BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti
|
|
- Liana Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Banyak penelitian telah dilakukan mengenai keandalan sistem tenaga listrik. Perkiraan beban mendapat perhatian yang cukup besar terutama guna perencanaan penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti keandalan berdasarkan perkiraan beban dan rencana operasi oleh PLN. (Meliopoulos dkk, 2005) meneliti keandalan sistem di sisi transmisi dan distribusi tenaga listrik. (Cheng dkk, 2009) meneliti model sistem keandalan dengan metode graph dimana model terdiri dari 3 level hirarki seperti pada gambar 2.1. Gambar 2.1. Model Level Hirarki Keandalan Sistem (Cheng dkk, 2009). Pada tugas akhir ini akan diteliti keandalan sistem pada level I disebut sebagai bulk power level, sebagaimana penelitian yang dilakukan Zein, dkk dan Subekti, dkk. Perbedaannya pada penelitian terdahulu menganalisa perkiraan ketersediaan daya sistem secara global sedangkan pada penelitian ini dianalisa 5
2 keandalan sistem dengan memasukkan faktor operasi unit pembangkit dalam setahun. 2.1 Daya Tersedia Dalam Sistem Daya tersedia dalam sistem tenaga listrik haruslah cukup untuk melayani kebutuhan teanga listrik dari pelanggan. Daya bergantung kepada daya terpasang unit-unit pembangkit dalam sistem dan juga bergantung pada kesiapan operasi unit-unit tersebut. Berbagai faktor seperti gangguan kerusakan dan pemeliharaan rutin, menyebabkan unit pembangkit menjadi tidak siap operasi. Keandalan operasi sistem tidak hanya bergantung pada cadangan daya tersedia dalam sistem tetapi juga pada besar kecilnya nilai FOR per tahun dari unit-unit pembangkit yang beroperasi. Keandalan operasi sistem akan makin tinggi apabila daya tersedia dalam sistem makin terjamin. Tingkat jaminan tersedianya (availability) dalam sistem bergantung pada : a. Besarnya cadangan daya tersedia b. Besarnya Forced Outage Hours unit pembangkit dalam satu tahun Ukuran sering tidaknya unit pembangkit mengalami gangguan dinyatakan dengan Forced Outage Rate (FOR) atau unavailabilty.... (1)... (2) Keterangan : Ut : jam unit terganggu Ub : jam unit beroperasi 6
3 Konsep unavailibility (FOR) dan availability ditunjukkan pada persamaan (1) dan (2). Apabila sebuah unit pembangkit mempunyai FOR = 0,07 maka kemungkinan unit ini beroperasi adalah sesuai rumus availibility atau 1-0,07 FOR, sedangkan kemungkinan mengalami gangguan adalah 0,07 sesuai dengan nilai FORnya. Dengan demikian maka besarnya cadangan daya tersedia yang bisa diandalkan bergantung juga pada FOR unit-unit pembangkit. Makin kecil FOR nya makin tinggi jaminan yang didapat, sebaliknya makin besar FOR makin kecil jaminan yang didapat. Apabila sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa pusat tenaga listrik maka tingkat jaminan tersedianya daya dalam sistem bergantung pada komposisi unit-unit pembangkit yang ada dalam sistem. Apabila sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa pusat listrik dan setiap pusat listrik terdiri dari beberapa unit pembangkit maka tingkat jaminan tersedianya daya dalam sistem bergantung pada komposisi unit-unit pembangkit yang ada dalam sistem. Contoh sebuah sistem yang terdiri dari empat unit : Tabel 2.1 Contoh sistem terdiri empat unit pembangkit NO UNIT DAYA FOR KW KW KW KW
4 Menentukan banyak kombinasi yang terjadi dalam operasi sistem tenaga listrik sebagimana persamaan berikut : Banyak kombinasi = 2 n...(3) Keterangan : n = banyaknya pembangkit Dengan empat unit pembangkit ada 2 4 = 16 kombinasi pembangkit yang bisa terjadi dalam operasi sistem ditinjau dari segi penyediaan daya. Setiap kombinasi dapat dihitung kemungkinan terjadinya dengan menggunakan FOR seperti pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Kombinasi Empat Pembangkit No UNIT pembangkit Besar daya ( W ) KEMUNGKINAN (1-0,01)(1-0,06)(1-0,06)(1-0,05) = 0, ,01(1-0,06)(1-0,06)(1-0,05) = 0, (1-0,01) 0,06(1-0,06)(1-0,05) = 0, (1-0,01)(1-0,06)0,06(1-0,05) = 0, (1-0,01)(1-0,06)(1-0,06)0,05 = 0, (0,01)( 0,06)(1-0,06)(1-0,05) = 0, (1-0,01)(0,06)(0,06)(1-0,05) = 0, (1-0,01)(1-0,06)(0,06)(0,05) = 0, (0,01)(1-0,06)(1-0,06)(0,05) = 0, (0,01)(1-0,06)(0,06)(1-0,05) = 0, (1-0,01)(0,06)(1-0,06)(0,05) = 0, (1-0,01)(0,06)(0,06)(0,05) = 0, (0,01)(1-0,06)(0,06)(0,05) = 0, (0,01)(0,06)(1-0,06)(0,05) = 0, (0,01)(0,06)(0,06)(1-0,05) = 0, (0,01)(0,06)(0,06)(0,05) = 0, TOTAL = 1, Keterangan : Unit yang diberi simbol (1), yaitu unit yang beroperasi. Unit yang diberi simbol (0), yaitu unit yang mengalami outage. 8
5 Dengan menggunakan hasil-hasil tertulis yang terdapat pada tabel 2.2 dapat disusun tabel 2.3 yang menggambarkan kemungkinan forced outage serta besarnya daya yang bersangkutan untuk sistem dengan empat unit pembangkit. Tabel 2.3 Besar daya outage dan kemungkinannya. Besar daya outage (MW) Kemungkinan = = = = Apabila dalam sistem ditambahkan unit ke 5 dengan daya sebesar 1500 KW dan nilai FOR = 0,05 maka dengan cara serupa penyusunan tabel akan didapatkan 25 = 32 kombinasi yang akan terjadi. Kemungkinan terjadinya 16 kombinasi dengan unit ke 5 beroperasi adalah kombinasi yang ada pada tabel 2.2 dikalikan dengan nilai 1-FOR unit ke-5. Selanjutnya 16 kombinasi yang lain dengan unit ke-5 tidak beroperasi karena outage adalah kombinasi yang ada pada tabel 2.2 dikalikan dengan nilai FOR unit ke-5. Selanjutnya dari perhitungan ini bisa diisi pula kolom besarnya daya yang beroperasi yaitu 16 9
6 kombinasi masing-masing seperti tabel 2.2 ditambah 1500 MW dan 16 kombinasi yang lainnya ditambah 0 MW. Secara umum uraian diatas dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut : YN ={(YN-1+X ) dan (YN-1+0)}... (4) Keterangan: YN : Angka-angka yang menunjukkan besar daya beroperasi setelah ada unit ke-n YN-1 : Angka-angka yang menunjukkan besar daya sebelum ada unit ke-n (pada contoh uraian diatas angka-angka ini adalah angka-angka besar daya pada tabel 2.3 X : Daya unit ke n Kemungkinan terjadinya daya N setelah ada unit ke-n untuk angka-angka daya N dalam persamaan (3) adalah: PN (YN-1+X ) = PN-1 ( YN-1) (1-FORN)...(5) PN (YN-1+0 ) = PN-1( YN-1) ( FORN)...(6) Keterangan: PN : Kemungkinan terjadinya setelah ada unit ke-n PN-1 : Kemungkinan terjadinya sebelum ada unit ke-n FORN : Forced outage rate unit ke-n Dengan menggunakan persamaan-persamaan diatas untuk sistem tenaga lisrik dengan n pembangkit dapat dihitung kemungkinan terjadinya setiap kombinasi daya yang terjadi. Nilai cadangan daya tersedia dalam sistem dapat 10
7 dihitung juga. Jika cadangan daya bernilai negatif maka akan terjadi pemadaman dalam sistem. 2.2 Konsep Umum Keandalan Keandalan adalah kemungkinan bekerjanya suatu peralatan atau sistem sesuai dengan fungsinya dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi operasi tertentu. Keandalan sistem tenaga listrik merupakan suatu ukuran tingkat pelayanan sistem terhadap pemenuhan kebutuhan energi listrik konsumen. Ada empat faktor yang berhubungan dengan keandalan, yaitu probabilitas, bekerja sesuai dengan fungsinya, periode waktu dan kondisi operasi. a. Probabilitas (probability) Probabilitas (probability) adalah suatu ukuran yang dapat dinyatakan secara angka dengan nilai antara 0 dan 1 atau antara 0 dan 100%. b. Bekerja sesuai dengan fungsinya/unjuk kerja Faktor yang menandakan perlunya diadakan kriteria-kriteria tertentu untuk menyatakan peralatan atau sistem beroperasi secara memuaskan. c. Periode waktu Faktor yang menyatakan ukuran dari periode waktu yang digunakan dalam pengukuran probabilitas. d. Kondisi Operasi Faktor ini menyatakan pada kondisi operasi yang dilakukan untuk mendapatkan angka keandalan. 11
8 Suatu unit pembangkit dapat keluar dari sistem operasi tenaga listrik, sehingga tidak dapat membangkitkan energi listrik untuk mensuplai daya listrik. Dalam keadaan ini, unit pembangkit mengalami outage. Outage (pelepasan) adalah keadaan dimana suatu komponen tidak dapat bekerja sesuai fungsinya. 2.3 Keandalan Sistem Tenaga Listrik Dalam sistem tenaga listrik, pembangkit listrik sebagai produsen dan beban listrik sebagai konsumen memiliki hubungan yang erat dan saling berketergantungan. Jumlah daya listrik yang diproduksi setiap waktu harus sama dengan kebutuhan beban yang terpasang. Jumlah produksi yang tidak sama dengan kebutuhan beban akan membawa dampak teknis dan ekonomis. Jumlah produksi yang melebihi beban secara teknis akan menaikkan frekuensi listrik diatas 50 hz dan secara ekonomis mengakibatkan pemborosan energi. Sebaliknya jumlah produksi yang kurang dari kebutuhan beban akan menurunkan frekuensi listrik dan bahkan dapat mengakibatkan pemadaman atau pelepasan beban. Ketersediaan dan keberlangsungan suplai energi perlu dijamin dengan keandalan sistem yang baik. Keandalan adalah probabilitas dari perangkat atau sistem untuk melakukan fungsinya secara memadai, dalam periode waktu tertentu, di bawah kondisi operasi yang tertentu pula. Di sini data pengamatan masa lalu berguna untuk membuat perkiraan kinerja di masa depan (Prada, José Fernando, 1999). 12
9 Keandalan sistem memiliki aspek kuantitas dan kualitas. Aspek kuantitas berupa jumlah cadangan daya listrik sedangkan aspek kualitas berupa nilai kinerja unit pembangkit listrik. Cadangan daya listrik diperoleh bila jumlah kapasitas daya semua unit yang beroperasi lebih besar dibandingkan jumlah daya kebutuhan beban. Aspek kuantitas ini dapat dicapai dengan perencanaan operasi unit pembangkit dengan memperhatikan perkiraan beban yang akan terjadi. Tentunya semakin besar cadangan yang disediakan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan (Marsudi, 2006). Nilai kinerja pada unit pembangkit diambil dari jumlah durasi gangguan unit per satuan waktu, biasanya dalam satu tahun, dalam istilah asing disebut dengan forced outage rate (FOR) yaitu kemungkinan terjadinya gangguan pada unit tersebut dalam persen atau angka desimal. Misalkan suatu unit memiliki kapasitas daya 100 MW dan FOR 0,01 berarti probabilitas terjadinya gangguan pada unit tersebut sebesar 0,01 atau 1%. Hal ini berarti pula probabilitas terjadinya kehilangan kapasitas daya sebesar 100 MW juga 1%. Dalam sistem interkoneksi, sejumlah unit terhubung dalam satu sistem sehingga untuk probabilitas kehilangan sejumlah kapasitas daya dihitung dari total probabilitas gangguan pada unit berkaitan dengan jumlah kapasitas daya yang dimaksud. Untuk mempertahankan kinerja unit pembangkit, harus dilakukan pemeliharaan setelah periode tertentu pelayanan. Jadwal pemeliharaan yang tidak optimal berdampak pada biaya produksi yang lebih tinggi dan menurunkan keandalan sistem. Selain itu jadwal pemeliharaan yang tidak 13
10 optimal mempengaruhi fungsi perencanaan operasi juga tidak optimal, termasuk penjadwalan bahan bakar, pemanfaatan optimal sumber daya air, perencanaan pengembangan sistem tenaga listrik, perhitungan kehandalan dan biaya produksi. Pertimbangan-pertimbangan tersebut mendorong adanya pengembangan strategi yang mampu merumuskan jadwal optimal pemeliharaan unit pembangkit. Jadwal pemeliharaan pembangkit yang optimal meningkatkan keandalan sistem operasi, mengurangi biaya pembangkit listrik dan memperpanjang umur pakai unit pembangkit. Selain itu, jadwal perawatan dioptimalkan berpotensi menunda beberapa pengeluaran modal untuk pabrik baru dan memungkinkan pekerjaan pemeliharaan penting untuk dilakukan. Selama beberapa dekade yang lalu dipakai metode empiris untuk membuat analisa tingkat keandalan yang cukup memuaskan yaitu perhitungan tanpa memasukkan rencana pengeluaran unit pembangkit dari sistem untuk pemeliharaan. Perkembangan sistem tenaga listrik yang semakin besar dan semakin kompleks memerlukan teknik analisa yang lebih tepat yaitu dengan memasukkan jadwal pemeliharaan unit pembangkit. Hal ini berarti koordinasi operasi dan pemeliharaan mesti dibuat sebaik mungkin. Dalam subbab 2.1 telah dibahas mengenai kombinasi kemungkinan terjadinya forced outage dalam sistem berkembang dengan bertambahnya unit pembangkit. Besarnya daya yang mungkin mengalami forced outage juga dapat dihitung sesuai perkembangan sistem seperti tertulis dalam tabel 2.3. Berbeda dengan subbab 2.2 pendekatan akan kita lakukan dari segi 14
11 besarnya daya yang mengalami forced outage mulai dari sistem yang mempunyai satu unit pembangkit, dua unit pembangkit dan seterusnya dengan mengunakan unit-unit pembangkit yang terdapat pada tabel 2.1. A. Sistem terdiri dari Unit 1 saja Tabel 2.4 Sistem terdiri unit 1 KW on outage Kemungkinan terjadinya 0 (1-FOR1)= FOR1=0.01 Pada Tabel 2.4 dan Tabel-Tabel berikutnya kolom KW on outage dibuat dengan kenaikan 250 KW. B. Sistem terdiri dari Unit 2 saja Tabel 2.5 Sistem terdiri unit 2 KW on outage Kemungkinan terjadinya 0 (1-FOR2)= FOR2=0.06 Dari tabel 2.4 dan tabel 2.5 dapat disimpulkan bahwa : 1) Nilai dari KW on outage x yang tidak sama dengan nilai daya unit pembangkit kemungkinan terjadinya adalah nol 2) Nilai KW on outage = 0 kemungkinan terjadinya = 1- FOR 15
12 3) Nilai KW on outage = daya unit pembangkit, kemungkinan terjadinya = FOR C. Sistem terdiri Unit 1 dan Unit 2 Tabel 2.6 Sistem terdiri dari unit 1 dan unit 2 KW on outage Kemungkinan terjadinya 0 (1-FOR1) (1-FOR2)= FOR1 (1-FOR2)= (1-FOR1) FOR2 = FOR1 FOR2 = Total Dari tabel 2.4, tabel 2.5 dan tabel 2.6 terdapat ada hubungan sebagai berikut; 1) Dari nol KW on outage yang merupakan nilai permulaan pada tabel 2.6 kemungkinan terjadinya = (1-FOR1) (1-FOR2) 2) Nilai KW terbesar on outage pada tabel 2.6 merupakan penjumlahan dari nilai terbesar on outage pada tabel 2.4 dan tabel 2.11 yaitu 500 KW KW=1500 KW kemungkinan terjadinya = FOR1 FOR2 3) Nilai KW on outage untuk tabel 2.6 yang berada diantara nol dan nilai terbesar 1500 KW kemungkinan terjadinya KW on outage adalah sebagai berikut: 16
13 a. Apabila tabel 2.4 maupun tabel 2.5 masing-masing nilainya= 0 maka tabel 2.6 juga bernilai= 0 b. Apabila hanya disalah satu tabel 2.4 atau tabel 2.5 bernilai nol maka tabel 2.6 bernilai = nilai salah satu tabel yang yang tidak sama dengan nol kali (1- FOR) unit dari yang bernilai nol Uraian diatas digambarkan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.7 Perbandingan antara tabel 2.4, tabel 2.5 dan tabel 2.6 KW on Kemungkinan terjadinya outage Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel FOR1= FOR2=0.94 (1-FOR1) (1-FOR2) = FOR1= FOR1 (1-FOR2) = FOR2=0.06 (1-FOR1) FOR2 = S e 0 0 FOR1 1-FOR2 = Sekarang kita tinjau apabila dalam sistem yang terdiri dari dua unit pembangkit ini ditambahkan dengan unit ke 3. 17
14 D. Sistem terdiri dari Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Tabel 2.8 Sistem terdiri dari unit 1, unit 2 dan unit 3 KW on outage Kemungkinan terjadinya 0 (1-FOR1) (1-FOR2) (1-FOR3) = FOR1 (1-FOR2)(1-FOR3) = (1-FOR1) FOR2(1-FOR3) + (1-FOR1) (1-FOR2) FOR3 = FOR1 FOR2(1-FOR3)+FOR1 (1-FOR2) FOR3 = (1-FOR1) FOR2 FOR3 = FOR1 FOR2 FOR3= total =1.000 Akan kita tinjau bagaimana tabel 2.6 untuk sistem yang terdiri dari unit 1 dan unit 2 berkembang menjadi tabel
15 Tabel 2.9 Perbandingan antara tabel 2.6 dan tabel 2.8 KW on Kemungkinan terjadinya outage Tabel 2.6 Tabel (1-FOR1) (1-FOR2) = (1-FOR1) (1-FOR2)(1-FOR3) = FOR1 (1-FOR2) = FOR1 (1-FOR2)(1-FOR3) = (1-FOR1) FOR2 = (1-FOR1) FOR2(1-FOR3) + (1-FOR1) (1-FOR2) FOR3 = FOR1 1-FOR2 = FOR1 FOR2(1-FOR3) +FOR1 (1-FOR2) FOR3= (1-FOR1) FOR2 FOR3 = FOR1 FOR2 FOR3= Dari tabel 2.9 dapat disimpulkan bahwa: 1) KW on outage dari tabel 2.8 yang sama dengan KW on outage tabel 2.6 kemungkinan terjadinya harus dikalikan (1-FOR ). 2) KW on outage dari tabel 2.8 adalah KW on outage tabel 2.6 ditambah dengan: Nilai nol, selanjutnya kemungkinan terjadinya adalah seperti pada Tabel 2.6 dikalikan dengan (1-FOR3). 19
16 Nilai KW unit 3, selanjutnya kemungkinan terjadinya adalah seperti Tabel 2.6 dikalikan FOR3. 3) Jika dalam sistem terdapat s unit yang mempunyai kapasitas sama, maka dalam perhitungan kemungkinan terjadinya KW on outage ada s nilai KW on outage yang mengandung penjumlahan dari s suku. Dengan menggunakan pengertian-pengertian hasil analisa pada Tabel 2.7 dan Tabel 2.9 maka dapat disimpulkan sebagai beikut; Tabel n unit = {Tabel (n-1) unit+0}...(7) {Tabel (n-1) unit+pn}...(8) Keterangan : Pn : kapasitas unit ke-n Sedangkan kolom kemungkinan terjadinya adalah: Untuk tabel (n-1) unit + 0 = kemungkinan terjadinya pada tabel (n-1) unit kali (1-FORn). Untuk tabel( n-1) unit + Pn adalah sama dengan, persamaan 7 dan 8, persamaan 5 dan 6. Dengan menggunakan kesimpulan-kesimpulan diatas kita hitung tabel 2.10 untuk sistem dengan 4 unit. Unit keempat mempunyai kapasitas 1250 KW dengan FOR=
17 Tabel 2.10 Sistem empat unit pembangkit KW on outage Kemungkinan terjadinya outage (1-FOR4) = (1-FOR4) = (1-FOR4) = (1-FOR4) = (1-FOR4) = (1-FOR4) = FOR4 = FOR4 = FOR4 = FOR4 = FOR4 = FOR4 = Pada perhitungan angka-angka kolom kemungkinan terjadinya outage Tabel 2.10 tidak ada penjumlahan seperti halnya pada Tabel 2.8. hal ini disebabkan karena tidak ada unit lain yang menyamai kapasitas unit 1250 KW. 21
18 Pemilihan langkah KW on outage sebesar 250 KW tampaknya banyak meimbulkan baris nol. Baris nol ini akan hilang apabila unit berikutnya berkapasitas 250 KW. Apabila baris nol dihilangkan maka Tabel 2.10 menjadi Tabel 2.3. Dengan mengingat kaidah-kaidah yang berlaku mengenai perkembangan tabel KW on outage seperti pada subbab 2.4, khusunya persamaan (7) dapat dibuat tabel KW on outage beserta kemungkinan terjadinya untuk n unit pembangkit secara berangsur-angsur. Suatu sistem tertentu jumlah unit pembangkitnya tertentu, dapat dihitung kemungkinan terjadinya forced outage tertentu untuk KW atau MW tertentu. Apabila beban sistem ini naik tetapi unit pembangkitnya tidak ditambah, maka LOLP = p t akan bertambah besar. 2.4 Probabilitas Kehilangan Beban Penjadwalan pemeliharaan unit pembangkit dalam sistem tenaga merupakan masalah optimasi kombinatorial berskala besar dengan fungsi objektif dan kendala yang non linear. Probabilitas kehilangan beban dalam istilah asing disebut Loss Of Load Probability (LOLP), menunjukkan indeks resiko sistem. Nilai tahunan LOLP ini menjadi fungsi objektif yang perlu diminimalkan. Konsep pendekatan dalam menghitung LOLP terdiri dari tiga bagian yaitu model perhitungan untuk kapasitas daya, model perhitungan untuk beban dan model perhitungan untuk resiko gangguan. Kapasitas daya dan beban keduanya mempunyai resiko gangguan. Gangguan ini dapat 22
19 mengakibatkan sistem kehilangan beban. Sehinggan menurunkan keandalan sistem. Besarnya beban dipengaruhi dari besarnya daya yang tersedia. Karena setiap saat beban dapat meningkat, maka pasokan daya jg harus ditingkatkan mengikuti beban. (Billinton, 1996) menyebut ini secara berurutan sebagai generation model, load model dan risk model seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Konsep perhitungan LOLP (Billinton, 1996). Pendekatan untuk perhitungan kapasitas daya (generation model) dibentuk dari data kapasitas daya dalam sistem dengan probabilitas terjadinya pemadaman ditunjukkan pada gambar
20 Gambar 2.3. Diagram Kesiapan Unit Pembangkit untuk Perhitungan Kapasitas Daya Sistem(Marsudi, 2006). Pendekatan untuk perhitungan beban (load model) dibentuk dari kurva variasi beban puncak harian, berupa fungsi beban terhadap waktu setiap hari, kemudian dikonversi dalam bentuk kurva durasi beban, yang mewakili durasi beban dalam suatu periode tertentu. Gambar 2.4. Kurva beban harian dan kurva durasi untuk Perhitungan Beban (Marsudi, 2006). 24
21 Gambar 2.5. Perpotongan Kapasitas Daya dengan Kurva Durasi Beban untuk Perhitungan Resiko LOLP. Resiko indeks LOLP dihitung dengan cara mencari perkiraan jumlah hari dimana beban puncak harian akan melebihi kapasitas tersedia. LOLP = P x t...(9) Keterangan : LOLP : nilai LOLP. P : probabilitas kehilangan beban. P = nilai mutlak/absolute dari perkalian (nilai kombinasi1- FOR1).(nilai kombinasi2-for2).(nilai kombinasi ke-n FOR ke-n) t : waktu kehilangan beban. Kurva durasi beban digunakan untuk menghitung indeks LOLP dinyatakan dalam jumlah hari dalam periode yang ditentukan ketika beban diperkirakan melebihi kapasitas pembangkit yang tersedia. Indeks ini mengukur kecukupan keseluruhan unit pembangkit untuk memenuhi total 25
22 beban sistem, tidak mempertimbangkan kendala transmisi atau sumber energi yang tersedia dalam sistem. Nilai LOLP dapat diperkecil dengan menambah daya terpasang atau menurunkan nilai Forced Outage Rate (FOR) unit pembangkit, karena dua langkah ini dapat memperkecil probabilitas daya tersedia b pada gambar 1 menjadi terlalu rendah sehingga memotong kurva lama beban dengan nilai t yang lebih lama. Penentuan besarnya nilai LOLP dari suatu sistem harus mempertimbangkan besarnya peran penyediaan tenaga listrik pada sistem tersebut atau dengan kata lain berapa besar kerugian yang dialami pemakai energi listrik (konsumen) apabila terjadi interupsi atau gangguan penyediaan pasokan energi listrik. Misalnya dalam sitem yang berupa sebuah PLTD dengan bebeapa unit pembangkit yang memasok tenaga listrik kesebuah pabrik. LOLP dari sistem ini ditentukan dengan mempertimbangkan berapa kerugian yang timbul apabila pabrik mengalami gangguan pasokan tenaga listrik, yang dinyatakan dalam Rupiah per kwh terputus. Pada sistem yang besar seperti sistem tenaga listrik yang dikelola oleh PLN, penentuan nilai LOLP ini haruslah mempertimbangkan harga Rupiah per kwh terputus secara nasional. Hal ini disebabkan karena dengan terputusnya pasokan tenaga listrik dari PLN, berarti menimbulkan kerugian nasional. 26
23 Standar PLN mengenai LOLP adalah 3 hari per tahun untuk sistem interkoneksi Jawa (JAMALI) hari dan 5 hari per tahun untuk sistem di luar Jawa. 2.5 Perhitungan Kapasitas Daya dalam Sistem Perhitungan kapasitas daya dalam sistem tenaga listrik menggunakan perkiraan jumlah jam unit mengalami gangguan dalam istilah asing disebut force outage hours (FOH) dan perkiraan jumlah jam unit memberi pelayanan dalam istilah asing disebut service hours (SH) ditunjukkan pada diagram gambar 3. Selanjutnya nilai probabilitas kejadian unit pembangkit mengalami gangguan pada interval waktu tertentu dalam istilah asing disebut force outage rate (FOR) dihitung dengan persamaan berikut : 2.6 Tabel Probabilitas Daya Keluar dari Sistem Tabel probabilitas daya keluar dari sistem berisi kemungkinan tingkatan kapasitas daya yang keluar dari sistem dan yang tersedia dalam sistem. Probabilitas daya keluar dari sistem secara individual dihitung dengan mengalikan semua nilai FOR yang ikut menyumbang jumlah daya keluar dari sistem tertentu. Selanjutnya untuk perhitungan LOLP digunakan probabilitas kumulatif yaitu FOR untuk daya keluar dari sistem sama dengan atau lebih besar dari jumlah tertentu. 27
ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN
TECHNOLOGIC, VOLUME 5, NOMOR 2 ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN 2011-2013 Erwin Dermawan 1, Agus Ponco 2, Syaiful Elmi 3 Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik,
Lebih terperinciANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR
ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR Ridwan Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111, Email : ridwan_elect@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciLOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)
BIAStatistics (2015) Vol. 9, No. 2, hal. 7-12 LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) Yulius Indhra Kurniawan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B 1 Penilaian Keandalan Sistem Tenaga Listrik Jawa Bagian Timur Dan Bali Menggunakan Formula Analitis Deduksi Dan Sensitivitas Analitis
Lebih terperinciLOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)
LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) Yulius Indhra Kurniawan, Anindya Apriliyanti P Indonesia Power UBP Suralaya,
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI KEANDALAN PLTP YANG MEMASOK SUBSISTEM 150 KV JAWA BARAT PADA TAHUN 2019
STUDI KEANDALAN PLTP YANG MEMASOK SUBSISTEM 150 KV JAWA BARAT PADA TAHUN 2019 Abstrak Felycia Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta E-mail: felyciaa@gmail.com Tingkat
Lebih terperinciStudi Keandalan Ketersediaan Daya Pembangkit Listrik pada Jaringan Daerah X
Jurnal ELKOMIKA Vol. 5 No. 1 Halaman 93-105 ISSN (p): 2338-8323 Januari - Juni 2017 ISSN (e): 2459-9638 Studi Keandalan Ketersediaan Daya Pembangkit Listrik pada Jaringan Daerah X SYAHRIAL, KANIA SAWITRI,
Lebih terperinciBAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG
BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Waktu pengerjaan tugas akhir ini dimulai pada bulan Januari 2015, tempat
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Waktu pengerjaan tugas akhir ini dimulai pada bulan Januari 2015, tempat dilakukannya tugas akhir ini di Laboratorium Sistem Tenaga (STE) Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciOPTIMASI JADWAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA
OPTIMASI JADWAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Achmad Solichan 1* dan Moh Toni Prasetyo 1 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Uniersitas
Lebih terperinciKEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK AGUS R UTOMO DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA 1. PENGERTIAN DASAR Keandalan adalah kemungkinan suatu komponen atau suatu sistem menjalankan fungsinya
Lebih terperinciOptimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali
Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali T Ar Rizqi Aulia 1, I Made Ardita Y 2 Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021)
Lebih terperinciSTUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN
STUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN 2010-2020 Indar Chaerah Gunadin 1*, Zaenab Muslimin 2, Ikzan 3, Edy Sudrajat 4 Universitas Hasanuddin 1,2,3,4
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut beberapa penelitian mengenai keandalan sistem tenaga listrik yang pernah dilakukan sebagai rujukan penulis guna mendukung penyusunan
Lebih terperinciSuatu sistem tenaga listrik memiliki unit-unit pembangkit yang bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik agar beban dapat terlayani.
Suatu sistem tenaga listrik memiliki unit-unit pembangkit yang bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik agar beban dapat terlayani. Unit pembangkit dapat mengalami gangguan setiap waktu yang
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1 Keandalan dan Gangguan Sistem Tenaga Listrik
BAB II TEORI DASAR 2.1 Keandalan dan Gangguan Sistem Tenaga Listrik Tujuan dari sistem tenaga listrik adalah untuk membangkitkan energi listrik lalu kemudian mentransmisikan dan mendistribusikannya ke
Lebih terperinciStudi Keandalan Sistem Kelistrikan Hingga Level Beban Tegangan Menengah di PT.Pupuk Kalimantan Timur Nama : Prita Lukitasari NRP :
Presentasi Seminar Tugas Akhir (Genap 2011) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS Studi Keandalan Sistem Kelistrikan Hingga Level Beban Tegangan Menengah di PT.Pupuk Kalimantan Timur Nama : Prita
Lebih terperinciANALISA PENAMBAHAN IBT (INTER BUS TRANSFORMER) 500/150 KV GITET UNGARAN TERHADAP KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DI REGION JAWA TENGAH-DIY
ANALISA PENAMBAHAN IBT (INTER BUS TRANSFORMER) 500/150 KV GITET UNGARAN TERHADAP KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DI REGION JAWA TENGAH-DIY M Zainal Arifin H 1, Dr. Ir. Hermawan, DEA. 2, Susatyo Handoko,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi standar. Sistem distribusi yang dikelola oleh PT. PLN (Persero)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang, kelistrikan sudah menjadi salah satu hal terpenting dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya tergantung pada
Lebih terperinciAnalisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C. Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F
Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F 36 59 I. Latar Belakang Gambar 1. Diagram Satu Garis Instalasi Tenaga
Lebih terperinciSession 11 Interconnection System
Session 11 Interconnection System Tujuan Membahas persoalan-persoalan pembangkitan dalam sistem interkoneksi dalam kaitannya yang terjadi antara pusat-pusat listrik yang beroperasi dalam sistem interkoneksi,
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR
STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Masdin (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta12710 Telp./Fax: (021) 5204243,
Lebih terperinciANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN
ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN 2008-2017 Massus Subekti 1), Uno Bintang Sudibyo 2), I Made Ardit 3) Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti saat ini, energi listrik menjadi salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan masyarakat. Berbagai peralatan rumah tangga maupun industri saat ini
Lebih terperinciANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI
ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI E D Meilandari 1, R S Hartati 2, I W Sukerayasa 2 1 Alumni Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 2 Staff Pengajar Teknik Elektro,
Lebih terperinciANALISIS KEANDALAN DAN NILAI EKONOMIS DI PENYULANG PUJON PT. PLN (PERSERO) AREA MALANG
ANALISIS KEANDALAN DAN NILAI EKONOMIS DI PENYULANG PUJON PT. PLN (PERSERO) AREA MALANG Fery Praditama. 1, Ir. Teguh Utomo, MT. 2, Ir. Mahfudz Shidiq, MT³ 1 Mahasiswa Teknik Elektro, 2,3 Dosen Teknik Elektro,
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (PT ASTRA INDONESIA)
BAB II DESKRIPSI GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (PT ASTRA INDONESIA) 2.1. Gambaran Umum AUTO 2000 adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan
Lebih terperinciSimposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X
OPTIMASI JADWAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA Achmad Solichan 1* danmoh Toni Prasetyo 1 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hal ini akan menyebabkan permintaan energi listrik akan mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diimbangi dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kebutuhan energi listrik dari tahun ke tahun juga akan terus meningkat. Hal ini akan
Lebih terperinciSTUDI TENTANG INDEKS KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK WILAYAH JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI TENTANG INDEKS KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK WILAYAH JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Gunawan Eko Prasetyo*, Ir.Sulasno **, Susatyo Handoko, ST.MT ** Jurusan
Lebih terperinciYulius S. Pirade ABSTRAK
Media Litbang Sulteng 2 (1) : 29 33, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 STUDI KEANDALAN KELISTRIKAN KOTA PALU 2007 BERDASARKAN SYSTEM AVERAGE INTERRUPTION DURATION INDEX (SAIDI) DAN SYSTEM AVERAGE INTERRUPTION
Lebih terperinciAnalisa Kinerja Proteksi Gardu Induk Garuda Sakti Menggunakan Software Berbasis Visual Basic 6.0
Analisa Kinerja Proteksi Gardu Induk Garuda Sakti Menggunakan Software Berbasis Visual Basic 6.0 Shely Ayu Febriyanty*, Nurhalim**, Irsan Taufik Ali*** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik
Lebih terperinciPERHITUNGAN LOSS OF LOAD PROBABILITY (PROBABILITAS KEHILANGAN BEBAN) SISTEM TENAGA LISTRIK DI PT.PUPUK SRIWIDJAJA
Mikrotiga, Vol, No. 1 Januari 015 ISSN : 355-0457 PERHITUNGAN LOSS OF LOAD PROBABILITY (PROBABILITAS KEHILANGAN BEBAN) SISTEM TENAGA LISTRIK DI PT.PUPUK SRIWIDJAJA Rina Apriani 1*, Rudyanto Thayib 1 1
Lebih terperinciPERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT
PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Elektro Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik pada abad ini sudah merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa tergantikan. Karena pentingnya listrik ini, sistem yang menyuplai dan mengalirkan listrik ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem tenaga listrik. Operasi sistem tenaga listrik mencakup tentang bagaimana daya listrik dibangkitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan
Lebih terperinciSistem Tenaga Listrik
Sistem Tenaga Listrik Energi listrik yang dipakai tentunya harus bersifat efisien, efektif, bermutu dan bisa diandalkan. Berarti dalam pembangkitan dan penyaluran energi itu harus dilakukan secara ekonomis
Lebih terperinciPENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK. toto_sukisno@uny.ac.id
PENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK Operasi adalah pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR
STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 Telp./Fax: (021)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka
Lebih terperinciANALISA SISTEM SUPLAI ENERGI LISTRIK DITINJAU DARI KEANDALAN SISTEM GENERATOR DI PERTAMINA PRABUMULIH
ANALISA SISTEM SUPLAI ENERGI LISTRIK DITINJAU DARI KEANDALAN SISTEM GENERATOR DI PERTAMINA PRABUMULIH Antonius Hamdadi Rio Oktafian Aryansyah Universitas Sriwijaya Abstract In this thesis aims to analyze
Lebih terperinciTarif dan Koreksi Faktor Daya
Tarif dan Koreksi Faktor Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono @uny.ac.id Tujuan: Mahasiswa dapat: 1.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Data Pada penelitian ini penulis mengambil data di PT. Perkebunan Nusantara Pabrik Gula Pangka di Jalan Raya Pangka Slawi, Kecamatan Pangkah, Kabupaten
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGKIT DI KALIMANTAN
BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGKIT DI KALIMANTAN 4.1. DATA YANG DI GUNAKAN Untuk melakukan analisis pengembangan sistem pembangkitan di Kalimantan berdasarkan kriteria keandalan, dimulai dengan menghitung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan energi, salah satunya energi listrik yang sudah menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman teknologi sekarang ini kehidupan masyarakat sangatlah bergantung dengan energi, salah satunya energi listrik yang sudah menjadi kebutuhan pokok industri
Lebih terperinciPENILAIAN KEANDALAN SISTEM INTERKONEKSI 150 KV DI WILAYAH JAWA TENGAH DAN DIY DENGAN METODE MONTE CARLO
PENILAIAN KEANDALAN SISTEM INTERKONEKSI 150 KV DI WILAYAH JAWA TENGAH DAN DIY DENGAN METODE MONTE CARLO Fahmi, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciAPLIKASI MATLAB UNTUK PERAMALAN BEBAN JARINGAN DISTRIBUSI DI UPJ RANDUDONGKAL TAHUN
APLIKASI MATLAB UNTUK PERAMALAN BEBAN JARINGAN DISTRIBUSI DI UPJ RANDUDONGKAL TAHUN 2008-2013 TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Elektro Universitas
Lebih terperinciOperasi Sistem Tenaga Listrik
Daftar Isi i ii Operasi Sistem Tenaga Listrik Daftar Isi iii OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK Oleh: Djiteng Marsudi Edisi Kedua Cetakan Pertama, 2006 Hak Cipta Ó 2006 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak awal listrik ditemukan sudah memiliki nilai manfaat yang tinggi baik untuk keperluan residen ataupun industri. Listrik merupakan faktor penunjang yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta
Lebih terperinciOptimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong
Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong 1 Yulianto Mariang, L. S. Patras, ST.,MT, M. Tuegeh, ST.,MT, Ir. H. Tumaliang, MT Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado-95115, Email: jliant_0mariang@yahoo.com
Lebih terperinciEvaluasi Keandalan Perencanaan Pembangkit Wilayah Jawa-Bali dengan Mempertimbangkan Ketidakpastian Peramalan Beban
230 Evaluasi Keandalan Perencanaan Pembangkit Wilayah Jawa-Bali dengan Mempertimbangkan Ketidakpastian Peramalan Beban Avrin Nur Widiastuti 1, Sarjiya 2, Kukuh Arung Pinanditho 3, Eko Tri Prastyo 4 Abstract
Lebih terperinciKata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana
Efek Beroperasinya Kabel Laut Bali Nusa Lembongan Terhadap Sistem Kelistrikan Tiga Nusa Yohanes Made Arie Prawira, Ida Ayu Dwi Giriantari, I Wayan Sukerayasa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DI WILAYAH LAMPUNG BERDASARKAN KETERSEDIAAN DAYA PADA TAHUN 2016 GUSTI AGUNG PUTRA YOGA
ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DI WILAYAH LAMPUNG BERDASARKAN KETERSEDIAAN DAYA PADA TAHUN 2016 (Skripsi) Oleh GUSTI AGUNG PUTRA YOGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Peralatan rumah tangga maupun industri hampir semuanya
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS Dalam merencanakan membangun pembangkit untuk mendapatkan tingkat keandalan yang diinginkan, maka kita perlu tahu berapa besar kapasitas yang perlu dipasang dan kapan pemasangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat.
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun membuat kebutuhan akan daya listrik semakin besar. Untuk dapat melayani kebutuhan beban yang semakin meningkat baik
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING 5 BUS
BAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING 5 4.1 Perencanaan Konfigurasi Sistem Berdasarkan Indeks Keandalan Pertimbangan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan
Lebih terperinciSISTEM KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA PROPINSI PAPUA. Martha Loupatty
SISTEM KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA PROPINSI PAPUA Martha Loupatty loupattyatha@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Musamus ABSTRAK
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat
Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat Oleh : Deni Kristanto (2209 105 099) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah,
Lebih terperinciDynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan
1 Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan Sheila Fitria Farisqi, Rony Seto Wibowo dan Sidaryanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Komponen tersebut mempunyai fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem tenaga listrik merupakan sekumpulan pusat listrik dan gardu induk atau pusat beban yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem jaringan transmisi tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari sistem ketenagalistrikan. Jaringan transmisi ini akan menyalurkan daya dari sistem pembangkitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam penggunaan daya listrik, mutlak dibutuhkan sistem distribusi. Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna untuk menyalurkan
Lebih terperinciBAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,
BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Dapat dikatakan pula bahwa energi listrik menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi lsitrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Dapat dikatakan pula bahwa energi listrik menjadi salah satu faktor yang menentukan
Lebih terperinciBAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Keandalan Sistem Tenaga Listrik Semua pelanggan energi listrik pastinya menginginkan agar pasokan listrik yang mereka terima sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi
Lebih terperinciOleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Prinsip Dasar Manajemen Energi Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id Perlunya Manajemen Energi Listrik Peningkatan
Lebih terperinciPERHITUNGAN INDEKS KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI SUMATERA BAGIAN SELATAN
KM-3 PERHITUNGAN INDEKS KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI SUMATERA BAGIAN SELATAN Ir. Rudyanto Thayib, Msc Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Jl. Raya
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA
ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen
Lebih terperinciEvaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-20 Periode Mei 2017
Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-20 Periode 12-18 Mei 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa
Lebih terperinciPERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION
PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION Wahri Sunanda 1 1) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Bangka Belitung Email: wahrisunanda@ubb.ac.id Abstract - The reliability
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain mempunyai
Lebih terperincilistrik di beberapa lokasi/wilayah.
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan kondisi perekonomian, maka dunia industri semakin mendapat tuntutan yang tinggi dari masyarakat. Tuntutan yang dimaksud salah satunya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Berbagai teknologi yang telah dikembangkan menghasilkan berbagai peralatan yang menggunakan energi listrik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tenaga listrik dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat ini,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan akan tenaga listrik dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat ini, listrik tidak hanya digunakan untuk penerangan saja, tapi sudah menjadi bagian
Lebih terperinciEvaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-21 Periode Mei 2017
Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-21 Periode 19-25 Mei 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau (Wikipedia, 2010). Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mengalami banyak hambatan dalam pengembangan
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA
STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MANAJEMEN PERAWATAN Manajemen perawatan adalah salah satu elemen penting dalam suatu perusahaan terutama dalam perusahaan manufaktur. Sehingga sangat dibutuhkan perawatan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan penghematan disegala bidang. Selaras dengan laju
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini Indonesia khususnya sedang melaksanakan pembangunan dan penghematan disegala bidang. Selaras dengan laju pertumbuhan pembangunan,
Lebih terperinciAPLIKASI MATLAB UNTUK PERAMALAN BEBAN BERDASARKAN GOLONGAN TARIF JARINGAN DISTRIBUSI RANDUDONGKAL TAHUN
APLIKASI MATLAB UNTUK PERAMALAN BEBAN BERDASARKAN GOLONGAN TARIF JARINGAN DISTRIBUSI RANDUDONGKAL TAHUN 2008-2012 TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan
Lebih terperinciEvaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-6 Periode 3-9 Februari 2017
Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-6 Periode 3-9 Februari 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa
Lebih terperinciVol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X
Analisis Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Listrik Dengan Menggunakan Metode Unit Decommitment (PT.PLN Wilayah Riau) Oleh: Zulfatri Aini Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Lebih terperinciTAP MANAJEMEN OPERASI I. PENENTUAN LOKASI
TAP MANAJEMEN OPERASI I. PENENTUAN LOKASI Lokasi merupakan satu hal yang penting dalam kegiatan operasional suatu perusahaan. Perusahaan yang memproduksi barang (manufaktur) ataupun perusahaan yang bergerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Salah satu kebutuhan energi yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan industri serta pertambahan
Lebih terperinciEvaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-18 Periode 28 April 4 Mei 2017
Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-18 Periode 28 April 4 Mei 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa
Lebih terperinciPEMBENTUKAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMBANGKIT DI PERDESAAN. Agusthinus S. Sampeallo Jurusan Teknik Elektro FST UNDANA
PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMBANGKIT ENERGI TERBARUKAN DI PERDESAAN Agusthinus S. Sampeallo Jurusan Teknik Elektro FST UNDANA A. Latar Belakang Pembangkitan energi listrik di Indonesia dewasa
Lebih terperinci