RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto
|
|
- Yanti Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW Arief Sugiyanto Divisi Perencanaan Sistem, PT PLN (Persero) S A R I Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan sangat dibutuhkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dalam 10 tahun ke depan, kebutuhan listrik diperkirakan tumbuh ratarata sebesar 8,7% per tahun untuk menopang pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8% per tahun, serta untuk mencapai rasio elektrifikasi 97% pada 2019 dan 99% pada Pemenuhan kebutuhan listrik nasional tersebut membutuhkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar MW per tahun. Hal ini merupakan tantangan yang sangat besar, baik bagi PLN maupun pelaku swasta dalam industri ketenagalistrikan, mengingat realisasi proyek pembangkitan selama ini yang dalam pelaksanaannya mempunyai banyak kendala dan akhirnya terlambat beroperasi. Program pembangunan pembangkit MW dalam rentang waktu tahun merupakan bagian dari RUPTL , yang didukung oleh pemerintah sebagai program prioritas nasional. Program MW memiliki strategi yaitu mendorong partisipasi swasta yang lebih besar dalam pembangunan ketenagalistrikan nasional. Kesuksesan program MW harus didukung oleh semua pihak, dan tidak bisa dilakukan dengan metode business as usual untuk mengatasi kendalakendala yang ada, namun perlu strategi khusus yang dititikberatkan pada penyederhanaan dan percepatan proses perizinan, pembebasan lahan dan kemudahan pendanaan. Kata kunci : infrastruktur ketenagalistrikan, percepatan, perizinan, partisipasi swasta 1. PENDAHULUAN Kebutuhan listrik di Indonesia dalam 5 tahun terakhir tumbuh sangat pesat, mencapai ratarata 8,2% per tahun untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sekitar 6,1% per tahun. Rasio elektrifikasi tumbuh pesat dari 66,2% pada 2010 menjadi 84,4% pada 2014 dengan penambahan jumlah pelanggan ratarata sebesar 3,5 juta pelanggan per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut, telah dibangun pembangkit sebesar MW (termasuk sewa) selama kurun 5 tahun seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasarkan RUPTL , rasio elektrifikasi ditargetkan mencapai 97,4% pada 2019 dan 99,4% pada Untuk menopang pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,7% per tahun, maka kebutuhan listrik diperkirakan tumbuh 8,7% per tahun dari 219 TWh pada 2015 menjadi 464 TWh pada Dalam kurun waktu tersebut akan dibangun pembangkit sebesar MW hingga 2019 dan MW hingga 2024 atau rata-rata MW per tahun. Pemerintah telah menugaskan kepada PLN untuk melakukan pembangunan pembangkit sebesar MW untuk kurun waktu M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
2 Tantangan utama yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan adalah masalah pembebasan lahan, perizinan dan pendanaan. Untuk itu perlu strategi khusus, di luar business as usual, dari berbagai pihak untuk mendorong program nasional pemerintah tersebut. -1, Gambar 1. Penambahan kapasitas pembangkit , di luar pembangkit yang saat ini sedang konstruksi sebesar MW. Apabila melihat data historis penambahan pembangkit 5 tahun terakhir sebesar MW per tahun, maka PLN menghadapi tantangan yang sangat besar untuk tahun-tahun ke depan. 2. RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENA- GA LISTRIK (RUPTL) Tujuan dan Lingkup RUPTL RUPTL telah disahkan oleh Menteri ESDM melalui Kepmen No K/21/MEM/ 2015 tanggal 12 Januari 2015 untuk memenuhi amanat dari Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2012 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun RUPTL disusun untuk menjadi pedoman pengembangan sarana ketenagalistrikan dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik di wilayah M&E, Vol. 13, No. 2, Juni
3 usaha PLN secara efisien dan terencana guna menghindari ketidakefisienan perusahaan sejak tahap perencanaan. RUPTL memuat proyeksi kebutuhan tenaga listrik, rencana pengembangan kapasitas pembangkit, rencana pengembangan transmisi dan gardu induk, distribusi, target bauran energi serta kebutuhan investasi. Proyeksi kebutuhan listrik disusun untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh pemerintah dengan mempertimbangkan laju pertumbuhan penduduk yang disusun oleh BPS dan Bappenas. Proyeksi kebutuhan tenaga listrik dibuat rinci per provinsi dan per sistem tenaga listrik, termasuk sistem kelistrikan yang isolated di pulau-pulau tersebar. Rencana pengembangan kapasitas pembangkit, transmisi dan gardu induk juga dibuat rinci hingga proyek-proyeknya. Pengembangan kapasitas pembangkit direncanakan untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik dan margin cadangan (reserve margin) tertentu dan sedapat mungkin direncanakan secara optimal dengan prinsip biaya terendah (least cost). Pengembangan pembangkit juga mengutamakan pemanfaatan sumber energi setempat, terutama energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, surya tenaga angin dan energi setempat lainnya. Beberapa proyek pembangkit telah dinyatakan akan dikerjakan sebagai proyek PLN atau proyek listrik swasta (IPP), sedangkan beberapa proyek lain masih belum ditetapkan sebagai proyek PLN atau IPP. Hal ini dimaksudkan agar PLN di kemudian hari, atas persetujuan Pemerintah, akan memutuskan apakah suatu proyek diimplementasikan sebagai proyek PLN atau IPP. Pengembangan sistem transmisi direncanakan untuk memperoleh keseimbangan antara kapasitas pembangkitan dan kebutuhan daya listrik secara efisien dengan memenuhi kriteria keandalan dan kualitas tertentu. Pada sistem kelistrikan yang sudah besar seperti Sumatera dan Jawa, direncanakan satu sistem transmisi untuk menjadi tulang punggung sistem kelistrikan (backbone) berupa saluran transmisi tegangan ekstra tinggi Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Pada periode tahun , kebutuhan tenaga listrik Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 219 TWh menjadi 464 TWh dengan pertumbuhan rata-rata 8,7% per tahun (Gambar 2). Jumlah pelanggan juga meningkat dari 60,3 juta tahun 2015 menjadi 78,4 juta pada tahun 2024 atau bertambah rata-rata 2,2 juta per tahun. Penambahan pelanggan tersebut akan meningkatkan rasio elektrifikasi dari 87,7% pada 2015 menjadi 99,4% pada Secara regional, kebutuhan listrik Jawa-Bali diperkirakan akan meningkat dari 165,4 TWh menjadi 324,4 TWh, atau tumbuh rata-rata 7,8% per tahun. Untuk Indonesia Timur pada periode yang sama, kebutuhan listrik akan meningkat dari 22,6 TWh menjadi 57,1 TWh atau tumbuh ratarata 11,1% per tahun. Wilayah Sumatera tumbuh dari 31,2 TWh menjadi 82,8 TWh atau tumbuh rata-rata 11,6% per tahun. Gambar 3 memperlihatkan bahwa pada sistem Jawa Bali kelompok pelanggan industri mempunyai porsi yang cukup besar, yaitu ratarata 41,4% dari total penjualan. Sedangkan di Indonesia Timur dan Sumatera rata-rata porsi pelanggan industri adalah relatif kecil, yaitu masing-masing hanya 12% dan 14,7%. Pelanggan residensial masih mendominasi penjualan hingga tahun 2024, yaitu 55% untuk Indonesia Timur dan 59% untuk Sumatera Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Untuk melayani pertumbuhan kebutuhan listrik tersebut, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit sebanyak 70,4 GW untuk seluruh Indonesia, atau penambahan kapasitas rata-rata mencapai 7 GW per tahun (Gambar 4). Dari kapasitas tersebut PLN dan IPP akan membangun masing-masing 21,4 GW dan 35,5 GW, sedangkan 13,5 GW lainnya merupakan 6 M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
4 Gambar 2. Proyeksi kebutuhan listrik Indonesia Jawa-Bali Sumatera Indonesia Timur Gambar 3. Komposisi kebutuhan tenaga listrik berdasar kelompok pelanggan M&E, Vol. 13, No. 2, Juni
5 Unallocated IPP PLN Gambar 4. Rencana kebutuhan kapasitas pembangkit (MW) proyek unallocated. Proyek unallocated yaitu proyek yang belum ditetapkan pengembang maupun sumber pendanaannya. Gambar 5 menunjukkan rencana kebutuhan kapasitas berdasar jenis pembangkit. PLTU batubara akan mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun, yaitu mencapai 42,1 GW atau 59,8%. PLTGU gas yang direncanakan berkapasitas 9,2 GW atau 13,0% dan PLTG sebesar 5,0 GW atau 7,1%. Untuk energi terbarukan, bagian terbesar adalah PLTA PLTU PLTA PLTP PLTGU PLTG/MG PLT Lain Gambar 5. Rencana kebutuhan kapasitas berdasarkan jenis pembangkit (MW) 8 M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
6 sebesar 8,4 GW atau 11,9% dari kapasitas total, kemudian panas bumi sebesar 4,8 GW atau 6,8%, setelah itu Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) skala kecil tersebar sebanyak 0,9 GW dan terakhir pembangkit lain (surya, angin, biomassa) sebesar 0,1 GW. Dari total kapasitas tersebut, tambahan pembangkit di Sumatera sebesar 17,7 GW dan di Indonesia Timur adalah sekitar 14,2 GW. Untuk sistem Jawa-Bali, tambahan pembangkit adalah sekitar 38,5 GW atau rata-rata 3,8 GW per tahun. Komposisi produksi listrik pada tahun 2024 untuk gabungan Indonesia diproyeksikan akan menjadi 63,7% batubara, 19,2% gas alam (termasuk LNG), 8,9% panas bumi, tenaga air 6,6% serta 1,6% minyak dan bahan bakar lainnya (Gambar 5). Bauran energi saat ini masih didominasi oleh batubara sebesar 52,8%, disusul oleh gas 24,2%, tenaga air 6,5%% hidro dan panas bumi 4,4% serta BBM 11,7%. Komposisi produksi listrik pada tahun 2024 untuk gabungan Indonesia diproyeksikan akan menjadi 63,7% batubara, 19,2% gas alam (termasuk LNG), panas bumi 8,9%, tenaga air 6,6% serta 1,6% BBM dan bahan bakar lainnya (Gambar 6) Rencana Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk Pengembangan sistem penyaluran pada periode berupa pengembangan sistem transmisi dengan tegangan 500 kv dan 150 kv di sistem Jawa-Bali, serta tegangan 500 kv, 275 kv, 150 kv dan 70 kv di sistem Indonesia Timur dan Indonesia Barat. Pembangunan sistem transmisi secara umum diarahkan kepada tercapainya kesesuaian antara kapasitas pembangkitan di sisi hulu dan permintaan daya di sisi hilir secara efisien. Di samping itu sebagai usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran dan perbaikan tegangan pelayanan. Pengembangan transmisi 500 kv di Jawa-bali pada umumnya dimaksudkan untuk mengevakuasi daya dari pembangkitpembangkit baru maupun ekspansi dan menjaga kriteria keandalan N-1, baik statik maupun dinamik. Sedangkan pengembangan transmisi Others Panas Bumi Air Batubara Gas LNG MFO HSD Gambar 6. Proyeksi komposisi produksi energi listrik per jenis bahan bakar M&E, Vol. 13, No. 2, Juni
7 150 kv dimaksudkan untuk menjaga kriteria keandalan N-1 dan sebagai transmisi yang terkait dengan gardu induk 150 kv baru. Pengembangan transmisi 500 kv di Sumatera dimaksudkan untuk membentuk transmisi backbone yang menyatukan sistem interkoneksi Sumatera pada koridor timur. Pusat-pusat pembangkit skala besar dan pusat-pusat beban yang besar di Sumatera akan tersambung ke sistem transmisi 500 kv. Transmisi ini akan mentransfer tenaga listrik dari pembangkit listrik di daerah yang kaya sumber energi primer murah (Sumbagsel dan Riau) ke daerah yang kurang memiliki sumber energi primer murah (Sumbagut). Selain itu transmisi 500 kv di Sumatera Selatan dikembangkan sebagai feeder pemasok listrik dari PLTU mulut tambang ke stasiun konverter transmisi High Voltage Direct Current (HVDC) yang menghubungkan sistem kelistrikan di pulau Sumatera dan pulau Jawa. Rencana pengembangan sistem penyaluran di Indonesia hingga tahun 2024 diproyeksikan sebesar kms serta MVA gardu induk dan trafo ditunjukkan Gambar 7 dan Gambar Kebutuhan Investasi Untuk membangun sarana pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik diperlukan dana investasi sebesar US$ 69,4 miliar untuk proyek PLN saja dan total US$ 132,2 miliar jika digabung dengan proyek listrik yang diasumsikan akan dilaksanakan oleh IPP, dengan disbursement tahunan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 9. Selama ini sumber pembiayaan proyek-proyek PLN banyak diperoleh dari penerusan pinjaman luar negeri (two step loan), namun setelah tahun 2006 peranan pinjaman semacam ini mulai menurun dan sebaliknya pendanaan dengan obligasi terus meningkat, baik obligasi lokal maupun global. Proyek percepatan pembangkit FTP MW sepenuhnya dibiayai dari pinjaman yang diusahakan oleh PLN dengan garansi Pemerintah. Akhir-akhir ini PLN kembali berupaya memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan multilateral dan bilaterial untuk mendanai proyek-proyek kelistrikan yang besar, seperti Upper Cisokan pumped storage dan transmisi HVDC Sumatera - Jawa kvac : kms 500 kvdc : kms 275 kvac : kms 150 kv : kms 70 kv : kms Total : kms kv 150 kv 275 kv 500 kv dc 500 kv Ac Gambar 7. Kebutuhan pengembangan saluran transmisi untuk berbagai tegangan 10 M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
8 30.000, , , ,0 500/275 kv : MVA 500/150 kv : MVA 500 kv DC : MVA 275/150 kv : MVA 150/70 kv : 690 MVA 150/20 kv : MVA 70/20 kv : MVA Total : MVA , , /20 kv 500 kvdc 150/20 kvdc 500/150 kv 150/70 kv 500/275 kv 275/150 kv Gambar 8. Kebutuhan pengembangan gardu induk dan trafo untuk berbagai tegangan Miliar US$ 25,0 20,0 15,0 6,6 10,3 10,8 9,5 Pembangkit PLN PLN Pembangkit IPP IPP Transmisi Distribusi Total Total PLN PLN Total IPP Total IPP Total PLN + IPP Total PLN+IPP :: 34,3 miliar US$ :: 62,8 miliar US$ :: 20,6 miliar US$ :: 14,5 miliar US$ : : 69,4 69,4 miliar miliar US$ US$ : 62,8 miliar US$ : 62,8 miliar US$ : 132,2 miliar US$ : 132,2 miliar US$ 10,0 3,0 5,8 5,0 8,2 9,7 10,1 8,8 6,4 4,6 4,8 5,1 4,4 3,9 5,6 5,9 3,9 4,9 0, Total Investasi PLN Total Investasi PLN+IPP Pembangkit PLN+IPP Penyaluran Distribusi Pembangkit PLN pln Gambar 9. Kebutuhan investasi untuk pengembangan kelistrikan M&E, Vol. 13, No. 2, Juni
9 3. PROGRAM PEMBANGUNAN PEM- BANGKIT MW TAHUN Program pembangunan ketenagalistrikan tahun meliputi pengembangan pembangkit, jaringan transmisi, gardu induk (GI) dan jaringan distribusi. Pengembangan tersebut untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi 6,7%, pertumbuhan kebutuhan listrik 8,8% dan rasio elektrifikasi 97% pada Program ini merupakan bagian dari rencana pengembangan ketenagalistrikan 10 tahun ke depan dalam RUPTL Pembangunan Pembangkit Tahun Tambahan pembangkit baru yang diperlukan untuk 5 tahun ke depan sebesar MW, dimana di dalamnya termasuk pembangkit yang sedang dalam tahap konstruksi sebesar MW, sedangkan sisanya yang masih committed dan tahap rencana sebesar MW. Rencana pembangunan pembangkit yang masih committed dan tahap rencana inilah yang disebut sebagai program pembangunan pembangkit MW, yang rinciannya dapat dilihat pada Tabel 1. Penyebaran proyek pembangkit MW seperti dapat dilihat pada Gambar 10. Dari MW, PLTU batubara masih mendominasi sebesar MW (56,3%), disusul oleh PLTGU/MG sebesar MW (36,2%), PLTA MW (5,9%), PLTP 510 MW (1,4 %) dan pembangkit terbarukan lainnya sebesar 80 MW (0,2%) dengan rincian seperti dapat dilihat pada Tabel-2. Dalam program ini, peran swasta sangat dominan, mencapai MW, sedangkan pembangkit yang akan dibangun oleh PLN hanya sebesar MW. Tabel 2. Komposisi tambahan pembangkit berdasarkan jenis pembangkit Jenis PLN IPP Jumlah PLTA 1, ,082 PLTU 2,165 17,825 19,990 PLTGU/MG 6,634 6,233 12,867 PLTP PLT lain Total 10,223 25,306 35, Pembangunan Jaringan Transmisi dan GI Tahun Tambahan jaringan transmisi yang diperlukan untuk 5 tahun ke depan sebesar 45 ribu kms dan tambahan GI sebesar 109 ribu MVA. Detail pengembangan transmisi dan GI dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 1. Kebutuhan tambahan pembangkit berdasarkan status proyek MW Pengembang Total Tahap Konstruksi PLN 2, ,193 IPP 1,471 1, ,218 Sub Total 3,779 1, ,411 Committed PLN 454 1, ,539 5,158 IPP ,028 12,204 15,661 Sub Total ,988 3,603 14,743 20,819 Tahap Rencana PLN 1,610 1,351 1, ,065 IPP 335 2,261 3,243 3,806 9,645 Sub Total 1,945 3,612 4,832 4,321 14,710 Total 3,782 4,212 6,389 9,237 19,319 42, M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
10 Sumatera: PLN : 1,1 GW IPP : 7,6 GW Total : 8,7 GW Kalimantan: PLN : 0,92 GW IPP : 0,95 GW Total : 1,87 GW Sulawesi: PLN : 2,0 GW IPP : 0,7 GW Total : 2,7 GW Maluku: PLN : 0,26 GW IPP : 0,02 GW Total : 0,28 GW Papua: PLN : 0,22 GW IPP : 0,12 GW Total : 0,34 GW Jawa-Bali: PLN : 5,0 GW IPP : 15,9 GW Total : 20,9 GW Nusa Tenggara: PLN : 0,67 GW IPP : 0,03 GW Total : 0,70 GW Indonesia: PLN : 10,2 GW IPP : 25,3 GW Total : 35,5 GW Gambar 10. Peta penyebaran program pembangunan pembangkit MW Tabel 3. Pengembangan transmisi tahun SUTET 500 kv & 275 kv SUTT 150 kv & 70 kv Tahun Total Lokasi Total Kapasitas (kms) Tahun Total Lokasi Total Kapasitas (kms) Total Total GITET 500 kv & 275 kv Tahun Tabel 4. Pengembangan GI tahun Total Lokasi Total Kapasitas (MVA) GI 150 kv & 70 kv Tahun Total Lokasi Total Kapasitas (MVA) , , , , , , , , , ,500 Total 48 45,863 Total ,926 M&E, Vol. 13, No. 2, Juni
11 3.3. Pembangunan Jaringan Distribusi Tahun Tambahan jaringan distribusi yang diperlukan untuk 5 tahun ke depan meliputi Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sebesar 82 ribu kms, gardu distribusi 21 ribu MVA dan tambahan pelanggan ribu. Detail pengembangan jaringan dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Pengembangan GI Tahun Tahun JTM (kms) Gardu Distribusi (MVA) Tambahan Pelanggan (x1000) ,616 3,867 3, ,542 4,090 3, ,540 4,161 2, ,520 4,290 2, ,992 4,343 2, Dukungan Pemerintah untuk Program Percepatan Pembangunan Pembangkit MW Keberhasilan program MW untuk 5 tahun ke depan membutuhkan dukungan Pemerintah dalam hal sebagai berikut: a. Mempermudah dan mempercepat persetujuan Service Level Agreement (SLA) dan Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN). b. Menyetujui direct loan dari bank pembangunan internasional ke PLN dengan jaminan pemerintah. c. Melanjutkan proyek kelistrikan tahun jamak melalui APBN. d. Merencanakan tambahan modal ke PLN untuk menambah kapasitas investasi. e. Menyetujui tambahan alokasi gas dan LNG untuk PLN. f. Memberi dispensasi izin kehutanan (memberikan izin bekerja di hutan sambil menyelesaikan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan). g. Menetapkan Perhutani sebagai penerima kuasa dari pengguna hutan untuk membeli lahan pengganti hutan dan menghutankannya. h. Menerbitkan izin jetty secara otomatis apabila Pemda sudah menerbitkan izin lokasi/izin penetapan lokasi. i. Menyederhanakan perizinan terkait dengan kelistrikan (ada 52 izin/ rekomendasi/ pertimbangan teknis). j. Membentuk Tim Pengadaan Tanah khusus program MW. Pemerintah berkomitmen untuk mendukung keberhasilan implementasi program MW antara lain dengan solusi seperti ditunjukkan pada Tabel 6. Program pembangunan pembangkit MW merupakan program nasional yang harus didukung oleh berbagai Kementerian/Lembaga, untuk itu koordinasi lintas sektor sangat penting. Kementerian/Lembaga terkait dalam pembangunan ketenagalistrikan nasional seperti dapat dilihat pada Gambar KESIMPULAN Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan sangat dibutuhkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dalam 10 tahun ke depan, kebutuhan listrik diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 8,7% per tahun untuk menopang pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8% per tahun, serta untuk mencapai rasio elektrifikasi 97% pada 2019 dan 99% pada Pemenuhan kebutuhan listrik nasional tersebut membutuhkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar MW per tahun. Hal ini merupakan tantangan yang sangat besar, baik bagi PLN maupun pelaku swasta dalam industri ketenagalistrikan, mengingat realisasi proyek pembangkitan selama ini yang dalam pelaksanaannya mempunyai banyak kendala dan akhirnya terlambat beroperasi. Program pembangunan pembangkit MW dalam rentang waktu tahun merupakan bagian dari RUPTL , yang didukung oleh pemerintah sebagai program prioritas nasional. Program MW memiliki strategi 14 M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
12 Tabel 6. Permasalahan dan Solusi Implementasi Program MW No. Masalah Solusi 11. Penyediaan Lahan Lahan Memberlakukan UU UU No. No 2/2012 2/ Negosiasi Harga Menetapkan Harga Harga Patokan Patokan Tertinggi Tertinggi untuk IPP untuk dan IPP Excess dan Power Excess (Permen Power ESDM (Permen No. 3/2015) ESDM No. 3/2015) 3 Proses Penunjukan dan Percepatan dengan Tunjuk Langsung dan Pemilihan Pemilihan 3. Proses Penunjukan IPP dan Langsung Percepatan untuk dengan EBT, Mulut Tunjuk Tambang, Langsung Gas Marginal, dan Ekspansi, dan Excess Power (Permen ESDM Pemilihan IPP Pemilihan Langsung untuk EBT, Mulut No. 3/2015) Tambang, Gas Marginal, Ekspansi, dan Excess 4 Pengurusan Izin Pelayanan Power (Permen Terpadu ESDM Satu Pintu No. 3/2015) (PTSP) 54. Kinerja Pengurusan Developer Izin dan Melakukan Pelayanan Due Terpadu Dilligence Satu (uji Pintu tuntas) (PTSP) Permen ESDM Kontraktor No. 3/ Kinerja Developer dan Melakukan Due Dilligence (uji tuntas) 6 Kapasitas Kontraktor Manajemen Membentuk Permen ESDM PMO No. dan 3/2015 menunjukan Independent Proyek Procurement Agent 6. Kapasitas Manajemen Membentuk PMO dan menunjuk Independent 7 Koordinasi Proyek Lintas Sektor Membentuk Procurement Tim Agent Nasional Lintas Kementerian (Perpres) 7. Koordinasi Lintas Sektor Membentuk Tim Nasional Lintas Kementerian 8 Permasalahan Hukum Menerbitkan (Perpres) Perpres (Ketentuan yang bersifat khusus) 8. Permasalahan Hukum Menerbitkan Perpres (Ketentuan yang bersifat khusus) Kemenko Perekonomian KemAgrariaTR: Pengadaan lahan KemLHK: IPPKH & Amdal Kemenhub: Izin jetty & Penggunaan jalur KA Kemenko Kemaritiman Kementerian ESDM: Kebijakan dan Regulasi Sektor Pemda (Bupati, Gubernur): Izin usaha & Rekomendasi IPPKH dan dukungan pengadaan lahan BKPM: Izin prinsip PMA & Kelancaran PTSP Bappenas: Penerbitan Bluebook Kemkeu: Jaminan Pemerintah & Multiyears contract Gambar 11. Kementerian/lembaga terkait dalam pembangunan ketenagalistrikan nasional M&E, Vol. 13, No. 2, Juni
13 yaitu mendorong partisipasi swasta yang lebih besar dalam pembangunan ketenagalistrikan nasional. Kesuksesan program MW harus didukung oleh semua pihak, dan tidak bisa dilakukan dengan metode business as usual untuk mengatasi kendala-kendala yang ada, namun perlu strategi khusus yang dititikberatkan pada penyederhanaan dan percepatan proses perizinan, pembebasan lahan dan kemudahan pendanaan. DAFTAR PUSTAKA PT PLN (Persero), 2014, Statistik PLN 2013, Jakarta: PT PLN (Persero). PT PLN (Persero), 2014, Majalah Fokus, Edisi Desember 2014, Jakarta: PT PLN (Persero). PT PLN (Persero), 2015, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) , Jakarta: PT PLN (Persero). Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2015, Materi Presentasi Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM. Jakarta: DJK ESDM. 16 M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
PROGRAM MW DALAM RUPTL PERKUAT SISTEM KELISTRIKAN NASIONAL. Pandu Satria Jati B S.IP
PROGRAM 35.000 MW DALAM RUPTL 2015-2024 PERKUAT SISTEM KELISTRIKAN NASIONAL Pandu Satria Jati B S.IP Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan pandu@djk.esdm.go.id S A R I Kondisi kelistrikan di Indonesia
Lebih terperinciMateri Paparan Menteri ESDM
Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan
Lebih terperinciMateri Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya
Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional
Lebih terperinciHASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D Prof. Dr. Rizal Djalil
HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D. 2014 Prof. Dr. Rizal Djalil DEPOK, 30 MARET 2015 LANDASAN HUKUM PERENCANAAN BIDANG ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN UU 30/2007 (Energi)
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit
Lebih terperinciUPDATE INFRASTRUKTUR BIDANG KETENAGALISTRIKAN
UPDATE INFRASTRUKTUR BIDANG KETENAGALISTRIKAN Oleh : Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Pada acara : Executive Briefing: Updates on Infrastructure Service Development in Indonesia (Sektor Energi Ketenagalistrikan)
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PERCEPATAN AKSES ENERGI DI INDONESIA: OPSI PELUANG DAN TANTANGANNYA Jakarta, 4 Februari 2016 OUTLINE 1 PENDAHULUAN 2 KONDISI
Lebih terperinciKelistrikan Yang Adil Dan Sehat ( )
Kelistrikan Yang Adil Dan Sehat Untuk Masyarakat Dan Negara (2015 2019) Diskusi >Untuk Indonesia Yang Lebih BaikD FGD Forum Alumni ITB E81 Jakarta, 02 September 2014 Gap Antara Infrastruktur Dan Permintaan
Lebih terperinciCoffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN () Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan Ruang Samaun Samadikun Lt.
Lebih terperinciRencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017
Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 Pengembangan Energi Nasional Prioritas pengembangan Energi nasional
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan
Lebih terperinciPERSPEKTIF PEMBANGUNAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA. Lia Putriyana dan Arfie Ikhsan Firmansyah
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA Lia Putriyana dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi
Lebih terperinciProgram Pembangunan Pembangkit MW dan Transmisi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Program Pembangunan Pembangkit 35.000 MW dan Transmisi Bahan Siaran Pers Jakarta, 25 Juni 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Kronologis Program 35.000
Lebih terperinciPemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia
Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. 19 Tahun 2017) Direktur Pembinaan
Lebih terperinciKRISIS LISTRIK DAN PROGRAM 35 RIBU MW. Oktofriawan Hargiardana
KRISIS LISTRIK DAN PROGRAM 35 RIBU MW Oktofriawan Hargiardana Biro Perencanaan dan Kerja Sama, Sekretariat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral argi1010@yahoo.com S A R I Seiring dengan
Lebih terperinciPENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO)
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN PENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO) 2017-2026 disampaikan oleh: Alihuddin Sitompul
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI
KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH PERBATASAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Jakarta 10 September 2015 Daftar Isi 1. Pendahuluan 2. Kondisi Saat
Lebih terperinciKESIAPAN BADAN USAHA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Oleh : Puji Muhardi Ketua Umum PP APEI
KESIAPAN BADAN USAHA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PEMBANGKIT 35.000MW Oleh : Puji Muhardi Ketua Umum PP APEI Seiring dengan program Pemerintah untuk membangun Pembangkit Tenaga Listrik sebesar 35.000 MW
Lebih terperinciPulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia
TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)
Lebih terperinciEFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH
EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang
Lebih terperinciKEHANDALAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEHANDALAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA Disampaikan oleh Hasril Nuzahar Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 2015 PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 2015 PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA LAPORAN AKHIR 2015 2 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK 1. PENDAHULUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM SEKTOR KETENAGALISTRIKAN [Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan]
Lebih terperinciKebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan
Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan
Lebih terperinci2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T
No.713, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tenaga Listrik. Uap Panas bumi. PLTP. Pembelian. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di
Lebih terperinciData yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,
Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2015 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan selama tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya. Data yang disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012,
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kebutuhan listrik masyarakat Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN 2013-2022, antara tahun 2008 dan 2012, penjualan listrik meningkat dari
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN
Lebih terperinciDisampaikan pada: Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Persero) Electricity For A Better Life
Disampaikan pada: Seminar Nasional Energi dan Kelistrikan serta Teknologi Informasi Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Oleh : Eddie Widiono Msc. - Dirut PT PLN (Persero( Persero) 1 PT PLN
Lebih terperinciOPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL Konferensi Informasi Pengawasan Oleh : Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Jakarta, 12
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008
RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah..
No.427, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah.. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM
REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017 1) Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pembangkit Tenaga Listrik
Lebih terperinciPerkembangan Kelistrikan Indonesia dan Kebutuhan Sarjana Teknik Elektro
Perkembangan Kelistrikan Indonesia dan Kebutuhan Sarjana Teknik Elektro Dr. HERMAN DARNEL IBRAHIM Direktur Transmisi dan Distribusi PLN I MADE RO SAKYA Ahli Operasi Sistem - PLN Electricity For A Better
Lebih terperinciSMI s Insight Triwulan II
SMI s Insight 2016 - Triwulan II Untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mencapai target rasio elektrifikasi, diperlukan tambahan kapasitas sekitar
Lebih terperinciRENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1213 K/31/MEM/2005 TENTANG RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN NASIONAL DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JAKARTA, 25 April
Lebih terperinciDEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar
Lebih terperinciISSN : NO
ISSN : 0852-8179 NO. 02701-150430 02701-150430 Statistik PLN 2014 Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2014 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN
INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Raya Palima Pakupatan, Curug Serang; Telp / Fax : 0254
Lebih terperinciKEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU
KEBIJAKAN & RPP DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN Oleh: Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Direktorat Jenderal Listrik ik dan Pemanfaatan Energi - DESDM Disampaikan pada: Workshop Peran
Lebih terperinciSistem Tenaga Listrik. 4 sks
Sistem Tenaga Listrik 4 sks TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2016 SUMBER DAYA ENERGI. Percepatan Pembangunan. Infrastruktur Ketenagalistrikan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat
Lebih terperinciRENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN NASIONAL 2008 s.d. 2027
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 2682 K/21/MEM/2008 TENTANG RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN NASIONAL 2008 s.d. 2027 DEPARTEMEN
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017
PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN 23 Oktober 2017 1 Minyak Solar 48 (Gas oil) Bensin (Gasoline) min.ron 88 Rp.7 Ribu Rp.100 Ribu 59 2 Progress dan Roadmap BBM Satu Harga Kronologis
Lebih terperinciSISTEM TENAGA LISTRIK
SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah
Lebih terperinciAnalisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat
37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important
Lebih terperinciRencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2015-2024. iii
iii iv v vi vii KATA PENGANTAR Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2015-2024 ini disusun untuk memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan
Lebih terperinciANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL
ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas
Lebih terperinciMANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI
MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI 1. Kondisi Kelistrikan Saat Ini Sistem Jawa-Bali merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan tegangan ekstra tinggi 500 kv yang membentang
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA TAHUN 2017
LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jakarta 2018 0 KATA SAMBUTAN S egala puji dan rasa syukur
Lebih terperinciKEBIJAKAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN NASIONAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEBIJAKAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN NASIONAL #energiberkeadilan Jakarta, 1 November 2017 1 TUJUAN PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN (UU 30/2009 tentang Ketenagalistrikan)
Lebih terperinciEKSPOSE DINAS PERTAMBANGAN & ENERGI PROVINSI SUMATERA UTARA
EKSPOSE DINAS PERTAMBANGAN & ENERGI PROVINSI SUMATERA UTARA KONDISI KELISTRIKAN SUMATERA UTARA Berikut ini data pembangkit terpasang di Sumatera Utara yang memasok listrik ke sistem SUMBAGUT: No Lokasi
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017 1) Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pembangkit Tenaga Listrik
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Indonesia Energy Roadmap 2017-2025 Jakarta, 25 Januari 2017 1 1 Daftar Isi I.
Lebih terperinciPERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA
PERCEPAT PROYEK 35.000 MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA www.detik.com Untuk mempercepat realisasi proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (mw), pemerintah melakukan berbagai cara. Saat memimpin rapat
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
No.127, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG HARGA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK OLEH PT PLN (PERSERO) DARI PEMBANGKIT
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009
INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan
Lebih terperinciESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
1. INDIKATOR MAKRO 2010 2011 2012 No Indikator Makro Satuan Realisasi Realisasi Realisasi Rencana / Realisasi % terhadap % terhadap APBN - P Target 2012 1 Harga Minyak Bumi US$/bbl 78,07 111,80 112,73
Lebih terperinciDUKUNGAN KEMENTERIAN ESDM TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
DUKUNGAN KEMENTERIAN ESDM TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN disampaikan oleh Staf Ahli Menteri Bidang Investasi dan Pengembangan Infrastruktur MUSRENBANG PENYUSUNAN
Lebih terperinciPOTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan
Lebih terperinciPerpres No. 41 Tahun 2016 Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi oleh Prof. Syamsir Abduh (AUPK)
Perpres No. 41 Tahun 2016 Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi oleh Prof. Syamsir Abduh (AUPK) 1 1 LANDASAN HUKUM UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi Pasal 6 Pasal 12
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa energi listrik memiliki peran yang strategis dalam mendukung kehidupan
Lebih terperinciProgram Pengembangan Pembangkit MW dan Kesiapan Infrastruktur Sistem Jawa Bali
Program Pengembangan Pembangkit 35.000 MW dan Kesiapan Infrastruktur Sistem Jawa Bali E. HARYADI General Manajer PT. PLN (PERSERO) P3B Jawa Bali Seminar Nasional Ketenagalistrikan dan Aplikasinya (SENKA)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjadi cakupan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Umum Provinsi Administratif Kalimantan Tengah terbentuk pada tahun 1950, sejak saat itu munculah berbagi aspirasi kalangan masyarakat di Kalimantan Tengah untuk mendirikan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciDr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1 Pendahuluan Energi Primer Kelistrikan 3 Energy Resources Proven Reserve Coal 21,131.84 million tons Oil Natural Gas (as of 2010) 3,70
Lebih terperinciANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA
ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA Indyah Nurdyastuti ABSTRACT Energy demand for various economic sectors in Indonesia is fulfilled by various energy sources, either
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta
Lebih terperinciRENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO) PLTA Koto Panjang, Sumatra
RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO) 2015-2024 PLTA Koto Panjang, Sumatra LAMPIRAN A.10 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN (Persero) DI PROVINSI LAMPUNG A10.1. KONDISI
Lebih terperinciPLN Dari 1973 Sampai 2005
PLN Dari 1973 Sampai 25 Sudaryatno Sudirham Tulisan ini dibuat pada waktu penulis masih aktif sebagai Tenaga Ahli Teknik Dewan Komisaris PT PLN (Persero) 1. Pendahuluan Berikut ini disajikan rangkuman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena
Lebih terperinciSENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA
SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA La Ode Muhammad Abdul Wahid ABSTRACT Electricity demand has been estimated to grow in the growth rate
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010
RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi Nasional merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Informasi Energi dan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN
RENCANA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KEBERLANJUTANNYA DI NTT Oleh : Ir. Wayan Darmawa,MT Kepala Bappeda NTT 1 KONDISI UMUM PEMBANGUNAN NTT GAMBARAN UMUM Letak Geografis
Lebih terperinciMEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Oleh: Kardaya Warnika Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana Panel Discussion Time To Act : Accelerate The Implementation Of Renewable
Lebih terperinciPELUANG INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN
` PELUANG INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN 2017-2021 Sub Direktorat Investasi Ketenagalistrikan Direktorat Pembinaan Program Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Peluang Investasi
Lebih terperinciPERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL
PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan ekonomi dan penduduk di Indonesia. Kebutuhan tenaga listrik meningkat setiap tahun. Berdasarkan
Lebih terperinciIndonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik
PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 28 Oktober 2016. Indonesia: Akses Energi erkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik Nama Akses Energi erkelanjutan
Lebih terperinciTabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi
Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect
Lebih terperinciPENCAPAIAN TAHUN 2015
ESDM Dalam Angka PENCAPAIAN TAHUN 2015 Jakarta, 29 Desember 2015 1 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Daftar Isi 3 4-5 6-8 9-11 12 13 14 15 16 17-18 7 Perubahan Sistemik Energi Baru, Terbarukan
Lebih terperinci