaban yang sangat tinggi dan respirasi yang terjadi pada benih dapat 6

19 mempengaruhi perubahan berat benih karena terjadi perubahan kadar air pada benih (Kuswanto, 2003). Cendawan adalah salah satu mikroorganisme yang dapat merusak bahan hasil pertanian pada saat disimpan (Imdad dan Nawangsih, 1999). Cendawan berkembang biak dengan spora tetapi tidak memiliki klorofil, menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena mempunyai dinding sel, dan tidak bergerak tetapi tidak mempunyai batang, akar, daun dan sistem pembuluh. Umumnya cendawan berbentuk benang (hifa) yang tebalnya antara 0,5-100 mikron atau lebih dan tubuhnya dinamakan miselium. Cendawan tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis. Cendawan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup lain baik yang masih hidup maupun yang telah mati untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Cendawan bersifat heterotrof yaitu memerlukan zat-zat organik yang tersedia sebagai sumber energi, yakni zat organik yang disediakan oleh tumbuhan otorotrof yang mampu berfotosintesis. Cendawan dapat merugikan tanaman karena menghambat pengangkutan zat cair dan garam mineral sehingga mengganggu proses dan pengangkutan hasil fotosintesis. Cendawan juga dapat merusak akar, batang, daun, bunga pada saat ditanam dan penyimpanan (Askari, 2012). Ketersediaan Karbohidrat dan Nitrogen Karbohidrat dan nitrogen merupakan zat yang penting untuk pertumbuhan stek tanaman, oleh sebab itu ketersediaannya harus dipertahankan di dalam stek. Pengendalian faktor kehilangan dari karbohidrat dan nitrogen perlu dilakukan terutama pada saat penyimpanan (Edi, 2001). Kebutuhan akan karbohidrat sangat penting untuk pertumbuhan, hal ini terbukti adanya penyimpanan karbohidrat yang terdapat pada daun, ranting, dan akar. Karbohidrat yang disimpan oleh sebagian besar tumbuhan adalah pati. Pati disimpan oleh tumbuhan tahunan yaitu sebelum dan selama masa dormansi, dan digunakan kembali untuk pertumbuhan pada musim berikutnya. Pati disimpan dalam bentuk butiran yang tidak mudah larut dalam air. Pati disimpan pada musim dingin dan digunakan lagi pada pertumbuhan musim semi berikutnya (Salisbury dan Ross, 1992a). Penyimpanan benih, kebutuhan CO 2 dan nitrogen diperlukan pada kemasan benih agar dapat menghambat laju respirasi, sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam benih menjadi lambat dan laju deteriorasi ikut menjadi lambat. Menurut Sadjad et al. (1999), deteriorasi adalah 7

20 kemunduran viabilitas bahan tanam yang disebabkan oleh faktor alami baik pada saat penyimpanan maupun dalam lingkungan produksi. Laju deteriorasi berjalan cepat apabila penyimpanan benih di dalam suhu yang tinggi sehingga umur daya simpan benih menjadi pendek (Kuswanto, 2003). Respirasi Stek atau produk vegetatif lainnya dalam penyimpanan biasanya melakukan aktivitas fisiologis yaitu proses pernafasan atau respirasi. Respirasi adalah suatu proses pelepasan energi kimia molekul-molekul organik di dalam mitokondria. Menurut Salisbury dan Ross (1992b), bahwa salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi biokimiawi respirasi adalah kandungan substrat. Tumbuhan yang kandungan pati, fruktan atau gulanya rendah maka laju respirasi juga rendah. Faktor luar yang berpengaruh terhadap respirasi adalah suhu, konsentrasi O 2 (oksigen), pelukaan (infeksi), cahaya, keadaaan protoplasma dan hidrasi jaringan (Salisbury dan Ross 1992b). Selain itu Janick (1972), meyatakan bahwa peningkatan respirasi sangat dipengaruhi oleh suhu dan respirasi akan meningkat pada saat suhu tinggi, dan menurun pada saat suhu rendah. Gula penting keberadaannya dalam proses respirasi karena dalam proses ini terjadi perombakan gula dalam tanaman yang kemudian bereaksi dengan oksigen menghasilkan air, karbondioaksida dan energi. Dormansi Dormansi adalah laju pertumbuhan tanaman rendah, karena aktivitas metaboliknya rendah dimana daun dan tunas tetap tumbuh tetapi pertumbuhannya lambat yang biasanya disebabkan oleh suhu yang rendah. Umumnya pertumbuhan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh suhu, pada saat tanaman berada pada suhu optimum maka tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik, pada saat tanaman berada pada suhu dibawah suhu minimun maka laju pertumbuhan tidak baik (Salisbury dan Ross, 1992b). Penyimpanan dapat mempengaruhi terjadinya dormansi pada beberapa keadaan dan dorman pada bibit tanaman dapat menghilang apabila disimpan selama beberapa bulan pada kondisi suhu dan kelembaban nisbih lingkungan terkendali, dimana suhu berada diatas suhu titik beku (Justice dan Bass, 2002). Dorman benih dapat berlangsung selama beberapa hari, musim bahkan sampai beberapa tahun tergantung jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. 8

21 Pertumbuhan benih tidak akan terjadi sebelum melalui masa dormansi, atau dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai suatu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi (Sutopo, 2010). 9

22 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan April hingga Mei Penelitian dilakukan di Laboratorium Agrostologi dan Laboratorium Lapang Agrostologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Dramaga, Bogor. Materi Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) yang berumur 4 bulan, dengan panjang stek antara cm atau dua buku satu ruas. Stek diambil dari tanaman dengan kondisi induk seragam diperoleh dari kebun Laboratorium Lapang Agrostologi sebanyak 625 stek. Bahan pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan gula 2%, lilin cair, silica gel, dan pupuk. Alat yang digunakan yaitu: refrigerator (suhu 4 o C), karung, tali, polybag, dan cangkul. Metode Persiapan Stek dan Bahan Penyimpanan Stek Bahan tanam (stek) rumput gajah diambil dari rumpun yang umurnya 3-4 bulan. Panjang stek diperkirakan antara cm. Stek terdiri dari satu ruas dua buku. Setelah stek sudah tersedia, kemudian stek diawetkan dengan cara: 1. Pencelupan lilin Kedua ujung dari stek sepanjang 1,5 cm dicelupkan ke dalam lilin yang telah dicairkan pada suhu kurang lebih o C yang sudah terlebih dahulu dicairkan pada 100 o C. Setelah itu stek didiamkan hingga lilin memadat, kemudian stek-stek yang sudah diberi lilin diatur untuk dimasukkan ke dalam karung dan karung diikat dengan rapat. 2. Pencelupan cairan gula Pencelupan stek pada cairan gula menggunakan konsentrasi 2% (20 g gula/100 ml air). Satu per satu kedua ujung stek sekitar 1,5 cm direndam di dalam cairan gula selama 30 menit. Kemudian stek ditiriskan hingga tidak ada cairan gula yang menetes. Setelah semua stek dicelupkan ke dalam cairan gula, dimasukkan ke dalam karung dan karung diikat dengan rapat. 3. Penambahan silica gel 10

23 Stek yang sudah siap diawetkan, ditimbang bobotnya satu persatu. Setelah itu stek tersebut diatur rapi di dalam karung dan dimasukkan silica gel 30 g dalam kemasan berpori. Kemudian karung tersebut diikat dengan rapat. 4. Penggunaan refrigerator (suhu 4 o C) Mesin pendingin yang telah disediakan, diatur suhunya menjadi 4 ºC. Stek yang sudah disediakan ditimbang bobotnya masing-masing, setelah itu stek dimasukkan ke dalam karung dan karung tersebut diikat dengan tali hingga rapat, kemudian dimasukkan ke dalam refrigerator. Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam stek dilakukan selama 15 hari. Lama penyimpanan pada setiap perlakuan pengawetan dibagi menjadi 5 yaitu lama penyimpanan 3, 6, 9, 12, dan 15 hari. Penanaman Stek yang telah diamati keadaan umumnya dan dicatat bobotnya, ditanam pada polybag yang telah diisi tanah yang diberi pupuk kandang, KCl, dan SP36. Pupuk kandang 10 g/polybag, KCl 2 g/polybag dan SP36 2 g/polybag. Stek ditanam dengan kemiringan ±45º. Stek yang diberi bahan pengawet lilin sebelum ditanam lilin tersebut dikikis terlebih dahulu. Stek disiram setiap hari dan dilakukan penyiangan apabila terdapat gulma. Peubah yang diamati a. Keadaan umum stek Keadaan umun stek diamati setelah penyimpanan selama 15 hari. Stek diamati pada setiap lama penyimpanan 3, 6, 9, 12, dan 15 hari. Keadaan umum diamati antara lain perubahan warna, bau, fisik (tumbuhnya cendawan) dan tekstur (keriput) dari stek setelah diberi perlakuan penyimpanan dengan menggunakan bahan pengawet. b. Penyusutan bobot stek Bobot stek ditimbang sebelum diberi perlakuan penyimpanan dan sesudah penyimpanan, kemudian dihitung selisih bobot stek dengan rumus : selisih bobot stek (g) = bobot stek awal (g) bobot stek akhir (g). 11

24 c. Awal pertumbuhan setelah tanam Diamati dan dicatat munculnya tunas dan daun awal setelah penanaman stek (setiap 2 hari hingga hari ke-14). d. Daya tumbuh Keadaan umum dilihat jumlah stek yang tumbuh setelah ditanam. Pertumbuhan dilihat setelah muncul dua daun. Kemudian diamati lamanya tanaman tumbuh (muncul dua daun) pada bahan tanam stek dalam setiap perlakuan. e. Tinggi vertikal Tinggi vertikal stek diukur setelah 2 minggu pengamatan 15 Hari setelah Tanam (HST). Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan pengulangan 5 kali, dan setiap ulangan terdiri dari 5 stek. Faktor A adalah perlakuan bahan/alat pengawet dan faktor B adalah lama penyimpanan. Faktor A = Perlakuan bahan pengawet A0 = Penyimpanan tanpa bahan pengawet (kontrol) A1 = Penyimpanan dengan cairan gula A2 = Penyimpanan dengan cairan lilin A3 = Penyimpanan dengan silika gel A4 = Penyimpanan dengan mesin pendingin (refrigerator) Faktor B = Lama penyimpanan stek B1 = Stek disimpan selama 3 hari B2 = Stek disimpan selama 6 hari B3 = Stek disimpan selama 9 hari B4 = Stek disimpan selama 12 hari B5 = Stek disimpan selama 15 hari Model Model matematis yang digunakan pada penelitian ini yaitu : Y ijk = µ + a i + b j + (ab) ij + e ijk 12

25 Keterangan : Y ijk = nilai pengamatan untuk perlakuan bahan pengawet (A0,,A5) ke-i perlakuan lama penyimpanan (B1,,B5) ke-j dan ulangan k µ = rataan umum a i b j (ab) ij e ijk = pengaruh perlakuan A ke-i = pengaruh perlakuan B ke-j = pengaruh interaksi bahan pengawet ke-i dan lama penyimpanan ke-j = galat faktor A ke-i, faktor B ke-j dan ulangan ke-k Analisa data : Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan bila terjadi perbedaan dilanjutkan dengan uji duncan. 13

26 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Bahan Tanam Stek Pengamatan yang dilakukan terhadap bahan tanam stek setelah penyimpanan meliputi keadaan fisiologis, kualitas, dan daya tumbuh bahan tanam stek tersebut. Adapun keadaan fisiologis yang diamati yaitu meliputi warna, fisik (cendawan), bau, tekstur (keriput). Menurut Budiyanto (2002), bahan pangan diawetkan bertujuan untuk menjaga tekstur, rasa, aroma atau bau dan warna sehingga kualitasnya terjaga. Pengamatan bau stek menunjukkan bahwa stek yang berbau busuk mengindikasikan adanya kontaminasi mikroorganisme, sedangkan pengamatan tekstur bertujuan untuk mengetahui kadar air selama penyimpanan adanya perubahan tekstur pada stek. Berdasarkan hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ada perubahan warna, bau, fisik dan tekstur terhadap bahan tanam stek setelah diberi perlakuan. Perlakuan yang dilakukan adalah pengawetan dengan menggunakan bahan pengawet lilin, silica gel, cairan gula, dan refrigerator pada suhu 4 o C dengan lama penyimpanan yang berbeda. Pengamatan perubahan warna, bau, dan fisik tersaji pada Tabel 1. Lilin Stek dengan perlakuan menggunakan pengawet lilin sudah mulai mengalami perubahan warna, bau, dan tekstur pada saat penyimpanan. Perubahan warna, bau, tekstur terjadi karena lapisan lilin yang menutupi pori-pori pada stek tersebut rentan terkontaminasi oleh mikroorganisme. Pengamatan bagian tekstur tidak terlihat adanya penyusutan meskipun bobotnya turun, hal ini disebabkan karena penurunan bobot stek tidak terlalu banyak. Perubahan warna, bau, dan fisik dapat dilihat pada Tabel 1. Salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan kesegaran buah adalah dengan melapisi buah dengan lilin. Permukaan buah yang dilapisi oleh lilin dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan dan menghambat laju respirasi (Suhaidi, 2008). 14

27 Tabel 1. Perubahan Warna, Bau, Fisik (Cendawan), dan Tekstur dari Stek yang Disimpan dengan Menggunakan Gula, Lilin, Silica gel dan Refrigerator dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda. Perlakuan Kontrol Lama penyimpanan (hari) Warna Bau Fisik (cendawan) Tekstur (keriput) Lilin Warna Bau Fisik (cendawan) Tekstur (keriput) Silica gel Warna Bau Fisik (cendawan) Tekstur (keriput) Refrigerator Warna Bau Fisik (cendawan) Tekstur (keriput) Gula Warna Bau Fisik (cendawan) Tekstur (keriput) Keterangan : Tanda (-) : belum ada perubahan, (+) : sudah terjadi perubahan dan banyak tanda (+) maka perubahan yang terjadi semakin meningkat. Silica gel semakin Perubahan warna, bau, fisik (cendawan) dan tekstur pada saat penyimpanan dengan menggunakan silica gel dapat dilihat pada Tabel 1. Perubahan warna yang terjadi pada stek yang diberi bahan pengawet silica gel adalah warna stek menjadi kuning kecoklatan, tumbuh cendawan dan terjadi penyusutan pada tekstur stek (keriput). Hal ini diduga karena kurang banyaknya jumlah silica gel yang digunakan 15

28 sehingga kurang dapat menyerap air yang dapat menyebabkan kebusukan dan kelembaban sehingga mempermudah tumbuhnya cendawan. Gambar 1 dapat dilihat stek yang mengalami perubahan warna dan fisik (cendawan) pada saat disimpan dengan menggunakan silica gel, kode A pada gambar menunjukkan perubahan fisik dengan banyaknya cendawan yang tumbuh pada stek dan kode B pada gambar menunjukkan perubahan warna menjadi kuning kecoklatan. Penyimpanan yang paling banyak mengalami kontaminasi mikroorganisme adalah pada saat penggunaan bahan pengawet silica gel dan pada kontrol. B A Gambar 1. Stek dengan Menggunakan Bahan Pengawet Silica gel. Refrigerator Pengamatan untuk pengawetan yang disimpan di dalam refrigerator dengan suhu 4 o C tidak menunjukkan adanya perubahan warna, tumbuh cendawan, tekstur dan bau selama penyimpanan 3, 6, 9, 12 dan 15 hari. Kondisi ini diindikasikan dengan warna, bau dan tekstur stek masih tetap terjaga sama sebelum stek mendapatkan perlakuan. Pengawetan yang baik dalam penelitian ini yaitu perlakuan dengan menggunakan refrigerator dan lilin. Pengawet lilin dapat diketahui dengan melihat keadaan stek yang pada umumnya tidak terlalu banyak terkontaminasi oleh mikroorganisme. Hal ini ditunjukkan dengan stek yang dilapisi oleh lilin dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan dan menghambat laju respirasi. Pengawetan yang disimpan di dalam refrigerator dengan suhu 4 o C aktivitas mikroba terhambat, sehingga tidak ada stek yang terkontaminasi oleh mikroorganisme. Menurut Thalib dan Widiawati (2010), penyimpanan pada suhu dingin menyebabkan aktivitas mikroba akan semakin melemah. Sehingga kondisi stek dengan penyimpanan pada refrigerator dan lilin memiliki warna, 16

29 tekstur, dan baunya masih segar seperti pada saat diambil dari kebun. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. kode A pada gambar menunjukkan tidak ada perubahan fisik yang diindikasikan dengan tidak adanya tumbuh cendawan pada stek dan kode B pada gambar menunjukkan tidak ada perubahan warna karena warna stek tetap hijau. B A Gambar 2. Stek dengan Perlakuan Penyimpanan pada Refrigerator Gula Stek yang mendapat perlakuan peyimpanan dengan bahan pengawet gula mengalami perubahan warna, bau, fisik (tumbuh cendawan), dan tekstur (keriput) dapat dilihat pada Tabel 1. Perubahan ini disebabkan oleh mikroorganisme yang menjadikan gula sebagai sumber nutrisinya, sehingga nutrisi yang terkandung di dalam gula tidak terserap semua oleh stek tersebut, stek yang kekurangan nutrisi atau karbohidrat akan mengalami perubahan warna dan kekeringan (Agribisnis Deptan, 2008). Menurut Suwijah (2011), untuk pertumbuhannya mikroorganisme membutuhkan karbon dan nitrogen, dimana kebutuhan akan karbon dapat diperoleh dalam bentuk karbohidrat sederhana, misalnya adalah sukrosa, glukosa, fruktosa, dan lain-lain. Selain mikroorganisme banyak faktor yang menyebabkan menurunnya viabilitas benih tanaman selama penyimpanan antara lain adalah viabilitas awal ketika disimpan, kadar air bibit, wadah simpan, dan kelembaban nisbih ruang simpan (Sutopo, 2010). Pengujian bau stek dapat dilakukan dengan menggunakan indera penciuman. Stek dengan penyimpanan 9-15 hari sangat tercium dengan jelas bau busuk atau bau dengan khas cendawan yang menandakan bahwa stek tersebut telah terkontaminasi oleh cendawan. Pengamatan terhadap tekstur dapat dilihat dari kondisi fisik stek yang mengalami kekeringan (keriput). Perubahan warna dan bentuk fisik stek pada saat penyimpanan dengan menggunakan bahan pengawet gula dapat dilihat pada Gambar 3, tanda panah pada gambar menunjukkan stek yang ditumbuhi cendawan setelah mengalami lama penyimpanan selama 15 hari. 17

30 Gambar 3. Stek yang Ditumbuhi oleh Cendawan (Ditunjukkan oleh Tanda Panah) Penyusutan Bobot Stek Bobot stek yang mengalami penyusutan setelah penyimpanan dapat diketahui dengan cara menghitung selisih antara bobot stek awal sebelum dilakukan penyimpanan dengan bobot stek setelah penyimpanan. Perhitungan selisih bobot dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap bobot stek. Tabel 2. Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama Penyimpanan Bahan pengawet Lama penyimpanan (hari) Kontrol 2,76±2,18 c 4,24±0,99 c 6,04±1,34 b 6,36±0,95 b 8,68±1,91 a Lilin 1,32±0,27 d 3,56±0,50 c 4,84±1,35 c 4,32±0,46 c 6,16±1,19 b Silica gel 2,28±0,52 c 4,40±0,58 c 6,72±1,91 b 5,48±0,94 c 9,56±2,58 a Refrigerator 0,84±0,55 d 1,48±0,44 d 2,80±0,98 c 2,20±0,62 d 2,76±1,32 c Gula 2,12±0,81 c 5,48±1,97 c 7,24±2,70 b 6,24±1,51 b 7,76±1,77 a Keterangan : Superskrip pada kolom dan baris menunjukkan interaksi yang berpengaruh nyata pada (P<0,05) antara perlakuan lama penyimpanan dengan penggunaan bahan pengawet terhadap penyusutan bobot stek. Penyusutan bobot terbesar ditandai dengan huruf a dan penyusutan bobot terkecil ditandai dengan huruf d. Data pada Tabel 2 menunjukkan adanya interaksi yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap perlakuan lama hari penyimpanan dengan penggunaan bahan pengawet. Interaksi terjadi antara kontrol, gula dan silica gel, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4, grafik menunjukkan adanya titik perpotongan antara kontrol, gula dan silica gel pada lama hari penyimpanan kurang lebih 13 hari. Titik potong tersebut menandakan bahwa penyimpanan optimum pada kontrol dan stek yang diberi bahan pengawet gula dan silica gel adalah kurang lebih 13 hari. 18

31 Grafik Penyusutan Bobot Stek (g) 12 selisih Penyusutan Bobot (g) Kontrol Lilin Silica gel Refrigerator Gula Lama Penyimpanan (Hari) Gambar 4. Grafik Interaksi Penyusutan Bobot Stek Rataan penyusutan bobot stek pada setiap perlakuan yang disimpan di dalam refrigerator pada suhu 4 o C lebih rendah dibandingkan dengan bahan pengawet yang lain. Dapat dilihat pada kolom bahwa rataan penyusutan bobot terkecil adalah penyimpanan pada suhu 4 o C. Hal ini disebabkan karena aktivitas hormon terhambat selama penyimpanan dengan suhu dingin (4 o C), sehingga laju respirasi menurun. Menurut Yunarti (2008), aktivitas tumbuh hormon semakin menurun sehingga bobot pada saat sebelum dan sesudah penyimpanan tidak berbeda jauh. Kecilnya presentasi penyusutan menunjukkan bahwa penyimpanan pada refrigerator lebih baik digunakan dibandingkan perlakuan yang lain. Stek yang paling banyak mengalami penyusutan bobot adalah peyimpanan dengan menggunakan bahan pengawet gula dan silica gel. Hal ini disebabkan karena banyaknya stek yang ditumbuhi oleh cendawan sehingga cadangan makanan pada pati di dalam stek berkurang dan menyebabkan penyusutan bobot pada stek. Mikroorganisme dapat masuk melalui kerusakan pada kulit benih sehingga mempermudah dalam merusak benih pada saat disimpan. Sehingga untuk semua perlakuan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi lama penyimpanan maka penyusutan bobot stek juga semakin tinggi. Penyimpanan dengan gula dan silica gel jika dibandingkan dengan kontrol masih lebih baik, karena penyusutan bobot stek 19

32 pada kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan stek yang diberi perlakuan pengawetan. Sehingga masih lebih baik menggunakan bahan pengawet. Awal Pertumbuhan Setelah Tanam Pertumbuhan awal bahan tanam stek dapat diketahui dengan pertumbuhan tunas pada ruas stek dengan tumbuhnya kuncup daun 2 hari setelah tanam. Hal ini mengidentifikasikan bahwa benih stek tersebut memiliki daya tumbuh yang baik. Stek dengan perlakuan menggunakan bahan pengawet gula, silica gel, lilin sudah mulai tumbuh tunas 2 hari setelah penanaman yang diidentifikasikan dengan tumbuhnya tunas atau kuncup daun pada bahan tanam stek, dapat dilihat pada gambar 4, tanda panah menunjukkan kuncup daun pada tunas stek 2 hari setelah tanam. Gambar 5. Kuncup Daun pada Tunas Stek 2 Hari Setelah Tanam (Ditunjukkan oleh Tanda Panah) Perlakuan dengan menggunakan bahan pengawet lilin yang disimpan selama 12 dan 15 hari, sebagian stek sudah mulai tumbuh tunas sebelum ditanam, hal ini disebabkan karena cadangan makanan pada stek tersebut masih tersedia sehingga pada saat penyimpanan kuncup daun pada tunas sudah mulai tumbuh. Maka pada saat penanaman stek menjadi semakin cepat tumbuh. Menurut Salisbury dan Ross (1992a). Kebutuhan akan karbohidrat sangat penting untuk pertumbuhan, hal ini terbukti adanya penyimpanan karbohidrat yang terdapat pada daun, ranting, dan akar. Daya tumbuh stek yang baik ditunjukkan dengan tumbuhnya kuncup daun pada tunas stek yang terletak di ruas stek dan berwarna hijau segar. Tumbuhnya tunas-tunas yang baru disebabkan karena pangkal stek mengandung karbohidrat dan nitrogen yang lebih banyak daripada bagian ujung stek sehingga dapat mempercepat proses inisiasi. Proses inisiasi stek yang cepat membuat stek cenderung resisten 20

33 terhadap penyakit yang menyerangnya sehingga peresentase hidup stek menjadi lebih tinggi (Meilawati, 2008). Tabel 3. Awal Pertumbuhan Bahan Tanam Stek Setelah Tanam Bahan Awal pertumbuhan setelah tanam (hari) pengawet Kontrol Lilin Silca gel Refrigerator Gula Keterangan : (-):belum ada pertubuhan, (+) : sudah terjadi pertumbuhan tunas dan banyak tanda (+) maka pertumbuhan yang terjadi semakin meningkat. semakin Tabel 3 menunjukkan penyimpanan stek di dalam refrigerator dengan suhu 4 o C memiliki pertumbuhan awal yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan yang lain, karena pada saat stek disimpan pada suhu dingin maka aktivitas hormon pertumbuhan yang ada di dalam stek terhambat, maka stek membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengaktifkan hormon pertumbuhan yang semakin lambat akibat disimpan pada suhu dingin. Suhu tumbuh normal dibutuhkan untuk mengaktifkan hormon pertumbuhan tersebut. Menurut Salisbury dan Ross (1992b), umumnya pertumbuhan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh suhu, saat tanaman berada pada suhu optimum maka tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik, tetapi pada saat tanaman berada pada suhu di bawah suhu minimun maka laju pertumbuhannya tidak baik. Stek dengan perlakuan penyimpanan menggunakan bahan pengawet silica gel Pertumbuhan yang paling lambat terdapat pada stek yang disimpan selama 12 dan 15 hari karena sudah banyak stek yang terkontaminasi oleh mikroorganisme. Tumbuhnya cendawan yang mengambil cadangan makanan di dalam batang stek menyebabkan pertumbuhan stek menjadi lambat. Hartman et al. (1997), menyatakan bahwa serangan cendawan pada stek dapat langsung menurunkan daya tumbuh dan kemampuan stek untuk bertahan hidup sehingga stek mengalami kematian. Menurut Edi (2001), kecepatan tumbuh stek yang semakin menurun dikarenakan cadangan karbohidrat yang diperlukan untuk energi oleh stek saat pertumbuhan tunas semakin berkurang, baik akibat respirasi ataupun fermentasi yang dilakukan oleh stek untuk mempertahankan jaringan maupun fermentasi yang dilakukan oleh bakteri atau cendawan yang terdapat pada stek. 21

34 Stek dengan pengawet gula yang disimpan selama 3, 6, 9, 12 dan15 sudah terlihat pertumbuhan tunas 2 hari setelah tanam dan tumbuh dua daun sempurna pada hari ke 6 setelah penanaman. Hal ini disebabkan karena cadangan makanan yang dibutuhkan selama penyimpanan masih tersedia, sehingga saat penanaman stek lebih cepat tumbuh. Napitupulu (2006) menyatakan bahwa cadangan makanan yang cukup mampu memenuhi nutrisi bahan stek agar tetap bertahan hidup dimana bahan stek masih terlihat segar dan tahan terhadap penyakit. Daya Tumbuh Stek Pengamatan daya tumbuh bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yaitu penggunaan bahan pengawet dan lama penyimpanan terhadap pertumbuhan bahan tanam stek. Hasil pengamatan yang diperoleh diketahui bahwa perlakuan yang paling efektif untuk pengawetan dan penyimpanan bahan tanam stek, sehingga mempermudah stek pada saat pendistribusian pada usaha penjualan stek rumput gajah. Stek yang diawetkan dengan bahan pengawet lilin yang disimpan selama 3, 6, 9, 12, dan 15 hari sudah mulai tumbuh tunas atau kuncup daun 2 hari setelah penanaman. Hal ini disebabkan karena masih tersedianya cadangan makanan sehingga dapat mempercepat tumbuhnya tunas. Bahan makanan masih tersedia karena pengolesan lilin menghambat stek terkontaminasi dengan mikroorganisme dari luar yang dapat mengambil bahan makanan stek tersebut. Penyimpanan selama 3 hari cadangan makanan masih banyak tersedia, sedangkan cadangan makanan yang paling banyak berkurang adalah pada penyimpanan 15 hari. Hal ini berpengaruh terhadap daya tumbuh tumbuh stek dimana semakin lama penyimpanan maka daya tumbuh stek mengalami penurunan karena stek telah kehabisan cadangan energi (karbohidrat) untuk pertumbuhannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah keseimbangan karbohidrat dan senyawa yang mengandung nitrogen (Rochman dan Haryadi, 1972). Daya tumbuh rumput gajah (Pennisetum purpureum) memang relatif lebih cepat, dua daun sudah tumbuh sempurna pada saat 15 hari penanaman dibandingkan rumput lain pada penelitian (Saputri, 2012), yaitu pengawetan bahan tanam stek rumput meksiko, rumput mengalami pertumbuhan dua daun sempurna lebih dari 15 hari setelah tanam. 22

35 Stek yang mati lebih sedikit dengan menggunakan bahan pengawet gula dibandingkan dengan menggunakan lilin, silica gel, dan di dalam suhu 4 o C. Hal ini disebabkan karena gula merupakan sumber makanan bagi stek, sehingga cadangan makanan pada pada stek masih tersedia yang meyebabkan stek tersebut tidak cepat mati dan daya tumbuhnya cepat. Gula merupakan salah satu sumber karbohidrat bagi tanaman, bentuk molekul yang terdapat pada gula yang yang paling efisien untuk tanaman dan mudah ditransportasikan dalam sel-sel tanaman (Agribisnis Deptan, 2008). Penyimpanan di dalam refrigerator dengan suhu 4 o C, tunas tumbuh setelah 4 hari penanaman. Daya tumbuh stek yang diawetkan pada suhu 4 o C lebih lambat pertumbuhan tunasnya dibandingkan dengan perlakuan dengan bahan pengawet yang lain. Hal ini terjadi karena suhu yang dingin menyebabkan hormon pertumbuhan yang ada di dalam stek tidak aktif atau lambat dan stek memerlukan adaptasi pada suhu ruang untuk mengaktifkan kembali hormon pertumbuhannya. Perbedaan waktu tumbuh kuncup daun pertama pada perlakuan ini disebabkan karena stek memerlukan masa adaptasi setelah dormansi. Menurut Sallisbury dan Ross (1992b), kekurangan air dan rendahnya suhu merupakan faktor pendorong terjadinya dormansi pada tanaman. Pengamatan pada keseluruhan perlakuan pada 2 minggu setelah penanaman keseluruhan stek sudah tumbuh sempurna, pada saat stek sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat penanaman stek. Peningkatan daya tumbuh dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Daya Tumbuh (%) Stek Berdasarkan Pengawetan dan Lama Penyimpanan Bahan Lama penyimpanan (hari) Rata rata Pengawet Kontrol 76± 0,26 100±0,00 96± 0,09 92±0,11 76±0,26 88±0,11 Lilin 100±0,00 96±0,09 92± 0,18 96±0,09 84±0,17 94±0,06 Silica gel 92±0,11 100±0,00 88± 0,11 96±0,09 60±0,32 87±0,16 Refrigerator 100±0,00 96±0,09 84± 0,17 92±0,11 88±0,11 92±0,06 Gula 100±0,00 100±0,00 100±0,00 96±0,09 84±0,09 96±0,07 Rata rata 94±0,16 A 98±0,07 A 92±0,11 A 94±0,06 A 78±0,04 B Keterangan : superskrip pada baris menunjukkan pengaruh nyata pada (P<0,05) Tabel 4 dapat dilihat bahwa pengawetan dan lama penyimpanan tidak memiliki interaksi yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh stek 23

36 rumput gajah. Lama simpan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh stek setelah disimpan dengan lama 3, 6, 9, 12 dan 15 hari. Penyimpanan selama 3, 6, 9, dan 12 hari menghasilkan daya tumbuh yang paling tinggi dibandingkan dengan lama penyimpanan 15 hari, karena terjadinya penurunan daya tumbuh stek yang signifikan pada lama penyimpanan 15 hari. Lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap viabilitas potensial benih dengan tolak ukur daya berkecambah, semakin lama disimpan maka daya tumbuh stek bahan tanam semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Saputri (2012), menyatakan bahwa penyimpanan selama 3 hari tidak menimbulkan kerusakan yang berarti sehingga daya tumbuh masih tinggi. Daya tumbuh yang paling baik yaitu pada saat menggunakan refrigerator pada suhu 4 o C. Dapat dilihat pada Tabel 4 dari kolom rata-rata bahwa penyimpanan dengan menggunakan suhu 4 o C daya tumbuh stek setelah pananaman selama 15 hari memiliki daya tumbuh yang paling baik dari bahan pengawet yang lain. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan tunas yang cepat pada saat 4 hari setelah tanam dan pada hari ke 15 sudah tumbuh dua daun sempurna. hal ini disebabkan stek mengalami dormansi. Kemampuan tumbuh yang baik setelah disimpan dengan suhu 4 o C juga didukung pada pengamatan penyusutan bobot, dimana stek yang diawetkan memiliki penyusutan bobot terkecil. Penyusutan bobot yang kecil menunjukkan stek dengan perlakuan ini memiliki cadangan makanan untuk pertumbuhannya. Daya tumbuh relatif lebih kecil pada saat penyimpanan menggunakan silica gel. Hal ini disebabkan karena penyimpanan dengan menggunakan silica gel, stek banyak ditumbuhi oleh cendawan sehingga cadangan makanan untuk meningkatkan pertumbuhan stek berkurang. Kuswanto (2003), menyatakan bahwa serangan cendawan dapat menyebabkan pembusukan pada stek dapat langsung menurunkan berat jenis, daya tumbuh dan kemampuan stek untuk bertahan hidup sehingga stek mengalami kematian. Stek dengan perlakuan lilin menunjukkan daya tumbuh yang baik karena rata-rata yang dihasilkan pada daya tumbuh setelah penanaman tidak jauh berbeda dari rataan yang dihasilkan pada penyimpanan dengan menggunakan refrigerator dengan suhu 4 o C, sehingga pengawetan stek dengan menggunakan bahan pengawet lilin dapat menjadi alternatif lain dalam pengawetan selain menggunakan refrigerator. 24

37 Tinggi Vertikal Pengukuran tinggi vertikal dilakukan 15 Hari Setelah Tanam (HST). Kemudian dihitung rata-rata tinggi vertikal tanaman untuk mengetahui bahan pengawet mana yang memiliki kecepatan tumbuh yang lebih baik. Tabel 4. Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan Berbagai Jenis Bahan/Alat Pengawet Bahan Lama penyimpanan (hari) Rataan pengawet Kontrol 43,66±11,09 59,62±9,39 54,96±8,04 53,38±14,61 38,8 ±17,43 50,09±8,56 b Lilin 70,16±9,61 61,66±7,12 62,94±19,34 70,60±7,86 52,52±13,43 63,58±7,40 a Silica gel 53,16±4,14 64,06±1,48 56,92±9,55 60,80±6,00 28,76±24,07 54,74±9,83 b Refrigerator 59,58±4,94 58,92±4,76 55,12±15,68 52,82±5,49 45,20±10,88 54,33±5,81 b Gula 64,36 ±10,36 66,90±2,12 63,60±9,47 57,74±8,23 50,14±7,41 60,55±6,72 a Rataan 58,18±13,22 A 62,23±7,33 A 58,71±3,12 A 59,07±6,45 A 45,09±6,52 B Keterangan : superskrip pada kolom dan baris menunjukkan pengaruh nyata pada (P<0,05) Tabel 4 menunjukkan rataan tinggi vertikal pada stek bahwa interaksi antara perlakuan pengawetan dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Namun lama penyimpanan dan penggunaan bahan pengawet berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap peningkatan tinggi vertikal. Rataan tinggi vertikal pada lama penyimpanan 15 hari lebih rendah dibandingkan dengan lama penyimpanan 3, 6, 9, dan 12 hari. Maka semakin tinggi lama penyimpanan, tinggi vertikal akan mengalami penurunan. Pengawetan dengan menggunakan refrigerator suhu 4 o C memiliki ratarata pertumbuhan tinggi vertikal yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan pengawet yang lainnya, hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan data tinggi vertikal stek masih dalam tahap adaptasi terhadap lingkungan tempat penanaman stek setelah mengalami dormansi. Dormansi terjadi dimana pada saat bahan tanam stek disimpan pada suhu yang rendah maka laju pertumbuhannya lambat (Salisbury dan Ross, 1992b). Tanaman yang mengalami dormansi membutuhkan tahap beradaptasi dengan lingkungan dan akan tumbuh dengan normal setelah beradaptasi dengan lingkungan. 25

38 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perlakuan pengawetan dengan menggunakan gula, silica gel, lilin dan refrigerator dapat meningkatkan daya simpan dan pertumbuhan bahan tanam stek rumput gajah selama penyimpanan hingga 15 hari. Pengawetan yang paling baik adalah penyimpanan di dalam refrigerator dengan suhu 4 o C. Saran Adanya penelitian lanjutan mengenai kualitas daya tumbuh stek hingga produksi pasca penyimpanan stek yang telah diberi bahan pengawet gula, silica gel, lilin dan refrigerator dengan suhu 4 o C. 24

39 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus sebagai Bapa dan sahabat yang menjadi penolong, sumber kekuatan, dan sumber hikmat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir. M. Agus Setiana, MS. selaku dosen pembimbing utama dan Ir. Asep Tata Permana, M.Sc. selaku pembimbing anggota atas bimbingan, motivasi, dan kesabarannya dalam membimbing selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Dr. Iwan Prihantoro, S.Pt., M.Si selaku dosen pembahas seminar dan penguji sidang, kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si selaku dosen penguji perwakilan dari departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, serta Dilla Mareistia Fassah, S.Pt., M.Si sebagai panitia sidang yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada keluarga tercinta, Bapak Rasmal dan Ibu Asima Samosir untuk segala kasih sayang, kesabaran, dukungan, motivasi, dan doa yang diberikan selama ini. Terima kasih untuk Adik-adik tersayang Agnes, Aldo dan Grace untuk semua sukacita yang kalian berikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Kusnadi dan staf Lab. Lapang Agrostologi atas bantuannya selama di lapang serta kepada teman satu penelitian Julia dan Emi. Wahyu, Ade, Mumu, Dedy dan kepada semua teman satu angkatan INTP 44 atas bantuan selama penelitian. Terima kasih untuk saudaraku di freno comselto (Olin, Mega, Tian, Boris, Retni, Sisca) dan di Komisi Kesenian 44 (Ribkha, Mettha, Christa, Basten, Desi, Vania, Sriyo, Joe, Bambang, Manahan, Baru, Jhon), terimakasih kepada teman-teman Astra, Sankiki, Fernando, Fredy, Yoshiara, Yenni, Amudi, Yesika, Hezron, Herman, Enricho, Wastin dan Ka Esther untuk kebersamaannya selama ini, yang menjadi tempat untuk bercerita, saling menguatkan, memberikan semangat, saling mendoakan dan menjadi keluarga kecilku selama kuliah di IPB. Terimakasih untuk semua teman-teman di Komkes, asistensi agama, Kopral, PA Matrikulasi atas semua pelajaran berharga dan menjadi wadah untuk saling bertumbuh dalam Kasih. Terima kasih atas semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak tercantum namanya pada lembar ini. 26

40 DAFTAR PUSTAKA AAK Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta. Adawyah, R. Pengolahan dan Pengawetan Ikan Bumi Aksara. Jakarta. Agribisnis Deptan Pengawetan Bunga Potong. [9 Maret 2011]. Askari Wahyu Cendawan. [12 juli 2012] Budiyanto, M.A.K Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Damayanthi, E & Mudjajanto Teknologi Makanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Proyek Peningkatan Pendidikan dan Kejuruan Non Teknik II, Jakarta. Edi, A Perbandingan Daya Tumbuh dan Kesempurnaan Tumbuh Stek Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach) yang Disimpan Dengan Metode Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Geejay What is Silica Gel. [23 Maret 2012]. Hartman, H. T & D. E. Kester Plant Propagation Principles and Practices. 5 rd. Prentice Hill.New York. Imdad, H.P. dan Nawangsih, A.A Menyimpan Bahan Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta. Janick, J Horticultural Science. W.H. Freeman and Company. San Fransisco. Justice, O.L. dan Bass, L.N Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kuswanto, H Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta. McIlory, R. J Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Terjemahan oleh S. Harini, Subadio S. I. Kismono dan H. Soedarmadi. Pradnya Paramita, Jakarta. Meilawati, N. L. M Pengaruh bahan stek dan konsentrasi zat pengatur tumbuh hormonik terhadap keberhasilan stek sansevieria trifasciata Tiger Stripe. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Napitupulu, R. M Pengaruh bahan stek dan dosis zat pengatur tumbuh rootone-f terhadap keberhasilan stek Euphorbia milii. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pantastico, E. B Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan Buahbuahan dan Sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Rochman, K. Dan S.S. Haryadi Pembiakan Vegetatif. Diktat. Departemen Agronomi IPB, Bogor. 28

41 Sadjad, S., E. Muniarti., dan S. Ilyas Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. Grasindo. Jakarta. Salisbury, F.B & C.W. Ross. 1992a. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono Institut Teknologi Bandung (ITB)-Perss, Bandung. Salisbury, F.B & C.W. Ross. 1992b. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono Institut Teknologi Bandung (ITB)-Press, Bandung. Saputri, E. L Uji pengawetan terhadap daya simpan bahan tanam stek rumput meksiko (Euchlaena mexicana Schrad). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suhaidi, I Pelapisan Lilin Lebah untuk Mempertahankan Mutu Buah Selama Penyimpanan. Jurnal Penelitian Rekayasa. 1 (1): Sutopo, L Teknologi Benih. Raja Garfindo. Jakarta. Suwijah Pengaruh kadar gula, vitamin C dan kadar serat dari sari buah markisa ungu (Passiflora edulis var eduls) pada pembuatan nata de coco dengan menggunakan Acetobacter xylinum. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan. Thalib, A & Y. Widiawati Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Daya Inhibitor Metanogenesis Sediaan Cair Kultur Bakteri Acetoanaerobium noterae dan Acetobacterium woodii. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku I: Weintraub, Steven Demystifying Silica Gel. [28 Februari 2012]. Wirakartakusumah, M. A., Hermanianto, D., Andarwulan, N., Prinsip Teknik Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wudianto, R Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi II. Penebar Swadaya, Jakarta. Yunarti, R. A Pengaruh suhu pemeraman dan konsentrasi etilen terhadap mutu buah sawo (Achras Zapota L.) varietas sukatali ST 1. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 30

42 LAMPIRAN Lampiran 1. Sidik Ragam dan Uji Duncan Selisih Bobot SK db JK KT F hit F 0.05 Total ,118 7,122 Kete- rangan Perlakuan ,230 28,718 14,812 1,627 * Bahan pengawet (A) 4 264,190 66,048 34,065 2,463 * Lama penyimpanan (B) 4 367,982 91,996 47,448 2,463 * A* B 16 57,058 3,566 1,839 1,746 * Eror ,888 1,939 Keterangan : * : berpengaruh nyata (Fhit > F0,05) Lampiran 2. Sidik Ragam dan Uji Duncan Daya Tumbuh SK DB JK KT F hit F 0.05 Total 124 2,9100 0,0235 ketera ngan Perlakuan 24 1,1469 0,0478 2,7152 1,6267 ** Bahan pengawet (A) 4 0,1389 0,0347 1,9727 2,4626 NS Lama penyimpanan (B) 4 0,5805 0,1451 8,2455 2,4626 ** A* B 16 0,4275 0,0267 1,5182 1,7456 NS Eror 100 1,7600 0,0176 Keterangan : * : berpengaruh nyata (Fhit > F0,05) NS : tidak berpengaruh nyata (Fhit < F0,05) 28

43 Lampiran 3. Sidik Ragam dan Uji Duncan Tinggi Vertikal SK Db JK KT F hit F 0.05 keterangan Total , ,3681 Perlakuan , ,8774 3,0622 1,6267 * Bahan pengawet (A) , ,0675 5,9135 2,4626 Lama penyimpan an (B) , ,3819 9,0944 2,4626 * * A* B , ,4538 0,8414 1,7456 Eror , ,7659 Keterangan : * : berpengaruh nyata (Fhit > F0,05) Lampiran 4. Bahan dan Alat Pengawet yang Digunakan Gula putih Silica gel Refrigerator Lilin 32

44 Lampiran 5. Stek yang Ditumbuhi Cendawan dan Tidak Ditumbuhi Cendawa Setelah Penyimpanan. Lampiran 6. Stek yang Sudah Mulai Tumbuh Tunas dan Daun Sempurna 33

pastura Vol. 3 No. 2 : ISSN : X

pastura Vol. 3 No. 2 : ISSN : X pastura Vol. 3 No. 2 : 65-69 ISSN : 2088-818X UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) M. Agus Setiana Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Stek Pengamatan keadaan umum stek bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kualitas dan daya tumbuh stek selama penyimpanan. Keadaan umum stek yang diamati meliputi warna,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Susetyo et al. (1969)

TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Susetyo et al. (1969) TINJAUAN PUSTAKA Rumput Meksiko Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) berasal dari Amerika Tengah, rumput ini termasuk rumput potong yang tumbuh tegak, batang dan daunnya lebar mirip tanaman jagung.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Secara umum, pembiakan tanaman terbagi menjadi dua cara yaitu pembiakan generatif dan pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI Oleh Ahmad Fitriyanto NIM 091510501143 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan konsumsi pangan berupa beras juga ikut meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI.

LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI. LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI Oleh SAVITRI SARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO S E

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH IKKE YULIARTI E10012026 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit III. keras dengan fisik dan kimiawi. Tinjauan Pustaka Biji terdiri dari embrio, endosperma,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi 31 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian yang telah dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Karakter fisik merupakan karakter yang dapat diamati secara langsung, karakter fisik yang diamati pada penelitian ini

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup PENDAHULUAN Latar Belakang Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup berat bagi peternak. Hal tersebut dikarenakan sulitnya memenuhi kebutuhan pakan hijauan yang berkualitas untuk ternak,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Kulit Manggis Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan mutu dari suatu produk hortikultura. Buah manggis merupakan salah satu buah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Pengertian

1. Pendahuluan. 2. Pengertian PENINGKATAN KUALITAS JERAMI PADI MELALUI PERLAKUAN UREA AMONIASI Oleh : Marjuki Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Telp. : 0341-463508, 08123352241 e-mail : marjuki4663@yahoo.com 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

Pengawetan bahan pangan

Pengawetan bahan pangan Pengawetan bahan pangan SMA Negeri 5 Mataram Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd. Prinsip pengawetan pangan Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan Mencegah kerusakan yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Benih Kedelai Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Ransum Komplit Karakteristik fisik silase diamati setelah silase dibuka. Parameter yang dilihat pada pengamatan ini, antara lain: warna, aroma silase, tekstur

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA Crude Protein and Crude Fiber Corncob Inoculated by Trichoderma sp. at Different Time of

Lebih terperinci

Respon Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk

Respon Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk Respon Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk Respons of Elephant Grass (Pennisetum purpureum) with The Application of Compound Fertilizer Maria Erviana Kusuma Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi Pengaruh dan terhadap Kualitas Daging Sapi Syafrida Rahim 1 Intisari Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada tahun 2008. Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Hasil penelitian pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat dosis S. cerevisiae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) dapat dilihat. pada Gambar 1. Gambar 1. Morfologi Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)

II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) dapat dilihat. pada Gambar 1. Gambar 1. Morfologi Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) Klasifikasi tanaman Rumput Raja adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo :

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. ph larutan Derajat keasaman (ph) merupakan tingkatan asam basa suatu larutan yang diukur dengan skala 0 sampai dengan 14. Tinggi rendahnya ph air sangat dipengaruhi oleh kandungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Mengenai Buncis Secara Umum Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Amerika. Buncis merupakan tanaman musim panas yang memiliki tipe

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci