STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR
|
|
- Ade Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Telp./Fax: (021) , almitra_gibran@yahoo.com ABSTRAK STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR. Bangka Belitung adalah salah satu wilayah yang mengalami krisis listrik dengan beban puncak yang hampir sama dengan daya mampu pembangkit. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu studi perencanaan pengembangan pembangkit. Studi ini bertujuan untuk merencanakan sistem pembangkitan yang handal dan efisien serta untuk mengetahui komposisi pembangkit yang dibangun. Studi ini menggunakan Program WASP IV untuk merencanakan pengembangan pembangkit. Kandidat pembangkit yang digunakan untuk pengembangan adalah PLTU Batubara 50 MW, PLTG 50 MW, PLTN 100, dan PLTU Biomassa 7 MW. Studi ini menggunakan 2 macam studi kasus, yaitu : Studi Kasus RUPTL dan Studi Kasus Industrialisasi. Studi ini juga memperhatikan pembangkit committed yang akan dibangun. Berdasarkan studi yang telah dilakukan diketahui bahwa untuk Studi Kasus RUPTL, biaya pokok penyediaannya sebesar Rp.61,09/kWh dan PLTN mulai beroperasi tahun Pada Studi Kasus Industrialisasi, biaya pokok penyediaannya sebesar Rp. 66,88/kWh dan PLTN mulai beroperasi tahun Komposisi pembangkit pada tahun 2030 untuk Studi Kasus RUPTL adalah 41 % PLTU Batubara, 31% PLTN, 23 % PLTG, dan 5 % adalah PLTU Biomassa, dan PLTD HSD dan MFO. Pada Studi Kasus Industrialisasi, komposisi pembangkitnya adalah sebagai berikut : 41 % PLTN, 37 % PLTU Batubara, 20 % PLTG, dan 2 % adalah PLTU Biomassa, dan PLTD HSD dan MFO. Kata kunci : perencanaan pengembangan, handal, biaya ABSTRACT GENERATION SYSTEM EXPANSION PLANNING STUDY OF BANGKA BELITUNG WITH NUCLEAR OPTION. Bangka Belitung is a province that has electricity crisist problem. The peak load almost equal with generating capacity. Because of that, expansion power plant planning study must be done. The aim of this study are to planning generating system that efficient and reliable, and to know the power plant composition. In this study, WASP IV is used to plan the expansion. The candidates that used for the expansion are 50 MW Coal Plant, 50 MW Gas Plant, 100 MW Nuclear Plant, and 7 MW Biomass Plant. Committed Plant will be considered in this expansion planning. There are two case studies in this study, RUPTL Case Study and Industrialization Case Study. Considered the expansion of power plant planning that has been done, the production cost in RUPTL case study is Rp.61.09/kWh and first nuclear plant operated in In Industrialization Case Study, the production cost is Rp.66.88/kWh and first nuclear plant operated in In RUPTL Case Study, the power plant composition in 2030 are 41 % coal plant, 31 % nuclear plant, 23 % gas plant, and 5 % from biomass and diesel (HSD and MFO) plant. In Industrialization Case Study, the power plant composition in 2030 are 41 % nuclear plant, 37 % coal plant, 20 % gas plant, and 2 % from biomass and diesel (HSD and MFO) plant. Keywords : expansion planning, reliable, cost ISSN
2 1. PENDAHULUAN Kemajuan dan perkembangan sektor ekonomi suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pasokan energi listrik wilayah tersebut. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah salah satu wilayah di Indonesia yang mengalami krisis listrik dengan beban puncak pada tahun 2009 sebesar 96 MW. Daya mampu pembangkit yang ada di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 98 MW. Selisih yang sangat kecil antara daya mampu pembangkit dengan beban puncak yang ada menyebabkan terjadinya pemadaman jika ada pembangkit yang keluar dari sistem dan membuat sistem tidak handal (reliable). Salah satu cara yang banyak digunakan untuk menyatakan tingkat keandalan suatu sistem (pembangkit) adalah indeks LOLP (Lost of Load Probability). Indeks LOLP adalah kemungkinan sistem kehilangan beban atau sistem tidak dapat melayani beban [3]. Berdasarkan LOLP yang telah ditetapkan oleh PT. PLN (Persero), maka suatu sistem jaringan tenaga listrik hanya diperbolehkan untuk tidak menyuplai beban maksimal 1 hari/tahun (indeks LOLP < 0,274). Untuk meningkatkan LOLP tersebut, maka diperlukan adanya penambahan pembangkit baru yang sesuai dengan karakteristik dan potensi wilayah yang akan dibangun pembangkit-pembangkit tersebut. Berdasarkan RPTL PT. PLN (Persero) Wilayah Bangka Belitung, penanggulangan krisis listrik dilakukan beberapa cara sebagai berikut : Mengembangkan Pembangkit PLTU sesuai Perpres No. 71/ 2006 tentang Penugasan kepada PLN Untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Dengan Menggunakan Bahan Bakar Batubara Mendorong sektor swasta untuk membangun pembangkit, utamanya yang menggunakan Energi Terbarukan dan energi yang dihasilkan akan dibeli oleh PLN. Sewa mesin genset berbahan bakar MFO dan merelokasi pembangkit cadangan yang ada di Unit PLN Memodifikasi sumber energi Pembangkit dari BBM HSD ke BBM MFO dan Batubara Pengembangan pembangkit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga harus mengutamakan penggunaan sumber energi primer setempat terutama pemanfaatan sumber energi yang terbarukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan biaya pokok penyediaan terendah (least cost) [1]. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan sistem pembangkitan yang handal dan efisien dalam segi biaya serta untuk mengetahui komposisi pembangkit yang dibangun sehingga dapat diketahui komposisi energi yang dibangkitkan. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, muncul beberapa permasalahan pada penelitian ini, antara lain : Berapa kapasitas pembangkit yang ditambahkan ke dalam sistem? Kapan penambahan kapasitas perlu dilakukan? Jenis dan kombinasi pembangkit yang ditambahkan Bagaimana pengaruh pengembangan pembangkit terhadap kehandalan sistem. 2. METODOLOGI Metodologi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi literatur, pengumpulan data, pengolahan data, running program bantu (WASP IV), analisis output program bantu (WASP IV), dan penyajian hasil studi. Program bantu WASP IV (Wien Automatic System Planning Package) digunakan untuk optimasi pengembangan sistem pembangkitan yang optimasinya dievaluasi berdasarkan biaya total minimum. Setiap kemungkinan rangkaian urutan penambahan unit pembangkit ISSN
3 pada sistem dan kendala-kendalanya dievaluasi dengan memakai fungsi obyektif yang komposisinya sebagai berikut [3] : Biaya investasi modal (I) Nilai sisa (salvage value) (S) Biaya bahan bakar (F) Biaya penyimpanan (inventory) bahan bakar (L) Biaya operasi dan perawatan di luar bahan bakar (M) Biaya energi tak terlayani (ENS) (Q) Persamaan fungsi biaya yang dievaluasi dengan WASP IV adalah : B j T I j, t L j, t F j, t M j, t Q t 1 j, t (1) dengan : Bj : Fungsi obyektif dari perencanaan pengembangan, t : Periode waktu dalam tahun (1,2,3,,T) Sedangkan garis d iatas simbol-simbol tersebut menyatakan nilai terdiskon yang mengacu ke tahun referensi dengan discount rate i. Optimisasi pengembangan pembangkit dilakukan dengan meminimumkan fungsi obyektif dari perencanaan pengembangan [3]. Perencanaan pengembangan pembangkit dilakukan untuk memenuhi perkembangan beban setiap tahunnya. Suatu sistem kelistrikan idealnya memiliki cadangan yang mencukupi sehingga apabila ada pembangkit dengan kapasitas terbesar yang lepas dari sistem karena terjadi kerusakan atau sedang dilakukan perawatan tidak akan menyebabkan terjadinya pemadaman. Penentuan besarnya cadangan harus diperhitungkan dengan matang sehingga cadangan yang ada tidak terlalu kecil atau terlalu besar. Oleh karena itu perlu ditetapkan batas cadangan (reserve margin) minimal dan batas cadangan (reserve margin) maksimal. Pengembangan pembangkit dilakukan apabila kapasitas pembangkit sudah berada dibawah beban puncak ditambah batas cadangan minimal. Pada studi ini digunakan batas cadangan minimal 10 % dan batas cadangan maksimal 40 %. Kapasitas pembangkit hasil dari pengembangan yang dilakukan tidak boleh melebihi beban puncak ditambah batas cadangan 40 %. Apabila cadangannya terlalu besar maka akan mengakibatkan biaya yang dibutuhkan juga semakin besar. Perencanaan pengembangan yang dilakukan dalam studi ini menggunakan dua macam studi kasus. Studi kasus pertama adalah studi kasus dengan menggunakan beban puncak yang ada di dalam RUPTL PT. PLN (Persero) dan studi kasus kedua adalah studi kasus dengan menggunakan beban puncak industrialisasi Bangka Belitung. Industrialisasi Bangka Belitung adalah mengasumsikan pada tahun 2015, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan dijadikan sebagai pusat industri sehingga pertumbuhan beban puncaknya diasumsikan dua kali lipat pertumbuhan beban puncak RUPTL PT. PLN (Persero) setelah tahun Di dalam RUPTL tersebut, perkiraan beban puncak hanya sampai pada tahun 2019 sehingga untuk perkiraaan beban puncak tahun 2020 sampai 2030 dilakukan dengan ekstrapolasi data-data sebelumnya. 2.1 Kondisi Kelistrikan Sistem Kelistrikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara garis besar dikelompokkan menjadi dua sistem kelistrikan, yaitu : Sistem Bangka dan Sistem Belitung. Kondisi pembangkitan di kedua sistem tersebut saat ini dalam kondisi krisis, dimana daya mampu hampir sama dengan beban puncak. Sejak tahun 2002 sampai saat ini, PT. PLN ISSN
4 (Persero) Wilayah Bangka Belitung sangat membatasi penambahan pelanggan baru dan penambahan daya, namun demikian beban puncak terus mengalami kenaikan. Pertumbuhan beban puncak berdasarkan RUPTL PT. PLN (Persero) adalah sebesar 12,1% dan diperkirakan pada tahun 2019 beban puncak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 279 MW sedangkan pada akhir tahun 2009 terdapat permintaan pelanggan baru sebesar pelanggan (50.008,6 KVA) dan yang mampu dilayani hanya 246 pelanggan (3.990,6 KVA). Rasio elektrifikasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 45,56 %. Berdasarkan RUKN , target rasio elektrifikasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2025 adalah sebesar 100 %. Oleh karena itu, untuk memenuhi target tersebut dan memenuhi pertumbuhan beban setiap tahun maka diperlukan suatu perencanaan pembangunan pembangkit yang efektif dan efisien baik dari segi waktu, emisi dan biaya. Perkiraan pertumbuhan beban puncak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 juga dapat diketahui pada tahun 2030, beban puncak industrialisasi hampir 6 kali lipat beban puncak RUPTL. Gambar 1. Perkiraan Pertumbuhan Beban Puncak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Saat ini pembangkit yang ada menggunakan bahan bakar minyak dan sebagian mesin pembangkit sudah berumur diatas 10 tahun sehingga tidak efisien lagi dalam pengoperasiannya. Untuk itu diperlukan adanya penambahan pembangkit baru dengan bahan bakar non-bbm yang bertujuan untuk melayani pertumbuhan beban, menggantikan mesin-mesin yang sudah tua, dan meningkatkan keandalan sistem ketenagalistrikan [1]. PLN Cabang Bangka PLN Cabang Belitung Tabel 1. Pembangkit Terpasang pada Akhir Tahun 2009 Nama Pembangkit Bahan Bakar Daya Mampu (MW) PLTD Merawang HSD 49 PLTU Listrindo (Biomassa, IPP) BIOMASSA 2.5 PLTD Mentok HSD 5 PLTD Toboali HSD 4.5 PLTD Koba HSD 2.7 PLTD Tanjung Labu HSD 0.16 PLTD Pilang HSD 24.9 PLTD Padang HSD 2.7 PLTD Selat Nasik HSD 0.4 PLTD Pulau Seliu HSD 0.1 ISSN
5 2.2 Pengembangan Pembangkit Pengembangan pembangkit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus memperhatikan kebijakan yang terdapat dalam RPTL PT. PLN (Persero) Wilayah Bangka Belitung. Berdasarkan kebijakan tersebut maka dapat diperoleh beberapa kandidat pembangkit yang bisa digunakan untuk pengembangan antara lain : Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara. Pembangunan PLTU Batubara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah sesuai dengan Perpres No.71/2006 tentang penugasan kepada PLN untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan bahan bakar batubara. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Pembangkit ini dibangun sebagai kandidat pembangkit pemikul beban puncak. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Biomassa Berdasarkan peta sebaran potensi kelistrikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terdapat potensi untuk dibangunnya PLTU Biomassa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Berdasarkan kesepakatan kerjasama yang ditanda tangani antara BATAN dan Pemerintah Daerah Bangka Belitung pada 15 Juni 2009 dengan salah satu poin kerjasama adalah di bidang energi maka PLTN dapat dimasukkan kedalam kandidat pengembangan pembangkit. Tabel 2. Kandidat Pembangkit No Jenis Pembangkit Kapasitas (MW) 1 PLTN PLTU Batubara 50 3 PLTG 50 4 PLTU Biomassa 7 Dalam studi ini, Program WASP (Wien Automatic System Planning Package) digunakan untuk melakukan perencanaan pengembangan pembangkit. Selain beberapa kandidat pembangkit di atas, perlu diperhatikan pula beberapa pembangkit commited yang telah disetujui untuk dibangun yang telah dicantumkan dalam RUPTL PT. PLN (Persero) Oleh karena itu perlu diperhatikan terlebih dahulu kapasitas pembangkit yang telah terpasang dan kapasitas pembangkit commited sebelum menentukan tahun awal penambahan pembangkit baru. Tahun awal penambahan dimulai ketika kapasitas cadangan (reserve) pembangkit terpasang dan pembangkit commited dibawah beban puncak ditambah cadangan minimal. Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa untuk studi kasus RUPTL, kapasitas pembangkit terpasang dan pembangkit commited pada tahun 2018 telah berada dibawah beban puncak ditambah cadangan minimal sehingga penambahan pembangkit baru harus dilakukan mulai tahun Sedangkan untuk studi kasus industrialisasi, penambahan pembangkit baru harus dilakukan mulai tahun ISSN
6 (a) (b) Gambar 2. Pengembangan Kapasitas Pembangkit Bangka Belitung, (a) Studi kasus RUPTL, (b) Studi kasus industrialisasi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil keluaran Program WASP IV, dapat diketahui bagaimana pola pengembangan pembangkit yang paling handal dengan biaya rendah. Biaya yang dibutuhkan untuk perencanaan pengembangan pembangkit setiap tahun ditunjukkan pada Gambar 3. Biaya total perencanaan diatas mencakup biaya konstruksi (capital cost), nilai sisa (salvage value), dan biaya operasional ISSN
7 Gambar 3. Biaya Total Perencanaan Tiap Tahun Gambar 4. LOLP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Biaya total yang dibutuhkan untuk perencanaan pengembangan pembangkit sampai tahun 2030 dalam studi kasus RUPTL adalah sebesar Rp ,-. Energi yang dibangkitkan sampai tahun 2030 adalah sebesar kwh. Berdasarkan kedua hal tersebut, maka perencanaan pengembangan pembangkit adalah sebesar Rp. 61,09/kWh. Biaya tersebut masih dibawah harga jual listrik rata-rata per kwh pada tahun 2009 (Rp. 670,02/kWh). Sedangkan untuk studi kasus industrialisasi, membutuhkan biaya total sampai tahun 2030 sebesar Rp ,-. Energi yang dibangkitkan sampai tahun 2030 sebesar kwh sehingga biaya perencanaan pengembangan pembangkit adalah sebesar Rp. 66,88/kWh. Selain mempertimbangkan aspek ekonomis, perencanaan pengembangan pembangkit juga harus memperhatikan kehandalan sistem. Berdasarkan standar yang tercantum dalam RUPTL PT. PLN (Persero) , LOLP maksimal yang diijinkan adalah sebesar yang berarti dalam setahun, beban akan tidak terlayani 1 hari. Setelah dilakukan perencanaan pengembangan, LOLP di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2030 kurang dari 0,274. Dengan kata lain, perencanaan pengembangan yang dilakukan sudah memenuhi kriteria kehandalan. Berdasarkan hasil keluaran Program WASP IV dapat diketahui juga komposisi pembangkit yang dibangun per tahun. Ada beberapa kandidat yang digunakan dalam studi perencanaan pembangunan pembangkit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini. Kandidatkandidat pembangkit tersebut adalah PLTU Batubara 50 MW, PLTG 50 MW, PLTN 100 MW, dan PLTU Biomassa 7 MW. PLTN yang digunakan dalam studi ini adalah PLTN daya kecil. PLTN daya kecil sangat cocok untuk dikembangkan di Provinsi Kepulauan Bangka ISSN
8 Belitung. Hal itu disebabkan karena jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relatif sedikit dan laju pertumbuhannya tidak tinggi. Selain itu, untuk memilih tipe PLTN yang akan dibangun harus memperhatikan kebijakan yang ada. Kebijakan itu antara lain : lokasi tapak yang dibangun harus berada di daratan dan tipe PLTN yang dibangun harus pernah beroperasi 3 tahun. (a) (b) Gambar 5. Jumlah Pembangkit Baru Tiap Tahun, (a) Studi kasus RUPTL, (b) Studi Kasus Industrialisasi Pada Gambar 5 ditunjukkan komposisi jumlah pembangkit yang akan dibangun tiap tahunnya. PLTN akan mulai beroperasi pada tahun 2024 untuk studi kasus RUPTL dan pada tahun 2020 untuk studi kasus industrialisasi. Berdasarkan hal itu, ada beberapa tipe PLTN daya kecil yang dapat dipilih untuk pengembangan, yaitu : IRIS dan SMART. PLTN IRIS merupakan reaktor integral jenis air tekan berdaya 100 MWe yang dirancang khusus untuk tujuan ganda (sebagai pembangkit listrik dan desalinasi air laut). Karakteristik teras dan bahan bakar PLTN ini sama dengan PWR konvensional yang diproduksi oleh Westinghouse. IRIS menggunakan bejana integral yang semua komponenkomponen utama berada di dalam bejana reaktor sehingga dapat mengurangi interkoneksi sistem pemipaan. Berkurangnya interkoneksi sistem pemipaan dapat mengurangi resiko kecelakaan kehilangan pendingin. Komponen-komponen sekunder juga berada di dalam pengungkung berbentuk bola. Sistem keselamatan yang dimiliki IRIS adalah keselamatan pasif dan inheren (melekat) yang diadopsi dari reaktor generasi ketiga. Komersialisasi IRIS ini direncanakan mulai tahun 2015 sehingga pada tahun 2024 sudah dapat digunakan di Indonesia. Tabel 3. Karakteristik IRIS dan SMART Jenis IRIS SMART Tipe PWR Integral PWR Integral Pembuat Amerika Serikat Korea Selatan Daya (MWe) Tipe Bahan Bakar UO2 UO2 Pengkayaan 5% 5% Penggantian Bahan Bakar 5 tahun 3 tahun PLTN SMART merupakan PLTN daya kecil dengan daya termal sebesar 330 MWth dan memiliki efisiensi 30 %. SMART dirancang oleh KAERI (Korean Atomic Energy Research Institute) dengan tujuan ganda (sebagai pembangkit listrik dan desalinasi air laut) SMART mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : desain modular, bejana reaktor integral, waktu ISSN
9 hidup panjang, biaya operasi dan perawatan kecil, pergantian bahan bakar lama, mudah diinspeksi, dan waktu pembangunan relatif pendek. Berdasarkan data yang diperoleh melalui Program WASP IV, dapat diketahui komposisi pembangkit yang terpasang pada tahun 2010 dan (a) (b) Gambar 6. Komposisi Pembangkit yang Terpasang, (a) Studi Kasus RUPTL, (b) Studi Kasus Industrialisasi Pada Gambar 6 dapat diketahui prosentase kapasitas setiap jenis pembangkit. Kondisi awal tahun perencanaan yaitu tahun 2010 menunjukkan bahwa PLTU sangatlah dominan. Prosentase kapasitas pembangkit PLTU lebih dari 50%. Hal itu disebabkan karena adanya kebijakan yang tercantum dalam RPTL PT. PLN (Persero) Wilayah Bangka Belitung yang menyebutkan tentang penugasan kepada PLN untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan bahan bakar batubara. Prosentase kapasitas PLTU Batubara pada tahun 2030 turun menjadi sekitar 41 % untuk Studi Kasus RUPTL dan 37 % untuk Studi Kasus Industrialisasi. Hal itu disebabkan karena PLTU Batubara kalah bersaing dengan PLTN. Prosentase kapasitas PLTN dari tahun ke tahun semakin meningkat dan mencapai 31 % untuk Studi Kasus RUPTL dan 41 % untuk Studi Kasus Industrialisasi pada tahun Hal itu menunjukkan bahwa PLTN adalah pembangkit yang ekonomis dan mampu bersaing dengan pembangkit jenis lain sehingga PLTN sangat cocok untuk mendukung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi daerah industri. Pada Gambar 7 dapat diketahui bahwa semula PLTU Batubara sangatlah mendominasi komposisi energi yang dibangkitkan. Hal itu menandakan bahwa sebelum beroperasinya PLTN, PLTU Batubara digunakan untuk memikul beban dasar dan beban menengah sedangkan untuk beban puncaknya dipikul oleh PLTG, PLTD HSD MFO, dan PLTU Biomassa. Setelah PLTN beroperasi, beban dasar dan sebagian beban menengah akan dipikul oleh PLTN. PLTU batubara akan memikul sebagian beban menengah dan sebagian ISSN
10 beban puncak. Sedangkan PLTG, PLTD HSD MFO, dan PLTU Biomassa digunakan untuk memikul beban puncak saja. Komposisi seperti yang tersaji pada Gambar 7 menunjukkan bahwa PLTN adalah pembangkit yang ekonomis dan layak untuk dibangun. (a) Gambar 7. Komposisi Energi yang Dibangkitkan, (a) Studi Kasus RUPTL, (b) Studi Kasus Industrialisasi 4. KESIMPULAN Berdasarkan perencanaan pengembangan pembangkit yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa untuk Studi Kasus RUPTL, PLTN akan mulai beroperasi pada tahun Biaya total yang dibutuhkan sampai tahun 2030 sebesar Rp ,- dan energi yang dibangkitkan sebesar kwh. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui biaya pokok penyediaan sebesar Rp. 61,09/kWh. Sedangkan untuk Studi Kasus Industrialisasi, PLTN akan mulai beroperasi tahun Biaya total yang dibutuhkan sampai tahun 2030 sebesar Rp ,- dan energi yang dibangkitkan sebesar kwh. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui biaya pokok penyediaan sebesar Rp. 66,88/kWh. Dengan adanya perencanaan pengembangan ini menyebabkan LOLP sistem sampai tahun 2030 selalu kurang dari 0,274 dan sudah sesuai dengan standar PLN. Pada tahun 2030 pada Studi Kasus RUPTL, komposisi pembangkitnya adalah sebagai berikut : 41 % PLTU Batubara, 31% PLTN, 23 % PLTG, dan sisanya adalah PLTU Biomassa, dan PLTD HSD dan MFO. Komposisi energinya adalah sebagai berikut : 47 % dari batubara, 45 % dari nuklir, dan sisanya dari PLTD HSD dan MFO, PLTG, dan PLTU Biomassa. Sedangkan untuk studi kasus industrialisasi, komposisi pembangkitnya adalah sebagai berikut : 41 % PLTN, 37 % PLTU Batubara, 20 % PLTG, dan sisanya adalah PLTU Biomassa, dan PLTD HSD dan MFO. Komposisi energinya adalah sebagai berikut : 60 % dari nuklir, 36 % dari batubara, dan sisanya dari PLTD HSD dan MFO, PLTG, dan PLTU Biomassa. DAFTAR PUSTAKA [1] Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Rencana Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) Wilayah Bangka Belitung. Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bangka Belitung [2] KUNCORO, A. H. Pengembangan Metode JST untuk Peramalan Beban Tenaga Listrik pada Optimasi Perencanaan Pengembangan Sistem Pembangkitan Jawa- Madura-Bali dengan Opsi Nuklir. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta (b) ISSN
11 [3] PPEN BATAN. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir.PPEN BATAN. Jakarta [4] PT. PLN (Persero). Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) PT. PLN (Persero). Jakarta [5] PPEN BATAN. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir. Pusat Pengembangan Energi Nuklir. Jakarta [6] PT. PLN (PERSERO). Statistik PLN Sekretariat Perusahaan PT. PLN (Persero). Jakarta [7] SEPTIYADI, EKA. Estimasi Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan Tenaga Listrik: Studi Kasus Perencanaan Ekspansi Pembangkitan Tenaga Listrik Sistem Pembangkitan Sumatera Bagian Utara.Jurusan Teknik Elektro UGM. Yogyakarta [8] IAEA. Expansion Planning for Electrical Generating System : A Guide Book.IAEA. Vienna DISKUSI 1. Pertanyaan dari Sdr. Yohanes Dwi Anggoro (PPEN-BATAN): Dalam pemilihan kandidat yang akan igunakan dalam pengembangan pembangkit, mengapa hanya menggunakan PLTU, PLTG, dan PLTN saja? Mengapa tidak menggunakan PLTA, PLTB (bayu) dll? Jawaban: Dalam pengembangan pembangkit suatu wilayah harus memperhatikan potensi wilayah tersebut. Di propinsi Babel hanya memungkinkan PLTU, PLTG, dan PLTN saja untuk dikembangkan. Sedangkan untuk PLTA dan PLTB tidak bisa dikembangkan karena Babel tidak memiliki sumber dayanya. ISSN
STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR
STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Masdin (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta12710 Telp./Fax: (021) 5204243,
Lebih terperinciANALISIS EMISI CO2 PADA STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN LISTRIK WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR
Analisis Emisi CO2 pada Studi Perencanaan Pengembangan Pembangkitan Listrik Wilyah Bangka Belitung dengan Opsi Nuklir (Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman, Djati Hoesen Salimy) ANALISIS EMISI CO2 PADA
Lebih terperinciANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN JAWA-MADURA-BALI DENGAN OPSI NUKLIR
Analisis Aspek Lingkungan pada Optimasi Perencanaan Pengembangan Sistem Pembangkitan Jawa-Madura-Bali dengan Opsi Nuklir (Arief Heru Kuncoro dkk) ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciKONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA
Kontribusi PLTN dalam Mengurangi Emisi Gas CO2 Pada Studi Optimasi Pengembangan Sistem KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA
Lebih terperinciBAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG
BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGKIT DI KALIMANTAN
BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGKIT DI KALIMANTAN 4.1. DATA YANG DI GUNAKAN Untuk melakukan analisis pengembangan sistem pembangkitan di Kalimantan berdasarkan kriteria keandalan, dimulai dengan menghitung
Lebih terperinciKebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan
Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan
Lebih terperinciPROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN
PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007-2020 Tadjuddin Hamdany Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: ophadhanny@yahoo.co.id Abstract The study is devoted
Lebih terperinciPERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN
Perhitungan Faktor Emisi CO2 PLTU Batubara dan PLTN (Rizki Firmansyah Setya Budi dan Suparman) PERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman Pusat Pengembangan
Lebih terperinciOPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA
OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA M. Sidik Boedoyo dan Agus Sugiyono Abstract Energy supply optimation is aimed to meet electricity demand for domestic
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI
KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum
Lebih terperinciSISTEM KELISTRIKAN LUAR JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020
SISTEM KELISTRIKAN LUAR JAMALI TAHUN 23 S.D. TAHUN 22 Agus Nurrohim dan Erwin Siregar ABSTRACT In national electricity plan, there are Jawa-Madura-Bali (Jamali) and Non Jamali systems. Those two systems
Lebih terperinciBidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciRencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017
Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 Pengembangan Energi Nasional Prioritas pengembangan Energi nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan nasional mutlak dimiliki setiap negara yang berdaulat. Salah satu faktor penentu pencapaian ketahanan nasional adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciReka Integra ISSN: Jurusan Teknik Industri Itenas No. 02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No. 02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014 PENGARUH PEMBEBANAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS TERHADAP EFISIENSI BIAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi listrik mengalami peningkatan inovasi di setiap tahunnya khususnya di bidang sumber energi terbarukan, hal ini dikarenakan jumlah penelitian, dan permintaan
Lebih terperinciBAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS
BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS
UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN 10.000 MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS MOHAMAD TRESNA WIKARSA 08 06 42 45 54 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER TEKNIK
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA
STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA
ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen
Lebih terperinciData yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,
Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2015 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan selama tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya. Data yang disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan manusia yang harus terpenuhi. Hampir setiap aktivitas manusia membutuhkan energi. Berbagai bidang pembangunan yang mendukung perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Banyak penelitian telah dilakukan mengenai keandalan sistem tenaga listrik. Perkiraan beban mendapat perhatian yang cukup besar terutama guna perencanaan penambahan unit pembangkit.
Lebih terperinciPENGELOLAAN SUMBER DAYA ENERGI DI KALIMANTAN UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ENERGI DI KALIMANTAN UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI Rizki Firmansyah Setya Budi, Wiku Lulus Widodo, Djati H. Salimy Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI
PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar
Lebih terperinciESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA HINGGA TAHUN 2030. Edwaren Liun *
ESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA HINGGA TAHUN 2030 Edwaren Liun * ABSTRAK ESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA HINGGA TAHUN 2030. Untuk pemenuhan pembangkit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit
Lebih terperinciStudi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano
Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen
Lebih terperinciOptimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali
Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali T Ar Rizqi Aulia 1, I Made Ardita Y 2 Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau (Wikipedia, 2010). Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mengalami banyak hambatan dalam pengembangan
Lebih terperinciISSN : NO
ISSN : 0852-8179 NO. 02701-150430 02701-150430 Statistik PLN 2014 Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2014 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan
Lebih terperinciPERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)
PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM
Lebih terperinciESTIMASI BIAYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA OPSI NUKLIR
Estimasi Biaya Pengembangan Sistem Kelistrikan Sumatera Opsi Nuklir (Edwaren Liun) ESTIMASI BIAYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA OPSI NUKLIR Edwaren Liun Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Negara Republik Indonesia dalam usaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, yang dalam hal ini dapat diartikan bahwa hasil-hasil material
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA
ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA Erwin Siregar dan Nona Niode ABSTRACT The improvement of device efficiency in the household sector
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS
PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah
Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan sangat penting dalam mendukung keberlanjutan kegiatan pembangunan daerah khususnya sektor ekonomi.
Lebih terperinciBAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN
BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN 28-217 Analisa keterjaminan aliran daya dan biaya produksi listrik di PLN Sub Region Bali tahun 28-217 dilakukan dari
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi
Lebih terperinciSEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015
SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan
Lebih terperincilistrik di beberapa lokasi/wilayah.
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan
Lebih terperinciRENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto
RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) 2015-2024 DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT 35.000 MW Arief Sugiyanto Divisi Perencanaan Sistem, PT PLN (Persero) arief.sugiyanto@pln.co.id S A R I Pembangunan
Lebih terperinciANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN
ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN 2008-2017 Massus Subekti 1), Uno Bintang Sudibyo 2), I Made Ardit 3) Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Lebih terperinciSISTEM mpower DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA DI INDONESIA
Sistem mpower dan Prospek Pemanfaatannya di Indonesia (Sudi Ariyanto) SISTEM mpower DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA DI INDONESIA Sudi Ariyanto Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jalan Kuningan Barat,
Lebih terperinciEFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH
EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang
Lebih terperinciSISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020
SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 Moh. Sidik Boedoyo ABSTRACT Jamali or Jawa, Madura and Bali is a populated region, in which about 60% of Indonesia population lives in the region,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa energi listrik memiliki peran yang strategis dalam mendukung kehidupan
Lebih terperinciAnalisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat
37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important
Lebih terperinciBAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS
BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Hasil Simulasi Simulasi dan optimasi dengan menggunakan HOMER menghasilkan beberapa konfigurasi yang berbeda sesuai dengan batasan sensitifitas yang diterapkan. Beban puncak
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS Dalam merencanakan membangun pembangkit untuk mendapatkan tingkat keandalan yang diinginkan, maka kita perlu tahu berapa besar kapasitas yang perlu dipasang dan kapan pemasangannya
Lebih terperinciSENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA
SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA La Ode Muhammad Abdul Wahid ABSTRACT Electricity demand has been estimated to grow in the growth rate
Lebih terperinciANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN TESIS
ANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN 2008-2017 TESIS Oleh: ADI PURWANTO 06 06 00 30 64 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PASCASARJANA BIDANG ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka
Lebih terperinciPERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN. Mochamad Nasrullah, Suparman
PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN ABSTRAK Mochamad Nasrullah, Suparman Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang
Lebih terperinciDUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)
DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) 1. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kondisi Ketenagalistrikan pada Propinsi Nusa Tenggara Timur
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN
RENCANA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KEBERLANJUTANNYA DI NTT Oleh : Ir. Wayan Darmawa,MT Kepala Bappeda NTT 1 KONDISI UMUM PEMBANGUNAN NTT GAMBARAN UMUM Letak Geografis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini secara nasional ketergantungan terhadap energi fosil (minyak bumi, gas bumi dan batubara) sebagai sumber energi utama masih cukup besar dari tahun ke tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan salah satu energi yang sangat dibutuhkan oleh manusia pada era modern ini. Tak terkecuali di Indonesia, negara ini sedang gencargencarnya melakukan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga
Lebih terperinciPERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT
PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Elektro Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KELISTRIKAN NASIONAL ABSTRACT
PENGEMBANGAN KELISTRIKAN NASIONAL Martin Jamin dan Agus Sugiyono Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, BPPT Gedung BPPT II Jl. MH Thamrin No. 8 Jakarta Pusat Email: agussugiyono@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI
ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI E D Meilandari 1, R S Hartati 2, I W Sukerayasa 2 1 Alumni Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 2 Staff Pengajar Teknik Elektro,
Lebih terperinciPerkembangan Kelistrikan Indonesia dan Kebutuhan Sarjana Teknik Elektro
Perkembangan Kelistrikan Indonesia dan Kebutuhan Sarjana Teknik Elektro Dr. HERMAN DARNEL IBRAHIM Direktur Transmisi dan Distribusi PLN I MADE RO SAKYA Ahli Operasi Sistem - PLN Electricity For A Better
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah
Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.
Lebih terperinciOPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI ABSTRAK
OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI *Retno Handayani dan **Suparno Program Pascasarjana Magister Manajemen
Lebih terperinciANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( )
ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS (2000 2030) Adhi D. Permana dan Muchammad Muchlis ABSTRACT This paper discusses the impact of coal supply capacity
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN TARIF TENAGA LISIK UNTUK KONSUMEN YANG DISEDIAKAN OLEH PT. PELAYANAN LISIK NASIONAL TARAKAN
Lebih terperinciPERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA
PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PengembanganSistem Kelistrikan Dalam Menunjang Pembangunan Nasional Jangka Panjang Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di
Lebih terperinciPemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia
Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian tentang peramalan beban puncak telah beberapa kali dilakukan sebelumnya. Gina (2012) dalam penelitiannya peramalan beban puncak untuk pertumbuhan
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR
STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK PULAU BINTAN TESIS SAHAT SIMANGUNSONG
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK PULAU BINTAN TESIS SAHAT SIMANGUNSONG 0706173351 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ELEKTRO DEPOK JUNI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik nasional memerlukan energi baru untuk lebih memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Nomor 5 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan
Lebih terperinciOPTIMASI DESAIN DESALINASI NUKLIR MENGGUNAKAN KONSEP ZERO DISCHARGE DESALINATION (ZDD)
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA OPTIMASI DESAIN DESALINASI NUKLIR MENGGUNAKAN KONSEP ZERO DISCHARGE DESALINATION (ZDD) BATAN B.36 Peneliti/ Perekayasa : 1. Ir. Erlan Dewita, M.Eng
Lebih terperinciSTUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN
STUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN 2010-2020 Indar Chaerah Gunadin 1*, Zaenab Muslimin 2, Ikzan 3, Edy Sudrajat 4 Universitas Hasanuddin 1,2,3,4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyumas khususnya kota Purwokerto dewasa ini banyak melakukan pembangunan baik infrastuktur maupun non insfrastuktur dalam segala bidang, sehingga kebutuhan
Lebih terperinciI Putu Surya Atmaja. Proceeding Seminar Tugas Akhir
ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA
ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA Hari Suharyono ABSTRACT Power generation in Indonesia relies on coal and refined products, more than 60%
Lebih terperinciKETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN
KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Adjat Sudradjat Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (P3TKKE) Deputi Bidang Teknologi
Lebih terperinciANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN
TECHNOLOGIC, VOLUME 5, NOMOR 2 ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN 2011-2013 Erwin Dermawan 1, Agus Ponco 2, Syaiful Elmi 3 Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik,
Lebih terperinciRencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2015-2024. iii
iii iv v vi vii KATA PENGANTAR Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2015-2024 ini disusun untuk memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan
Lebih terperinciPengaruh Faktor-Faktor Keekonomian Terhadap Biaya Investasi PLTN SMR
Pengaruh Faktor-Faktor Keekonomian Terhadap Biaya Investasi PLTN SMR Nuryanti 1), Elok Satiti Amitayani 2), Mochamad Nasrullah 3), Suparman 4) 1,2,3,4) Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN)-BATAN Jl.
Lebih terperinciVol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X
Analisis Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Listrik Dengan Menggunakan Metode Unit Decommitment (PT.PLN Wilayah Riau) Oleh: Zulfatri Aini Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Lebih terperinciGUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014
Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Hari, tanggal Minggu, 10 Mei 2015 Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Sumber Berita Selasar.com Hal. -
Lebih terperinciSatria Duta Ninggar
Satria Duta Ninggar 2204 100 016 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 130 520 749 Ir. Teguh Yuwono NIP. 130 604 244 Pertumbuhan pelanggan di Jawa Tengah yang pesat mengakibatkan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap bangsa dan negara. Indonesia sebagai negara yang berkembang sangat
Lebih terperinciPENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO)
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN PENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO) 2017-2026 disampaikan oleh: Alihuddin Sitompul
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI
KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI DISAMPAIKAN DALAM ACARA SEMINAR NASIONAL tentang Sumber Daya Panas Bumi di Indonesia BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI BALI Denpasar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi standar. Sistem distribusi yang dikelola oleh PT. PLN (Persero)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan
Lebih terperinciPUSAT PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
Vol. 13 No. 1 Juni 2011 ISSN 1410-9816 Akreditasi LIPI No. 131/Akred-LIPI/P2MBI/06/2008 JURNAL PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR JURNAL PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR PUSAT PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR BADAN TENAGA
Lebih terperinci